• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada bagian bab analisis data dan pembahasan ini akan dibicarakan 3 hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada bagian bab analisis data dan pembahasan ini akan dibicarakan 3 hal"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bagian bab analisis data dan pembahasan ini akan dibicarakan 3 hal mengenai bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar yaitu berupa monomorfemis, polimorfemis, frase maupun klausa, mengenai keterkaitan makna leksikal dan makna kultural yang terangkum terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, serta mengenai pola pikir, pandangan hidup, dan pandangan terhadap dunia masyarakat petani di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

A. Bentuk Bahasa dalam Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan ditemukan bentuk bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar berbentuk monomorfemis, polimorfemis, frase dan klausa.

1. Bentuk Monomorfemis

Monomorfemis (monomorphemic) terjadi dari suatu morfem (Kridalaksana, 2008: 157). Morfem (morpheme) merupakan satuan bunyi terkecil yang relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil misalnya (ter-), (di-), dan sebagainya (Kridalaksana, 2008: 158). Morfem terdiri atas dua jenis yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang secara

(2)

potensial dapat berdiri sendiri dan sudah memiliki makna, misal rumah, tanah dan sebagainya sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan yang selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran, misal pe, juang, temu, mayur (Kridalaksana, 2008: 158).

Monomorfemis mencakup semua kata yang tergolong kata dasar, bentuk tunggal istilah aktivitas pertanian padi, dengan pengertian bahwa morfem itu dapat berdiri sendiri, memiliki arti, dan tidak terikat dengan morfem lain. Dengan kata lain, kata itu belum mengalami proses morfologis. Pentingnya teori tentang monomorfemis dalam penelitian ini adalah untuk mengklasifikasi data terkait istilah aktivitas pertanian padi yang tergolong kata dasar, berbentuk tunggal. Ada pun kata yang berbentuk monomorfemis terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut.

1. Dêrêp[d|r|p]

Satuan lingual dêrêp berkategori verba yang dapat berdiri sendiri, berarti dan belum mengalami proses morfologis.

Dêrêp merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan dengan menjadi buruh yang ikut menggarap sawah petani lain dengan mendapat bawon sebagai upahnya.

2. Kêrik[k|rIk]

Satuan lingual kêrik berkategori verba yang dapat berdiri sendiri, berarti dan belum mengalami proses morfologis.

(3)

Kêrik merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah sawah sudaah diluku dan digaru, kêrik dengan cara menghaluskan ler-leran „sawah yang siap ditanami‟ untuk seluruh petakan sawah dengan menggunakan papan kayu, papan kayu ditempelkan pada endhut „tanah yang basah‟ kemudian diayun-ayunkan ke samping kanan dan kiri petani, kêrik dilakukan agar ler-leran halus dan rata yang nantinya akan memudahkan petani untuk menanam padi.

3. Panèn[pAnEn]

Satuan lingual panèn berkategori verba yang dapat berdiri sendiri, berarti dan belum mengalami proses morfologis.

Panèn merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani setelah padi menguning, panèn dilakukan dengan cara mengunduh padi di sawah.

4. Sulam[sulAm]

Satuan lingual sulam berkategori verba yang dapat berdiri sendiri, berarti dan belum mengalami proses morfologis.

Sulam merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah tandur, sulam dilakukan dengan cara mencabut sebagian bibit padi yang telah ditandur „ditanam‟ dalam lubang yang sama, dengan catatan bibit padi dalam satu lubang tersebut banyak atau terlalu banyak, kemudian tanaman padi yang diambil tadi untuk mengisi ruang tempat menanam padi yang masih

(4)

kosong atau tanaman padi yang ditancapkan di titik tersebut baru sedikit.

5. Tandur[tAndUr]

Satuan lingual tandur berkategori verba yang dapat berdiri sendiri, berarti dan belum mengalami proses morfologis.

Tandur merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan cara menanam benih padi di sawah.

2. Bentuk Polimorfemis

Polimorfemis adalah kata bermorfem lebih dari satu. Kata yang dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk polimorfemis adalah hasil kata dari proses morfologis yang berupa perangkaian morfem (Kentjono, 1982: 44). Proses morfologis meliputi: (a) pengimbuhan atau afiksasi: (b) pengulangan atau reduplikasi, dan (c) pemajemukan. Pentingnya teori tentang polimorfemis dalam penelitian ini adalah untuk mengklasifikasi data terkait istilah aktivitas pertanian padi yang terdiri atas lebih dari satu kata, kata berimbuhan, kata majemuk. Adapun kata-kata yang tergolong bentuk polimorfemis terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut.

a. Pengimbuhan atau afiksasi 1. Macul[mAcUl]

Satuan lingual macul berkategori verba berasal dari kata pacul „cangkul‟ (nomina) + prefiks m- → macul „mencangkul‟.

(5)

Macul merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan cara mengaduk-aduk tanah dengan pacul (pacul berwujud lempengan besi dan gagang panjang yang terbuat dari kayu sebagai pegangan) agar tanah menjadi gembur dan subur.

2. Matun[mAtUn]

Satuan lingual matun berkategori verba berkategori verba berasal dari kata watun „cabut‟ (verba) + prefiks m- → matun „mencabut‟. Matun merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah tandur, karena mulai banyak rumput yang tumbuh berdekatan dengan tanaman padi. Matun adalah mencabut rumput penganggu. Matun dilakukan agar rumput tidak menganggu pertumbuhan tanaman padi.

3. Mbanjari [mbAnjAri]

Satuan lingual mbanjari berkategori verba berasal dari kata banjar „baris panjang‟ (nomina) + prefiks m- + sufiks -i → mbanjari „membuat baris‟.

Mbanjari merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan setelah benih padi didhaut „dicabut‟ kemudian dipocongi „diikat‟, kemudian pocongan „ikatan padi‟ dilemparkan ke sawah yang siap untuk ditanami.

(6)

4. Mberok [mberOk]

Satuan lingual mbèrok berkategori verba berasal dari kata berok “menulis” (verba) + prefiks m- → mberok “menanam padi menggunakan bantuan tali”.

Mberok merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani saat menanam padi dengan menggunakan bantuan kentheng „tali‟. Kentheng diulur memanjang satu garis lurus pada kedhokan „petakan sawah‟ kemudian pegangan kentheng ditancapkan pada endhut kedhokan „tanah yang basah di petakan sawah‟. Di samping setiap bulatan-bulatan kecil ditanami bibit padi terlebih dahulu mengikuti satu garis lurus kentheng. Mberok dilakukan sebelum ngêblak „menanam padi dengan menggunakan blak.

5. Mluku [mluku]

Satuan lingual mluku berkategori verba berasal dari kata wluku „alat yang digunakan untuk membalikkan tanah yang berwujud kayu dengan besi yang menggunakan penyacat‟ (nomina) + prefiks m- → mluku „menggarap tanah dengan wluku‟.

Mluku merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani untuk menggarap tanah agar tanah dapat terbalik dengan alat yaitu luku.

(7)

6. Mocongi [mOcOGi]

Satuan lingual mocongi berkategori verba berasal dari kata pocong „ikatan padi‟ (nomina) + prefiks m- + sufiks -i → mocongi „mengikat padi‟.

Mocongi merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani setelah benih padi didhaut „dicabut‟, kemudian apabila sudah mendapat sapocong „satu ikatan‟ kemudian ditali menggunakan tali pring „tali bambu‟. Setelah mocongi selesai artinya pocongan winih bisa dilemparkan ke sawah yang disebut dengan mbanjari.

7. Mopok[mOpO?]

Satuan lingual mopok berkategori verba berasal dari kata popok „yang menempel‟ (nomina) + prefiks m- → mopok „menempelkan gumpalan tanah‟.

Mopok merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah galengan „pematang sawah‟ dialisi. Mopok dilakukan dengan cara menempelkan blêthok „gumpalan tanah‟ ditaruh di galengan lalu digacrokne „dipukul-pukul‟ menggunakan cangkul dan dihalus-haluskan.

8. Nampingi [nAmpiGi]

Satuan lingual nampingi berkategori verba berasal dari kata tamping „tembing, tepi, tanggul‟ (nomina) + prefiks n- + sufiks -i → nampingi „menggarap pematang sawah bagian tepi, tanggul‟.

(8)

Nampingi merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan cara mencangkul pematang sawah bagian tepi/tanggul. Nampingi dilakukan petani agar galengan bersih dari rumput dan rumput tidak tumbuh kembali. 9. Ndhaut [nDAUt]

Satuan lingual ndhaut berkategori verba berasal dari kata dhaut „ompong, copot, lepas‟ (verba) + prefiks n- → ndhaut „mencabut‟. Ndhaut merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah bibit padi yang sudah disebar telah tumbuh. Ndhaut dilakukan petani dengan mencabut benih padi.

10. Ngalisi [GAlisi]

Satuan lingual ngalisi berkategori verba berasal dari kata kalis „tidak bisa tercampur‟ (adverbia) + prefiks ng- + sufiks -i → ngalisi „nyingkiri, nyimpangi‟.

Ngalisi merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani sebelum mopok, ngalisi dilakukan petani dengan cara mencangkul galengan „pematang sawah‟ yang rendah bagian samping yang bertujuan agar galengan bersih dari rumput-rumput.

11. Ngaraki [GArAki]

Satuan lingual ngaraki berkategori verba berasal dari kata arak “mengambil” (verba) + prefiks ng- + sufiks -i → ngaraki “membersihkan bulir-bulir padi”

(9)

Ngaraki merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah padi dirèntèg „merontokkan padi dengan rèntèg‟, ngaraki dilakukan dengan cara mengambil dan mengumpulkan sisa-sisa dedaunan padi yang jatuh bersamaan dengan gabah saat dirèntèg. Ngaraki dilakukan agar gabah bersih. 12. Ngasaki[GAsA?i]

Satuan lingual ngasaki berkategori verba berasal dari kata asak „gosok‟ (verba) + prefiks ng- + sufiks -i → ngasaki „menggosok-gosok‟.

Ngasaki merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan mencari-cari, menggosok-gosok untuk mengambili padi yang tertinggal saat ngerit „memangkas padi menggunakan sabit‟. Ngasaki dilakukan agar padi tidak terbuang sia-sia karena nantinya bisa untuk tambahan makanan. 13. Ngayaki [GAyA?i]

Satuan lingual ngayaki berkategori verba berasal dari kata ayak „saring‟ (verba) + prefiks ng- + sufiks -i → ngayaki „menyaring‟. Ngayaki merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan petani dengan cara menaruh gabah hasil rèntègan „rontokan padi‟ ke irig „tampah bolong-bolong‟ kemudian memutar-mutarnya dengan kedua tangan agar uwoh „sisa-sisa daun padi yang ikut tercampur setelah dirèntèg‟ tersaring dan terpisah dari gabah. Ngayaki dilakukan untuk membuang uwoh agar gabah bersih.

(10)

14. Ngêblak [G|blA?]

Satuan lingual ngêblak berkategori verba berasal dari kata êblak „pola‟ (nomina) + prefiks ng- → ngêblak „membuat pola‟.

Ngêblak merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan setelah petani melakukan mberok. Ngêblak yaitu menanam padi dengan pola yaitu menggunakan bantuan blak „batang kayu yang diberi garis-garis, yang masing-masing garis berjarak 20 cm‟ agar jarak padi dan memudahkan petani untuk melakukan aktivitas selanjutnya yaitu nyosrok „membersihkan rumput menggunakan alat sosrok‟.

15. Ngêdhos [G|DOs]

Satuan lingual ngêdhos berkategori verba berasal dari kata êdhos “ayuhan” (nomina) +prefiks ng- → ngêdhos “mengayuh”.

Ngêdhos merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah panen. Ngêdhos dilakukan dengan cara menggenjot alat perontok padi yaitu rèntèg.

16. Ngêlêpi[G|l|pi]

Satuan lingual ngêlêpi berkategori verba berasal dari kata lêp „terkena air‟ (verba) + konfiks ng- -i → ngêlêpi „membuat terkena air‟.

Ngêlêpi merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan mengalirkan air ke sawah, agar air menggenangi tanaman padi yang nantinya diharapkan tanah menjadi basah, tanaman padi dapat hidup dan tumbuh subur.

(11)

17. Ngênèni [G|nEni]

Satuan lingual ngênèni berkategori verba berasal dari kata eni „unduh‟ (verba) + konfiks ng- -i → ngênèni „mengunduh‟.

Ngênèni merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan sebelum para petani mengenal ngêrit „memangkas batang padi menggunakan sabit‟. Ngênèni adalah memetik padi dengan menggunkan ani-ani.

18. Nggaru [GgAru]

Satuan lingual nggaru berkategori verba berasal dari kata garu „alat pertanian yang berwujud kayu palangan dengan gerigi besi yang digunakan untuk melembutkan sawah setelah diluku‟ (nomina) + prefiks ng- → nggaru „menggarap sawah dengan alat garu‟.

Nggaru merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani untuk melumatkan tanah di sawah dengan menggunakan garu.

19. Ngirim [GirIm]

Satuan lingual ngirim berkategori verba berasal dari kata kirim „kirim‟ (verba) + prefiks ng- → ngirim „mengirim‟.

Ngirim merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan keluarga petani untuk mengirim makanan ke sawah untuk para petani yang sedang bekerja.

20. Nglandhak [GlAnDA?]

Satuan lingual nglandhak berkategori verba berasal dari kata landhak „landak‟ (nomina) + prefiks ng- → nglandhak „mengorek‟.

(12)

Nglandhak merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah tandur, karena banyak rumput pengganggu yang tumbuh berdekatan dengan tanaman padi. Nglandhak dilakukan dengan cara mendorong alat sosrok agar rumput di dekat tanaman padi mati.

21. Ngrabuk [GrabU?]/ Ngabuk [GabU?]

Satuan lingual ngabuk berkategori verba berasal dari kata abuk/ rabuk „pupuk‟ (nomina) + prefiks ng- → ngabuk/ ngrabuk „memupuk‟.

Ngabuk/ ngrabuk merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan cara memupuk tanaman padi dengan pupuk.

22. Ngogok [GOgO?]

Satuan lingual ngogok berkategori verba berasal dari kata ogok „meletakkan‟ (verba) + prefiks ng- → ngogok „meletakkan saja‟. Ngogok merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani untuk menjemur padi di tempat yang panas dengen cara meletakkan saja bulir-bulir padi yang masih menempel pada batangnya, seikat demi seikat batang padi diberdirikan, batang di bawah sedangkan bulir-bulir padi berada di atas.

(13)

23. Ngrèntèg [GrEntEg]

Satuan lingual ngrèntèg berkategori verba berasal dari kata rèntèg „alat perontok padi (nomina) + prefiks ng- → ngrèntèg “merontokkan padi menggunakan rèntèg”.

Ngrèntèg merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah panen dengan cara merontokkan padi dengan alat perontok padi yaitu rèntèg.

24. Nlaktor[nlAktOr]

Satuan lingual nlaktor berkategori verba berasal dari kata tlaktor „traktor yakni alat pertanian yang digunakan untuk membajak (meratakan) sawah‟ (nomina) + prefiks n- → nlaktor „membajak atau meratakan sawah dengan traktor‟.

Nlaktor merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan cara membajak sawah dengan traktor agar tanah pada sawah rata dan gembur.

25. Nlèsêr[nlEs|r]

Satuan lingual nlèsêr berkategori verba berasal dari kata tlèsêr „tleser yakni alat pertanian yang digunakan untuk merontokkan padi‟ (nomina) + prefiks n- → nlèsêr „merontokkan padi dengan tlèsêr‟.

Nlèsêr merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani saat panen dengan cara memasukan batang padi ke tlèsêr agar bulir-bulir padi pada batang rontok.

(14)

26. Nyêlèpne [¥|lEpne]

Satuan lingual nyêlèpne berkategori verba berasal dari kata sêlèp „selep yakni alat pertanian yang digunakan untuk membersihkan kulit padi agar menjadi beras‟ (nomina) + prefiks ny- + sufiks -ne → nyêlèpne „membersihkan kulit padi menggunakan selep‟.

Nyêlèpne merupakan salah satu aktivitas pertanian padi oleh para petani untuk membersihkan kulit padi agar menjadi beras dengan menggunakan alat yaitu sêlèp.

27. Nyêmprot [¥|mprOt]

Satuan lingual nyêmprot berkategori verba berasal dari kata sêmprot „semprot‟ (verba) + prefiks ny- → nyêmprot „menyemprot‟.

