• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Motivasi Belajar - BAB II ARIF DWI NUGROHO PGSD'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Motivasi Belajar - BAB II ARIF DWI NUGROHO PGSD'17"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Secara umum kata “motif” diartikan sebagai daya upaya untuk mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif ini dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu intern (kesiap siagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada sat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.

Pernyataan tersebut diperkuat Mc. Donald dalam Sardiman (2011:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan diketahui dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting. 1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada

(2)

“neurophysiological” yang ada pada organism manusia. Karena

menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan responsi dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculanya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

(3)

Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar (prestasi belajar), oleh karena itu motivasi belajar perlu diusahakan. Prestasi belajar yang baik akan sulit di dapat tanpa adanya usaha untuk mengatasi permasalahan atau kesulitan. Proses usaha dalam menyelesaikan kesulitan tersebut memberikan dorongan yang sungguh kuat. Dalam Islam secara jelas menerangkan bahwa motivasi dalam usaha untuk mengatasi kesulitan sangatlah berhubungan erat dengan keberhasilan seseorang. Sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Ra‟d : 11

.

..

َأِب اَم اوُرِّيَغُي ىَّتَح ٍم ْوَقِب اَم ُرِّيَغُي لا َ َّاللَّ َّنِإ

ْمِهِسُفْن

:دعرلا( ....

11

)

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS.

Ar-Ra‟d : 11)

(4)

Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa motivasi adalah menggerakan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.Motivasi dalam perkembangannya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Motivasi Intrinsik

Yaitu motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.

b) Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motivasi yang datang dari luar diri siswa, yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.

Guru dalam memberikan motivasi harus berusaha untuk mengarahkan perhatian siswa pada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan dalam diri siswa, akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Motivasi ini dapat dibangkitkan kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

Upaya guru yang dilakukan untuk meninkatkan motivasi belajar adalah memberikan treatment melalui penerapan model

Group Investigation. model Group Investigation merupakan model

(5)

belajar siswa untuk selalu dilatih agar selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran group investigation

inilah harapannya dapat merubah pola pembelajaran dari teacher

centered, beralih menjadi pola pembelajaran student centered.

Penelitian ini memilih menerapkan strategi group

investigation agar meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Alasan menerapkan strategi group investigation karena strategi ini sesuai untuk diterapkan dalam menyajikan materi IPS yang memberikan keleluasaan kepada siswa dalam meraih dan mempelajari, bertanya, berdialog langsung, merumuskan masalah, menganalisis masalah, serta memecahkan masalah dalam kehidupan sosial yang dihadapi siswa. Dengan strategi ini pula akan terbentuk tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas dari guru, kerja sama dengan kelompok serta memiliki tanggung jawab secara individual terhadap diri sendiri tanpa memiliki ketergantungan dengan siswa lainnya.

b. Macam-macam Motivasi

Sardiman (2007:86) berpendapat macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari sebagai sudut pandang, antara lain:

1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. a) Motif-motif bawaan

(6)

b) Motif-motif yang dipelajari maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar suatu didalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif yang disyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.

c) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni jasmaniah dan rohaniah. Yang dimaksud motivasi jasmani seperti misalnya: reflex, insting, otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk rohaniah adalah kemauan.

d) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik (1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku untuk dibacanya.

(2) Motivasi ekstrinsik

Motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya aka nada ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik.

c. Bentuk-bentuk motivasi disekolah

Sardiman (2007: 92) mengemukakan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah:

1) Memberi angka

Sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. 2) Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.

3) Saingan/Kompetisi

(7)

4) Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akanada ulangan

5) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. 6) Pujian

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.

7) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negativ tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijaksana bisa menjadi alat motivasi. 8) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.

9) Minat

Proses belajar akan berjalan dengan lancar apabila disertai dengan minat.

10) Tujuan yang diakui

Rumusan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting.

d. Fungsi dan peranan motivasi belajar

Ada 3 fungsi motivasi (Sardiman, 2007: 85) antara lain:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau moto yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah kegiatan dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

e. Indikator Motivasi Belajar

Menurut Uno, Hamzah (2007: 23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(8)

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam pembelajaran 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umunya disebut motif untuk berprestasi yaiitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan. Motivasi semacam ini merupakan unsur kepribadian dan perilaku yang berasal dari diri siswa. Keberhasilan dalam belajar bukan hanya berasal dari dalam diri siswa , namun juga dorongan dari luar dan kebutuhan belajar sebagai upaya untuk menghindar kegagalan. Harapan didasari oleh keyakinan yang tumbuh untuk mencapai keinginan.

