• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - DOCRPIJM 1504172636RPIJM 2010 Bab II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II - DOCRPIJM 1504172636RPIJM 2010 Bab II"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH

2.1 Kondisi Umum Kabupaten Klaten

Gambaran umum dan kondisi wilayah Kabupaten Klaten secara lengkap akan

dijelaskan terinci meliputi profil geografi, profil demografi, profil ekonomi dan profil sosial

budaya dan profil sarana prasarana Cipta Karya.

2.1.1 Profil Geografis

Kabupaten Klaten terletak pada bagian tenggara wilayah Propinsi Jawa Tengah

dan terletak pada jalur regional yang menghubungkan Kota Solo dan Yogyakarta. Secara

geografis Kabupaten Klaten terletak antara 110o 30’ BT – 110o 45’ BT dan 7o 30’ LS – 7o 45’ LS.

Secara administratif Kabupaten Klaten mempunyai daerah seluas 655,56 Km2,

dengan pembagian wilayah administratif yang terdiri dari 26 wilayah kecamatan 391

wilayah desa dan 10 kelurahan. Batas administratif Kabupaten Klaten tersebut adalah

sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman ( DIY )

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul ( DIY )

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo

Orientasi wilayah Kabupaten Klaten terhadap Propinsi Jawa Tengah dapat dilihat

pada Gambar 2.1 (Peta orintasi Kabupaten Klaten terhdp Wil Prov Jateng). Sedangkan

peta wilayah administrasi Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Peta Wil.

Kab.Klaten).

A. Topografi

Letak Kabupaten Klaten yang diapit Gunung Merapi dan Pegunungan seribu

mempunyai ketinggian berkisar antara 75 – 2.911 m diatas permukaan air laut (dpl),

sehingga secara garis besar keadaan lapangan dapat digolongkan dalam 3 wilayah

(2)

1. Wilayah yang miring merupakan lereng Gunung Merapi, meliputi kecamatan –

kecamatan Manisrenggo, Karangnongko,Kemalang, Jatinom dan Tulung.

2. Wilayah yang relatif datar berada dibagian tengah Kabupaten Klaten, meliputi

kecmatan – kecamatan Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Ngawen, Klaten

Selatan, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu,

Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo,Trucuk, Cawas,

Karanganom,dan Polanharjo.

3. Wilayah yang berbukit dan bergelombang yang merupakan wilayah bagian

selatan Kabupaten Klaten meliputi Kecamatan Bayat dan sebagian Kecamatan

Gantiwarno.

Data luas berdasarkan ketinggian di Kab. Klaten disajikan pada tabel II.1

Tabel II.1

Luas Daerah Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut ( dalam meter dpl )

(3)

Keadaan topografi yang demikian tersebut dapat dirici sebagai berikut :

1. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 m diatas permukaan laut (dpl)

meliputi sebagian dari Kecamatan – kecamatan : Juwiring, Karangdowo dan

Cawas.

2. Wilayah dengan ketinggian 100 – 200 m dpl meliputi Kecamatan – kecamatan :

Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas (dibagian barat),

Trucuk, Kalikotes, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Klaten Utara, Kebonarum (di

bagian selatan), Ngawen (di bagian selatan dan timur), Ceper, Pedan,

Karanganom (di bagian timur), Polanharjo (dibagian timur), Delanggu, Juwiring

(di bagian barat), dan Wonosari (di bagian Barat).

3. Wilayah dengan ketinggian 200 – 400 m dpl meliputi kecamatan – kecamatan

Manisrenggo,Jogonalan (di bagian utara), Karangnongko, Kebonarum (di bagian

utara), Ngawen (di bagian utara), Jatinom, Karanganom (di bagian barat),

Tulung ( sebagian besar ), dan Polanharjo (bagian barat).

4. Wilayah dengan ketinggian 400 – 1000 m dpl meliputi kecamatan Kkemalang

(sebagian besar), Manisrenggo (sebagian besar), Jatinom (sebagian kecil) dan

Tulung (sebagian kecil).

5. Wilayah dengan ketinggian 1.000 - >2000 m dpl berada di Kecamatan

Kemalang.

B. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Klaten dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis yang

berbeda, yaitu:

o Tanah Regosol seluas 57.047 Ha (87,02 %),

o Grumosol ( 6,59 %),

o Alluvial (3,83 %)

o Litosol ( 2,56%).

Tanah regosol yang menempati sebagian besar wilayah Kabupaten Klaten

tersebut merupakan jenis regosol yang terdapat di kaki vulkanik dengan topografi

landai dan air cukuptersedia,oleh sebab itu memiliki potensi pertanian yang tinggi.

Tabel II.2 menjelaskan tentang luas dan penyebaran jenis tanah di Kabupaten

(4)

C. Klimatologi

Dari segi klimatologis Kabupaten Klaten memiliki sifat iklim tropis dengan

musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Temperatur udara

berkisar antara 28-30 Co, sedangkan temperatur bulanan rata – rata berkisar antara 25,42 – 26,70 Co. Kecepatan angin rata- rata 20 – 25 Km/jam, kelambaban relatif bulanan rata – rata berkisar antara 75,20-85,60 mm Hg. Kemudian penguapan

bulanan rata – rata berkisar antara 1,97 – 3,37 % dan lama penyinaran matahari

bulanan rata – rata berkisar antara 44,20 – 70,00 % dari 6 jam penyinaran.

Berdasarkan curah hujan di Kabupaten Klaten pada tahun 2007, curah hujan di

Kabupaten Klaten berkisar antara 1200-2850 mm/tahun. Sumber yang diperoleh

dari BPS tidak lengkap, hal itu dikarenakan data yang tidak tersedia, jadi tidak

semua curah hujan di tiap Kecamatan diketahui. Kecamatan – kecamatan dengan

curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi kecamatan : Trucuk, Kebonarum,

Pedan, Karangdowo, Wonoari, Jatinom, dan Klaten Selatan. Untuk lebih jelasnya

mengenai data curah hujan di Kabupaten Klaten dapat di lihat pada Tabel II.3.

Tabel II.3

Luas dan Penyebaran Jenis Tanah Per Kecamatan di Kabupaten Klaten

(5)

26 Klaten Utara 1.038 0 0 0 0 0 0 1.038

Jumlah 41.903 11.292 964 2.898 1.678 4.321 2.503 65.559 Sumber : RTRW Kabupaten Klaten 2006-2016

Keterangan :

RK : Jenis Tanah Rigosol Kelabu

RCK : Jenis Tanah Regosol Coklat Kekelabuan

KRK & KT : Jenis Tanah Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol

KRK & L : Jenis Tanah Komples Regosol Kelabu dan Litosol

Litosol : Jenis Tanah Komples Regosol Kelabu dan Litosol

GKT : Grumosol Kelabu Tua

AK & ACK : Jenis Tanah Aluvial Kelabu dan Coklat Kekuningan

Tabel II.3

Jumlah Curah Hujan Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten

No Kecamatan 2007

Sumber : Klaten dalam Angka, 2007

Keterangan :

(6)

CH : Curah Hujan

HH : Hari Hujan

2.1.2 Profil Demografis

Karakteristik kependudukan yang akan dibahas terdiri dari jumlah dan

perkembangan serta penambahan dan laju petumbuhan penduduk. Pada Tabel II.4

terlihat bahwa di Kabupaten Klaten pada tahun 2006 1.293.242 jiwa dan mengalami

perkembangan sehingga pada tahun 2007 berjumlah 1.296.987 jiwa. Berdasarkan data

tersebut maka dapat dihitung tingkat pertumbuhan penduduk rata – rata Kabupaten

Klaten selama tahun terakhir (2006 – 2007) sebesar 0,29 % per tahun. Berdasarkan data

kependudukan seperti tampak pada Tabel II. 4, terlihat bahwa di Kabupaten Klaten

pada tahun 2007 terdapat penduduk sejumlah 1.296.987 jiwa.

