• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Hendryx Luandhow Yudhokusumo (2012) dengan judul “Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Militer TNI-AD di Korem 071 Wijayakusuma Sokaraja Banyumas - HUSNUL HOTIMAH BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Hendryx Luandhow Yudhokusumo (2012) dengan judul “Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Militer TNI-AD di Korem 071 Wijayakusuma Sokaraja Banyumas - HUSNUL HOTIMAH BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Relevan

1. Hendryx Luandhow Yudhokusumo (2012) dengan judul “Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Militer TNI-AD di Korem 071 Wijayakusuma Sokaraja Banyumas

Penelitian yang relevan memberikan pemaparan tentang penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Hendryx Laundhow Yhudokusumo (2012) dengan judul penelitian “Tindak Tutur

Direktif dalam Bahasa Militer TNI-AD di Korem 071 Wijaya Kusuma Sokaraja, Banyumas”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna

tindak tutur direktif dalam bahasa militer di Korem 071 Wijaya Kusuma Sokaraja, Banyumas. Sumber data yang digunakan adalah anggota TNI-AD yang berada di jajaran Korem 071 Wijaya Kusuma Sokaraja, Banyumas. Tahap analisis data menggunakan metode kontekstual dengan model analisis interaktif.

(2)

Banyumas. Perbedaan lainnya ada pada metode analisis. Pada penelitian sebelumnya metode yang digunakan yaitu metode padan dengan teknik PUP (Pilah Unsur Penentu) sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SLBC) dengan metode padan pragmatis.

2. Evi Barokah (2012) dengan judul “Mendeskripsikan Bentuk-Bentuk Tindak Tutur Direktif Anak Usia Prasekolah Dan Keterkaitan Dengan Strategi Meminimalkan Ancaman Muka Positif Dan Muka Negatif.

Penelitian relevan selanjutnya adalah penelitian dengan judul “Tindak Tutur

Direktif Anak Usia Prasekolah Kajian pada Kelompok Bermain Universitas Muhammadiyah Purwokerto”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan

bentuk-bentuk tindak tutur direktif anak usia prasekolah dan keterkaitannya dengan strategi meminimalkan ancaman muka positif dan muka negatif. Data diambil dari tuturan anak prasekolah (3-4) yang mengandung tindak tutur direktif di Kelompok Bermain Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Metode yang digunakan adalah metode analisis padan pragmatis yang alat penentunya adalah mitra tutur.

(3)

sedangkan data yang diambil pada penelitian ini adalah tuturan tertulis pada kolom kepriben.

B. Pengertian dan Fungsi Bahasa

Keraf menjelaskan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (keraf, 2004: 1). Bahasa adalah satuan sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambah dengan sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Chaer 2007: 3). Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasannya. Karena itu bahasa selalu mempresentasikan pribadi orang.

(4)

bagian yaitu fungsi personal, fungsi interpersonal, fungsi direktif, fungsi referensial, dan fungsi imajinatif. Menurut Keraf (2004: 3) fungsi bahasa terbagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut:

1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri.

Bahasa sebagai alat ekspresi diri digunakan untuk menyatakan segala sesuatu yang digunakan manusia sebagai media membebaskan dari semua tekanan dan emosi. Ekspresi diri juga bertujuan untuk menarik perhatian orang lain terhadap kita. Misalkan bahasa pada seorang yang sedang menunggu sesorang yang akan menjemputnya. Orang yang menunggu biasanya akan mengekspresikan apa yang dirasa melalui bahasa sehingga tekanan dan ekpresi jiwanya akan tersalurkan. Misalnya duuhh lama banget, sebel nunggu lama-lama, dan sebagainya. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan oleh orang yang sedang merasa senang, terkejut karna bahgia, dan marah maka bentuk mengekspresikan diri melului bahasa akan berbeda-beda.