Nyêmprot merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan cara menyemprotkan pupuk cair ke tanaman padi agar subur.

28. Nyilir [¥ilIr]

Satuan lingual nyilir berkategori verba berasal dari kata silir „berangin‟ (adverbia) + prefiks ny- → nyilir „mengangin-anginkan‟.

Nyilir merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani saat meme gabah, nyilir dilakukan dengan cara mengangin-anginkan gabah „bulir-bulir padi‟. Nyilir biasanya dilakukan saat ada angin semilir. Nyilir dilakukan agar gombongan

(15)

„bulir-bulir gabah namun tidak ada isinya‟ terpisah dari gabah yang berisi.

29. Nyosrok[¥OsrOk]

Satuan lingual nyosrok berkategori verba berasal dari kata sosrok “alat sosrok” (nomina) + prefiks ny- → nyosrok “menghilangkan rumput dengan alat sosrok”.

Nyosrok merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan petani setelah tandur, karena banyak rumput pengganggu yang tumbuh berdekatan dengan tanaman padi. Nyosrok dilakukan untuk membuat mati rumput penganggu menggunakan sosrok, sosrok yaitu alat yang berupa lempengan besi tipis yang bolong-bolong dengan pegangan panjang dari kayu.

30. Pêlakan [p|lA?An]

Satuan lingual pêlakan berkategori verba berasal dari kata pêlak „baru‟ (adverbia)+ sufiks –an → pêlakan „membuat baru‟.

Pêlakan merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani dengan memulai menggarap sawah, yang dilakukan dengan cara mencangkul, ngluku, nggaru sawah.

31. Tapèn [tApEn]

Satuan lingual tapèn berkategori verba berasal dari kata tapi „membersihkan dengan sarana tampah‟ (verba) + sufiks –an → tapèn.

Tapèn merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah masa panen dengan cara

(16)

mengebat-ngebatkan gabah, beras dengan tampah dan sebagainya agar gabah bersih.

b. Pengulangan atau reduplikasi 1. Ndhêdhêt[nD|D|t]

Satuan lingual ndhêdhêt berkategori verba berasal dari kata dhêt „tertekan‟ (verba) kemudian mengalami proses reduplikasi sebagian menjadi dhêdhêt kemudian mendapatkan prefiks n- → ndhêdhêt „menginjak-injak supaya padat‟.

Ndhêdhêt merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan cara menginjak-injak lubang di kedhokan „petakan sawah‟ agar lubang bisa tersumbat, hal ini dilakukan agar air tetap di kedhokan dan tidak kemana-mana. Ndhêdhêt dilakukan agar kedhokan digenangi air dan tanaman padi tidak kekeringan.

2. Ngosak-asik[GosA? - AsI?]

Satuan lingual ngosak-asik berkategori verba berasal dari kata osak-asik ‘membukai‟ (verba) + prefiks ng- → ngosak-asik „membukai‟. Ngosak-asik merupakan reduplikasi semu yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.

Ngosak-asik merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang petani lakukan saat meme gabah „bulir-bulir padi yang diratakan tipis-tipis pada krèsèk klasa „karung lebar‟ di tempat yang panas‟. Ngosak-asik gabah dilakukan dengan cara membukai dan

(17)

menyampar-nyampar gabah menggunakan kaki, tangan, atau garukan, seperti membuat garis lurus dan bolak-balik utara ke selatan atau timur ke barat, dan hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang untuk seluruh gabah yang dijemur. Ngosak-asik dilakukan para petani agar gabah bisa cepat kering

3. Bentuk Frase

Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan pada umumnya menjadi pembentuk klausa (Kentjono, 1982: 57). Frase pada umumnya dapat diperluas dengan cara menyisipkan kata pada dua unsur kata pembentuk frase tersebut, dengan menambahkan kata di depan, di belakang maupun dengan merubah susunan frase (Kentjono, 1982: 58).

1. Tandur ngabyak [tAndUr GAbyA?]

Satuan lingualtandur ngabyak berasal dari kata tandur dan ngabyak. tandur „menanam‟ (verba) + ngabyak. „menempuh dengan tidak peduli apapun, mengenai sekenanya saja‟ (adverbia)

tandur ngabyak

Tandur ngabyak merupakan bentuk frase karena tandur ngabyak terdiri dari dua kata, tidak berciri klausa, dan dapat disisipkan kata lain, misalnya kata sing ‘yang‟ menjadi tandur sing ngabyak.

Tandur ngabyak merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani dengan cara menancapkan benih padi di sawah sekenanya saja tidak menggunakan pola, ngêblak „menanam padi

(18)

menggunakan blak‟ maupun mbèrok ‘menanam padi menggunakan tali’.

4. Bentuk Klausa

Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah satuan kalimat, berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif (Chaer, 2009: 41). Unsur yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah predikat. Unsur-unsur lainnya mungkin ada mungkin juga tidak ada. (Ramlan, 2001: 80). Adapun satuan lingual yang tergolong bentuk klausa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri, Kaecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut.

1. Gêbug kawul[g|bUg kawUl]

Satuan lingual gêbug kawul berasal dari kata gêbug dan kawul gêbug „memukul‟ (verba) + kawul „sisa-sisa dedaunan‟ (nomina)

P O

gêbug kawul

Gêbug kawul merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, gêbug memiliki fungsi sebagai predikat dan kawul memiliki fungsi sebagai objek.

Gêbug kawul merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani setelah ngaraki, gêbug kawul dilakukan dengan cara memukul-mukul kawul „sisa-sisa dedaunan padi yang jatuh bersamaan dengan gabah saat dirèntèg‟ hasil arakan yang telah disendirikan1 dengan menggunakan kayu.

(19)

2. Mbabat dangkèl damèn [mbAbAt dAGkEl dAmEn]

Satuan lingual mbabat dangkèl damèn berasal dari kata mbabat dan frasa dangkèl damèn.

mbabat „memangkas‟ (verba) + dangkèl damèn „sisa tanaman padi

P O

yang telah dipangkas‟ (nomina) → mbabat dangkèl damèn

Mbabat dangkèl damèn merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, mbabat memiliki fungsi sebagai predikat dan dangkèl damèn memiliki fungsi sebagai objek.

Mbabat dangkèl damèn merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani setelah panen dengan cara mamangkas sisa pangkasan saat ngêrit, yaitu akar padi. Hal itu dilakukan agar sawah bisa digarap kembali.

3. Mbongkok pari[mbOGkO? pAri]

Satuan lingual mbongkok pari berasal dari kata mbongkok dan pari. mbongkok „mengikat‟ (verba) + pari „padi‟ (nomina)

P O

mbongkok pari

Mbongkok pari merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, mbongkok memiliki fungsi sebagai predikat dan pari memiliki fungsi sebagai objek.

(20)

Mbongkok pari merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani dengan cara menata dan menumpuk padi di selembar krèsèk “karung” yang di kemudian mengikatnya dengan dhadhung “tali”.

4. Meme gabah [meme gAbAh]

Satuan lingual meme gabah berasal dari kata meme dan gabah. meme „menjemur‟ (verba) + gabah „bulir padi‟ (nomina)

P O

meme gabah

Meme gabah merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, meme memiliki fungsi sebagai predikat dan gabah memiliki fungsi sebagai objek.

Meme gabah merupakan salah satu aktivitas pertanian yang dilakukan para petani setelah panen dengan cara menjemur gabah „bulir-bulir padi‟ yang diratakan tipis-tipis yang diletakkan pada tempat yang lebar di bawah terik matahari agar gabah cepat kering. 5. Mulung gabah [mulUG gAbAh]

Satuan lingual mulung gabah berasal dari kata mulung dan gabah. mulung „mengangkat‟ (verba) + gabah „bulir padi‟ (nomina)

P O

mulung gabah

Mulung gabah merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, mulung memiliki fungsi sebagai predikat dan gabah memiliki fungsi sebagai objek.

(21)

Mulung gabah merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan cara mengangkat padi yang sudah dijemur dan memasukkannya ke dalam karung.

6. Nêbaske pari [n|bAske pAri]

Satuan lingual nêbaske pari berasal dari kata nêbaske dan pari. nêbaske „menjual‟ (verba) + pari „padi‟ (nomina)

P O

nêbaske pari

Nêbaske pari merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, nêbaske memiliki fungsi sebagai predikat dan pari memiliki fungsi sebagai objek.

Nêbaske pari merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan sebagian petani dengan menjual padi yang menguning di sawah, yang pembelinya harus memanen sendiri padi di sawah tersebut.

7. Ngêkum gabah [G|kUm gAbAh]

Satuan lingual ngêkum gabah berasal dari kata ngêkum dan gabah. ngêkum „merendam‟ (verba) + gabah „bulir padi‟ (nomina)

P O

ngêkum gabah

Ngêkum gabah merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, ngêkum memiliki fungsi sebagai predikat dan gabah memiliki fungsi sebagai objek.

(22)

Ngêkum gabah merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani untuk mempersiapkan benih padi, Ngêkum gabah dilakukan dengan cara merendam padi kering agar siap untuk dijadikan bibit padi.

8. Ngêpêp gabah[G|p|p gAbAh]

Satuan lingual ngêpêp gabah berasal dari kata ngêpêp dan gabah. ngêpêp „menutup rapat‟ (verba) + gabah „bulir padi‟ (nomina)

P O

ngêpêp gabah

Ngêpêp gabah merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, ngêpêp memiliki fungsi sebagai predikat dan gabah memiliki fungsi sebagai objek.

Ngêpêp gabah merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani setelah ngêkum gabah, ngêpêp gabah dengan cara membungkus padi yang sudah direndam agar tidak terkena udara dan agar siap untuk dijadikan bibit padi.

9. Ngêritpari [G|rIt pAri]

Satuan lingual ngêrit pari berasal dari kata ngêrit dan pari. ngêrit „memangkas menggunakan sabit‟(verba) + pari „padi‟

P O

(nomina)

Ngêrit pari merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan olah para petani saat panen untuk mengunduh padi dengan cara memangkas batang padi dengan menggunakan sabit.

(23)

10. Nggêpyoki pari [Gg|pyO?i pAri]

Satuan lingual nggêpyoki pari berasal dari kata nggêpyoki dan pari. nggêpyoki „memukul-mukul‟(verba) + pari „padi‟ (nomina)

P O

nggêpyoki pari

Nggêpyoki pari merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, nggêpyoki memiliki fungsi sebagai predikat dan pari memiliki fungsi sebagai objek.

Nggêpyoki pari merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani saat panen dengan cara memukul-mukulan secara berulang-ulang dua genggaman batang padi ke kayu atau sesuatu yang keras agar biji padi rontok.

11. Ngoyak manuk[GoyA? mAnU?]

Satuan lingual ngoyak manuk berasal dari kata ngoyak dan manuk. ngoyak „mengusir‟ (verba) + manuk “burung” (nomina)

P O

ngoyak manuk

Ngoyak manuk merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, ngoyak memiliki fungsi sebagai predikat dan manuk memiliki fungsi sebagai objek.

Ngoyak manuk merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani dengan cara mengusir burung dengan berteriak-teriak, membuat tali-tali di sawah dan diberi kaleng,

(24)

membuat orang-orangan sawah. Hal itu dilakukan agar burung-burung tidak memakan padi.

12. Nurut banyu [nurUt bA¥u]

Satuan lingual nurut banyu berasal dari kata nurut dan banyu. nurut „mengikuti‟ (verba) + banyu „air‟ (nomina)

P O

nurut banyu

Nurut banyu merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, nurut memiliki fungsi sebagai predikat dan banyu memiliki fungsi sebagai objek.

Nurut banyu merupakan salah satu aktivitas pertanian yang dilakukan oleh para petani dengan cara mengikuti jalannya aliran air agar air dapat mengalir di sungai yang nantinya untuk ngêlêpi „mengalirkan air‟ sawah.

13. Nyêbar winih [¥|bAr winIh]

Satuan lingual nyêbar winih berasal dari kata nyêbar dan winih. nyêbar „menyebarkan‟ (verba) + winih „benih‟ (nomina)

P O

nyêbar winih

Nyêbar winih merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, nyêbar memiliki fungsi sebagai predikat dan winih memiliki fungsi sebagai objek.

Nyêbar winih merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan oleh para petani untuk mempersiapkan benih padi yang

(25)

akan ditanam dengan cara menabur-naburkan bibit-bibit padi pada ler-leran “sawah yang siap untuk ditanami”

14. Nyunggi pari [¥uGgi pAri]

Satuan lingual nyunggi pari berasal dari kata nyunggi dan pari. nyunggi „membawa‟ (verba) + pari „padi‟ (nomina)

P O

nyunggi pari

Nyunggi pari merupakan proses sintaksis berbentuk klausa.

Dalam tataran sintaksis, nyunggi memiliki fungsi sebagai predikat dan pari memiliki fungsi sebagai objek.

Nyunggi pari merupakan salah satu aktivitas pertanian padi yang dilakukan para petani dengan cara membawa bongkokan “ikatan” padi dan meletakkannya di atas kepala.

B. Makna Leksikal dan Makna Kultural yang Terangkum dalam Bahasa dan Budaya Jawa Terkait Aktivitas Pertanian Padi di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar

Dalam penelitian bahasa dalam budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar terdapat makna leksikal dan kultural. Makna leksikal adalah makna yang dimiliki bahasa yang terlepas dari konteks sedangkan makna kultural adalah makna bahasa yang sesuai dengan konteks kebudayaan masyarakat penuturnya. Makna leksikal dan makna kultural yang terangkum dalam bahasa dan budaya Jawa terkait aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri,

(26)

Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar dipaparkan secara rinci sebagai berikut.

1. Makna Leksikal Aktivitas Pertanian Padi

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun (Chaer, 2003: 289). Makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu (Pateda, 2001: 119). Makna leksikal yang terangkum dalam aktivitas pertanian padi di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut.

1. Dêrêp [d|r|p]

Gambar 1: Dêrêp

(27)

Gambar 2: Dêrêp

Dêrêp yaiku mèlu nggarap sawah sarta ngênèni (opahane bawon) „ikut menggarap sawah dan mengunduh (upahnya bulir-bulir padi)‟ (Poerwadarminta, 1939: 206). Makna leksikal dêrêp adalah ikut menggarap sawah dan memanennya kemudian mendapat upah berupa bulir-bulir padi yang biasa disebut bawon.

2. Gêbug kawul[g|bUg kawUl]

Gambar 3: Gêbug kawul

Satuan lingual gêbug kawul berasal dari kata gêbug dan kawul.Gêbug yaikugitik gêdhe „alat pukul besar dari kayu‟ (Poerwadarminta, 1939: 418). Kawul yaiku kêsrikan sêrat wit arèn lsp. dianggo êmpan- êmpan dadèn gêni lsp “potongan serat pohon aren dsb. Digunakan untuk menghidupkan api dsb” (Poerwadarminta, 1939: 593). Makna

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 25-03-2016

(28)

gramatikal gêbug kawul adalah memukul-mukul sisa-sisa dedaunan menggunakan pukulan besar dari kayu.

3. Kêrik [k|rIk]

Gambar 4: Kêrik

Kêrik yaiku nyukur sathithik sarta dipacak rêsik „memotong sedikit dan menata bersih‟ (Poerwadarminta, 1939: 656). Makna leksikal kêrik adalah memotong sedikit dan menata bersih.

4. Macul [mAcUl]

Gambar 5: Macul

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 26-12-2015

(29)

Gambar 6: Pacul

Macul yaiku nggarap lêmah nganggo pacul „mengaduk tanah dengan cangkul‟ (Poerwadarminta, 1939: 918). Makna gramatikal dari macul adalah mencangkul, mengaduk tanah dengan cangkul.

5. Matun [mAtUn]

Gambar 7: Matun

Matun yaiku mbubuti sukêt lan sapiturute ing têgal utawa sawah „mencabut rumput penganggu dan sebagainya di tegalan atau sawah‟ (Poerwadarminta, 1939: 916). Makna leksikal matun adalah mencabut rumput penganggu dan sebagainya di tegalan atau sawah.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 26-04-2016 Dok. Wahyu Fitrianingrum, 24-05-2016

(30)

6. Mbabat dangkèl damèn [mbAbAt dAGkEl dAmEn]

Gambar 8: Mbabat dangkèl damèn

Satuan lingual mbabat dangkèl damèn berasal dari kata mbabat dan frasa dangkèl damèn. Mbabat yaitu memangkas. Dangkèl yaitu sisa pangkasan pohon/ tumbuhan yang mesih tertanam. Damèn yaiku wit pari (garing) „tanaman padi (kering)‟ (Poerwadarminta, 1939: 194). Makna gramatikal mbabat dangkèl damèn adalah memangkas sisa pangkasan tanaman padi.

7. Mbanjari [mbAnjAri]

Gambar 9: Mbanjari

Mbanjari yaiku mbêntèli lan panthapantha ana ing ler-leran (tmr. winih pari sing arêp diceblokake) „mengikat dan membagi-bagi di sawah yang siap ditanami (untuk benih padi yang akan dijatuhkan‟ (Poerwadarminta, 1939: 87). Makna gramatikal mbanjari adalah

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 26-12-2015 Dok. Wahyu Fitrianingrum,

(31)

mengikat dan membagi-bagi benih padi yang akan diajatuhkan ke sawah yang siap untuk ditanami.

8. Mberok [mberOk]

Gambar 10: Mberok

Gambar 11: Alat yang digunakan untuk mberok

Berokan yaiku meja panuliusan „meja untuk menulis‟ (Poerwadarminta, 1939: 109). Makna gramatikal mberok adalah menulis.

9. Mbongkok pari [mbOGkO? pAri]

Gambar 12: Mbongkok pari

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 26-12-2015

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 27-04-2016

(32)

Gambar 13: Mbongkok pari

Satuan lingual mbongkok pari berasal dari kata mbongkok dan pari. Mbongkok yaiku mbêntèli (tmr. barang kang dawa-dawa) „mengikat untuk barang yang panjang-panjang‟ (Poerwadarminta, 1939: 175). Makna gramatikal mbongkok pari adalah mengikat barang yang panjang-panjang.

10. Meme gabah [meme gAbAh]

Gambar 14: Meme gabah

Satuan lingual meme gabah berasal dari kata meme dan gabah. Meme yaiku nggaringake ing panasan „mengeringkan di tempat yang panas‟ (Poerwadarminta, 1939: 929). Gabah yaiku las-lasaning pari „bulir-bulir padi‟ (Poerwadarminta, 1939: 386). Makna gramatikal meme gabah adalah mengeringkangabah di tempat yang panas.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 31-03-2016 Dok. Wahyu Fitrianingrum, 01-04-2016

(33)

11. Mluku [mluku]

Gambar 15: Mluku

Gambar 16: Luku

Gambar 17: Luku

Mluku yaikunggarap lêmah nganggo wluku „menggarap tanah dengan wluku‟ (Poerwadarminta, 1939: 997). wluku yaiku piranti dianggo malik lêmah awujud singkal mawa kêjèn nganggo cacadan „wluku yaitu alat yang digunakan untuk membalikkan tanah yang berwujud

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 21-03-2016

Dok. avabimawulansunu.blogspot.co.id, 13-05-2016

(34)

kayu dengan besi yang menggunakan penyacat‟ (Poerwadarminta, 1939: 2085). Makna leksikal mluku adalah menggarap tanah dengan cara membalikkan tanah dengan sebuah alat berwujud kayu dengan besi yang menggunakan penyacat yang disebut wluku.

12. Mocongi [mOcOGi]

Gambar 18: Mocongi

Mocongi yaiku nguntingi (mbêntèli) pari „mengikat padi‟ (Poerwadarminta, 1939: 1029). Makna gramatikal mocongi adalah mengikat benih padi dengan menggunakan tali.

13. Mopok [mOpO?]

Gambar 19: Mopok

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 06-04-2016

(35)

Gambar 20: Mopok

Mopok yaiku nèmplèkake blêthok lan sapiturute ing „menempelkan gumpalan tanah di‟ (Poerwadarminta, 1939: 1027). Makna gramatikal mopok adalah menempelkan gumpalan tanah pada galengan „batas petakan pada sawah‟.

14. Mulung gabah [mulUG gAbAh]

Gambar 21: Mulung gabah

Satuan lingual mulung gabah berasal dari kata mulung dan gabah. Mulung yaikungêntas utawa nglêbokake pari kang diêpe (utawa kang mêntas diênèni) „mengangkat atau memasukkan padi yang dijemur (atau yang sehabis dipetik)‟ (Poerwadarminta, 1939: 1006). Gabah yaiku las- lasaning pari „bulir-bulir padi‟ (Poerwadarminta, 1939:

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 21-03-2016

(36)

386). Makna gramatikal mulung gabah adalah mengangkat atau memasukkan padi yang dijemur (atau yang sehabis dipetik).

15. Nampingi [nAmpiGi]

Gambar 22: Nampingi

Nampingi yaiku nggarap galêngan lsp, ngaling-aling, ngayomi „menggarap pematang sawah dan sebagainya, menutupi, mengayomi‟ (Poerwadarminta, 1939: 1049). Makna le gramatikal nampingi adalah menggarap pematang sawah, menutupi, mengayomi.

16. Ndhaut [nDAUt]

Gambar 23: Ndhaut

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 05-04-2016

(37)

Gambar 24: Ndhaut

Ndhaut yaiku mbêdhol, njabut, mbêdholi (tumrap winih pari arêp diêlih ditandur ing sawah)„mencabut (terhadap benih padi yang akan dipindah ditanam di sawah‟ (Poerwadarminta, 1939: 313). Makna gramatikal ndhaut adalah mencabut benih padi yang akan dipindah dan ditanam di sawah.

17. Ndhêdhêt [nD|D|t]

Gambar 25: Ndhêdhêt

Ndhêdhêt yaiku ngidak-idak supaya madhêt „menginjak-injak supaya menjadi padat‟ (Poerwadarminta, 1939: 322). Makna gramatikal ndhêdhêt adalah menginjak-injak supaya menjadi padat.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 26-12-2015

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 21-03-2016

(38)

18. Nêbaske pari [n|bAske pAri]

Gambar 26: Nêbaske pari

Satuan lingual nêbaske pari berasal dari kata nêbaske dan pari. Nêbaske berasal dari kata dasar tebas mendapat prefiks n- dan sufiks – ake. Tebas yaiku nuku kabèh tumrap woh-wohan sing isih ana ing wit, nuku (ndhuwiti dhisik) sadurunge panèn tumrap pari lsp; „membeli semua buah-buahan yang masih ada di pohon, membeli (memberi uang terlebih dahulu) sebelum panen untuk padi dan sebagainya‟ (Poerwadarminta, 1939: 1877). Pari yaiku têtuwuhan kang wohe ditutu dadi bêras „tanaman yang buahnya jika ditumbuk menjadi beras‟ (Poerwadarminta, 1939: 1486).Makna gramatikal nêbaske pari adalah menjual dengan diberi uang terlebih dahulu sebelum panen padi.

(39)

19. Ngalisi [GAlisi]

Gambar 27: Ngalisi

Ngalisi yaiku nyingkiri, nyimpangi „menyingkirkan‟ (Poerwadarminta, 1939: 1180). Makna gramatikal ngalisi adalah menyingkirkan sebagian galengan „pematang sawah‟ di bagian samping atas dengan menggunakan cangkul.

20. Ngaraki [GArAki]

Gambar 28: Ngaraki

Satuan lingual ngaraki berasal dari kata arak mendapat prefiks ng- dan sufiks –i. Arak yaiku ngêtêrake bêbarêngan “mengantarkan bersama-sama” (Poerwadarminta, 1939: 59). Makna gramatikal ngaraki adalah mengantarkan bersama-sama.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 21-03-2016

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 21-03-2016

(40)

21. Ngasaki [GAsA?i]

Gambar 29: Ngasaki

Ngasak yaiku nggosok “menggosok” (Poerwadarminta, 1939: 1198). Makna gramatikal ngasaki adalah menggosok-gosok.

22. Ngayaki[GAyA?i]

Gambar 30: Ngayaki

Ngayak yaiku nyaring “menyaring” (Poerwadarminta, 1939: 96). Makna gramatikal ngayaki adalah menyaring-nyaring.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 31-03-2016 Dok. kilassumberayu.com

(41)

23. Ngêblak [G|blA?]

Gambar 31: Ngêblak

Gambar 32: Blak

Satuan lingual ngêblak berasal dari kata êblak kemudian mendapat prefiks ng- menjadi ngêblak. Êblak yaiku pola „pola‟ (Poerwadarminta, 1939: 361). Makna gramatikal ngêblak adalah membuat pola saat menanam padi

24. Ngêdhos [G|DOs]

Gambar 33: Ngêdhos

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 26-12-2015

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 25-03-2016 Dok. Wahyu Fitrianingrum, 26-04-2016

(42)

Satuan lingual ngêdhos berkategori berasal dari kata êdhos mendapat prefiks ng-. Êdhos yaiku enak „enak‟ (Poerwadarminta, 1939: 346). Makna gramatikal ngêdhos adalah membuat enak.

25. Ngêkum gabah [G|kUm gAbAh]

Gambar 34: Ngêkum gabah

Satuan lingual ngêkum gabah berasal dari kata ngêkum dan gabah. Ngêkum berasal dari kata kum kemudian mendapat prefiks ng-. Kum yaiku nyêmplungake lan ngrêndhêm ing banyu lsp „memasukkan dan merendam di air dan sebagainya‟ (Poerwadarminta, 1939: 722). Makna gramatikal ngêkum gabah adalah memasukkan dan merendam gabah di dalam air.

26. Ngêlêpi [G|l|pi]

Gambar 35: Ngêlêpi Dok. Wahyu Fitrianingrum,

09-05-2016

(43)

Satuan lingual ngêlêpi berasal dari kata lêp mendapat konfiks ng- -i menjadi ngêlêpi. Lêp yaiku nyilêpake ing banyu „memasukkan air‟ (Poerwadarminta, 1939: 511). Makna gramatikal ngêlêpi adalah memasukkan air ke sawah.

27. Ngênèni [G|nEni]

Gambar 36: Ngênèni

Gambar 37: Ani-ani

Satuan lingual ngênèni berasal dari kata èni mendapat konfiks ng- -i menjadi ngênèni. Ngênèni yaiku ngundhuh pari „mengunduh padi‟ (Poerwadarminta, 1939: 1238). Makna gramatikal ngênèni adalah memanen padi.

Dok. Kompas.com, 13-05-2016

Dok. kelompokternakpucakmanik.blogspot.co.id, 13-05-2016

(44)

28. Ngêpêp gabah [G|p|p gAbAh]

Gambar 38: Ngêpêp gabah

Satuan lingual ngêpêp gabah berasal dari kata ngêpêp dan gabah. Ngêpêp yaiku nutup rapêt (supaya ora kanginan) „menutup rapat agar tidak terkena angin‟ (Poerwadarminta, 1939: 1245). Makna gramatikal ngêpêp gabah adalah menutup rapat-rapat gabah di dalam tempat tertutup agar tidak terkena angin.

29. Ngêrit pari [G|rIt pAri]

Gambar 39: Ngêrit pari

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 30-03-2016

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 21-03-2016

(45)

Gambar 40: Arit „sabit‟

Ngêrit yaiku mancas nganggo arit „memotong menggunakan sabit‟ (Poerwadarminta, 1939: 1248). Makna gramatikal ngêrit adalah memotong batang padi menggunakan sabit.

30. Nggaru [GgAru]

Gambar 41: Nggaru

Gambar 42: Garu

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 06-04-2016

Dok. olx.co.id, 13-05-2016

(46)

Nggaru yaiku nggarap sawah nganggo garu, njungkati „menggarap sawah menggunakan garu, menyisiri‟. Garu yaiku piranti têtanèn awujud kayu palangan mawa unton-unton dianggo nglêmbutake lukon „Garu yaitu alat pertanian yang berwujud kayu palangan dengan gerigi besi yang digunakan untuk melembutkan sawah setelah diluku‟ (Poerwadarminta, 1939: 406). Makna gramatikal nggaru adalah menggarap sawah menggunakan alat pertanian yang berwujud kayu palangan dengan gerigi besi yang digunakan untuk melembutkan sawah sehabis diluku.

31. Nggêpyoki pari [Gg|pyO?i pAri]

Gambar 43: Nggêpyoki pari

Satuan lingual nggêpyoki pari berasal dari kata nggêpyoki dan pari. Nggêpyoki berasal dari kata gêpyok mendapat prefiks ng- dan sufiks i. Gêpyok yaiku nyêmpyokake apa-apa ing “menghantamkan apa-apa di” (Poerwadarminta, 1939: 436). Makna gramatikal nggêpyoki pari adalah menghantamkan padi pada benda keras.

(47)

32. Ngirim [GirIm]

Gambar 44: Ngirim

Ngirim yaiku ngêtêrake pangan marang (wong kang lagi nyambut gawe lsp) „mengantarkan makanan untuk orang yang sedang bekerja dan sebagainya‟ (Poerwadarminta, 1939: 1272). Makna gramatikal ngirim adalah mengantarkan makanan untuk para petani yang sedang bekerja di sawah.

33. Nglandhak [GlAnDA?]

Gambar 45: Nglandhak

Nglandhak berarti mengorek (Prawiroatmodjo, 1993: 289). Makna gramatikal nglandhak adalah mengorek.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 21-04-2016

-2016

(48)

34. Ngogok [GOgO?]

Gambar 46: Ngogok

Ngogok yaiku nyèlèhake bae „meletakkan saja‟ (Poerwadarminta, 1939: 1414). Makna gramatikal ngogok adalah meletakkannya saja.

35. Ngosak-asik [GosA? AsI?]

Gambar 47: Ngosak-asik

Ngosak-asik berasal dari kata osak-asik. Osak-asik yaiku mbiyaki lsp. arêp nggêgolèki (tmr. pawuhan, uwuh lsp) „membukai dsb. Akan mencari (untuk dedaunan dsb) (Poerwadarminta, 1939: 1426). Makna gramatikal ngosak-asik adalah membukai.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 23-03-2016 Dok. www.antarabali.com, 13-05-2016

(49)

36. Ngoyak manuk [GoyA? mAnU?]

Gambar 48: Ngoyak manuk

Gambar 49: Cara mengusir burung agar tidak menghinggapi tanaman padi

Satuan lingual ngoyak manuk berasal dari kata ngoyak dan manuk. Ngoyak yaiku nggusah, ngakon lunga „mengusir, menyuruh pergi‟ (Poerwadarminta, 1939: 1405). Manuk yaiku pêksi, bngs. kewan iwèn „burung, sejenis hewan bersayap‟ (Poerwadarminta, 1939: 891). Makna gramatikal ngoyak manuk adalah mengusir manuk agar pergi.

Dok.

bpptulungagungjawatimur.blogspot.co.id,

13-05-2016

(50)

37. Ngrabuk [GrAbU?] / Ngabuk [GabU?]

Gambar 50: Ngrabuk/Ngabuk

Ngrabuk yaiku ndokoki rabuk (ing têtanduran) „memberi pupuk pada tanam-tanaman‟ (Poerwadarminta, 1939: 1344). Makna gramatikal ngrabuk/ ngabuk adalah memberi pupuk pada tanam-tanaman.

38. Ngrèntèg [GrEntEg]

Gambar 51: Ngrèntèg

Gambar 52: Rèntèg

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 18-04-2016

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 25-03-2016

(51)

Ngrèntèg berasal dari kata rèntèg mendapat prefiks ng- menjadi ngrèntèg. Rèntèg yaiku padha rontog „rontok semua‟ (Poerwadarminta, 1939: 1645). Makna gramatikal ngrèntèg adalah membuat rontok semua.

39. Nlaktor [nlAktOr]

Gambar 53: Nlaktor

Satuan lingual nlaktor berasal dari kata tlaktor „traktor‟ kemudian mendapat prefiks n- menjadi nlaktor. Traktor adalah kendaraan bermotor yang sangat kuat (untuk menarik barang berat, membajak tanah, dsb) (KUBI: 1088). Makna gramatikal nlaktor adalah membajak tanah menggunakan kendaraan bermotor yaitu traktor. 40. Nlèsêr [nlEs|r]

Gambar 54: Nlèsêr

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 21-03-2016

(52)

Satuan lingual nlèsêr berasal dari kata tlèsêr kemudian mendapat prefiks n- menjadi nlèsêr. Tlèsêr yakni alat pertanian berbahan bakar solar yang didalamnya terdapat besi-besi tajam yang digunakan untuk merontokkan padi. Makna gramatikal nlèsêr adalah merontokkan padi menggunakan alat tlèsêr.

41. Nurut banyu [nurUt bA¥u]

Gambar 55: Nurut banyu

Satuan lingual nurut banyu berasal dari kata nurut dan banyu. Nurut berasal dari kata turut mendapat prefiks n-. Turut yaiku ngambah manut ênêring garis, dalan lsp „berjalan menurut jalannya garis, jalan, dsb‟ (Poerwadarminta, 1939: 1929). Nurut yaiku dherek,, nginthil salakune, ngiring „ikut, mengikuti jalannya, mengikuti‟ (Poerwadarminta, 1939: 1930). Makna gramatikal nurut banyu adalah mengikuti jalannya aliran air.

(53)

42. Nyêbar winih [¥|bAr winIh]

Gambar 56: Nyêbar winih

Gambar 57: Nyêbar winih

Satuan lingual nyêbar winih berasal dari kata nyêbar dan winih. Nyêbar berasal dari kata dasar sêbar mendapat prefiks ny-.

Sêbar yaiku nyawur-nyawurake, diwratakake „menabur-naburkan, meratakan‟ (Poerwadarminta, 1939: 1733). Winih yaiku wiji pari, bibit „biji padi, benih‟ (Poerwadarminta, 1939: 2077). Makna gramatikal nyêbar winih adalah menabur-naburkan benih atau biji padi secara merata.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 30-03-2016

(54)

43. Nyêlèpne [¥|lEpne]

Gambar 58: Nyêlèpne

Gambar 59: Sêlèp

Satuan lingual nyêlèpne berasal dari kata sêlèp kemudian mendapat konfiks ny- -ne menjadi nyêlèpne.

Sêlèp adalah alat pertanian berbahan bakar solar yang terbuat dari lempengan besi, yang di atasnya terdapat corongan untuk memasukkan gabah dan di samping ada dua jalan keluarnya untuk keluarnya beras dan katul ‘kulit padi yang menjadi halus‟, alat ini digunakan untuk membersihkan kulit padi agar menjadi beras. Makna gramatikal nyêlèpne adalah membersihkan kulit padi agar menjadi beras dengan menggunakan alat sêlèp.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 21-03-2016

(55)

44. Nyêmprot [¥|mprOt]

Gambar 60: Nyêmprot

Satuan lingual nyêmprot berasal dari kata sêmprot kemudian mendapat prefiks ny-menjadi nyêmprot.

Nyêmprot yaiku nêlêsi lsp. sarana banyu lsp. disêmprotake „membasahi dan sebagainya dengan air dan sebagainya, disemprotkan‟ (Poerwadarminta, 1939: 1130). Makna gramatikal nyêmprot adalah membasahi dengan menyemprotkan obat cair.

45. Nyilir [¥ilIr]

Gambar 61: Nyilir

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 23-03-2016

(56)

Satuan nyilir berasal dari kata silir kemudian mendapat prefiks ny-menjadi nyilir. Nyilir yaiku ngisis, ngangin-anginake „mengangin-anginkan‟ (Poerwadarminta, 1939: 1144). Makna gramatikal nyilir adalah mengangin-anginkan gabah „bulir-bulir padi‟.

46. Nyosrok [¥OsrOk]

Gambar 62: Nyosrok

Gambar 63: Sosrok

Satuan lingual nyosrok berasal dari kata sosrok kemudian mendapat prefiks ny- menjadi nyosrok. Sosrok yakni alat pertanian yang digunakan untuk mencabut dan mematikan rumput di sawah yang terbuat dari besi dengan lubang-lubang tajam dan diberi pegangan kayu. Makna gramatikal nyosrok adalah mencabut dan mematikan rumput di sawah menggunakan alat sosrok.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 26-04-2016

(57)

47. Nyunggi pari [¥uGgi pAri]

Gambar 64: Nyunggi pari

Satuan lingual nyunggi pari berasal dari kata nyunggi dan pari. Nyunggi berasal dari kata sunggi mendapat prefiks ny-. Sunggi yaiku nggawa ditumpangake ing êndhas „membawa sesuatu dan meletakkannya di kepala‟ (Poerwadarminta, 1939: 1811). Makna gramatikal nyunggi pari adalah membawa padi dan meletakkannya di kepala.

48. Panèn [pAnEn]

Gambar 65: Panèn

Panen yaiku (mangsa) ngundhuh pari „masa mengunduh padi‟ (Poerwadarminta, 1939: 1460). Makna leksikal panen adalah masa dimana para petani mengunduh padi.

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 25-03-2016 Dok. antarafoto.com

(58)

49. Pêlakan [p|lA?An]

Gambar 66: Pêlakan

Satuan lingual pêlakan berasal dari kata pêlak kemudian mendapat sufiks –an menjadi pêlakan. Pêlak yaiku digêlak, dienggalake „dipercepat, diperbarui‟ (Poerwadarminta, 1939: 1518). Makna gramatikal pêlakan adalah mempercepat dan memperbarui.

50. Sulam[sulAm]

Gambar 67: Sulam

Sulam yaiku apa- apa sing dianggo nyalini sing rusak; nyalini sarana disêsêlake (ditambahake); dibêdhol banjur disalini sing luwih bêcik tmr. tanduran „apa-apa yang dipakai mengganti sesuatu yang rusak; mengganti dengan cara ditambahkan; dicabut kemudian diganti dengan yang lebih baik untuk tanaman‟ (Poerwadarminta, 1939:

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 09-05-2016 Dok. Wahyu Fitrianingrum,

21-03-2016

(59)

1799). Makna leksikal sulam adalah mengganti yang rusak dengan menambahkan yang lebih baik.

51. Tandur [tAndUr]

Gambar 68: Tandur

Tandur yaiku nyèblêkake (mêndhêm) winih pari ana ing sawah „menancapkan benih padi di sawah‟ (Poerwadarminta, 1939: 1854). Makna leksikal tandur adalah menancapkan benih padi di sawah.

52. Tandur ngabyak [tAndUr GAbyA?]

Gambar 69: Tandur ngabyak

Satuan lingual tandur ngabyak berasal dari kata tandur dan ngabyak. Tandur yaiku nyèblêkake (mêndhêm) winih pari ana ing sawah „menancapkan benih padi di sawah‟ (Poerwadarminta, 1939: 1854). Ngabyak yaiku nêmpuh ora prêduli apa-apa; ngênani lsp. sakênane bae

Dok. Wahyu Fitrianingrum, 26-12-2015

(60)

„menempuh dan tidak memperdulikan apa-apa; menyentuh sekenanya saja‟ (Poerwadarminta, 1939: 1184). Makna gramatikal tandur ngabyak adalah menancapkan benih padi di sawah dengan tidak memperdulikan apa-apa dan sekenanya saja.

53. Tapèn [tApEn]

Gambar 70: Tapèn

Tapèn yaiku ngrêsiki bêras sarana tampah lsp. dikêtab-kêtabake „membersihkan beras dengan tampah dan sebagainya, dikebat-kebatkan‟ (Poerwadarminta, 1939: 1863). Makna leksikal tapèn adalah membersihkan beras mmenggunakan tampah dengan mengebat-ngebatkannya.

2. Makna Kultural Aktivitas Pertanian Padi

Makna kultural adalah makna bahasa yang dimiliki bahasa sesuai dengan konteks budaya penuturnya (Subroto dalam Abdullah, 2014: 20). Konsep makna kultural ini dimaksudkan untuk lebih dalam memahami makna ekspresi verbal maupun nonverbal suatu masyarakat yang berhubungan dengan sistem pengetahuan (cognition system) terkait pola-pikir,

(61)

pandangan hidup (way of life) serta pandangan terhadap dunianya (world view) suatu masyarakat (Abdullah, 2014: 20).

1. Dêrêp [d|r|p]

Makna kultural dêrêp menurut informan berasal dari jarwa dhosok diêrêp-êrêp yang bermakna diharap-harapkan, karena dêrêp yang selalu diharap-harapkan oleh buruh tani saat panen tiba agar nantinya mendapatkan bawon. Dêrêp dilakukan dengan mengunduh padi1 dengan cara membantu atau menjadi buruh saat panen pada petani lain saat panen dan mendapat upah yang disebut bawon2. Bawon yaitu gabah „bulir-bulir padi‟ sebagai upah.

2. Gêbug kawul[g|bUg kawUl]

Makna kultural gêbug kawul dikarenakan aktivitas ini menggunakan pemukul dan jika dipukul akan terdengar suara bug-bug-bug sehingga dinamakan gêbug dan yang dipukul-pukul adalah sisa-sisa dedaunan padi yang jatuh bersamaan dengan gabah saat dirèntèg „dirontokkan‟ yang biasa disebut kawul. Jadi dinamakan gêbug kawul.

Gêbug kawul dilakukan setelah ngaraki, gêbug kawul dilakukan dengan cara memukul-mukul kawul „sisa-sisa dedaunan padi yang jatuh bersamaan dengan gabah saat dirèntèg‟ hasil arakan yang telah disendirikan3 dengan menggunakan kayu. Gêbug kawul dilakukan karena ada bulir-bulir padi yang tidak dapat pisah dengan batang padi

1

Informan: Marto Taruno, 28 April 2016. 2

Informan: Tinem, 30 April 2016; Warsino, 16 Mei 2016. 3

(62)

saat dirèntèg maka petani melakukan gêbug kawul, agar hasil panennya tidak terbuang sia-sia.

3. Kêrik [k|rIk]

Makna kultural kêrik dikarenakan aktivitas ini dilakukan dengan membersihkan, meratakan dan menghaluskan ler-leran dengan papan serupa dengan saat mencukur sedikit dan menata bersih rambut atau alis menggunakan pisau kecil yang dikenal dengan istilah ngêrik. Kêrik dilakukan setelah ler-leran „sawah yang siap untuk ditanami‟ sudah diluku dan digaru4. Kêrik dilakukan dengan menggunakan alat yaitu blabak „papan kayu‟, kayu, bethek5 kemudian blabak „papan kayu‟atau kayu atau bethek dipegang menggunakan dua tangan dan diletakkan pada endhut „tanah sawah yang basah‟ kemudian disamping kanan, kirikan kemudian dimundurkan, hal ini dilakukan agar ler-leran rata dan halus6. Kêrik dilakukan agar tanah rata dan halus dan akan memudahkan petani untuk menanam padi.

4. Macul [mAcUl]

Makna kultural macul menurut informan berasal dari akronim mangipatke barang kang mendhucul yang artinya menyingkirkan bagian yang mendugul atau bagian yang tidak rata. Macul merupakan

4

Informan: Marto Taruno, 28 April 2016; Warsino, 16 Mei 2016. 5

Informan: Kamiyem, 27 April 2016; Wiryo Diharjo, 9 Mei 2016; Paiman Sularto, 9 Mei 2016.

6

Informan: Kamiyem, 27 April 2016; Marto Taruno, 28 April 2016; Wiryo Diharjo, 9 Mei 2016; Paiman Sularto, 9 Mei 2016; Warsino, 16 Mei 2016.

(63)

salah satu aktivitas para petani yang dilakukan dengan cara mengaduk-aduk tanah dengan pacul (pacul berwujud lempengan besi dan gagang panjang yang terbuat dari kayu sebagai pegangan) agar tanah menjadi gembur dan subur7. Macul dilakukan dengan cara mbegagah (melebarkan kedua kaki) untuk menjaga kekuatan fisik dan tubuh agak membungkuk kemudian mengayunkan cangkul ke tanah lalu menariknya sambil memastikan tanah terbalik dengan sempurna dan hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang untuk seluruh petakan sawah.

5. Matun [mAtUn]

Makna kultural matun menurut informan berasal dari akronim mangilangake suket kang kemruntun „menghilangkan banyak rumput‟. Hal ini dikarenakan tujuan para petani melakukan aktivitas matun adalah untuk menghilangkan rumput-rumput penganggu yang ada di seluruh petakan sawah.

Matun dilakukan setelah tandur, karena mulai banyak rumput yang tumbuh berdekatan dengan tanaman padi8. Matun adalah mencabut rumput penganggu9, rumput didakuri dan dirawuti menggunakan tangan. Matun dilakukan agar rumput tidak menganggu pertumbuhan tanaman padi, karena rumput akan menyerap nutrisi, pupuk yang

7

Informan: Kamiyem, 27 April 2016; Marto Taruno, 28 April 2016; Warsino, 16 Mei 2016.

8

Informan: Marto Taruno, 28 April 2016. 9

(64)

diberikan untuk tanaman padi. 6. Mbabat dangkèl damèn

Makna kultural mbabat dikarenakan saat melakukan aktivitas ini petani memangkas dangkèl „sisa pangkasan tanaman padi saat panen‟ menggunakan sabit, karena mamangkasnya dengan cepat maka terdengar bunyi bat-bat-bat maka dinamakan mbabat.

Mbabat dangkèl damèn dilakukan setelah panen dan sebelum petani menggarap sawah. Mbabat dangkèl damèn dilakukan karena masih ada sisa-sisa yakni dangkèl damèn „sisa pangkasan padi yang masih tertanam di sawah‟ di sawah. Mbabat dangkèl damèn dilakukan dengan cara memangkas dangkèl damèn menggunakan sabit10. Mbabat dangkèl damèn dilakukan agar dangkèl damèn hilang dan nantinya sawah bisa digarap kembali.

7. Mbanjari [mbAnjAri]

Makna kultural mbanjari menurut informan berasal dari akronim karêbèn sajajar gampang olèhe nanduri yang bermakna agar tertata mudah untuk menanami, hal ini dikarenakan menurut informan aktivitas mbanjari dilakukan dengan membagi-bagi benih padi sesuai luas petakan dan ditata pada sawah yang siap ditanami hal itu akan memudahkan petani saat menanamnya karena benih padi sudah tertata dan ada didekatnya, maka dinamakan mbanjari.

10

(65)

Mbanjari dilakukan setelah benih padi didhaut kemudian dipocongi setelah itu benih dibawa ke sawah, tempat yang siap untuk ditanami11. Makna kultural mbanjari adalah melemparkan pocongan benih ke sawah yang siap untuk ditanami12, kemudian benih dijèjèr „ditata sejajar‟13

. Mbanjari dilakukan agar benih padi rata untuk dibagikan pada setiap petakan14.

8. Mberok [mberOk]

Makna kultural mberok berasal dari kata berok yang bermakna menulis, hal ini dikarenakan mberok menurut informan dilakukan dengan menancapkan tanaman padi dengan menggunakan bantuan kentheng „tali panjang dengan bulatan-bulatan kecil yang masing-masing jarak bulatan kecil kira-kira 20 cm‟ seperti menulis menggunakan penggaris15. Kentheng diulur memanjang satu garis lurus pada kedhokan „petakan sawah‟ kemudian pegangan kentheng ditancapkan pada endhut kedhokan „tanah yang basah di petakan sawah‟16

. Di samping setiap bulatan-bulatan kecil ditanami bibit padi terlebih dahulu mengikuti satu garis lurus kentheng17.

11

Informan: Warsino, 16 Mei 2016. 12

Informan: Marto Taruno, 28 April 2016; Wiryo Diharjo, 9 Mei 2016; Paiman Sularto, 9 Mei 2016.

13

Informan: Warsino, 16 Mei 2016. 14

Informan: Marto Taruno, 28 April 2016. 15

Informan: Kamiyem, 27 April 2016; Marto Taruno, 28 April 2016; Mami, 29 April 2016.

16

Informan: Kamiyem, 27 April 2016; Marto Taruno, 28 April 2016. 17

Gambar

Gambar 1: Dêrêp
Gambar 3: Gêbug kawul
Gambar 5: Macul
Gambar 7: Matun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis pendapatan dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui besarnya pendapatan petani padi sawah di Desa Laantula Jaya selama satu kali musim tanam, cara

Pemberian penguatan dengan memberikan sejumlah pertanyaan pada saat mengakhiri kegiatan inti dijadikan salah satu kegiatan pokok yang harus dilakukan guru dalam proses

Dilihat dari tujuan asuransi pertanian sendiri salah satunya adalah meningkatkan pendapatan petani dari usaha pertanian secara berkesinambungan, dengan menggunakan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan teknik komunikasi langsung yang melibatkan 98 orang petani yang melakukan kegiatan pertanian padi, dengan frekuensi tanam

pada semua komoditi dalam usahatani di bidang pertanian salahsatunya adalah komoditi padi sawah yang ada di Kabupaten Siak. Kabupaten Siak merupakan salah satu

Analisis pendapatan dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui besarnya pendapatan petani padi sawah di Desa Laantula Jaya selama satu kali musim tanam, cara

Jika suatu usahatani padi sawah memperoleh pendapatan dan penerimaan petani dengan harga input dalam negeri maka akan memiliki keunggulan kompetitif atau

Bagi dua tanah pertanian padi yang berdasarkan pada ketidaksanggupan pihak petani untuk memanen hasil pertanian tersebut, baik karena tenaga, biaya dan lain sebagainya kasus I, III,