Apabila dilihat dari komposisi kelompok umur maka penduduk yang berada

dalam kelompok umur 15-19 tahun yang sebesar 132.050 jiwa (10,34 %) merupakan

jumlah penduduk terbanyak dibandingkan kelompok umur lainnya. Sedangkan jumlah

penduduk paling kecil berdasarkan kelompok umurnya yaitu penduduk yang berusia

60-64 tahun berjumlah 51.767 jiwa (4.05%). Perincian mengenai jumlah penduduk

Kabupaten Klaten berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel II.5

Tabel II.4

Jumlah Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2007-2008

(7)

18 Delanggu 18.78 4,56 44.470 44.516 46 0.10

Jumlah 655,66 204,29 1.296.987 1.300.4

94 3.507 0.27

Sumber : Kabupaten Klaten dalam Angka, 2007

Tabel II.5

Jumlah Penduduk menurut Umur di Kecamatan Klaten Tahun 2007

Berdasarkan mata pencarian penduduk, penduduk yang bekerja sebagai tenaga

usaha pertanian mendominasi yaitu sebanyak 355.651 jiwa atau kurang lebih 41.54% dari

jumlah total penduduk yang bekerja. Diikuti oleh tenaga penjualan sebanyak 193.452 jiwa

atau 22,59%. Sementara itu persentase terkecil adalah pada beberapa lapangan

pekerjaan sektor formal seperti tenaga jasa usaha jasa, tenaga profesional, tenaga

kepemimpinan dan ketatalaksanaan, pejabat pelaksanaan dan TU. Perincian selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel II.6 berikut ini :

Tabel II.6

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No Lapangan Pekerjaan Jumlah %

1 Tenaga Profesional 32.121 3,75

2 Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 2.239 0,26

3 Pejabat Pelaksanaan dan TU 30.781 3,60

4 Tenaga penjualan 193.452 22,59

5 Tenaga Jasa Usaha Jasa 19.614 2,29

6 Tenaga Usaha Pertanian 355.651 41,54

7 Tenaga Produksi 86.229 10,07

8 Tenaga Operator 33.283 3,89

9 Pekerja kasar 97.134 11,35

10 Lainnya 5.668 0,66

Jumlah 8.56.172 100

Sumber : Kabupaten Klaten dalam Angka 2008

2.1.3 Profil Ekonomi

A. Produk Domestik Regional Bruto

(8)

Pertumbuhan pereknomian Kabupaten Klaten selama tahun 2007 dapat dilihat

pada pertumbuhan Produk Domistik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga

konstan 2000 yaitu sebesar 3,31%.

Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan tahun 2007 lebih tinggi, hal ini

menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Klaten telah mulai tumbuh lagi

setelah gempa bumi tahun 2006.

Sektor industri yang pada tahun 2006 mengalami penurunan, maka pada

tahun 2007 menunjukkan kenaikan sebesar 3,36%. Demikian juga sektor Keuangan

Persewaan dan Jasa Perusahaan yang pada tahun 2006 pertumbuhannya negative,

pada tahun 2007 tumbuh sebesar 5,33%.

Apabila dilihat secara sektoral, sector-sector yang mengalami pertumbuhan

yang besar adalah sector listrik dan air minum naik sebesar 9,24% sector

bangunan/konstruksi naik sebesar 8,82% dab sector keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan naik sebesar 5,33%. Sedangkan sector – sector yang mengalami

pertumbuhan yang kecil yaitu sector – sector yang mengalami pertumbuhan yang

kecil yaitu sector – sector pertanian naik sebesar 1,51% dan sector jasa-jasa naik

sebesar 1,61%.

Tabel II.7

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten

Klaten Tahun 2006 – 2007 (%)

No Sektor Ekonomi 2007 2008

1 Pertanian 20,57

2 Pertamb.&Penggalian 1,64

3 Industri 20,48

4 Listrik, Gas & Air Minum 1,12

5 Bangunan 9,54

6 Perd.,Hotel & Rest 25,80

7 Pengangku.&Komunik 3,16

8 Keu, Persewaa.& Js Prs 3,75

9 Jasa-jasa 14,29

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

B.2. PDRB Harga Konstan 2000

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 di

Kabupaten Klaten pada tahun 2007, sebagaimana pada gambaran PDRB harga

(9)

perdagangan, Hotel dan Restoral yaitu sebesar 28%. Gambaran pekembangan

PDRB harga konstan tahun 2007, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II-7

Tabel II.8

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

di Kabupaten Klaten , Tahun 2007(%).

No Sektor Ekonomi 2008

1 Pertanian

2 Pertamb.&Penggalian

3 Industri

4 Listrik, Gas & Air Minum

5 Bangunan

6 Perd.,Hotel & Rest

7 Pengangku.&Komunik

8 Keu, Persewaa.&Js Prs

9 Jasa-jasa

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

B. Keuangan Daerah

Guan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara nyata, upaya untuk

meningkatkan PDRB harus terus dilakukan. Tujuan dari upaya ini, yaitu untuk

meningkatkan pendapatan riil dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat, sehingga

masyarakat mampu memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Klaten. Atas dasar kondisi yang demikian, maka kebijakan ekonomi

diarahkan untuk :

1. Memperkuat pembangunan ekonomi melalui peningkatan daya saing daerah,

yang meliputi pengembangan ekspor non migas, investasi, revitalisasi

pertanian dan ekonomi pedesaan, pariwisata dan IKM ( Industri Kecil

Menengah) / UKM ( Usaha Kecil Menengah ) serta didukung oleh adanya

infrasruktur yang memadai.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik meliputi peningkatan sistem

pelayanan, sarana dan prasarana serta regulasi dan

3. Meningkatkan pembangunan kesejahteraan masyarakat yang meliputi

penanganan kemiskinan, pengangguran,pelayanan dasar kesehatan dan

pendidikan.

Upaya untuk mendorong perekonomian tidak bisa dilepaskan dari kondisi dan

kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Klaten, yang semakin tahun harus

(10)

tahun Anggaran 2006 diperkirakan mencapai sebesar Rp. 749.422.549.000,00 ( Rp

749,42 miliar ), yang terdiri atas :

B.1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daeah ( PAD ) di Kabupaten Klaten pada tahun 2006

direncanakan akan mencapai Rp. 34.817.903.000,0 (Rp. 34,81 miliar), atau sekitar

4,65 % dari total pendapatan daerah.

B.2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan tahun2006 di Kabupaten Klaten, yang meliputi (i) Bagi

Hasil Pajak; (ii) Bagi Hasil Bukan Pajak; (iii) DAU (Dana Alokasi Umum); (iv) DAK

(Dana Alokasi Khusus); direncanakan akan mencapai sebesar 692.691.151.000,00

(Rp 692,69 miliar); atau sekitar 92,43% dari Pendapatan Daerahsecara keseluruhan.

Besarnya dana perimbangan pada tahun 2006, mengalami sekitar Rp.

255.366.412.000,00 ( 255,36 miliar); atau naik sebesar 58,39% dibanding dengan

tahun 2005, yang besarnya mencapai Rp. 437.324.739.000,00 ( Rp.437,32 miliar ).

B.3. Lain – Lain Pendapatan yang Sah

Lain –lain pendapatan yang sah di Kabupaten Klaten pada tahun 2006, yang

meliputi: (i) Bantuan pembangunan sarana dan prasarana dasar dari Propinsi ( eks

2P.O.A); (ii) Bantuan bagi hasil PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), BBNKB ( Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor ), dan Pajak BBKB ( Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ),

(iii) Bantuan lain – lain dari propinsi, dan (iv) Penerimaan bagi hasil pemungutan

pajak air bawah tanah/air permukaan Propinsi Jawa Tengah; direncanakan akan

mencapai sekitar Rp.21.913.495.000,00 ( Rp. 21,91miliar) atau sebesar 9% dari

total Pendaftaran Daerah. Jika dibandingkan tahun 2005 yang besarnay mencapai

Rp. 28.051.160.000,00 ( Rp. 28,05 miliar ) atau sebesar 56,14%.

C. Investasi Daerah

Dalam mendukung perkembangan ekonomi di Kabupaten Klaten, telah

dilakukan berbagai kegiatan penelitian, pembangunan dan pengkajian. Agar

kegiatan – kegiatan tersebut bermanfaat, perlu diciptakan pola hubungan yang

salingn memperkuat antara unsur penguasan, pemanfaatan dan kemajuan IPTEK

dalam satu kesatuan yang utuh dan terintegrasi, yang meliputi aspek kelembagaan,

sumberdaya dan jaringan IPTEKS (Ilmu Pengetahuaan, Teknologi dan Seni).

Bentuk – bentuk penerapan teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan

dan meningkatkan kemampuan perekonomian di Kabupaten Klaten, antara lain

(11)

Teknologi informasi untuk penyiapan dan pengelolaan data base yang cepat, akurat

dan mudah diakses oleh perangkat daerah maupun oleh masyarakat.

Kondisi perekonomian di Kabupaten Klaten menjelang akhir tahun 2004 relatif

stabil dan cenderung membaik. Hal ini dikarenakan oleh semakin kondusifnya situasi

politik dan membaiknya kondisi perekonomian nasional yang tercermin dari

menguatnya nilai tukar rupiah, menurunnya laju inflansi dan tingkat suku bangsa

perbankan. Kondisi perkonomian di Kabupaten Klaten dapat dilihat dari berbagai

variabel seperti PDRB, laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita

penduduk, sebagaimana yang telah diraikan di muka. Kondisi-kondisi tersebut,

sangat mendukung masuknya investasi, baik dalam bentuk PMDN (Penenaman

Modal Dalam Negeri) maupun PMA (Penanaman Modal Asing).

2.1.4 PROFIL SOSIAL DAN BUDAYA

A. Fasilitas Pendidikan

Dalam keadaan krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti ini, upaya

mempertahankan minat dan tingkat pendidikan masyarakat, merupakan kebijakan

yang tepat guna menghindari menurunnya tingkat kecerdasan pada generasi tingkat

mendatang. Karena itu perlu adanya upaya pemeliharaan dan peningkatan kualitas

sarana pendidikan, terutama pendidikan dasar, agar minat masyarakat untuk

bersekolah tetap tinggi.

Sarana pendidikan SD/MI dan SLTP/MTs keberadaannya menyebar merata di

tiap kecamatan,memiliki, seperti kecamatan: Trucuk, Kalikotes, Kebonarum,

Manisrenggo, Ngawen, Tulung dan Kemalang.

B. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan berupa RSUP/RS swasta di kabupaten Klaten seluruhnya

berjumlah 10 unit. Kecamatan Klaten utara memiliki 3 RSUP, kecamatan Klaten

Selatan memiliki 2 RSUP dan 1 RS swasta, sedangkan sisinya di kecamatan : Cawas,

manisrenggo, Dlanggu dan Klaten Tengah. Puskesmas, Puskesmas Keliling dan

posyandu keberaaannya tersebar di berbagai kecamatan (34 buah), Puskesmas

Keliling (34 unit) dan Posyandu (2.149 buah). Selain itu juga terdapat fasilitas

kesehatan lainnya yang tersebar di 26 Kecamatan sebagaimana terlihat pada Tabel

(12)

Tabel II.9

Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No Kecamatan RSUP RS

Sumber : Kabupaten Klaten dalam Angka 2007

C. Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan bagi umat Islam berupa masjid dan mushola tersebar

disemua Kecamatan dengan jumlah masing – masing sebanyak 2.486 dan 1.770

buah. Selain masjid dan mushola, Gereja Kristen Prosestan juga tersebar disemua

kecamatan sebanyak 92 buah. Gereja Kristen Katolik tidak sebesar Gereja Kristen

Prostestan dan persebarannya tidak merata karena di Kecamatan Manisrenggo dan

Klaten Selatan tidak terdapat Gereja Kristen Katolik. Jumlah total dari fasilitas ini

adalah 68 buah.Fasilitas peribadatan bagi umat Hindu dan Budha beruap Pura dan

Vihara di Kabupaten Klaten berjumlah 35 dan 4 buah. Perincian mengenai fasilitas

peribadatan perkecamatan dapat dilihat pada Tabel II.10

(13)

Banyaknya Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Klaten Tahun 200

No Kecamatan Masjid Mushola Gereja Katholik

Masyarakat Kabupaten Klaten adalah sekelompok masyarakat yang

memiliki perilaku budaya masyarakat tertentu, dalam hal ini dapat diklasifikasikan

dalam lingkungan Budaya Keraton/Negeri Gung. Hal ini sebagaimana tercantum dalam buku ” Wawasan Jati Diri dalam Pembangunan Daerah” karangan Bapak H. Ismail perilaku budaya masyarakat Jawa Tengah dapat dikelompokkan menjadi 3

kelompok yaitu:

- Lingkungan Budaya pesisir

- Lingkungan Budaya Bagelan – Banyumas

(14)

Ditinjau dari kedudukannya Kabupaten Klaten terletak di antara dua kota

budaya yaitu Kota Surakarta dan Yogyakarta. Budaya Jawa khususnya Budaya Solo

banyak mempengaruhi tata cara, perilaku kehidupan sehari – hari dan kegiatan

sosial masyarakat di Kabupaten Klaten, karena dulunya merupakan daerah Swapraja

Kasunanan Surakarta, sehingga termasuk dalam lingkup budaya Kraton/Negeri

Gung. Sampai saat ini masih terlihat hubungan budaya antara Kabupaten Klaten

dengan Kasunanan Surakarta berupa Pesanggrahan di Deles.

Karakter masyarakat yang termasuk lingkup budaya tersebut mempunyai prinsip dengan ” Laku” dan ”Tirakat ” akan memperoleh kesuksesan hidup, sebab mereka percaya bahwa ada kekuatan gaib di atas kekuatan manusia.

Masyarakat ini selain mempunyai watak demikian juga dikenal karena jiwa

wiraswastanya, baik laki – laki maupun wanitanya, misalnya jiwa wiraswastanya

masyarakat Laweyan, ternentuk sejak Panembahan Senopati yang perkembangannya telah melaksanakan hubungan dagang ”konvensional” dengan daerah sekitar (kecamatan – kecamatan) di Kabupaten Klaten seperti Pedan,

Jatinom, Ceper, Delanggu sehingga di Klaten terlihat perkembangan industri

kerajinan payung di Kecamatan Juwiring, kerajinan Lurik di Kecamatan Pedan,

konveksi di Kecamatan Wedi dan didirikannya KOPIKRA (Koperasi Industri Kerajinan

Rakyat).

Tetapi pada umumnya mereka telah puas dengan usaha yang telah

dikembangkannya, maka dari itu sulit bagi mereka untuk mengembangkan

usahanya agar menjadi besar. Pengusaha yang sekarang relatif berkembang dan

masih aktif, terdiri dari jaringan yan sebetulnya juga bersumber dari satu rumpun.

Keberhasilan dari seorang anak pengusaha bukan karena darah pengusaha yang

dimiliki, melainkan karena lingkungan yang dihayatinnya sejak kecil.

Upacara – upacara tradisional yang diselenggarakan di Kabupaten Klaten

merupakan pencampuran dari budaya Jawa (tradisional) dengan ajaran agama

Islam. Upacara tersebut dari budaya Jawa (tradisional) dengan ajaran agama Islam.

Upacara tersebut diselenggarakan dengan dasar bulan – bulan Jawa, beberapa jenis

upacara yang masih rutin dilaksanakan sampai saat ini adalah :

o Upacara tradisional syawalan Ruwahan dilaksanakan di Paseban Kecamatan

Bayat tiap 27 Ruwah.

o Upacara tradisional Tanjung sari dilaksanakan di Dlimas kecamatan ceper tiap

(15)

o Upacara tradisional Syawalan dilaksanakan di Desa Jimbong Kecamatan

Kalikotes, tiap bulan Sapar.

o Upacara Syawalan Yoqowiyu di Masjid Besar Kecamatan Jatinom setiap bulan

Sapar.

2.1.5 Kelembagaan Pembangunan

Bupati Klaten merupakan penanggung jawab utama dari seluruh lembaga

pembangunan yang ada. Dalam menjalakan tugasnya, Bupati Klaten dibantu oleh

Lembaga – lembaga Pemerintahan, Perencanaan, Pelaksanaan dan

Pengawasan/Pengendalian.

A. Lembaga Pemerintahan.

Dalam Pelaksanaan urusan pemerintahan, Bupati dibantu oleh Sekretaris

Wilayah Daerah yang membawai 3 (tiga) orang asisten, yaitu Asisten I, II, dan III

serta 9 orang kepala bagian.

Asisten I membawahi beberapa Bagian, yaitu:

o Bagian pemerintahan

o Bagian Hukum dan Organisasi

Asisten II membawahi:

o Bagian Pembangunan

o Bagian Perekonomian

o Bagian Sosial

Asisten III membawahi:

o Bagian Umum

o Bagian Perlengkapan

o Bagian Keuangan

o Bagian Kepegawaian

Dalam menjalankan tugasnya, Bupati Kepala Daerah mendapat pengawasan

oleh wakil-wakil rakyat yang duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Klaten.

Dalam tugas sehari-hari DPRD dibantu oleh Lembaga Kesekertariatan DPRD

yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Wilayah Daerah. Urusan pekerjaan yang

bersifat teknis, Bupati juga dibantu oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten, Badan

Perencanaan Daerah ( Bappeda) dan Dinas Pendapatan Daerah ( Dipenda).

Sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis sektoal, Bupati mengadakan koordiasi

dengan sektor-sektor yang bersangkutan.

(16)

Sebagai lembaga perencanaan pembangunan dim kabupaten Klaten adalah

Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Klaten, Lembaga atau Badan ini beranggung

jawab kepada Bupati Kepala Klaten. Tugas dari Bapeda adalah:

1. Menyusun Program Pembangunan Daerah.

2. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

3. Melakukan koordinasi dan mengadakan penelitian-penelitian untuk

kepentingan perencanaan pembangunan wilayah.

4. Mengikuti persiapan dan Pengembangan pelaksanaan rencana pembangunan

didaerah.

5. Mengadakan koordinasi yang berkaitan dengan pembangunan wilayah.

6. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya yang sesuai dengan petunjuk dari

Bupati Kepala Daerah Kabupaten Klaten.

7. Memonitor pelaksanaan Pembangunan di daerahnya.

C. Lembaga Pelaksanaan Pembangunan

Sebagai lembaga pelaksana teknis, yaitu di Kabupaten Klaten. Bidang yang

ditangani oleh DPUK adlah bidang-bidang yag sudah ditetapkan. Yaitu dalam

pekerjaan umum meliputi:

o Pembangunan jalan dan jembatan

o Pembangunan gedung

o Pembangunan drainase/sanitasi

Sedangkan pekerjaan – pekerjaan lainnya yang bersifat khusus ditangani oleh

dinas/instansi sektoral.

D. Lembaga Pengendalian dan Pengawasan

Untuk pekerjaan – pekerjaan pembangunan yang bersifat khusus, pengenalian

dan pengawasannya ditangani oleh bidang/sektor – sektor masing-masing, namun

untuk bidang yang bersifat umum dan melibatkan banyak kepentingan, dalam

pengendaliannya dilibatkan beberapa dinas/instansi terkait.

Bentuk pengendalian dan pengawasan ini dapat berupa keterkaitan prosedur

pembangunan atau dalam bentuk koordinasi antar dinas atau sektor.

Sebagai contoh untuk proses mendirikan bangunan gedung, maka akan

melibatkan dinas pengendali DPUK sebagai pengendali konstruksi, Bapeda sebagai

pengendali tata ruang dan BPN sebagai pengendali peruntukan ruang. Contoh

(17)

yang dikelola oleh PDAM, karena bersinggungan dengan kepentingan jalan, maka

dalam pembangunannya mengadakan koordinasi dengan DPUK.

2.2 Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya

2.2.1 Sub Bidang Air Minum

Kebutuhan air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Klaten dapat dipenuhi

melalui jaringan perpipaan dari PDAM dan sumber air tanah. Hal ini mengingat potensi

sumber air yang cukup besar yang ada di wilayah Kabupaten Klaten dan kabupatenKlaten

merupakan dataran menengah yang menjadi daerah munculnya mata air dan perlintasan

air tanah. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam

penyediaan kebutuhan air yang layak melalui jaringan PDAM dibeberapa Kota.

Untuk air bersih juga mengalami peningkatan untuk kapasitas produksi

sedangkan jumlah produksi yang terjual justru menurun. Kapasitas produksi mengalami

kenaikan sebesar 0,97 persen. Adapun jumlah produksi ada penurunan sebesar 0,52

persen. Sedangkan untuk produksi yang hilang mengalami kenaikan sebesar 4,13 persen.

Untuk lebih jelasnya mengenai kapasitas dan produksi air minum yang terjual di

Kabupaten Klaten Tahun 2007-2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel II.1

Kapasitas dan Produksi Air Minum yang terjual di Kabupaten Klaten Tahun

2005-2008

Permasalahan yang saat ini perlu dicermati adalah :

a. Masih rendahnya kapasitas SDM maupun kelembagaan.

b. Mindset penyelenggaraan, tugas, dan kewenangan dalam pelayanan air minum masih

(18)

c. Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM sehingga

peran pembinaan pengembangan SPAM menjadi sangat lemah.

2.2.2 Sub Bidang Sampah

Pada saat ini penanganan persampahan di Kabupaten Klaten dilayani oleh Dinas

Kebersihan dan Pertamanan (DKP) hanya terbatas pada kawasan Kota Klaten, sedangkan

untuk kawasan di luar kota pengelolaan persampahan pada umumnya dikelola sendiri

oleh penduduk setempat dengan cara ditibun maupun dibakar. Adapun sarana

pengumpilan sampah yang tersedia saat ini berupa:

18 truk sampah 72 TPS

1 truk kontainer 2 TPA

5 kontainer 2 truk tinja

114 gerobak sampah 2 transfer depo

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) mampu mengangkut sampah 160 m3 (

92,48%) dari total produksi sampah 173 m3 per hari. Daya angkut yang cukup tinggi ini,

menunjukkan bahwa timbunan sampah yang ada sudah dapat terangkut ke TPS maupun

TPA. Sedangkan jika dilihat dari timbunan jenis sampah, maka jenis timbunan sampah

terbesar adalah sampah organik yaitu sebesar 68,90% dari total volume timbunan

sampah dan yang terkecil adalah jenis sampah karet dan kulit tiruan sebesar 0,26%.

Permasalahan yang saat ini perlu dicermati antara lain:

a. Antisipasi terhadap sampah perkotaan pada kota-kota kecamatan akan sangat berarti

bagi pencegahan terjadinya genangan akibat terganggunnya sistem drainase

kewilayahan oleh sampah.

b. Sistem pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat (komposting), perlu

digalakkan pada kawasan permukiman. Sehingga sinergis dengan upaya pengendalian

pelestarian lahan pertanian.

c. Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah

perkapita meningkat).

d. Belum optimalnya manajemen persampahan.

2.2.3 Sub Bidang Air Limbah

IPLT Kota Klaten terletak dibagian tengah Kota Klaten, tepatnya di Desa

Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten. IPLT yang mempunyai luas

(19)

lokasi IPLT sekitar 500 m. Lokasi IPLT dengan jalan raya Jombor dihubungkan dengan

jalan sepanjang + 5 km.

Topografi daerah IPLT berdasarkan data yang diperoleh dilapangan termasuk

daerah datar dengan ketinggian sekitar 140 m diatas permukaan laut. Lokasi IPLT

memiliki kemiringan sebesar 3% ke arah timur.

Wilayah pelayanan IPLT Kabupaten Klaten saat ini mencakup Kota Klaten dan

sekitarnya dengan tingkat pelayanan sekitar 46% dari total jumlah penduduk Kota Klaten

(Dinas Kebersihan dan Pertamanan,2008).

Secara umum pelayanan truk tinja di Kabupaten Klaten adalah pelayanan

langsung, yakni pelayanan berdasarkan permintaan dari masyarakat. Tingkat pelayanan

dari truk tinja sendiri sebesar 99 ritasi atau sekitar 20 kali dalam sebulan (dari januari

hingga mei tahun 2008). Pelayanan truk tinja ini sudah mencapai lingkup luar kota

Kabupaten Klaten, diantaranya Kecamatan Wedi, Kecamatan Dlanggu, dan Kecamatan

Bayat. Pelayanan dari armada truk tinja ini tidak seperti pelayanan persampahan.

Pelayanan truk tinja tersebut bersifat langsung, yang artinya apabila ada penduduk yang

membutuhkan, maka truk tinja tersebut akan melayani.

Pelayanan IPLT menyangkut penyedotan septic tank degan menggunakan truk

pengangkut tinja yang berupa truk vakum untuk kemudian dibawa ke IPLT Kota Klaten

dan Pengolahan lumpur tinja di IPLT tersebut. Namun saat ini untuk pengelohan lumpur

tinja tidak berfungsi.

Lembaga yang menangani langsung pengelolaan IPLT Kabupaten Klaten adalah

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Seksi Oprasional Kebersihan dan Ketertiban.

Sedangkan untuk penanganan lumpur tinja selama ini hanya mengandalkan 2 supir

pengangkut dan 1 penjaga serta penerima limbah tinja di IPLT. Sehingga belum teerdapat

kinerja yang lebih terorganisir terhadap pengelolaan IPLT di Kabupaten Klaten.

Sesuai dengan konsep manajemen, tugas untuk masing-masing seksi harus

terpisah antara perencanaan, pengendalian dan pelaksanaan. Dari struktur organisasi

kelembagaan pada dinas terkait pembagian tugas hanya sebatas kewenangan

kelembagaan secara umum saja, belum terdapat struktur organisasi yang tepat baik

disesuaikan dengan tugas dan kewenangannya maupun dengan kebutuhan untuk

pengelolaan IPLT.

Pengelolaan lumpur tinja juga memerlukan biaya untuk pemeliharaan sarana

prasarana penunjang dan juga untuk biaya oprasional dan biaya pengolahan dari lumpur

(20)

besarnya tarif dan tata cara pemungutannya sudah diatur dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Klaten No. 15 Tahun 2000 tentang Retribusi Penyedotan Kakus.

Perda Kabupaten Klaten No. 15 Tahun 2000 juga dijadikan sebagai landasan dalam

menentukan tarif retribusi untuk penyedotan tunja.

Struktur dan besarnya tarif pelayanan penyedotan kakus atau jamban dan

pembuangan menurut Perda Kab. Klaten No. 15 Tahun 2000 sebagai berikut:

a. Struktur tarif digolongankan berdasarkan lokasi/wilayah penyedotan.

b. Besarnya Tarif: Luar Kota : Rp. 85.000,00 Dalam Kota : Rp.75.000,00

Sedangkan struktur dan besarnya tarif pelayanan penyedotan kakus atau jamban dan

pembuangan berdasarkan kondisi saat ini sebagai berikut :

a. Struktur tarif digolongkan berdasarkan lokasi/wilayah.

b. Penyedot besarnya tarif: Luar Kota : Rp. 150.000,00 Dalam Kota : Rp. 125.000,00

Menurut data dari dkp, jumlah truk tinja yang masuk dan membuang lumpur

tinjanya di IPLT rata – rata mencapai 20 ritasi tiap bulannya. Pengelola dari Seksi

Oprasional Kebersihan dan Ketertiban yang ada di lokasi IPLT ada 1 orang dan supir

sebanyak 2 orang. Sarana dan prasarana IPLT Eksisting dijelaskan pada Tabel II.12

berikut :

TABEL II.2

SARANA DAN PRASARANA IPLT EKSISTING

NO Sarana Satuan Jumlah Keterangan

1 Lokasi Desa Jomboran - - -

2 Luas Ha 1,05 -

3 Pengelolaan - - Gravitasi

4 Perlengkapan Pendukung Vakum

Truk:

Unit 1 -

5 Kantor + garasi Unit 1 -

6 Jarak dari Kota Klaten Km 5 -

7 Jarak dari pemukiman Meter 500 -

Sumber : DKP Kabupaten Klaten

2.2.4 Sub Bidang Drainase

Sektor pertanian di wilayah Kabupaten Klaten merupakan salah satu pendukung

(21)

budidaya perikanan dan usaha peternakan. Debit mata air yang dimanfaatkan untuk

irigasi sebesar 4757,5 lt/dt.

Jaringan drainase yang ada umumnya masih menyatu dengan jaringan sanitasi (

limbah rumah tangga dari mandi dan cuci). Jaringan drainase juga memanfaatkan sungai

dan jaringan irigasi. Jaringan pemutusan yang ada berfungsi untuk mengalirkan air hujan

dan pembuangan air limbah. Kebutuhan jaringan irigasi untuk daerah pertanian dilakukan

dengan pembuatan jaringan-jaringan sekunder dan tersier. Daerah Aliran Sungai (DAS)

yang ada di Kabupaten Klaten antara lain: Sungai Dengkeng, Sungai Mlese, Sungai

Simping, selain itu terdapat Kali Bebadan, Kali Gampar, Kali Logede, Kali Bagor, Kali

Macanan, Kali Bajung, Kali Kahuman, Kali Dandang, Kali Ngrancah, Kali Soko dan

sungai-sungai kecil lainnya. Umumnya sungai-sungai-sungai-sungai di Kabupaten Klaten bermuara di Bengawan

Solo.

Sungai-sungai di Wilayah Klaten sebagian besar mengalir air sepanjang tahun,

dan air sungai tersebut sebagian besar dipergunakan untuk irigasi. Berdasarkan datayang

terdapat di subdin Pengairan DPU kabupaten Kalten volume air sungai tersebut +

1.083.198.528 m3.

Di Wilayah Kabupaten Klaten terdapat sungai dan gunung yang membentang

disepanjang wilayah Kabupaten Klaten. Sungai yang terdapat di Wilayah Kabupaten

Klaten diantaranya adalah sungai Dengkeng, Sungai Mlese, dan Sungai Simping.

Sedangkan disebalah selatan wilayah Kabupaten Klaten membentang PeguninganKapur

Selatan atau Pegunungan seribu. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten

Kleaten merupakan anak sungai Bengawan Solo, sebagian besar sungai yang terdapat di

wilayah Kaupaten Klaten bermuara di sungai Bengawan Solo seperti Sungai Pusur, Sungai

Simping, Sungai Dengkeng, Sungai Gondang serta sungai lainnya. Beberapa sungai yang

ada di Kabupaten Klaten, pengelolaanya berada di Pemerinatah Provinsi Jawa Tengah,

diantaranya yaitu:

1. Sungai Pusur

2. Sungai Ujing

3. Sungai Lusah

4. Sungai Brambang

5. Sungai Ceper

6. Sungai Bloro

7. Sungai Babadan

8. Sungai Dengkeng

(22)

10.Sungai Putih

11.Sungai Woro

12.Sungai Gampar

Kabupaten Klaten yang terletak di antara Kota Yogyakarta dan Kota Surakarta

merupakan daerah tangkapan air hujan untuk satuan Wilayah Daerah aliran Bengawan

Solo. Tetapi tidak semua daerah yang ada di Wilayah Kabupaten Klaten merupakan

daerah tangkapan air,daerah tangkapan air tersebut sebagan besar pada daerah utara

Kabupate KlatenYaitu di Kecamatan Polanharjo dan Tulung. Dalam pembangunan sumber

daya air diKabupaten Klaten sangat terkait dengan Pengembangan dan pengolahan

sumberdaya air sungai Bengawan Solo. Karena sungai-sungai di Wilayah Kabupaten

Klaten sebagian besar bermuara di sungai Bengawan Solo, dan di sebagian besar daerah

Prambanan mengalir ke DAS kali Opak. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air

di Kabupaten Klaten akan mempunyai keterkaitan dengan daerah-daerah lain yang

termasuk di dalam DAS Bengawan Solo. Adapun pola aliran sungai di Wilayah Kaupaten

Klaten dapat di bedakan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Pola Dendritik

Yaitu sungai yang mengalir memanjang yang merupakan induk dari sungai kecil

sebagi cadanganaya, meliputi wilayah Wedi, Jogonalan, Prambanan, Kebonarum,

Kalikotes, Ngawen, Karanganom, Polanharjo, Trucuk, Ceper dan Delanggu. Pola

aliran ini jika dilihat dari atas nampak seperti pohon dan cabang – cabangnya, dan

daya erosinya relatif kecil.

2. Pola Sejajar

Terdapat dibagian hilir, pola aliran ini walaupun terbelah – belah tetapi tidak

menyatu, yaitu meliputi daerah Cawas bagian Utara, Karangdowo, Wonosari dan

Juwiring. Pola aliran ini telah sedikit berubah karena mendekati daerah

keseimbangan , dengan tingkat erosinya ringan.

3. Pola Radial dan Sentrifugal

Sungai – sungai yang mengalir seakan - akan berasal dari satu titik, pola aliran

seperti ini bila dilihat dari atas seperti ruji – ruji lingkaran. Pola aliran ini menempati

daerah perbukitan di Wilayah Kabupaten Bayat, Kemalang, Tulung, Karangnongko

dan Manisrenggo. Sungai – sungai tersebut mempunyai daya erosi yang cukup kuat.

Pengembangan Jaringan drainase ditinjau secara makro kewilayah dan mikro

pada pemukiman padat atau perkotaan. Secara kewilayahan sistem drainase di Wilayah

Kabupaten Klaten memanfaatkan sisten DAS 9 Daerah Alira Sungai), yang ada didaerah

(23)

terdapat kali Babadan,kali Gampar, Kali Logede, Kali , Kali Bogor, Kali Macanan, Kali

Bajung, Kali Khuman, kali Dandang, Kali Ngrancah, Kali Soko dan sungai-sungai lainnya.

Umumnya sungai – sungai di Kabupaten Klaten bermuara di Bengawan Solo. Guna

memelihara kinerja sistem drainase wilayah, pemeliharaan fungsi sungai – sungai alamiah

sebagai saluran buangan pelu dipertahannkan dan perlu adanya pemeliharaan dari

saluran drainase yangada pada saat ini untuk mengurangi adanya bencana banjir yang

melanda beberapa kawasan.

Kelestarian sungai dipelihara dengan mengembangkan penghijauan wilayah DAS

dan SUB DAS, sistem pengolahan lahan pertanian yang baik dan pola pemanfaatan lahan

yang seimbang dan berwawasan lingkungan.

Pada kawasan perkotaan, jaringan drainase dapat dikembangkan menyatu

dengan jaringansanitasi (limbah cair rumah tangga). Jaringan drasinase juga dapat

memanfaatkan jaringan irigasi yang melewati kawasan pemukiman. Untuk

pengembangan sisitem ganda ini, meski kurang direkomendasikan, untuk beberapa lokasi

yang dorekomendasikan, untuk beberapa lokasi pemukinan yang bersifat transisi dea kota

masih memungkinkan, karena minimnya pencemaran lingkungan.

Rata – rata curah hujan di Kabupaten Klaten selama tahun 2004 dapat

dikatakan sedang 23,05 mm/hari (curah sedang antara 20,7 mm/hari). Banyaknya curah

hujan sagat berdampak baik bagi pertanian karena memberi pasokan air yang cukup bagi

tanah.

Jaringan irigasi (kebutuhan air irigasi pertanian disumsikan sebesar 1,4

liter/detik/ha) di Kabupaten Klaten memanfaatkan aliran –aliran sungai yang ada sebagai

jarigan primer. Dengan luasa areal persawahan efektif 33,579 a, maka dukungan irigasi

diperlukan 47.010 liter/detik. Sistem irigasi utama di wilayah Kabupaten Klaten

memanfaatkan bendungan atau dam – dam kecil yang terbesar di seluruh wilayah, dan

khusus bagian selatan memanfaatkan wadok Rowojombor.

Penyediaan jaringan irigasi untuk daerah pertanian dilakukan dengan pembuatan

jaringan – jaringan sekunder dan tersier. Namun mengingat pertumbuhan lahan

persawahan cenderung negatif ( cenderung berkurang ), maka kebijakan yan

dikembangkan adalah memelihara kinerja sisitem irigasi agar berfungsi secara optimal

guna mendukung intensifikasi produk pertanian. Selain itu perlu pengaturan antaa petani

(24)

2.2.5 Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang

diperlukan sebagai bagian sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaat ruang,

terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun di pedesaan,

khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Bangunan gedung menurut

undang – undang Nomer 28 tahun 2002 adalah wujud hasil pekerjaan konstruksi yang

menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas atau di

dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan

sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Visi penataan Bangunan dan lingkungan adalah sedangkan misanya adalah : (1)

Memperdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertip, layak

huni, berjati diri, serasi dan selaras, (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam

penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

Sedangkan Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di

Kabupaten/Kota meliputi beberapa strategi pembangunan yaitu:

1. Dilakukan upaya penyebaran tingkat konsentrasi aktivitas di Perkotaan, dengan

mengembangkan pusat pertumbuhan baru sesuai tingkat kebutuhan dan

pelayanan aktivtas masyarakat.

2. Mendukung konsep pembangunan berkelanjutan dan perlunya ditetapkan

pentahapan pembangunan yang jelas sesuai dengan urutan prioritas kebutuhan.

3. Penataan Bangunan dan Lingkungan yang meliputi aspek fisik dan non fisik

(ekonomi, sosial dan budaya) sebagai upaya mengnarahkan dan mengendalikan

perkembangan fungsi-fungsi kegiatan perdagangan dan jasa sehingga sesuai

dengan peruntukan dan pemanfaatan ruang yang telah ditentukan dalam RTR

Kota Klaten.

4. Mendukung keberadaan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) sesuai klarifikasinya melalui

pembatasan kepadatan penduduk maupun penataan lingkungan pemukiman dan

pemanfaatannya sebagai green barrier kota

5. Mengembangkan potensi-potensi kawasan yang ada, baik potensi fisik maupun

non fisik dengan memperhatikan aspek sosial budaya setempat.

Berdasarkan hirarki kota yang ada di RTRW Kabupaten Klaten, pusat aktivitas

Kabupaten Klaten berada di Kota Klaten mencakup Kecamatan Klaten Utara, Klaten

Tengah dan Klaten Selatan yang berfungsi sebagi pusat wilayah ( regional center )

sekaligus sebagi Ibukota Kabupaten Klaten. Kota Klaten secara umum berfungsi sebagai

(25)

kesehatan dengan fungsi khusus pusat pertumbuhan SWP. Klaten Tengah berfungsi

sebagai pusat pendidikan dengan fungsi khusus sebagai pusat kegiatan dengan fungsi

khusus sebagai pusat jasa keuangan dan pemerintahan.

Konsentrasi kegiatan – kegiatan utama pada perkembangannya telah menjadi

kawasan strategis yang mengacu pertumbuhan kota. Kawasan – kawasan yang dapat

dikatakan sebagi CBD (Central Bussines District) adalah Ruas Jalan Pemuda, Jalur lingkar dalam kota, alun – alun dan sekitarnya.Kawasan tersebut dapat mewakili wajah sekaligus

citra Kota Klaten dan menjadi penggerak utama perkembangan kota.

Pada umumnya kondisi bangunan gedung di Kabupaten Klaten dapat dikatakan

relatif baik. Khusus untuk kantor – kantor pemerintah dan kawasan perdagangan (

gedung pertokoan ), terdapat beberapa bangunan yang memerlukan rehabilitasi baik

ringan maupun sedang. Pada bangunan gedung yang berada di kawasan oridor utama

kurang adanya penyediaan lahan terbuka khususnya untuk parkir sehingga menghambat

jalannya trasportasi dan menurunnya minat pembeli karena sulitnya mencari tempat

parkir.

Wajah Kota Klaten banyak dihiasi dengan bangunan komersial yang sebenarnya

menunjukkan potensi ekonomi yang dipunyai, tetapi maraknya pembangunan fisik

tersebut kurang didukung dengan penataan bangunan yang serasi dengan pemanfaatan

bangunan dan lingkungan.Pemanfaatan ruang public, khususnya jalur pendestrian dan

trotoar masih tumpang tindih, proporsi Buildng Coverage (BC) dan Floor Air Ratio (FAR) tidak seimbang sehingga beresiko terhadap keselamatan bangunan dan penghuninya.

2.2.6 Sub Bidang Pengembangan Pemukiman

Pemukiman pedesaan dalam hal ini pada dasarnya dapat dianalogikan dengan

terminologi wilayah belakang (hinterland) pada konsep pusat – wilayah belakang (center

hinterland). Pusat adalah kawasan perkotaan yang didirikan oleh dominasi kegiatan non

pertanian. Baik dalam aktivitas ekonomi maupun sosial. Sedangkan hinterland adalah kawasan “ diluar “ kawasan perkotaan. Kawasan yang berada di luar kawasan perkotaan tersebut, tetunya adalah kawasan pedesaan, dimana kegiatan pertanian sangat dominan.

Sesuai dengan arahan yang tertuang di dalam RTRW, sistem pemukiman

perdesaan dikembangkan sebagai pusat kegiatan kawasan perdesaan atau hiterland.

Dengan demikian, dalam konteks Jawa Tengah pengembangan sisitem permukiman

(26)

1. Permukiman pedesaan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pusat dan

wilayah belakang, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang semakin melebar

antara pedesaaan dan perkotaan.

2. Pemuiman pedesaan diarahkan sebagai media transformasi fungsi perkotaan

kepada kawasan pedesaan.

3. Permukiman Peresaan menjadi pusat distribusi dan koleksi (pengumpul)

sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah pedesaan.

Lebih lanjut, pengembangan pusat permukimana pedesaan tertuang dalam

RTRW kabupaten ( RTRWK ). Di dalam RTRWK tergambar pusat pemukiman pedesaan

yang potensial secara fungsional sebagai Desa Pusat Pertumbuhan ( DPP ).

Dari beberapa kecamatan yang ada, prosentasi peningkatan jumlah rumah

tangga teringgi terjadi di Kecamatan Kalikotes dengan nilai 27,14 atau sebanyak1.897 KK.

Sedangkan di Kecamatan Bayat yang mengalami penurunan jumlah rumah tangga 6,10 %

atau sebanyak 777KK.

Tabel II.13

Jumlah Rumah Tangga Tahun

Tabel II.13

Jumlah Rumah Tangga Tahun 2000 - 2004

No

Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga ( KK )

% Rata-rata

Tambahan

2.000

2.001

2.002

2.003

2.004

Rumah

1

Prambanan

10.585

10.733

10.805

10.949

11.070

4,58

2

Gantiwarno

9.583

9.621

9.660

9.592

9.595

0,13

3

Wedi

12.345

12.698

12.387

13.739

14.203

15,05

4

Kebonarum

-

-

5.092

4.993

5.191

1,94

5

Jogonalan

13.875

13.873

14.013

14.582

14.817

6,79

6

Manisrenggo

9.897

10.194

10.301

10.520

10.727

8,39

7

Karangnongko

8.835

8.613

8.882

8.907

8.931

1,09

8

Kemalang

9.312

8.713

10.413

8.759

10.780

15,76

9

Klaten Selatan

9.054

11.568

9.445

9.653

9.852

8,81

10 Klaten Tengah

9.445

9.641

11.130

10.714

11.137

17,91

11 Klaten Utara

10.092

10.106

10.164

10.353

10.440

3,45

(27)

13 Jatinom

11.621

11.851

11.851

11.854

11.838

1,87

14 Kalikotes

6.989

7.068

7.395

8.702

8.886

27,14

15 Karanganom

-

-

11.155

11.924

11.999

7,57

16 Karangdowo

11.308

11.487

11.796

12.063

12.375

9,44

17 Ngawen

9.354

9.789

10.109

10.273

11.003

17,63

18 Polanharjo

11.056

10.899

11.068

11.281

11.090

0,31

19 Tulung

13.365

13.209

13.991

13.907

13.814

3,36

20 Wonosari

16.577

16.252

15.902

15.973

16.459

-0,71

21 Cawas

12.062

12.817

13.129

13.523

13.010

7,86

22 Trucuk

17.996

18.463

18.896

19.792

20.049

11,41

23 Pedan

5.771

5.417

6.086

6.181

7.841

35,87

24 Bayat

12.747

11.208

11.344

11.677

11.970

-6,10

25 Juwiring

11.098

11.907

11.907

12.188

12.557

13,15

26 Delanggu

-

-

-

16.905

16.984

0,47

JUMLAH

263.449 266.609 287.770 309.853 317.472

20,51

Sumber : Data Isian Pokjanis, 2005

Kebutuhan fasilitas perumahan di Kabupaten Klaten akan mengikuti

perkembangan jumlah penduduk. Besaran tipe rumah pun bervariasi menurut

kemampuan pemiliknya. Rumah Permanen adalah dinding rumah terbuat dari batu bata.

Bersifat permanendan kokoh. Lantai rumah dilapisi oleh semen dan ubin. Rumah Semi

Permanen adalah dinding rumah etrbuat dari sebagian tembok, sebagian berupa bahan

kayu atau bahan bambu, bersifat kokoh dan permanen, lantai rumah dilapisi oleh semen

dan ubin. Rumah Non Permanen adalah dinding rumah terdiri dari bahan kayu atau bahan

bambu, bersifat non permanen, lantai rumah masih berupa tanah atau tanah liat ( tidak

berlapis semen ataupun ubin).

Tabel II.4

Jumlah Rumah Berdasarkan Permanensi Bangunan

Tabel II.14

Jumlah Rumah Berdasarkan Permanensi Bangunan

No

Kecamatan

Kondisi Rumah

Jumlah

Permanen

Semi Permanen

Temporer

Rumah

(28)

2

Gantiwarno

8.623

555

444

9.622

3

Wedi

8.088

2.943

529

11.560

4

Kebonarum

4.313

77

6

4.396

5

Jogonalan

11.316

846

400

12.562

6

Manisrenggo

4.404

886

3.924

9.214

7

Karangnongko

6.257

1.121

224

7.602

8

Kemalang

3.568

3.296

1.790

8.654

9

Klaten Selatan

8.878

79

100

9.057

10 Klaten Tengah

11.900

538

258

12.696

11 Klaten Utara

8.558

760

0

9.318

12 Ceper

20.545

293

131

20.969

13 Jatinom

10.397

1.384

1.783

13.564

14 Kalikotes

7.485

186

70

7.741

15 Karanganom

10.503

152

21

10.676

16 Karangdowo

8.661

2.378

678

11.717

17 Ngawen

8.487

901

314

9.702

18 Polanharjo

9.874

59

22

9.955

19 Tulung

11.402

1.286

0

12.688

20 Wonosari

14.074

873

0

14.947

21 Cawas

10.926

1.607

0

12.533

22 Trucuk

14.127

1.793

1.970

17.890

23 Pedan

7.006

1.616

329

8.951

24 Bayat

8.521

2.532

4.284

15.337

25 Juwiring

11.156

1.910

0

13.066

26 Delanggu

13.646

3.411

0

17.057

JUMLAH

250.000

34.766

17.277

302.043

Sumber : Data Isian Pokjanis 200...

Pada RTRW Kabupaten Klaten dikatakan bahwa proyeksi kebutuhan rumah di

Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :

Pada Tahun 2004 jumlah rumah eksisting sebanyak 284.327 Unit. Pada Tahun 2010

diperkirakan dibutuhkan perumahan sebanyak 290.248 Unit.

Sedangkan pada Tahun 2015 memerlukan 295.276 Unit rumah.

Dalam perkembangannya, pembangunan perumahan diarahkan lebih dapat

berbentuk kumpulan yang menyebar tidak hanya dikiri-kanan jalan. Sehingga pola linier

yang ada sekarang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pemukiman yang

(29)

utilitas pemukiman yang terpadu / komunal. Dengan demikian pemakaian, perawatan dan

pemeliharaan infrastruktur yang ada dapat lebih efektif dan efisien.

Permukiman yang selama ini berkembang di Wilayah Kabupaten Kota lebih

bersifat sporadis terutama pada kawasan pedesaan. Sedangkan pada kawasan perkotaan

sudah cenderung teratur mengikuti polam jaringan jalan. Rencana permukiman

kepadatan tinggi diarahkan pada kawasan perotaan yang pertumbuhannya relatif lebih

pesat ( Kota Klaten, Delanggu, Kalikotes, Pedan, Cawas, dan Jatinom ) di atur agar tidak

tumbuh linier tetapi menyebar pada setiap simpul ibukota Kecamatan. Sedangkan

permukiman kepadatan rendah diarahkan pada kawasan pedeasan dan kawasan desa

kota ( menyebar pada sisi barat dan timur wilayah Klaten ) diatur agar dapat

mengelompok membentuk pola kegiatan tertetu dan tidak bersifat sporadis. Selain itu

perlu dikembangkan pembinaan permukiman agar tidak tercipta lingkungan kumuh pada

kawasan perkotaan, sedangkan pada kawasan pedesaan perlu pembinaan budaya pola

hidup sehat dan penyediaan sarana dan prasarana dasar untuk memenuhi kebutuhan

penduduk. Pengatuan tentang pemukiman lebih lanjut akan diatur dialam RP4D (

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah ).

Kondisi Prasarana Dasar Permukiman

Listrik

Kebutuhan energi listrik merupakan salah astu kebutuhan yang tidak dapat

dipisahkan dalam keperluan sehari – hari masyarakat. Selain sebagai fasilitas

penerangan, energi listrik juga dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan

perdagangan. Apabila ditinjau dari jumlah dea yang mendapatkan pelayanan listrik,

pada saat ini tingkat pelayanan jaringan listrik diKabupaten Klaten sudah mencapai

seluruh pelosok desa. Walaupun mungkin masih ada warga yang patungan untuk

pemasangan listrik PLN.

Hampir seluruh rumah tangga yang ada sudah dapat menikmati fasilitas penerangan

listrik dari sumber PLN. Menurut data tercatat ada 97,429 % atau sebanyak 294200

rumah tangga sudah dapat aliran listrik terdapat di daerah – daerah pedeaan yang

wilayahnya sulit dijangkau, seperti permukiman di kaki Gunung Merapi.

Tabel II.5

Jumlah Rumah Tinggal berdasarkan Sumber Penerangan.

(30)

Jumlah Rumah Berdasarkan Sumber Penerangan

No

Kecamatan

Listrik PLN

Listrik Non PLN

Jumlah

1

Prambanan

9.911

658

10.569

2

Gantiwarno

7.855

1.767

9.622

3

Wedi

10.377

1.183

11.560

4

Kebonarum

4.061

335

4.396

5

Jogonalan

12.562

0

12.562

6

Manisrenggo

8.501

713

9.214

7

Karangnongko

6.895

707

7.602

8

Kemalang

8.440

214

8.654

9

Klaten Selatan

8.997

60

9.057

10 Klaten Tengah

12.696

0

12.696

11 Klaten Utara

9.318

0

9.318

12 Ceper

20.860

109

20.969

13 Jatinom

13.539

25

13.564

14 Kalikotes

7.144

597

7.741

15 Karanganom

10.676

0

10.676

16 Karangdowo

11.717

0

11.717

17 Ngawen

9.566

136

9.702

18 Polanharjo

9.955

0

9.955

19 Tulung

12.688

0

12.688

20 Wonosari

14.947

0

14.947

21 Cawas

12.051

482

12.533

22 Trucuk

17.826

64

17.890

23 Pedan

8.875

76

8.951

24 Bayat

15.016

321

15.337

25 Juwiring

N/A

N/A

N/A

26 Delanggu

17.057

0

17.057

JUMLAH

281.530

7.447

288.977

Persentase (%)

97,42

2,58

100

Sumber Data Isian Pokjanis, 2005

Sanitasi

Secara umum penanganan limbah dan sanitasi meliputi limbah dan sanitasi perlu

(31)

udara, estetika) yang akan mengganggu kesehatan manusia. Gangguan kesehatan

yang akan mudah muncul antara lain muntaber, diare, disentri, malaria, dan juga

penyakit degeneratif.

Pada tahun 2010 doperkirakan kebutuhan jamban keluarga sebanyak 9.796 unit,

dan MCK 11.755 unit untuk tiap 5 KK/unit. Pada tahun 2015 kebetuhan penanganan

limbah dan sanitasi diperkirakan meningkat, yaitu limbah yang dibuang ke

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.3
Tabel II.3
Tabel II.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pada penelitian ini yaitu mengetahui apakah ada perbedaan hasil waktu baku secara tidak langsung pada bagian pengemasan dengan metode work factor, methods time

F Hitung > F Tabel dengan nilai F hitung 3.74 > F tabel 1.62 maka H 0 Ditolak H 1 Diterima yang berarti ada perbedaan nyata perbedaan pengaruh perlakuan dan

Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran konvensional yang hanya menggunakan metode pembelajaran yang monoton seperti metode

meneruskan dokumen hasil pengawasan Bawaslu terhadap Verifikasi Administrasi Partai Politik calon Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c kepada

• NoveI berbagai definisi telah diberikan oleh para ahli dengan berbagai makna, diantaranya ada yang menyatakan novel merupakan karya berbentuk sastra yang di

Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan, sedangkan pembentukan kelembagaan KPH, khususnya organisasi KPHL dan KPHP, telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam

Bagi Australia, kebijakan Indonesia yang menolak bekerja sama untuk membuka detention center seperti yang sudah dilakukan dengan negara-negara Pasifik, berarti

Dalam usaha untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara