• Tidak ada hasil yang ditemukan

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov.

b) Uji Linieritas hubungan.

Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji linieritas dilakukan terhadap variabel kontrol diri dengan prokrastinasi akademik, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik dan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik. Untuk mengetahui linier atau tidaknya, maka digunakan uji linieritas dengan analisa regresi. Kaidahnya dengan melihat p pada tabel linieritas. Jika p ” 0.05 hubungan linier, tetapi jika p > 0.05 maka hubungannya tidak linier.

Seluruh hipotesis maupun uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS For Windows, 11. 0

(2)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pra uji Hipotesis a. Uji asumsi

Berdasarkan rancangan analisis data, pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan statistik parametrik regresi sederhana. Metode tersebut mensyaratkan terpenuhinya asumsi-asumsi normalitas sebaran dan linieritas hubungan antarvariabel. Oleh karena itu sebelum uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi-asumsi tersebut.

b. Uji Normalitas Sebaran.

Uji ini untuk mengetahui apakah skor variabel yang diteliti mengikuti distribusi normal atau tidak. Menurut Hadi (2000), ada anggapan bahwa skor variabel yang dianalisis mengikuti hukum sebaran normal baku (kurva) dari Gauss. Jika sebaran normal artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi teoritis kurva. Kaidah yang dipakai bila p > 0.05 sebaran normal, sebaliknya bila p ” 0.05 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov.

Hasil perhitungan uji normalitas variabel penelitian dapat dilihat pada tabel.

(3)

Tabel: 16 Hasil perhitungan uji normalitas sebaran Kontrol Diri Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Otoriter Orangtua Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Demokratis Orangtua Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Permisif Orangtua Prokrastinasi Akademik N 134 134 134 134 134 Mean 95.29 55.03 47.92 31.73 62.16 SD 12.154 6.656 6.302 12.217 19.127 Ks-Z .615 .757 1.356 1.100 .717 P .844 .616 .051 .178 .682

Interpretasi Normal Normal Normal Normal Normal Berdasarkan tabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kelima variabel kontrol diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dan prokrastinasi akademik memiliki sebaran normal

c. Uji Linieritas hubungan.

Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji linieritas dilakukan terhadap variabel kontrol diri dengan prokrastinasi akademik, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik dan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik.

(4)

Untuk mengetahui linier atau tidaknya, maka digunakan uji linieritas dengan analisa regresi. Kaidahnya dengan melihat p pada tabel linieritas. Jika p ” 0.05 hubungan linier, tetapi jika p> 0.05 maka hubungannya tidak linier.

Tabel: 17 Hasil uji linieritas hubungan

Variabel Bebas F P Keterangan

Kontrol Diri 34.139 .000 linier

Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Otoriter Orangtua

8.472 .004 linier Persepsi Remaja Terhadap Penerapan

Disiplin Demokratis Orangtua

1.246 .048 linier Persepsi Remaja Terhadap Penerapan

Disiplin Permisif Orangtua

8.023 .007 linier

Tabel tersebut menunjukkan bahwa semua hubungan variabel bebas mempunyai hubungan yang linier.

B. Hasil Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana untuk menguji atau membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Analisis regresi sederhana bertujuan 1) mengetahui besarnnya sumbangan efektif kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik 2) mengetahui sumbangan efektif persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter dengan prokrastinasi akademik 3) mengetahui sumbangan efektif persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis dengan prokrastinasi akademik dan 4) mengetahui sumbangan efektif persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif dengan prokrastinasi akademik.

Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana dengan taraf signifikansi 5% diperoleh hasil uji sebagai berikut:

(5)

1. Hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik sebesar –.452, p= .000 dan R2= .205. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif dan hubungannya sangat signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 20.5%. Berarti hipotesis 1 yang berbunyi “Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik” diterima kebenarannya. Semakin tinggi kontrol diri semakin rendah prokrastinasi akademik.

