• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Citibank merupakan bank asing yang juga memiliki kantor perwakilan di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank didirikan pada 1812 sebagai bank kota New York. Pada 1894 menjadi bank terbesar di Amerika Serikat. Pada 1902 mulai mengadakan perluasan ke seluruh dunia dan menjadi bank pertama di Amerika Serikat yang memiliki departemen luar negeri. Pada 1930 menjadi bank terbesar di dunia dengan lebih dari 100 cabang di 23 negara. Kemudian mengubah nama menjadi The First National City Bank of New York pada 1955, dan selanjutnya menjadi First National City Bank pada 1962 dan menjadi Citibank pada 1976.

Di Indonesia, bisnis Citibank N.A terbagi atas 2 kategori besar yaitu

perbankan korporat (Corporate Banking) dan perbankan retail (Retail Banking).

Citibank N.A memperoleh pendapatan paling dominan melalui dana yang

masuk dari corporate banking.

Customer dari bagian corporate banking Citibank N.A adalah customer

yang bergerak dibidang pemerintahan, lembaga keuangan, high-net-worth

(2)

diperlukan akses informasi yang cepat, tepat, dan akurat, solusi finansial yang

fleksibel dan dapat dijalankan melalui berbagai channel.

Citibank N.A, yang notabene memiliki sistem manajemen risiko yang

cukup baik, ingin memperoleh opini dari pihak luar (out-of-the-box) mengenai

pendapat mengenai bank umum swasta nasional (BUSN) devisa yang memiliki aset dibawah 10 triliun.

Penulis akan memberikan masukan mengenai arahan kepada Citibank N.A, berupa predikat bank umum swasta nasional devisa yang memiliki aset dibawah 10 triliun berdasarkan perhitungan predikat yang akan dijabarkan pada bab berikutnya.

Menurut majalah Investor Juni 2009 halaman 30, di tahun 2009, dunia perbankan akan mengalami perlambatan pertumbuhan kredit, kecenderungan

peningkatan NPL (non Performing Loan) dan masalah permodalan. Setelah itu

hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya NPL gross perbankan dari

3.8 % dari akhir 2008 menjadi 4.5% pada Maret 2009.

Pada November 2008, Citibank N.A dikejutkan dengan berita diambil alihnya Bank Century oleh Lembaga Penjamin Simpanan (sumber:

http://www.vibiznews.com). Dimana sebelum kejadian ini, Risk Management

dari Citibank N.A telah memberikan penilaian yang cukup baik mengenai kelayakan kredit korporat yang akan disalurkan kepada bank Century.

Namun beberapa waktu sebelum bantuan kredit akan disalurkan, Bank

Century diambil alih LPS. Kejadian Bank Century mengakibatkan Risk

(3)

kredit untuk bank umum swasta nasional (BUSN) devisa yang memiliki aset dibawah Rp. 10 triliun.

Penundaan ini berdasarkan pada masalah yang terjadi pada Bank Century, dimana Citibank N.A sendiri melihat bahwa bank Century tergolong layak untuk menerima kredit dari Citibank N.A. Namun pada kenyataannya diambil alih oleh Lembaga Penjaminan Simpanan pada 21 November 2008 (sumber: http://www.vibiznews.com).

Selain kasus bank Century yang sempat mengejutkan dunia perbankan Indonesia, selama dalam proses penulisan GFP ini, dunia perbankan Indonesia kembali dikejutkan dengan dicabutnya izin Bank IFI dengan nomor surat keputusan 11/19/KEP.GBI/2009 tanggal 17 April 2009 (sumber: majalah Investor Juni 2009 halaman 58). Data pada saat izin usaha Bank IFI dicabut adalah sebagai berikut : Total aset Rp. 442,000,000,000,-; Kewajiban Rp. 650,000,000,000,-; Kredit Rp. 262,900,000,000,-, Rasio Kecukupan Modal

(CAR) -23.71%; Return on Equity (ROE) -2.5%; NPL 24%; Dana pihak ketiga

(DPK) Rp. 350,000,000,000,- (sumber: majalah Tempo edisi 27 April – 3 Mei 2009 halaman 129).

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, masalah Bank IFI bukan disebabkan oleh efek krisis finansial namun lebih didominasi oleh tata kelola perusahaan yang tidak baik (sumber: majalah Tempo edisi 27 April – 3 Mei 2009 halaman 130).

Saat ini sejumlah bank kecil dan menengah memang sedang dihadapkan pada persoalan pelik. Di satu sisi jumlah dana pihak ketiga (DPK) menurun

(4)

tajam akibat migrasi ke bank – bank besar dan bank asing, dan di sisi lain pinjaman antarbank tidak berjalan normal. Hal ini dikarenakan jika meminjamkan uang ke bank lain, bank pemberi pinjaman tidak memiliki jaminan uangnya akan kembali (sumber: www.sinarharapan.co.id)

Saat krisis keuangan global seperti ini, likuditas sangat penting. ”Dulu likuiditas dianggap seperti raja, sekarang likuiditas dianggap seperti Tuhan,” ungkap Wakil Direktur Utama BCA Jahja Setiadmadja. Kasus ambruknya Bank Century akibat gagal kliring adalah pelajaran berharga yang harus dipetik semua pihak. Bank Century merupakan bank menengah yang mengalami kesulitan likuiditas akibat penarikan dana nasabah. Permasalahan yang menyelimuti bank tersebut diakui terkait buruknya kinerja dan pengelolaan manajemen perbankan yang mana juga sudah ada sebelum krisis keuangan global muncul.

Secara nasional industri perbankan mulai mencatat kerugian operasional per Januari 2009. Kerugian dipicu antara lain oleh sulitnya penyaluran kredit,

meningkatnya pencadangan kredit bermasalah, dan tergerusnya margin bunga

bersih. Berdasarkan data Bank Indonesia, industri perbankan mencatat rugi operasional senilai Rp. 301 miliar per Januari 2009. Laba atau rugi operasional merupakan indikator guna mengukur kinerja inti perbankan, yakni penyaluran kredit, transaksi valas, dan fungsi pembayaran.

Kepala Ekonom BNI A Tony Prasetiantono, menjelaskan kerugian operasional bank – bank yang ada di Indonesia dipicu antara lain oleh menurunnya margin bunga bersih secara drastis dan meningkatnya kredit

(5)

bermasalah (Non Performing Loan/NPL). Pencapaian kinerja operasional perbankan nasional pada Januari 2009 jauh menurun dibandingkan dengan Januari 2008 yang mencatat laba Rp 2,7 triliun. Merosotnya kinerja perbankan nasional secara umum merupakan dampak dari krisis keuangan global yang telah menyebabkan pelambatan pertumbuhan dan keketatan likuiditas di pasar

keuangan domestik. (sumber: www.sinarharapan.co.id)

1.2 Rumusan Permasalahan

Dampak krisis global sudah mulai dirasakan di Indonesia. Khususnya di sektor riil yang berdampak ke sektor perbankan secara keseluruhan di Indonesia. Sejak krisis mendera pada triwulan IV tahun 2008, perbankan mulai mengalami kesulitan untuk memperluas basis pendapatan dari kredit karena ekspansi pinjaman melambat. Bahkan, posisi kredit per Januari 2009 turun 2.1 % dibandingkan dengan Desember 2008. Artinya, lebih banyak pihak yang melunasi dibandingkan meminjam. Penyaluran kredit merupakan sumber utama pendapatan perbankan. Berkurangnya penyaluran kredit terjadi seiring dengan menurunnya permintaan dari sektor riil. Selain itu, perbankan juga sangat

berhati – hati dalam melakukan ekspansi karena risiko dari peningkatan Non

Peforming Loan (NPL).

Dari permasalahan diatas, Citibank N.A kini makin selektif dan lebih

(6)

Sehingga Citibank N.A dapat lebih mengetahui gambaran besar mengenai kesehatan perbankan dan perilaku dari kliennya.

