i
ANJELO SEBAGAI SUMBER UTAMA NAFKAH UTAMA
KELUARGA (Studi Kasus di Bandungan Kabupaten Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Ayis Rakasiwi
NIM : 21113035
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Ayis Rakasiwi NIM : 21113035
Judul : ANJELO SEBAGAI SUMBER UTAMA NAFKAH KELUARGA (STUDI KASUS DI BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG)
dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 4 April 2018 Pembimbing,
iii
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
ANJELO SEBAGAI SUMBER UTAMA NAFKAH KELUARGA (STUDI KASUS DI BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG)
Oleh: Ayis Rakasiwi NIM : 21113035
telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin, tanggal 9 Juli 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. ...
Sekretaris Sidang : Heni Satar Nurhaida, S.H., M.si. ...
Penguji I : Dr.Ilyya Muhsin, M.Si. ...
Penguji II : Sukron Ma‟Mun, S.Hi.,M.Si. ...
Salatiga, 28 Mei 2018 Dekan Fakultas Syari‟ah
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. NIP.19670115 199803 2 002
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ayis Rakasiwi NIM : 21113035
Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syari‟ah
Judul Skripsi : ANJELO SEBAGAI SUMBER UTAMA NAFKAH KELUARGA (STUDI KASUS DI BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG)
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 28 Mei 2018 Yang menyatakan
v
MOTTO
A call of Pride, Passion, and Adventure. Be a part of greatness ( sebuah panggilan untuk Kebanggaan, Semangat, dan Petualangan. Jadilah
bagian dari sebuah kebesaran ) -ImamDarto (presenter)-
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, shalawat serta salam senoga tetap tercurah kepada Rosulillah SAW,
skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Udin dan ibu Tukini yang selalu
memberikan semangat, dukungan, do‟a dan kasih sayang yang tak pernah
hentinya. Terimakasih Tuhan kau telah memberikan orang tua terhebat. Kakak saya Yoga Giri Rakasiwi S.Pd yang selalu memberi semangat serta
doa dan dukunganya serta tak henti-hentinya untuk segera menyelesaikan kuliah dan bersegera untuk memulai kehidupan yang lebih mandiri lagi
dan dengan hasil usaha saya sendiri.
Dosen pembimbing saya, ibu Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si., yang
dengan ikhlas dan sabar telah membimbing, mengarahkan serta
mencurahkan waktu dantempatnya sehingga skripsi ini terselesaikan. Tak lupa Seluruh sahabat dan teman- teman seangkatan jurusan Ahwal
Al Syakhshiyyah dan juga teman-teman se angkatan 2013 se IAIN SALATIGA lainya atas segala semangat dan hiburannya sehingga membantu selama perkuliahan hingga skripsi ini terselesaikan.
Sahabat GGS crew (Apid, Dicky, Rudi, Hajir, Mahmud, Susanto, Saichu,
Samsul )yang telah berjuang, dan menghibur selama perkuliahan hingga
vii
Keluarga posko 8 ( Abidin, Beny, Esa, Lupita, Lailia, Herlina, Nadya,
Nia) yang telah belajar bersama tentang kehidupan bermasyarakat selama masa KKN di dusun Konang, kecamatan Candi Mulyo,Magelang dan
berjuang bersama demi meraih gelar masing-masing
Dan juga rekan-rekan “Bikers Abal-Abal dan juga pak Isom” yang telah
membantu dan mengisi waktu luang untuk bermotoran dan juga
bertouring-touring ria, dan tengah berjuang bersama menyelesaikan skripsi dan tugas akhir demi meraih gelar masing-masing.
Tak lupa teman-teman Kupang Dukuh Bersatu yang telah membantu
menghibur dan berbagi keluh kesah setiap harinya.
Serta rekan-rekan Dranken Monster ( Adly, Bhara, Donny, Hanip, Yudha
dan Satria, tak lupa Bayu yang telah berkeluarga ) yang telah berbagi keluh kesah tentang kehidupan dan mengajarkan tentang arti sebuah
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohmanirohim
Alhamdulillahirobil‟alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayahnya dan taufiq-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Anjelo Sebagai Sumber Utama Nafkah Keluarga ( studi kasus di
Bandungan kab.Semarang)” tanpa halangan berarti.
Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada nabi Akhiruzaman, Nabi Muhamad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa dan menjadikannya suritauladan. Beliaulah visioner yang telah memberikan
spirit perjuangan kepada penulis dan semoga kita semua sebagai umatnya mendapatkan syafaatnya min hadza ila yaumil qiyamah, Aamiin Ya Robbal‟alamin
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah.
3. Dr. Ilyya Muhsin, S.HI.,M.Si., selaku Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syariah.
ix
5. Heni Satar Nurhaida.S.H.,M.Si., selaku dosen pembimbing yang
dengan ikhlas membimbing, mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya sehingga skripsi ini terselesaikan.
6. Seluruh dosen dan staf IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat dan membantu selama perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Kedua orang tua, kakak dan juga keluarga besar yang telah memberikan dan mencurahkan semangat dan kemampuanya untuk
mendukung memenuhi keinginan penulis hingga saat ini. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak akan terselesaikan dan bahkan tak
akan pernah ada.
8. Seluruh rekan-rekan seperjuangan dan seangkatan di Ahwal Al Syakhshiyyah angkatan 2013 atas segala semangat dan hiburanya
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kemampuan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya. Aamiin.
Ambarawa, 4 April 2018 Ayis Rakasiwi
x ABSTRAK
Rakasiwi, Ayis. “ANJELO SEBAGAI SUMBER NAFKAH UTAMA KELUARGA (Studi kasus di Bandungan Kabupaten Semarang)”. Skripsi Fakultas Syari’ah
Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing Heni Satar Nurhaida.S.H,.M.Si.
Kata Kunci: Anjelo, Sumber Nafkah Utama , Nafkah Keluarga.
Penelitian ini berusaha mengungkap problematika nafkah suami yang berasalkan dari bekerja sebagai seorang Anjelo (Antar Jemput Lonte). Dalam penelitian ini peneliti berusaha mengungkap bagaimana cara kerja seorang suami yang mencari sumber nafkah yang halal. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimana aktifitas Anjelo di Bandungan ? Bagaimanakah tinjauan hukum islam terhadap Anjelo sebagai sumber nafkah keluarga?
Melalui penelitian lapangan (field Resesearch) dengan pendekatan yuridis sosiologis yang secara umum bersifat diskriptif, peneliti berusaha untuk mengungkap dan fokus mendiskripsikan permasalahan diatas. Dengan metode tersebut dilakukan wawancara kepada beberapa narasumber sesuai dengan data yang dibutuhkan. Untuk mendukung penelitian ini, peneliti juga mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Penelitian juga akan mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Peneliti juga akan menggunakan data serta dokumentasi yang ada. Dan untuk menguji hasil temuan data tersebut maka peneliti akan menganalisis data dengan menggunakan kerangka teoritik yang peneliti susun.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ...iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ...viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Tinjuan Pustaka...8
G. Metode Penelitian 1. Jenis dan pendekatan penelitian ... 13
2. Sumber data ... 14
3. Metode pengumpulan data ... 15
xii
H. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II : LANDASAN TEORI A. Keluarga ... 19
B. Pengertian Tentang Nafkah ... 22
C. Macam-Macam Nafkah ... 28
1. Nafkah untuk keluarga ... 29
2. Nafkah anak untuk orang tua ... 30
D. Sumber Nafkah Utama Keluarga ... 35
E. Nafkah Dalam Keluarga...41
BAB III : HASIL PENELITIAN TERHADA ANJELO DI BANDUNGAN A. Gambaran Umum Tentang Kecamatan Bandungan ... 45
B. Sekilas Tentang Anjelo………..50
C. Profil Dari Para Pekerja Anjelo……….54
BAB IV : PEMBAHASAN A. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ANJELO SEBAGAI SUMBER UTAMA NAFKAH KELUARGA ... 67
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan memiliki fitrah untuk salik berpasangan antara laki-laki dengan perempuan. Maka dianjurkanlah untuk melakukan hubungan yaitu perkawinan sebagaimana
tercantum di dalam Kompilasi Hukum Islam ayat 2 yaitu pernikahan merupakan akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakanya merupakan ibadah.