Penghargaan pada siswa merupakan cara paling efektif untuk meningkatkan motivasi belajar seperti menggunakan pernyataan bagus, hebat, pintar, dan lain-lain. Selain penghargaan suasana yang menarik membuat proses belajar lebih bermakna, sesuatu yang bermakna akan selalu diingat dan dipahami seperti pembelajaran dengan cara menginvestigasi secara langsung. Indikator motivasi dengan adanya lingkungan yang kondusif menjadi faktor pendorongbelajar siswa dengan adanya lingkungan yang kondusif dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan belajar.

(9)

dikumpulkan melalui angket yang berisi pernyataan pernyataan yang berhubungan dengan penelitian dengan maksud untuk mendapat informasi tentang motivasi belajar siswa.

2. Prestasi Belajar

a. Prestasi Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Pengertian belajar dikemukakan oleh (Slameto, 2010:2) yang menyatakan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.

Pernyataan di atas diperkuat dengan Al‟Quran dan Al‟ Hadist yang menjelaskan tentang pentingnya belajar. Salah satu surat yang berkaitan dengan belajar adalah dalam surat Al‟Alaq ayat 1-5:

ا

(10)

hanya membaca tulisan melainkan membaca segala yang tersirat didalam ciptaan Allah SWT.

b. Ciri-ciri belajar

Belajar adalah perubahan yang berkaitan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Menurut Djamarah (2002:15) seseorang yang melakukan aktifitas belajar dalam dirinya dengan memiliki pembaharuan dan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Terdapat perubahan tertentu yang dimasukan kedalam cirri-ciri belajar menurut Djamarah (2002:15) yaitu:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan terjadi adanya perubahan pada dirinya. Misalnya siswa menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya bertambah.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu berlngsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seseorang siswa belajar menulis, maka siswa akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapat menulis.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak yan makin baik perubahan yang diperoleh.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

(11)

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laklu yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik.

Berdasarkan ciri-ciri belajar yang dikemukakan oleh Djamarah dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri belajar merupakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kerangka pemahaman terhadap masalah belajar. Selain itu cirri-ciri belajar merupakan perubahan tingkah laku individu dan perubahan itu terjadi karena latihan atau pengalaman. Belajar juga dapat menambah pengetahuan lebih baik dari sebelumnya dan dengan banyak usaha belajar itu dilakukan, semakin banyak dan semakin baik perubahan yang diperoleh.

c. Pengertian Prestasi Belajar

(12)

Pengukuran hasil belajar peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif (Group Investigation), yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok, model pembelajaran kooperatif merupakan teori kontruktivisme, pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan pasif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, dan sesuai dengan falsafah konstruktivisme.

Model Group Investigation merupakan model Kooperatif dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok, siswa terlibat dari awal sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Dengan seperti itu siswa dapat lebih memahami sendiri materi yang dipelajari, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

d. Fungsi Prestasi Belajar

Salah satu indikator dari keberhasilan pembelajaran adalah meningkatnya prestasi belajar siswa. Arifin (2009:12) menyatakan prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, yang diantaranya:

1) Prestasi belajar sebagai indicator lualitas dan kuantitas yang telah dikuasai siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan

(13)

Prestasi belajar tidak hanya berfungsi untuk infikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, namun juga sebagai indicator kualitas suatu institusi pendidikan. Hal ini diperkuat oleh Cronbach (Arifin, 2009:13) bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostic, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk menentukan isi kurikulum dan menentukan kebijakan sekolah.

Pendapat para ahli di atas tentang fungsi prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa fungsi prestasi belajar merupakan evaluasi dari keberhasilan pendidikan, prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang disebut dengan tes prestasi belajar. Prestasi belajar juga berfungsi sebagai keberhasilan suatu institusi pendidikan.

e. Prinsip-prinsip Pengukuran Prestasi belajar

Prinsip-prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar dikemukakan oleh beberapa ahli salah satunya oleh Gronlund (Azwar,1996:18) yaitu:

1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional. Prinsip ini menjadi langkah pertama dalam penyusunan tes prestasi belajar, yaitu langkah pembatasan tujuan ukur. Indentifikasi dan pembatasan tujuan ukur harus bersumber dan mengacu pada tujuan intruksional yang telah digariskan bagi suatu program. 2) Tes prestasi harus mengukur suatu sempel yang mewakili hasil

(14)

3) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukuir hasil belajar yang diinginkan. Hasil belajar yang hendak diukur akan menentukan tipe perilaku yang harus diterima sebagai bukti tercapainya tujuan intruksional yang telah ditetapkan. Tes prestasi memilikiberbagai tipe dan format item yang dapat digunakan sesuai dengan tujuan pengukuiran.