GFP disusun untuk memberikan masukan arahan dan penilaian sehingga penulis dapat memahami faktor – faktor (indikator) penting yang berhubungan dengan kinerja keuangan suatu bank umum swasta nasional devisa. Penulis melakukan penghitungan dan pemberian predikat dimana predikat dihasilkan tidak bertujuan untuk membentuk suatu opini publik ataupun sebagai dasar utama dalam menentukan keputusan strategis.

GFP disusun dengan harapan dapat menjadi tambahan masukan bagi arahan strategi manajemen risiko yang dapat dipertimbangkan oleh Citibank

N.A dalam melakukan analisa kredit (credit assesment) sebelum melakukan

penyaluran kredit kepada bank – bank umum swasta nasional devisa skala kecil dan menengah sebagai klien potensial dari Citibank N.A.

Kondisi perbankan pada tahun 2009 memberikan peluang bagi Citibank N.A dimana Citibank N.A mempunyai rencana bisnis untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang dengan menyalurkan bantuan kredit kepada Bank umum swasta nasional devisa skala kecil atau menengah yang memiliki potensi untuk memperluas pangsa pasar dan meningkatkan laba bahkan dapat menjadi bank berskala besar di masa yang akan datang. Tujuannya adalah agar Citibank

N.A memiliki hubungan baik (good relationship) dan memperluas jaringannya

sehingga Citibank N.A mencapai posisi yang lebih baik baik yang mana didukung dengan klien potensial dari Citibank N.A.

(7)

Penulis akan memberikan predikat dengan kategori A, B, C, D dan E secara umum dengan menggunakan rasio – rasio keuangan pada umumnya sebagai pendekatan kuantitatif. Namun selain penilaian secara kuantitatif, penulis akan membuat model melalui pendekatan kualitatif yang dapat digunakan untuk menilai variabel – variabel diluar variabel rasio keuangan.

Pendekatan kuantitatif tetap menjadi acuan utama, namun dapat didukung melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif diperlukan agar

pihak manajemen dapat melihat kecenderungan (trend) pasar yang terjadi.

Sebagai contoh Bank IFI, CAR pada tahun 2007 memiliki rasio 32.22%, CAR tahun 2008 rasio 26.71% (sumber : majalah Infobank edisi Februari 2009 No. 359 halaman 19). Namun rasio CAR tersebut turun tajam sebesar 50.42 % menjadi -23.71% pada April 2009 (sumber: majalah Tempo edisi 27 April – 3 Mei 2009 halaman 129).

Hal ini menunjukan bahwa pendekatan kuantitatif semata – mata tidak dapat menunjukan secara pasti kondisi bank. Variabel lain diluar diluar rasio keuangan yang sebaiknya digunakan menjadi bahan pertimbangan untuk menilai predikat suatu bank adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini mencakup karakter dan keterlibatan pemilik baik secara langsung maupun tidak langsung selaku pemegang saham pengendali (PSP). Dapat dilihat apakah pemilik terlibat langsung atau tidak langsung secara agresif ataupun pasif. Bobot penilaian yang digunakan untuk membuat predikat pada analisa kuantitatif maupun kualitatif dapat disesuaikan menurut kondisi ekonomi yang berlaku pada saat analisa dilakukan.

(8)

1.3

Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1. Memberikan masukan berupa predikat bank untuk arahan kredit korporat

untuk Citibank N.A

2. Memberikan rekomendasi alternatif berupa model berupa pendekatan

kualitatif bagi Citibank N.A untuk melakukan penilaian kelayakan kredit untuk bank.

3. Melihat indikator utama (prioritas) yang penting dalam melakukan

analisa kelayakan kredit korporat.

1.3.2 Manfaat

1. Masukan bagi Citibank dalam mempertimbangkan penyaluran kredit

yang bermanfaat membangun hubungan jangka panjang dengan bank umum swasta nasional devisa dengan aset dibawah Rp. 10 triliun.

2. Sebagai masukan untuk Risk Management Citibank N.A.

3. Bagi penulis, sebagai pemenuhan tugas akhir dari perkuliahan Magister

Manajemen yang berbentuk GFP / Group Field Project, dan juga sebagai

penerapan pengetahuan mengenai strategi manajemen di industri perbankan.

4. Implementasi dari pengetahuan yang didapat selama perkuliahan

Magister Manajemen – Young Professional (MMYP) di Binus Business

(9)

5. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini bermanfaat menambah pengetahuan dan wawasan.

1.4 Ruang lingkup

1. Penulis hanya melakukan pengkajian bank devisa skala kecil atau menengah

dengan total asset dibawah Rp. 10 triliun yang merupakan bank yang telah tercatat oleh pihak Citibank N.A sebagai bank yang berpotensi untuk menerima kredit korporat.

2. Analisis kelayakan menggunakan rasio – rasio yang umum secara finansial

untuk melakukan pengkajian predikat pada bank. Kinerja bank umum

nasional diukur dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset

(ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Peforming Loan (NPL), Pemenuhan PPAP (P_PPAP), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

3. Penelitian ini hanya terbatas pada penelitian dan tidak mencakup strategi

Citibank N.A. serta kegiatan operasionalnya internal dan external.

4. Penelitian tidak secara spesifik membahas strategi, kekuatan, maupun

kelemahan dari kompetitor.

5. Penelitian ini tidak ditujukan untuk membentuk opini publik terhadap bank

yang menjadi objek penelitian maupun sebagai dasar utama dalam pembuatan keputusan yang bersifat strategis.

(10)

1.5 Sistematika Penulisan

1.5.1 Bab I. Pendahuluan

Bab ini memberikan gambaran mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat yang akan didapatkan, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika penulisan. Tujuan disusunnya Bab I ini adalah agar penelitian dan penulisan menjadi lebih terarah, sehingga membantu penulis dalam melakukan analisa dan memberikan solusi dari masalah yang terjadi.

1.5.2 Bab II. Landasan Teori

Bab ini akan memberikan penjelasan mengenai landasan teori yang digunakan dalam penulisan ini secara menyeluruh, mengenai teori perbankan, metode dan teknik analisis yang akan digunakan untuk melakukan analisa dan melakukan perhitungan, dan hal – hal lain yang berkaitan dengan pembahasan GFP.

1.5.3 Bab III. Metodologi Penelitian

Bab ini akan menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusuan meliputi objek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data dan kerangka analisa yang digunakan dalam penulisan GFP.

(11)

1.5.4 Bab IV. Analisa dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan mengenai analisa beserta pembahasan mengenai data – data yang didapatkan selama dilakukannya penulisan GFP.

1.5.5 Bab V. Simpulan dan Saran

Bab ini berisi mengenai kesimpulan atas analisa yang disusun dan saran beserta rekomendasi solusi alternatif yang dapat dijadikan arahan strategi untuk pihak Citibank dengan melihat indikator yang dijadikan prioritas dalam melakukan pemberian kredit korporat. Sehingga uraian yang ada mengenai kesimpulan dan saran penulis dapat bermanfaat bagi pembaca.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel biaya alat pengupas kulit ari biji kedelai Lampiran 4.. Tabel biaya alat pengupas kulit ari

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak daerah oleh pemerintah kota/kabupaten kepada masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk

Antaranga : bagian-bagian internal tubuh Anubharyarupa : sebutan sifat unsur yang nonprodusen sekaligus nonproduk (Purusha) Aparigraha : salah satu prinsip Yama (tahap

Hasil uji lanjut LSD menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik untuk jarak tanam rata-rata rumput laut pada masing-masing perlakuan memberikan perbedaan yang nyata,

Bila kemungkinan terbukti bahwa saya temyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan

Regional Income X PENDAPATAN REGIONAL / REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2014 juta

Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Hal tersebut dikarenakan sebagian besar contoh mencoba untuk tidak saling menyalahkan, pasangan merasa percaya bahwa penyakit TB paru contoh akan sembuh, percaya