Sedangkan didalam Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 berbunyi pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai suami wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan keutuhan yang Maha Esa. Selain bertujuan untuk melaksanakan syariat dari Allah SWT
dan anjuran dari Rosullah SAW, perkawinan memiliki tujuan yakni untuk beribadah kepada Allah serta untuk menjaga keturunan agar dapat
melanjutkan kelangsungan kehidupan dimasa yang telah ditentukan.
Selain adanya tujuan didalam pernikahan juga terdapat hak-hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh pasangan suami istri serta memiliki hak dan kewajiban bersama ( Sabiq, 2006 : 39).
1. Hak-hak dan kewajiban istri atas suami yakni istri mengetahui
2
dari berbagai kesusahan dan kekacauan, mengikuti keinginanya serta patuh dan ta‟at kepada suami (As-Subki, 2010 : 144).
2. Hak-Hak dan kewajiban suami atas istri yakni berprasangka baik
terhadap istri, melindungi istri dalam keaadaan apapun, memberikan nafkah lahir maupun batin secara adil (As- Subki, 2010 : 173).
3. Hak-Hak dan kewajiban bersama yakni saling menghargai antara
suami dan istri, saling menjaga hubungan baik antara suami dengan istri, serta istri tidak lalai bercampur tangan dalam hubungan seksual
suami istri (As-Subki, 2010 : 201).
Sedangkan didalam Kompilasi Hukum Islam pasal 80 ayat 2 salah satu
kewajiban suami atas istri yakni melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Kewajiban suami salah satunya untuk menanggung nafkah keluarganya dan
mencakupi segala keperluan keluarganya.
Sebagaimana dalil yang tercantum dalam Al-qur‟an yaitu Q.s. An Nisa ayat 19, 34 dan Q.s Al- Baqarah 233. Ayat-ayat tersebut menjelaskan
kewajiban suami atau ayah untuk menafkahi keluarganya dengan baik.Tak hanya dalam surat dalam Al-qur‟an, Rosullah SAW memerintahkan kepada
seorang suami untuk memberikan nafkah istri dan anak-anaknya. Hadistnya berbunyi “Bertaqwalah kepada Allah, dan menjaga istri-istrimudan jadikanlah
mereka amanat Allah. Kamu telah menikahi mereka kemudian kalimatullah.
3
(didiklah) dan kamu mempunyai kewajiban istri memberi nafkah dan pakaian
kepada mereka dengan baik”.
Namun terdapat hukum wajib yang mengatakan bahwa setiap orang yang
ditahan untuk hak dan manfaat lainya, maka nafkahnya atas orang yang menahanya ini. Kaidah inilah yang dianut islam dengan syariat agung. Seorang suami wajib menanggung nafkah istrinya dan bukan orang lain dan
ini berlakulah segala konsekuensinya secara spontanitas. Istri juga menjadi tidak bebas lagi setelah dikukuhkannya ikatan tersebut, sehingga timbul
hikmah pernikahan dengan terjaga dan terhindarnya diri dari hal-hal yang haram. Ada beberapa syariat yang menyebabkan nafkah menjadi wajib bagi
para ahli fiqh berpendapat yaitu jika : 1) Akad nikah sah.
2) Istri menyerahkan diri kepada suami.
3) Suami dapat berhubungan seksual denganya.
4) Tidak menolak ajakan, kecuali suami hendak mencelakai diri dan hartanya tidak aman
Disamping adanya dalil dalil dan pendapat para ahli fiqh, Allah telah memerintahkan suatu perkara melainkan perkara tersebut pasti dicintainya
dan memiliki keutamaan disisi-Nya, serta membawa kebaikan bagi para hamba. Termasuk dalam pemberian nafkah bagi para keluarganya. Nafkah mempunyai arti sesuatu yang bersirkulasi karena dibagi atau diberikan
4
tersebut secara fisik habis atau hilang dari pemiliknya. Sedangkan secara
terminologi nafkah adalah segala sesuatu yang wajib diberikan berupa harta untuk mematuhi agar dapat bertahan hidup. Dengan demikian hal ini yang
termasuk didalam nafkah adalah sandang, pangan, papan. Kewajiban tentang pemberian nafkah terjadi terjadi pada tiga tempat dan bab yaitu : Istri dengan sebab perkawinannya, kerabat seketurunannya (nasab), hamba ataupun orang
lainya sebab dibawah penguasaan. Kewajiban disebabkan perkawinan merupakan dasar pertama dan lebih utama dari pada sebab dibawah
penguasan. Keutamaan kewajiban karena nasab berurutan secara hirarki dari yang paling dekat sampai seterusnya.
Begitu penting tentang pemberian nafkah untuk keluarga bagi para suami
membuat mereka harus bekerja untuk memberi nafkah kepada keluarganya. Dari yang bekerja serabutan hingga pekerjaan menjadi seorang manager
dalam sebuah perusahaan dilakukan. Dalam pemberian nafkah ini seharusnya seorang pencari nafkah (suami) seharusnya harus mengetahui tentang pekerjaan dan sumber harta mereka yang didapatkan. Pekerjaan yang
dilakukan itu seorang suami baiknya pekerjaan yang baik, serta sumber hartanya pun sebaiknya diketahui tentang halal tidaknya sumberharta yang
mereka dapatkan.
Semakin maju dan berkembangnya dunia, hal ini membuat semakin
5
melakukan pekerjaan apa saja asalkan kewajiban tentang pemberian nafkah
terhadap keluarganya terpenuhi. Sebagaimana yang terjadi didaerah Bandungan kabupaten Semarang. Bandungan terkenal sebagai daerah yang
memiliki udara yang sejuk hal ini sangat cocok untuk bidang pertanian, selain untuk sektor bidang pertanian Bandungan sangat cocok untuk bidang wisata keluarga. Maka didirikanlah pondok-pondok keluarga, hotel-hotel hingga
villa. Tak hanya itu didaerah ini (Bandungan) juga terdapat karaoke-karaoke yang bersistem keluarga hingga yang plus-plus. Dikatakan plus-plus karena
karaoke ini menyediakan para pemandu karaoke atau (PK) warga sekitar menyebutnya. Dan karena pekerjaan sebagai seorang pemandu lagu ini
dilakukan pada malam hari maka mereka tidak mungkin berangkat ke tempat karaoke sendirian dengan pakaian dan make up yang sedemkian rupa berjalan atau berangkat sendirian ke tempat karaoke.
Hal ini lah yang membuat muncul lapangan pekerjaan baru pekerjaan yang bertugas sebagai tukang antar jemput pemandu lagu, ataupun mencarikan para tamu untuk dicarikan pemandu jika stok pemandu karaoke
(PK) ini telah terpakai semua. Tukang ojek ini dinamakan Anjelo atau PTL dan sebagainya, hampir disetiap daerah lokalisasi berbeda mempunyai julukan
sendiri untuk para pekerja antar jemput dan mencarikan pemandu lagu ini. Namun untuk daerah Bandungan sendiri lebih terkenal dengan PTL atau Anjelo (Antar Jemput Lonte atau pemandu lagu). Mereka melakukan
6
sebagian besar adalah penduduk Bandungan dan sekitarnya. Dari sinilah
muncul sebuah rumusan masalah untuk penelitian yang berjudul Anjelo Sebagai Sumber Utama Nafkah Keluarga dalam Persepektif Hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aktifitas Anjelo di Bandungan ?
2. Bagaimanakah tinjauan Hukum Islam terhadap Anjelo sebagai sumber
nafkah utama keluarga ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil dari rumusan masalah penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana aktifitas Anjelo di Bandungan.
2. Untuk mengetahui tinjauanHukum Islam terhadap Anjelo sebagai sumber
nafkah utama keluarga.
