• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE Hubungan Antara Pes Planus Dengan Osteoarthritis Knee.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE Hubungan Antara Pes Planus Dengan Osteoarthritis Knee."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE

Rochmad Nur Fauzi H

Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jln. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura, Surakarta E-mail : oziefauzi51@yahoo.com

ABSTRAK

Latar belakang : Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif sendi yang paling banyak dijumpai dalam masyarakat yang prevalensinya di Indonesia cukup tinggi yaitu 15,5 % pada pria dan 12,7 % pada wanita. Salah satu faktor risiko terjadinya OA lutut yakni adanya kelainan anatomis (pes planus). Pes planus mempunyai kecenderungan untuk mengalami nyeri lutut sebesar 1,39 kali dan kecenderungan untuk mengalami cartilago damage pada sisi aspek sebelah dalam dari sendi lutut (medial tibiofemoral comparetment) sebesar 1,76 kali.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara pes planus dengan osteoarthritis knee

Metode: Penelitian ini menggunakan disain Cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Variabel bebas yaitu pes planus dan variabel tergantung yaitu osteoarthritis knee.

Hasil penelitian: Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pes planus dengan OA knee (p=0,017, RP=2,2, 95% CI: 1,15-4,26), BMI dengan OA knee (p=0,003, RP=3, 95% CI: 1,24-7,20) sedangkan untuk variabel SAI hasil dari uji independent t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata nilai SAI antara pasien dengan OA knee dibanding dengan bukan OA knee (0,82±0,26vs0,62±0,23,p=0,047).

Kesimpulan : Terdapat hubungan antara pes planus dengan osteoarthritis knee dengan rasio prevalensi 2,2

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif sendi yang paling banyak dijumpai dalam masyarakat dan jumlah penderitanya kebanyakan pada usia tua.

Salah satu faktor risiko terjadinya OA lutut yakni adanya kelainan anatomis, pada

osteoarthritis hip dijumpai arkus kaki yang meninggi (pes cavus) tetapi pada

osteoarthritis knee dijumpai arkus kaki yang datar (pes planus) (Reilly et al., 2009).

Pes planus merupakan suatu kondisi di mana lengkung kaki sebelah dalam atau

sisi medial berkurang atau tidak ada, sehingga secara keseluruhan telapak kaki akan

sejajar dengan tanah (Wilson, 2008). Penelitian Gross et al., 2011 menunjukkan bahwa

pes planus berhubungan dengan nyeri lutut dan kerusakan tulang rawan medial

tibiofemoral pada dewasa tua. Hal senada disampaikan Galbareath&Meera (2008) pada

studi Framingham Foot and OA menunjukkan bahwa orang dengan pes planus

mempunyai kecenderungan untuk mengalami knee pain sebesar 1,39 kali dan

kecenderungan untuk mengalami cartilago damage pada sisi aspek sebelah dalam dari

sendi lutut (medial tibiofemoral comparetment) sebesar 1,76 kali.

Pes planus berkontribusi pada patologi tibiofemoral dan patelofemoral, dan sejak awal sering dijumpai pada dewasa tua dengan kasus OA medial tibiofemoral(Reilly et al., 2006). Pes planus yang terjadi dalam waktu yang lama dapat berkontribusi terhadap perkembangan kondisi muskuloskeletal pada ekstremitas bawah .

Sebuah penelitian yang menganalisa postur kaki pada kelompok osteoarthritis

dibandingkan dengan kelompok kontrol didapatkan hasil terdapat perbedaan rerata yang

signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok osteoarthritis pada arc index

(4)

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pes planus dengan osteoarthritis knee.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dilakukan di Poliklinik Fisioterapi RSUD Kota Yogyakarta pada bulan September 2013. Pengumpulan

data menggunakan data primer dengan pengisian kuesioner untuk umur, jenis

kelamin, tinggi badan, berat badan dan arch index. Pengukuran arch index menggunakan Staheli’s Arc Index (SAI) dengan cara membuat foot print terlebih dahulu kemudian menghitung rasio antara luas Midfoot dan Hindfoot atau dengan rumus SAI = A/B, hasil dari perhitungan tersubut kemudian dibandingkan dengan

tabel rujukan nilai normal. Pengambilan sampel secara total sampling dan didapat sampel sebesar 30 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden

Hasil dari analisis univariat memperlihatkan karakteristik responden

berdasarkan masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa rerata umur responden adalah 61,07

tahun dengan umur termuda adalah 40 tahun dan umur tertua adalah 77 tahun.

Rerata tinggi badan responden adalah 158,6 cm dengan tinggi badan terendah

(5)
[image:5.595.150.517.425.583.2]

Tabel 1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur, tinggi badan, berat badan

dan arc index (n=30)

Variabel Mean Median SD Min-Maks

Umur (tahun) 61,07 61 10,78 40-77

TB (cm) 158,6 157 6,02 150-174

BB (kg) 62,93 62,5 13,09 45-105*

SAI 0,73 0,7 0,26 0,25-1,4*

Keterangan:TB:Tinggi Badan, BB:Berat Badan, SAI:Staheli’s Arc Index

*Nilai probabilitas ( p > 0,05) dari uji Kolmogorov Smirnov

Selanjutnya rerata berat badan responden adalah 62,93kg dengan

berat badan terendah adalah 45 kg dan berat badan tertinggi adalah 105 kg.

Rerata nilai staheli’s arc index (SAI) responden adalah 0,73 dengan nilai SAI terendah 0,25 dan nilai SAI tertinggi 1,4.

Tabel 2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin, BMI, diagnosis OA dan

diagnosis pes planus (n=30)

Variabel Kategori Jumlah

(n)

Presentase (%)

Jenis Kelamin Perempuan

Laki-laki

19 11

63,3 36,7

BMI ≥ 25

< 25

15 15

50 50

OA knee Ya

Tidak

16 14

53,3 46,7

Pes Planus Ya

Tidak

11 19

36,7 63,3

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin tidak merata, proporsi responden laki-laki lebih

sedikit (36,7%) dibandingkan responden perempuan (63,3%). Distribusi

(6)

Distribusi responden berdasarkan diagnosis OA hampir merata, proporsi

responden dengan diagnosis OA lebih banyak (53,3%) dibandingkan

responden dengan diagnosis bukan OA (48,7%). Distribusi responden

berdasarkan diagnosis pes planus tidak merata, proporsi responden dengan

diagnosis pes planus lebih sedikit (36,7%) dibandingkan responden

dengan diagnosis bukan pes planus (63,3%).

2. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Pada penelitian ini pes planus sebagai variabel babas sedangkan osteoarthritis knee sebagai variabel terikat.

Tabel 3. Perbandingan rerata variabel responden OA knee dan bukan OA knee (n=30)

Variabel Diagnosis OA p value

OA Bukan OA

Umur 61,31±9,24 60,79±12,68 0,85a

TB (cm) 158,5±5,94 158,71±6,34 0,93a

BB (kg) 69,06±12,08 55,93±10,73 0,004*b

SAI 0,82±0,26 0,62±0,23 0,047*b

Keterangan: TB : Tinggi Badan, BB : Berat Badan, SAI : Staheli’s Arc Index a

Nilai signifikansi probabilitas (p<0,05) dari uji mann whitney b

Nilai signifikansi probabilitas (p<0,05) dari uji independent t test Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rerata umur responden

dengan diagnosis OA lebih tinggi dibandingkan rerata umur responden

dengan diagnosis bukan OA, hasil dari uji statistik dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yg bermakna rerata usia responden dengan

diagnosis OA dibandingkan usia responden dengan diagnosis bukan OA

(7)

dibandingkan rerata tinggi badan responden dengan diagnosis bukan OA,

hasil dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yg bermakna antara rerata tinggi badan responden dengan diagnosis OA

dibandingkan tinggi badan responden dengan diagnosis bukan OA

(p=0,93).