4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan pengukuran hasilnya. Begi tes yang dimaksudkan berfungsi sumatif guna mengukur kemajuan belajar tentu harus disusun item yang mencakup bagian-bagian penting tertentu dari keseluruhan materi pelajaran. Tes yang berfungsi diagnostik akan berisi item dengan jumlah besar dari setiap bagian kawasan materi pelajaran.

5) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa. Hasil tes prestasi secara akurat dapat mencerminkan pencapaian tujuan instruksional dan bila tes prestasi dapat mengukuir sempel hasil belajar dengan layak maka pengaruh positif pengadaan tes prestasi bagi peningkatan belajar akan dapat diharapkan secara maksimal.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tes prestasi belajar dapat memanfaatkan sebaik mungkin untuk memperoleh pemahaman yang seluas-luasnya pada siswa. Tes prestasi belajar juga memberikan gambaran pada guru berhasil tidaknya dalam menyampaikan pengetahuan. Diharapkan dengan munculnya hambatan tersebut akan menjadi motivasi untuk lebih mengembangkan tes prestasi yang telah baik.

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Pembelajaran

(15)

pembelajaran. Guru mengajar dalam perseptif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi siswanya untuk mempelajarinya. Subyek pembelajaran adalah siswa. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

Piaget (Dimyanti, 2010: 14-15) pembelajaran terdiri dari empat langkah yaitu sebagai berikut:

1) Langkah satu: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. Penentuan topik tersebut dibimbing dengan beberapa pertanyaan.

2) Langkah kedua: memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.

3) Langkah ketiga: mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

4) Langkah empat: menilai pelaksanaan setiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi.

b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari cabang-cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi dan budaya. Menurut Somantri (Sapriya, 2011: 11) Pendidikan Ilmu IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta dasar kegiatan manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

(16)

memberikan pengetahuan dasar dan ketrampilan sebagai media pelatihan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warganegara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada pengembangan ketrampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial di masyarakat.

Sependapat dengan Fraenkel (Susanto, 2015: 142) dengan memperoleh pendidikan IPS dapat membantu para siswa menjadi lebih mampu mengetahui tentang diri mereka dan dunia dimana mereka hidup. Mereka akan lebih mampu mengembangkan kesimpulan yang diperlukan tentang hidup dan kehidupan, lebih berperan serta dan apresiatif terhadap kompleksitas atau kerumitan menjadi manusia dan masyarakat serta budaya yang mereka ciptakan, lebih mengetahui gagasan sikap, nilai, dan cara pikir, dalam menjaga dan mengerjakannya.

(17)

c. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar, menurut Munir (Susanto, 2013: 150) sebagai berikut:

1) Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat.

2) Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

3) Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat.

4) Membekali siswa dengan kesadaran, sika mental yang positif, dan ketrampilan keilmuan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupan tersebut.

5) Membekali siswa dengan kemampuan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar juga bertujuan untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pegetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. (Sapriya, 2011: 12).

(18)

luas. Diharapkan dengan dibekali ketrampilan tersebut menjadikan para siswa mampu menghadapi permasalahan yang ada, baik dalam kehidupannya ataupun dilingkungannya.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Model pembelajaran Group Investigasi merupakan pembelajaran kooperatif. Slavin dalam isjoni (2010: 17), mengatakan bahwa

cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal

sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Damon & Phelps (Cheong, 2010:75) dengan judul ” From Group-based Learning to Cooperative Learning: A Metacognitive Approachto

Project-based Group Supervision“ mengemukakan

Cooperative learning is a group-based activity in which the group

(typically containing 5 – 6 individuals) is presented with a task to

be address or solved. The individuals in the group usually have similar levels of competencies, and the individuals may be assigned roles, which can later be exchanged between individuals

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan berbasis kelompok yang terdiri dari 5-6 oang kemudian disajikan tugas untuk dipecahkan. Individu-individu dalam kelompok biasanya memiliki tingkat kompetensi yang sama, dan individu dapat diberikan peran, yang nantinya dapat bekerja sama antara individu yang satu dengan yang lain.

