BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Keberadaan sektor perbankan sebagai susbsistem dalam perekonomian
suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan
masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektor
perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama
sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan
unit-unit ekonomi yang kekurangan dana (Sinung dkk, 2016).
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin meningkat juga
menuntut sektor perbankan untuk menciptakan keunggulan diri masing-masing
dan membandingkan dengan bank-bank lainnya. Bank dalam menciptakan
keunggulan bersaing harus menarik kepercayaan nasabahnya dan masyarakat
yang akan menjadi calon nasabahnya (Suryani dkk, 2016).
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 bahwa, bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Adapun pada ayat
1 dijelaskan tentang definisi perbankan, adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Fahmi, 2015).
Perbankan sebagai sebuah lembaga yang berfungsi menghimpun dan
strategis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, yakni dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak
(Sabir dkk, 2012). Pasal 4 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan
mengatakan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak
(Takasenseran, 2016).
Sejak Januari 2012 seluruh bank umum di Indonesia sudah harus
menggunakan pedoman penilaian tingkat kesehatan bank yang terbaru
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum.Tatacara terbaru tersebut, di sebut sebagai
Metode RGEC, yaitu Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan
Capital.Sedangkan ketentuan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mewajibkan
seluruh bank umum konvensional memenuhi persyaratan yang sudah tertera di
PBI (Dewi dkk, 2016).
Sebagai lembaga keuangan yang menangani jasa transaksi keuangan,
sangat penting bagi sebuah bank untuk menjaga kepercayaan dari masyarakat.
Salah satu cara untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan pemilik saham,
manajemen perusahaan dituntut melakukan pelaporan keuangan secara teratur
kepada pemegang kepentingan perusahaan yaitu agar para pemegang kepentingan
Kinerja perusahaan suatu perbankan dapat dianalisis melalui laporan
keuangan yang ada. Laporan keuangan dibuat untuk memberikan informasi bagi
para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan dan dijadikan
sebagai dasar penilaian kinerja keuangan suatu perbankan (Sinung dkk, 2016).
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat
suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK
(Standar Analisis Keuangan) atau GAAP (General Accepted Accounting
Principle).Ada 5 tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perbankan
secara umum, yaitu melakukan review terhadap data laporan keuangan,
melakukan perhitungan, melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang
telah diperoleh, melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan, serta mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai
permasalahan yang ditemukan (Fahmi, 2015).
Bagi suatu perbankan, sistem bunga yang diterapkannya dapat
menyebabkan adanya selisih antara besarnya bunga yang ditanggung oleh para
peminjam dana dengan imbalan bunga yang diberikan kepada nasabah penyimpan
yang merupakan sumber keuntungan, sehingga pendapatan tersebut dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perbankan.Hal inilah yang menjadi tujuan utama
perbankan dalam meningkatkan kinerja keuangannya (Sabir dkk, 2012).
Suryani dkk (2016), pentingnya peranan perbankan bagi masyarakat yang
tetap sehat dan efisien dalam menjalankan kinerjanya.Menurutnya, profitabilitas
merupakan indikator yang tepat untuk mengukur kinerja suatu perbankan dalam
mengukur laporan keuangan.
Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang tepat untuk mengukur
kinerja keuangan suatu perusahaan. Semakin tinggi profitabilitasnya, maka akan
semakin efisien perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya pada kegiatan
operasional perusahaan. Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Sinung dkk,
2016).
Oleh karena itu, diperlukan analisis rasio keuangan sebagai pengukur
kinerja keuangan suatu perbankan. Rasio keuangan dapat dilihat dan dijadikan
sebagai pengukur kinerja perbankan termasuk bisa dipakai untuk menilai
kesehatan bank tersebut.Secara umum definisi rasio bisa disebut sebagai
perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat
perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang
selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan (Fahmi,
2015).
Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang
digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.Penggunaan ROA sebagai
proksi profitabilitas pada perusahaan perbankan sesuai dengan Surat Edaran Bank
2013).Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena
tingkat pertumbuhan laba meningkatkan pertumbuhan aset (Irmawati dan Lestari,
2014).
Modal merupakan salah satu faktor yang berperan sangat penting dalam
kinerja suatu perusahaan.Modal perbankan dapat diukur menggunakan rasio
Capital Adequacy Ratio (CAR).CAR atau sering disebut dengan istilah rasio
kecukupan modal bank, yaitu bagaimana sebuah perbankan mampu membiayai
aktivitas kegiatannya dengan kepemilikan modal yang dimilikinya (Fahmi,
2015).Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank dalam
menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang berisiko.Rasio kecukupan
modal yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank dan
pada akhirnya dapat meningkatkan ROA (Wibowo dan Syaichu, 2013).Menurut
Sabir dkk (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa CAR berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA.Sedangkan menurut Mulyani dan Jaleha (2015),
CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Tingkat likuiditas bank merupakan rasio keuangan bank yang
memperlihatkan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap nasabah dengan
mengukur jumlah kredit yang disalurkan sebagai sumber pendapatannya.
Likuiditas dapat diukur menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR).LDR tersebut
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya (Widati, 2012). Sinung dkk (2016) menyimpulkan
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suryani dkk (2016) yang
menyatakan LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas pada bank
umum yang terdaftar di BEI.
Dalam menjalankan kegiatannya, perbankan tidak bisa lepas dari risiko
yang dihadapinya seperti risiko kredit macet.Menurut Kamus Bank Indonesia
risiko kredit adalah risiko yang timbul dalam hal debitur gagal memenuhi
kewajiban untuk membayar angsuran pokok ataupun bunga sebagaimana telah
disepakati dalam perjanjian kredit (Dewi dkk, 2016).Risiko kredit macet inilah
yang tercermin dalam rasioNon Performing Loan (NPL).NPL adalah
perbandingan rasio kredit bermasalah dengan rasio kredit (Sinung dkk,
2016).Semakin kecil NPL maka semakin kecil risiko yang akan ditanggung oleh
pihak bank (Suardita dkk, 2015). Penelitian yang dilakukan WITO (2014)
memperlihatkan bahwa NPL berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas
(ROA).Berbeda dengan penelitian Sabir dkk (2012) dalam penelitiannya yang
membuktikan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada
bank umum.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya yang masih
beragam, maka dari itu penelitian ini menambahkan variabel moderasi.Variabel
moderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2016). Variabel yang terpilih sebagai variabel moderasi adalah tingkat
risiko kredit.Dikaitkannya tingkat risiko kredit sebagai variabel moderasi
kecukupan modal dan penyaluran kredit terhadap profitabilitas
perusahaan.Suardita dan Putri (2015), menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa
interaksi antara rasio kecukupan modal terhadap profitabilitas berpengaruh positif
signifikan yang dimoderasi risiko kredit.Sedangkan menurut Septiarini dan
Ramantha (2014), menghasilkan penelitian yang menyatakan bahwa rasio kredit
bermasalah berpengaruh positif signifikan terhadap hubungan antara rasio
penyaluran kredit dengan profitabilitas.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan mencoba meneliti
pengaruh kecukupan modal dan penyaluran kredit terhadap profitabilitas pada
perbankan yang dimoderasi oleh risiko kredit sebagai variabel pemoderasi.
Profitabilitas dipilih sebagai variabel dependen karena peningkatan profitabilitas
akan membawa kemajuan bagi suatu perusahaan.
Dengan demikian, maka peneliti mengambil
judul“PENGARUHKECUKUPAN MODAL DAN PENYALURAN
KREDITTERHADAP PROFITABILITASDENGAN RISIKO KREDIT
SEBAGAI VARIABEL MODERASI(Studi Pada Bank Umum Nasional Yang
Terdaftar di BEI Periode 2011-2016)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap
2. Apakah penyaluran kredit berpengaruh signifikanterhadap
profitabilitas?
3. Apakah tingkat risiko kredit memoderasipada hubungan kecukupan
modal dengan profitabilitas?
4. Apakah tingkat risiko kredit memoderasipada hubungan penyaluran
kredit dengan profitabilitas?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui bahwa tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
Tujuan penelitian :
1. Tingkat kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas.
2. Tingkat penyaluran kredit berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas.
3. Tingkat risiko kredit memoderasi pada hubungan kecukupan modal
dengan profitabilitas.
4. Tingkat risiko kredit memoderasi pada hubungan penyaluran kredit
Manfaat Penelitian :
1. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
di bidang manajemen keuangan khususnya serta dapat memperdalam
tentang ROA, CAR, LDR,serta NPL.
2. Bagi Perusahaan, dapat dijadikan sebagai informasi bagi perusahaan
perbankan yang terkait dengan penelitian ini khususnya yang
berhubungan dengan kinerja keuangan perbankan.
3. Bagi Akademis, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya di masa yang
akan datang.
4. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam mecari informasi pada perusahaan perbankan