• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dharmasetya dan Sulaimin,2009 Payamta dan Setiawan, 2004 M. Ruki, 1997 dalam Nurhayati, 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dharmasetya dan Sulaimin,2009 Payamta dan Setiawan, 2004 M. Ruki, 1997 dalam Nurhayati, 2009"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang begitu pesat semakin mendorong pemilik/manajemen perusahaan untuk mengembangkan usahanya dengan strategi bisnis baik jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu caranya adalah dengan penggabungan beberapa usaha. Dengan penggabungan beberapa usaha, diharapkan perusahaan-perusahaan itu dapat meningkatkan pangsa pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan integrasi vertikal dari aktivitas operasional yang ada dan sebagainya.

Pada dasarnya penggabungan usaha merupakan bentuk penggabungan satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam rangka mendapatkan pengendalian atas aktiva maupun operasional. Bentuk penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade terakhir ini adalah merger dan akuisisi di mana strategi ini dipandang sebagai salah satu cara untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang (Dharmasetya dan Sulaimin,2009).

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan dan isu mengenai hal tersebut memang sudah hangat dibicarakan baik oleh para pengamat ekonomi, ilmuwan, maupun praktisi bisnis sejak tahun 1990 (Payamta dan Setiawan, 2004).

Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia telah banyak melakukan merger dan akuisisi, terlebih pada masa-masa krisis ekonomi yang mengakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan yang bangkrut. Bahkan saat ini pasar berkembang dimana kegiatannya bukan berupa jual beli barang, tetapi jual beli perusahaan (kepemilikan) dalam perusahaan. Pasar ini biasa disebut dengan market for corporate control (M. Ruki, 1997 dalam Nurhayati, 2009).

Merger dan akuisisi adalah suatu fenomena tersendiri yang dikenal dan berkembang bukan hanya di Indonesia, tapi hampir seluruh belahan dunia sejalan

(2)

dengan berkembangnya dunia bisnis. Berikut ini data menurut Akbarwati (2010), dalam Associate Analyst Vibiz Research Center beberapa aksi merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang tahun 2010 di Indonesia, nilai transaksi akuisisi terbesar dilakukan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) akan mengakuisisi tiga anak grup Sinar Mas PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI), PT Sinar Mas Wisesa, dan PT Sinar Mas Teladan senilai total Rp 4,4 triliun. Posisi berikutnya oleh PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) yang mengakuisisi anak usaha Domba Mas senilai Rp 3,16 triliun. Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang akan mengakuisisi PT Bank Agro sekitar Rp 2 triliun, dan PT Unted Tractors Tbk yang akan mengakuisisi salah satu perusahaan tambang batu bara pada kuartal IV-2010 senilai US$ 200 juta atau setara Rp 1,8 triliun. Demikian rencana merger Esia, produk CDMA PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan flexi, produk PT Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Kendati beritanya ramai dibicarakan, hingga kini belum terang berapa nilai merger Esia dan Flexi tersebut.

Sedangkan di sepanjang tahun 2011, Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) mencatat total nilai merger yang terjadi mencapai Rp 70,3 triliun. Dari jumlah tersebut, transaksi merger antara sesame perusahaan asing mencapai Rp 39,5 triliun. Sementara merger antara perusahaan asing dengan perusahaan Indonesia mencapai Rp 26,2 triliun. Adapun merger antara sesama perusahaan lokal mencapai Rp 4,6 triliun. Menurut Kepala Biro Hukum dan Humas KPPU, Ahmad Junaidi, nilai transaksi merger perusahaan asing lebih besar lantaran omset perusahaan asing memang lebih besar ketimbang perusahaan lokal. Ia pun menilai, jumlah perusahaan yang melakukan penyatuan tahun 2011 lebih banyak ketimbang tahun 2010. Banyaknya aksi merger menunjukkan semakin banyak perusahaan ingin menciptakan sinergi usaha dengan perusahaan lain yang memiliki barang usaha sama, tentu saja agar tercapai efisiensi anggaran. (www.kontanmobile.com)

Aktifitas merger dan akuisisi semakin meningkat seiring dengan intensnya perkembangan ekonomi yang makin mengglobal. Di Indonesia merger dan akuisisi menunjukkan skala peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke

(3)

tahun. Pada tahun 1980 dilakukan oleh bank-bank dengan harapan agar dapat memperkuat struktur modal dan memperoleh keringanan pajak. Sementara di Negara-negara maju seperti Amerika, Kanada dan Eropa Barat fenomena merger dan akuisisi sudah menjadi pemandangan bisnis yang biasa dalam konteks keilmuan akuisisi bisa didekati dari dua perspektif yaitu dari disiplin keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen strategi (strategic management) dari kedua sisi keuangan perusaan, akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal / capital budgeting) yang harus diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisnisnya sementara itu dari perspektif manajemen strategi merger dan akuisisi adalah salah satu alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Dilihat dari kedua perspektif ini maka tujuan akuisisi tidak lain adalah keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau pemegang saham. Namun jika strategi ini tidak mampu mewujudkan tujuan normatif tersebut berarti merger dan akuisisi akan menjadi counter-productive. Dengan kata lain merger dan akuisisibukan berdampak positif pada peningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan atau peningkatan nilai perusahaan, tetapi yang terjadi justru membawa perusahaan ke tepi kehancuran. Dengan demikian tujuan normatif ini dikorbankan justru oleh keputusan merger dan akuisisi itu sendiri. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat masih tingginya angka kegagalan merger dan akuisisi sehingga diperlukan rencana dan langkah-langkah yang strategis dan matang agar terhindar dari kegagalan.

Alasan perusahaan lebih tertarik memilih merger dan akuisisi sebagai strateginya daripada pertumbuhan internal, karena pada pertumbuhan internal dilakukan dengan cara memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, misalnya dengan cara menambahkan kapasitas pabrik, menambah produk atau mencari pasar baru. Sementara merger dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih perusahaan dimana salah satu nama perusahaan yang bergabung tetap digunakan sedangkan yang lain dihilangkan dan akuisisi dilakukan dengan pembelian seluruh atau sebagian kepemilikan suatu perusahaan (Murni H, 2007). Karena

(4)

merger dan akuisisi dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan di mana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger dan akuisisi juga dianggap dapat menciptakan sinergi, yaitu nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. (Hitt,2002).

Namun merger dan akuisisi masih sering dipandang sebagai keputusan kontroversial karena memiliki dampak yang sangat dramatis dan kompleks. Banyak pihak yang dirugikan , sekaligus diuntungkan, dari peristiwa merger dan akuisisi. Dampak yang merugikan bisa kita lihat dari sisi karyawan karena kebijakan ini sering disertai dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang jumlahnya barangkali sangat fantastik. Misalnya, dalam kasus Bank Mandiri, lebih dari 11.000 karyawan harus memilih pensiun dini, sedangkan pengurangan karyawan pada kasus merger Bank Permata mencapai 2.350 karyawan (Moin,2007). Kontroversi lain terlihat dari munculnya berbagai intrik dan skandal di balik peristiwa merger dan akuisisi. Berbagai bentuk rekayasa dilakukan melalui merger dan akuisisi. Misalnya media ini digunakan untuk menghindari pajak, menggelembungkan nilai asset perusahaan, menggusur manajemen perusahaan yang di akuisisi, atau memperbesar kompensasi pra eksekutif sendiri.

Dalam jurnal yang ditulis Setiawan (2004:1), bahwa merger dan akuisisi merupakan praktik dalam perusahaan yang seringkali menimbulkan kontroversi. Masalah umum yang terjadi dalam proses merger dan akuisisi meliputi tiga hal, yaitu: pertama, masa persiapan, dimana di dalamnya termasuk menentukan harga yang pantas bagi perusahaan dan sosialisasi proses merger an akuisisi kepada karyawan dan manajer. Kedua, proses pelaksanaan merger dan akuisisi. Dalam proses ini akan terjadi negoisasi tentang pelaksanaan merger, termasuk kompensasi bagi manajer dan nasib karyawan. Ketiga, pasca merger dan akuisisi. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah proses merger dan akuisisi adalah apakah terjadi peningkatan kinerja perusahaan, adakah peningkatan nilai perusahaan, dimana salah satu indikatornya adalah kenaikan harga saham perusahaan.

Pada kegiatan merger dan akuisisi ada dua hal yang patut dipertimbangkan yaitu nilai yang dihasikan dari kegiatan merger dan siapakah pihak-pihak yang

(5)

paling diuntungkan dari kegiatan tersebut. Dengan adanya merger diharapkan akan menghasilkan sinergi sehingga nilai perusahaan akan meningkat (Nugroho, 2010).

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Pasca merger kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan merger. Seperti diuraikan diatas perusahaan melakukan akuisisi perusahaan didasari pada motivasi mencapai sinergi. Dimana manfaat ekstra atau sinergi ini tidak bisa diperoleh seandainya perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah, dan untuk ekspansi bisnis dimana nantinya diharapkan akan mampu menaikan nilai perusahaan terutama bagi perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Beberapa penelitian yang meneliti tentang perbedaan kinerja perusahaan sebelum dengan setelah merger dan akuisisi dilakukan, namun hasil tidak selalu sejalan atau konsisten. Seperti yang dilakukan oleh Dyaksa (2006) yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan EPS, NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian 1 tahun setelah merger dan akuisisi, rasio keuangan ROE untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Shinta (2008) yang menyatakan ada perbedaan kinerja keuangan pada PT Ades Water Indonesia, Tbk. (ADES) & PT. Medco Energi Internasional, Tbk (MEDC) setelah dan sebelum melakukan merger dan akuisisi, dimana dari hasil tersebut dapat membuktikan bahwa pada rasio CR, DER, NPM, ROE dan TATO dapat diketahui lebih besar sebelum melakukan merger dan akuisisi. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2008) yang memberikan hasil adanya perbedaan yang positive signifikan pada rasio keuangan setelah merger dan akuisisi.

Secara teoritis, merger memang diharapkan dapat memberikan manfaat. Namun pada praktiknya, merger bisa saja tidak memberikan manfaat karena tidak terdapatnya perubahan kinerja yang signifikan. Maka bedasarkan hal ini penulis tertarik untuk mengkaji tema tentang merger serta bagaimanakah dampaknya

(6)

terhadap kinerja perusahaan yang melakukan merger dalam kurun waktu empat tahun sebelum dan empat tahun sesudah merger, hal tersebut dilakukan agar dapat diperoleh hasil yang lebih signifikan, karena dampak merger ini lebih cenderung kepada dampak jangka panjang. Dengan mengindikasikan rasio likuiditas yang digunakan adalah Quick Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Dengan penggabungan usaha maka semestinya kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendek akan meningkat. Begitu juga melalui merger kemampuan perusahaan untuk memperoleh kepercayaan dari sumber pendanaan jangka panjang guna mendanai investasinya semakin besar. Oleh karena itu kinerja keuangan yang berhubungan dengan leverage dapat dilihat dari Debt to Total Assets Ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa aset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang. Dengan adanya peningkatan assets diharapkan perusahaan mampu mengelola assetnya secara efektif dan efisien. Pengelolaan assets ini dapat diambil melalui rasio aktivitas yang diukur dengan Total Asset Turnover. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas penggunaan aktiva secara keseluruhan. Dengan merger maka sharing tentang efektifitas perusahaan dapat dilakukan, sehingga dapat meningkatkan keefektifitasan perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan. Laba perusahaan dapat diukur dengan rasio profitabilitas salah satunya adalah Return On Invesment. Rasio ini digunakan untuk mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Dimana jika terjadi sinergi yang baik maka secara umum tingkat profitabilitas perusahaan akan lebih baik dari sebelum melakukan merger. Jika tingkat profitabilitas perusahaan meningkat maka penilaian terhadap perusahaan akan meningkat dan ini akan tercermin dari Price to Book Value Ratio pada rasio nilai pasar.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Melakukan Merger pada Perusahaan yang

(7)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger ?

2. Apakah kondisi kinerja keuangan perusahaan terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah melakukan merger ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi tentang perbandingan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger pada perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Yang nantinya akan penulis gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis perkembangan kinerja keuangan perusahaan sebelum

dan sesudah melakukan merger.

2. Untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dapat dihasilkan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi penulis

Penelitian ini merupakan sarana belajar untuk mengetahui sejauh mana teori yang diperoleh dapat diterapkan dalam praktek juga diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan tentang strategi keuangan perusahaan, khususnya perusahaan yang melakukan merger.

(8)

2. Bagi investor

Memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan-perusahaan yang akan melakukan merger. Sehingga dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan yang berarti dalam membuat keputusan ekspansi di masa yang akan datang.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan pembanding bagi penelitian lainnya serta bahan masukan atau referensi guna menambah informasi bagi penelitian lebih lanjut.

1.5 Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan. Kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus dianalisis menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Pasca merger dan akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

Menurut Munawir (2007:5) :

“Laporan keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahaan modal kerja, dimana neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu , dan laporan perubahaan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahaan modal perusahaan.”

(9)

Melalui laporan keuangan, manajer keuangan dapat mengambil keputusan yang berhubungan dengan strategi keuangan perusahaan. Salah satu strategi perusahaan yang banyak dilakukan perusahaan adalah merger dan akuisisi.

Merger dan akuisisi adalah tindakan strategis dari perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, terutama kinerja keuangan. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya.

Untuk menilai bagaimana keberhasilan akuisisi yang dilakukan, kita dapat melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan akuisisi, terutama kinerja keuangan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dilakukan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan nilai perusahaan yaitu melalui analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini dilakukan dengan mengukur rasio-rasio tertentu pada suatu perusahaan.

Menurut Harahap (2002:297) :

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang memiliki hubungan yang relevan.”

Dengan melakukan analisis rasio keuangan perusahaan, maka pemimpin perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai waktu lampau dan di waktu yang sedang berjalan. Tingkat kinerja perusahaan dapat diketahui dengan menganalisis rasio.

Isu dan trend merger dan akusisi berkembang sejak tahun 1960-an. Ide ini berkembang tak terkecuali di Indonesia pada tahun 1970-an dan strategi ini banyak dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi yang sudah go public dengan perusahaan target yang sebelum go public. Alasan utama perusahaan di Indonesia melakukan merger dan akuisisi adalah untuk menghemat pajak, tetapi alasan tersebut berubah sejak krisis ekonomi yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan di Indonesia mengalami kesulitan likuiditas (Anita H, 2002). Dengan strategi tersebut diharapkan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan

(10)

dalam rangka globalisasi (Anita H. 2002).

Merger adalah salah satu strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere (latin) yang berarti bergabung, bersama, berkombinasi yang menyebabkan hilangnya identitas akibat penggabungan ini. Merger didefinisikan penggabungan usaha dari dua atau lebih perusahaan yang pada akhirnya bergabung kedalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan yang melakukan merger. Dengan kata lain bahwa merger adalah kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar (Moin, 2007).

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Pasca merger dan akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan merger. Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger yang dilakukan, dapat dilihat dari kinerja perusahaan setelah melakukan merger terutama kinerja keuangan perusahaan. Dasar logika dari pengukuran berdasar akuntansi adalah bahwa jika skala bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga semakin meningkat sehingga kinerja perusahaan pasca merger seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi (Hitt, 2002).

Dari uraian diatas, dapat disederhanakan pada bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

(11)

Gambar 1.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

“Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger.”

1.6 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatory survey, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada (id.wikipedia.org).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif dan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2005:11), metode komparatif :

“Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.”

PERUSAHAAN A MERGER PERUSAHAAN B

PERUSAHAAN A ATAU B LAPORAN KEUANGAN KINERJA KEUANGAN ANALISIS RASIO

(12)

Metode ini digunakan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara berdasarkan atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

Sedangkan menurut Nazir (2005:54), metode deskriptif adalah :

“Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”

Tujuan penilaian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode uji dua beda rata-rata berpasangan atau uji-t dependen pada data berpasangan yaitu Paired Sample T Test. Dalam penelitian ini penulis ingin membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger.

1.7 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian di lakukan di Bursa Efek Indonesia, melalui situsnya, pojok bursa Universitas Widyatama, Indonesia Capital Market Directory dan jurnal peneliti lain. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dari Januari 2012 sampai Juli 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hubungan seksual yang dilakukan remaja sekarang

Untuk budidaya tanaman cabai merah agar bebas dari serangan hama kutu daun persik disarankan menggunakan pestisida nabati yang berasal dari tanaman batrawali,

Dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat dalam penerapan Covid-19 di wilayah pasar tajung bajure kota sungai penuh pendapat masyarakat berbeda-beda sebagian

memproses suatu target dengan tetap memperhatikan suatu lokasi tertentu tempat obyek yang akan menjadi pusat atensi muncul tanpa adanya gerakan mata maupun kepala, namun

Pengembangan infrastruktur permukiman Kabupaten Tana Toraja yang diusulkan adalah adanya keserasian dan keseimbangan pembangunan infrastruktur permukiman perkotaan dan

Bagi jumhur, ayat tersebut tidak mensyaratkan hadirnya dua saksi yang adil, sedangkan bagi ulama Syiah Imamiyah, ayat tersebut mewajibkan saksi adil sebagai

Berkenaan dengan fungsi penelitian yang dapat diakses dan atau disasar, variabel penelitian di samping dibedakan menurut variasi nilai yang melekat, juga

Sebagai himpunan hadits tentang hukum, kitab ini juga memuat hadits-hadits mukhtalif. Sayangnya,Ibnu Hajar Al-Atsqalani tidak komentar berarti dan tidak ada penyelesaian. Misalnya,