Selanjutnya rerata berat badan responden dengan diagnosis OA

lebih tinggi dibandingkan rerata berat badan responden dengan diagnosis

bukan OA, hasil dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yg bermakna rerata berat badan responden dengan diagnosis

OA dibandingkan berat badan responden dengan diagnosis bukan OA

(p=0,004). Rerata SAI responden dengan diagnosis OA lebih tinggi

dibandingkan rerata SAI responden dengan diagnosis bukan OA, hasil dari

uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yg bermakna

rerata SAI responden dengan diagnosis OA dibandingkan SAI responden

[image:7.595.130.516.568.730.2]

dengan diagnosis bukan OA (p=0,047).

Tabel 4. Hasil analisis bivariatantara variabel bebas dengan OA knee (n=30)

Variabel Diagnosis OA RP 95% CI p value

OA Bukan OA

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki 11(36,7) 5(16,6) 8(26,7) 6(20)

1,27 0,6-2,70 0,51

BMI ≥ 25 < 25 12(40) 4(13,3) 3(10) 11(36,7)

3 1,24-7,20 0,003*

Pes planus Ya Tidak 9(30) 7(23,3) 2(6,7) 12(40)

2,2 1,15-4,26 0,017*

(8)

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa hasil analisis hubungan jenis

kelamin terhadap kejadian OA menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan proporsi jenis kelamin dengan kejadian osteoarthritis knee (p=0,51). Sedangkan hasil RP=1,27, mempunyai arti bahwa responden

yang berjenis kelamin perempuan mempunyai risiko 1,27 kali lebih besar

untuk OA knee dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki (CI 95% 0,6-2,70).

Hasil analisis hubungan BMI terhadap kejadian OA knee menunjukkan terdapat perbedaan proporsi BMI dengan kejadian

osteoarthritis knee (p=0,004). Sedangkan hasil RP=3, mempunyai arti bahwa responden yang mempunyai BMI ≥ 25 mempunyai risiko 3 kali

lebih besar untuk OA knee dibandingkan dengan responden yang mempunyai BMI < 25 (CI 95% 1,24-7,20).

Hasil analisis hubungan pes planus terhadap kejadian OA knee menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi pes planus dengan

kejadian osteoarthritis knee (p=0,017). Sedangkan hasil RP=2,2, mempunyai arti bahwa responden dengan pes planus mempunyai risiko

2,2 kali lebih besar untuk OA knee dibandingkan dengan responden yang tidak pes planus (CI 95% 1,15-4,26).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari studi

(9)

1,39 kali dan kecenderungan untuk mengalami cartilago damage pada sisi aspek sebelah dalam sendi lutut (medial tibiofemoral comparetement) sebesar 1,76 kalI (Galbreath&Meera, 2008).

Foot posture telah lama dipertimbangkan kontribusinya dalam perkembangan kondisi lower limb musculosceletal, hal itu dikarenakan foot posture dapat merubah mechanical aligment dan dynamic function dari lower limb dimana salah satu analisis postur kaki yang dilakukan adalah pes planus. Memiliki telapak kaki rata (pes planus) berhubungan dengan peningkatan prevalensi nyeri lutut kerusakan tulang rawan sendi

pada populasi dewasa tua, demikian hasil penelitian dari The Arthritis Foundation (Galbreath&Meera, 2008).

Beberapa bukti menunjukkan bahwa karakteristik OA dihubungkan

dengan pembebanan secara mekanik (mechanical loading). Akibat dari pembebanan yang berlebihan pada lutut dapat menyebabkan peningkatan

penekanan dan atau shear stress pada tibiofemoral (TF) atau patelofemoral (PF) comparetment. Banyak penelitian fokus pada malaligment lokal sendi lutut, kaki berperan dengan segera sebagai

peredam dari mekanikal stres pada saat kontak dengan tanah atau lantai

dan melalui ektremitas bawah akan membentuk pola postural aligment dan gerakan sendi pada lutut (William et al., 2001)

(10)

mekanikal stres pada knee, hal tersebut dimungkinkan karena peningkatan

rotational stress pada jaringan tibiofemoral comparetement dan peningkatan kontak permukaan sendi patela sebelah lateral dengan lateral trochlea femoris (Souza et al., 2010).

Penelitian yang melibatkan 1.903 sampel sebanyak 56% berjenis

kelamin wanita didapatkan hasil sebanyak 22% mengalami nyeri lutut

sepanjang hari kemudian kerusakan tulang rawan diidentifikasi sebesar

45% pada medial tibiofemoral (TF), 27% pada lateral tibiofemoral, 58% pada medial patellofemoral (PF), dan 42% pada lateral PF. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pes planus berhubungan dengan nyeri lutut dan kerusakan tulang rawan medial tibiofemoral pada dewasa tua (Gross et al., 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara pes planus dengan osteoarthritis knee sisi medial dengan rasio prevalensi 2,2.

Saran dalam penelitian ini adalah untuk penelitian selanjutnya perlu

menggunakan disain retrospektif atau bahkan prospektif supaya mampu

menjelaskan aspek temporalnya yang bermanfaat untuk mencegah terjadinya OA

(11)

Bagi para klinisi hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan

analisis postur kaki pada pasien osteoarthritis knee guna intervensi yang lebih komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Gross, K.D., David, T. F., Jingbo, N., et al. 2011. Association of flat feet with knee pain and cartlage damage in older adult. Arthritis Care & Research.;63:937-944.

Galbreath, C., Meera, V. 2008. Flat feet associated with knee pain. San Fransisco: The Arthritis Foundation.

Levinger, P., Hyton, B. M., Mohammad, R. F., Julian, A. F., John, R. B., Neil, R. B., 2010. Foot posture in people with medial compartment knee osteoarthritis. Journal of Foot and Ankle Research. 3:29.

Reilly A, Barker L, Shamley D, Sandall S. 2006 Influence of foot characteristics on the site of lower limb osteoarthritis. Foot Ankle Int ;27:206–11.

Reilly K, Barker K, Shamley D, Newman M, Oskrochi GR, Sandall S. 2009. The role of foot and ankle assessment of patients with lower limb osteoarthritis. Physiotherapy, 95:164-169.

Souza TR, Pinto RZ, Trede RG, Kirkwood RN, Fonseca ST. 2010. Temporal Couplings between rearfoot-shank complex and hip joint during walking.Clin Biomech (Bristol, Avon);25: 745–8.

Willliams DS 3rd, Hamill J, Buchanan TS. 2001. Lower extremity kinematic and Kinetic differences in runners with high and low arches. J Appl Biomech;17:153–63.

Gambar

Tabel 1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan  umur, tinggi badan, berat badan
Tabel 4. Hasil analisis bivariat antara variabel bebas dengan OA knee (n=30)

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI METODE SQ3R (SURVEY, QUESTION,READ, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI GAGASAN UTAMA PADA PARAGRAF NARASI KELAS IV SDN RANCA TALES

Peningkatan P-tersedia pada kebun kelapa sawit usia 6 tahun diduga hanya karena perlakuan pemupukan P dan belum di pengaruhi oleh aktifitas mikro organisme penambat P,

Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai yang relatif tergantung dari masing-masing individu (Wijono, 2003). Dalam memberikan asuhan keperawatan berbagai macam faktor

Jadi, penerapan gambar luas daerah sebagai media pembelajaran dalam penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan tentunya hasil belajar matematika siswa khususnya pada

correlation between students’ anxiety and their English reading skill at the tenth year students of SMK Negeri 3 Kota Tangerang.. The Significance of

State government agencies on the east coast of Australia and the University of Queensland have been collaborating since 2007 through the Joint Remote Sensing

Menurut hasil survei pra penelitian, dengan wawancara dan memberikan angket kepada beberapa konsumen, hal yang menyebabkan Restaurant Kambing Bakar Cairo tidak

Koagulan sintetis perlu dibuat dengan menggunakan bahan dasar logam aluminium murni sebagai koagulan sintetik pembanding agar diketahui perbedaan kinerja koagulan yang