2. Alat Komunikasi.

(5)

3. Alat Mengadakan Interaksi dan Adaptasi Sosial.

Sebagai anggota masyarakat yang mengenal adat-istiadat, tingkah laku, dan tata-krama seseorang akan menyesuaikan diri atau adaptasi dengan anggota masyarakat lainnya. Adaptasi ini bertujuan agar seseorang dapat hidup tentram dan harmonis dengan masyarakat sekitar. Salah satu cara agar dapat hidup tentram dan harmonis ditengah-tengah masyarakat salah satunya dengan menggunakan bahasa. Apabila seseorang dapat melakukan interaksi sosial dengan bahasa maka ia akan mudah membaur dengan segala macam tata-krama di dalam masyarakat tersebut.

4. Alat Mengadakan Kontrol Sosial

Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan menggunakan bahasa. Tuturan pertama kali dimaksudkan untuk mendapat tanggapan yang berupa tuturan, maupun tanggapan yang berupa tindakan atau perbuatan. Bahasa juga dapat ditunjukkan untuk mempengaruhi tingakh laku atau tindak tanduk orang lain. Misalnya seorang polisi akan kehilangan wibawanya ketika ia berbicara dengan masayrakat menggunakan bahasa yang kacau dan tidak sopan. Kekacauannya akan menggagalkan upayanya untuk mempengaruhi tindak laku anak-anaknya.

C. Wacana

(6)

satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.

Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Wacana juga berkaitan dengan pemahaman tentang tindakan manusia yang dilakukan dengan bahasa (verbal) dan bukan bahasa (non verbal). Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana yaitu keseluruhan tuturan yang merupakan satu kesatuan bahasa yang lengkap. Satuan pendukungnya dapat berupa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Wacana juga berkaitan dengan tindakan yang dilakukandengan verbal maupun nonverbal.

D. Konteks Tuturan

(7)

konteks ialah latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksudkan oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks adalah segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan fisik maupun sosial yang sesuai dari sebuah tuturan. Konteks tuturan juga dapat diartikan sebagai konteks yang berkaitan dengan situasi untuk berinteraksi antara penutur dengan mitra tutur agar tuturan mereka dapat dipahami. Contohnya konteks orang yang sedang merasa kecewa. Jika penutur dan lawan tutur memiliki satu pemahaman yang sama maka apa yang dimaksudkan oleh penutur akan diterima oleh lawan tuturnya.

E. Tindak Tutur

1. Pengertian Tindak Tutur

(8)

merupakan dua gejala yaitu tindakan dan tuturan yang terdapat pada suatu proses komunikasi. Menurut Karim (2016: 113) tindak tutur dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan yang ditampilkan melalui tuturan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah tindakan yang yang ditampilkan melalui tuturan yang memiliki arti atau makna tertentu.

2. Jenis - Jenis Tindak Tutur

Wijana(1996: 17-21) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur. Ketiga jenis itu yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), tindak perlokusi (perlocutionary act). Tindak lokusi adalah tindakan untuk menyampaikan sesuatu atau hanya untuk menyampaikan sebuah informasi. Tindak ilokusi digunakan tidak hanya untuk menyatakan sesuatu tetapi juga melakukan sesuatu. Selanjutnya tindak perlokusi adalah tindakan yang mempunyai daya pengaruh atau efek bagi lawan tuturnya.

a. Tindak lokusi

(9)

tuturan yang hanya mengacu pada makna kata, frasa, atau kalimat yang dituturkan oleh penutur saja tanpa mengikutsertakan konteksnya, contoh :

(1) Sapi adalah hewan herbifora (2) Jakarta adalah ibu kota Indonesia

Kaliamt (1) dan (2) merupakan contoh tindak ilokusi. Kalimat tersebut diujarkan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu. Pada kalimat (1) penutur semata-mata hanya memberikan informasi pada lawan tuturnya bahwa sapi adalah binatang herbifora ( pemakan tumbuh-tumbuhan). Sama halnya dengan kalimat (2) penutur hanya memberikan informasi kepada lewan tuturnya bahwa Jakarta adalah ibu kota Indonesia.

b. Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi adalah bentuk ujaran yang tidak hanya berfungsi untuk mengungkapkan informasi tentang suatu hal, namun dipergunakan untuk melakukan sesuatu (Tarigan: 100). Sejalan dengan pendapat itu, Wijana(1996: 18-19) menyebutkan bahwa tindak ilokusi merupakan sebuah tuturan yang berfungsi untuk mengatakan sesuatu atau menginformasikan sesuatu, juga berfungsi untuk melakukan sesuatu. Juita (2012: 63) berpendapat bahwa tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Tindak ilokusi berisi tindakan untuk melakukan sesuatu. Di dalamnya terkait fungsi dan maksud lain bukan hanya mengucapkan saja tetapi berkaitan dengan siapa dan di mana tindak tutur itu dilakukan. Berikut ini contoh kalimat tindak ilokusi.

(3) Awas ada anjing galak! (4) Sekarang sudah pukul 21.00

(10)

rumah. Begitu pula kalimat (4), apabila diucapkan oleh seorang ibu kepada tamu anaknya, maka kalimat tersebut tidak hanya memberikan sebuah informasi bahwa pada saaat itu pukul 21.00 tetapi juga menyuruh tamu supaya segera pulang. Contoh di atas menunjukkan bahwa tindak ilokusi sukar diidentifikasi karena harus terlebih dahulu mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya, kapan dan dimana tindak ilokusi terjadi, dan sebagainya.

Ibrahim (1993: 16-34) mengklasifikasikan tindak ilokusi menjadi empat jenis. Yang pertama konstatif merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi oleh ekspresi maksud. Mitra tutur membentuk atau memegang kepercayaan serupa atas apa yang dituturkan oleh penuturnya. Jika penutur mengucapkan sebuah tuturan menenai kepercayaan, sangat jelas mitra tutur memegang kepercayaan yang diberikan dari penuturnya. Penutur menatakan “tolong jaga tas saya” penutur mengucapkan tuturan seperti itu memiliki indikasi supaya mitra tutur menjaga barang milik si penutur.

Bentuk yang ke dua yaitu tindak tutur direktif (Directives) mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur. Bentuk yang ketiga yaitu tindak tutur comissives merupakan satu kategori tindak ilokusi yang mewajibkan seseorang menolak atau melakukan sesuatu yang dispesifikasi dalam proposisisnya. Dalam bentuk tindak tutur komisif, misalkan sesorang diminta untuk melakukan kegiatan A, maksudnya yaitu mitra tutur percaya penutur memiliki maksud dan kepercayaan, penutur sendiri percaya bahwa mitra tutur wajib melakukan kegiatan A jika kondisinya memang memungkinkan. Bentuk komisif ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu menjanjikan dan menawarkan.

(11)

ataupun yang murni. Perasaan dan pengekspresiannya cocok untuk jenis situasi tertentu. Tindak tutur bentuk ini seringkali disampaikan bukan karena perasaan yang benar-benar murni tetapi karena ingin memnuhi harapan sosial sehingga perasaan itu perlu diekspresikan. Misalnya penyampaian salam mengekspresikan rasa senang karena bertemu atau melihat seseorang. Begitu juga dengan berterimaksih mengekspresikan rasa syukur karena telah menerima sesuatu. Jenis tindak tutur ini yakni ekspresi penyesalan, belasungkawa, mengucapkan selamat, mengucapkan salam, mengucapkan terimakasih, harapan, penerimaan, dan menolak.

c. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi adalah suatu bentuk ujaran yang pengungkapannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan bicara atau lawan tuturnya. Menurut Wijana (1996: 19-20), sebuah tuturan yang diungkapkan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Menurut Nadar (2009: 17) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal dan tindak tutur langsung literal tidak literal.

1) Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung

(12)

berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan sebuah informasi. Kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung. Sebagai contah:

a. Riri memiliki tas baru b. Di mana sekolahmu? c. Tutup jendela itu!

Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat berita, tanya, dan perintah. Tindak tutur tidak langsung ialah tindak tutur untuk memerintah sesorang untuk melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang dipertintah tidak merasa dirinya diperintah. Seperti contoh seorang kakak menyuruh adiknya untuk mengambil buku, diungkapkan dengan “dek, bukunya di mana?” kalimat

tersebut selain bertujuan untuk bertanya tetapi juga memerintah adiknya untuk mengambil buku.

2) Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sebagai contoh dapat dilihat pada kalimat “kondektur itu kerjanya bagus”. Kalimat tersebut jika diutarakan dengan maksud untuk memuji

(13)

dapat dilihat pada kalimat “kerjamu bagus, tapi kamu tidak usah bekerja. Pada kalimat tersebut penutur bermaksud mengatakan bahwa kerja lawan tuturnya tidak bagus, yaitu dengan mengatakan “tidak usah bekerja”. Tuturan tersebut merupakan tindak

tutur tak literal.

3) Tindak Tutur Langsung Literal dan Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah dimaksudkan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Seperti contoh:

a. Ambilkan papan itu! b. Ghina gadis yang manis c. Berapa gurumu, Mad?

Sedangkan tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur. seperti pada kalimat “bajunya kotor” kalimat tersebut apabila dituturkan oleh

seorang majikan kepada pembantu bukan saja menginformasikan, tetapi sekaligus menyuruh untuk mencucinya.

4) Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dan Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

(14)

kalimat “ celanamu bagus, kok”. Pada kalimat tersebut penutur sebenarnya ingin

mengatakan bahwa celana lawan tuturnya jelek. Sedangkan tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang ingin diutarakan. Untuk menyuruh seorang anak menyapu lantai yang kotor, sang ibu dapat saja mengutarakannya dengan kalimat “lantainya bersih sekali nak”.

F. Tindak Tutur Direktif (directives)

1. Pengertian Tindak Tutur Direktif

(15)

Dari pengertian tindak tutur direktif tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penutur agar mitra tutur melakukan sebuah tindakan seperti yang dianjurkan oleh penutur. Selain itu, direktif juga dapat diartikan bahwa kalimat yang diujarkan tidak hanya menyatakan sesuatu, tetapi dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diujarkan penutur. Sehubungan dengan pengertian di atas fungsi tindak tutur direktif menurut Wisudariani (2016: 4), yaitu untuk mendorong pendengar untuk melakukan sesuatu.

2. Bentuk-Bentuk Tindak Tutur Direktif

Ibrahim ( 1993: 28-33) membagi tindak tutur direktif menjadi enam kategori yaitu requestives, questions, requirement, permissive, prohibitve, dan advisories.

a. Requestives

Requestives, yaitu bentuk yang mengekspresikan keinginan penutur sehingga

mitra tutur melakukan sesuatu. Disamping itu, requestives mengekspresikan maksud penutur (atau, apabila jelas bahwa dia tidak mengharapkan kepatuhan, requestives mengekspresikan keinginan atau harapan penutur) sehingga mitra tutur menyikapi keinginan yang terekspresaikan ini sebagai alasan (atau bagian dari alasan) untuk bertindak. Tuturan yang termasuk dalam bentuk tindak tutur direktif requestives yaitu tuturan meminta, mengemis, memohon, menekan, mengundang, mendoa, mengajak, mendorong. Berikut ini contoh tindak tutur direktif requestives:

(1) Ayo kita mengerjakan tugas. (2) Tolong jangan berisik.

(16)

dengan adanya kata “ayo” yang menyatakan maksud mengajak. Tuturan tersebut

biasanya dituturkan oleh seseorang kepada temannya, dengan maksud mengajak mengerjakan tugas. kalimat (2) merupakan contoh kalimat meminta. Tindakan meminta pada kalimat tersebut ditandai dengan adanya kata “tolong” yang berarti

menyatakan kalimat meminta. Apabila kalimat tersebut disampaikan oleh seorang petugas perpus kepada pengunjung perpus, artinya ia meminta kepada pengunjung perpus untuk tidak berisik di dalam perpus.

b. Questions

Questions merupakan questions (pertanyaan) request (permohonan) dalam kasus yang khusus, khusus dalam pengertian apa yang dimohon adalah mitra tutur memberikan kepada penutur informasi tertentu. Misalnya tuturan bertanya, menyelidiki, mengintrogasi. Pada tuturan bertanya penutur meminta sesuatu informasi yang dibutuhkan kepada mitra tuturnya. Jadi diharapkan dalam tuturan ini mitra tutur memberikan tanggapan yang berupa jawaban dari pernyataan pentur. Adapun contoh tindak tutur questions sebagai berikut:

(3) Kenapa Lani tidak pernah kelihatan?

Contoh tersebut termasuk bentuk tindak tutur questions (bertanya). Pertanyaan pada tuturan (3) ditandai dengan adanya kata “kenapa”. Kata “kenapa” digunakan untuk

menanyakan sebab. Dalam hal ini adalah menanyakan sebab lani tidak pernah kelihatan beberapa waktu. Tuturan tersebut dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya.

c. Requirements

(17)

penutur dijadikan sebagai alasan penuh untuk bertindak. Tuturan yang termasuk tuturan requirements diantaranya tuturan memerintah, menghendaki, mengkomando, menutut, mendikte, mengarahkan, mengintruksikan, mengatur, menyaratkan. Adapun contoh tindak tutur requrements sebagai berikut:

(4) Jagalah kebersihan

Kalimat (4) merupakan contoh tindak tutur requirements memerintah. Tindak memerintah pada kalimat (4) ditandai dengan kata “jagalah”. Kata “jagalah” memiliki

makna sebuah perintah. Kalimat tersebut dituturkan oleh seorang petugas kebersihan dalam bentuk teks.

d. Prohibitives

Prohibitives, seperti melarang (fobidding) atau membatasi (proscribing), pada dasarnya adalah requirements (perintah / suruhan) supaya mitra tutur tidak mengerjakan sesuatu (Ibrahim, 1993 28-33). Tuturan larangan biasanya ditandai dengan penggunaan kata atau ungkapan yang bermakna melarang. Kata yang paling sering digunakan adalah kata “jangan” yang menyatakan tindakan melarang (Rahardi,

2008: 109). Adapun contoh tindak tutur prohibitives sebagai berikut: (5) Dilarang membuang sampah sembarangan

Kalimat (5) merupakan kalimat prohibitives melarang. Tuturan tersebut disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan seperti yang dianjurkan oleh penutur. Tuturan melarang pada kalimat (5) ditandai dengan kata “dilarang”.

(18)

e. Permisives

Permisives, yaitu mengekspresikan kepercayaan penutur dan maksud penutur sehingga mitra tutur percaya bahwa ujaran penutur mengandung alasan yang cukup bagi mitra tutur untuk merasa bebas melakukan tindakan tertentu. Misalnya tuturan menyetujui, membolehkan, memberi wewenang, menganugrahi, mengabulkan, membiarkan, mengizinkan, melepaskan, memaafkan, memperkenalkan. Contoh tuturan direktif permisives (mengizinkan) sebagai berikut:

(6) Saya perbolehkan kamu menggambar di buku ini

Tuturan (6) merupakan contoh bentuk tuturan membolehkan. Tuturan tersebut disampaikan secara langsung oleh penutur kepada mitra tutur. Bila tuturan tersebut disampaikan oleh seseorang kepada temannya yang akan menggambar, maka maksud dari tuturan tersebut yaitu membolehkan temannya untuk menggambar pada buku milik penutur.

f. Advisories

Advisories, yaitu kepercayaan mitra tutur bahwa apa yang diekspresikan atau yang dituturkan penutur bukanlah keinginan mitra tutur melakukan tindakan tertentu tetapi kepercayaan bahwa melakukan sesuatu merupakan hal baik, bahwa tindakan itu merupakan kepentingan mitra tutur. Penutur juga mengekspresikan maksud bahwa mitra tutur mengambil kepercayaan tentang ujaran penutur sebagai alasan untuk bertindak. Misalnya tuturan menasihati, memperingatkan, mengkonseling, mengusulkan, menyarankan, mendorong. Contoh tuturan direktif advisories sebagai berikut:

(19)

Tuturan (7) merupakan contoh bentuk tuturan menasehati. Kalimat tersebut jika dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya ketika menjelang ujian, tentunya bermaksud menasihati anaknya supaya belajar bersungguh-sungguh supaya mendapat nilai yang bagus.

