PENGEMBANGAN MEDIA INFORMASI KBJI BERBASIS PHP UNTUK MEMANTAPKAN ORIENTASI KARIR SISWA
(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Dwi Indrianingrum 0808368
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNTUK MEMANTAPKAN ORIENTASI KARIR SISWA (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri
Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh
Dwi Indrianingrum
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Dwi Indrianingrum 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Dwi Indrianingrum, 0808368 (2013). Pengembangan Media Informasi KBJI Berbasis PHP Untuk Memantapkan Orientasi Karir Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/ 2013)
Penelitian dilatarbelakangi sebuah fenomena yang dihadapi oleh peserta didik SMA dalam orientasi karir. Oleh sebab itu, permasalahan utama yang menjadi fokus kajian penelitian adalah media informasi seperti apa yang diperlukan siswa untuk memantapkan orientasi karir siswa kelas X. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan subjek penelitian siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Data yang digunakan untuk mengungkap orientasi karir siswa dikumpulkan melalui instrumen nontes berupa angket model likert. Data dianalisis dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS for Windows versi 20.0. Teknik analisis data menggunakan statistika non-parametrik. Penelitian ini menghasilkan: 1) profil umum orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013; 2) profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung berdasarkan klaster; 3) pengembangan media informasi KBJI berbasis PHP untuk memantapkan orientasi karir siswa; dan 4) program hipotetik bimbingan karir untuk memantapkan orientasi karir siswa SMA. Adapun rekomendasi hasil penelitian ini diberikan kepada: 1) Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan; 2) guru bimbingan dan konseling; dan 3) peneliti selanjutnya.
ABSTRACT
Dwi Indrianingrum, 0808368 ( 2013). Development of PHP-Based Media Information of KBJI to Establish Career Orientation Students. (Descriptive Study of Class X Students SMA Negeri Bandung at Academic Year 2012/2013)
Research backed a phenomenon faced by high school students in career orientation. Therefore, the main issues are the focus of research is the media information such as what is needed for students to strengthen their career orientation. The method used is descriptive method. While the approach used in this study is quantitative research subjects class X SMA Negeri Bandung as the academic year 2012/2013. The data used to reveal the students' career orientations are collected through a questionnaire instrument nontes Likert models . Data were analyzed using SPSS for Windows version 20.0. Analysis using non-parametric statistics. This research resulted in: 1) the general profile career orientation class X SMA Negeri Bandung as the academic year 2012/2013; 2) profile career orientation class X SMA Negeri Bandung by a cluster; 3) development of PHP-based media information of KBJI to strengthen students 'career orientation; and 4) a hypothetical program of career guidance to strengthen career orientation of students. The recommendations given to the results of this study: 1) Department of Educational Psychology and Guidance; 2) teacher of guidance and counseling; and 3) further research.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis... 14
2. Manfaat Praktis... 14
E. Struktur Organisasi ... 14
BAB II ORIENTASI KARIR DAN PENGEMBANGAN MEDIA INFORMASI KBJI BERBASIS PHP A. Konsep Orientasi Karir 1. Pengertian Karir ... 16
2. Tahapan dan Karakteristik Perkembangan Karir ... 18
3. Pengertian Orientasi Karir ... 22
4. Orientasi Karir Siswa SMA ... 24
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karir ... 26
6. Aspek-Aspek Orientasi Karir ... 27
7. Upaya Pemantapan Orientasi Karir ... 32
3. Jenis-Jenis Media Bimbingan dan Konseling ... 38
4. Penggunaan Media dalam Bimbingan dan Konseling ... 41
C. Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Di Indonesia ... 43
1. Golongan Pokok I ... 43
2. Golongan Pokok II ... 45
3. Golongan Pokok III ... 51
4. Golongan Pokok IV ... 56
5. Golongan Pokok V ... 58
6. Golongan Pokok VI ... 61
7. Golongan Pokok VII ... 63
8. Golongan Pokok VIII ... 68
9. Golongan Pokok IX ... 72
10. Golongan Pokok X ... 74
D. Media Informasi KBJI Berbasis PHP 1. Sejarah PHP ... 76
2. Pengertian PHP... 77
3. Kelebihan PHP dari Bahasa Pemrograman Lain ... 77
4. Pengukuran Minat Pekerjaan... 78
5. Pengertian Media Informasi KBJI Berbasis PHP ... 80
6. Konten Media Informasi KBJI Berbasis PHP ... 81
7. Tahapan Penggunaan Media Informasi KBJI Berbasis PHP ... 82
E. Bimbingan Karir Sebagai Bagian dari Program Bimbingan dan Konseling... 83
1. Pengertian Bimbingan Karir ... 84
2. Tujuan Bimbingan Karir ... 87
3. Prinsip Bimbingan Karir ... 89
4. Kompetensi Siswa SMA ... 90
F. Model-Model Program Bimbingan dan Konseling ... 91
G. Pengembangan Program Bimbingan Karir ... 95
H. Kontribusi Media Informasi KBJI dalam Program Bimbingan dan Konseling ... 97
I. Penelitian yang Relevan... 100
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian ... 107
2. Populasi Penelitian ... 107
B. Desain Penelitian ... 110
C. Metode Penelitian ... 110
D. Definisi Operasional Variabel ... 112
E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen ... 114
2. Pengembangan Kisi-kisi ... 116
3. Pedoman Penyekoran (Scoring) ... 117
F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Kelayakan Instrumen ... 119
2. Uji Keterbacaan ... 120
3. Uji Coba Instrumen ... 120
4. Uji Validitas ... 121
5. Uji Reliabilitas ... 122
G. Teknik Pengumpulan Data ... 123
H. Analisis Data 1. Verifikasi Data ... 124
2. Penetapan Penskoran Instrumen ... 124
3. Teknik Analisis Data ... 127
I. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan ... 127
2. Tahap Pelaksanaan ... 128
3. Hasil dan Laporan ... 128
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Profil Umum Orientasi Karir Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... 129
2. Profil Orientasi Karir Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Berdasarkan Klaster ... 131
B. Pembahasan ... 138
C. Rancangan Layanan Bimbingan Karir yang Layak Untuk Memantapkan Orientasi Karir Siswa Kelas X SMA ... 145
D. Keterbatasan Penelitian ... 165
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 166
B. Rekomendasi 1. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan ... 166
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling ... 167
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 167
DAFTAR PUSTAKA ... 169
DAFTAR TABEL
Halama
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Karir Menurut Super ... 19
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Kemandirian Siswa SMA ... 91
Tabel 2.3 Model-Model Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif 92 Tabel 3.1 Komposisi Sampel Penelitian Tiap Sekolah Berdasarkan Kluster 109 Tabel 3.2 Rentang Skala Likert ... 116
Tabel 3.3 Kisi-kisi Alat Pengumpul Data Penelitian Orientasi Karir Siswa . 117 Tabel 3.4 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Pengungkap Orientasi Karir Siswa ... 119
Tabel 3.5 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Orientasi Karir Siswa .. 120
Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Skala Likert ... 121
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Orientasi Karir Siswa ... 122
Tabel 3.8 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen ... 123
Tabel 3.9 Tingkat Reliabilitas Instrumen Orientasi Karir Siswa ... 123
Tabel 3.10 Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang ... 125
Tabel 3.11 Perhitungan Konversi Kualifikasi Skor Total Orientasi Karir Siswa ... 126
Tabel 3.12 Konversi Kualifikasi Skor Total Orientasi Karir Siswa Menjadi Skor Matang ... 126
Tabel 3.13 Interpretasi Skor Kategori Orientasi Karir Siswa ... 127
Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistika Deskriptif Profil Umum Orientasi Karir Siswa SMA Negeri Se-Kota Bandung ... 130
Tabel 4.2 Pengkategorian Orientasi Karir Siswa ... 130
Tabel 4.3 Profil Orientasi Karir Siswa Klaster 1 ... 131
Tabel 4.4 Profil Orientasi Karir Siswa Klaster 2 ... 131
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dalam rangka membantu siswa untuk
mengembangkan potensi dirinya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau pelatihan bagi peranannya di masa depan. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1
ayat 1 yang berisi sebagai berikut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Yusuf & Nurihsan (2008: 3) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan
aset yang tak ternilai dan faktor penting perkembangan karir individu. Melalui
pendidikan individu berharap dapat mewujudkan cita-cita dan mencapai
kehidupan yang bermakna baik bagi diri sendiri maupun orang-orang di
sekitarnya.” Layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan dalam
proses pendidikan karena tujuan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional. Hal ini tercantum dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003
Bab II Pasal 3 yang berisi sebagai berikut.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka diselenggarakan serangkaian
kegiatan pembelajaran yang bersifat formal, nonformal maupun informal dengan
berbagai jenjang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Bimbingan dan konseling sebagai
nasional yaitu melalui layanan yang diberikan kepada individu dalam
menuntaskan tugas-tugas perkembangannya. Individu yang dimaksud adalah
semua siswa pada setiap jenjang pendidikan.
Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan
yang ditempuh oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal.
Pada jenjang ini, siswa berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia
pendidikan tinggi atau dunia kerja yang merupakan wahana untuk membentuh
integritas profesi yang didambakannya. Pendidikan merupakan upaya untuk
membantu siswa agar dapat merencanakan hidupnya di masa yang akan datang
dan dapat mencapai kesuksesan. Dengan kata lain, setelah memperoleh
pendidikan di SMA siswa diharapkan dapat melanjutkan pendidikannya ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau langsung terjun ke dunia kerja di
masyarakat bagi siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Dalam kurikulum 2013 terdapat kaidah dasar yang dinyatakan secara
eksplisit yang berkaitan langsung dengan layanan bimbingan dan konseling yaitu
kaidah peminatan. Peminatan dipahami sebagai upaya advokasi dan fasilitasi
perkembangan siswa agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
(sesuai arahan UUSPN No.20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 1) sehingga
mencapai perkembangan optimum. Perkembangan optimum bukan sebatas
tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimiliki,
melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan siswa
mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab
serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang
dihadapinya. Dengan demikian, peminatan adalah sebuah proses yang akan
melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan oleh siswa yang
didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya.
Dilihat dari konteks ini maka bimbingan dan konseling memiliki makna sesuai
pernyataan yang dinyatakan ABKIN (2008: 186), yaitu sebagai berikut.
dan mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupanyang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum (the common good) melalui upaya pendidikan.
Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi
siswa mencapai tujuan utuh pendidikan nasional. Oleh karena itu peminatan harus
berpijak pada kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit terkandung
dalam kurikulum. Kaidah-kaidah yang dimaksud dalam kurikulum 2013 sesuai
dengan yang dikemukakan Furqon (2013: 2), antara lain:
1. Memiliki semangat yang kuat untuk pemulihan fungsi dan arah pendidikan
yang lebih konsisten sesuai dengan UUSPN No. 20 Tahun 2003, yang
bermakna bahwa watak dan peradaban bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila dan UUD 1945 yang menjadi tujuan
eksistensial pendidikan yang melandasi upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa sebagai tujuan kolektif kultural pendidikan yang diejawantahkan
melalui pengembangan potensi siswa sebagai tujuan individual pendidikan.
2. Peminatan dimaksudkan untuk menyiapkan siswa agar sukses dalam
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan kehidupan di era globalisasi
dengan tetap berpijak pada nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
3. Menitikberatkan pada pencapaian kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan sebagai keutuhan yang harus dicapai oleh siswa. Tidak
memisahkan antara mata pelajaran dengan muatan lokal, pendidikan
akademik, dan pendidikan karakter sebagai keutuhan yang memberikan
kemasslahatan bagi bangssa.
4. Memiliki semangat yang kuat untuk memulihkan proses pendidikan sebagai
proses pembelajaran yang mendidik dan wahana pengembangan karakter,
kehidupan yang demokratis, dan kemandirian sebagai softskills serta penguasaan sains, teknologi, dan seni sebagai hardskills. Capaian pendidikan
merupakan interaksi yang fungsional antara efektivitas kurikulum berbasis
kompetensi dan pembelajaran siswa aktif dengan lama pembelajaran di
5. Memandang bahwa siswa aktif dalam proses pengembangan potensi dan
perwujudan dirinya dalam konteks sosial kultural, sehingga menuntut
profesionalitas guru yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran
yang menstimulasi siswa untuk belajar lebih aktif.
6. Menekankan penilaian berbasis proses dan hasil. Ini berarti ukuran
keberhasilan pendidikan tidak hanya akumulasi fakta dan pengetahuan
sebagai hasil dari ekspose didaktis, tetapi juga menekankan pada proses
pembelajaran yang mendidik.
7. Tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai pencapaian target-target
kuantitatif berupa angka-angka hasil ujian sejumlah mata pelajaran akademik
saja tanpa penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh siswa. Kejujuran,
kerja keras, dan disiplin adalah hal yang tidak boleh luput dari penilaian
proses. Hasil penilaian juga harus serasi dengan perkembangan akhlak dan
karakter siswa sebagai makhluk individu, sosial, warga negara, dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
8. Mengakui dan menghormati adanya perbedaan kemampuan dan kecepatan
belajar siswa, yang secara tegas menuntut adanya remediasi dan akselerasi
secara berkala pasca penilaian, terutama bagi siswa yang belum mencapai
batas kompetensi yang ditetapkan. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencapai kompetensi utuh sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
belajarnya yaitu prinsip pendidikan yang paling fundamental. Kurikulum
2013 lebih sensitif dan respek terhadap perbedaan kemampuan dan kecepatan
belajar siswa.
9. Memberikan peluang yang lebih terbuka kepada setiap siswa untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara fleksibel tanpa
dibatasi dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku.
10. Menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru
bimbingan dan konseling (guru BK) dan orangtua/wali dalam
11. Menekankan pada proses, mengandung implikasi peran pendidikan yang
mengarah kepada orientasi perkembangan dan pembudayaan siswa. Oleh
karena itu, proses pendidikan melibatkan manajemen, pembelajaran, serta
bimbingan dan konseling.