(19)

Force and Motion Subjectson Students’ Academic Achievements

mengemukakan

The Group Investigation (GI) technique was developed by

Sharan and Sharan in 1989. In this technique, the class is divided into several groups that study in a different phase of a general issue. The study issue is then divided into working sections among the members of the groups. Students pair up the information, arrangement, analysis, planning and integrate the data with the students in other groups.

Teknik Group Investigation (GI) dikembangkan oleh Sharan dan

Sharan pada tahun 1989. Teknik ini, kelas dibagi menjadi beberapa

kelompok yang belajar di fase yang berbeda dari masalah umum.

Masalah penelitian ini kemudian dibagi menjadi beberapa bagian yang

bekerja di antara anggota kelompok. Siswa berpasangan informasi,

penataan, analisis, perencanaan dan mengintegrasikan data dengan siswa

dalam kelompok-kelompok lainnya.

(20)

Guru yang menggunakan model investigasi kelompok umunya membagi kelas menjadi beberapa kelompok, dan kelompok beranggotakan dua hingga enam siswa dengan karakteristik heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan teman atau kesamaan minat tehadap topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhdap subtopik yang telah dipilih, kemudisn menyiapkan dan menyajikan laporan didepan kelas secara keseluruhan.

Arends (2008:21) berpendapat bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Kooperatif

Fase Perilaku guru

Fase 1 : mengklarifikasi tujuan

dan establishing set

guru menjelaskan tujuan-tujuan pelajaran dan establishing set Fase 2 : mempresentasikan

informasi

Guru mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal atau dengan teks.

fase 3 : mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim belajar fase 4 : membantu kerja-tim dan

belajar

Guru membentuk tim-tim belajar selama mereka mengerjakan tugasnya.

Fase 5 : mengujikan berbagai materi

(21)

a. Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif Group Investigation

Deskripsi mengenai tahap-tahap model grup investigasi kelompok (Slavin, 2008: 218) adalah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok 2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari

3) Menyiapkan laporan akhir 4) Mempresentasikan laporan akhir 5) Evaluasi

5. Metode Field Trip

Metode ini sebagai pembantu proses belajar terhadap pembelajaran Group Investigation. Menurut Sagala (2009: 214) Field Trip adalah pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Menggunakan Field Trip sebagai metode belajar mengajar, anak didik dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud dan tujuan untuk belajar.

(22)

Adapun langka-langkah pokok dalam pelaksanaan metode ini (Abdul, M, 2014: 215) adalah:

a. Perencanaan

1) Merumuskan tujuan

2) Menetapkan objek sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai 3) Menetapkan waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan 4) Menyusun rencana belajar bagi siswa selama berkunjung 5) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan b. Pelaksanaan

Fase ini merupakan pelaksanaan kegiatan belajar ditempat lokasi dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan diatas.

Pada penelitian ini akan dilakukan inovasi pembelajaran menggunakan pembelajaran Group Investigation melalui Field Trip.

Langkah-langkah implementasitersebut sebagai berikut:

1) Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran

2) Fase 1: mengklarifikasi tujuan dan estabilishing set, melakukan apersepsi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi sebelumnya

3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai

4) Fase 2: mempresentasikan informasi, guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan mengenai metode Group Investigation melalui

Field Trip

(23)

melakukan pembelajaran menggunakan metode Group Investigation

melalui Field Trip yaitu belajar diluar kelas dengan mengunjungi lokasi secara langsung dan menginvestigasi tentang materi yang sedang dibahas.

6) Fase 4: membantu kerja tim dan belajar, sesampainya di lokasi siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing untuk berdiskusi tentang perencanaan dan pelaksanaan investigasi

7) Saat melaksanakan investigasi setiap kelompok mengumpulkan informasi dan analisis data sebagai bahan laporan

8) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi semua gagasan yang diperoleh

9) Pada waktu pengamatan siswa diberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan pada waktu pelaksanaan Field Trip

10) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka mempresentasikannya

11) Fase 5: mengujikan berbagai materi, setiap kelompok mengerjakan dan mempresentasikan hasil diskusi masing-masing di depan kelas 12) Guru dan murid berkolaborasi membahas hasil presentasidandiskusi

secara umum

(24)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Ada beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan terkait dengan model Group investigation diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nevidkk dari PGSD FKIP Universitas Pendidikan Ganesha.

Penelitian dilakukan pada kelas V SD dengan judul “Pengaruh model pembelajaran tipe Group Investigation berbantuan media gambar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri ”. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh baik dari model pembelajaran kooperatif tipe GI berbantuan media gambar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V terbukti dengan analisis data yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat ditunjukan bahwa t hitung = 7,897 ˃ t table = 2,000 dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen sebesar 83,32 sedangkan kelompok kontrol sebesar 77,42. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe GI berbantu media gambar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA.

2. Penelitian mengenai model pembelajaran Group Investigation juga pernah dilakukan oleh Supriyatidkk dari PGSD FKIP UKSW Salatiga Penelitian dilakukan pada kelas V SD dengan judul “Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Inquiry dalam pembelajaran IPA kelas V SD”. Teknik analisis data menggunakan uji

(25)

score. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai t hitung -1,182 an t tabel 1,985 dengan signifikansi 0,240. Hasil uji gain score kelompok eksperimen dan kontrol menunjukan t hitung 0,468 dan t tabel 1,985 dengan signifikansi 0,641. Karena nilai signifikansi ˃ 0,05 dan t hitung ˂ t tabel maka diterima yaitu tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan

Inquiry.

Penelitian dengan judul “Model Group Investigasi (GI) Untuk Meningkatkan belajar siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”

sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh hanya model yang digunakan sama yaitu “Group Investigation”. Jika penelitian yang dilakukan

(26)

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, cara pemecahan masalah, dan landasan teori, dapat dirumuskan kerangka befikir seperti tampak padabagan brikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir dalam Pelaksanaan Penelitian.

Kondisi awal Tindakan Kondisi akhir

Dalam siklus I guru mengajarkan K.D 2.3 mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya, dengan

menggunakan model pembelajaran

Group Investigation melalui Field

Trip untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV. Jika dalam siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan maka perlu adanya perbaikan disiklus selanjutnya

Pada siklus II ini guru mengajarkan K.D 2.3 mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya, dengan menggunakan model pembelajaran Group

Investigation melalui Field Trip untuk meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata Jika dalam siklus I dan siklus

II belum tercapai indikator keberhasilan maka penelitian tetap berlanjut.

(27)

D. Hipotesis Tindakan

Uraian masalah di atas dapat teratasi, maka dapat diambil hipotesis tindakan berupa :

1. Pembelajaran yang menggunakan model pembeajaran kooperatif tipe

Group Investigation melalui Field Trip dapat meningkatkan motivasi

siswa ke motivasi yang lebih baik pada mata pelajaran IPS materi perkembangan teknologi di SD N 2 Wonoyoso.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation melalui Field Trip dapat meningkatkan prestasi

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Kooperatif
Gambar 2.1 Kerangka Pikir dalam Pelaksanaan Penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Luasnya potensi yang dimiliki augmented reality menjadikan penulis untuk memanfaatkan teknologi tersbut pada bidang pendidikan khususnya pada proses

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui umur simpan dan kelayakan bisnis biskuit MP- ASI berbasis tepung komposit (tepung gandum dan gembili) dengan penambahan protein

Untuk meminimalisir nilai osilasi dilakukan dengan metode Moving average sub-metode Weighted Moving Average (WMA) dan hasil pengolahan isyarat sensor Load cell cukup baik

Beberapa aspek yang dianggap dapat mempengaruhi adanya self-plagiarism yang digunakan adalah penggunaan algoritma deteksi kesamaan teks, topik pembahasan yang

Perbedaan dari perangkat yang akan dibuat dengan tensimeter pada umumnya adalah sistem penampil nilai pengukuran, dan digunakannya sensor tekanan udara (BPS -Pressure sensor )

Besarnya rata-rata nilai tambah yang dihasilkan dari satu kilogram buah carica yang digunakan untuk menghasilkan olahan carica berupa carica in syrup adalah

Agar dalam penyusunan laporan ini mempunyai arah yang jelas, maka perlu adanya lingkup dan batasan pembahasan, yang meliputi : perencanaan dan perancangan Museum