D. Kegunaan Penelitian
Didalam penelitian ini mempunyai 2 macam kegunaan, yaitu : 1. Teoritis
7 2. Praktis
Didalam Penelitian ini, peneliti memberikan pemahaman untuk para Anjelo, Pemandu Karaoke, masyarakat sekitar, maupun pihak-pihak
yang terlibat didalamnya agar dapat memahami pentingnya sumber nafkah halal untuk keluarganya. Diharapkan nantinya akan berimbas kepada masa keluarganya.
E. Penegasan Istilah
Agar terdapat kejelasan pengertian dalam penelitian ini nantinya dan
supaya terhindar dari kerancauan atau kesalahan penafsiran istilah digunakan dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu memberikan penjelasan dan penegasan istilah sebagai berikut :
1. Anjelo adalah sebuah istilah yang umum digunakan bahkan lebih sering digunakan orang-orang sekitaran tempat lokalisasi untuk
menyebut seorang ojek yang mengantar jemput pemandu karaoke (PK) dan mencarikan pengunjung PK atau wanita tuna susila. Anjelo adalah kepanjangan dari Antar Jemput Lonte.
2. Sumber Nafkah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah belanja untuk hidup; (uang) pendapatan. Pengertian nafkah
dalam judul ini adalah sebagai penghasilan. Penghasilan yang digunakan untuk menghidupi, membiyayai hidup keluarga.
3. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
8
keluarga diartikan dalam ruang lingkup ayah, ibu, anak, adik hingga
kakek dan nenek. Keluarga ini sendiri sebagai obyek untuk dipenuhinya nafkah bagi pelaku Anjelo.
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, banyak diuntungkan dalam beberapa penelitian dengan kata kunci pencarian nafkah
keluarga perspektif Hukum Islam, diantaranya penelitian penelitian tersebut yang hampir mirip dengan penelitian yang penyusun tulis adalah sebagai
berikut :
1. Skripsi karya Hasbi (2017) yang berjudul “Hukum Memberi Nafkah
Dari Hasil Mengemis”. Keluarga adalah sebuah ikatan yang dimiliki
oleh seseorang dalam hidupnya. Ikatan keluarga terbina dengan adanya hubungan darah, hubungan perkawinan dan hubungan
persaudaraan yang timbul oleh keduanya. Sebagai keluarga dalam suami yang mencarikan kepada keluarga. Nafkah terdsebut diberikan berupa nafkah yang halal dan didapatkan dengan cara yang
halaldiantaranya bukan dari meminta-minta (mengemis). Namun dalam fenomena di masyarakat, banyak orang Banda Aceh yang
berprofesi sebagai pengemis,padahal masih sehat dan kuat fisiknya. Hal ini dilihat di lapangan dan adanya beberapa himbauan yang dikeluarkan oleh Pemkot Banda Aceh terkait pengemis. Untuk itu,
9
menggunakan penelitian normatif yaitu suatu metode yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder sesuai dengan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data dianalisis dengan
menggunakan metode diskriptif-analisis, yaitu menjelaskan secara umum mengenai konsep hukum memberikan nafkah kepada keluarga dari hasil mengemis. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
menurut hukum islam, Undang – Undang dan peraturan yang berlaku diIndonesia. Kegiatan mengemis adalah kegiatan yang dilarang dan
tidak baik untuk dilakukan. Namun, pada salah satu hadist diperbolehkan mengemis yaitu dengan tiga kriteria yaitu : (1) Ketika
seseorang menanggung beban diyat (denda) atau pelunasan hutang dengan orang lain, (2) Ketika seseorang ditimpa musibah yang menghabiskan seluruh hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia
mendapatkan sandaran hidupdan, (3) Ketika seseorang tertimpa kefakiran yang sangat berat. Setiap manusia apalagi sebagai kepala keluarga, hendaknya mencari nafkah yang halal untuk menghidupi
keluarganya. Nafkah yang diberikan kepada keluarga dari hasil mengemis sedangkan dirinya masih sanggup bekerja adalah haram.
Adapun hasil mengemis yang bisa dikatakan halal apabila ia memang benar-benar terdesak untuk menanggung keperluan hidupnya namun harus mencari pekerjaan untuk tidak mengemis selamanya.
10
Perspektif Hukum Islam (studi kasus di dusun Jolopo, DesaBanjarsari,
Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung). Keharmonisan rumah tangga tak bisa dilepaskan dari kesederhanaan suami dan istri
dalam memahami hak dan kewajiban masing-masing. Suami mempunyai kewajiban untuk memenuhi nafkah keluarga sedangkan istri mempunyai kewajiban utama mengatur rumah tangga dengan
sebaik-baiknya. Hal ini bukan berarti istri tidak boleh bekerja karena islam tak melarang perempuan untuk belajar maupun bekerja selama
wanita itu membutuhkan atau pekerjaan tersebut,membutuhkanya dan dapat memelihara kehormatan diri.Realitas dalam kehidupan saat ini
jarang dijumpai seorang istri sebagai pencari nafkah utama. Istri sebagai pencari nafkah utama menjadikan seorang istri berperan ganda, bahkan peran utama sebagai ibu rumah tangga terlupakan dan
terabaikan karena kesibukan dalam mencari nafkah sehingga memberi pengaruh terhadap kehidupan berumah tangga.
Fenomena istri sebagai pencari nafkah utama dijumpai di dusun
Jolopo, desa Banjarsari kecamatanNgadirejo, kabupaten Temanggung. Istri sebagai pencari nafkah utama dalam kehidupan berumah tangga,
disebabkan karena suami kurang bertanggung jawab terhadap keluarga. Dalam penelitian ini, pokok permasalahan yang difokuskan rumahtangga, kemudian bagaimana pengaruh istri sebagai pencari
11
Penelitian ini merupakan Field Research atau penelitian
lapangan yaitu penelitian yang dilakukan di dusun Jolopo, desa Banjarsari, kecamatan Ngadirejo, kabupaten Temanggung. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan wawancara. Subjek penelitian adalah tempat keluarga yang istrinya berperan sebagai pencari nafkah utama. Penelitian ini
bersifat diskriptif analisis yang mana penulis mendeskripsikan menceritakan kehidupan menganalisa pengaruhnya terhadap
kehidupan rumah tangga dalam persepektif hukum islam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa istri sebagai pencari
nafkah utama memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap kehidupan rumah tangga. Pengaruh positif istri sebagai pencari sumber nafkah utama yaitu menjadikan perekonomian rumah tangga
menjadilebih baik. Pengaruh negatifnya, kewajiban sebagai ibu rumah tangga menjadi terabaikan diantaranya yaitu, istri menjadi kurang taat kepada suami, istri kurang menjaga kehormatan diri, kebutuhan
seksualitas suami istri menjadi tidak terpenuhi dan pekerjaan rumah tangga terabaikan. Dalam perspektif hukum islam wajibnya
memperhitungkan seberapa besar dan kepentingan ketika tidak menghindarkan sesuatu dalam kerugiaan. Istri sebagai pencari nafkah utama dalam subjek penelitian ini menimbulkan pengaruh negatif
12
3. Skripsi karya Muhammad Sasidin (2016) dengan judul “ Peran Istri
Sebagai Pencari Nafkah Utama Dalam Keluarga Di Desa Danyang Kabupaten Ponorogo (Telaah Kompilasi Hukum Islam dan Counter
Legal Draft-KHI). Permasalahan yang komplek dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini telah menyebabkan terjadinya banyak perubahan fungsi dan peran dalam tatanan masyarakat,
khususnya dalam kehidupan rumah tangga. Masalah ekonomi keluarga misalnya, karena tuntutan pemenuhan kebutuhan rumah
tangga serta tidak mampunya suami memberikan nafkah keluarga menyebabkan banyak istri yang bekerja, baik di dalam maupun luar
negri. Tanah yang kurang subur serta minimnya lahan pekerjaan di desa tersebut telah menyebabkan penduduknya banyak yang bekerja diluar negri, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini menyebabkan
terjadinya keterbalikan peran dan fungsi dalam rumah tangga, dimana istri bekerja mencari nafkah keluarga sedangkan suami mengurus rumah tangga.
Adapun hasil hasil dari analisis yang penyusun lakukan adalah pada dasarnya istri bekerja itu hukumnya boleh, tetapi untuk kasus
yang ada di desa kaidah fiqhiyah yang mengatakan meninggalkan kemafsadatan lebih diutamakan dari pada mendatangkan kemaslahatan, sesuai dengan penelitian penyusun bahwasanya bekerja
13
dengan baik, anak kurang diperhatikan. Maka dengan demikian sesuai
dengan kaidah tersebut istri lebih utama dirumah, sehingga tujuan dari pernikahan terwujud yaitu membina keluarga yang sakinah
mawwadah dan rahmah.
Berdasarkan penulusuran pustaka yang telah dilakukan mengenai pencarian nafkah utama keluarga dalam perspektif hukum
islam yang telah dibahas oleh sejumlah penulis. Namun diantara mereka belum ada yang memfokuskan tentang Anjelo sebagai sumber
utama nafkah keluarga dalam perspektif hukum islam.
G. Metedologi Penelitian
Metodologi Penelitian merupakan tindakan yang dapat membantu
terlaksananya penelitian dengan hasil yang lebih baik.
1. Jenis dan pendekatan penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research) dengan pendekatan yuridis sosiologis yang secara umum bersifat diskriptif. Dimaksudkan melalui pendekatan
yuridis sosiologis dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang nyata dengan memberikan data yang akurat tentang objek
14 2. Sumber data
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang memuat informasi atau data dari responden (Amirin,1990:132). Dalam hal ini yang akan penulis lakukan
dalam penelitianini mendapatkan keterangan para Anjelo (PTL) atau tukang ojek pelaku prostitusi di sekitaran tempat lokalisasi
Bandungan, kabupaten Semarang.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peulis dari subjek penelitianya dalam format dokumentasi (Azwar, 2007:91). Metode dokumentasi dengan menelusuri para pekerja Anjelo ini bekerja dan menurut
sumber para penumpang ojek Anjelo ini.
3. Metode pengumpulan data
Adapun cara penulis dalam menggunakan data adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiono (2013:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatun
15
Observasi adalah sebuah pengumpulan data dengan jalan
pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian. Dalam metode ini penulis menggunakan langkah awal untuk mengetahui
kondisi objek penelitian.
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan terhadap cara kerja Anjelo dalam mencari sumber nafkah yang halal
dengan melihat, memperhatikan, mendengar, atau sebagainya tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalah yang
diteliti dengan demikian penelitian ini menggunakan cara pengamatan di lokalisasi Bandungan tepatnya di karaoke Number
One, mengamati dan mengingat tentang sistem kerja para Anjelo disana. Penulis
b. Wawancara
Metode wawancara yaitu metode yang dipergunakan dalam penelitian dengan cara dialog yang dilakukan oleh pelaku sebagai pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(Arikunto, 1998:145). Adapun metode wawancara yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan mengenai masalah masalah yang
ada dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam metode ini penulis mewawancarai Anjelo sebagai narasumbernya yaitu RN alias
16
mewawancarai 3 pelaku Anjelo guna mendapatkan data dari
mereka. c. Dokumentasi
Menurut Sugiono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya karya monumental dari seorang. Sedangkan menurut
Arikunto (1998:236) dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku-buku,
surat kabar, majalah, prasasti notulen-notulen, lengger, agenda, dan sebagainya. Dalam penelitian ini dokumentasi yang akan
ditampilkan oleh penulis bila diperbolehkan nantinya adalah struktur organisasi ojek disekitaran lokalisasi Bandungan dengan julukan nama yang terkenal Anjelo (PTL) dan kartu anggota.
4. Metode Analisi Data
Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa agar diperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisaan data
tersebut penulis menggunakan analisa kualitatif yaitu, analisa untuk meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk
uraian (Moeloeng,2011: 288).
Dalam metode ini penulis akan mengolah data yang diperoleh
17 H. Sitematika Penulisan
Untuk memberikan kejelasan dan ketepatan pembahasan dalam menyusun sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas 5 (lima) bab
sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan terdiri dari dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan
istilah, tinjauanpustaka, metedologi penelitian, dan sistematikapenulisan.
Bab II : Landasan teori yang terdiri dari pengertian tentang pengertian keluarga, pengertian nafkah, macam-macam
nafkah, sumber nafkah keluarga, nafkah dalam keluarga. Bab III : Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum tentang
kecamatan Bandungan, sekilas tentang Anjelo, profil dari
para Anjelo (hasil wawancara).
Bab IV : Mengalisis tentang bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap Anjelo sebagai sumber utama nafkah keluarga dan
juga tinjauan terhadap hukum yang berlaku di Indonesia. Bab V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran dari
peneliti, kesimpulan tersebut berisi tentang cara kerja Anjelo di Bandungan dan pekerjaan sebagai seorang Anjelo menurut Undang-Undang (KHI dan KUHP), berikutnya
18
BAB II
LANDASAN TEORI A. Keluarga
Dalam sejumlah kamus Bahasa Indonesia atau Melayu keluarga diartikan dengan sanak saudara; kaum kerabat dan kaum saudaramara.
Juga digunakan untuk pengertian : seisi rumah; anak; bin; ibu; bapak dan anak-anaknya. Meliputi orang seisirumah yang menjadi tanggungan.
Dalam KBBI diterangkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah orang yang menjadi tanggungan dan menetap satu rumah dengan dirinya. Artinya, ada yang dimaksud dengan keluarga atau saudara kandung,
saudara sepupu, dan saudara tiri.
Sedangkan menurut Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Perkependudukan dan Pembangunan Keluarga, pada bab 1 pasal 1 ayat (6) berbunyi keluarga adalah unit terkecil didalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anaknya atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya. Sedetail itu keluarga telah diatur didalam udang-undang, maka keluarga mempunyai peran yang sangat penting bagi
kehidupan anggotanya. Setiap anggota keluarga mempunyai tugas, hak dan kewajiban masing-masingyang berguna bagi keharmonisan dalam keluarga tersebut.
Kemudian didalam buku yang berjudul Bimbingan Keluarga dan Wanita Islam mengungkapkan Rahasia Isu Emansipasi karya Husain „Ali
19
menjelaskan yang dimaksud keluarga adalah unit dasar unsur
fundamental masyarakat, yang dengan itu kekuatan – kekuatan yang tertib dalam komunitas sosial dirancang dalam masyarakat. Perpaduan mental
dan spiritual antara pria dan wanita membentuk sebuah organisasi ini adalah menegakkan keadilan dan menciptakan peradaban. Pengertian keluarga menurut etimologi berasal dari dua kata yakni ”Kawulan dan
Warga”, kawulan berarti hamba dan warga berarti anggota. Sedangkan
menurut terminologi keluarga adalah satu kesatuan (unit) dimana
anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dari tujuan unit tersebut.
Keluarga juga terdiri dari beberapa pengertian lain menurut keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga juga berfungsi sebagai transmeter budaya atau mediator sosial
anak(Herlock,1999:220).
Menurut Sayekti, keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
atau seseorang perempuan yang sudah sendirian atau tanpa anak-anak, baik anak sendiri atau anak adopsi, dan tinggal dalam rumah tangga
(Ulfatmi, 2011:19).
Keluarga merupakan suatu unit, terdiri dari beberapa orang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan tertentu. Keluarga itu dibina
20
melalui perkawinan, dipateri dengan kasih sayang, ditujukan untuk saling
melengkapi dan meningkatakan diri dalam menuju ridha Allah SWT. Didalam kamus Arab-Indonesia keluarga diterjemahkan oleh (Mahmud
Yunus,2007:52).
Sedangkan keluarga secara istilah adalah masyarakat terkecil sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan suami istri sebagai sumber
intinya berikut anak-anaknya yang lahir karena mereka. Jadi setidak-tidaknya keluarga adalah pasangan suami istri, baik mempunyai anak atau
tidak mempunyai anak (Erwin Nofianto,2001:34-35).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Peranankeluarga, menggambarkan seperangkat perilaku internasional,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.bagi peranan
yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Ayah : Mempunyai peran sebagai suami dari istri, berperan sebagai‟
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
21
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya,
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya, disamping itu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya.
3. Anak : Mempunyai peranan sebagai anak-anak melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembanganya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Departemen Kesehatan RI ,1988).
B. Pengertian Tentang Nafkah
Nafkah adalah kata yang diadopsi dari dari bahasa arab yang
memiliki arti sesuai konteks kalimat yang menggunakanya. Nafkah adalah bentuk kata kerja nafaqa yang sering disamakan pengertianya dengan nafada, nadama,zahaba. Kata-kata tersebut memiliki kesamaan
dalam segi pengerttianya, yaitu sama-sama menunjukan keberpindahan suatu hal ke hal yang lain. Kata madayang berarti berlalu atau lewat dan
zahaba yang berarti pergi, serta kharajayang berarti keluar, sama-sama
merujuk pengertian perpindahan dari satu tempat ke tempat atau situasi yang lain. Kata nafada yang berarti habis, juga menunjuk perpindahan
dan perubahan sesuatu dari yang semula ada tidak ada.
Maka nafkah sebagai kata dasar atau kata bendanya, akan mempunyai
arti sesuatu yang dipindahkan atau dialihkan dan dikeluarkan untuk suatu hal dan tujuan tertentu. Kata nafaqa atau infaq hanya dipergunakan untuk pengertian positif (Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syantha
22
Keberadaan hukum nafkah dengan demikian adalah akibat dari
adanya sebuah beban tanggung jawab (zaimah). Oleh karena itu, sebagian
fuqaha mengibaratkan karatestik hukum nafkah seperti kataristik hukum
kufarat yang menjadi sebuah kewajiban sabagai akibat dari adanya beban
pertanggung jawaban atas sebuah perbuatan. Selain kesamaan tersebut, hukum nafkah juga memiliki tingkatan-tingkatan besaran kewajiban
menyesuaikan kemampuan pihak yang berkewajiban nafkah. sebagai
kufarat yang menentukan pula tingkatan besaran kewjiban menyesuaikan
perbuatan apa yang terjadi penyebabnya (Zakarriya Al-anshari:200). Dalam Alquran terdapat kewajiban nafkah atas suami terhadap
istrinya. Nafkah hanya diwajibkan atas suami, karena tuntunan akad nikah dan karena keberlangsungan bersenang-senang sebagaimana istri wajib taat kepada suami selalu menyertainya, mengatur rumah tangga mendidik
anak-anaknya. Ia tertahan untuk melaksanakan haknya, “setiap orang tertahan untuk hak oranng lain dan memanfaatnya, maka nafkahnya atas orang yang menahanya. Allah telah berfirman :
23
Artinya
:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahunpenuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan(QS. Al-Baqarah (2) : 233)”.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah bersabda , “Ada tiga golongan
utama yang akan masuk surga dan tiga golongan utama yang akan
masuk neraka. Adapun tiga golongan yang akan masuk surga adalah
syahid (yang gugur dan berperang dijalan Allah), hamba yang saleh,
dan mau memperbaiki ibadah tuanya dan orang yang mampu
24
keluarganya. Sedangkan tiga golongan utama yang akan masuk
neraka adalah tiran (penguasa zalim), orang kaya yang tidak
memberikan hak Allah dalam hartanya, dan orang miskin yang
sombong” (HR Turmudzi).
Dari Sa‟ad bin Abi Waqas r.a, Rasulullah berkata
kepadanya,“Hendaklah engkau menafkahkan hartamu untuk mencari
ridha Allah niscaya engkau diberi pahala atas apa yang masuk
kedalam mulut istrimu” (HR Bukhari dan Muslim).
Dari Ibnu mas‟ud Al-Badri r.a., Rasulullah bersabda, “Apabila seorang lelaki telah memberi nafkah kepada keluarganya
dan ia mengharap ridha Allah, maka ia telah berbuat satu kebaikan”
(HR Bukhari dan Muslim).
Al Hafizh Ibnul Hajar Al Aslqalani berkata,“Memberi nafkah
kepada keluarga merupakan perkara wajib atas suami”. Syari‟at
menyebutnya sebagai sedekah, untuk menghindari anggapan bahwa para suami telah menunaikan kewajiban mereka (memberi nafkah) tidak akan
mendapatkan balasan apa yang diberikan bagi orang yang bersedekah. Oleh sedekah (yang berhak mendapatkan pahala). Sehingga tidak
memberikan sedekah kepada selain keluarga mereka, sebagai pendorong untuk lebih mengutamakan sedekah yang wajib mereka keluarkan (Yakni nafkah kepada keluarga) dari sedekah yang sunnat.
25
Allah SWT, dalam mempergauli istrimu, karena kemu menikahi mereka
atas nama Allah dan halal bagimu “kesucian” mereka atas nama Allah.
Dan kamu wajib menjaga mereka agar tidak menyimpang karena kamu
pasti membencinya. Jika kemudahan istrimu melakukan penyelewengan,
pukullah ia dengan pukulan yang tidak melukai namun begitu tetap ada
kewajiban bagimu untuk memberinya nafkah dan pakaian dengan cara
yang ma’aruf(baik).
Satu hal juga yang tidak kalah penting untuk diingat, bahwa suami
wajib memberikan nafkah dari rezeki yang halal. Jangan sekali-kali memberi nafkah dari jalan yang haram, karena setiap daging yang tumbuh
dari barang yang haram berhak mendapatkan api neraka. Sang suami akan dimintai pertanggung jawaban tentang nafkah yang diberikan kepada keluarganya.
Menurut Kompilasi Hukum Islam pada bab XII yang mengantur tentang “Hak dan Kewajiban Suami Istri” bagian ketiga pada pasal 80
ayat (1-4) terutamanya di dalam ayat (4) yang berbunyi “ sesuai nafkah
dengan penghasilanya suami menanggung :
1. Nafkah, kiswah dan tempat tinggal bagi isteri;
2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak;
3. Biaya pendidikan bagi anak.
26
mutlak bagi suami dan sekaligus sebagai hak istri dan suami. Adapun
beberapa dan bagaimana suami memberikan nafkah kepada istrinya adalah dengan cara yang ma‟aruf (Aqil,tt:53).
Ukuran bil ma‟aruf adalah ukuran tahu sama tahu, bukan takaran
yang pasti. Istri sejatinya tahu akan kempuan suami dalam memberikan nafkah. Tidak sepatutnya istri menuntut nafkah melebihi kesanggupan
suami. Begitupun suami hendak ia bersikap bijak dalam memberikan nafkah, bijak dalam arti tidak kikir dan tidak boros, tapi pertengahan
antara keduanya.
Bil ma‟aruf juga berarti keharusan mendapat rezeki yang halal, baik
zat maupun „aradhi. Kehalalan ini sangat penting bagi pembentukan
keluarga sakinah (Al Farisi, 2008:66). Karena itu para ulama menetapkan hukum melakukan “muayarah bil ma‟aruf” sebagai kewajiban yang harus
dilakukan oleh para suami agar mendapatkan kebaikan dalam rumah tangganya perlu mendalami tabiat perempuan secara umum dan tabi‟at.
C. Macam - macam Nafkah
Suami wajib memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya. Karena suami sebagai kepala keluarga sehingga beban ini diwajibkan untuk sang suami, walaupun di kehidupan nyatanya banyak juga istri
yang ikut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Kepada istri, nafkah yang wajib diberikan oleh suami terdiri dari atas dua macam,
27
Dalam hal nafkah batiniyah seorang suami wajib memenuhi
kebutuhan biologis istrinya secara penuh dengan cara-cara yang ma‟aruf serta mempertimbangkan norma-norma kesopanan. Sehingga nantinya
diharapkan dapat melahirkan anak-anak yang shalih/shalihah. Sedangkan nafkah lahiriyah, suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya berupa sandang, pangan dan papan yang kadarnya disesuaikan dengan tingkat
kemampuanya, artinya besarnya nafkah yang wajib diberikan oleh suami kepada istrinya adalah dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga secara
wajar, yaitu tidak kurang dan tidak berlebihan. Dimana tingkat kewajaranya bagi satu keluarga dengan keluarga yang lain akan
berbeda-beda.
Satu hal yang harus lebih diperhatikan olehsuami adalah bahwa suami yang baik akan selalu berusaha melakukan hal-hal yang membahagiakan
bagi anak dan istrinya. Ia akan selalu mengutamakan nafkah keluarga dalam membelanjakan hartanya diatas kepentingan-kepentingan lainya (Kauma, 2003:85-86).
Sedangkan untuk pemberianya, nafkah sendiri terbagi atas dua kategori penerimanya yaitu :
1. Nafkah Untuk Keluarga
Hubungan keluarga perkawinan menimbulkan kewajiban nafkah atas suami untuk istri dan anak-anaknya. Dalam hubungan ini Al Qur‟an Surat Al-Baqarah : 233 mengajarkan bahwa seorang suami
28
keluarganya yang terdiri dari seorang ibu beserta anak-anaknya.
Seorang ayah (suami) diwajibkan jangan sampai keluarganya menderita kesengsaraanya karena istri (ibu) beserta anak-anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian.
Didalam kandungan Ayat-Ayat Al-Qur‟an yang mewajibkan anak agar berbuat baik terhadap orang tuanya, seperti pada ayat 23 surat
Al-Isra‟, ayat 15 surat Luqman, dan sebagainya menunjuk kepada adanya anak untuk memberi nafkah kepada orang tuanya apabila
memerlukan.Dalam kandungan surat ayat-ayat Alqur‟an yang berisikan tentang kewajiban nafkah telah adanya ketentuan bahwa
orang tua (dalam hal ini terutama) berkewajiban mencukupkan nafkah hidup anak-anaknya apabila mereka memerlukan, demikian pula anak berkewajiban mencakupkan nafkah ibu bapaknya apabila mereka
memerlukanya, tanpa memerhatikan agama yang dianutnya apakah sama berlainan.Kecuali kita peroleh pula ketentuan bahwa setiap kerabat mempunyai hak waris kerabat lain berkewajiban memberi
nafkah apabila memerlukan.
2. Nafkah Anak untuk Orangtua
Undang–Undang perkawina Nomor 1 tahun 1974 mengatur
kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya, tercantum didalam bab X tentang Hak dan Kewajiban Antara Orang Tua dan Anak.
29
A. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak
meraka sebaik-baiknya.
B. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
beerlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus-menerus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Didalam Undang-Undang tidak
menegaskan tentang siapa yang dibebani nafkah pemeliharaan dan pendidikan anak. Dalam hal ini dikembalikan kembali
kepada ketentuan Undang-Undang pasal 31 ayat (3) yang menegaskan bahwa suami adalah kepala keluarga dan istri ibu
rumah tangga, dilanjutkan dengan ketentuan pasal 34 ayat (1) yang menyatakan bahwa suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga
sesuai dengan kemampuan-kemampuanya. Dengan demikian undang-undang menentukan juga bahwa yang dibebani nafkah pemeliharaan dan pendidikan anak adalah suami
(bapak dari anak).
Sedangkan nafkah orang tua diatur dalam undang-undang
pasal 46 yang menegaskan :
30
2) Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut
kemampuanya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka memerlukan bantuan.
Ketentuan ayat (1) pasal 46 tersebut berjalan benar dengan ajaran islam yang memerintahkan anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya. Berbuat baik itu mencakup kewajiban memelihara seperti
yang ditentukan pada ayat (2) berikutnya, dan ini pun paralel dengan ketentuan hukum islam. Nafkah keluarga dalam garis mendatar tidak
disinggung dalam undang-undang, yang dalam hukum islam ditentukan.
Ketentuan Nafkah Untuk Anak. Ayah berkewajiban untuk memberi nafkah kepada anak-anaknya. Kewajiban ayah ini memerlukan syarat-syarat sebagai berikut :
a) Anak - anak membutuhkan nafkah (fakir) dan tidak mampu bekerja; anak dipandang tidak mampu bekerja apabila masih kanak-kanak atau telah lebih besar tetapi tidak mendapatkan
pekerjaan atau perempuan.
b) Ayah berkemampuan harta dan berkuasa memberi nafkah, baik
karena memang mempunyai pekerjaan yang menghasilkan atau berkekayaan yang menjadi tiang hidupnya.
Atas dasar adanya syarat-syarat tersebut, apabila anak yang fakir
31
tidak ada halangan apapun untuk bekerja, maka gugurlah kewajiban
ayah untuk memberi nafkah kepada anak.
Berbeda halnya apabila anak yang telah mencapai umur dapat
bekerja itu terhalang untuk berkerja disebabkan sakit atau kelemahan-kelemahan lain, maka ayah tetap bekewajiban memberikan nafkah untuk anaknya itu.
Bagi anak perempuan, kewajiban ayah memberikan nafkah kepadanya berlangsung sampai ia kawin, kecuali apabila anak telah
mempunyai pekerjaan yang dapat menjadi tiang hidupnya, tetapi tidak boleh dipaksa untuk bekerja mencari nafkah sendiri. Apabila ia
telah kawin, maka nafkahnya menjadi kewajiban suami apabila suaminya meninggal dan tidak mendapat warisan yang cukup untuk nafkah hidupnya, maka ayahnya berkewajiban lagi memberi nafkah
kepadanya seperti pada waktu belum kawin.
Apabila ayah dalam keadaan fakir, tetapi mampu bekerja dan benar-benar telah bekerja, tetapi penghasilanya tidak mencukupi,
kewajiban memberi nafkah kepada anak-anaknya itu tetap, tidak menjadi gugur; apabila ibu anak-anak berkemampuan dapat
diperintahkan untuk mencukupkan nafkah anak-anaknya yang menjadi kewajiban ayah mereka itu, tetapi tidak diperhitungkan sebagai utang ayah yang pada saat berkemampuan dapat ditagih
32
ayah, hingga ibu harus menjual perhiasanya untuk menutup biaya
anaknya itu, maka pada saatnya ibu berhak menagih ayah untuk mengganti biaya yang pernah dibayarkan untuk membiayai anak yang
pernah sakit dulu. Nampaknya contoh ini juga janggal, seorang ibu harus menagih kepada ayah karena harta yang dikeluarkan untuk pengobatan anak. Tetapi apabila dingat demikian besar tanggung
jawab ayah terhadap anak-anaknya, dan mungkin pada akhirnya terjadi perceraian antara ibu dan bapak, janggal itu akan hilang.
Apabila tiba-tiba ibu pun termasuk fakir juga, maka nafkah anak dimintakan kepada kakek (bapak dari ayah), dan pada saatnya kakek
berhak minta ganti nafkah yang diberikan kepada cucunya itu kepada ayah. Apabila bapak itu tidak ada lagi, maka nafkah anak itu dibebankan kepada kakek (bapak dari ayah), sebab kakek
berkedudukan sebagai pengganti ayah dalam hal ayah telah tidak ada lagi. Demikianlah menurut pendapat jumhur fuqaha‟. Menurut
pendapat Imam Malik, wajib nafkah itu hanya terbatas pada
anak-anak, sebab ayat Al-Qur‟an dengan tegas menyebutkan kewajban ayah untuk memberi nafkah kepada anak-anaknya. Dengan demikian
kakek menurut Imam Malik tidak dibebani wajib nafkah untuk cucu-cucunya.
Ketentuan Nafkah Untuk Orang Tua kewajiban anak memberi
33
Luqman menyebutkan kewajiban anak untuk orang tua, meskipun
orang tua itu adalah orang musyrik. Ayat tersebut memerintahkan agar anak berbuat yang ma‟ruf terhadap dua orang tuanya. Kata
“ma’ruf” dapat diartikan antara lain hendaknya jangan sampai terjadi
anak menikmati hidup berkecukupan, tetapi membiarkan kedua orang tuanya dalam keadaan fakir dan memerlukan bantuan untuk
mencukupkan kebutuhan hidupnya. Amat tidak layak apabila orang tua sampai minta-minta kepada kerabat lain, padahal anak-anaknya
cukup mampu untuk memberikan nafkah hidup orang tuanya itu. Imam Malik berpendapat bahwa kewajiban anak memberi nafkah
orang tua itu hanya terbatas sampai ayah ibunya sendiri, tidak termasuk kakek dan neneknya. Tetapi jumhur furqaha‟ berpendapat
bahwa kakek dan nenek dipandang sebagai orang tua yang berhak
nafkah dari cucunya. Dengan demikian, tanpa memandang agama yang dipeluk orang tua, yang berkemampuan wajib memberikan nafkah untuk orang tua, tanpa dibedakan apakah orang tua itu kuasa
atau tidak. Ibu tiri juga berhak nafkah dari anak tirinya, untuk melangsungkan berbuat baik kepada ayah kandungnya. Nafkah yang
diwajibkan itu termasuk juga biaya pembantu rumah tangga, apabila orang tua memerlukanya.
Kewajiban memberi nafkah orang tua itu menjadi gugur apabila
34
bersangkutan menjadi tanggungan kerabat lain yang lebih dekat,
berturut-turut sesuai urutan „ashabah dalam hukum waris. Dalam hal tidak ada sama sekali kerabat yang berkemampuan untuk memberikan
nafkah, maka nafkah orang tua itu diperoleh dari negara yang berasal dari baitul mal kaum muslimin.
D. Sumber Nafkah Keluarga
Rezeki yang diperoleh oleh suami kepada istri dan anak-anaknya adalah hasil yang diusahakan suami dengan cara yang berkah dan halal. Sumber utama nafkah yang diberikan kepada keluarganya adalah harta
yang diperoleh dari suami dengan bekerja. Suatu pekerjaan yang dilakukannya (suami) akan menimbulkan upah yang halal untuk
dinikmati oleh istri dan anak-anak mereka, bahkan keluarga besar mereka. Selain sumber utama yaitu pekerjaan, nafkah juga bisa diberikan suami dalam bentuk warisan yang sudah menjadi haknya atas bagian yang ia
dapat dari orang tuanya. Nafkah yang wajib diberikan adalah berupa makanan dan perlengkapan rumah tangga. Makanan tersebut dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut :
1. Makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain bekerja seperti sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dan
lain-lain. makanan yang diperoleh dari hasil bekerja ini adalah makanan yang dibeli dengan upah yang diberikan oleh pemberi
35
buruh di tempat yang terlarang, maka nafkah yang diberikan atau
makanan yang diberikan kepada keluarga adalah termasuk pada haram juga.
2. Makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan itu halal, tetapi dibenci Allah seperti pengamen. Ada beberapa kriteria pengemis atau pengamen yang diperbolehkan
dalam islam menurut hadist salah satunya adalah orang yang benar-benar membutuhkan. Namun pada kajian ini banyak sekali
pengemis yang melakukan pekerjaannya karena tidak mau bekerja sehingga makanan yang dibawa untuk keluarganya tidak halal.
3. Makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah, warisan, dan lain-lain.
4. Makanan dari rampasan yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).
Makanan yang diberikan kepada keluarga sebaiknya diperiksa terlebih dahulu kadar kehalalannya, haram atau tidak, dari sumber dan
tempatnya juga. Makanan yang disediakan oleh alam seperti sayuran ikan umbi-umbian dan berbagai jenis makanan lain adalah halal. Dan makanan
tersebut berubah menjadi haram apabila didapat dari kebun atau mencurinya dari orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya. Rezeki yang halal adalah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya dan boleh dikerjakan
36
itu hukum islam maupun Undang-undang dasar, serta tidak menimbulkan
adanya sanksi terutama sanksi dari Allah.
Syariat islam telah menjelaskan bahwa mencari nafkah untuk
keluarga adalah amalan yang mulia dan menghasilkan suatu pahala. Dan seorang tidak akan memperoleh pahala kecuali apabila amalan yang ia tunaikan sejalan dengan apa syariat islam. Imam An-Nawawi juga
mengatakan, memberikan nafkah dari segala sesuatu yang halal dan larangan memberikan nafkah dari segala sesuatu yang haram juga
menunjukan bahwa minuman, makanan, pakaian, dan semacamnya haruslah berasal dari segala sesuatu yang halal, bersih, dan tidak
mengandung syubhat ( kesamaran).
Selain kewajiban memberikan nafkah, suami juga harus memilih jenis makanan dan minuman yang baik sesuai petunjuk Allah SWT, karena
manusia mempengaruhi karakter dan peragai manusia menjadi seperti sabar, tenang, dan qonaah. Manusia dapat terhindar dari akhlak mazmumah karena tidak menkomsumsi makanan dan minuman yang
haram.
Adapun dampak makanan dan minuman yang haram ini adalah : akan
mempengaruhi sikap dan mental menjadi tidak terpuji seperti mudah marah, kasar ucapan, maupun percakapannya, merusak jiwa, berbahaya dan merusak hak orang lain, memubadzirkan dan bagi kesehatan,
37
Dari sekian penjelasan tadi jelaslah bahwa seorang muslim
hendaknya senantiasa memberikan nafkah untuk keluarganya dengan yang halal, halal dari perbuatan pekerjaanya, dan halal dari sumber
tempat pekerjaannya. Karena selain berkewajiban dengan nafkah juga bernilai sebagai sedekah yang diberian oleh Allah. Nafkah yang diberikan tersebut juga akan berpengaruh kepada pola berkehidupan sehari-harinya,
terutama terhadap anak. Anak yang dibesarkan dengan makanan dan minuman yang halal, akan membentuk sikap yang baik dalam hidupnya,
begitu pula juga sebaliknya.
Menafkahi keluarga dengan nafkah yang halalan-thayyiba, akan
membekali setiap anggota keluarga dengan fisik dan organ tubuh yang halal dan baik. Anak-anak yang terlahir pun akan terbentuk dari saripati makanan yang halal dan baik pula. Setiap anggota keluarga akan bisa
berfikir dan berasa dengan jernih dan baik pula. Dengan pikiran dan hati yang jernih, seseorang akan lebih mudah untuk menerima nasihat-nasihat keagamaan dengan jernih pula untuk mengamalkanya dengan baik dan
benar (Halim, 2007:271).
Berdasarkan petunjuk Al-qur‟an dan al-hadist, hukum memberikan
nafkah keluarga adalah wajib bagi suami. Maka dari itu setiap suami wajib mencukupi nafkah keluarga itu sesuai dengan kemampuanya. secara lahiriyah, para anggota keluarga hanya dapat hidup dan beribadah
38
oleh suami. Sehingga sudah sepantasnya suami memberikan nafkah yang
halalan-thayyiba kepada semua anggota keluarganya (Halim,
2007:144-146). Allah SWT memerintahkan para suami untuk menafkahi
keluarganya dari rezeki yang halal dalam Q.S At-Talaq ayat 7 dan Q.S An-Nahl ayat 114 seperti berikut :
kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”(Qur’an surat At-Talaq ayat7).
Pernyataan tentang hukum kewajiban memberikan nafkah untuk
39 diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”.