G. Surat Kabar Suara Pantura

Di dalam surat kabar tidak hanya memuat berita-berita yang menginformasikan kepada pembaca secara objektif mengenai suatu hal yang terjadi di dalam komunitas, negara, dan dunia, tetapi juga mengomentari peristiwa yang terjadi yakni berupa opini, menyediakan informasi bagi pembaca mengenai kondisi sekitar, (Wisudariani, 2017: 2). Pada saat ini banyak sekali surat kabar yang sudah berkembang di sekitar masyarakat salah satunya adalah surat kabar Suara Pantura.

Surat kabar Suara Pantura merupakan surat kabar yang terdapat dalam koran Suara Merdeka. Suara Pantura terbit bersamaan dengan Suara Merdeka yang terbit setiap hari dengan menyajikan liputan jurnalistik daerah Pantura yang meliputi wilayah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pekalongan, Pemalang, dan Batang. di daerah lain juga terdapat Surat Kabar yang terbit bersamaan dengan Surat Kabar Suara Merdeka yaitu Suara Banyumas. Pada Suara Banyumas juga terdapat kolom yang berisi pengaduan dan keluhan masyarakat yaitu kolom Kepriwe yang hampir sama dengan kolom Kepriben.

H. Kolom Kepriben

(20)

keadaan yang terdapat dalam masyarakat. Menurut Samsul (dalam Kuncoro, 2014: 33) kolom adalah sebuah rubrik khusus di media cetak yang berisikan karangan atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah. Kata “Kepriben” merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa jawa. Kepriben

(21)

27 Pragmatik

Tindak Tutur

Tindak Tutur Direktif

Requestives Questions Requirements Prohibitives Permissives Advisoris

-Meminta -Mengemis -Memohon -Menekan -Mengundang -Mendoa -Mengajak -Mendorong -Bertanya -Berinkuiri -Mengintrogasi -Memerintah -Menghendaki -Mengkomando -Menuntut -Mendikte -Mengarahkan -Menginstruksi -Mengatur -Mensyaratkan -Melarang -Membatasi -Menyetujui -Membolehkan -Mengizinkan -Memaafkan -Menasehatkan -Mengusulkan -Menyarankan -Mendorong Suara Merdeka Suara Pantura Kolom Kepriben

Januari - Februari

Kajian Tindak Tutur Direktif dalam Kolom Kepriben pada Surat Kabar Suara Pantura Edisi Januari – Februari 2017

Kajian

Tindak Tutur...,

Husnul

Hotimah, FKIP

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga begitu banyak upaya yang dapat dilakukan yaitu mengiventariasi Ruang terbuka hijau privat dan publik untuk dapat diketahui seberapa besar daya serap karbon dalam

Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, telah dilakukan perubahan terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam meningkatkan kinerja karyawan di lingkungan PKBI pusat, variabel employee engagement menjadi variabel yang memiliki

Dalam pelaksanaan pembangunan bidang Cipta karya, Kabupaten Bangli memiliki komitmen yang cukup tinggi dimana hal ini dapat dilihat dari perkembangan belanja pembangunan Bidang Cipta

Melalui penelitian ini, dikembangkan media pembelajaran fisika berbasis komputer pokok bahasan arus dan tegangan listrik bolak-balik untuk siswa SMA/MA kelas XII dengan

Semakin tinggi penambahan konsentrasi garam dan konsentrasi asam cuka makanilai pH rusip semakin turun.Kedua perlakuan mendukung pertumbuhan bakteri asam laktat yang

Jauhkan produk pangan yang sudah diolah dari bahan mentah atau bahan-bahan.. lainnya yang dianggap

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pengelolaan sumber daya manusia pada sektor formal lebih baik dibandingkan dengan sektor informal, selain