• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA - Repository utu"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI

BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN

BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

SRI WAHYUNI 09C10432017

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(2)

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI

BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN

BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

SRI WAHYUNI 09C10432017

dddd

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar Di Balai Benih Ikan Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Nama : Sri Wahyuni

NIM : 09C10432017

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Erlita, S.Pi

Anggota

Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si

Diketahui,

Ketua Program Studi Perikanan

M

uhammad Rizal, S.Pi,. M.Si

NIDN : 0111018301

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Uswatun Hasanah, S.Si,. M.Si

NIDN : 0121057802

Tanggal Seminar : 12 Januari 2013 Tanggal Sidang : 16 Febuari 2013

(4)

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN BEUTONG

KABUPATEN NAGAN RAYA

Yang disusun oleh :

Nama : Sri Wahyuni Nim : 09C10432017

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi : Perikanan

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 16 Febuari 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Erlita, S.Pi

(Penguji I) (………)

2. Afrizal Hendri, S.Pi, M.Si

(Penguji II) (………)

3. Yuli Erina, S.Si, M.Si

(Penguji III) (………)

4. Ahmad Astori, S.Pi

( Penguji IV) (………)

PERNYATAAN MENGENAI

SKRIPSI

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Uswatun Hasanah, S.Si,. M.Si

(5)

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Identikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar di Balai Benih Ikan Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dicantumkan dalam daftar putaka dibagian akhir skripsi ini.

Alue Peunyareng, Febuari 2013

Penulis

(6)

Penulis dilahirkan di Lhok Pange Kabupaten Nagan Raya, pada tanggal 6 Mei 1991. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga orang bersaudara. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di MIN Keude Neulop, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di sekolah SMP Negeri 1 SEUNAGAN dan lulus pada tahun 2006.

Selanjutnya penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2009 di SMA Negeri 1 SEUNAGAN Kabupaten Nagan Raya. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas penulis mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Teuku Umar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta lulus sebagai mahasiswa Universitas Teuku Umar Angkatan 2009.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Asisten Praktikum beberapa mata kuliah, Adapun mata kuliahnya yaitu, Kimia Dasar, Biologi Umum, Pengantar Biokimia, Ichtiologi, Avertebrata, Biologi Perikanan,dan Fisiologi. Dan juga selama mengikuti perkuliahan penulis pernah mengikuti Pelatihan Dan Kompetisi Olimpiade Sains Bidang Matematika Bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Di Lingkungan Kopertis Wilayah - I Medan pada tahun 2012 dan sering mengikuti kegiatan-kegiatan dikampus baik berupa kegiatan PKM, seminar maupun yang lainnya.

Sebagai penambah wawasan pendidikan perikanan penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan pada tahun 2012 di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Aceh Banda Aceh dengan judul “Identikasi Parasit Pada Media Pembawa yang Dilalulintaskan di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Aceh”. Untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar penulis menulis tugas akhir/Skripsi yang berjudul ” Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar Di Balai Benih Ikan Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya”.

(7)

Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt karena dengan Kudrah dan Iradah-Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan Skipsi ini yang berjudul “Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar di Balai Benih Ikan Babah Krueng Kecamatan Beutong di Kabupaten Nagan Raya”. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepangkuan Alam Nabi Besar Muhammad Saw yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan. Skripsi ini tidak akan terwujud jika tanpa izin daripada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kapada penulis, dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Maka dengan terselesainya Skripsi ini sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

2. Bapak Muhammad Rizal,S.Pi.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

3. Ibu Erlita,S.Pi selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan arahan sehingga terlaksana dan selesainya Skripsi ini.

4. Bapak Afrizal Hendri, S.Pi.,M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan meluangkan waktu,tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan arahan sehingga Skripsi ini terselesaikan.

5. Ibu Yuli Erina, S.Si, M.Si, selaku penguji I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran untuk kesempurnaan Skripsi ini.

6. Bapak Ahmad Astori, S.Pi selaku peguji II yang telah memberikan saran – saran dan arahan sehingga skripsi ini dapat berguna untuk pembaca. 7. Bapak Abdul Latif selaku kepala BBI Babah Kueng beserta staf yang telah

memberikan izin dan membantu pelaksanaan penelitian ini.

8. Ayahanda Nurdin, Ibunda Sawami, kakakku Nika Wati serta adikku Silfiana, yang telah memberikan kasih sayang, harapan, motivasi, pengorbanan beserta dengan do’a.

9. Teman – teman yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi dan kebersamaan yang luar biasa sehingga Skripsi ini terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Skripsi ini masih banyak kekurangan baik itu di segi isi maupun penulisannya. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan Skripsi ini, karena sesungguhnya Kesempurnaan itu hanya datang dari Allah SWT. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Meulaboh, Januari 2013

Penulis

(8)

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN BEUTONG

KABUPATEN NAGAN RAYA

Sri Wahyuni1), Erlita2), Afrizal Hendri2)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasit pada ikan air tawar yang terdapat di Balai Benih Ikan Babah Krueng kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012. Metode survey yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil sampel ikan secara acak sebanyak 5 ekor pada setiap jenis ikan. Analisis data secara deskriptif dan menghitung prevalensi dan intensitas pada masing – masing ikan yang terserang parasit. Dari hasil penelitian didapatkan dua jenis parasit pada ikan Tawes (Puntius javanicus) yaitu Dactylogyrus sp dan Gyrodactylus sp. Prevalensi

Dactylogyrus sp adalah 20% dan Gyrodactylus sp 20%. Intensitas dactylogyrus sp berjumlah 2 ind per ikan dan Gyrodactylus sp berjumlah 3 ind per ikan.

