• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap pemahaman konsep, keaktifan, dan minat belajar siswa kelas VIII SMP Yos Sudarso Cigugur pada materi pembiasan cahaya - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap pemahaman konsep, keaktifan, dan minat belajar siswa kelas VIII SMP Yos Sudarso Cigugur pada materi pembiasan cahaya - USD Repository"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP, KEAKTIFAN, DAN MINAT BELAJAR SISWA

KELAS VIII SMP YOS SUDARSO CIGUGUR PADA MATERI

PEMBIASAN CAHAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Yani Indriyani NIM: 101424015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini secara khusus saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, serta orang tua tercinta Bapak Paulus Nana dan Ibu Marcelina Darmini

Di dalam doamu, kau sebut namaku Di dalam harapmu,

kau sebut namaku (kau ingat diriku) Di dalam segala hal, namaku di hatimu.

Tak dapat kubalas cintamu ayahku

Tak ‘kan kulupakan nasehatmu ibu.

Hormati orang tuamu Agar lanjut umurmu di bumi.

T’rima kasih ayah dan ibu Kasih sayangmu padaku Pengorbananmu meneteskan peluh

‘tuk kebahagiaanku.

Tuhan lindungi ayah ibuku Dalam doa kuberseru

Tetes air matamu yang kau tabur dituai bahagia. Tetes air matamu yang kau tabur dituai bahagia.

Doa Seorang Anak

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Yani Indriyani. 2014. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep, Keaktifan, dan Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP Yos Sudarso Cigugur Pada Materi Pembiasan Cahaya. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pembimbing: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T. Kata Kunci: Metode Inkuiri, Pemahaman Konsep, Keaktifan, Minat Belajar, dan Pembiasan Cahaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan pemahaman konsep siswa SMP Yos Sudarso Cigugur kelas VIII untuk materi pembiasan cahaya melalui penerapan metode inkuiri; (2) keaktifan siswa SMP Yos Sudarso Cigugur kelas VIII pada materi pembiasan cahaya melalui penerapan metode inkuiri; (3) minat belajar siswa SMP Yos Sudarso Cigugur kelas VIII pada materi pembiasan cahaya melalui penerapan metode inkuiri.

Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Yos Sudarso Cigugur yang berjumlah 25 orang sebagai kelas kontrol dan siswa kelas VIII B SMP Yos Sudarso Cigugur yang berjumlah 24 orang sebagai kelas eksperimen. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol yaitu metode ceramah, sedangkan metode pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen yaitu metode inkuiri. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa peneliti menggunakan soal pre-test dan post-test. Untuk mengetahui keaktifan siswa peneliti mengamati dengan lembar observasi keaktifan, sedangkan untuk mengetahui minat belajar siswa peneliti menggunakan kuesioner minat belajar.

(8)

viii

ABSTRACT

Yani Indriyani. 2014. The Effect of Application Inquiry Methods Toward Understanding Concepts, Student Activity, and Learning Interests of VIII Grade Students in Yos Sudarso Cigugur Junior High School in The Topic Refraction of Light.Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University in Yogyakarta. Supervisor: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.

Keywords: Inquiry Methods, Understanding Concepts, Student Activity, Learning Interests, and Refraction of Light.

The purpose of this study is to determine (1) the increase of understanding concepts of VIII grade students in Yos Sudarso Cigugur Junior High School in the topic refraction of light through inquiry methods; (2) student activity of VIII grade students in Yos Sudarso Cigugur Junior High School in the topic refraction of light through inquiry methods (3) learning interests of VIII grade students in Yos Sudarso Cigugur Junior High School in the topic refraction of light through inquiry methods. researchers using pre-test and post-test. To determine the student activity researchers observed with the observation sheet activeness, while to determine student interest researchers used questionnaires interest in learning.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep, Keaktifan, dan Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP Yos Sudarso

Cigugur pada Materi Pembiasan Cahaya”.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran-saran, dan gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Paul Suparno S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing yang selalu sabar memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi.

2. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

3. Rohandi, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

4. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

(10)

x

6. Emilia Enih S.Pd, selaku kepala SMP Yos Sudarso Cigugur, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar menjadi guru dan melaksanakan penelitian.

7. Yosef Asiri Dotheres, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPA kelas VIII SMP Yos Sudarso Cigugur, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penelitian.

8. Kusmana, M.Pd, selaku guru mata pelajaran fisika SMAN 2 Kuningan, yang telah memberikan bantuan alat percobaan kepada peneliti.

9. Siswa kelas VIII A dan VIII B SMP Yos Sudarso Cigugur Tahun Ajaran 2013/2014 yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian.

10.Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitasnya hingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

11.Kedua orangtuaku tersayang Paulus Nana Sahrana dan Ibu Marcelina Darmini yang telah memberikan dukungan serta tak pernah lelah mendoakan.

12.Kakakku Irena Irianti dan Bernadus Yanto Heryanto, keponakanku tersayang Alexius Juan Wira Pratama, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan doa, moral, dan material.

13.Ignatius Purwo Nugroho Ady Susanto, S.T., yang selalu berdoa, menemani, dan memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan studi.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 3

(13)

xiii

D. MANFAAT PENELITIAN ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. HAKIKAT IPA ... 5

B. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS ... 7

C. METODE INKUIRI ... 8

1. Pengertian Metode Inkuiri ... 8

2. Fungsi Metode Inkuiri ... 8

3. Langkah Metode Inkuiri ... 9

4. Syarat agar Inkuiri Dapat Berjalan dengan Baik ... 11

5. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri ... 12

D. PEMAHAMAN KONSEP ... 13

1. Pengertian Pemahaman ... 13

2. Pengertian Konsep ... 15

3. Pengertian Pemahaman Konsep ... 15

E. KEAKTIFAN ... 15

1. Pengertian Keaktifan ... 15

2. Ciri-ciri Keaktifan ... 16

F. MINAT BELAJAR ... 17

1. Pengertian Minat Belajar ... 17

(14)

xiv

3. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa ... 18

G. PEMBIASAN CAHAYA ... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. DESAIN PENELITIAN ... 24

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 24

1. Waktu Penelitian ... 24

2. Tempat Penelitian ... 25

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 25

1. Populasi Penelitian ... 25

2. Sampel Penelitian ... 25

D. TREATMENT ... 25

E. INSTRUMENTASI ... 27

1. Instrumen Pembelajaran ... 27

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 27

3. Validitas ... 33

F. METODE ANALISIS DATA ... 33

1. Analisis Pemahaman Siswa ... 33

2. Analisis Keaktifan Siswa ... 38

3. Analisis Minat Belajar Siswa ... 39

(15)

xv

A. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 41

1. Sebelum Penelitian ... 41

2. Selama Penelitian ... 43

B. DATA DAN ANALISIS DATA ... 57

1. Pemahaman Konsep ... 57

2. Keaktifan ... 74

3. Minat Belajar ... 78

C. KETERBATASAN PENELITIAN ... 82

BAB V PENUTUP ... 83

A. KESIMPULAN ... 83

B. SARAN ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Pre-Test dan Post-Test ... 29

Tabel 2. Indikator Keaktifan ... 30

Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner Minat Belajar ... 32

Tabel 4. Skoring Soal Nomor 1,2, dan 8 ... 33

Tabel 5. Skoring Soal Nomor 3 dan 4 ... 34

Tabel 6. Skoring Soal Nomor 5 dan 6 ... 34

Tabel 7. Skoring Soal Nomor 7... 34

Tabel 8. Kategorisasi Minat Belajar Siswa ... 39

Tabel 9. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol ... 43

Tabel 10. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen ... 44

Tabel 11. Data Nilai Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 58

Tabel 12. Hasil Uji Test-T Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 59