2. Hubungan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik sebesar –.251, p= .002 dan R2= .063 Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif dan hubungannya sangat signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 6,3%. Berarti hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik” terima kebenarannya. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua semakin rendah prokrastinasi akademik.

3. Hubungan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik sebesar -.172, p= .024 dan R2= .030. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif dan hubungannya signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 3,0%. Berarti hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik” diterima kebenarannya. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap

(6)

penerapan disiplin demokratis orangtua semakin rendah prokrastinasi akademik.

4. Hubungan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik sebesar .198, p= .011 dan R2= .039. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan hubungannya signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 3,9%. Berarti hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik” diterima kebenarannya. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua semakin tinggi prokrastinasi akademik. (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran)

Tabel 18: Rangkuman hasil analisis regresi sederhana

Variabel bebas r P R2 X1 dengan Y -.452 .000 .205 X2 dengan Y -.251 .002 .063 X3 dengan Y -.172 .024 .030 X4 dengan Y .198 .011 .039 Keterangan: Y = Prokrastinasi akademik X1 = Kontrol diri

X2 = Persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua X3 = Persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua X4 = Persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua r = Koefisien korelasi

(7)

C. Pembahasan

1. Hubungan Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan adanya hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada remaja Madrasah Aliyah (MA) adalah terbukti. Hubungan negatif antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa hubungannya berjalan berlawanan arah, artinya kenaikan skor kontrol diri yang diperoleh subjek diikuti dengan penurunan skor prokrastinasi akademik.

Kekuatan hubungan antara kedua variabel ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar –.452; p=.000, sedangkan koefisien determinan sebesar R2= .205, artinya sumbangan efektif yang diberikan oleh kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik adalah sebesar 20,5%.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Green (1982), bahwa keadaan yang merugikan belajar, dikarenakan sedikit pelajar yang menggunakan kontrol diri sebagai strategi mengelola lingkungan belajar dan mereduksi secara simultan prokrastinasi akademiknya. Demikian ini, pelajar yang memiliki kontrol diri dan harga diri tinggi efektif dalam meningkatkan ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas, hadir di sekolah dan mereduksi kelambanan, menunda-nunda tugas maupun belajar.

Menurut Goldfried & Marbaum (dalam Lazarus, 1976) kontrol Diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri pada satu individu

(8)

dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memilikki kontrol diri yang rendah. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu mengubah kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku utama yang membawa pada konsekuensi positif. Sebagai seorang pelajar, yang bertugas untuk belajar, bila mempunyai kontrol diri yang tinggi, mereka akan mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi, mempertimbangkan konsekuensinya sehingga mampu memilih tindakan dan melakukannya dengan meminimalkan akibat yang tidak diinginkan. Mereka mampu mengatur stimulus sehingga dapat menyesuaikan perilakunya kepada hal-hal yang lebih menunjang belajarnya.

Individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya, sehingga pelajar yang dengan kontrol diri yang rendah akan berprilaku, lebih bertindak kepada hal-hal yang lebih menyenangkan dirinya misalnya dengan lebih banyak menonton televisi, bemain video game dan lain-lainnya, bahkan akan menunda-nunda tugas yang seharusnyalah ia kerjakan terlebih dahulu. Dengan kontrol diri yang rendah, mereka tidak mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka tidak mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi, tidak mampu mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga tidak mampu memilih tindakan yang tepat.

(9)

Secara umum orang yang mempunyai kontrol diri yang tinggi akan menggunakan waktu yang sesuai dan mengarah pada perilaku yang lebih utama, yang bila ia pelajar adalah belajar, sedangkan orang yang mempunyai kontrol diri rendah tidak mampu mengatur dan mengarahkan perilakunya, sehingga akan lebih mementingkan sesuatu yang lebih menyenangkan, dan diasumsikan banyak menunda-nunda.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin rendah kontrol diri semakin tinggi prokrastinasi akademik pada remaja, begitu pula sebaliknya, semakin tinggi kontrol diri remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja terbukti.

Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, maka sangatlah penting untuk sungguh-sungguh mempertimbangkan faktor kontrol diri sebagai suatu faktor yang memiliki keterkaitan dengan prokrastinasi akademik. Naik atau turunnya variabel kontrol diri juga diikuti naik turunnya variabel prokrastinasi akademik.

Sebagaimana faktor psikologis lainnya kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor yang memepengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor internal (dari diri individu), dan faktor eksternal (lingkungan individu). Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang maka, semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu ( Newman dalam Verawati, 2001). Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga (Hurlock, 1973). Lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana

(10)

kemampuan mengontrol diri seseorang. Hasil penelitian Nasichah (2000) menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orangtua yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Demikian ini maka, bila orangtua menerapkan disiplin kepada anaknya sikap disiplin secara intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri yang tinggi baginya.

2. Hubungan antara Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orangtua Dengan Prokrastinasi Akademik

Ada tiga tehnik penerapan disiplin orangtua terhadap remaja, yaitu penerapan disiplin secara otoriter, penerapan disiplin secara demokratis dan penerapan disiplin secara permisif. Disiplin otoriter dan permisif merupakan tehnik disiplin yang satu dengan yang lainnya berlawanan. Dan ini telah terbukti kebenarannya dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan antara disiplin otoriter dengan disiplin permisif. Di samping itu juga diperoleh hasil adanya hubungan yang negatif persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua. Dalam pembahasan landasan teori, hal ini juga telah tampak bahwa disiplin demokratis orangtua dengan disiplin permisif orangtua mempunyai arah yang berbeda pula. Dalam penelitian ini juga terbukti kebenarannya antara penerapan disiplin demokratis dengan penerapan disiplin otoriter tidak ada

(11)

hubungan yang signifikan, namun keduanya mempunyai arah yang negatif pada perilaku prokrastinasi akademik.

Penerapan disiplin otoriter, demokratis maupun permisif tidak dapat dihilangkan sama sekali dari diri seseorang. Memang ketiga penerapan disiplin orangtua ada pada diri sesorang, masalahnya ialah bagaimana proporsi satu dengan yang lainnya. Karena itu tidak mungkin untuk menghapus sama sekali tehnik disiplin lainnya. Di samping itu banyak faktor orangtua dalam menerapkan tehnik penerapan disiplin tertentu sebagaimana Hurlock (1973) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi cara mendisiplin adalah kesamaan dengan disiplin yang digunakan orangtua, penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok, usia orangtua atau guru, pendidikan untuk menjadi orangtua atau guru, jenis kelamin, status sosioekonomi, konsep mengenai peran orang dewasa, jenis kelamin anak, usia anak dan situasi.

Di bawah ini akan memperjelas metode disiplin tertentu, hubungannya dengan prokrastinasi akademik.

a. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter

orangtua semakin rendah prokrastinasi akademiknya.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan adanya hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik pada remaja Madrasah Aliyah (MA) adalah terbukti. Hubungan negatif antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa hubungannya berjalan berlawanan arah, artinya

(12)

kenaikan skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua yang diperoleh subjek diikuti dengan penurunan skor prokrastinasi akademik. Kekuatan hubungan antara kedua variabel ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar –.251, p= .002 dan R2= .063, artinya sumbangan efektif yang diberikan oleh persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua terhadap prokrastinasi akademik adalah sebesar 6,3%.

Fenomena tersebut bisa terjadi karena dalam bentuk paling keras, walaupun penerapan disiplin otoriter ini lebih merusak anak pada waktu-waktu tertentu selama pola perkembangan dibandingkan dengan saat yang lain, disiplin ini selalu meninggalkan bekas pada perilaku atau kepribadian anak. Metode ini dalam bentuk keras dan kaku akan membuat anak akan mencapai tujuan mereka, dapat membuat anak mematuhi standar mereka dan menjadi anak yang “baik”.