Kata kunci : Parasit, Ikan air tawar, Prevalensi, Intensitas, Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp

1)Mahasiswa Program Study perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar 2) Dosen Program Study Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar

(9)

IDENTIFICATION OF PARASITIES ON FRESHWATER FISHES AT BABAH KRUENG HATCHERY KECAMATAN BEUTONG

KABUPATEN NAGAN RAYA

Sri Wahyuni1), Erlita2), Afrizal Hendri2)

This research aims to know the types of parasities in freshwater fish found in the Babah Krueng Hatchery Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. This research was carried out in November 2012. The survey methods used in this study with a random fish sampled as much as 5 tails on each type of fish. Descriptive data analysis and calculating prevalence and intensity at each fish afflicted by parasites. The research results obtained from two different types of parasites on fish tawes (Puntius javanicus) i.e. Dactylogyrus sp and Gyrodactylus sp. prevalence of Dactylogyrus sp is 20% and 20% of the Gyrodactylus sp. The intensity of Dactylogyrus sp are 2 individu per fish and Gyrodactylus sp 3 individu per fish .

Keywords: Parasities, Freshwater Fishes, Prevalence, Intensity, Dactylogyrus sp,

Gyrodactylus sp.

1)Student Fisheries Program, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Teuku Umar 2)Lecturer Fisheries Program, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Teuku Umar

(10)

Sri Wahyuni. 09C1O432017. IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA. Dibawah bimbingan Ibu Erlita, S.Pi, dan Bapak Afrizal Hendri, S.Pi.,M.Si.

Balai benih ikan (BBI) pada dasarnya adalah sentral kegiatan budidaya khususnya pembenihan, tentunya diharapkan dapat memproduksi benih yang sehat (bebas dari penyakit) dan berkualitas. Diketahuinya benih atau indukan yang terinfeksi penyakit diharapkan deteksi dini terhadap ikan-ikan yang di kembangkan di BBI tersebut. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar dan sebagai informasi (data dasar) dalam upaya melihat kondisi ikan budidaya di BBI Babah Krueng.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Tanggal 12 sampai dengan 17 November 2012, bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Survey untuk mendeteksi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak pada setiap jenis ikan yang ada di BBI Babah Krueng. Jumlah ikan yang diambil dari masing-masing jenis ikan adalah 5 ekor dan untuk induk ikan di ambil 2 ekor pada setiap jenisnya. Sampel ikan selanjutnya di isolasi dan di identifikasi jenis parasitnya.

Metode penelitian meliputi penyediaan ikan sampel, Nekropsi sampel, pemeriksaan parasit (ektoparasit dan endoparsit), identifikasi parasit, menghitung tingkat infeksi (prevalensi) dan intensitas. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dalam bentuk identifikasi dilakukan dengan cara mencocokkan hasil yang diperoleh dengan gambar dan data yang ada pada Literatur/Buku Panduan Identifikasi.

(11)

Prevalensi parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan Tawes

(12)

DAFTAR ISI

2.5. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit... 12

III. METODOLOGI PENELITIAN

4.2.1. Dactylogyrus sp... 19

4.2.2. Gyrodactylus sp... 22

(13)

4.2.4. Intensitas Parasit... 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 27 5.2. Saran... 27

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.Jenis-jenis parasit yang dideteksi dengan mata telanjang... 8

2.Jenis-jenis parasit yang diamati secara mikroskopis... 8

3.Alat yang digunakan dalam identifikasi parasit... 13

4.Bahan-bahan yang digunakan dalam identifikasi parasit... 13

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan yang terserang dactylogyrus sp... 19

2. Anatomi Dactylogyrus sp... 20

3. Dactylogyrus sp yang menginfeksi ikan tawes... 21

4. Ikan yang terserang Gyrodactylus sp... 22

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian... 30 2. Dokumentasi Penelitian... 31 3. Prevalensi dan intensitas parasit Dactylogyrus sp

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Budidaya ikan memiliki potensi dan prospek pengembangan yang begitu

terbuka. Namun bukanlah jaminan bahwa budidaya ikan akan berjalan mulus,

tanpa permasalahan. Masalah yang paling sering dianggap menjadi penghambat

budidaya ikan terbesar adalah munculnya serangan penyakit yang dapat

menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap ikan seperti kekerdilan pada

tubuh ikan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian, sehingga menimbulkan

kerugian ekonomis dan juga dapat menggagalkan hasil panen.

Salah satu ancaman yang dapat merusak kelestarian sumber daya hayati

perikanan tersebut adalah serangan hama dan penyakit ikan. Kerusakan tersebut

sangat merugikan bangsa dan negara karena akan menurunkan hasil produksi

budidaya ikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan dapat pula

mengakibatkan musnahnya jenis – jenis ikan yang bernilai ekonomis dan ilmiah

tinggi.

Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh

berbagai sebab yang dapat mematikan ikan, pada ikan penyakit disebabkan oleh

organisme pathogen berupa parasit (virus, bakteri, cacing, dll). Banyak petani ikan

sering terkecoh dalam mendeteksi serangan penyakit yang disebabkan oleh

organisme parasit, karena beberapa parasit dapat memperlihatkan gejala penyakit

(18)

Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai

antara hospes, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit. Interaksi

yang tidak serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makan

menurun, yang selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak

bekerja secara optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk

(Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Widyastuti et al (2002), menyebutkan penyakit pada ikan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu ektoparsit dan endoparasit. Keduanya bersifat merugikan bagi

pertumbuhan/perkembangan ikan. serangan penyakit dapat dideteksi dari suatu

jenis parasit yang menyerang ikan, maka perlu adanya identifikasi parasitenis

parasit tersebut. Sehingga dapat diketahui cara penanggulangan yang tepat

terhadap serangan spesies dari suatu jenis parasit tersebut. Secara fisik, efek

negatif yang ditimbulkan dari serangan parasit lebih jelas terlihat pada serangan

ektoparasit, sehingga penanganannya relatif lebih mudah.

Berdasarkan hal di atas, peneliti ingin mengetahui tentang organisme

parasit yang ada pada BBI Babah Krueng, seperti jenis parasit, sebagai informasi

mengenai ekologi parasit dan inangnya di perairan tersebut. selanjutnya berguna

bagi kepentingan budidaya sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan

terhadap serangan parasit agar produksi budidaya ikan dapat terjaga dan terus

meningkat.

1.2. Rumusan Masalah

Balai benih ikan (BBI) Babah Krueng sebagai UPTD yang diharapkan

mampu memberikan pelayanan (produksi ikan air tawar, media informasi,

(19)

produk BBI tersebut, salah satunya adalah benih ikan. Antisipasi kerugian akibat

serangan penyakit baik terhadap benih maupun indukan sangat perlu dilakukan,

karena itu perlu dilakukan identifikasi jenis parasit yang menyerang ikan. Hal ini

menjadi penting karena jika tidak dilakukan identifikasi sejak awal maka

dikhawatirkan benih sudah membawa bibit penyakit yang dapat berdampak

negatif pada fase pembesaran atau kualitas benih yang dijual.

Balai benih ikan (BBI) pada dasarnya adalah sentral kegiatan budidaya

khususnya pembenihan, tentunya diharapkan dapat memproduksi benih yang

sehat (bebas dari penyakit) dan berkualitas. Diketahuinya benih atau indukan yang

terinfeksi penyakit diharapkan deteksi dini terhadap ikan-ikan yang di

kembangkan di BBI tersebut. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk

mengidentifikasi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar dan sebagai

informasi (data dasar) dalam upaya melihat kondisi ikan budidaya di BBI Babah

Krueng.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang

menyerang ikan air tawar yang terdapat di BBI Babah Krueng Kecamatan

Beutong Kabupaten Nagan Raya.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penulis mengetahui jenis parasit yang menyerang pada ikan air tawar.

2. Penulis mengetahui tingkat prevalensi dan intensitas parasit.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Identifikasi Parasitologi

Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada suatu golongan benda atau

komponen tertentu. Identifikasi memiliki tugas untuk membedakan

komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan

kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu dikenal dan

diketahui masuk dalam golongan mana (Nawawi,1996).

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang

semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini

terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi:

protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun

anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup

masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang

ditimbulkannya (Bowman, 1999).

Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu

hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator

adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang

dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang

dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya.

(21)

menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial

dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan (Aryani et al, 2005).

2.2. Penyakit

Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan

pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan

dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang

kurang menunjang kehidupan ikan. Dengan demikian, timbulnya serangan

penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan,

kondisi lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah

menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri yang

dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit (Lukistyowati

dan Morina, 2005).

Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan bekembang

didalam tubuh ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu, akan terganggu pula

seluruh jaringan tubuh ikan (Gusrina, 2008).

Hal lain yang sering menyebabkan terjadinya penyakit yang disebabkan

oleh organisme parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat

terluka karena gesekan dengan benda keras, jika terlambat mengobatinya maka

tubuh ikan dapat mengalami infeksi skunder karena serangan organisme parasit.

Infeksi skunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti telah

menimbulkan banyak kematian pada ikan (Dailami, 2001).

(22)

Parasit adalah suatu organisme lebih kecil yang hidup dan menempel pada

tubuh organisme yang lebih besar yang disebut host. Keberadaan parasit dalam

tubuh host dapat bersifat sebagai parasit sepenuhnya dan tidak sepenuhnya

sebagai parasit. Hal tersebut tergantung dari jumlah, jenis, tingkat kesakitan yang

dapat ditimbulkan oleh parasit serta ketahanan tubuh dan nutrisi dalam tubuh host.

Hubungan host dan parasit dapat bersifat simbiosis, mutualisme, parasitis, dan

parasitosis (Bowmans, 1999).

Menurut Ghuffran dan Kordi (2004), timbulnya suatu penyakit bukan hanya

disebabkan oleh faktor tunggal saja, melainkan merupakan hasil interaksi yang

sangat komplek antara ikan budidaya, lingkungan budidaya, serta organisme

penyebab penyakit (parasit). Parasit merupakan organisme yang dapat

menyesuaikan diri dan merugikan organisme yang ditempatinya. Timbulnya

penyakit pada ikan sangat di pengaruhi oleh kondisi tubuh itu sendiri dan cara

penyerangan parasit tersebut. Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup

pada tubuh ikan yang mendapat perlindungan dan memperoleah makanan dari

induk semangnya (ikan) untuk kelangsungan hidupnya.

Menurut Lukistyowati (2005), bahwa organisme parasit dapat

dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu pathogen asli (true pathogen) dan

pathogen potensial (opportunistic pathogen). Pathogen asli adalah organisme

parasit yang selalu menimbulkan penyakit khas apabila ada kontak dengan ikan.

Pathogen potensial adalah organisme parasit dalam keadaan normal hidup dengan

ikan, akan tetapi jika kondisi lingkungan menunjang akan segera menjadi

(23)

Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga

sebagai perantara bagi patogen. Parasit biasanya lebih banyak menyerang

ikan-ikan yang dibudidayakan daripada ikan-ikan-ikan-ikan yang hidup secara liar di perairan

bebas. Hal ini disebabkan karenan kepadatan ikan-ikan yang di budidayakan lebih

tinggi daripada kepadatan ikan yang hidup secara bebas. Biasanya parasit

mempunyai spesifitas inang (spesific host), yaitu hanya dapat menyerang satu atau

beberapa spesies saja (Aryani et al, 2005).

Serangan organisme parasit terhadap ikan peliharaan dapat disebabkan

karena organisme parasit sudah ada di kolam tersebut atau secara tidak sengaja

telah didatangkan dari daerah lain. Dalam kondisi kolam yang baik, organisme

parasit yang ada di kolam maupun di tubuh ikan tidak mampu menyebabkan

timbulnya penyakit. Akan tetapi jika kondisi lingkungan menjadi buruk, daya

tahan ikan cenderung menurun dan perkembangan organisme penyakit seringkali

menjadi lebih baik. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila pada kolam

yang kurang terawat sering terjadi wabah penyakit, sebab pada kolam semacam

ini kondisi tubuh ikan menjadi lemah sehingga tidak akan mampu menahan

serangan organisme parasit (Lukistyowati dan Morina,2005).

Parasit-parasit yang dapat mendatangkan kerugian kepada induk semangnya

biasanya dengan beberapa cara antara lain menghisap darah, cairan limfe,

memakan jaringan padat secara langsung, menyebabkan penyumbatan secara

mekanis pada usus, saluran empedu, pembuluh darah, menghancurkan sel-sel

tubuh dengan berlangsungnya pertumbuhan didalamnya, memproduksi substansi

beracun seperti hemolisin, merangsang pertumbuhan kanker dan juga menurunkan

(24)

Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah

yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain.

Sebab parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder. Kolam yang

tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme penyebab infeksi

penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar. Yang

jelas, selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat

perhatian, parasit dalam kolam maupun yang dari luar tidak akan mampu

menimbulkan infeksi (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Kematian karena parasit biasanya berjalan lambat dan bertahap. Gejala

biasanya dapat dilihat dengan mata, oleh karena itu infestasi yang disebabkan oleh

parasit dapat langsung diketahui di lapangan. Parasit-parasit yang hidup dapat

menyebabkan efek yang berbeda terhadap inang yang berbeda. Parasit dapat

dijumpai pada tempat atau bagian tubuh tertentu dari inang. Parasit yang hidup

pada bagian permukaan tubuh ikan (kulit, sirip, insang) disebut ektoparasit

sedangkan parasit yang hidup pada tubuh internal ikan dan otot daging disebut

endoparasit (Lukistyowati, 2005).

Menurut Widyastuti et al (2002), pada umumnya tiap jenis parasit

mempunyai inang tertentu (inang spesifik). Spesifik ini sangat jelas pada sejumlah

besar parasit ikan. Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan dalam dua

kelompok yaitu :

1. Ektoparasit

Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya ditubuh ikan bagian luar seperti pada

kulit, sirip, sisik, anus, mata, operculum dan insang. Ektoparasit khususnya

(25)

daerah tropis. Ektoparasit yang sering menyerang atau menyebabkan kematian

pada ikan budidaya maupun ikan aquarium antara lain adalah: Ichthyophthirius

multifilis,Trichodina sp, Oodium sp, Gyrodactylus sp, Dactilogyrus sp dan

Lerneae.

2. Endoparasit

Endoparasit adalah parasit yang hidupnya di organ dalam tubuh ikan seperti:

saluran pencernaan, hati, otot dan darah. Endoparsit yang sering menyerang

ikan adalah : parasit dari phylum tremotoda (Sanguinicola Sp),dan phylum

Plathihelminthes (Lytocestus sp).

2.3. Jenis-Jenis Parasit

Menurut Yuasa et al (2003), terdapat beberapa jenis parasit ikan air tawar di

Indonesia. Jenis-jenis parasit tersebut ada yang dapat di amati dengan mata

telanjang maupun dengan menggunakan mikroskop.

Tabel 1. Jenis-jenis parasit yang dapat dideteksi dengan mata telanjang pada ikan

air tawar

(26)

rongga mulut.

Tabel 2. Jenis-jenis Parasit yang diamati secara Mikroskopis pada ikan air tawar

Spesies Morfologi Inang Tempat

pengait dan penghisap darah. Ikan yang terserang menjadi kurus dan kulit tidak

terlihat cerah lagi. Sirip ekor rontok dan tutup insang tidak dapat menutup

dengan sempurna. Ikan yang dijangkiti parasit ini akan menggosok-gosokan

(27)

dan selama hidupnya berada pada tubuh ikan. Parasit ini akan meninggalkan

tubuh ikan bila ikannya mati, kemudian larva yang baru menetas dari

Dactilogyrus sp. siap mencari ikan baru. Ikan yang menjadi inang yang baru

ditemukan adalah ikan yang telah terjangkiti oleh parasit lain. Bila selama

sepuluh jam setelah lepas ke perairan belum menemukan ikan, parasit ini akan

mati.

2. Trichodina sp.

Trichodina sp. dapat menyebabkan penyakit gatal pada ikan. Bagian tubuh

yang diserang yaitu kulit, sirip, dan insang. Ikan yang telah terserang memiliki

bintik-bintik putih terutama pada kepala dan punggung. Nafsu makan ikan

turun sehingga ikan kurus dan pergerakannya lemah, produksi lendir

bertambah sehingga ikan tampak mengkilap dan sering pula ditemukan

pendarahan. Trichodina sp. termasuk parasit obligat yaitu selama hidupnya

berfungsi sebagai parasit dan tidak melepaskan diri dari inangnya (ikan).

Penularannya terjadi melalui kontak langsung antara ikan yang sehat dengan

ikan yang telah terjangkiti parasit.

3. Apiosoma sp.

Parasit ini hidup menempel (sessile), dan merupakan parasit fakultatif.

Memakan partikel-partikel kecil dari air. Reproduksi dengan konyugasi dan

pembelahan memanjang. Apiosoma sp biasanya menjangkiti ikan air tawar

misalnya ikan grasscarp. Parasit ini biasanya menjangkiti kulit, ingsang dan

sirip sehingga pernapasan dan pergerakan ikan terganggu.

(28)

Lernea sp. Merupakan udang renik yang memiliki bentuk bulat memanjang

seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang berbentuk seperti

jangkar, sehingga organisme ini disebut sebagai cacing jangkar (anchor worm),

organ ini berfungsi untuk menempel pada tubuh ikan. Lernea sp. dapat

menyebabkan penyakit Lerneasis. Penyakit ini biasanya menyerang pada saat

pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang penyakit ini mengalami luka

pada tubuhnya dan terlihat dengan jelas cacing jangkar yang menempel dengan

kuatnya dibagian badan, sirip, dan insang.

2.4. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Parasit

Menurut Munajat dan Budiana (2003), Pencegahan penyakit yang dapat

dilakukan peternak ikan antara lain, secara mekanik, kimia, atau biologis. Agar

hasil memuaskan, pemilihan teknik harus sesuai dengan kondisi lingkungan.

Penanggulangan untuk mencegah terjadinya serangan parasit dalam kolam atau

tambak dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan-bahan

kimia yang sering dijadikan obat antara lain yaitu formalin, Hidrogen peroksida,

antibiotik (prefuran), Bromex, Diptrex, dan lainnya.

Penanggulangan terhadap ikan yang terserang oleh parasit misalnya dari

jenis jamur, pengobatannya dapat dilakukan melalui perendaman dan obat oles.

Obat-obat yang sering digunakan adalah malachyt green, methylene blue, kalium

(29)

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 sampai dengan 17

November 2012, bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan

Beutong Kabupaten Nagan Raya.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3 : Alat yang gunakan dalam identifikasi parasit

No Nama Alat Kegunaan

1 Dissecting set Alat untuk membedah sampel 2 Microskop binokuler Untuk mengamati parasit 3 Objek glass (slide) Untuk meletakkan preparat 4 Nampan Tempat membedah sampel 5 Cover glass Menutup preparat

6 Pretridish Untuk meletakkan organ target 7 Camera Untuk dokumentasi

b. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 4 : Bahan-bahan yang digunakan dalam identifikasi parasit

No Nama Bahan Kegunaan

1 Masker Melindungi dari kontaminasi 2 Sarung tangan Untuk Pelindung Tangan 3 Alkohol Clearing

(30)

5 Tissue Untuk pembersih 6 Ikan air tawar Sebagai sampel

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Survey untuk

mendeteksi jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air tawar. Sampel penelitian

dipilih secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak

pada setiap jenis ikan yang ada di BBI Babah Krueng. Jumlah ikan yang diambil

dari masing-masing jenis ikan adalah 5 ekor dan untuk induk ikan di ambil 2 ekor

pada setiap jenisnya. Sampel ikan selanjutnya di isolasi dan diidentifikasi jenis

parasitnya.

Metode penelitian meliputi penyediaan ikan sampel, Nekropsi sampel,

pemeriksaan parasit (ektoparasit dan endoparsit), identifikasi parasit dan

menghitung tingkat infeksi (prevalensi) dan intensitasnya.

3.3.1. Penyediaan Ikan Sampel

Ikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis ikan air tawar

yang diambil dari BBI Babah Krueng sebanyak 5 ekor/jenis dan untuk induk ikan

di ambil 2 ekor/jenisnya.

3.3.2. Nekropsi Sampel

1. Pengamatan secara klinis abnormalitas Ikan (perubahan warna tubuh ,

banyak lendir).

2. Matikan ikan (menusuk pada bagian kepala ikan atau dengan

memotong pada bagian leher ikan).

3.3.3. Pemeriksaan Parasit

1. Tahapan pemerikasaan ektoparasit sebagai berikut :

(31)

 Buat preparat smear untuk masing-masing preparat dari kerikan

lendir, sirip, ekor dan insang.

 Amati dibawah miskroskop dengan pembesaran 10 x 40.

 Mencatat hasil pengamatan pada lembar pemeriksaan dan identifikasi

dilakukan dengan cara mencocokkan parasit yang ditemukan dengan

gambar yang ada di literatur.

2. Tahapan pemeriksaan endoparasit sebagai berikut :

 Menyiapkan wadah/nampan bedah dengan alat bedah (dissecting set)

 Membedah ikan hingga organ dalam terlihat jelas.amati perubahan

bentuk,warna dan gejala klinis lainnya.

 Masukkan organ dalam tersebut dalam petridish yang telah berisi

larutan fisiologis.

 Untuk bagian organ yang berongga terlebih dahulu deperiksa isi dan

permukaannya,organ padat di sobek/dibuka dalam air atau dipres di

antara objek glass dan cover glass.

 Untuk pemeriksaan otot daging yaitu dengan cara membuat sayatan

tipis kemudian diamati dibawah mikroskop.

 Untuk saluran pencernaan (usus) dibuka memanjang lalu diamati

dengan mikroskop. Untuk mengambil parasit didalam usus yaitu

dengan mengerik substrat dengan pinset. Identifikasi dilakukan

dengan cara mencocokkan parasit yang ditemukan dengan gambar dan

data yang ada di literatur.

Pengamatan secara mikroskopis, selain untuk mengetahui secara pasti jenis

(32)

intensitas parasit pada ikan. Cara menghitung prevalensi dan intensitas adalah

Hadiroseyani (1998) :

Jumlah ikan yang terserang

Prevalensi = --- x 100%

Jumlah ikan yang di periksa

Jumlah total Parasit A yang menginfeksi

Intensitas = --- Jumlah ikan yang terserang parasit A

3.4. Metode Pengambilan Data 3.4.1. Data primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama

yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti. Data primer ini berupa catatan hasil wawancara, hasil observasi ke

lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian dan

data-data mengenai informan.

1. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu,

dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan

gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan,

Dalam penelitian ini observasi dilakukan terhadap berbagai kegiatan

mengenai hal-hal yang berkaitan tentang parasit.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi

(33)

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama.

3.4.2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan

disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam

bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk mendukung

infomasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari observasi

langsung ke lapangan. Dalam penelitian ini data sekunder akan diperoleh dari

laporan-laporan pustaka yang menunjang dan literatur menurut buku identifikasi

parasit.

3.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif

dalam bentuk identifikasi dilakukan dengan cara mencocokkan hasil yang

diperoleh dengan gambar dan data yang ada pada Literatur/Buku Panduan

Identifikasi Parasit diantaranya:

1. Teknik Pemeriksaan Penyakit Ikan karangan Iesje Lukistyowati, 2005.

2. Penanggulangan hama dan penyakit ikan karanngan Ghuffran H. dan Kordi K, 2004.

(34)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian mengenai identifikasi

parasit pada ikan air tawar di Balai Benih Ikan Babah Krueng kecamatan Beutong

kabupaten Nagan Raya ditemukan dua jenis parasit. Jenis-jenis parasit yang

ditemukan pada penelitian ini adalah Dactiligyrus sp dan Gyrodactylus sp.

Data selengkapnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil identifikasi parasit pada ikan air tawar

Kolam Jenisikan Organtarget Jenis parasit Prevalensi(%) (ind/ekor)Intensitas

1,2 dan 12 Nila Insang - 0 0

3 dan 4 Tawes Insang Dactylogyrus sp 20 3

(35)

Sumber : Hasil pengamatan November 2012

4.2. Pembahasan 4.2.1. Dactylogyrus sp

Hasil pemeriksaan terhadap ikan sampel, teridentifkasi parasit ini pada ikan

Tawes (Puntius javanicus) yang berasal dari kolam 4 (lampiran 4). Ditemukan

pada bagian insang ikan tersebut karena parasit ini merupakan cacing insang atau

habitat hidupnya adalah di insang ikan dan siklus hidupnnya secara langsung yang

menyebabkan warna tubuh ikan menjadi pucat, warna insang berubah menjadi

kehitaman dan lendir meningkat.

Gambar 1. Ikan yang terserang Dactylogyrus sp

Dactylogyrus sp merupakan parasit dari golongan monogenea yang sering

dijumpai menginfeksi insang ikan. Pada infeksi ringan tidak terlalu

mempengaruhi inang, Selanjutnya parasit lebih cepat bereproduksi pada inang

yang lemah.

Menurut Kabata (1985), klasifikasi dactylogyrus sp yaitu : Phylum

Platyhelmithes, Class Trematoda Monogenia, Ordo Dactylogiridae, Famili

(36)

Morfologi cacing dactylogyrus sp adalah cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5

mm. Mempunyai dua pasang eye spots pada ujung anterior. Sucker terletak dekat

ujung anterior. Pada ujung posterior tubuh terdapat alat penempel yang terdiri dari

2 kait besar yang dikelilingi 16 kait lebih kecil disebut Opisthaptor. Mempunyai

testis dan ovary. Kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat

kecil. Dactylogyrus sp mempunyai ophisaptor (posterior sucker) dengan 1 – 2

pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior.

Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx.

Sifat Biologis Bersifat hermaprodit, sebagian besar telur terlepas dari insang dan

sebagian kecil tertanam pada insang, ukuran telur 50 um, bentuknya ovoid dan

berspina seperti duri mawar/ rosethorn like, sexual maturity 3 – 6 hari Larva dapat

hidup tanpa hospes selama 1 hari (Kabata,1985).

Sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus sp bersifat

ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larva yang berenang bebas

yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya

menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa

(37)

Gambar 2. Anatomi Dactilogyrus sp (Kabata, 1985)

Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini adalah penyakit

Dactylogiriasis. Ikan yang terinfeksi parasit ini dalam jumlah yang besar akan

mengalami kerusakan insang. Epitel lamela insang akan mengalami hyperplasia.

Produksi lendir (mucosa) menjadi berlebihan akibat infeksi parasit ini, sehingga

mengganggu proses respirasi ikan. Pembuluh darah pada lamela insang

mengalami telangiectasis. Insang akan berubah warna menjadi pucat. Selanjutnya

terjadi penurunan berat badan ikan, karena hilangnya nafsu makan ikan. Ikan yang

terinfeksi berat akan menunjukkan tingkah laku yang tidak normal dan

menyebabkan kematian.

(38)

(A) (B)

Gambar 3. Dactylogyrus sp yang menginfeksi ikan tawes (Puntius javanicus)

(A). Dactylogyrus sp yang menginfeksi insang pada saat penelitian

(B). Dactilogyrus sp (Kabata, 1945)

Penanggulangan penyakit Dactyligiriasis dilakukan dengan pemberian

pakan yang cukup terutama ikan-ikan yang berukuran kecil/benih ( 1,5-5 cm),

segera pindahkan keluar kolam atau dimatikan jika ikan menunjukkan infeksi

berat. Kolam dikeringkan apabila mungkin setelah kering 2-3 hari, dasar kolam

diberi kapur (CaO) dengan dosis 25 kg/ha. Dapat juga dilakukan desinfeksi

dengan menambahkan methelene Blue ke air kolam dengan dosis 1 gram/m3.

Padat penebaran ikan juga harus diperhatikan, agar tidak telalu padat. Sedangkan

pengobatan ikan yang terserang dilakukan dengan perendaman dalam larutan

garam dapur/NaCl 12,5-13 Gram/m3 selama 24-36 jam atau NaCl 2% selama 30

menit. Dapat juga dilakukan dengan menggunakan larutan formalin 40 ppm

selama 24 jam (di kolam/bak) atau 250 ppm selama 15 menit, atau methylene blue

3 gram/m3 selama 24 jam dan KMnO

4 0,01% selama 30 menit (Ghufran dan

Kordi, 2004).

4.2.2. Gyrodactylus sp

Hasil pengamatan secara mikroskopis terhadap ikan sampel terlihat adanya

infeksi parasit dari jenis cacing monogenia yaitu Gyrodactylus sp. Parasit ini

ditemukan pada ikan tawes (Puntius javanicus) dibagian kulit ikan yaitu pada

sisik ikan tersebut. Dari pengamatan ikan ini berasal dari kolam 3 (lampiran 4)

terlihat ikan yang terserang parasit ini mengalami pendarahan atau bintik – bintik

merah pada bagian sisiknya, warna tubuh berubah menjadi pucat dan ikan terlihat

(39)

Gambar 4. Ikan yang terserang gyrodactylus sp

Menurut Kabata (1985), klasifikasi dactylogyrus sp yaitu : Phylum

Platyhelmithes, Class Trematoda Monogenia, Ordo Gyrodactilidae, Famili

Gyrodactilidae, Genus Gyrodactilus, Spesies Gyrodactilus sp.