Tabel 13. Data Nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol ... 60

Tabel 14. Hasil Uji Test-T Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol ... 61

Tabel 15. Data Nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen ... 62

Tabel 16. Hasil Uji Test-T Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen ... 63

Tabel 17. Data Nilai Post-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 64

(17)

xvii

Tabel 19. Peningkatan Pemahanan Konsep Siswa ... 71

Tabel 20. Data Keaktifan Siswa ... 75

Tabel 21. Total Skor dan Kategori Minat Kelas Kontrol ... 78

Tabel 22. Total Skor dan Kategori Minat Kelas Eksperimen ... 79

Tabel 23. Presentase Kategori Minat Kelas Kontrol ... 80

Tabel 24. Presentase Kategori Minat Kelas Kontrol ... 80

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 88

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 89

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 90

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 99

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 Kelas Eskperimen ... 108

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 Kelas Eksperimen ... 112

Lampiran 7. Soal Pre-Test ... 117

Lampiran 8. Kunci Jawaban Pre-Test ... 120

Lampiran 9. Soal Post-Test ... 122

Lampiran 10. Kunci Jawaban Post-Test ... 125

Lampiran 11. Lembar Observasi Keaktifan ... 127

Lampiran 12. Lembar Kuesioner Minat Belajar ... 128

Lampiran 13. Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Kontrol ... 129

Lampiran 14. Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Eksperimen ... 130

Lampiran 15. Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Kontrol ... 131

Lampiran 16. Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Eksperimen ... 132

Lampiran 17. Daftar Distribusi Skor Minat Kelas Kontrol ... 133

(20)

xx

Lampiran 19. Sampel Pre-Test Kelas Kontrol ... 135

Lampiran 20. Sampel Post- Test Kelas Kontrol ... 137

Lampiran 21. Sampel Pre-Test Kelas Eksperimen ... 139

Lampiran 22. Sampel Post-Test Kelas Eksperimen ... 142

Lampiran 23. Data Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I ... 143

Lampiran 24. Data Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II ... 144

Lampiran 25. Sampel Minat Belajar Kelas Kontrol... 145

Lampiran 26. Sampel Minat Belajar Kelas Eksperimen ... 146

Lampiran 27. Sampel Hipotesis Siswa dan LKS 1 ... 147

Lampiran 28. Sampel Hipotesis Siswa dan LKS 2 ... 150

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini, pendidikan di Indonesia masih belum sempurna. Proses belajar mengajar yang seharusnya berpusat pada siswa, pada kenyataannya masih berpusat pada guru. Di sekolah, guru masih berperan sebagai “bank” yang mentransfer ilmunya kepada siswa, padahal idealnya peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka.

Pembelajaran fisika yang dilakukan di sekolah saat ini pun masih terfokus pada hitungan. Metode pembelajaran fisika yang digunakan seringkali hanya ceramah dan mengerjakan latihan soal. Hal inilah yang menyebabkan sebagian siswa tidak suka dengan fisika dan mengakibatkan hasil belajar siswa tidak maksimal.

(22)

kurikulum 2013 ini pembelajaran harus dilakukan dengan pendekatan scientific. Harapannya, metode inkuiri ini dapat membantu siswa berpikir ilmiah, sehingga hasil belajarnya dapat sesuai dengan tujuan pendidikan dalam kurikulum 2013.

Pada tahun ajaran 2013/2014 ini, kurikulum 2013 sudah diterapkan di beberapa sekolah di Indonesia. Artinya bahwa pada tahun ajaran 2014/2015 mendatang sebagian sekolah tinggal melanjutkan kurikulum 2013, sedangkan sebagian besar sekolah lainnya masih baru menggunakan kurikulum 2013. Salah satu sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 adalah SMP Yos Sudarso Cigugur. Sekolah ini berada di kaki gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Mengingat belum diterapkannya kurikulum 2013, pada kesempatan ini penulis ingin melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode inkuiri di SMP Yos Sudarso Cigugur. Hal ini dimaksudkan untuk membantu sekolah dalam menyongsong kurikulum baru, yakni kurikulum 2013.

(23)

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP Yos Sudarso Cigugur kelas VIII pada materi pembiasan cahaya?

2. Bagaimanakah keaktifan siswa SMP Yos Sudarso Cigugur kelas VIII pada materi pembiasan cahaya melalui penerapan metode inkuiri? 3. Bagaimanakah minat belajar siswa SMP Yos Sudarso Cigugur kelas

VIII pada materi pembiasan cahaya melalui penerapan metode inkuiri?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan pemahaman konsep siswa SMP Yos Sudarso Cigugur kelas VIII untuk materi pembiasan cahaya melalui penerapan metode inkuiri.

2. Keaktifan siswa SMP Yos Sudarso Cigugur kelas VIII pada materi pembiasan cahaya melalui penerapan metode inkuiri.

(24)

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai salah satu pertimbangan sekolah dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep, keaktifan, dan minat siswa SMP Yos Sudarso Cigugur terhadap mata pelajaran fisika melalui metode inkuiri.

2. Bagi guru dan calon guru

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru dan calon guru sebagai gambaran mengenai pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran fisika, serta pengaruhnya terhadap pemahaman konsep, keaktifan, dan minat siswa.

3. Bagi penelitian

(25)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. HAKIKAT IPA

Ilmu Pengetahuan Alam sering disingkat menjadi IPA. Hakikat pembelajaran IPA dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian (Susanto, 2013: 168-170):

1. IPA sebagai Produk

IPA sebagai produk yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk, antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. 2. IPA sebagai Proses

(26)

3. IPA sebagai Sikap

Sikap di sini yaitu sikap ilmiah yang harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitiannya. Menurut Sulistyorini (2006, dalam Susanto, 2013: 169), ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang berdasarkan prinsip, fakta, hukum & proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah terhadap konsep-konsep IPA.

(27)

B. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS

Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997: 18), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Menurut Piaget (dalam Suparno, 1997: 18), pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru.

(28)

C. METODE INKUIRI

1. Pengertian Metode Inkuiri

Menurut Trowbridge dan Bybee (dalam Suparno, 2007: 65) secara umum inkuiri adalah proses di mana para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana mereka secara sistematis mencari jawabannya. Kindsvatter, Wilen & Ishler (dalam Suparno, 2007: 65) mendeskripsikan bahwa inkuiri adalah model pengajaran di mana guru melibatkan kemampuan berfikir kritis dari siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik. Menurut Sanjaya strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (2011: 196).