Posisi bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal merupakan
bagian integral dari program pendidikan. Dengan demikian keberadaan guru BK
(UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 6 disebut konselor) dinyatakan
sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator. Dengan kata lain guru BK dinyatakan sejajar dengan guru
mata pelajaran dan administrator sekolah, sehingga guru BK bersama guru mata
pelajaran dituntut untuk dapat berkolaborasi yang ditunjukkan dengan “...
kemampuan siswa untuk mengeksplorasi, memilih, meraih, serta mempertahankan
karir ditumbuhkan secara saling mengisi atau komplementer oleh guru BK dan
guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur pendidikan formal” (ABKIN, 2008: 226). Ini menunjukkan bahwa proses peminatan yang
difasilitasi oleh layanan bimbingan dan konseling tidak berakhir pada penetapan
pilihan dan keputusan bidang atau rumpun keilmuan yang dipilih siswa dalam
mengembangkan potensi yang akan akan menjadi dasar bagi perjalanan hidup dan
karirnya di masa depan, melainkan harus diikuti dengan layanan pembelajaran
yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan terdiferensiasi, serta
penyiapan lingkungan perkembangan/belajar yang mendukung. Dalam konteks
ini, sesuai dengan yang dikemukakan Furqon (2013:5) bimbingan dan konseling
berperan dan berfungsi secara kolaboratif dalam hal-hal berikut.
1. Menguatkan pembelajaran yang mendidik
Untuk mewujudkan arahan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 1,
ayat 2, Pasal 3, dan Pasal 4 ayat 3 secara utuh, kaidah-kaidah implementasi
kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan
suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan
potensi siswa. Suasana belajar dan proses pembelajaran yang dimaksud pada
siswa yang dalam implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam
kurikulum dan pembelajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar yang
mendukung perkembangan potensi siswa. Untuk mewujudkan lingkungan
belajar yang dimaksud, guru hendaknya: a) memahami kesiapan belajar siswa
dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran; b)
melakukan asesmen potensi siswa; (c) melakukan diagnostif kesulitan
perkembangan dan belajar siswa; dan (d) mendorong terjadinya internalisasi
nilai sebagai proses individuasi siswa. Perwujudan keempat prinsip yang
disebutkan dapat dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan
bimbingan dan konseling.
2. Memfasilitasi advokasi dan aksesibilitas
Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, yakni layanan
peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi,
aksesbilitas, dan fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan
pendidikan bagi pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir siswa. Untuk
itu kolaborasi guru BK dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan dalam
bentuk: a) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar siswa; b)
merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan kebutuhan
siswa; dan c) membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir
siswa.
3. Menyelenggarakan fungsi outreach
Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan,
sesuai dengan arahan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 4 ayat 3
menekankan pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan.
Untuk mendukung prinsip yang dimaksud bimbingan dan konseling tidak
cukup hanya dengan menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteksi ini
konteks kolaborasi yang lebih luas, yaitu: a) kolaborasi dengan
orangtua/keluarga; b) kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan;
dan c) intervensi terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu
perkembangan siswa.
Dalam Konverensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konapsi) VII,
Kartadinata (2012: 1) menyampaikan hal sebagai berikut.
Sistem pendidikan masa depan bangsa Indonesia adalah pendidikan yang mengantarkan generasi masa kini menjadi generasi emas Indonesia 2045. Generasi ini akan menjadi generasi penduduk warga dunia yang bersifat transkultural, namun harus tetap hidup dan berkembang dalam jati diri dan budaya Indonesia sebagai sebuah bangsa yang bermartabat.
Generasi manusia Indonesia 2045 adalah manusia abad ke-21 yang
ditandai dengan ketersediaan teknologi yang telah mengubah pola hidup dan pola
pikir manusia. Teknologi informasi digunakan manusia dalam berbagai hal, baik
dalam komunikasi, pendidikan, maupun bisnis. Pada saat yang sama muncul
berbagai persoalan yang bisa mengganggu kesejahteraan masyarakat, seperti
perubahan iklim global dan penurunan daya dukung lingkungan. Kartadinata
(2012: 1) menyampaikan hal sebagai berikut.
Dalam kondisi seperti ini hal yang cukup krusial adalah merespons kompleksitas masalah, berkomunikasi efektif, mengelola informasi secara dinamis, bekerja dan mencari solusi dalam nuansa kolaboratif, menggunakan teknologi secara efektif, melahirkan pengetahuan baru secara berkelanjutan. Semua ini adalah keterampilan yang dibutuhkan dalam abad ke-21.
Bimbingan karir di SMA salah satunya bertujuan untuk mengenalkan
macam dan ciri dari berbagai jenis pekerjaan, merencanakan masa depan,
membantu memantapkan arah karir, menyesuaikan keterampilan, kemampuan,
dan minat dengan jenis pekerjaan, serta membantu siswa untuk meraih kesuksesan
sesuai dengan potensi mereka. Jenis-jenis pekerjaan di Indonesia dirumuskan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam buku Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan
Indonesia (KBJI) edisi terbaru tahun 2002. Di era teknologi seperti saat ini, pada
kenyataannya guru BK lebih banyak menyampaikan informasi bimbingan karir
dikarenakan tidak dimungkinkannya guru untuk menampilkan model dengan
menghadirkan secara langsung objek yang dimaksud.
Media informasi karir yang selama ini digunakan oleh guru BK di sekolah
masih terbatas pada leaflet dari berbagai lembaga pendidikan lanjutan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa SMA, hal ini dirasa sangat
kurang untuk menjawab kebingungan dan rasa ingin tahu siswa mengenai
pendidikan lanjutan hingga jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan minat
mereka. Kondisi ini dikarenakan kurangnya media informasi mengenai
pendidikan lanjutan dan jenis-jenis pekerjaan, serta keterbatasan waktu dan tenaga
guru BK untuk melayani semua siswa. Untuk membantu guru BK dalam
memenuhi kebutuhan siswa terkait dengan layanan informasi karir perlu
dikembangkan media bimbingan karir berbasis teknologi informasi yang dapat
diterima baik secara teoritis maupun praktis.
Teknologi informasi saat ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dalam proses pendidikan. Keterbatasan ruang dan waktu tidak menjadi halangan
untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan pendidikan. Manfaat
teknologi informasi dalam dunia pendidikan telah memberikan dampak positif
khususnya dalam pemerataan perolehan informasi mengenai pendidikan.
Bimbingan dan konseling sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
individu (siswa), dilaksanakan melalui empat komponen program bimbingan dan
konseling yaitu layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual, dan
dukungan sistem. Dalam komponen program terdapat jenis-jenis layanan,
diantaranya layanan informasi dan konsultasi. Layanan informasi dan konsultasi
saat ini, tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tetapi
bisa juga dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi.
Menurut Dryden & Voss (1999: 15) “kecanggihan teknologi informasi dan
komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat
tanpa terhambat oleh ruang dan waktu.” Dengan memanfaatkan teknologi
informasi, layanan informasi dan konsultasi pada bimbingan dan konseling dapat
tempat, tetapi tetap memperhatikan kode etik dalam kegiatan bimbingan dan
konseling.
Layanan informasi dan konsultasi sangat diperlukan oleh siswa, terutama
siswa SMA. Hal ini dikarenakan siswa SMA (remaja usia 15-24 tahun) berada
pada tahap eksplorasi yang salah satu cirinya yaitu mulai memikirkan berbagai
alternatif pekerjaan. Seperti yang dikemukakan Super (Osipow, 1983: 157) bahwa
„dalam tugas perkembangan karir, remaja berada pada tahap eksplorasi. Pada tahap ini, remaja mulai memikirkan berbagai alternatif pekerjaan, pencarian peran
dan jati diri di sekolah.‟ Pendapat tersebut menerangkan bahwa remaja pada tahap
perkembangan karir mulai mengidentifikasi jenis pekerjaan yang sesuai dengan
minat, bakat, kecerdasan, dan potensi yang dimilikinya.
Siswa SMA idealnya sudah mulai memikirkan berbagai alternatif
pekerjaan demi memantapkan orientasi karir mereka. Tetapi pada kenyataannya
tidak sedikit siswa SMA yang masih kebingungan untuk menjawab ketika ditanya
mengenai alternatif pekerjaan yang mereka minati. Hal ini terbukti dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Budiamin (2002: 260) yang salah satu temuannya
mengungkapkan bahwa “90% siswa SMA di Kabupaten Bandung menyatakan
bingung dalam memilih karir di masa depan.”
Kurangnya informasi pekerjaan yang diperoleh dari guru BK di sekolah
menjadi salah satu penyebab utama kebingungan siswa untuk memantapkan
orientasi karir mereka. Banyak siswa menyatakan bahwa layanan informasi
pekerjaan yang dilakukan BK di sekolah belum mencukupi kebutuhan informasi
pekerjaan mereka. Fenomena ini menunjukkan perlunya pembuatan sistem
informasi pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan informasi pekerjaan dan
membantu siswa dalam memantapkan orientasi karir mereka. Jika dianalisis dari
perspektif teori perkembangan karir Super (Argyropulou et al., 2007; Budiman,
2002; Gati, 2001; Hirschi & Lage, 2007; Sharf, 1992) menunjukkan bahwa
permasalahan yang dihadapi siswa berakar pada masalah orientasi karir yang
dapat menghambat perkembangan karir siswa di masa depan, sehingga hal ini
Jika hal ini terus dibiarkan, maka para siswa mungkin tidak akan mampu
untuk membuat perencanaan karir dan pengambilan keputusan karirnya di masa
yang akan datang. Padahal salah satu tugas perkembangan siswa SMA yang harus
dilalui remaja menurut Havigurst (Nurbani, 2004: 10) yaitu „…memilih dan
mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan, dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam
hidup sebagai warga negara yang terpuji…‟. Jika siswa tidak memiliki orientasi
karir yang jelas, maka siswa tidak akan memiliki kejelasan arah karir yang sesuai
dengan minatnya. Dengan begitu, siswa akan mengalami kesulitan dalam
menentukan arah karirnya di masa depan.
Apabila masalah kebingungan siswa dalam memantapkan orientasi karir
akibat kurangnya informasi pekerjaan yang diberikan guru BK di sekolah tersebut
diteliti, maka akan ditemukan media informasi yang dapat memberikan informasi
pekerjaan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa melalui media
informasi yang tepat. Grotevent (Hartono, 2009: 1) mengemukakan bahwa „para
siswa di sekolah lazimnya memperoleh pelayanan bimbingan karir yang memadai,
diantaranya berupa berbagai informasi mengenai alternatif pilihan pendidikan
lanjut dan perencanaan karir.‟ Bimbingan dan konseling di sekolah sebagai
fasilitator bagi pencapaian tugas perkembangan karir siswa hendaknya
menyediakan media informasi pekerjaan sesuai dengan Klasifikasi Baku Jenis
Pekerjaan Indonesia (KBJI) yang efektif digunakan untuk seluruh siswa dalam
upaya memantapkan orientasi karir mereka.
Zunker (1986: 96) mengemukakan bahwa “pengembangan media sumber
informasi karir terbaru (up-to-date) dan memanfaatkan teknologi komputer pantas untuk dipertimbangkan.” Oleh karena itu, pengembangan media informasi KBJI
yang sebelumnya disampaikan guru BK secara manual dan melalui metode
ceramah menjadi berbasis Personal Home Page (PHP). Menurut Firdaus (2007:2)
dinamis dan interaktif dengan cepat dan mudah. Dalam layanan bimbingan karir,
media informasi KBJI berbasis PHP merupakan pilihan tepat untuk dijadikan
aletrnatif bantuan bagi siswa SMA dalam memantapkan orientasi karir mereka.
Hal ini diperkuat oleh Hartono (2009: 12) yang mengemukakan bahwa:
SMA merupakan niche yang paling subur dalam penerapan bimbingan karir berbantuan komputer, didukung oleh beberapa alasan, yaitu: (1) menurut Ginzberg siswa SMA memasuki periode realistik yang ditandai terjadinya pengintegrasian berbagai kapasitas dengan minatnya yang berfokus pada pilihan karir; (2) memasuki era knowledge-based society, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi landasan utama dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali di sekolah, kegiatan pendidikan formal membutuhkan teknologi informatika; (3) siswa SMA telah mengenal, memahami, dan terampil menggunakan teknologi komputer; (4) kemudahan dalam menyediakan piranti komputer baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software); dan (5) memudahkan guru BK di sekolah dalam melakukan bimbingan karir yang dibutuhkan siswa serta lebih efisien dalam penerapannya.
Dengan demikian siswa tidak akan terjebak dengan kebingungan dalam
memantapkan orientasi karir mereka, sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas
perkembangan karir mereka selanjutnya yaitu perencanaan dan pengambilan
keputusan karir.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Perangkat Personal Home Page (PHP) merupakan salah satu jenis bahasa pemrograman web server-side yang bersifat open source. Bahasa pemrograman PHP menyatu dengan script HTML yang sepenuhnya dijalankan pada server. Bahasa pemrograman ini memungkinkan para pembuat aplikasi web menyajikan halaman HTML yang dinamis dan interaktif dengan cepat dan mudah.
Guterman & Kirk (Sakti, 2010: 6) menyatakan bahwa „saat ini internet
menjadi peluang pengembangan profesionalisme konselor untuk memiliki
kesiapan yang lebih diterima dalam seminasi konseling yang berhubungan dengan
informasi umum.‟
Pengertian PHP sebagai media bimbingan dan konseling yaitu kemampuan
informasi dan melakukan tes skala minat pekerjaan. Informasi yang disajikan
dalam PHP tidak terlepas dari hasil tes skala minat pekerjaan yang dilakukan oleh
siswa yang di dalamnya meliputi sepuluh golongan pokok pekerjaan. Sedangkan
untuk layanan konsultasi, siswa dapat menggunakan fitur chatting atau e-mail yang telah tercantum dalam fitur kontak dalam PHP.
Menurut Super (Osipow, 1983: 157) „dalam tahap perkembangan karir,
remaja (usia 15-17 tahun) berada pada tahap eksplorasi. Salah satu tugas
perkembangan karir pada tahap eksplorasi yaitu mengkristalisasi pilihan
pekerjaan.‟ Hal ini berarti remaja harus memperoleh informasi yang relevan
terkait dengan minat pekerjaannya, sehingga remaja diharapkan tidak keliru dalam
orientasi karirnya.
Remaja yang dalam hal ini adalah siswa SMA kelas X yang mengalami
kebingungan dalam orientasi karir, dapat menghambat pencapaian tugas
perkembangan karir mereka untuk membuat perencanaan karir dan pengambilan
keputusan karir mereka di masa depan. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu kekurangmantapan siswa SMA dalam orientasi karir mereka.
Idealnya siswa SMA sudah memiliki gambaran karir yang mantap yang
akan dipilih dalam keputusan karirnya di masa depan. Tetapi pada kenyataannya,
siswa SMA yang berada pada masa remaja masih memiliki pemikiran yang labil
dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Berdasarkaan hasil studi
pendahuluan pada siswa kelas X SMA Negeri 10 Bandung, hal ini dikarenakan
kurangnya informasi relevan yang mereka peroleh terkait dengan minat pekerjaan
mereka. Tidak sedikit siswa yang terpengaruh oleh temannya dalam menetapkan
orientasi karir tanpa memperhatikan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Santrock (2003: 485) bahwa “banyak remaja yang
mengalami kebimbangan, ketidakpastian, dan stres dalam pembuatan keputusan.”
Jika kondisi ini terus dibiarkan maka para siswa akan terus-menerus membuat
keputusan tanpa alasan yang tepat berkenaan dengan orientasi karirnya yang akan
Keterbatasan media informasi yang digunakan guru BK dalam pemberian
layanan informasi karir kepada siswa merupakan salah satu penyebab
kebingungan siswa dalam orientasi karir mereka. Kondisi ini mengakibatkan
disorientasi karir pada siswa yang seharusnya memperoleh informasi karir yang
jelas dari guru BK sehingga mereka memiliki orientasi karir yang mantap dan
terhindar dari kesalahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan karir
mereka di masa depan. Hal ini sesuai dengan hasil studi pendahuluan dengan
menggunakan angket kebutuhan siswa mengenai informasi pekerjaan yang
disebarkan di tiga belas kelas X SMA Negeri 10 Bandung, dari 100 siswa yang
menjadi responden yang diambil secara acak, 89% siswa menyatakan bahwa
layanan informasi karir terkait dengan pekerjaan yang diberikan guru BK di
sekolah belum mencukupi kebutuhan informasi pekerjaan mereka dan 96%
menyatakan perlu dibuat media informasi KBJI untuk memenuhi kebutuhan
informasi dan membantu mereka dalam memantapkan orientasi karir.
Masalah utama yang perlu segera dijawab melalui penelitian ini yaitu
media informasi KBJI seperti apa yang dapat memantapkan orientasi karir siswa.
Masalah utama tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung
Tahun Ajaran 2012/2013?
2. Bagaimana profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung
berdasarkan klaster?
3. Bagaimana rancangan layanan bimbingan karir yang layak untuk
memantapkan orientasi karir siswa kelas X SMA?
4. Bagaimana media informasi karir berbasis PHP yang layak untuk
memantapkan orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan media
informasi KBJI berbasis PHP untuk menstimulasi pemantapan orientasi karir
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu
untuk mendeskripsikan:
1. Profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung Tahun
Ajaran 2012/2013.
2. Profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung berdasarkan
klaster.
3. Rancangan layanan bimbingan karir yang layak untuk memantapkan orientasi
karir siswa kelas X SMA.
4. Pengembangan media informasi karir berbasis PHP yang layak untuk
memantapkan orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu bimbingan
dan konseling, khususnya untuk mengetahui profil orientasi karir siswa
yang mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan karir akibat
kurangnya informasi pekerjaan.
b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya media yang dipergunakan dalam
bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan dan konseling karir.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pengembangan
media-media bimbingan dan konseling lainnya yang dapat dipergunakan dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini menghasilkan media informasi KBJI berbasis PHP yang
dapat membantu siswa dalam memantapkan orientasi karir, sehingga
b. Sebagai salah satu media yang dapat membantu guru BK di sekolah dalam
memberikan layanan informasi dan konsultasi mengenai pekerjaan yang
dapat mengarahkan siswa pada kemantapan orientasi karir.
c. Media informasi KBJI berbasis PHP yang menjadi salah satu hasil dari
penelitian ini dapat diimplementasikan kepada siswa yang belum dapat
memantapkan orientasi karirnya.
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: bab I
memaparkan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian, identifikasi
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
organisasi; bab II berisi konseptualisasi orientasi karir, media bimbingan dan
konseling, Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan di Indonesia (KBJI), media informasi
KBJI berbasis PHP, model program bimbingan dan konseling komprehensif,
pengembangan program bimbingan karir, kontribusi media informasi KBJI dalam
program bimbingan dan konseling, penelitian yang relevan, kerangka pemikiran,
dan hipotesis penelitian; bab III memaparkan metode penelitian; bab IV
menyajikan hasil penelitian dan pembahasan; dan bab V berisi kesimpulan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Populasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri se-Kota Bandung. Pertimbangan
peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri se-Kota Bandung sebagai
berikut:
a. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa terdapat fenomena siswa
yang belum memiliki orientasi karir yang jelas di kalangan siswa kelas X
SMA Negeri se-Kota Bandung.
b. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai kemantapan orientasi karir
siswa di SMA Negeri se-Kota Bandung.
c. Belum pernah dibuat pengembangan media informasi klasifikasi baku jenis
pekerjaan di Indonesia (KBJI) yang berbasis personal homepage (PHP) untuk memantapkan orientasi karir siswa SMA Negeri se-Kota Bandung.
2. Populasi Penelitian
Arikunto (2002: 130) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 117), “Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pernyataan kedua
ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi yaitu keseluruhan
subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengungkap informasi
mengenai tingkat gambaran kemantapan orientasi karir siswa kelas X SMA
Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Maka populasi dalam
dalam pembelajaran di kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran
2012/2013. Adapun pertimbangan populasi penelitian ini diantaranya:
a. Ginzberg (Hartono, 2009: 12) mengemukakan bahwa „siswa SMA
memasuki periode realistik yang ditandai terjadinya pengintegrasian
berbagai kapasitas dengan minatnya yang berfokus pada pilihan karir‟.
b. Super (Sharf, 1992: 124) memformulasikan perkembangan karir ke dalam
lima tahapan yang meliputi growth usia sejak lahir hingga 14 tahun,
exploration usia 15-24 tahun, establishment usia 25-44 tahun, maintenance usia 45-64 tahun, dan disengagement usia 65 tahun ke atas. Pada teori perkembangan karir Super ini, siswa SMA berada pada tahap exploration usia 15-24 tahun. Dimana Super (Manrihu, 1986: 28-29) membagi tahap
exploration menjadi tiga sub tahap yaitu sub tahap tentatif usia 15-17 tahun, sub tahap transisi usia 18-21 tahun, sub tahap percobaan usia 22-24
tahun. Dalam sub tahap ini, siswa SMA rata-rata memiliki rentang usia
15-17 tahun yaitu berada pada sub tahap tentatif yang berfokus pada
kebutuhan-kebutuhan, minat-minat, nilai-nilai, dan
kesempatan-kesempatan. Ciri dari sub tahap tentatif adalah merumuskan kesempatan
pekerjaan bagi dirinya dan memahami hubungan antara perkembangan
karir dengan konsep diri dalam menentukan pendidikan yang relevan
(Osipow, 1983: 157).
Berdasarkan hal tersebut ditentukan bahwa yang menjadi sampel pada
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung. Berikut
beberapa pertimbangan dalam menentukan sampel penelitian.
a. Pemilihan siswa kelas X dilandasi oleh asumsi bahwa mereka belum
mengalami penjurusan konsentrasi di SMA yang umumnya terdiri dari
jurusan IPA dan IPS. Selain itu, siswa kelas X cenderung mulai
memikirkan alternatif pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaannya di
masa depan. Kondisi ini sangat tepat dijadikan sampel untuk mengungkap
profil umum orientasi karir. Dari pertimbangan ini anggota sampel kelas X
b. Pemilihan sekolah berdasarkan kluster dikarenakan di Kota Bandung
sendiri untuk tahun ajaran 2012/2013 kriteria SMA Negeri dibagi ke dalam
tiga kelompok kluster. Untuk menghasilkan data yang representatif dalam
penelitian ini, masing-masing kluster diambil empat sekolah.
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu sampel yang diambil secara acak dari suatu daerah populasi yang luas dan berstrata, dimana tiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Jumlah sampel diambil
sebanyak 10 % dari jumlah populasi berdasarkan pada pendapat Arikunto
(2002: 112), yaitu sebagai berikut.
Apabila populasinya kurang dari 100 orang, maka seluruhnya dijadikan sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika populasinya besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, akhirnya penelitian
ini menghasilkan jumlah total sampel sebanyak 848 siswa. Jumlah tersebut
memenuhi criteria ukuran (n) sampel menurut Nunnaly (Riyadi, 2006: 67)
yang menyatakan bahwa „...subject should be used to obtain data for item analysis-five subjects per item should be considered the minimum that can be tolerated.‟ Pernyataan ini mempertegas tentang banyaknya anggota sampel
minimal (yang dapat ditolerir) untuk uji coba alat ukur (instrumen) dalam
analisis butir soal adalah lima kali jumlah butir soal yang diujikan.
Berdasarkan hal tersebut, berikut rincian anggota sampel penelitian pada
masing-masing sekolah terpilih berdasarkan klasifikasi klaster seperti yang
terlihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Komposisi Sampel Penelitian Tiap Sekolah Berdasarkan Klaster
No. Sekolah Klaster Sampel
X ke-1 X ke-2
1. SMAN 2 Bandung I 34 siswa 34 siswa
2. SMAN 3 Bandung I 26 siswa 29 siswa
No. Sekolah Klaster Sampel X ke-1 X ke-2
5. SMAN 1 Bandung II 40 siswa 36 siswa
6. SMAN 6 Bandung II 33 siswa 35 siswa
7. SMAN 9 Bandung II 34 siswa 33 siswa
8. SMAN 20 Bandung II 36 siswa 36 siswa
9. SMAN 13 Bandung III 33 siswa 34 siswa
10. SMAN 14 Bandung III 37 siswa 39 siswa
11. SMAN 15 Bandung III 36 siswa 37 siswa
12. SMAN 19 Bandung III 37 siswa 38 siswa
Jumlah Total 421 siswa 427 siswa
B. Desain Penelitian
Sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian, pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu suatu
pendekatan yang memungkinkan untuk dilakukan pencatatan dan hasil penelitian
mengenai orientasi karir siswa SMA dalam bentuk angka, sehingga memudahkan
proses analisis dan penafsirannya dalam menggunakan hubungan perhitungan
statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian
yang membutuhkan jawaban secara deskriptif.
Menurut Sugiyono (2011: 14) “pendekatan kuantitatif merupakan
pendekatan yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sempel tertentu
yang proses pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian, dan
analisis datanya bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan.” Pada penelitian ini pendekatan kuantitatif dipilih untuk
memperoleh gambaran umum orientasi karir siswa SMA.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode untuk memperoleh gambaran yang
jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah,
menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian yaitu
untuk mengembangkan media informasi pekerjaan yang tepat sesuai temuan
penelitian di lapangan. Media informasi pekerjaan yang dimaksud adalah media
informasi klasifikasi baku jenis pekerjaan di Indonesia (KBJI) yang memberikan
gambaran tentang skala minat pekerjaan siswa SMA. Berdasarkan metode
penelitian, maka dibuat desain penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan
penelitian sebagaimana digambarkan pada Bagan 3.1 berikut.
Bagan 3.1
Alur Penelitian Pengembangan Media Informasi KBJI Berbasis PHP untuk Memantapkan Orientasi Karir
Tahap pertama dalam penelitian ini dimulai dengan melakukan kajian
secara teoritis mengenai permasalahan yang diteliti yaitu mengenai orientasi karir.
Selanjutnya dilakukan studi empiris dengan menyebarkan instrumen pengungkap
orientasi karir siswa yang telah diuji secara rasional dan empiris oleh pakar
bimbingan dan konseling.
Tahap kedua dalam penelitian ini yaitu merumuskan program bimbingan
karir dan mendesain media informasi klasifikasi baku jenis pekerjaan di Indonesia
(KBJI) berbasis personal homepage (PHP) sebagai media dalam rencana
TAHAP I
a.Studi Literatur b.Studi Empiris
TAHAP II
Desain rumusan program bimbingan karir dan desain
media informasi KBJI berbasis PHP
TAHAP IV
Revisi dan penyusunan program bimbingan karir dan media informasi KBJI
berbasis PHP
TAHAP III
Penelaahan dan penimbangan program bimbingan karir dan media
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling (RPLBK) yang dikembangkan dari
program bimbingan karir untuk memantapkan orientasi karir siswa.
Tahap ketiga dalam penelitian ini yaitu pengujian program bimbingan
karir secara rasional oleh dua dosen pakar bimbingan dan konseling serta satu
praktisi bimbingan dan konseling yaitu guru BK SMA Negeri 1 Bandung.
Selanjutnya pengujian media informasi KBJI berbasis PHP oleh satu dosen pakar
ilmu komputer, satu dosen pakar bimbingan dan konseling ahli komputer, serta
satu praktisi bimbingan dan konseling yaitu guru BK SMA Negeri 1 Bandung.
Tahap terakhir dalam penelitian ini revisi serta penyusunan program
bimbingan karir dan media informasi KBJI berbasis PHP yaitu mencakup
kegiatan perbaikan dan menyusun kembali rumusan program bimbingan karir dan
media informasi KBJI berbasis PHP berdasarkan hasil pengujian dosen pakar dan
praktisi bimbingan dan konseling.
D. Definisi Operasional Variabel
Orientasi karir dalam penelitian ini didasarkan pada teori life span dari Super (Sharf, 1992) yang menitikberatkan pada proses perkembangan karir yang
berfokus pada pertumbuhan dan arah dari sejumlah persoalan karir individu
sepanjang rentang hidupnya.
Menurut Crites (Dillard, 1985: 33; Sharf, 1992: 154), orientasi karir adalah
„attitudes toward work, whether pleasure-oriented or work-oriented.‟ Kata oriented berarti terarah, tertuju, atau terfokus. Dengan demikian, orientasi karir dapat diartikan sebagai sikap terhadap pekerjaan, baik yang terfokus pada
kesenangan atau yang terfokus pada kegiatan kerja.
Super (Sharf, 1992: 156) mengemukakan bahwa „orientasi karir
merupakan arah kecenderungan dalam mengambil kesimpulan terhadap harapan
karir di masa depan.‟ Lebih lanjut, Super (Sharf, 1992: 159) menyatakan bahwa
„orientasi karir yaitu skor total dari perencanaan karir, eksplorasi karir, pembuatan keputusan karir, dan pengayaan informasi dunia kerja.‟
melakukan pemilihan karir‟. Derr percaya bahwa orientasi karir sangat
dipengaruhi dan diperkuat oleh faktor-faktor internal individu.
Maier (Gerber, et. al., 2009: 32) mengungkapkan bahwa „career orientations can be defined as attitudes expressed by super ordinate intentions of an individual that will influence career-related decisions.‟ Gerber, et al. (2009:33) menambahkan bahwa “orientasi karir melefleksikan kecenderungan
seseorang terhadap hubungan antara kesempatan, keadaan diri, dan tipe-tipe
karir.”
Orientasi karir pada penelitian ini merujuk pada konsep kematangan karir
dalam teori life span yang dikemukakan oleh Super (Sharf, 1992: 156-159). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa orientasi karir
adalah kecenderungan individu yang terarah pada pemilihan pendidikan lanjutan
dan pekerjaan yang menunjukkan kesiapan siswa SMA untuk membuat
keputusan-keputusan karir secara tepat. Aspek orientasi karir yang diungkap,
antara lain:
1. Pengetahuan
Pengetahuan karir siswa SMA diuraikan dalam bentuk indikator, yang
meliputi:
a. Mampu memahami potensi diri, yaitu pemahaman siswa tentang
kecerdasan, bakat, minat, dan kemampuan siswa dalam memilih pendidikan
lanjutan dan pekerjaan yang sesuai keinginannya secara mandiri.
b. Mampu mencari dan memanfaatkan sumber informasi, yaitu pencarian
informasi mengenai pendidikan lanjutan dan pekerjaan dengan
memberdayakan berbagai sumber informasi.
2. Sikap
Sikap terhadap karir siswa SMA diuraikan dalam bentuk indikator, yang
meliputi:
a. Mampu merencanakan kelanjutan pendidikan dan pekerjaan, yaitu
kecenderungan siswa untuk melakukan tindakan realistik dalam pemilihan
b. Mampu mempersiapkan dan mengikuti kegiatan yang mendukung
pendidikan lanjutan dan pekerjaan, yaitu keikutsertaan siswa dalam kegiatan
yang mendukung pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati.
3. Keterampilan
Keterampilan karir siswa SMA diuraikan dalam bentuk indikator, yang
meliputi:
a. Mampu memikirkan langkah-langkah dalam menentukan pilihan pendidikan
lanjutan dan pekerjaan, yaitu langkah-langkah sistematis siswa dalam
menentukan pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan.
b. Mampu membuat keputusan dengan penuh pertimbangan, yaitu pemikiran
siswa dalam membuat keputusan karir (kelanjutan pendidikan dan
pekerjaan) secara rasional serta bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Jadi orientasi karir yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan respons
siswa SMA terhadap pernyataan yang mengindikasikan pemahaman potensi diri,
pemanfaatan sumber informasi, perencanaan kelanjutan pendidikan dan pekerjaan,
keikutsertaan dalam kegiatan yang mendukung pendidikan lanjutan dan pekerjaan,
pemikiran langkah-langkah dalam menentukan pilihan pendidikan lanjutan dan
pekerjaan, serta pertimbangan pembuatan keputusan, yang menunjukkan kesiapan
siswa SMA untuk membuat keputusan-keputusan karir secara tepat.
E. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen
Prinsip penelitian adalah melakukan pengukuran, seperti yang
dikemukakan Emory (Sugiyono, 2010: 102) bahwa:
Meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan daripada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian.
Karena pada prinsipnya meneliti adalah mengukur maka untuk
melakukan suatu penelitian diperlukan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka teknik pengumpulan data utama yang
digunakan yaitu kuesioner atau angket. Menurut Sugiyono (2009: 199),
“kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperngkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.”
Angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemantapan orientasi
karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013.
Angket digunakan sebagai teknik pengumpulan data utama karena angket
memungkinkan dalam mengumpulkan data pada waktu yang bersamaan dan
dengan populasi yang cukup besar.
Bentuk angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan
bentuk jawaban tertutup. Angket bentuk ini merupakan angket yang
jawabannya telah tersedia dan responden hanya menjawab setiap pernyataan
dengan cara memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Seperti yang
dikemukakan oleh Arikunto (2006: 69), “bentuk jawaban tertutup (closed form atau pre-coded), yakni angket yang pada setiap itemnya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.”
Butir-butir pernyataan dalam angket ini merupakan gambaran tentang
orientasi karir siswa dan perilaku siswa yang mengalami kebingungan dalam
menentukan arah karir mereka. Angket orientasi karir yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan hasil pengembangan peneliti berdasarkan perumusan
konstruk orientasi karir yang telah melalui tahap penimbangan oleh pakar, uji
keterbacaan, serta revisi dan finalisasi.
Langkah-langkah dalam penyusunan angket pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Merumuskan tujuan angket dan menetapkan batasannya.
b. Menjabarkan variabel penelitian menjadi beberapa aspek yang lebih
spesifik.
c. Merumuskan indikator-indikator yang akan dijadikan pernyataan melalui
Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala Likert yang telah
dimodifikasi, Sugiyono (2010: 134) menyatakan “skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial”. Fenomena sosial di sini telah ditetapkan
sebagai variabel penelitian. Lebih lanjut Sugiyono (2010: 134) menjelaskan
bahwa “dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan.”
Data yang keluar sebagai hasil pengukuran skala Likert dalam
penelitian ini termasuk ke dalam golongan data interval seperti yang
dinyatakan oleh Sugiyono (2011: 134) bahwa “skala Liker, skala Guttman, rating scale, dan semantic deferential bila digunakan dalam pengukuran akan mendapatkan data interval atau rasio.” Rentang skala pada model Likert yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap gambaran orientasi karir siswa
dan media informasi KBJI berbasis PHP dikembangkan dari definisi
operasional variabel penelitan. Kisi-kisi instrumen orientasi karir dan media
informasi KBJI berbasis PHP yang disusun oleh penulis disajikan dalam Tabel
Tabel 3.3
Kisi-kisi Alat Pengumpul Data Penelitian Orientasi Karir Siswa
No. Aspek Indikator Ruang Lingkup Pernyataan ∑
(+) (-)
1. Pengetahuan Mampu memahami potensi diri
2. Sikap Mampu merencanakan kelanjutan pendidikan
3. Keterampilan Mampu memikirkan langkah-langkah
3. Pedoman Penyekoran (Scoring)
Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, item
pernyataan orientasi karir siswa dalam bentuk pilihan. Skala pengukuran yang
psycological continuum tidak diketahui, maka di dalam memberi respons, responden diizinkan memilih salah satu dari lima kategori, yaitu: a) Sangat
Sesuai (SS); b) Sesuai (S); c) Kurang Sesuai (KS); d) Tidak Sesuai (TS); dan
e) Sangat Tidak Sesuai (STS) dalam mengkontruksikan skala sikap. Azwar
(2011: 144) menyatakan “Likert menemukan bahwa skor didasarkan pada
hubungan integral korelasi 0,99 dengan sistem deviasi normal yang
komplikasi pertimbangannya.” Jadi statment favorable yang direspons Sangat Sesuai (SS) diberi nilai pertimbangan = 5, Sesuai (S) = 4, Kurang Sesuai (KS)
= 3, Tidak Sesuai (TS) = 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) = 1. Demikian
juga untuk pernyataan yang tidak favorable diberi nilai pertimbangan untuk Sangat Tidak Sesuai (STS) = 5, sampai ke yang Sangat Sesuai (SS) = 1.
Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan
semua pernyataan dalam skala sikap yang bersangkutan diperlakukan sama
sehingga peneliti memiliki sebaran (range) nilai skala pada kontinum yang sama.
Azwar (2011: 107) menyatakan cara menyeleksi item dalam metoda ini
yaitu “dengan analisa item; misalnya 25% dari subyek mempunyai total skor
rendah, kedua kelompok ini kemudian dilengkapi dengan kelompok kriteria
untuk mengevaluasi respons kelompok tinggi sampai rendah yaitu rasio.”
Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari
oleh dua asumsi, yaitu:
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai
termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favorable. b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan
oleh responden yang mempunyai sikap negatif (Azwar, 2011: 139)
Azwar (2011: 141) menyatakan tujuan penentuan skala dengan deviasi
normal adalah “untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban
yang paling favorable dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang tidak favorable.” Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu
kontinum berdasar atribut yang diukur.
Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket orientasi
karir siswa dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Pengungkap Orientasi Karir Siswa
Pernyataan
Instrumen orientasi karir siswa yang telah disusun terlebih dahulu
dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement). Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
(PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI). Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan
instrumen dari segi konten, konstruk, dan bahasa, yakni kesesuaian item
pernyataan yang telah disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa
yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan
respon.
Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan PPB FIP UPI yaitu
1) Dr. Mubiar Aggustin, M.Pd. 2) Nandang Budiman, S.Pd., M.Si. 3) Dra. S.A
Lily Nurillah, M.Pd. Hasil penimbangan dari ahli tersebut, ditampilkan pada
Tabel 3.5
Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Orientasi Karir Siswa
Hasil Penimbangan
Pakar
Nomor Item Jumlah
Dipakai 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53.
45
Direvisi 3, 4, 5, 23, 27, 33, 36, 44. 8
Dibuang - -
2. Uji Keterbacaan
Sebelum instrumen orientasi karir diuji secara empiris, instrumen
terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara yaitu kepada 6 orang
siswa SMA untuk mengukur keterbacaan instrumen. Uji keterbacaan
dilakukan agar dapat memperbaiki redaksi kata yang sulit dipahami oleh
responden. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak
dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat
dimengerti oleh siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung. Hasilnya,
seluruh item pernyataan yang diberikan dapat dimengerti oleh siswa baik dari
segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan.
3. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilaksanakan sebagai prosedur penempatan
sejumlah alternatif respon setiap item pada suatu kontinum kuantitatif
sehingga diperoleh angka sebagai skor masing-masing alternatif respon. Selain
itu, uji coba instrumen sekaligus untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
instrumen kepada siswa SMA Negeri se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/
2013. Pedoman penskoran instrumen orientasi karir dapat dilihat pada Tabel
Tabel 3.6
Pedoman Penskoran Skala Likert
Pilihan Respon Siswa
Pedoman Skor Butir Pernyataan
(+)
Butir Pernyataan (-)
Sangat Sesuai 5 1
Sesuai 4 2
Kurang Sesuai 3 3
Tidak Sesuai 2 4
Sangat Tidak Sesuai 1 5
4. Uji Validitas
Syarat minimal yang harus dipenuhi oleh sebuah instrumen penelitian
adalah valid dan reliabel. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 2003: 78). Pengujian
validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh item yang
terdapat dalam angket pengungkap orientasi karirsiswa. Sugiyono (2010: 257)
mengungkapkan “uji validitas alat pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat
digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur.” Semakin tinggi nilai
validasi maka menunjukkan semakin valid instrumen yang akan digunakan.
Perhitungan validitas menggunakan koefisien korelasi Spearman‟s Rho
dengan Rumus 3.1 berikut.
Keterangan: ρ = koefisien korelasi tata jenjang/korelasi rho
b = singkatan dari beda/selisih peringkat antarsubjek n = jumlah sampel
(Arikunto, 2006: 179)
Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item,
merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran
instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan bantuan SPSS for
Windows Versi 20.0, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 53 item pernyataan dari angket orientasi karir siswa terdapat 52 item pernyataan yang
valid dan 1 item pernyataan yang tidak valid. Item-item pernyataan setelah uji
validitas dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Orientasi Karir Siswa
Signifikansi No.Item Jumlah
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang
digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor
yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam
kondisi yang berbeda. Arikunto (2006: 178) mengungkapkan “suatu instrumen
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat data karena instrumen tersebut
sudah baik.” Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya,
karena berapa kali pun data diambil hasilnya akan tetap sama.
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian dengan taraf
signifikansi 5% diolah dengan metode statistika memanfaatkan program
komputer SPSS for Windows Versi 20.0. Sebagai tolak ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas dengan Rumus 3.2 berikut.
= jumlah varian butir/item