BAB III TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal : 16 Mei 2007
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. LN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 bulan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Ds. Sukorejo, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang No. Register : 5525256
Diagnosa Medis : Kejang
Bangsal : HND C1L1
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Ds. Sukorejo, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang Hubungan dengan klien : Ayah kandung
2. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan Utama
Kejang
2. Riwayat Penyakit Sekarang
6 bulan yang lalu klien kejang seluruh tubuh + 5 menit, sebelum kejang sadar, selama dan sesudah kejang klien tidak sadar, panas kemudian dirawat di RSUD dikatakan sakit kejang demam, dirawat 5 hari membaik.
4 bulan yang lalu klien kejang kembali seluruh tubuh kemudian dibawa ke RSUD Pemalang dirawat 5 hari membaik.
1 bulan yang lalu kejang lagi dirawat 5 hari membaik.
5 hari setelah dirawat kejang lagi disertai mencret kemudian dibawa ke RS Budi Rahayu dirawat 1 minggu. Selama dirawat sudah dilakukan CT Scan, mendapatkan terapi Lapixime, gentamicin, dexameth.
1 hari kejang 3x selama + 2 menit, kejang seluruh tubuh, mencret 4x sehari @ ¼ gelas kemudian oleh RSU Budi Rahayu dirujuk ke RSDK.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut keterangan keluarga, sebelumnya klien sudah pernah mengalami kejang beberapa kali dan sempat dirawat di beberapa RS. Klien mulai sakit-sakitan dan kejang setelah klien terjatuh dari sepeda motor 8 bulan yang lalu.
Sebelum terjatuh dari sepeda motor, klien tidak pernah kejang hanya sakit biasa seperti batuk dan pilek dan akan sembuh setelah minum obat.
a. Riwayat kehamilan dan persalinan 1) Prenatal
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit yang berarti seperti pre elelamsia dan elelamsia, diabetes maupun yang lainnya. Selama hamil ibu memeriksakan kehamilan ke bidan terdekat dan telah mendapatkan suntikan TT dua kali. Klien merupakan anak pertama. 2) Natal
Klien dilahirkan dengan pertolongan bidan setempat pada umur 9 bulan secara spontan, persalinan berjalan normal, dengan berat badan lahir 3500 gram, panjang badan 48 cm.
3) Post natal
Pada saat bayi lahir keadaan tubuh normal, tidak ada kelainan. b. Riwayat imunisasi
Ibu menyatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap antara lain : BCG, DPT I, II, III, Hepatitis B I, II, III, IV dan Campak.
c. Riwayat alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi. d. Riwayat tumbuh kembang
Klien sudah bisa miring ke kanan dan ke kiri pada usia 4 bulan, tengkurap umur 5 bulan, gigi mulai tumbuh umur 6 bulan, pada umur 10 bulan anak
sudah dapat duduk sendiri, tetapi sebelumnya harus dibantu. Umur 12 bulan anak mulai belajar berjalan.
4. Riwayat Keluarga
Menurut ibu, dalam keluarga baik bapak maupun ibunya tidak ada yang pernah mengalami penyakit kejang.
Genogram
Keterangan : : laki-laki
: perempuan
: klien
: tinggal dalam satu rumah 3. POLA FUNGSIONAL
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien adalah anak pertama, status kesehatan anak sejak lahir baik dan tindakan orang tua dalam menanggulangi penyakit adalah memeriksakan anaknya ke Puskesmas atau dokter guna mendapatkan pengobatan.
b. Pola nutrisi metabolik 1) Suhu tubuh
Mei 2007 suhu tubuh pasien 390C, kulit lembab, turgor < 2 detik. Penurunan suhu ini disebabkan klien mendapat puyer luminal 30 mg, paracetamol 1 sdt dan proris 1 sdt secara selang seling setiap 4 jam. 2) Nutrisi
a) Status nutrisia
Rambut hitam, bersih mengkilat, kulit tidak ada lesi, konjungtifa anemis. Berat badan 12,4 kg panjang badan 82 cm, LK : 49,5 cm, LLA : 17,5 cm, penampilan gemuk.