2. Fungsi Metode Inkuiri

Menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 78), fungsi metode inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Membangun komitmen di kalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.

(29)

c. Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya.

3. Langkah Metode Inkuiri

Menurut Kindsvatter, Wilen & Ishler (dalam Suparno, 2007: 66), langkah-langkah metode inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan

Langkah awal adalah menentukan persoalan yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Sebaiknya persoalan yang ingin dipecahkan disiapkan sebelum mulai pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas, real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.

b. Membuat Hipotesis

Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang persoalan itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji, apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dulu.

(30)

c. Mengumpulkan Data

Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang fisika biasanya untuk dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan suatu peralatan yang dapat digunakan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan dan mengoperasikan peralatan sehingga dapat berjalan dengan baik. Dalam bahasa fisika, langkah ini disebut dengan langkah percobaan atau eksperimen.

d. Menganalisis data

Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk mempermudah menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan dengan mudah. Biasanya disusun dalam bentuk tabel agar lebih mudah dibaca dan dianalisis. Dalam menganalisis seringkali diperlukan alat hitung seperti rumus matematika ataupun statistik yang memudahkan siswa mengambil keputusan atau mengambil generalisasi.

e. Ambil kesimpulan

(31)

kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis awal, apakah hipotesis kita diterima atau tidak. Bila ternyata hipotesis mereka tidak dapat diterima, mereka diminta untuk mencari penjelasan mengapa demikian. Guru dapat membantu dengan beberapa pertanyaan penolong.

4. Syarat agar Inkuiri Dapat Berjalan dengan Baik

Suchman (dalam Suparno, 2007: 69) menjelaskan beberapa syarat agar metode inkuiri dapat berjalan dengan baik, yaitu:

a. Kebebasan

Siswa perlu diberi kebebasan untuk menemukan dan mencari informasi, mengungkapkan hipotesisnya, menyusun eksperimen yang mau digunakan, dan mencari informasi apapun yang dianggap perlu untuk memecahkan persoalan dalam penelitiannya.

b. Lingkungan atau suasana yang responsif

Lingkungan ini maksudnya adalah seperti laboratorium, komputer, kelas, pustaka, dan sarana yang mendukung terjadinya proses inkuiri.

c. Fokus

(32)

d. Low pressure

Maksud dari low pressure ini adalah siswa jangan sampai mendapat banyak tekanan dari siapapun agar siswa dapat berpikir lebih kreatif dan kritis. Kadang siswa tidak dapat melakukan penyelidikan secara sungguh-sungguh mendalam karena ada tekanan dari luar seperti dari guru, waktu, teman, dll. Hal ini perlu dihilangkan atau diminimalisir.

5. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri

Hanafiah dan Suhana menguraikan beberapa keunggulan dan kelemahan metode inkuiri (2012: 79):

a. Keunggulan Metode Inkuiri

1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.

2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya. 3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik

untuk belajar lebih giat lagi.

4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing.

(33)

b. Kelemahan Metode Inkuiri

1) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

2) Keadaan kelas yang memiliki jumlah siswa yang banyak maka metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.

3) Guru dan siswa sudah terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode inkuiri dapat mengecewakan.

4) Inkuiri terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memerhatikan perkembangan sikap dan keterampilan siswa.

D. PEMAHAMAN KONSEP

1. Pengertian Pemahaman

(34)

Carin dan Sund (dalam Susanto, 203:7-8) mengungkapkan bahwa pemahaman dapat dikategorikan menjadi beberapa aspek dengan kriteria sebagai berikut:

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu; ini berarti bahwa seseorang yang telah memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima.

b. Pemahaman bukan sekadar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang telah dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelas yang lebih luas dan memadai.

c. Pemahaman lebih dari sekadar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis; dengan memahami ia akan mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak hanya memberikan gambaran dalam satu contoh saja tetapi mampu memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai kondisi saat ini.

(35)

2. Pengertian Konsep

Menurut Dorothy J. Skeel (dalam Susanto, 2013: 8), konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang suatu konsep atau citra mental tentang sesautu. Sesuatu tersebut dapat berupa objek konkret ataupun gagasan yang abstrak.

3. Pengertian Pemahaman Konsep

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menerima, menyerap dan memahami materi yang dipelajari, kemudian menggambarkannya dalam pikiran.

E. KEAKTIFAN

1. Pengertian Keaktifan

(36)

penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap (2012: 2-3).

2. Ciri-ciri Keaktifan

Sudjana (2010: 61) menyatakan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:

a. Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. b. Siswa terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

d. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

e. Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

f. Siswa menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

g. Siswa melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

(37)

F. MINAT BELAJAR

1. Pengertian Minat Belajar

Menurut Sukardi (dalam Susanto, 2013: 57), minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Susanto menegaskan bahwa minat merupakan dorongan diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya (2013:58).

Dalam kaitannya dengan belajar, Hansen (dalam Susanto, 2013: 57-58), menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi, dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan.

Menurut Slameto, suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian lebih besar terhadap subyek tersebut (2010: 180).

2. Ciri-ciri Minat

(38)

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental, misalnya perubahan minat dalam hubungannya dengan perubahan usia.

2) Minat tergantung pada kegiatan belajar. Kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang. 3) Minat tergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar

merupakan faktor yang sangat berharga, sebab tidak semua orang dapat menikmatinya.

4) Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini mungkin dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan.

5) Minat dipengaruhi budaya. Budaya sangat mempengaruhi sebab jika budaya sudah luntur mungkin minat juga ikut luntur.

6) Minat berbobot emosional. Minat berhubungan dengan perasaan, maksudnya bila suatu objek dihayati sebagai sesuatu yang sangat berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat diminatinya.

7) Minat berbobot egosentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

3. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa

(39)

terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan. Dengan adanya minat dan tersedianya rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan diri siswa, maka siswa akan mendapatkan kepuasan batin dari kegiatan belajar tadi.

Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan penting dalam belajar. Hal ini dikarenakan minat merupakan suatu kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu benda, atau kegiatan tertentu. Maka, minat merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar siswa demi tercapainya keberhasilan belajar. Bahan pelajaran, pendekatan, ataupun metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat peserta didik menyebabkan hasil belajar siswa tidak maksimal (Susanto, 2013: 66-67).

G. PEMBIASAN CAHAYA

(40)

Gambar 1. Pembiasan Cahaya

Sinar di medium I disebut sinar datang, sedangkan sinar di medium II disebut sinar bias. Sudut yang dibentuk sinar datang dengan garis normal disebut sudut datang dan sudut yang dibentuk sinar bias dengan garis normal disebut sudut bias (Arini dkk, 2007: 464).

Hukum pembiasan cahaya (yang dikemukakan oleh Willebrord Snellius, seorang ahli matematika berkebangsaan Belanda) yakni sebagai berikut:

1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar, dan ketiganya berpotongan pada satu titik (hukum I Snellius atau hukum I Pembiasan)

2. Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, dibiaskan menjauhi garis normal (hukum II Snellius atau hukum II Pembiasan) (Humizar dan Sarlem, 2005: 168).

medium I

medium II sinar

datang

sinar bias garis

(41)

Udara memiliki kerapatan lebih kecil dibandingkan air dan kaca. Kaca merupakan medium yang lebih rapat dibandingkan air, sedangkan air merupakan medium yang lebih rapat dibandingkan udara. Berkas-berkas sinar dibiaskan mendekati garis normal bila datang dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat, contohnya dari udara ke kaca. Berkas-berkas sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal bila datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat, contohnya dari kaca ke udara (Sukabdiyah dkk, 2007: 181).

Pembelokan cahaya pada dua medium yang berbeda disebabkan oleh perbedaan cepat rambat cahaya di kedua medium tersebut. Cepat rambat cahaya di medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan cepat rambat cahaya di medium yang kurang rapat. Semakin rapat medium yang dilalui, cepat rambat cahaya yang melewatinya semakin kecil. Cepat rambat cahaya terbesar dicapai ketika cahaya berada di ruang hampa. Cepat rambat cahaya di ruang hampa dilambangkan dengan c, yang mempunyai nilai sebesar 3 x 108 m/s.

Jika sinar datang pada dua medium dengan sudut datang yang sama, maka sudut biasnya belum tentu sama. Hal ini bergantung pada kerapatan mediumnya. Dengan kata lain, pembiasan cahaya dari medium yang satu berbeda dengan medium yang lain.

(42)

tersebut menunjukkan besarnya pembiasan yang dialami cahaya (Arini dkk, 2007: 465-466).

Nilai indeks bias suatu medium menunjukkan perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa dengan cepat rambat cahaya di dalam medium tersebut. Jika cepat rambat cahaya di suatu medium adalah v dan cepat rambat di ruang hampa adalah c, maka indeks bias medium tersebut dinyatakan dengan n bernilai sebagai berikut:

Keterangan:

n = indeks bias medium

c = cepat rambat cahaya di ruang hampa = 300.000.000 m/s v = cepat rambat cahaya di medium (Arini dkk, 2007: 466).

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa selain tergantung pada kerapatan medium, indeks bias juga tergantung pada panjang gelombang cahaya yang melewatinya. Meskipun mediumnya sama, tetapi bila panjang gelombang cahayanya berbeda, maka nilai indeks biasnya akan berbeda. Sebagai contoh, nilai indeks bias air untuk cahaya merah berbeda dengan indeks bias untuk cahaya hijau (Arini dkk, 2007: 466).

Contoh-contoh pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

(43)

2. Saat kita menangkap ikan dalam aquarium, posisi ikan tersebut tidak berada pada posisi tepat kita melihatnya.

3. Saat kita melihat kolam yang berair jernih dan tenang, kolam itu kelihatannya dangkal, tetapi sebenarnya dalam.

Benda gelap tembus cahaya yang hampir meneruskan seluruh cahaya yang mengenainya dikenal dengan istilah benda optik. Beberapa benda optik, di antaranya kaca plan paralel, prisma, dan lensa. Kaca plan paralel merupakan kaca tebal yang permukaannya rata. Sinar datang yang melalui kaca plan paralel akan mengalami dua kali pembiasan. Pembiasan pertama saat sinar datang menuju kaca plan paralel dan pembiasan kedua saat sinar meninggalkan kaca plan paralel.

(44)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian eksperimental kuantitatif dan kualitatif. Penelitian eksperimental merupakan penelitian dengan memberikan perlakuan pada partisipan. Pada penelitian ini, perlakuan yang diberikan yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. Setelah diberi perlakuan, variabel kemudian diukur dengan instrumen yang telah dibuat. Untuk memperkuat penelitian ini, peneliti menggunakan kelas pembanding atau kelas kontrol supaya dapat mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kelas eksperimen atau kelas treatment. Pada kelas kontrol, metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode pembelajaran ceramah aktif. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dalam bentuk skor atau angka yang diberikan penjelasan. Maka dari itu penelitian ini dikatakan penelitian kuantitatif. Selain penelitian kuantitatif, peneliti juga melakukan analisis jawaban siswa serta observasi guna memperkuat data. Maka dari itu penelitian ini juga menggunakan penelitian kualitatif.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

(45)

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Yos Sudarso Cigugur, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMP Yos Sudarso Cigugur Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Yos Sudarso Cigugur Tahun Ajaran 2013/2014 Kelas VIII A yang berjumlah 25 orang dan Kelas VIII B yang berjumlah 24 orang. Di mana kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen.

D. TREATMENT

Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010: 51). Treatment yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan metode inkuiri pada materi pembiasan cahaya. Metode inkuiri ini dilakukan pada kelas eksperimen.

(46)

1. Kegiatan 1 : Mengamati cahaya yang dilewatkan pada air

Pada kegiatan I, siswa diajak untuk mengamati cahaya laser yang dilewatkan dari udara menuju ke larutan susu. Larutan susu digunakan agar siswa dapat lebih mudah mengamati jejak lintasan cahayanya. Untuk cahaya di udara siswa dapat mengamatinya dengan bantuan kertas putih. Kegiatan ini dilakukan agar siswa memahami fenomena pembiasan cahaya serta menemukan berlakunya Hukum Pembiasan I.

2. Kegiatan 2 : Mengamati cahaya yang dilewatkan pada kaca plan paralel

Pada kegiatan II, siswa diajak untuk mengamati cahaya yang dilewatkan pada kaca plan paralel. Cahaya ini berasal dari jarum pentul yang ditusukkan pada kertas. Jika dilihat melalui kaca plan paralel akan dilihat jejak lintasan cahayanya yang mengalami pembiasan. Kegiatan ini dilakukan agar siswa memahami fenomena pembiasan cahaya serta menemukan berlakunya Hukum Pembiasan II.

(47)

E. INSTRUMENTASI

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran ini terdiri dari 2 instrumen yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk menentukan garis besar kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama pengambilan data penelitian. RPP yang dibuat dibedakan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. RPP kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 3 dan RPP kelas eksperimen dapat dilihat di lampiran 4.

Lembar Kerja Siswa b.

Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sebagai modul untuk siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. LKS ini dibuat untuk kelas eksperimen. LKS lengkap dapat dilihat di lampiran 5 dan 6.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) tes tertulis yang terdiri dari pre-test dan post-test, (2) lembar observasi keaktifan dan (3) kuesioner minat belajar.

a. Tes tertulis (pre-test dan post-test)

(48)

pembiasan cahaya. Soal pre-test terdiri dari 8 soal yang memuat aspek hafalan, pemahaman dan aplikasi.

(49)

Tabel 1. Kisi-kisi soal pre-test dan post-test yang kurang rapat ke medium yang lebih dari kaca ke udara!

3,4 dengan indeks bias? Apa artinya indeks bias air = 1,33?

(50)

Post-test diberikan setelah pembelajaran kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Soal post-test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep pembiasan cahaya. Jumlah dan bobot soal post-test sama dengan soal pre-test. Soal dan kunci jawaban pre-test dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8, sedangkan soal dan kunci jawaban post-test dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10.

b. Lembar observasi keaktifan

Lembar observasi keaktifan digunakan oleh guru untuk mengetahui keaktifan siswa dalam belajar pada kelas eksperimen. Indikator keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Indikator Keaktifan

Lembar observasi keaktifan dapat dilihat pada lampiran 11.

Aspek Indikator Pernyataan No

item

pertanyaan dari guru 2 Memecahkan Mencari informasi Siswa membaca buku

paket 4

Menyimpulkan hasil belajar

Siswa menyimpulkan

(51)

c. Kuesioner minat belajar

Kuesioner minat belajar dalam penelitian bersifat tertutup atau telah disediakan alternatif jawaban. Kuesioner ini diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah mengikuti rangkaian proses pembelajaran bersama peneliti. Pemberian kuesioner ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap minat belajar siswa.

(52)

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Minat Belajar

Aspek Indikator Pernyataan No

item

1. Saya sangat menyesal bila tidak mengikuti pelajaran ini.

2. Saya merasa pembelajaran yang dilakukan berlangsung dengan singkat.

3. Saya tidak pernah mengantuk selama pelajaran berlangsung.

1, 7, 9

Memusatkan perhatian

1. Selama di kelas, saya selalu berpikir pada pelajaran, bukan pada hal-hal yang lain.

2. Saya dapat memahami materi dengan baik.

2,3

Partisipasi dalam aktivitas

1. Saya selalu bertanya kepada teman bila ada kesulitan dalam belajar

2. Saya selalu bertanya kepada guru bila saya tidak tahu

4,5

Ketertarikan

1. Saya membaca buku pelajaran untuk menambah pengetahuan saya.

2. Banyak hal-hal tentang IPA yang ingin saya ketahui lebih lanjut setelah mengikuti pelajaran ini. 3. Saya ingin pembelajaran IPA

selanjutnya menggunakan metode pembelajaran seperti yang dilakukan oleh peneliti.

6, 8,10

(53)

3. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh dengan menguji isi dari instrumen yang digunakan. Apakah item test sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur (Suparno, 2010, 68).

Validitas isi berpedoman pada kisi-kisi tes dan non tes yang diukur dengan indikator.

F. METODE ANALISIS DATA

1. Analisis Pemahaman Siswa

a. Analisis Penskoran

Soal pre-test dan post-test terdiri masing-masing 8 soal. Skor maksimal untuk masing-masing soal disesuaikan dengan bobot soal. Kriteria pemberian skor ditentukan sebagai berikut. 1) Soal nomor 1,2 dan 8 aspek hafalan dengan bobot soal 2.

Tabel 4. Skoring Soal Nomor 1,2, dan 8

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Jawaban salah 0,5

Jawaban mendekati benar 1

(54)

2) Soal nomor 3 dan 4 aspek pemahaman konsep dengan bobot soal 6.

Tabel 5. Skoring Soal Nomor 3 dan 4

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Ada gambar atau penjelasan namun salah 1 Ada gambar dan penjelasan namun masih ada Gambar dan penjelasan benar dan lengkap 6

3) Soal nomor 5 dan 6 aspek pemahaman konsep dengan bobot soal 4.

Tabel 6. Skoring Soal Nomor 5 dan 6

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Jawaban salah 1

Jawaban 50% benar 2

Jawaban benar namun kurang lengkap 3

Jawaban benar dan lengkap 4

4) Soal nomor 7 aspek aplikasi dengan bobot soal 4. Tabel 7. Skoring soal nomor 7

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Jawaban salah 1

Ada rumus saja tetapi benar 2

Rumus dan penyelesaian benar tetapi tidak sampai selesai

(55)

Perhitungan skor siswa dapat dihitung dengan cara jumlah skor masing-masing siswa dibagi dengan skor maksimal dikali seratus. Jumlah skor maksimal yaitu 30.

Skor =

b. Analisis Kuantitatif Pre-test dan Post-test

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa, peneliti menggunakan pre-test dan post-test. Kedua tes ini dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun statistik yang digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa adalah dengan melakukan uji test-t. Uji test-t dapat digunakan untuk membandingkan akibat dua treatment atau untuk mengetes satu kelompok yang dites dua kali.

Uji test-t yang digunakan untuk membandingkan akibat dua treatment adalah uji test-t untuk dua grup yang independen. Adapun rumus perhitungannya yakni sebagai berikut:

( ̅̅̅ ̅̅̅)

√[( ) ( ( ) ) ] [ ]

( )

Di mana

(56)

= standar deviasi kelas kontrol = standar deviasi kelas eksperimen

Uji test-t yang digunakan untuk mengetes satu kelompok yang dites dua kali adalah uji test-t untuk grup yang dependen. Adapun rumus perhitungannya yakni sebagai berikut:

( ̅̅̅ ̅̅̅) √[∑ (∑ ) ]

( )

( )

Di mana:

D = perbedaan skor tiap subyek = N = jumlah pasangan skor

Df = N – 1

1) Uji test-t pre-test kelas kontrol dan pre-test kelas eksperimen Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pemahaman awal siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, peneliti menggunakan uji test-t untuk 2 grup yang independen (lihat rumus 1). Jika | | > | | maka signifikan, berarti ada perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika | | < | | maka tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Uji test-t pre-test dan post-test kelas eksperimen

(57)

test-t untuk kelompok dependen (lihat rumus 2). Jika | | > | | maka signifikan, berarti ada perbedaan hasil pre-test dan post-test pada kelas eksperimen. Jika | | < | | maka tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan hasil pre-test dan post-test pada kelas eksperimen.

3) Uji-test t pre-test dan post-test kelas kontrol

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dengan metode ceramah sebagai pembanding, peneliti menggunakan uji test-t untuk kelompok dependen (lihat rumus 2). Jika | | > | | maka signifikan, berarti ada perbedaan hasil pre-test dan post-test pada kelas kontrol. Jika | | < | | maka tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan hasil pre-test dan post-test pada kelas kontrol. 4) Uji test-t post-test kelas kontrol dan post-test kelas eksperimen

(58)

Dengan melakukan 4 kali uji test-t seperti di atas peneliti dapat melihat apakah penerapan metode inkuiri sungguh-sungguh meningkatkan pemahaman siswa. Untuk melakukan uji test-t ini peneliti dibantu dengan program SPSS.

c. Analisis Kualitatif Pre-test dan Post-test

Untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep dalam diri siswa, peneliti melakukan analisis pemahaman konsep pada pre-test dan post-test. Jawaban pre-test menunjukkan pemahaman awal siswa dan jawaban post-test menunjukkan pemahaman akhir siswa. Dari jawaban siswa tersebut dapat dilihat perubahan pemahaman konsep siswa.

2. Analisis Keaktifan Siswa

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap keaktifan siswa, peneliti menggunakan lembar observasi keaktifan. Observasi ini dilakukan pada kelas kelas eksperimen. Keaktifan siswa dinilai dengan menggunakan tally setiap satu siswa yang melakukan aktivitas. Selain itu peneliti juga membuat catatan harian.

(59)

3. Analisis Minat Belajar Siswa

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap minat belajar siswa, peneliti memberikan kuesioner minat belajar terhadap kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kuesioner berisi 10 butir pernyataan positif dengan 5 pilihan jawaban. Untuk jawaban kedua kelas, setiap alternatif jawaban diberi skor, yaitu sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), ragu-ragu (3) tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1). Setiap partisipan diwajibkan untuk mengisi semua butir pernyataan dalam kuesioner.

 Total skor untuk setiap siswa Total skor maksimal = 5 x 10 = 50 Total skor minimal = 1 x 10 = 10  Range = 50 – 10 = 40

 Pembagian interval

Range dibagi dalam 5 kelompok, maka lebar interval = 40 : 5 = 8. Total skor ini kemudian diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu sangat berminat, berminat, cukup berminat, kurang berminat, dan tidak berminat. Penentuan kategori hasil pengukuran minat dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Kategoriasi Minat Belajar Siswa

No Total Skor Kategori Minat

1 42-50 Sangat Berminat

2 34-41 Berminat

3 26-33 Cukup Berminat

4 18-25 Kurang Berminat

(60)

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap minat belajar siswa, peneliti menggunakan uji statistik test-t antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam penelitian minat ini, uji test-t digunakan untuk mengetes dua kelompok yang independen (lihat rumus 1).

(61)

41

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII A dan VIII B SMP Yos Sudarso Cigugur, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat, tanggal 22 April 2014 sampai dengan 30 April 2014. Peneliti menggunakan kelas VIII A untuk kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan kelas VIII B untuk kelas eksperimen yang menggunakan metode inkuiri.

Mata pelajaran IPA di SMP Yos Sudarso Cigugur sudah menerapkan IPA Terpadu, sehingga jadwal pelajarannya tidak dipisah untuk Fisika, Biologi, dan Kimia. Mata pelajaran IPA kelas VIII pada awalnya dilaksanakan 5 jam dalam seminggu. Namun, karena ada penambahan jadwal pelajaran IPA bagi kelas IX dalam rangka persiapan Ujian Nasional, maka jadwal pelajaran IPA kelas VIII dikurangi 1 jam menjadi 4 jam dalam seminggu.

1. Sebelum Penelitian

(62)

post-test, kuesioner minat belajar, lembar observasi keaktifan, dan alat dokumentasi berupa kamera digital.

Selain mempersiapkan instrumen penelitian, peneliti melakukan observasi laboratorium fisika. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui keadaan, kelengkapan, dan kesiapan laboratorium fisika. Observasi ini dilakukan pada tanggal 28 Maret 2014.

Menurut pengamatan peneliti, alat-alat eksperimen di laboratorium IPA SMP Yos Sudarso Cigugur kurang lengkap. Kaca plan paralel yang dibutuhkan peneliti tidak tersedia. Untuk mengatasi hal ini peneliti kemudian mengajukan permohonan peminjaman alat kepada almamater peneliti SMA Negeri 2 Kuningan.

(63)

2. Selama Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan untuk setiap kelasnya. Alokasi waktu dalam satu kali pertemuan adalah 2 x 40 menit. Tabel 9 dan 10 merupakan jadwal dan proses pengambilan data yang dilakukan di kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen.

Tabel 9. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol No Hari/tanggal Pukul Kegiatan Peneliti 1 Selasa, 22

April 2014

09.30-10.50 a. Peneliti berkenalan dengan siswa dan memberikan pre-test kepada siswa

b. Peneliti mulai mengajar mengenai pembiasan,

khususnya pembiasan pada air menggunakan metode ceramah. 2 Rabu, 23

April 2014

09.30-10.50 a. Peneliti melanjutkan mengajar mengenai pembiasan,

khususnya pembiasan pada kaca plan paralel menggunakan metode ceramah.

b. Peneliti memberikan kuesioner minat belajar kepada siswa. 3 Selasa, 29

April 2014

(64)

Tabel 10. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen

No Hari/tanggal Pukul Kegiatan Peneliti

1 Rabu, 23 April 2014

11.05-12.25 a. Peneliti berkenalan dengan siswa dan memberikan pre-test kepada siswa

b. Peneliti mulai mengajar mengenai pembiasan,

11.05-12.25 a. Peneliti melanjutkan mengajar mengenai pembiasan, khususnya pembiasan pada kaca plan paralel menggunakan

11.05-11.45 Peneliti memberikan post-test kepada siswa.

(65)

Adapun proses pelaksanaan penelitian dijelaskan sebagai berikut:

a. Penelitian di kelas kontrol

Penelitian di kelas kontrol dilaksanakan di kelas VIII A. Penelitian di kelas ini dilaksanakan 3 kali pertemuan. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh guru untuk mengambil gambar.

Penelitian pertama di kelas kontrol dilaksanakan pada Selasa, 22 April 2014. Peneliti masuk kelas bersama dengan guru pada jam pelajaran ke-4 yaitu pukul 09.30. Saat itu siswa masuk kelas setelah jam istirahat pertama. Sebelum masuk kelas, siswa baris terlebih dahulu di luar kelas dipimpin oleh ketua kelas. Setelah semua siswa masuk kelas, guru kemudian memberi informasi kepada siswa mengenai pembelajaran yang akan dilakukan bersama dengan peneliti selama beberapa hari.

Di awal pembelajaran, peneliti berkenalan dengan siswa secara singkat. Peneliti kemudian menyampaikan maksud kedatangan peneliti di kelas mereka. Setelah itu peneliti mengecek kehadiran siswa. Pada waktu itu ada 3 siswa yang tidak hadir. Dua siswa tanpa keterangan dan satu siswa mohon izin untuk menyiapkan kegiatan Paskahan.

(66)

menulis. Hanya beberapa siswa saja yang terlihat banyak menulis. Tidak berapa lama, siswa kemudian mengumpulkan jawaban mereka. Banyak siswa yang mengeluh karena tidak dapat mengerjakan pre-test tersebut.

(67)

salah menjawab dengan menyebutkan hukum pemantulan cahaya. Peneliti kemudian menjelaskan kepada siswa apa itu pembiasan cahaya. Peneliti mengamati bahwa hanya sedikit siswa yang memiliki buku paket.

(68)

Gambar 4. Dua Orang Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Soal Di Papan Tulis

Di akhir pembelajaran, suasana kelas mulai ramai karena jam berikutnya mereka akan mengikuti acara lomba-lomba dalam rangka merayakan Paskah bersama. Peneliti kemudian berusaha menarik perhatian mereka dengan mengajak siswa untuk mengulangi kembali apa yang sudah dipelajari. Setelah pembelajaran selesai peneliti kemudian mengucapkan terima kasih kepada siswa yang sudah mau menjawab pertanyaan.

(69)

penelitian kedua ini ada 2 siswa yang tidak hadir tanpa keterangan. Satu siswa yang tidak hadir merupakan siswa yang tidak hadir juga pada penelitian pertama.

Pada pertemuan kedua ini peneliti melanjutkan materi pembiasan cahaya. Dalam pertemuan ini perhatian siswa lebih terfokus jika dibandingkan dengan pertemuan pertama. Peneliti mengajar siswa dengan metode yang sama, yaitu ceramah dan tanya jawab. Pada pertemuan kedua ini peneliti juga bertanya dengan memberikan pilihan jawaban kepada siswa yaitu jika cahaya dari udara ke kaca apakah akan mendekati garis normal atau menjauhi garis normal. Siswa kemudian diminta untuk mengacungkan tangannya sesuai dengan jawabannya masing-masing. Beberapa siswa terlihat percaya diri mengacungkan tangan, sedangkan beberapa siswa lain terlihat melirik teman lainnya kemudian ikut mengacungkan tangan. Cara ini efektif untuk menarik perhatian siswa. Sebagian siswa yang jawabannya benar nampak senang.

(70)

Penelitian ketiga di kelas kontrol dilaksanakan pada Selasa, 29 April 2014. Pada pertemuan ketiga ini ternyata peneliti tidak dapat melaksanakan kegiatan di ruang kelas VIII A karena ruang tersebut digunakan untuk try out Ujian Nasional kelas IX. Kegiatan penelitian kemudian dilaksanakan di ruang baca Perpustakaan.

(71)

Gambar 5. Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Soal Post-Test Setelah waktu pengerjaan habis, peneliti kemudian meminta siswa mengumpulkan pekerjaannya. Di akhir pertemuan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa dan mengucapkan perpisahan dengan siswa. Pengalaman mengajar di kelas VIII A ini sungguh berharga bagi peneliti.

b. Penelitian di kelas eksperimen

Penelitian di kelas eksperimen dilaksanakan di kelas VIII B. Penelitian di kelas ini dilaksanakan 3 kali pertemuan. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh guru untuk mengambil gambar dan melaksanakan observasi.

(72)

kesempatan kepada peneliti. Peneliti kemudian mengecek kehadiran siswa, ternyata ada 4 siswa yang tidak hadir sehingga sampel yang digunakan berkurang. Peneliti kemudian menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran. Setelah itu peneliti mengadakan pre-test. Pada saat pengerjaan pre-test banyak siswa yang mengeluh karena tidak dapat mengerjakan soal tersebut. Namun peneliti tetap memberikan dorongan kepada siswa.

(73)

peneliti mengajak siswa menulis hipotesis mereka dalam secarik kertas lalu dikumpulkan. Setelah mengisi hipotesis mereka, peneliti membagikan LKS dan siswa diminta melakukan percobaan. Pada percobaan ini siswa harus membuat larutan susu agar jejak sinar laser dapat terlihat. Namun larutan susu ini tidak boleh terlalu jernih dan tidak boleh terlalu keruh. Beberapa kelompok perlu mengulang berkali-kali untuk memperoleh larutan yang pas. Setelah memperoleh larutan yang pas, siswa mulai mengarahkan laser ke arah permukaan larutan dan melihat jejak sinarnya dari udara ke air dengan bantuan kertas putih. Terlihat bahwa terjadi pembelokan cahaya atau pembiasan. Peneliti memperingatkan siswa untuk tidak bermain-main dengan laser karena bisa berbahaya bila langsung disorotkan ke mata.

(74)

Setelah melakukan percobaan, banyak siswa yang pada akhirnya memainkan lasernya sembarangan. Peneliti kemudian mengajak siswa untuk kembali ke kelas agar suasana kelas lebih kondusif. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal pada LKS dan membahas bersama. Beberapa siswa menulis jawabannya di papan tulis, peneliti menguatkan jawaban siswa yang benar serta mengklarifikasi jawaban siswa yang salah. Di akhir pelajaran peneliti mengajak siswa untuk mengecek hipotesis mereka apakah benar atau tidak. Setelah itu guru mengajak siswa mengulang kembali apa yang dipelajari. Kegiatan pembelajaran kemudian ditutup dengan doa dipimpin oleh salah satu siswa.

(75)

bingung. Melihat kondisi seperti itu peneliti kemudian memberikan contoh hipotesisnya. Akhirnya siswa mengerti.

Gambar 8. Siswa Menulis Hipotesis Sebelum Melakukan Percobaan Selama pembelajaran banyak siswa yang bertanya. Sebelumnya pada rencana pembelajaran akan dilakukan variasi sudut datang, namun karena banyaknya pertanyaan siswa maka waktu menjadi berkurang sehingga variasi sudut datang tidak dapat dilaksanakan. Setelah melakukan percobaan, siswa diajak untuk mengerjakan LKS dan mengecek hipotesis mereka apakah benar atau tidak. Setelah itu siswa menuliskan jawabannya di papan tulis.

(76)

Kegiatan pembelajaran kemudian ditutup dengan doa. Peneliti juga memberi tahu kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan post-test.

Penelitian ketiga di kelas eksperimen dilaksanakan pada Rabu, 30 April 2014. Di awal pembelajaran peneliti memberi waktu 10 menit kepada siswa untuk belajar terlebih dahulu. Setelah siswa belajar, peneliti memberi post-test kepada siswa. Selama mengerjakan post-test ada siswa yang mencoba membuka buku, namun sebelum peneliti melihatnya, teman yang lain menegurnya dan langsung memberi tahu kepada peneliti, sehingga suasana kelas menjadi ribut. Peneliti kemudian mengingatkan siswa untuk mengerjakan soal sendiri-sendiri dan tidak melihat catatan apa pun.

(77)

Setelah waktu pengerjaan habis, peneliti kemudian meminta siswa mengumpulkan pekerjaannya. Di akhir pertemuan ini peneliti mengucapkan teima kasih kepada siswa dan mengucapkan perpisahan dengan siswa. Pengalaman mengajar di kelas VIII B ini sungguh berharga bagi peneliti.

B. DATA DAN ANALISIS DATA

1. Pemahaman Konsep

Analisis Kuantitatif Pemahaman a.

(78)

Tabel 11. Data Nilai Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Sampel

Nilai pre-test Kelas kontrol Kelas

(79)

Tabel 12. Hasil Uji Test-T Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df 0.504 dengan level signifikan α = 0.05, mean pre-test kelas A sebagai kelas kontrol = 11.08, mean pre-test kelas B sebagai kelas eksperimen = 9.0.

(80)

2) Data dan analisis pre-test dan post-test kelas kontrol

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman pada kelas kontrol, peneliti kemudian melakukan Uji test-t pada pre-test dan post-test siswa. Data nilai pre-test dan post-test kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Data Nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol Sampel Nilai pre-test Nilai post-test

(81)

data pre-test dan post-test kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Uji Test-T Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol Paired Samples Statistics

Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -10.986, p = 0.000 dengan level signifikan α = 0.05, mean pre-test kelas kontrol = 11.08, mean post-test kelas kontrol = 63.76.

Oleh karena p = 0.000 < 0.05 maka hasil signifikan. Berarti pre-test dan post-test kelas kontrol ada perbedaan. Oleh karena mean post-test lebih besar dari mean pre-test maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman siswa setelah siswa diajar dengan menggunakan metode ceramah.

3) Data dan analisis pre-test dan post-test kelas eksperimen

(82)

pre-test dan post-test siswa. Data nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Data Nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen Sampel Nilai pre-test Nilai post-test

1 10,0 80,0

(83)

Tabel 16. Hasil Uji Test-T Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen

Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -9.935, p = 0.000 dengan level signifikan α = 0.05, mean pre-test kelas eksprimen = 9.00, mean post-test kelas eksperimen = 57.375.

Oleh karena p = 0.000 < 0.05 maka hasil signifikan. Berarti pre-test dan post-test kelas eksperimen ada perbedaan. Oleh karena mean post-test lebih besar dari mean pre-test maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman siswa setelah siswa diajar dengan menggunakan metode inkuiri. 4) Data dan analisis post-test kelas kontrol dan kelas ekperimen

(84)

kelompok independen. Data nilai post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Data Nilai Post-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Sampel

Nilai post-test Kelas kontrol Kelas

(85)

ouptut SPSS data post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Hasil Uji Test-T Post-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Group Statistics

s t-test for Equality of Means

F Sig. T Df 0.416 dengan level signifikan α = 0.05, mean post-test kelas A sebagai kelas kontrol = 63.76, mean post-test kelas B sebagai kelas eksperimen = 57.38.

(86)

Dari analisis di atas diketahui bahwa peningkatan pemahaman pada kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama. Tidak berbedanya peningkatan pemahaman pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ini dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain:

a) Minat belajar siswa yang sama-sama tinggi.

(87)

b) Daya tangkap siswa yang berbeda

Setelah melaksanakan penelitian, peneliti berkonsultasi dengan guru. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru, diketahui bahwa siswa pada kelas kontrol sebenarnya memiliki daya tangkap dan kecerdasan yang lebih bila dibandingkan dengan siswa pada kelas eksperimen. Namun pada pre-test yang dilakukan, hal ini tidak terlihat karena materi pembiasan cahaya masih baru bagi siswa, sehingga kemampuan awal siswa yang nampak adalah sama. Dengan menganggap kecerdasan siswa sama, maka peneliti kemudian melihat peningkatan pemahaman siswa yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. c) Instrumen pre-test dan post-test yang lebih menguntungkan

kelas kontrol

(88)

keterampilan proses sainsnya. Hal ini dapat menyebabkan kelas kontol menjadi lebih diuntungkan.

d) Metode pembelajaran ceramah yang sudah biasa dilakukan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol. Baik peneliti maupun siswa sudah terbiasa dengan metode ceramah. Artinya bahwa peneliti sudah terbiasa mengajar dengan ceramah dan siswa sudah terbiasa belajar dengan ceramah. Berbeda dengan penggunaan metode inkuiri, bahwa peneliti dan siswa sama-sama baru menggunakan metode ini. Belum terbiasanya penggunaan metode inkuiri ini dapat menyebabkan peningkatan pemahaman pada kelas eksperimen tidak sangat signifikan sehingga peningkatan pemahaman pada kedua kelas terlihat sama. Namun bukan berarti metode inkuiri ini tidak baik digunakan. Justru sebaliknya, bahwa dengan siswa dikenalkan dan kemudian dibiasakan menggunakan metode inkuiri, pemahaman siswa dapat lebih meningkat.

e) Peneliti sebagai guru baru bagi siswa

(89)

siswa. Kehadiran peneliti sebagai guru baru ini dapat menyebabkan antusias belajar siswa menjadi sama-sama tinggi sehingga peningkatan pemahaman kedua kelas adalah sama.

(90)

Analisis Kualitatif Pemahaman Konsep b.

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi pembiasan cahaya. Dari pre-test dan post-test yang diberikan oleh peneliti ada 4 soal yang termasuk pemahaman konsep di mana 2 soal mengenai bagaimana pembiasan cahaya dari medium yang berbeda, 1 soal mengenai penyebab terjadinya pembiasan cahaya dan 1 soal mengenai indeks bias cahaya.

(91)

Tabel 19. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Persoalan Pemahaman awal siswa

pada pre-test patah dalam gelas berisi air, namun tidak menuliskan penjelasan, beberapa siswa ada yang menjawab:

 Cahaya datang dari atas ke bawah

 Pembiasan cahaya dari udara ke air berbeda  Bayangan udara dengan

bayangan air berbeda cahaya dari udara ke air mendekati garis normal dan siswa sudah bisa

Hampir seluruh siswa tidak menggambarkan dan tidak menuliskan penjelasan

Sebagian besar siswa menjelaskan bahwa

pembiasan cahaya dari kaca ke udara menjauhi garis normal dan siswa sudah bisa menggambarkannya.

Hampir seluruh siswa tidak menuliskan jawaban

Hampir seluruh siswa tidak menuliskan jawaban

Sebagian siswa menjelaskan bahwa indeks bias adalah  kemampuan medium

untuk mebiaskan cahaya  nilai yang menyatakan

Gambar

Tabel 24. Presentase Kategori Minat Kelas Kontrol ............................................
Gambar 4. Dua Orang Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Soal Di Papan Tulis .. 48
Gambar 1. Pembiasan Cahaya
Tabel 2. Indikator Keaktifan
+7

Referensi

Dokumen terkait

” Dididik untuk mendahulukan orang lain dalam makanan atau permainan yang disenangi, dengan dibiasakan agar menghormati saudara-saudaranya, sanak familinya yang masih kecil,

Pada puncak acara sekaten yang dalam bahasa Jawa disebut. Garebeg Maulud, terdapat upacara membawa gunungan dari keraton

ini maupun yang akan datang sangat bergantung bagi kelangsungan hidupnya, Pokja Konservasi mencatat setidaknya 5 isu krusial yang harus dicermati kembali oleh DPR

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perunahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan telah

Prinsip keseimbangan mengharuskan bahwa pusat gaya gravitasi tubuh yang berdiri berada pada garis vertikal yang melewati suatu tempat di sebelah dalam daerah penyangga yang

Tempat wisata saat iniberlomba-lomba untuk menarik perhatian wisatawan akan tetapi jika Candi Badut hanya mengandalkan keadaanya yang sekarang maka hal tersebut akan

Guru memberikan latihan soal sebagai penguatan pemahaman peserta didik mengenai rumus suku ke-n dari barisan bilangan aritmatika dan barisan bilangan geometri serta menentukan

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian dispepsia pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung ke Poliklinik Endokrin RSUD Dr..