Sebagaimana yang seharusnya terjadi di Bandungan kab.Semarang, disana mempunyai keindahan alam yang sangat indah dan sejuk. Hal ini
membuat bermunculan bermacam-macam bisnis yang sangat menggiurkan bagi warga sekitar. Dari bisnis karaoke yang berbasis
keluarga hingga karaoke yang menyediakan pemandu karaoke (PK) untuk mendampingi berkaraoke ria sambil minum-minuman keras bagi tamunya dan pemandunya karaoke (PK). Tak hanya minum-minuman
keras terkadang sampai menjalani hubungan istri diluar nikah (zina). Hal ini lah yang membuat bisnis ini semakin menjamur di kawasan ini. Yang
membuat para warga sekitar bahkan luar wilayah Bandungan pun berbondong-bondong ikut dalam lingkaran bisnis ini. Walaupun sebagian besar dari mereka tidak terjun langsung sebagai pelaku prostitusi dengan
40 E. Nafkah dalam Keluarga
Didalam Kompilasi Hukum Islam bab XII tentang “Hak dan
kewajiban suami istri” Bagian ketiga pada pasal 80 ayat (1-4) namun
keutamaanya terdapat pada ayat (4) yang berbunyi “sesuai dengan
penghasilanya suami menanggung:
1. Nafkah, kiswah dan tempat tinggal kediaman bagi istri;
2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatanbagi
istri dan anak;
3. Biaya pendidikan bagi anak.
Dan diperkuat lagi dengan kelanjutanya pada ayat (5) yang berbunyi “ kewajiban suami terhadap istri tersebut pada ayat (4) huruf a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.
Hukum yang umum mengatakan bahwa setiap orang yang ditahan untuk hak dan manfaat lainya, maka nafkahnya atas orang yang
menahanya ini. Kaidah inilah yang dianut Islam dengan syariat yang agung. Seorang suami wajib memberikan nafkah untuk istrinya bila akad
nikahnya sudah sah benar. Maka itu seorang suami wajib menanggung nafkah istrinya bukan orang lain dan ini berarti berlakulah segala konsekuensinya secara spontanitas. Istri juga menjadi tidak bebas lagi
setelah dihukuminya ikatan tadi, sehingga timbul hikmah pernikahan dengan terjaga dan terhindarnya dari hal-hal yang haram (Abdul Hamid,
41
Seorang istri wajib taat kepada suaminya, begitu juga tinggalnya
dirumah suaminya, mengelola dan mengatur rumahnya serta menjaga dan mendidik anak-anak. Nabi bersabda, “Seorang suami adalah pemimpin
rumahnya maka ia pun harus bertanggung jawab atas apa yang di
pimpinya. Sedangkan seorang istri juga pemimpin di rumah suaminya.”
Telah tetap ketentuan-ketentuan Islam yang adil, yaitu suami
memberi nafkah kepada istri, sebagai ganti dari ketidakbebasan istri karenanya; ketaatan padanya, menjaga hartanya, mengasuh dan mengurus
anak-anaknya, mengurus urusan rumah tangga dan suaminya. Setiap mereka mempunyai hak dan kewajiban.
Kewajiban memberi nafkah oleh suami kepada istrinya berlaku dalam fiqh didasarkan kepada prinsip pemisahaan harta antara suami dan istri. Prinsip tersebut mengikuti alur pikir bahwa suami adalah pencari rezeki,
rezeki yang diperolehnya itu menjadi haknya secara secara penuh dan untuk selanjutnya suami berkedudukan sebagai pemberi nafkah. Sebaliknya istri bukan pencari rezeki dan untuk memenuhi keperluanya ia
berkedudukan sebagai penerima nafkah. Oleh karena itu, kewajiban nafkah tidak relevan dalam komunitas yang mengikuti
prinsippenggabungan harta dalam rumah tangga (Amir Syarifudin,2007:165-166).
Dalam hukum positif Indonesia, permasalahan nafkah atau
42
Tahun 19974, pasal 34 ayat (1) yang berbunyi : “Suami wajib melindungi
istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai keperluanya”.
Keberadaan nafkah tentu mempunyai pengaruh dan fungsi yang sangat besar dalm membina keluarga yang bahagia, tentrem dan sejahtera. Tidak terpenuhi nafkah yang tidak cukup dapat berakibat krisis
perkawinan yang berujung pada perceraian. Banyak kasus-kasus perceraian yang disebabkan karena nafkah yang tidak terpenuhi. Hal
tersebut bisa terjadi karena suami belum mendapat pekerjaan atau kendala lainya dalam sebuah hubungan berumah tangga.
Selain persoalan nafkah yang dibebankan kepada suami, selanjutnya muncul persoalan besaran nafkah yang harus diberikan oleh suami dan kapan waktunya suami telah wajib memberi nafkah tersebut. Terjadinya
perbedaan pendapat ulama dalam hal kapankah seorang istri berhak atas nafkah dari suaminya dikarenakan ayat dan hadist tidak menjelaskan secara khusus dari Nabi SAW. Mengenai hal tersebut sehingga
dikalangan ulama berpendapat perbedaan dalam menetapkan syarat-syarat wajibnya seorang istri mendapatkan nafkah (Wahbah az-Zuhaili,
2002:734-735).
Penentuan waktu pemberian nafkah kepada istri memang belum ditentukan secara khusus oleh Al-Qur‟an dan Hadist, sama halnya dengan
43
tidak ditentukan oleh syara‟, akan tetapi berdasarkan keadaan
masing-masing suami-istri dan hal ini akan berbeda-beda berdasarkan perbedaan tempat, waktu dan keadaan (Asy-shifa‟,1990:462). Intinya besaran nafkah
44
BAB III
HASIL PENELITIAN TERHADAP ANJELO DI BANDUNGAN
A. Gambaran Umum Tentang Kecamatan Bandungan
Berdasarkan fisik peta rupa bumi Indonesia skala 1: 25.000 lembar
1408-541 Sumowono, 1408-523 Ambarawa dan 1408-542 Ungaran, kecamatan Bandungan dalam koordinat UTM. Posisi ini menyebabkan
kecamatan Bandungan berada pada wilayah iklim tropis. Relief daerah kecamatan Bandungan berada pada ketinggian lebih dari 400 meter diatas permukaan laut (Mdpl) berdampak pada suhu udara di wilayah ini relatif
sejuk. Secara administrasi kecamatan Bandungan berbatasan dengan 4 kecamatan yang termasuk dalam wilayah kabupaten Semarang dan 1 kecamatan yang berada di kabupaten Kendal.
Kecamatan Bandungan memiliki luas 48,23 km2. Kecamatan yang dieresmikan pada tanggal 1 Januari 2007 ini terbagi menjadi 9 desa dan 1
kelurahan. Desa dan kelurahan di kecamatan Bandungan adalah Desa Mlilir, Desa Duren, Desa Jetis, Desa Sidomukti, Desa Kenteng, Desa
Candi, Desa Banyu kuning, Desa Jimbaran, Desa pakopen dan kelurahan Bandungan. Wilayah terluas berdasarkan data statistik dari BPS kabupaten Semarang adalah desa Candi sedangkan desa dengan luas
45
Kecamatan Bandungan berada di lereng Gunung Ungaran bagian
selatan. Berdasarkan morfologi gunung Ungaran, kecamatan Bandungan memiliki satuan morfologi utama, yaitu morfologi gunung Ungaran Tua,
gunung Ungaran muda (daerah puncak, lereng dan kaki), daerah manifestasi panas bumi dan aluvial.
Sedangkan untuk iklimnya kecamatan Bandungan memiliki
temperatur tertinggi adalah 22,64 °C dan temperatur terendah 13,91°C. Kondisi suhu di kecamatan Bandungan ini mempengaruhi musim masa
tanam dan panen. Hasil perhitungan tersebut telah dilakukan uji validitas dengan tingkat kebenaran 80% (Bapeda Kabupaten Semarang, 2011).
Dengan didukung oleh iklim yang seperti ini penduduk di kecamatan Bandungan sangatlah cocok untuk sektor pertanian maupun ternak.Selain bertani disawah, penduduk di Bandungan ada juga yang bertani menanam
sayur-sayuran buah-buahan dan juga untuk tanaman hiasnya contohnya tanaman sedap malam, krisan, dahlia, mawar, lili dan masih banyak lagi. Untuk dikirim ke kota-kota besar di setiap hari banyak sekali truck-truck
ekspedisi maupun mobil-mobil pickup berlalu lalang keluar masuk Bandungan untuk mengangkuti hasil bumi di Bandungan, hasil bumi dari
Bandungan ini juga dijual disekitaran pinggir jalan. Namun yang dijual di pinggir jalan ini biasanya untuk mereka para pelancong yang berwisata di Bandungan maupun sekitarnya.