b) Makanan dan cairan
Kebiasaan makan di rumah sebelum sakit menurut ibunya biasa, tidak ada masalah, makan 3x sehari, masih mendapat ASI dari ibunya, selama di rumah sakit klien tidak sadarkan diri sehingga kebutuhan makanan dan cairan melalui sonde dan cairan dari infus. Sebelum sakit pasien minum + 4-5 gelas air putih, kadang pasi selain itu juga masih minum ASI dari ibunya. Selama di rumah sakit klien minum susu melalui sonde dan pemasukan cairan dari infus KAEN 3B 15 tpm.
c. Pola eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit BAB lancar 1-2x sehari, dengan konsistensi lembek, BAK sedikit, sering dan lancar. Setelah masuk RS belum bisa BAB. BAK sering warna kuning jernih.
d. Pola aktivitas sehari-hari
Sebelum sakit aktivitas klien lebih banyak di rumah bermain sendiri dengan mainannya. Klien sering diajak jalan-jalan oleh orang tuanya. Setelah sakit klien hanya di tempat tidur tidak sadarkan diri, terpasang infus KAEN 3B di tangan sebelah kiri, terpasang O2 masker 40% dan pada paha kiri terpasang vena secsi dan di hidung terpasang NGT. Kebersihan diri sebelum sakit, mandi 2x sehari dengan air hangat, selama sakit klien tampak bersih dan tidak berbau.
e. Pola istirahat dan tidur
Sebelum masuk rumah sakit klien tidur + 9-10 jam sehari, pada waktu siang dan malam. Selama masuk di rumah sakit klien terbaring terus di tempat tidur belum sadarkan diri.
f. Pola kognitif
Sebelum masuk rumah sakit klien dapat berkomunikasi, mendengar, mengamati suatu obyek dengan baik.
g. Pola persepsi diri
Di rumah klien mudah / mau diajak oleh anggota keluarga yang lain dan selama dirawat di rumah sakit klien hanya berbaring di tempat tidur jadi tidak berinteraksi dengan orang lain.
h. Pola psikososial
Orang yang paling berperan dalam keluarga adalah ayah, klien merupakan anak pertama, selama di rumah sakit klien selalu ditunggui oleh ibunya.
i. Pola seksual dan reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan pada alat kelamin luarnya.
j. Pola koping dan toleransi stress
Klien belum sadarkan diri sehingga selama di rawat di RS klien tidak tampak rewel, gelisah, cemas dan takut.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Keluarga beragama Islam dan selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu, orang tua menginginkan anaknya cepat sembuh dan menjadi anak yang sholeh.
4. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 16 Mei 2007 KU : lemah, belum sadarkan diri Kesadaran : koma TTV : TD : - BB : 12,4 kg N : 120x / menit TB : 82 cm RR : 36x / menit LK : 49,5 cm S : 390C LLA : 17,5 cm Kepala : mesochepal
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada septum deviasi, nafas cuping hidung O, terpasang NGT, terpasang O2 masker
Mulut : bersih, terpasang O2 masker
Leher : simetris, tidak ada pembesaran tyroid
Dada : simetris
Abdomen : kembung, lemes, ada bunyi tympani Genital : tidak ada keluhan
Ekstremitas : terpasang infus KAEN 3B pada tangan sebelah kiri 15 tetes / menit dan pada paha sebelah kiri terpasang vena secsi. Oedema tidak ada, akral hangat, turgor < 2 detik, kuku pendek dan bersih.
5. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium pada tanggal 16 Mei 2007 Kimia klinik
Analisa Gas Darah
Temperatur 39 0C Hb 6,8 g/dl FiO2 60 % pH (370C) 7,510 PCO2 (370C) 21 mmHg PO2 (370C) 231 mmHg pH (corrected) 7,480 7,35 – 7,45 PCO2 (corrected) 23 mmHg 35 – 95 PO2 (corrected) 237 mmHg 83 – 108 HCO3 16,8 mmol/L 18 – 23
TCO2 17,4
Base excess – 3,2 mmol/L – 2,0 – 3
BE effectif – 5,90 SBC 22,5 mmol/L O2 saturasi 100 % 95 – 98 A – ADO2 0,70 RI Alkalosis Respiratorik
Laboratorium pada tanggal 18 Mei 2007 Kimia klinik Elektrolit − Natrium 130 mmol/L 136 – 145 − Kalium 3,9 mmol/L 3,5 – 5,1 − Chlorida 110 mmol/L 98 – 107 Calcium Sekresi – ekskresi Urine lengkap
Warna kuning jernih
BJ 1,010 pH 6,00
Reduksi neg mg/dl neg
Urobilinogen neg mg/dl neg
Bilirubin neg mg/dl neg
Aseton neg mg/dl neg
Nitrit neg mg/dl neg
Sedimen
Sed : Epitel 2 – 4 LPK –
Lekosit 5 – 8 LPB –
Eritrosit 2 – 3 LPB –
Ca Oxalat neg
Asam urat neg
Tripel fosfat neg
Amorf neg
Sil. Hyalin neg LPK –
Sil. Granula kasar + / 0 – 1 LPK – Sil. Granula halus + / 1 – 2 LPK –
Sil. Epitel neg
Sil. Eritrosit neg LPK –
Sil. Leukosit neg LPK –
Bakteri neg
2. Therapy
O2 masker 40% 5 L / menit Inf. KAEN 3B 15 tetes/menit Inj. Diazepam 6 mg
Inj. CaCl 3 x 10 cc
Inj. Dilantin 7 mg Æ 3 x 30 mg Inj. Ceftriaxon 2 x 600 mg
PO : – Paracetamol 1 sdt
– Proris 1 sdt (selang-seling tiap 4 jam)
– Luminal 2 x 30 mg – Tacbon 3 x ½ tub – Exelase 3 x 1/3 sachet – Gentamicin 2 x 30 mg – Cimetidin 3 x 60 mg 3. Diet cair 30 cc B. ANALISA DATA 1. Symptom
DS : menurut keterangan ibu bahwa anaknya semalam panas
DO : pada jam 04.30 WIB tanggal 16 Mei 2007, suhu badan klien 400C, nadi 120x / menit, RR 36x / menit. Pada waktu pengkajian jam 08.00 tanggal 16 Mei 2007 suhu badan 390C, nadi 120x / menit, RR 36x / menit. Klien baru minum puyer Luminal dan paracetamol.
Etiologi : proses infeksi
Problem : resiko terhadap perubahan suhu (hypertermi) 2. Symptom
DS : ibu mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien mengalami kejang 3x disertai dengan demam tinggi.
DO : terpasang O2 5 liter/menit, klien mendapat cimetidin dan diazepam.
Etiologi : riwayat kejang
Problem : resiko terjadi kerusakan sel otak 3. Symptom
DS : ibu mengatakan selama di rawat di rumah sakit klien tidak mengalami kejang.
DO : selama perawatan klien tidak mengalami kejang, klien tampak tenang, tidak ada tanda-tanda kejang tapi klien masih panas. Etiologi : peningkatan suhu tubuh
Problem : resiko kejang berulang 4. Symptom
DS : -
DO : terpasang NGT dan klien mendapat diet cair 30 cc/sonde 3x sehari.
Etiologi : nutrisi tidak adekuat Problem : resiko kurang nutrisi
C. PATHWAY KEPERAWATAN KASUS Proses Homeosteosis Proses Peradangan Anoreksia Resiko kekurangan nutrisi Resiko kerusakan sel otak Peningkatan Suhu Demam Mengubah keseimbangan membran sel neuron
Melepaskan muatan listrik yang besar
Kejang Cemas Kurang pengetahuan Resiko kejang berulang D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hypertermi) berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh 400C.
2. Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan riwayat kejang ditandai dengan sering terjadi kejang.
3. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. 4. Resiko kurang nutrisi berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat.
E. RENCANA KEPERAWATAN 1. Diagnosa keperawatan
Peningkatan suhu tubuh (hypertermi) berhubungan dengan adanya proses infeksi.
Rencana Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi hypertermi, dengan kriteria :
a. Suhu tubuh normal (360C – 370C) b. Klien bebas dari demam.
Rencana tindakan :
a. Beri dan anjurkan klien minum banyak.
b. Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat. c. Ciptakan suasana yang nyaman (atur ventilasi).
d. Awasi suhu dan nadi tiap 6 jam.
e. Melaksanakan program kolaborasi dengan medis untuk pemberian antipiretik dan antibodi.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan riwayat kejang. Rencana Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, tidak terjadi kerusakan sel otak dan tidak terjadi komplikasi dengan kriteria :
a. Tidak ada tanda-tanda kejang. b. Peredaran darah lancar.
c. Suplai oksigen lancar.
d. Tidak ada tanda-tanda apnoe. Rencana tindakan :
a. Bila terjadi kejang, tidurkan pasien di tempat yang rata, miringkan kepala. b. Pasang sudip lidah.
c. Longgarkan pakaian yang mengikat. d. Isap lendir sesuai indikasi.
e. Beri oksigen sesuai indikasi.
f. Melaksanakan program kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat antikejang.
3. Diagnosa keperawatan
Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh Rencana Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria : Klien tidak mengalami kejang.
Rencana tindakan :
a. Anjurkan untuk di lakukan kompres dengan air hangat.
b. Bila terjadi kejang tidurkan pasien ditempat yang rata, miringkan kepala. c. Longgarkan pakaian yang mengikat.
d. Pasang sudip lidah
e. Anjurkan klien untuk minum banyak
f. Melaksanakan program kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti kejang
4. Diagnosa keperawatan
Resiko kurang nutrisi berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat. Rencana Tujuan :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria :
a. Klien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang disajikan. b. Mempertahankan berat badan yang stabil.
Rencana tindakan :
a. Kaji berat badan pasien
b. Sajikan makanan selagi hangat c. Beri makan porsi kecil tapi sering
d. Libatkan orang tua dalam memenuhi kebutuhan nutrisi klien. e. Beri makanan sesuai dengan diet.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Resiko terhadap
perubahan suhu
(hypertermi) berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan : S = Ibu mengatakan bahwa semalam anaknya panas O = Panas S : 390C, RR 36x/ menit, N : 120x/menit − Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi hypertermi − Suhu tubuh normal 360C – 370C
− Klien bebas dari demam, tidak rewel, gelisah
− Beri dan anjurkan pasien banyak minum
− Anjurkan pasien
memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
− Ciptakan suasana yang
nyaman (atur ventilasi)
− Awasi suhu dan nadi
tiap 6 jam
− Diharap dapat
mengurangi panas tubuh
− Rasa nyaman dapat
terpenuhi dengan lingkungan yang mendukung dalam mengurangi panas tubuh
− Diharapkan jika suhu dan nadi naik dapat memberikan informasi sendiri mungkin terjadi infeksi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan riwayat kejang ditandai dengan :
S = Ibu mengatakan
bahwa sebelum masuk RS, anak mengalami kejang 3x Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, tidak terjadi kerusakan pada sel otak dan tidak terjadi komplikasi
− Tidak ada
tanda-tanda kejang
− Peredaran darah
lancar
− Suplai oksigen lancar
− Tidak ada
tanda-tanda apnoe
− Melaksanakan
program kolaborasi dengan medis untuk pemberian antipiretik dan antibodi
− Beri infus sesuai program
− Bila terjadi kejang, tidurkan pasien di tempat yang rata, miringkan kepala − Pasang sudip lidah
− Diharap dapat
mempercepat proses penyembuhan dan juga dengan memantau efek samping secara dini jika timbul efek samping
− Diharapkan sistem
pernapasan tidak terjadi gangguan ataupun sumbatan
− Agar lidah tidak tergigit atau lidah menutup jalan napas
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional O = tampak lemah, terpasang O2 5 L/ menit, mendapat injeksi Diazepam, Luminal dan Cimetidin − Longgarkan pakaian yang mengikat
− Isap lendir sesuai indikasi
− Beri oksigen sesuai indikasi
− Proses inspirasi dan expirasi dapat maksimal dan dapat memberikan rasa nyaman pasien − Melonggarkan pernapasan dan mencegah terjadinya aspirasi − Diharapkan dapat mendukupi kebutuhan O2 di seluruh jaringan tubuh 50
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
− Kolaborasi medis
untuk pemberian obat anti kejang
− Diharap dapat
mempercepat proses penyembuhan
3. Resiko kejang berulang
berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai dengan :
S: Ibu mengatakan
selama klien dirawat di rumah sakit tidak terjadi kejang O: Panas S : 390C, RR 36 x/menit, N : 120 x/menit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kejang − Kejang tidak terjadi − Suhu tubuh 360C – 370C − Anjurkan untuk
dilakukan kompres air hangat
− Bila terjadi kejang tidurkan pasien di tempat yang rata, miringkan kepala − Longgarkan pakaian yang mengikat − Diharapkan evaporasi cepat terjadi − Diharapkan sistem
pernapasan tidak terjadi gangguan
− Proses inspirasi dan espirasi dapat maksimal
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
4. Resiko kurang nutrisi berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat, yang ditandai dengan : S = - Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
− Klien mampu dan
mau
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang disajikan
− Pasang sudip lidah
− Kolaborasi dengan
medis untuk
pemberian obat anti kejang
− Kaji berat badan pasien secara berkala
− Sajikan makanan
selagi hangat
− Agar lidah tidak tergigit atau lidah menutup jalan napas
− Diharap dapat
mengurangi terjadinya kejang
− Diharapkan naik turun
BB dapat segera diketahui − Diharapkan dapat membangkitkan selera makan pasien 52
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
O = terpasang NGT
dan klien mendapatkan diet cair 30 cc
− Mempertahankan
berat badan yang stabil
− Beri makan porsi kecil tapi sering
− Libatkan orang tua dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
− Beri makan sesuai
dengan diet
− Diharapkan agar jumlah
yang dimakan pasien banyak dan jumlah tersebut dapat
memenuhi kebutuhan tubuh
− Agar pasien makan
seperti di rumah sendiri
− Diharapkan dapat
melengkapi gizi untuk kebutuhan tubuh
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN No. Hari / Tangal Jam No. DX Implementasi Respon Prf 1 Rabu 16 Mei 07 08.00 08.15 08.30 08.45 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 1 3 1 1, 3 4 1, 3
Anamnesa ibu pasien Melakukan scorsting Mengukur tanda vital
- S : 39oC, - N : 120x/mnt, - RR : 36x/mnt, - BB : 12,4 kg
Menganjurkan ibu agar anaknya di kompres
Kolaborasi pemberian obat parasetamol 1 sdt/ sonde Kolaborasi pemberian injeksi
- Dilantan 30 mg, - Cimetidin 60 mg, - Ceftriaxon 600 mg, - Gentamycin 30 mg Melihat dilakukan venasecci Memberikan diet cair 30 cc/sonde
Melaksanakan kolaborasi pemberian obat oral (prosis 1 sdt/sonde)
Ibu kooperatif Klien tampak tenang Klien tenang waktu diukur suhu badan
Ibu kooperatif dan mau melaksanakannya Klien tampak tenang
Klien tampak tenang dan tidak terdapat tanda-tanda alergi
Klien tampak tenang Klien tampak tenang
No. Hari /
Tangal Jam
No.
DX Implementasi Respon Prf
Memonitor pemberian oksigen 5 ltr/mnt
Mengukur tanda vital - S : 38,7oC, - N : 120x/mnt, - RR : 34x/mnt, - BB : 12,4 kg
Klien tampak tenang
Klien tenang saat diukut suhu tubuh
2. Kamis 17 Mei 07 07.30 08.30 08.45 09.00 10.00 1 4 1, 3 1, 3
Mengganti alat tenun/sprei klien
Mengukur tanda vital - S : 38,5oC, - N : 124x/mnt, - RR : 35x/mnt, - BB : 12,4 kg Memberikan diet cair 30 cc/sonde
Melaksanakan kolaborasi pemberian obat oral
- paracetamol 1 sdt/sonde Kolaborasi pemberian injeksi
- Dilatin 30 mg, - Cefitriaxon 600 mg
Keluarga tampak senang dan klien tampak tenang klien tampak tenang saat diukur suhu tubuh
klien tampak tenang
klien tampak tenang
klien tampak tenang dan tidak terdapat tanda-tanda alergi
No. Hari / Tangal Jam No. DX Implementasi Respon Prf 10.30 12.00 12.10 13.00 13.10 3, 4 3 1 1, 3
Mengganti cairan infuse - KaEN-3B 15 tetes/mnt Memberikan diet cair 30 cc/sonde
Mengukur suhu tubuh (S: 39oC)
Melaksanakan kolaborasi pemberian obat oral
- Proris 1 sdt/sonde Menciptakan suasana yang tenang
klien tampak tenang
klien tampak tenang
klien tampak tenang saat diukur suhu tubuh klien tampak tenang
3. Jum’at 18 Mei 07 07.30 08.00 08.45 10.00 10.30 4 1, 3 1 Membersihkan danmerapikan tempat tidur pasien
Memberikan diet cair 30 cc/sonde
Mengganti perban pada luka daerah dilakukan vena secci Kolaborasi pemberian injeksi
- Ceftriaxon 600 mg, - Dilatin 30 mg, - Gentamycin 30 mg, - Cimetidin 60 mg Mengukur suhu tubuh (S:39,2oC)
Keluarga tampak senang
klien tampak tenang
klien tampak tenang Luka bersih
klien tampak tenang dan tidak ada tanda-tanda alergi
No. Hari / Tangal Jam No. DX Implementasi Respon Prf 12.00 13.00 4 1, 3
Memberikan diet cair 30 cc/sonde
Melaksanakan kolaborasi oral - Proris 1 sdt
klien tampak tenang
G. EVALUASI
No. Tanggal No. DP Evaluasi Paraf
1. 17 Mei 2007 1 S : ibu mengatakan anaknya masih panas O : suhu 38,5oC, klien belum sadar A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. anjurkan ibu untuk tetap terus memberi kompres pada klien.
b. Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
c. Awasi suhu tubuh dan nadi setiap 6 jam. 2. 17 Mei 2007 2 S : ibu mengatakan selama dirawat anak tidak
mengalami kejang lagi
O : - tidak ada tanda-tanda kejang - suplai oksigen mencukupi - peredaran darah lancar A : masalah teratasi sebagian P : pertahankan intervensi
a. Bila kejang, tidurkan klien ditempat yang rata, miringkan kepala
b. Beri oksigen sesuai indikasi
c. Melaksanakan program kolaborasi untuk pemberian obat anti kejang
No. Tanggal No. DP Evaluasi Paraf 3. 18 Mei 2007 3 S : -
O : klien mendapatkan diet cair 30 gr/sonde A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Kaji berat badan klien secara berkala. b. Libatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi klien
c. Beri makanan sesuai dengan diet. 4. 18 Mei 2007 4 S : ibu mengatakan anaknya sudah tidak kejang
lagi
O : klien tenang, tidak terjadi kejang lagi A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
a. Bila kejang, tidurkan klien ditempat yang rata, miringkan kepala
b. Melaksanakan program kolaborasi untuk pemberian obat anti kejang