Sebagaimana Hurlock (1973) berpendapat bahwa walaupun disiplin yang sangat otoriter berpengaruh buruk pada perilaku anak, ada bukti-bukti bahwa, dalam bentuk yang kurang keras, disiplin otoriter menunjang sosialisasi anak. Ini dapat terjadi karena anak yang dikendalikan oleh orangtua dengan keras, belajar bersikap dengan cara yang disetujui sosial. Akibatnya mereka lebih diterima teman sebayanya dan orang dewasa daripada anak yang dibiarkan berbuat sesuka hati.

Dengan anak dikendalikan oleh orangtua, anak akan lebih mengetahui dengan pasti apa yang seharusnya di lakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukannya, sehingga pada perilaku prokrastinasi akademik, di mana

(13)

perilaku ini lebih tidak mencerminkan pada disiplin waktu dan tidak ada pengakuan dari masyarakat bahwa perilaku prokrastinasi akademik ini baik, remaja akan lebih tidak melakukannya.

b. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis

orangtua semakin rendah prokrastinasi akademiknya.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan adanya hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada remaja Madrasah Aliyah (MA) adalah terbukti. Hubungan negatif antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa hubungannya berjalan berlawanan arah, artinya kenaikan skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua yang diperoleh subjek diikuti dengan penurunan skor prokrastinasi akademik.

Kekuatan hubungan antara kedua variabel ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar -.172; p= .024 sedangkan koefisien determinan R2 sebesar .030 artinya sumbangan efektif yang diberikan oleh persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua terhadap prokrastinasi akademik adalah sebesar 3,0%.

Menurut Hurlock (1973) penerapan disiplin demokratis akan menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, dan menghasilkan kemandirian dalam berpikir, inisiatif dalam tindakan dan konsep diri yang sehat, positif, dan penuh rasa percya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan.

(14)

Ciri yang paling nampak pada penerapan disiplin demokratis adalah di berikannya remaja kebebasan lebih besar di rumah, yang tercermin dalam kerja sama yang baik, ketekunan yang lebih besar dalam menghadapi hambatan, pengendalian diri yang baik, kreativitas yang lebih besar dan sikap ramah terhadap orang lain.

Demikian pula, pada penelitian ini subjek yang digunakan sedang pada masa remaja, yang sebagaimana diketahui pada masa tersebut terjadi perkembangan identitas sehingga mereka ingin diakui identitasnya, mereka ingin diakaui keberadaannya. Remaja akan merasa bahwa eksistensinya diakui jika remaja mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar. Bahwa remaja menyesuaikan dengan standar sosial yang ada. Dengan adanya penerimaan atas keinginan, ide-ide, pemikiran dan pendapat-pendapat mereka. Pada remaja di mana orangtua menunjukkan disiplin demokratis akan membuat remaja merasa diterima eksistensinya. Perasaan tanggungjawabpun muncul pada diri remaja, mereka menjadi percaya diri, mampu melakukan sesuatu sesuai dengan dirinya dan standar social di sekitarnya, sehingga ketika remaja dihadapkan pada tugas-tugas sekolahnya remaja tersebut akan mengerjakan tugas tersebut dengan penuh tanggungjawab dan rasa percaya diri yang tinggi, sehingga kecenderungan remaja untuk melakukan prokrastinasi akademik rendah.

(15)

c. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif

orangtua semakin tinggi prokrastinasi akademiknya.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis kedua (c) menyatakan adanya hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik pada remaja Madrasah Aliyah (MA) adalah terbukti. Hubungan positif antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa hubungannya berjalan beriringan, artinya kenaikan skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua yang diperoleh subjek diikuti pula dengan kenaikan skor prokrastinasi akademik.

Kekuatan hubungan antara kedua variabel ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar .198, p= .011 sedangkan koefisien determinan R2 = .039, artinya sumbangan efektif yang diberikan oleh persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua terhadap prokrastinasi akademik adalah sebesar 3,9%.

Fenomena tersebut dapat terjadi karena pada remaja tidak pernah mendapat tuntutan, kontrol maupun perhatian dari orangtua yang menunjukkan penerapan disiplin permisif yang tinggi, akan menjadi remaja yang merasa tak berharga, tidak diperhatikan dan tidak memiliki kemampuan memadai perasaan-perasaan pada remaja yang diakibatkan penerapan disiplin permisif tersebut, menyebabkan remaja merasa dirinya berbuat sesuka hatinya ketika dihadapkan pada berbagai tugas dari sekolahnya. Remaja menjadi “cuek” , sehingga mereka menunda-nunda dalam mengerjakan tugas sekolah.

(16)

Remaja yang mendapatkan penerapan disiplin secara permisif akan cenderung menjadi bingung dan merasa tidak aman. Pengalaman yang terbatas dan ketidakmatangan mental menghambat mereka mengambil keputusan-keputusan tentang perilaku yang memenuhi harapan sosial. Mereka tidak mengetahui apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Akibatnya, mereka mungkin menjadi ketakutan, cemas dan agresif.

Prokrastinasi akademik pada remaja dengan penerapan disiplin permisif orangtua tersebut bisa terjadi karena rendahnya tanggung jawab yang dimiliki mereka, yang diakibatkan orangtua yang membebaskan mereka dan tidak pernah menuntut mereka, sehingga tanggung jawab remaja untuk mengerjakan tugaspun sangat rendah. Mereka tidak mengikuti standar sosial. Akibatnya, ketika dihadapkan pada tugas-tugas sekolah, tangungjawab mereka juga rendah, seperti yang tercermin dalam perilaku prokrastinasi akademiknya.

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah disajikan pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan negatif sangat signifikan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan koefisien korelasi sebesar –.452 dan P = .000, sedangkan koefisien determinan R2 = .205 berarti sumbangan efektif 20,5 %. Berdasarkan hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan adanya hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik terbukti kebenarannya. Semakin tinggi skor kontrol diri yang diperoleh remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja.

2. Ada hubungan negatif sangat signifikan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan koefisien korelasi sebesar –.251 dan P = .002, sedangkan koefisien determinan R2 = .063 berarti sumbangan efektif 6,3%. Berdasarkan hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis, yang menyatakan adanya hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik terbukti kebenarannya. Semakin tinggi skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua yang diperoleh remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja.

(18)

3. Ada hubungan negatif signifikan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan koefisien korelasi sebesar –.172 dan p = .024, sedangkan koefisien determinan R2 = .030 berarti sumbangan efektif 3,0 %. Berdasarkan hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis, yang menyatakan adanya hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik terbukti kebenarannya. Semakin tinggi skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua yang diperoleh remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja.

4. Ada hubungan positif signifikan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan koefisien korelasi sebesar .198 dan P = .011, sedangkan koefisien determinan R2 = .039 berarti sumbangan efektif 3,9 %. Berdasarkan hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis, yang menyatakan adanya hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik terbukti kebenarannya. Semakin tinggi skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua yang diperoleh remaja semakin tinggi pula prokrastinasi akademik remaja.

(19)

B. SARAN-SARAN

Setelah melihat hasil penelitian ini, maka saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Saran kepada pelajar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang kontrol dirinya relatif tinggi, kecenderungan berperilaku prokrastinasi relatif rendah. Adanya informasi yang berharga ini, maka diharapkan menjadi kesadaran remaja atau siswa untuk lebih meningkatkan kecakapan kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian, kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian, kemampuan mengambil keputusan sebagai aspek kontrol diri. Kemampuan yang memadai tersebut dapat meningkatkan kontrol diri yang tinggi.

2. Saran kepada Orangtua.

Kepada pihak orangtua diharapkan untuk memperhatikan bagaimanakah tehnik penerapan disiplin yang sesuai, baik dan dapat menjadikan perilaku prokrastinasi para remaja rendah. Adapun hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, di mana orangtua dapat menerapkan disiplin dengan otoriter dengan batas-batas tertentu atau disiplin demokratis.

3. Kepada pihak Masyarakat.

Kepada pihak masyarakat luas untuk perlu memperhatikan lingkungan atau kondisi yang melatarbelakangi munculnya prokrastinasi akademik (dalam hal ini kontrol diri yang rendah dan penerapan disiplin permisif orangtua) dengan membentuk mentalitas dan kepribadian yang memiliki kontrol diri

(20)

yang tinggi serta disiplin yang tinggi sejak dini. Hal ini patut menjadi bahan pertimbangan bagi para praktisi yang banyak berkecimpung dengan permasalahan prokrastinasi akademik dalam pembuatan kebijakan serta pengambilan keputusan yang tidak merugikan semua pihak.

4. Para peneliti

Kepada para peneliti berikutnya yang akan mengungkap masalah prokrastinasi hendaknya menggunakan metode penelitian eksperimen dan observasi guna memperoleh bukti mengenai hubungan kausalitas (sebab-akibat) dari komponen kognitif maupun lingkungan terhadap prokrastinasi akademik.

Hal lain yang perlu dilakukan adalah pengembangan dan pengujian kembali skala prokrastinasi akademik agar lebih sesuai dengan jenis tugas-tugas akademik yang sesuai dengan kultur bangsa Indonesia. Karena penelitian ini hanya dilakukan di sebuah institusi pendidikan keagamaan, yaitu Madrasah Aliyah yang berada di kota Jogjakarta, maka masih banyak ketidaksempurnaan untuk dipergunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun tempat/daerah yang berbeda, yang mempunyai perbedaan dari segi kurikulum atau kultur keluarga dalam mendidik dan menerapkan disiplin. Perbaikan pada skala ukur yang dipergunakan dalam penelitian, membantu memperoleh data yang handal, sehingga dapat menguji kesahihan dan kehandalan angket serta mempertajam pemahaman mengenai permasalahan prokrastinasi.

Peneliti hendaknya lebih memperhatikan factor-faktor psikologis lain yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik, misalnya self regulasi,

(21)

kepercayaan diri (sef confidence), tipe kepribadian A dan B, tingkat kecemasan introvert-ekstrovert dan lainnya. Sebaiknya memasukkan factor-faktor eksternal yang membentuk situasi kondusif sehingga memunculkan dan meningkatkan frekuensi prokrastinasi misalnya gaya kepemimpinan, tingkat pendidikan tertentu maupun lokasi/daerah tempat pendidikan tertentu, selain itu juga dengan meneliti komponen-komponen afektif dan konatif sebagai predictor yang akan melengkapi hasil penelitian ini dengan menggunakan komponen kognitif ini. Komponen afektif-dan konatif lain yang di sarankan antara lain: kecemasan, takut gagal, takut berhasil, tidak asertif ketergantungan. Penelitian dapat diperluas dengan mengungkap masing-masing factor alasan prokrastinasi satu-persatu. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dibandingkan dengan karakteristik masing-masing jenis tugas akademik untuk menentukan permasalahan yang lebih spesifik dari masing-masing tugas akademik tersebut sehingga dapat dikenali jenis tugas mana yang memberikan sumbangan besar atas prokrastinasi akademik.

Penelitian yang disarankan hendaknya merefleksikan penelitian ini pada populasi atau subjek penelitian karakteristik yang beragam, misalnya pada siswa pada SMP/MTS, pada pondok pesantren dan institusi lainnya. Penelitian ini akan menambah khasanah ilmiah apabila dilakukan pada subjek non siswa, seperti para guru, pegawai negeri dan karyawan. Dengan beraneka ragamnya subjek penelitian dan vareatifnya jenis tugas akan semakin memperjelas permasalahan prokrastinasi.

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data

Untuk memperkuat analisis tersebut, maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji regresi linear sederhana untuk membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif dan

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode analisis regresi didapatkan pengaruh penambahan limbah bubutan baja optimum pada pengujian kuat tarik tidak langsung