Bentuk tubuh Gyrodactylus sp kecil dan memanjang (oval), bagian

posterior terdapat ophisthaptor dengan 16 kait tepi dan sepasang kait tengah, serta

tidak mempunyai bintik mata, pada ujung anterior terdapat dua tonjolan/cuping.

Dalam siklus hidupnya tidak mempunyai inang perantara, jadi hanya mempunyai

satu induk semang. Untuk mempertahankan populasinya, maka dalam sistem

reproduksinya bersifat vivipar yaitu embrio berkembang dalam uterus, larva yang

lahir akan berenang bebas untuk mencari inag baru.

(A) (B)

Gambar 5. (A) Gyrodactylus sp yang menginfeksi pada saat penelitian

(40)

Penyakit Gyrodactiliasis disebabkan oleh parasit Gyrodactylus sp.

Tergolong cacing monogenia cacing ini juga bentuknya pipih dan pada ujung

badannya di lengkapi dengan alat yang berfungsi sebagai penggait dan alat

penghisap darah. Gyrodactylus sp biasanya menyerang kulit dan sirip ikan. Ikan

yang terseang gejalanya dapat di kenali kulitnya kelihatan tidak bening lagi, ikan

terlihat berkumpul pada pintu air masuk dan ikan berenang tidak normal.

Penanggulangan penyakit ini sama dengan penanggulanagn penyakit yeng

disebabkan oleh parasit Dactylogyrus sp (Ghufran dan Kordi 2004).

Penularan parasit ini melalui kontak langsung antara individu ikan. Apabila

ikan yang terinfeksi oleh parasit ini, maka ikan akan memperlihatkan perubahan

atau gejala klinis seperti bintik – bintik merah pada daerah tertentu, kulit berwarna

putih keabu – abuan, produksi lendir tidak normal, warna lebih gelap disebagian

atau seluruh tubuh, sisik dan kulit terkelupas, proses respirasi dan osmoregulasi

terganggu. Nafsu makan ikan berkurang dan pergerakan menjadi lamban,

sehingga ikan akan terganggu pertumbuhannya (Gusrina, 2008).

4.2.3. Prevalensi Parasit

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa prevalensi parasit pada organ

ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes (Puntius javanicus) di Balai Benih

Ikan Babah Krueng adalah 20%. ini merupakan tingkat serangannya rendah.

Rendahnya tingkat serangan parasit pada Balai Benih Ikan Babah Krueng

disebabkan oleh padat penebaran yang rendah sehingga ikan tidak mudah stress dan kualitas air yang agak lebih baik seperti adanya sirkulasi air sertatidak adanya

(41)

Menurut Talunga (2007), menyatakan bahwa parasit monogenea dapat

berkembang dengan cepat disebabkan beberapa faktor antara lain kepadatan yang

tinggi, nutrisi kurang baik, kualitas air yang kurang baik yang dapat menyebabkan

ikan stress sehingga memungkinkan perkembangan parasit dengan cepat. Dimana

padat penebaran yang tinggi mengakibatkan terjadinya kompetisi terhadap ruang,

makanan, dan oksigen.

Organ yang paling rentan terserang parasit adalah insang. Hal ini

disebabkan karena insang merupakan organ pernapasan yang langsung

bersentuhan dengan lingkungan sekitarnya yang menyaring bahan-bahan yang

terlarut, menyaring partikel-partikel pakan dan mengikat oksigen. Hal ini sesuai

dengan pendapat Wawunx (2008) bahwa letak insang, struktur dan mekanisme

kontak dengan lingkungan menjadikan insang sangat rentan terhadap perubahan

kondisi lingkungan serta menjadi tempat yang tepat bagi berlangsungnya infeksi

oleh organisme pathogen penyebab penyakit seperti parasit.

4.2.4. Intensitas Parasit

Berdasarkan pada tabel 3 diketahui intensitas parasit pada organ

ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes (Puntius javanicus) di Balai Benih

Ikan Babah Krueng adalah 2-3 ind/ekor.

Rendahnya tingkat intensitas serangan parasit pada Balai Benih Ikan

Babah Krueng karena kualitas air yang baik, padat penebaran yang rendah serta

nutrisi yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Talunga (2007), bahwa

penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur,

(42)

lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit

infeksi.

Menurut Munajat dan Budiana (2003), tingkat serangan penyakit

tergantung pada jenis dan jumlah mikroorganisme yang menyerang ikan, kondisi

lingkungan dan daya tahan tubuh ikan juga turut memicu cepat tidaknya penyakit

itu menyerang ikan. Parasit dapat menyerang ikan baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Secara langsung dapat terjadi dengan adanya kontak

langsung antara ikan yang sehat dengan ikan yang terinfeksi, sedangkan secara

tidak langsung dapat terjadi apabila kekebalan tubuh ikan mulai menurun akibat

stress sehingga parasit dengan mudah dapat menyerang ikan tersebut.

Ditambahkan pula oleh Noble and Noble (1989) dalam Aria (2008)

menyatakan bahwa Prevalensi dan Intensitas tiap jenis parasit tidak selalu sama

karena banyaknya faktor yang berpengaruh, salah satu faktor yang berpengaruh

adalah ukuran inang. Pada beberapa spesies ikan, semakin besar ukuran/berat

inang, semakin tinggi infeksi oleh parasit tertentu. Inang yang lebih tua dapat

mengandung jumlah parasit yang lebih besar, meskipun apabila telah terjadi saling

adaptasi maka inang menjadi toleran terhadap parasitnya.

Parasit golongan monogenea, tidak memerlukan inang perantara untuk

kelangsungan hidupnya. Parasit ini dapat ditemukan menginfeksi ikan di alam

meskipun tingkat prevalensi dan intensitasnya relatif rendah, Hal ini disebabkan

karena lingkungan alami yang relatif seimbang antara pathogen, ikan dan

lingkungannya. Jika salah satu dari inang tidak ada maka siklus hidup parasit akan

(43)

dibudidayakan kemungkinan ada perbedaan (Sriwulan et al, 1998 dalam Susanti,

2004).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya :

1. Jenis parasit yang ditemukan selama penelitian ada dua jenis parasit yang

menginfeksi ikan tawes (Puntius javanicus) yaitu Dactylogyrus sp dan

Gyrodactylus sp.

2. Prevalensi parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan

tawes (Puntius javanicus) di Balai Benih Ikan Babah Krueng adalah 20%.

3. Intensitas parasit pada organ ektoparasit (insang dan sisik) pada ikan tawes

(Puntius javanicus) di Balai Benih Ikan Babah Krueng berjumlah 2 - 3

ind/ekor.

(44)

Dalam usaha budidaya ikan perlunya mengetahui cara budidaya ikan yang

baik untuk mengantisipasi timbulnya hama dan penyakit pada ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E. dan Evi L. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 89 hal.

Aria, P. 2008. http://Kesehatan Ikan_Parasit_penularan. Html. Prevalensi dan Intensitas Parasit (Tingkat Penularan). (Online) 7 Desember 2012.

Aryani, N. Henny, S. Iesje L. Morina, R . 2005 Parasit Dan Penyakit Ikan

Universitas Riau Press. Riau.

Bowman DD. 1999. Parasitology for Veterinarians seventh edition. Philadelphia. Wb Saunders Company. 24 p.

Daelami D. 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta. 30 hal.

Ghuffran H. dan Kordi K. 2004. Penanggulangan hama dan penyakit ikan. Pt. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Gusrina.2008. Budidaya Ikan Jilid 3. Departemen pendidikan Nasional. Cianjur. Jakarta

(45)

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in The Tropics. Taylor dan Prancis. London and Philadelphia.

Levine N. D. 1990. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 30 hal.

Lukistyowati, I. 2005. Teknik Pemeriksaan Penyakit Ikan Universitas Riau Press. Riau.

Lukistyowaty, I. Morina R. 2005. Analisa Penyakit Ikan Universitas Riau Press. Riau.

Moller,H . Anders, K. 1986. Diseases And Parasites Of Marine Fishes. Verlag Moller.Germany

Munajat A. dan Budiana, N. S.2003. Pestisida Nabati untuk Penyakit Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.87 hal.

Nawawi R. 1996. Identifikasi, Klasifikasi dan Penandaan Label Bahan Berbahaya. Kursus singkat persiapan tanggap darurat bahan berbahaya dan limbah B3 di Surabaya. 16 hal.

Susanti. I. 2004. Efektifitas Penggunaan Formalin Terhadap Dinoflagellata Ikan Baronang (Siganus sp). Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.

Talunga, J. 2007. Tingkat Infeksi dan Patologi Parasit Monogenea(Cleidodistus sp) pada Insang Ikan Patin (Pangasius sp). Skripsi.Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas IlmuKelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.

Wawunx. 2008. http://google.com_Mekanisme Insang.(Online) 7 Desember 2012.

Widyastuti, R,. E. Srimurni, S. Subadrah, Mardiyah. 2002. Parasitologi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka (Tidak dipublikasikan).

Yuasa K. Novita P. Meliya B. dan Edy B. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan:

Teknik Diagnosa Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar Indonesia. Balai Budidaya Air Tawar Jambi dan Japan Internasional Cooperation Agenci (JICA). Jambi

(46)

LAMPIRAN 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

NO KEGIATAN

BULAN

Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Usulan proposal Penelitian

2 Penyusunan proposal penelitian

3 Konsultasi dengan pembimbing

4 Seminar proposal penelitian

5 Revisi proposal

6 Persiapan penelitian

7 Pelaksanaan penelitian

8 Pengumpulan dan analisa data

9 Penyusunan laporan hasil penelitian

(47)

Gambar

Tabel 1. Jenis-jenis parasit yang dapat dideteksi dengan mata telanjang pada ikan
Tabel 3 : Alat yang gunakan dalam identifikasi parasit
Tabel 3. Hasil identifikasi  parasit pada ikan air tawar
Gambar 1. Ikan yang terserang Dactylogyrus sp
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang akan dilakukan meliputi: pengecilan ukuran jerami padi, optimisasi parameter- parameter proses hidrolisa sellulosa menjadi glukosa, Hasil penelitian menunjukkan

teknologi; atau (iv) penggunaan Produk atau bagian dari Produk dalam praktek proses jika Pembeli tidak memasukkan Produk ke dalam alat yang mana pengguna akhirnya adalah konsumen;

Variable LEARNABILITY berjumlah 64 orang atau 61% yang memilih sangat setuju, 22 orang atau 28% yang memilih setuju, dan 9 orang atau 11% yang memilih cukup

Pada tingkat nasional, selain masalah koordinasi dan komunikasi di antara Badan Pengawas, pabean dan institusi penegak hukum lainnya, upaya untuk meningkatkan kesadaran

 Suatu organisasi diperlukan karena : (1) suatu kelompok makin bertambah luas dan (2) tujuan sukar dicapai oleh kelompok yg terbatas.  Pada fase kelompok berubah menjadi

Jagoan Hosting Indonesia tidak dapat memberikan jaminan tersebut apabila tagihan untuk bulan berikutnya sudah tercetak, atau JagFamily sudah menggunakan bandwidth lebih dari 10GB

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi.. terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih. Pengukuran. sekurang kurangnya dua kali pemeriksaan

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek