• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL :Studi Kasus Pada SMP/Mts Di Provinsi Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL :Studi Kasus Pada SMP/Mts Di Provinsi Bali."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 12

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ... 14

F. Kerangka Pikir Penelitian ... 15

G. Lokasi Penelitian dan Unit Analisis ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20

A. Pengertian Evaluasi Program ... 20

B. Perkembangan Model Evaluasi CIPP ... 22

C. Jenis Evaluasi Program ... 26

D. Model Evaluasi CIPP ... 30

E. Pembuatan Keputusan ... 36

F. Pengertian Efektivitas ... 42 G. Konsep Manajemen Pendidikan dalam Administrasi Pendidikan ...

1. Konsep Perubahan Dalam Manajemen Pendidikan ... 2. Manajemen Pendidikan Multikultur dalam Otonomi Daerah ... 3. Manajemen Strategik dalam Pendidikan Multikultural ...

(2)

H. Pendidikan Multikultural ... 1. Masyarakat Multikultural Sebagai Teks Ideal ... 2. Teks Sosial Bertentangan Dengan Teks ideal ...

58 63 70

3. Pancasila adalah Landasan Pendidikan Multikultural ... 83

I. Kajian terhadap Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 92

BAB III METODE PENELITIAN ... 103

A. Pendekatan Penelitian ... 103

B. Aspek Yang Diteliti ... 105

C. Subjek Penelitian ... 107

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 109

E. Prosedur Analisis Data ... 122

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 128

A. Gambaran Umum SMP/MTs di Provinsi Bali ... 128

B. Latar Belakang Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural ... 131

C. Proses Pengelolaan Pendidikan Multikultural Pada SMP/MTs di Provinsi Bali ... 140 D. Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural ...

1. Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural Ditinjau dari Aspek Latar ... 2. Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural Ditinjau

dari Aspek Masukan ... 3. Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural Ditinjau

dari Aspek Proses ... 4. Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural Ditinjau dari Aspek Hasil ... 5. Rangkuman Analisis Data Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan

Multikultural ...

144

147

149

157

163

(3)

E. Kendala dan Pemecahan Masalah Pengelolaan Pendidikan Multikultural ... F. Alternatif Strategi Pengelolaan Pendidikan Multikultural Dalam Rangka

Penyempurnaan Model Pendidikan Multikultural Yang Telah Dikembangkan dan Dikelola Selama Ini...

173

182

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 184

A. Kesimpulan ... 184

B. Implikasi ... 187

C. Rekomendasi ... 188

DAFTAR PUSTAKA ... 193 LAMPIRAN – LAMPIRAN

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Makna yang Terkandung pada Konsep Mayoritas dan Minoritas 78 2.2 Dualisme Kultural Dikotomik yang Memudahkan Terjadinya

Konflik ... 90

3.1 Subyek Penelitian ... 109

3.2 Matrik Uji Gregory ... 111

3.3 Validitas Isi Penilaian Pakar ... 112

3.4 Validitas dan Reliabilitas Butir ... 113

3.5 Rangkuman Metode Pengumpulan Data ... 114

3.6 Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Program pengelolaan pendidikan multikultural untuk Kepsek dan Guru ... 116

3.7 Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural untuk Pegawai dan Komite ... 117

3.8 Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural untuk Siswa ... 118

3.9 Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural untuk orang tua dan masyarakat ... 119

3.10 KisiKisi Pedoman Observasi Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural ... 120

3.11 Kisi-Kisi Lembar Pencatatan Dokumen Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural ... 120

3.12 Kisi-Kisi Kuesioner Budaya Multikultur ... 121

4.1 Rangkuman Hasil Analisis Data Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural yang Ditinjau Dari aspek Latar (Context) ... 145 4.2 Rangkuman Hasil Analisis Data Efektivitas Program

(5)

Masukan (Input) ... 150 4.3 Rangkuman Hasil Analisis Data Efektivitas Program

Pengelolaan pendidikan multikultural yang Ditinjau Dari aspek

Proses (Process)... 157 4.4 Rangkuman Hasil Analisis Data Efektivitas Program

Pengelolaan Pendidikan Multikultural yang Ditinjau Dari aspek

Hasil (Product)... 163 4.5 Rangkuman Hasil Analisis Data Budaya Multikultural Siswa .... 165 4.6 Rangkuman Hasil Analisis Data Evaluasi Program

Pengelolaan Pendidikan Multikultural ... 168 4.7 Indikator Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural yang

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 16

2.1 Alur Kerja Model CIPP ... 31

2.2 Komponen Utama Model Evaluasi CIPP ... 35

2.3 Efektifitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultur ... 41

2.4 Model Hubungan Antaretnik yang Bercorak Lintas Budaya ... 61

3.1 Rancangan Penelitian ... 105

3.2 Prototype Efektivitas Program pengelolaan pendidikan multikulural diadaptasi dari Teori Glickman... 126

4.1 Latar Belakang Pengeloaan Pendidikan Multikultural di SMP/MTs di Provinsi Bali ... 137

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Instrumen Penelitian 2 Uji Gregory

3 Uji Validitas dan Reliabilitas secara Manual 4 Uji Validitas dan Reliabilitas

5 Data Hasil Penelitian 6 Analisis Data Penelitian

7 Model Pendidikan Multikultural yang Dituangkan Dalam Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Multikultural Berbasis Kompetensi Yang Telah Disempurnakan

8 Foto – Foto di lapangan 9 Surat Keterangan Validasi

10 Surat Keterangan dari UPI Tentang Permohonan Ijin Mengadakan Penelitian

11 Surat Ijin Penelitian dari Empat Sekolah Yang dijadikan Obyek Penelitian

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Masyarakat multikultural atau berbhineka adalah ciri khas dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat dan

bangsa Indonesia. Kebinekaan itu, di satu pihak bisa menjadi aset yang sangat

berharga sepanjang tetap dijiwai oleh nilai–nilai Pancasila; tetapi sebaliknya

bisa juga menjadi penyebab konflik apabila yang dikedepankan oleh pihak

tertentu adalah etnosentrisme, prasangka etnik, eksklusivisme, ekstrimisme,

intoleransi, egoisme, hegemoni dan dominasi terhadap pihak lain.

Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang makin pesat dan arus informasi yang makin terbuka, di satu

pihak membawa dampak positif bagi kehidupan manusia, tetapi di lain pihak

menimbulkan masalah dan tantangan yang makin kompleks. Hal ini tampak

dengan munculnya nilai-nilai dan norma-norma baru yang tidak serasi dan

sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat

serta timbulnya aspirasi-aspirasi yang melampaui kemampuan dan daya

dukung yang tersedia. Untuk itu, masyarakat dan bangsa Indonesia, khususnya

generasi muda perlu memperkokoh jati diri ke-Indonesiaannya sehingga tidak

terpengaruh oleh berbagai budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian

bangsa, bahkan memperlemah ketahanan dan integritas bangsa. Akhir-akhir ini

konflik sosial, baik horizontal maupun vertikal tampak makin merebak terjadi

(9)

bangsa yang menggoyahkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Kalau dikaji secara mendalam, sumber konflik itu tiada lain adalah

perebutan pengaruh dan sumber daya, baik ekonomi, politik maupun

sosial-budaya, serta primordialisme, eksklusivisme dan ekstrimisme, baik atas nama

kelompok, daerah, etnik, partai, maupun agama. Untuk menjaga keajegan

NKRI yang dilandasi Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika

diperlukan pemahaman, kesadaran, apresiasi, dan toleransi terhadap

keanekaragaman budaya, ras, etnik, agama, dan adat-istiadat yang

diimplementasikan secara praktis dalam kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujuan bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD

1945 adalah "memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian

abadi dan keadilan sosial". Tujuan itu akan tercapai manakala bangsa Indonesia

telah memiliki kecerdasan yang komprehensif dan kompetitif. Di dalam

rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009-2014 terungkap

bahwa manusia cerdas secara komprehensif meliputi cerdas spiritual, cerdas

emosional dan sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.

Rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009-2014

memaparkan bahwa manusia yang cerdas secara spiritual adalah insan yang

beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan

memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti

luhur dan kepribadian unggul. Sosok yang cerdas secara emosional dan sosial

(10)

dan memupuk hubungan timbal balik; demokratis; empatik dan simpatik;

menjunjung tinggi hak asasi manusia; ceria dan percaya diri; menghargai

kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta berwawasan

kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara.

Manusia yang cerdas secara intelektual adalah sosok yang

beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan

kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, aktualisasi insan

intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif. Cerdas secara kinestetis adalah

insan yang beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang

sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, serta mampu melakukan

aktualisasi insan adiraga.

Sedangkan ciri manusia kompetitif meliputi berkepribadian unggul dan

gandrung akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang

menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan,

inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, berorientasi

global, dan pembelajar sepanjang hayat.

Kombinasi antara kecerdasan komprehensif dengan kecerdasan

kompetitif, akan melahirkan sosok yang siap membangun bangsa untuk

mencapai kejayaannya. Manusia yang cerdas secara komprehensif dan

kompetitif merupakan modal pembentukan bangsa yang kokoh dan maju

untuk mewujudkan kesejahteraan umum, dan perdamaian dunia secara

berkeadilan.

Rumusan kecerdasan komprehensif dan kompetitif, mengisyaratkan

(11)

Mutu sumber daya manusia tidak hanya diperlihatkan dengan kecerdasan

kognitif semata, tetapi menyeluruh pada seluruh domain kecerdasan manusia.

Pendidikan juga dituntut mampu membangun manusia Indonesia

seutuhnya, yang berfungsi sebagai subjek yang memiliki kapasitas untuk

mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal.

Dalam rencana strategis Depdiknas tahun 2010-2014 disebutkan bahwa

Paradigma pendidikan dan pemberdayaan manusia seutuhnya yang

memperlakukan anak sebagai subyek merupakan penghargaan terhadap anak

sebagai manusia yang utuh, yang memiliki hak untuk mengaktualisasikan

dirinya secara maksimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial,

dan kinestetik. Anak tidak lagi dipaksakan untuk menuruti keinginan orang tua,

sebaliknya orang tua hanya sebagai fasilitator untuk menolong anak

menemukan bakat atau minatnya. Guru sebagai fasilitator membantu anak

untuk menemukan bakatnya serta menolongnya agar mampu memaksimalkan

potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat bertumbuh dengan wajar dan

mampu mengintegrasikan berbagai pengetahuan yang ia miliki. Guru bukan

hanya memberikan pengajaran yang dibutuhkan melainkan juga memberikan

teladan hidup dan mengembangkan kreativitas peserta didik. Paradigma ini

merupakan fondasi dari pendidikan kreatif yang mengidamkan peserta didik

menjadi subyek pembelajar sepanjang hayat yang mandiri, bertanggung jawab,

kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan.

Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada

paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai

(12)

dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga

hal paling mendasar, yaitu (a) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan,

ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul,

dan kompetensi estetis; (b) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan

daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi; dan (c) psikomotorik yang tercermin pada

kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan

kompetensi kinestetis.

Dalam perspektif sosial kemasyarakatan, pendidikan dituntut

melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam

proses perubahan sosial di dalam masyarakat. Pendidikan menjadi faktor

determinan dalam mendorong percepatan mobilitas masyarakat, yang

mengarah pada pembentukan formasi sosial baru. Formasi sosial baru ini

terdiri atas lapisan masyarakat kelas menengah terdidik, yang menjadi elemen

penting dalam memperkuat daya rekat sosial (social cohesion). Pendidikan

yang melahirkan lapisan masyarakat terdidik itu menjadi kekuatan perekat

yang menautkan unit-unit sosial di dalam masyarakat, keluarga, komunitas,

perkumpulan masyarakat, dan organisasi sosial yang kemudian menjelma

dalam bentuk organisasi besar berupa lembaga negara.

Tilaar (2004:21), di dalam bukunya yang berjudul "paradigma baru

pendidikan nasional", mengajukan tiga konsep mengenai paradigma baru

pendidikan nasional, yakni sebagai berikut. 1) Redefinisi Pendidikan Nasional,

yakni pertama, pendidikan tidak dapat dibatasi hanya sebagai schooling belaka,

(13)

masyarakat terlempar dari tanggungjawabnya dalam pendidikan sehingga

pendidikan formal dan in-formal perlu disempurnakan. Kedua, pendidikan

bukan hanya untuk mengembangkan intelegensi akademik tetapi

pengembangan seluruh spektrum intelegensi manusia didalam kurikulum yang

luas dan fleksibel serta di dalam pendidikan formal maupun non-formal,

sehingga tidak hanya melahirkan manusia pintar tetapi juga manusia yang

berbudaya (educated and civilized human being). 2) Pendidikan adalah proses

pemberdayaan, yakni pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan

manusia. Manusia yang berdaya adalah manusia yang dapat berpikir kreatif,

mandiri, dan dapat membangun dirinya serta masyarakat. Manusia yang

berdaya adalah manusia yang produktif, 3) Pendidikan adalah proses

pembudayaan, yakni pendidikan yang diarahkan kepada berkembangnya

kepribadian seorang yang mandiri sebagai anggota masyarakat yang

demokratis.

Aktualisasi pendidikan nasional dengan posisi dan paradigma baru

dalam mewujudkan masyarakat Indonesia baru dikemukakan lebih lanjut oleh

Tilaar dalam prinsip-prinsip dasar pendidikan sebagai berikut: (1) Partisipasi

masyarakat, yaitu sesuai dengan tuntutan masyarakat demokrasi maka

masyarakat harus ikut serta secara aktif di dalam menyelenggarakan

pendidikannya; (2) Sumber daya manusia yang profesional. Desentralisasi dan

demokratisasi proses pendidikan memerlukan tenaga-tenaga yang terampil dan

profesional, baik tenaga guru maupun administrasi pendidikan serta

lembaga-lembaga yang terkait dengan dunia pendidikan; (3) Sarana dan sumber daya

(14)

dengan jiwa desentralisasi.

Pendidikan dalam upaya pengembangan masyarakat harus dilakukan

secara sinergetik sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah. Dalam

hubungan ini Abdul Azis Wahab (2008:290) menyatakan sebagai berikut.

Paradigma manajemen pendidikan sentralistik terbukti tidak memadai untuk menangani berbagai perubahan dan perkembangan yang ada, apalagi untuk menjangkau jauh ke depan sesuai dengan tuntutan peran pendidikan yang sesungguhnya. Hal tersebut menuntut paradigma baru manajemen pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman yaitu manajemen pendidikan desentralistik

Masyarakat dan bangsa Indonesia di dalam kenyataannya merupakan

suatu masyarakat yang bhineka. Nilai-nilai budaya yang konkret adalah

nilai-nilai yang terdapat dalam budaya lokal. Oleh sebab itu pengakuan terhadap

budaya lokal berarti pengakuan terhadap nilai-nilai yang mendasari tingkah

laku dan tindakan manusia Indonesia. Pengakuan terhadap kebhinekaan

tersebut berarti suatu langkah ke arah pengakuan identitas. Identitas seseorang

di dalam budaya lokal perlu diperluas horizonnya pada dimensi nasional

bahkan global.

Mencermati fenomena kebhinekaan dari budaya Indonesia, maka Tilaar

(2004) menawarkan sebuah konsep pendidikan berbasis masyarakat

(community based education) sebagai konsekuensi dan konsep integrasi antara

pendidikan dan kebudayaan. Pemeliharaan dan pelestarian kantong-kantong

kebudayaan lokal merupakan langkah menuju pelestarian budaya nasional.

Karena pada intinya kebudayaan lokal merupakan dasar dari pengembangan

budaya nasional.

Untuk itu pendidikan bertemakan budaya merupakan wahana penting

(15)

nilai, dan menanamkan etos di kalangan warga sekolah utamanya siswa, yang

mesti terus dikampanyekan. Dalam rangka desentralisasi pendidikan dan

menyikapi fenomena rendahnya kemampuan psikomotorik masyarakat,

khususnya para siswa, maka dituntut adanya pendidikan yang mampu

merangsang tumbuhnya keterampilan belajar. Tujuan dari keterampilan belajar

ialah dimilikinya kemampuan memecahkan masalah secara bertanggungjawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut harus didahului dengan kemampuan

mengenali hakikat diri, potensi dan bakat-bakat terbaik serta berusaha sekuat

tenaga untuk mengaktuatisasikan segenap potensi hingga menjadi diri sendiri

seutuhnya (Anwar, 2004:9).

Pendidikan dituntut menciptakan kemandirian baik pada individu

maupun bangsa. Pendidikan yang menumbuhkan jiwa kemandirian menjadi

sangat penting apalagi ketika dunia dihadapkan pada satu sistem tunggal yang

digerakkan oleh pasar bebas. Bangsa Indonesia sulit bertahan jika tidak

memiliki kemandirian karena hidupnya semakin tergantung pada

bangsa-bangsa yang lebih kuat. Untuk itu, pendidikan harus terus-menerus melakukan

adaptasi dan penyesuaian dengan gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan

inovasi, sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan zaman.

Penggalian dan pengembangan potensi yang ada menjadi sangat penting untuk

meningkatkan daya saing bangsa dan meninggikan identitas bangsa yang

demikian beragam.

Dengan mempertimbangkan kebhinekaan bangsa Indonesia dalam

berbagai aspeknya, serta tuntutan pendidikan yang lebih berkualitas, maka

(16)

pendidikan. Reformasi di bidang pendidikan ditandai dengan diberlakukannya

Undang-undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

(Sisdiknas).

Departemen Pendidikan Nasional sungguh amat arif dan bijaksana

karena telah memikirkan model pendidikan multikultural. Hal ini tampak

dengan adanya penelitian pengembangan model pendidikan multikultural

untuk pendidikan dasar dan menengah yang telah dilaksanakan pada tahun

2007 oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Badan

Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini

sangat penting dan strategis mengingat Indonesia mempunyai kebinekaan

dalam wujud ras, etnik, budaya, adat istiadat, agama, dan seni. Populasi

penelitiannya adalah pendidikan dasar SMP/MTs, yang tersebar di 33 provinsi

di Indonesia, dimana wilayah provinsi dikelompokkan menjadi dua, yaitu

wilayah Indonesia Barat yang meliputi Jawa dan Sumatera serta wilayah

Indonesia Timur meliputi Sulawesi dan Bali. Dengan memperhatikan kondisi

dan karakteristik wilayah, secara apriori ditentukan enam provinsi sebagai

sampel. Wilayah Indonesia Barat meliputi Jatim, DIY, Sumbar, Sumut;

sedangkan untuk wilayah Indonesia Timur adalah Sulsel dan Bali. Dengan

memperhatikan heterogenitas etnis, budaya, sosial, dan agama maka

kabupaten/kota yang dipilih dari wilayah provinsi itu adalah Malang untuk

Jatim, Yogyakarta untuk DIY, Padang untuk Sumbar, Medan untuk Sumut,

Makasar untuk Sulsel, dan Singaraja untuk Bali. Dari tiap kabupaten/kota

secara purposif dan kuota ditentukan tiga SMP/MTs, kecuali di Provinsi Bali 4

(17)

melakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); (2) memiliki

heterogenitas etnis, budaya, sosial, dan agama.

Di Provinsi Bali, yang dijadikan sampel dalam pengembangan model

pendidikan multikultural adalah SMP Lab Undiksha, SMP Negeri I, MTs

Tegalinggah dan MTs Negeri Seririt, Singaraja Bali. Penelitian di enam

provinsi tersebut menghasilkan sebuah model pendidikan multikultural

terintegrasi berbasis kompetensi yang dijabarkan dalam silabus mata pelajaran.

Pelaksanaan program pengelolaan pendidikan multikultural pada

SMP/MTs di Provinsi Bali telah berlangsung sejak tahun ajaran 2007/2008.

Dari pengamatan peneliti pada studi pendahuluan di lapangan, ternyata masih

banyak ditemukan fenomena rendahnya prilaku pendidikan multikultural

dikalangan siswa pada awal pelaksanaan program pengelolaan pendidikan

multikultural, di tengah-tengah budaya masyarakat sekitar yang majemuk,

tetapi tidak diikuti dengan semangat dan kreatifitas anak-anak sebagai pewaris

dan pelestari budaya yang berbhineka. Fenomena ini merupakan ironi budaya

yang perlu untuk dicermati dan dikaji oleh institusi pendidikan termasuk

SMP/MTs di Provinsi Bali.

Untuk melihat sejauhmana kebermaknaan program ini terhadap tujuan

akhir program yakni terwujudnya siswa yang berpendidikan multikultural,

maka pengkajian secara lebih kritis dan sistematis sangat penting dilakukan.

Penelusuran secara mendalam proses pengelolaan pendidikan multikultural

sangat penting dilakukan, dan penggambaran apa adanya dari aktivitas siswa

menjadi dasar penyimpulan keterjadian pengelolaan pendidikan multikultural.

(18)

dilakukan menjadi amat penting. Pengelolaan pendidikan multikultural sebagai

sebuah program perlu mendapat penilaian secara holistik. Dari penilaian

tersebut maka akan terungkap sejauhmana efektifitas program dimaksud.

Disamping hal tersebut, memandang program pengelolaan pendidikan

multikultural ini sebagai sebuah kebijakan sekolah yang relatif baru, maka

untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa yang

telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu mendapat perhatian

khusus, untuk menjamin cara kerja yang efektif, maka perlu dilakukan evaluasi

program.

Evaluasi program merupakan evaluasi dalam rangka pembuatan

pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan dapat

dipertanggungjawabkan. Menurut Morrison (Abdjul, 1982) ada tiga faktor

penting dalam konsep evaluasi, yaitu : pertimbangan (judgement), deskripsi

obyek penilaian, dan kriteria (defensible criteria). Evaluasi program adalah

upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat

dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya (Arikunto

dan Cepi, 2004:7). Pemetaan konteks, masukan, proses, dan hasil dari program

ini sangat penting dilakukan untuk memutuskan sejauhmana efektivitas

program tersebut. Oleh karenanya, maka model evaluasi yang dipakai

mengevaluasi program manajemen pendidikan berbasis multikultural dalam

penelitian ini adalah model CIPP (Context, Input Process, Product) gagasan

dari Stufflebeam. Hasil evaluasi model CIPP dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan dalam empat macam bentuk keputusan yaitu : (1)

(19)

2007:37). Untuk mencapai keempat tujuan ini, maka model CIPP

mengevaluasi empat macam unsur yaitu: (1) context evaluation yaitu evaluasi

terhadap konteks; (2) input evaluation yaitu evaluasi terhadap masukan; (3)

process evaluation yaitu evaluasi terhadap proses, dan (4) product evaluation

yaitu evaluasi terhadap hasil.

B.Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada efektifitas program pengelolaan

pendidikan multikultural. Evaluasi secara komprehensif terhadap program

pengelolaan pendidikan multikultural ini menjadi sangat penting untuk

pemetaan kondisi serta dalam rangka pengambilan keputusan terhadap

keberlangsungan program pengelolaan pendidikan multikultural tersebut.

Adapun aspek – aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Latar belakang pengelolaan pendidikan multikultural pada SMP/MTs di

Provinsi Bali.

2. Proses pengelolaan pendidikan multikultural pada SMP/MTs di Provinsi

Bali.

3. Efektifitas program pengelolaan pendidikan multikultural pada SMP/MTs

di Provinsi Bali ditinjau dari aspek konteks (context), masukan (input),

proses (process), dan hasil (product).

4. Kendala-kendala atau hambatan-hambatan program pengelolaan pendidikan

multikultural pada SMP/MTs di Provinsi Bali dan alternatif pemecahannya.

C.Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

(20)

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengapa pengetahuan, sikap, dan prilaku multikultural dikalangan siswa

masih sangat rendah di tengah-tengah budaya masyarakat sekitar yang

majemuk, tetapi tidak diikuti dengan semangat dan kreatifitas anak-anak

sebagai pewaris dan pelestari budaya yang berbhineka?

2. Mengapa diperlukan pengelolaan pendidikan multikultural pada SMP/MTs

di Provinsi Bali?

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut di atas, dalam penelitian ini

disusun beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah yang menjadi latar belakang pendidikan multikultural pada

SMP/MTs di Provinsi Bali?

2. Bagaimanakah proses pengelolaan pendidikan multikultural pada

SMP/MTs di Provinsi Bali?

3. Bagaimanakah efektivitas program pengelolaan pendidikan multikultural

pada SMP/MTs di Provinsi Bali ditinjau dari aspek konteks (context),

masukan (input), proses (process), dan hasil (product) ?

4. Apakah terdapat kendala-kendala dalam pengelolaan pendidikan

multikultural pada SMP/MTs di Provinsi Bali dan bagaimana alternatif

pemecahannya ?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas,

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Memperoleh gambaran empirik tentang pengelolaan pendidikan

(21)

2. Menganalisis berbagai kendala dalam pengelolaan pendidikan multikultural

yang ditinjau dari aspek konteks (context), masukan (input), proses

(process), dan hasil (product).

3. Mencari alternatif strategi pengelolaan pendidikan multikultural pada

SMP/MTs di Provinsi Bali, berdasarkan model pendidikan multikultural

yang telah dikembangkan dan dikelola selama ini.

E.Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan dari

penelitian di atas, maka temuan penelitian ini dapat memberikan manfaat pada

nilai akademis dan nilai praktis.

1. Nilai akademis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah dan wawasan ilmu

pengetahuan khususnya tentang perumusan dan implementasi

pengelolaan pendidikan multikultural pada tingkat sekolah menengah

untuk menyukseskan pelaksanaan KTSP yang bermutu dan berkualitas.

b. Sebagai referensi dan inspirasi bagi peneliti lain dalam melakukan kajian

terhadap program pengelolaan pendidikan multikultural, serta

pengembangan KTSP secara umum.

2. Nilai praktis

a. Bagi siswa SMP/MTs, hasil penelitian ini memberikan informasi dalam

rangka menemukenali potensi diri khususnya perilaku pendidikan

multikultural dan signifikansinya bagi kehidupan pasca usia sekolah

untuk terjun dimasyarakat sehingga tercipta kegairahan dalam belajar

(22)

b. Bagi tenaga pendidik, hasil penelitian ini merupakan media reflektif

untuk mengembangkan diri khususnya dalam membina program

manajemen pendidikan berbasis multikultural.

c. Bagi SMP/MTs, hasil penelitian ini merupakan informasi yang akurat

untuk penyempurnaan program manajemen berbasis multikultural dalam

rangka mengembangkan pendidikan multikultural siswa dan seluruh

warga sekolah.

d. Bagi orang tua siswa dan komite sekolah, hasil penelitian ini merupakan

upaya pengungkapan pengembangan prilaku pendidikan multikultural

bagi siswa sebagai referensi kebijakan orang tua pada pendidikan di

keluarga.

e. Bagi sekolah lain, hasil penelitian ini merupakan referensi empirik

dalam pengembangan KTSP khususnya program manajemen pendidikan

berbasis multikultural.

f. Bagi dinas pendidikan, hasil penelitian ini memberikan informasi yang

bisa dijadikan salah satu alternatif model untuk didesiminasikan kepada

sekolah lain dalam perumusan program pengelolaan pendidikan berbasis

multikultural sebagai upaya akselerasi pelaksanaan KTSP yang

berkualitas.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, dan untuk

memperjelas alur berpikir peneliti dalam pelaksanaan studi evaluasi ini, maka

(23)
(24)

Pada gambar di atas, terlihat alur pemikiran tentang pelaksanaan evaluasi

terhadap program pengelolaan pendidikan multikultural. Kerangka pikir ini

dimulai dari hasil penelitian pengembangan model pendidikan multikultural

untuk pendidikan dasar pada tahun 2007 oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan

Inovasi Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen

Pendidikan Nasional pada SMP/MTs di Provinsi Bali yang menemukan bahwa

pendidikan multikultural mengarah pada usaha memfasilitasi proses belajar

mengajar yang mengubah perspektif monokultur yang esensialis, penuh

prasangka dan bersifat diskriminatif ke arah perspektif multikulturalis yang

menghargai keragaman dan perbedaan, toleran dan bersifat terbuka. Perubahan

paradigma ini menuntut transformasi yang tidak terbatas pada dimensi kognitif

belaka. Jadi, secara operasional, pendidikan multikultural pada dasarnya

merupakan program pendidikan yang menyediakan sumber belajar yang jamak

(multiple learning environments) dan yang sesuai dengan kebutuhan akademik

maupun kebutuhan sosial peserta didik.

Dengan berpegang pada gagasan tersebut dapat dikemukakan tujuan

program pendidikan multikultural adalah membantu peserta didik: pertama,

memahami latar belakang diri dan kelompok dalam masyarakat. Kedua,

menghormati dan mengapresiasi kebinekaan budaya dan sosio-historis etnik.

Ketiga, mengubah sikap-sikap yang terlalu etnosentris dan penuh purbasangka.

Keempat, memahami faktor-faktor sosial, ekonomis, psikologis, religius, dan

historis yang menyebabkan terjadinya polarisasi etnik, ketimpangan, dan

(25)

masalah-masalah rutin dan isu melalui proses demokratis, atau sebuah inkuiri

dialogis. Keenam, mengkonseptualisasi dan mengaspirasikan sebuah visi tentang

masyarakat yang lebih baik, adil, dan bebas. Ketujuh, mengembangkan jati diri

yang bermakna bagi semua orang.

Dengan demikian, pendidikan multikultural memerlukan strategi yang

jelas, tidak saja bertalian dengan tujuannya, tetapi juga penyiapan tenaga gurunya

dalam berbagai aktifitas pembelajaran di kelas. Bahkan yang tidak kalah

pentingnya, penyelenggaraan pendidikan multikultural memerlukan pula kerja

sama dengan lembaga lainnya, terutama keluarga, mengingat bahwa orang tua

adalah guru multietnik dan guru multikultural yang pertama dan yang utama.

Atas dasar hal tersebut di atas, dan dengan telah dirumuskannya kurikulum

pada SMP/MTs di Provinsi Bali dengan KTSP yang menyisipkan pendidikan

multikultural terintegrasi berbasis kompetensi, maka pengembangan pendidikan

multikultural diintensifikasi melalui program pengelolaan pendidikan

multikultural. Setelah hampir 4 semester berjalan, maka pertanyaan besar apakah

pendidikan multikultural dapat dikelola secara efektif atau sebaliknya. Untuk hal

tersebut, maka perlu dilakukan penelusuran kritis tentang latar belakang

pengelolaan pendidikan multikultural melalui studi kualitatif. Disisi lain,

pengelolaan pendidikan multikultural sebagai sebuah program, penting juga

mendapat penelusuran yang sistematis dan komprehensif melalui studi evaluatif.

Untuk hal tersebut dilakukan evaluasi program yang menggunakan model CIPP.

Evaluasi CIPP yang dilakukan melibatkan empat aspek yakni konteks, masukan,

proses, dan hasil.

(26)

efektivitas program pengelolaan pendidikan multikultural tersebut. Kendala

yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini, akan dicarikan solusinya untuk

menjadi bahan rekomendasi. Rekomendasi tersebut digunakan sebagai

perbaikan program dimaksud.

G.Lokasi Penelitian dan Unit Analisis

Unit analisis penelitian ini adalah sekolah, dan lokasi penelitiannya

adalah SMP N I Singaraja, SMP Lab Undiksha, MTs Tegallinggah, dan MTs

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan

empirik (ex- post facto) dengan pendekatan ex-post facto peneliti berhubungan

dengan aspek yang telah terjadi dan peneliti tidak perlu memberikan perlakuan

terhadap aspek yang diteliti (Sukardi, 2004:15). Menurut Sugiyono (2005; 7)

penelitian dengan pendekatan ex-post facto adalah penelitian yang dilakukan

untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi, dan kemudian merunut kebelakang

melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya

peristiwa yang diteliti.

Jenis penelitian ini adalah studi evaluatif yang akan menjawab efektif

tidaknya pengelolaan pendidikan multikultural pada SMP/MTs di Provinsi

Bali. Secara kualitatif pengungkapan latar belakang pengelolaan pendidikan

multikultural dilakukan untuk menggali secara mendalam segala motif yang

berada dibelakang program pengelolaan pendidikan multikultural. Bahasan ini

akan memaparkan alasan-alasan, kenapa program tersebut sampai terjadi pada

SMP/MTs di Provinsi Bali. Pengungkapan nilai-nilai yang terkandung dari

segala motif tersebut menjadi gambaran terhadap penting-tidaknya program

yang dirumuskan. Mengingat penggambaran dari latar belakang ini

memerlukan data apa adanya secara mendalam, teknik pengumpulan yang

digunakan adalah teknik wawancara mendalam.

(28)

untuk dikaji dan dipaparkan dalam penelitian ini. Untuk mengumpulkan data

proses pengelolaan pendidikan multikultural dilakukan dengan wawancara

mendalam.

Untuk mengevaluasi implementasi pengelolaan pendidikan

multikultural digunakan evaluasi dengan model CIPP, yang ditinjau dari

empat aspek yakni : konteks (contex), masukan (input), proses (process), dan

hasil (product). Secara kuantitatif proses evaluasi dilakukan dengan

menekankan pada aspek objektivitas, reliabilitas dan validitas, pengukuran

difokuskan pada data dalam bentuk angka-angka dan menggunakan T-Skor.

Untuk itu pengumpulan data dilakukan dengan instrumen berbentuk kuesioner

dengan model skala Likert.

Hasil evaluasi program pengelolaan pendidikan multikultural yang

diperoleh akan dijadikan dasar untuk mencari kendala-kendala pelaksanaan

program tersebut. Penemuan tentang berbagai kendala yang dihadapi dalam

program, lebih lanjut akan dicarikan alternatif pemecahannya. Pemecahan

yang ditawarkan oleh peneliti didasarkan dari analisis kualitatif yang

dihubungkan dengan teori-teori yang sudah ada.

Sebelum dipaparkan latar belakang, proses pengelolaan pendidikan

multikultural dan efektivitas program pengelolaan pendidikan multikultural,

akan dipaparkan terlebih dahulu gambaran umum SMP/MTs yang dijadikan

sampel dalam program pengelolaan pendidikan multikultural. Pemaparan

tersebut bertujuan untuk mengelaborasi tempat penelitian serta profil program

pengelolaan pendidikan multikultural. Data-data tentang gambaran umum

(29)

Wawancara yang dilakukan untuk mengecek keberadaan dokumen dan

perangkat-perangkat program yang diperlukan.

Adapun bagan rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

B.Aspek yang Diteliti

Dalam penelitian ini melibatkan aspek pengelolaan pendidikan

multikultural dan program pengelolaan pendidikan multikultural.

a. Pengelolaan pendidikan multikultural dalam penelitian ini adalah seluruh

usaha pengelolaan perilaku dan proses pendidikan multikultural, serta

pengembangan nilai dan ide dibalik pengelolaan pendidikan multikultural.

(30)

b. Program pengelolaan pendidikan multikultural. Aspek ini mengikuti

penelitian evaluatif model CIPP, sehingga dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

1. Konteks (context)

Konteks dalam hal ini adalah untuk merencanakan dan merumuskan

tujuan (context evaluation to serve planning decision) dengan

mendefinisikan konteks dalam mengevaluasi efektivitas pengelolaan

pendidikan multikultural pada SMP/MTs di Provinsi Bali. Dalam

pelaksanaan program pengelolaan pendidikan multikultural apakah

sudah sesuai dengan landasan hukum atau kebijakan pendidikan yang

berlaku, sosial masyarakat, aspirasi pendidikan masyarakat sekitar dan

daya dukung masyarakat terhadap pendidikan, visi sekolah. misi

sekolah, dan tujuan sekolah.

2. Masukan (input)

Masukan atau input yang dapat membantu mengatur keputusan,

menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif yang mampu diambil,

apa perencanaan atau perancangan dan prosedur serta

persyaratan-persyaratan pengelolaan pendidikan multikultural secara umum serta

dokumentasi. Evaluasi daya dukung ini bertujuan untuk mengidentifikasi

dan mengukur efektivitas pengelolaan pendidikan multikultural.

Adapun aspek input yang dapat dijadikan tolak ukur dalam evaluasi dan

efektivitas yaitu aspek visi, misi, dan tujuan pengelolaan pendidikan

multikultural, pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar

(31)

pelaksanaan program pengelolaan pendidikan multikultural, sistem

evaluasi, guru, siswa, sarana dan prasarana.

3. Proses (process)

Proses dapat dilakukan melalui kegiatan pengamatan dan observasi

terhadap dokumentasi proses pengambilan keputusan, pengelolaan

kelembagaan, proses pelaksanaan program, proses kerjasama dan

partisipasi, serta proses evaluasi terhadap pengelolaan pendidikan

multikultural. Evaluasi efektivitas pada aspek proses dapat digunakan

sebagai daya dukung dalam pengambilan keputusan, pengelolaan

kelembagaan, pengelolaan program serta proses pelaksanaan program

sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam evaluasi efektivitas program

pengelolaan pendidikan multikultural.

4. Hasil (product)

Dalam mengukur efektivitas implementasi pengelolaan pendidikan

multikultural dapat dilakukan dengan kegiatan pengamatan terhadap

beberapa aspek produk yang dihasilkan, aspek dalam produk outputnya

dapat dilihat dari prilaku siswa, dan kualitas pendidikan multikultural,

dan kemampuan non-akademik siswa.

C.Subjek Penelitian.

Subjek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru, pegawai tata usaha,

pengurus komite, siswa, dan orang tua siswa. Subjek penelitian dari unsur

Kepala sekolah dan guru baik berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun

non PNS di SMP/MTs. Dalam penelitian ini subjek penelitian ditentukan

(32)

di dalam penerapan program pengelolaan pendidikan multikultural pada

SMP/MTs di Provinsi Bali. Penunjukan responden ini didasarkan atas

keperluan perolehan data yang terkait dengan aspek yang diteliti, selain itu

dilandasi atas tanggung jawab yang dibebankan pada personil atas penerapan

pengelolaan pendidikan multikultural pada SMP/MTs di Provinsi Bali. Jadi

dalam penelitian ini data diungkap melalui jajaran manajemen dan personil

pelaksana. Oleh karena itu dalam penelitian ini, subjek penelitian ditentukan

dengan teknik purposive sampling yakni warga sekolah yang terkait dengan

pelaksanaan program ini.

Dalam mengumpulkan data tentang latar belakang pengelolaan

pendidikan multikultural, melibatkan tiga orang informan. Terdiri dari kepala

sekolah, ketua komite, dan kaur kurikulum, Sedangkan dalam mengumpulkan

data proses pengelolaan pendidikan multikultural melibatkan enam informan,

yang terdiri dari tiga orang guru, dan tiga orang siswa.

Untuk studi evaluasi yang bersumber dari siswa, subjek penelitian

dipilih dengan teknik proportional random sampling. Subjek dipilih secara

acak berdasarkan proporsi yang tersebar pada setiap jenjang kelas. Hal ini

dilakukan mengingat semua subjek yang ada memiliki kecendrungan yang

sama terhadap kualitas data yang akan diberikan. Untuk hal itulah maka

penentuannya dilakukan secara acak berdasarkan proporsi yang diperoleh. Dari

uraian di atas, subjek yang akan digunakan dalam pengumpulan data ini adalah

: (a) Kepala sekolah (b) wakil kepala sekolah (c) kepala urusan yang

menangani bidang kurikulum, (d) kepala urusan yang menangani bidang

(33)

yang menangani bidang humas, (g) kepala urusan yang menangani tata usaha,

(h) guru. (i) pegawai (j) siswa yang mengikuti program, (k) pengurus komite,

dan (l ) orang tua. Jumlah subyek penelitian secara rinci tiap jenis subyek

[image:33.595.116.512.218.443.2]

adalah seperti pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Subyek Penelitian

NO JENIS SUBYEK POPULASI SAMPEL

1 Kepala Sekolah, Wakil Kepala

Sekolah dan Guru

60 60

2 Pegawai 37 10

3 Pengurus Komite 16 16

4 Siswa 341 106

5 Orang Tua Siswa 316 36

JUMLAH 770 228

D.Prosedur Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Pengumpuluan data tentang latar belakang dan proses pengelolaan

pendidikan multikultural siswa dilakukan dengan teknik wawancara

mendalam. Pedoman wawancara yang digunakan berpedoman pada aspek

yang diteliti dalam pengelolaan pendidikan multikultural. Dalam menjawab

permasalahan pengelolaan pendidikan multikultural melalui implementasi

pengelolaan pendidikan multikultural dilakukan dengan mengukur tingkat

prilaku siswa yang dikumpulkan dengan kuesioner. Dalam penelitian ini juga

dipaparkan terlebih dahulu gambaran umum SMP/MTs dan program

pengelolaan pendidikan berbasis multikultural. Data tersebut dikumpulkan

(34)

multikultural dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun

dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan definisi operasional aspek. Dalam

memperkuat data yang dikumpulkan dengan kuesioner juga dilakukan dengan

teknik observasi dan dokumentasi. Sebelum melakukan pengumpulan data,

terlebih dahulu mohon ijin penelitian dari kepala sekolah, konsultasi dengan

jajaran manajemen, guru dan pegawai SMP/MTs. Data awal dikumpulkan

dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah, kepala urusan

kurikulum, kepala urusan kesiswaan, dan guru.

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini sangat erat kaitannya

dengan data yang diperlukan. Bila dirinci sesuai dengan metode pengumpulan

data maka instrumen yang dibutuhkan adalah pedoman wawancara, angket atau

kuesioner, pedoman observasi, dan lembar pencatatan dokumen. Menurut

Suryabrata (2000), bahwa untuk mengetahui validitas instrumen digunakan

validasi dari pendapat ahli (profesional judgment).

Koefisien validasi isi dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif

oleh beberapa orang pakar (Gregory, 2000 dalam Koyan, 2002). Untuk

menentukan koefisien validitas isi, hasil penilaian dari kedua pakar

dimasukkan ke dalam tabulasi silang 2X2 yang terdiri dari kolom A, B, C, dan

D. Kolom A adalah sel yang menunjukkan ketidaksetujuan kedua penilai.

Kolom B dan C adalah sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara

penilai pertama dan kedua (penilai pertama setuju penilai kedua tidak setuju,

atau sebaliknya). Kolom D adalah sel yang menunjukkan persetujuan antara

kedua penilai. Validitas isi adalah banyaknya butir soal pada kolom D dibagi

(35)

Setelah butir soal divalidasi oleh dua penilai, selanjutnya dianalisis

dengan menggunakan perhitungan menurut Gregory seperti pada tabel 3.2

[image:35.595.126.513.194.312.2]

berikut..

Tabel 3.2 Matrik Uji Gregory

Judges

Judges I

Penilaian Judges Kurang Relevan Sangat Relevan

Judges II Kurang Relevan A ( -- ) B ( + - )

Sangat Relevan C ( -+ ) D ( + + )

Dari tabel di atas dapat dicari validitas konten ( content validity )

dengan menggunakan rumus Gregory :

D

VC = A + B+C+D

Keterangan : VC = Validitas Konten

D = Kedua Judges Setuju

A = Kedua Judges Tidak Setuju

B = Judges I Setuju, Judges II Tidak Setuju

C = Judges I Tidak Setuju, Judges II Setuju

Dalam penelitian ini jumlah instrumen yang dicari validasi isi dari

pendapat ahli adalah sebanyak enam instrumen. Adapun instrumen tersebut

adalah kuesioner implementasi pengelolaan pendidikan multikultural untuk

kepala sekolah dan guru, untuk pegawai dan komite, untuk siswa, dan untuk

(36)

Made Yudana, M.

isinya masing –

perhitungan secara

T

No

Jenis Ins

1 Kuesioner efekti pengelolaan pen multikultural un Sekolah dan Gur 2 Kuesioner efekti pengelolaan pen multikultural un dan komite 3 Kuesioner efekti

pengelolaan pen multikultural un 4 Kuesioner efekti pengelolaan pen multikultural un dan masyarakat

5 Pedoman observ

pengelolaan bud multikultural

6 Kuesioner buday

siswa

Untuk mencar

moment dengan rumu

Keteranga

X = Skor

Y = Skor

N = bany

M.Pd dan Prof. Dr. I B Putrayasa, M.Pd, dip

masing instrumen seperti pada tabel 3.3.

[image:36.595.111.506.191.529.2]

ara manual dari uji Gregory terdapat dalam lamp

Tabel 3.3 Validitas Isi Penilaian Pakar

Instrumen Validitas Jumlah Butir

YangDinilai J Y co ktivitas endidikan untuk Kepala uru

0,94 100

ktivitas endidikan untuk pegawai

0,94 72

ktivitas endidikan untuk siswa

0,93 72

ktivitas endidikan untuk orang tua at

0,87 15

ervasi efektivitas udaya

0,92 60

daya multikultural 0,91 44

cari validitas butir instrumen digunakan korelas

mus:

gan :

or butir

or total

nyaknya responden (Arikunto, 2001:72)

diperoleh validitas

.3. Adapun hasil

(37)

Kriteria ya

dengan harga tabe

valid apabila rxy > r

Reliabilitas

Cronbach dengan r

ρa = koefis

σ 2 = varian

σ = varian

k = banya

Pada penel

dengan teknik uji

instrumen yang d

program yang bers

ditemukan oleh pen

Berdasarkan

manual seperti pad

microsoft excel sep

masing-masing ins

yang digunakan adalah dengan membandin

bel kritik r product moment, dengan ketentua

> r tabel pada ts = 0,05.

tas instrumen dihitung dengan menggunakan

n rumus:

(Fernandes, 1984)

Keterangan :

efisien keterandalan alpha

an total (varian responden)

ian butir

nyaknya butir

elitian ini, uci coba empirik instrumen penel

uji coba terpakai. Uji Coba terpakai diguna

dikembangkan merupakan instrumen untuk

ersifat spesifik. Sampai saat ini program yang d

peneliti di tempat lain.

kan hasil perhitungan validitas dan reliabilit

ada lampiran dan uji validitas dan reliabilitas d

seperti pada lampiran. Secara ringkas validitas

instrumen seperti pada tabel 3.4 berikut.

ingkan harga rxy

tuan rxy dikatakan

n koefisien Alpha

nelitian dilakukan

nakan mengingat

tuk mengevaluasi

dievaluasi belum

ilitas butir secara

s dengan program

(38)
[image:38.595.113.508.108.516.2]

Tabel 3.4 Validitas dan Reliabilitas Butir

No Jenis Instrumen Jumlah

Butir yang Diuji coba Jumlah Butir yang valid Jumlah Butir yang Gugur Relia-bilitas

1 Kuesioner efektivitas

program pengelolaan pendidikan multikultural untuk Kepala Sekolah dan Guru

97 92 5 0,97

2 Kuesioner efektivitas

program pengelolaan pendidikan multikultural untuk pegawai dan komite

71 69 2 0,96

3 Kuesioner efektivitas

program pengelolaan pendidikan multikultural untuk siswa

70 65 5 0,92

4 Kuesioner efektivitas

program pengelolaan pendidikan multikultural untuk orang tua dan masyarakat

14 13 1 0,77

5 Pedoman observasi

efektivitas program pengelolaan pendidikan multikultural

58 52 6 0,96

6 Kuesioner budaya

multikultural siswa

42 39 3 0,86

Untuk memudahkan perancangan instrumen, maka dibuatlah pemetaan

aspek yang diteliti, indikator, dan metode pengumpulan data dari semua aspek

yang diteliti dapat dilihat seperti pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Rangkuman Metode Pengumpulan Data

No Aspek Indikator Metode Pengumpulan

Data

1 Latar

(Context)

1 Latar Geografis

2. Partisipasi masyarakat 3. Kebijakan pemerintah

Penyebaran kuesioner Penyebaran kuesioner Penyebaran kuesioner Dokumentasi

4. Status sosial dan ekonomi Penyebaran kuesioner

masyarakat

[image:38.595.114.510.631.753.2]
(39)

Dokumentasi

6. Misi Sekolah Penyebaran kuesioner

Dokumentasi

7. Tujuan sekolah Penyebaran kuesioner

Dokumentasi

2 Masukan 1 . Visi program pengelolaan Penyebaran kuesioner

(Input) Pendidikan multikultural Dokumentasi

2. Misi program pengelolaan Penyebaran kuesioner

Pendidikan multikultural Dokumentasi

3. Tujuan program pengelolaan Penyebaran kuesioner

Pendidikan multikultural Dokumentasi

4. Pemetaan SK/KD program Penyebaran kuesioner

pengelolaan Pendidikan Dokumentasi

5. Silabus program pengelolaan Penyebaran kuesioner

Pendidikan multikultural Dokumentasi

6. Rencana pelaksanaan program Penyebaran kuesioner

pengelolaan Pend multikultural Dokumentasi

7. Sistem evaluasi Penyebaran kuesioner

Dokumentasi

8. Guru Penyebaran kuesioner

Dokumentasi

9. Siswa. Penyebaran kuesioner

Dokumentasi

10. Sarana dan Prasarana Penyebaran kuesioner

pengelolaan diri Observasi

3 Proses 1 . Proses pengambilan keputusan Penyebaran kuesioner

(Process) Dokumentasi

2. Proses pengelolaan Penyebaran kuesioner

kelembagaan Dokumentasi

3. Proses pengelolaan program Penyebaran kuesioner

4. Proses pembelajaran Penyebaran kuesioner

Observasi

5. Proses kerjasama dan Penyebaran kuesioner

partisipasi

6. Proses pengelolaan keuangan Penyebaran kuesioner Dokumentasi

7. Proses evaluasi Penyebaran kuesioner

Observasi

4 Hasil 1 . Karya nyata siswa Penyebaran kuesioner

(Product) 2. Prestasi non akademik 3. Kualitas budaya multikultural siswa

4. Respon masyarakat

Observasi Penyebaran kuesioner Dokumentasi Penyebaran kuesioner Dokumentasi Penyebaran kuesioner

(40)

yaitu: (1) latar (2) masukan, (3) proses, (4) hasil, dimana pada setiap aspek

terdiri dari beberapa indikator.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data efektivitas

program pengelolaan pendidikan multikultural dari kepala sekolah dan para

guru adalah kuesioner. Kuesioner untuk kepala sekolah dan guru yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. Kuesioner untuk

kepala sekolah dan guru disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen sebagai

[image:40.595.113.523.264.759.2]

berikut.

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Program pengelolaan pendidikan multikultural untuk Kepsek dan Guru

No Aspek Indikator Nomor Butir Jumla

1 Latar 1. Latar Geografis 1,3,10 3

(Context) 2. Partisipasi masyarakat 2,6,7,9,11,12,19,23 8

3. Kebijakan pemerintah 8,13,15,16, 4

4. Status sosial dan 4,5,17 3

ekonomi masyarakat

5. Visi Sekolah 14,18,21.22 4

6. Misi Sekolah 24,25 2

7. Tujuan sekolah 20,26 2

2 Masukan 1 .Visi program 1,2,27 3

(Input) Pengelolaan pendd multikultural

2. Misi program pengelolaan 4,5,6 3

pendidikan multikultural

3. Tujuan program pengelolaan 7,8 2

pendidikan multikultural

4. Pemetaan SK/KD 10 1

program pengelolaan pendidikan multikultural

5. Silabus program pengelolaan 11,12 2

pendidikan multikultural

6. Rencana pelaksanaan 13,31 2

program pengelolaan pendidikan multikultural

7. Sistem evaluasi 9,14 2

8. Guru 16,17,19,26,28,32 6

9. Siswa 20,21,22,29, 4

10. Sarana dan Prasarana 3,15,18,23,24,25,30 7

3 Proses 1 . Proses pengambilan 1,3 2

(41)

2. Proses pengelolaan 12,22 2 kelembagaan

3. Proses pengelolaan 5,13,26,27 4

program

4. Proses pembelajaran 6,7,8,23 4

5. Proses kerjasama dan 2,11,14,15 4

partisipasi

6. Proses pengelolaan 16,17,18,19 4

keuangan

7. Proses evaluasi 4,9,10,20,21,24,25 7

4 Hasil I. Karya siswa 1,2, 1

(Product) 2. Prestasi non akademik 4,5,6,7,10,11,12 1

3. Kualitas budaya multikultural 8 1

4. Respon masyarakat 3,9 2

Jumlah Butir 97

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari pegawai dan

komite adalah satu instrumen. Hal ini dilakukan mengingat peran dan fungsi

keduanya hampir sama dalam program pengelolaan pendidikan multikultural.

Untuk mengumpulkan data efektivitas program pengelolaan pendidikan

multikultural dari para pegawai dan komite menggunakan kisi-kisi instrumen

[image:41.595.119.525.81.322.2]

sebagai berikut.

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural untuk Pegawai dan Komite

No Aspek ludikator NomorButir Jumlah

1 Latar 1. Latar Geografis 1,3,5,10 4

(Context) 2. Partisipasi masyarakat 2,6,8,9,11, 7

12,23

3. Kebijakan pemerintah 7, 13, 15, 16 4

4. Status sosial dan ekonomi 4, 17, 19 3

masyarakat

5. VisiSekolah 18,21,22 3

6. Misi Sekolah 14, 24, 25 3

7. Tujuan sekolah 20,26 2

2 Masukan 1. Visi program pengelolaan 2, 3,21 3

(Input) pendidikan multikultural

2. Misi program pengelolaan 4, 5, 19 3

(42)

3. Tujuan program pengelolan 8, 13 2 pendidikan multikultural

8. Guru 10, 11, 12 3

9. Siswa 9,14,15,22,24 5

10. Sarana dan Prasarana 1, 6,7,16,17, 8

pengelolaan 18,20,23

3 1. Proses pengambilan 1,3,10 3

keputusan

Proses 2. Proses pengelolaan 4 1

(Process) kelembagaan

3. Proses pengelolaan program 5 1

4. Proses pembelajaran 7,8 2

5. Proses kerjasama dan 6, 9, 13 3

partisipasi

6. Proses pengelolaan keuangan 2, 11, 12, 14 4

7. Proses evaluasi 15, 16, 17 3

4 Hasil 1 . Karya siswa 2,3 2

(Product) 3. Prestasi non akademik 1 1

4. Kualitas budaya multikultural

4 1

Jumlah Butir 71

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data siswa berupa

[image:42.595.114.504.81.374.2]

kuesioner dengan kisi-kisi instrumen sebagai berikut.

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural untuk Siswa

No Aspek Indikator NomorButir Jumlah

1. Latar Geografis 1,2,3,4 4

1 Kontek

(Context)

2. Partisipasi masyarakat 5,6,7,8 4

3. Kebijakan 9,10 2

pemerintah

4. Status sosial dan 11,12,13 3

ekonomi masyarakat

5. VisiSekolah 14,15,16,17 4

6. Misi Sekolah 18,19 2

7. Tujuan sekolah 20,21 2

2 Masukan 1. Visi program pengelolaan 1,2,3 3

(Input) Pendidikan multikultural

2. Misi program pengelolaan 4,5,6 3

pendidikan multikultural

3. Tujuan program pengelolaan 7,8 2

pendidikan multikultural

8. Guru 9,10,11 3

9. Siswa 12,13,14 3

(43)

Prasarana pengelolaan pendidikan multikultural

3 Proses 3.Proses pengelolaan 1 1

(Process) program

4.Proses pembelajaran 2,3,4,5,6 5

5.Proses kerjasama 7,8,9,10,11 5

dan partisipasi

7.Proses evaluasi 12,13,14,15 4

4 Hasil 1. Karya nyata siswa 1,2,3,10 4

(Product) 2. Prestasi non akademik 4,5,6,7 4

3. Kualitas budaya multikultural 8,11,12 3

4. Respon masyarakat 9 1

Jumlah Butir 70

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data program

Pengelolaan Pendidikan Multikultural untuk dunia usaha berupa kuesioner

[image:43.595.113.511.355.669.2]

dengan kisi-kisi instrumen sebagai berikut.

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural untuk orang tua dan masyarakat

No Aspek Indikator Nomor Butir Jumlah

1 Latar

(Context)

1. Latar Geografis 2. Partisipasi masyarakat 3. Kebijakan Pemerintah

1,2,3 3

2 Proses

(Process)

2.Proses pengelolaan kelembagaan

3.Proses pengelolaan program 4.Proses pembelajaran 2 1 3 1 1 1

3 Hasil

(Product)

1. Karya nyata siswa

2. Kualitas budaya multikulural siswa

6 1,3,4,5

1 4

3. Respon masyarakat 2,7,8 3

Jumlah Butir 14

Untuk memantau sejauhmana keterlaksanaan program Pengelolaan

(44)
[image:44.595.113.531.379.753.2]

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Efektivitas Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural

No Aspek Indikator Nomor Butir Jumlah

1 Masukan 10.Sarana dan Prasarana 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10

(Input) Pengelolaan

2 Proses 4. Proses pembelajaran 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, 32

(Process) 11,12,13,14,15,16,17,

18,19,20,21,22,23,24, 25,26,27,28,29,30,31, 32

7. Proses evaluasi 33,34,35,36,37 5

4 Hasil

(Product)

1. Karya nyata siswa 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,

11

11

Jumlah Butir 58

Untuk menjaring data berupa dokumen dikumpulkan dengan

menggunakan lembar pencatatan dokumen. Adapun kisi-kisi lembar pencatatan

dokumen yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.11 Kisi-Kisi Lembar Pencatatan Dokumen Program Pengelolaan Pendidikan Multikultural

No Aspek Indikator Nomor Butir Jumlah

1 Latar 3. Kebijakan pemerintah 1 1

(Context) 5. VisiSekolah 2 1

6. Misi Sekolah 3 1

7. Tujuan sekolah 4 1

2 Masukan 1 .Visi program pengelolaan 5 1

(Input) 2. Misi program pengelolaan 6 1

Pendidikan multikultural

3 . Tujuan program pengelolaan 7 1

Pendidikan multikultural

4. Pemetaan SK/KD program 8 1

pengelolaan

5. Silabus program pengelolaan 9 1

Pendidikan multikultural

6. Rencana pelaksanaan program 10 1

pengelolaanPendidikan

7. Sistem evaluasi 11 1

(45)

9. Siswa 13 1

10. Sarana dan Prasaranapengelolaan 14 1

Pendidikan multikultural

3 Proses 1 . Proses pengambilan 15 1

(Process) keputusan

2. Proses pengelolaan 16 1

kelembagaan

3. Proses pengelolaan program 17 1

4 Hasil

(Product)

1 . Karya siswa

2. Prestasi non akademik 3. Kualitas budaya multikultural

18,19 20 21

2 1 1

Jumlah Butir 21

Sedangkan untuk mengukur tingkat budaya multikultural sebagai data

pendukung evaluasi program pengelolaan pendidikan multikultural yang

ditinjau dari aspek hasil. Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan

[image:45.595.113.530.80.275.2]

kuesioner. Adapun kisi-kisi instrumen tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3.12 Kisi-Kisi Kuesioner Budaya Multikultural

No Aspek Budaya Indikator No Jumlah

Butir

1 Ide, gagasan, nilai, 1 . Ide penciptaan kriya 3,4,7 3

norma, dan peraturan 2. Inovasi gagasan 32,33,6 3

3. Nilai estetik seni 8,26 2

4. Adanya norma dalam 11,9 2

diri

5. Ketaatan dalam hati 10,12 2

terhadap aturan

6. Pengetahuan tentang 13,14,15 5

Budaya multikultural 16,18

2 Aktivitas proses 1. Rajin melakukan 17,19 2

berkarya Interaksi dengan sesama

2. Berdedikasi terhadap 20,21 2

Lingkungan masyarakat

3. Bertanggung jawab 23,24 2

dalam melakukan kegiatan

4. Berhati-hati dalam 22,25 2

melakoni aktifitas multikultural

5. Teliti dalam berprilaku 27,28,29 3

6. Cermat bertindak 30,31 2

(46)

kewajiban sbg masyarakat multikultural

8. Suka membantu sesama 34,35,36, 4 siswa dalam menjaga

keanekaragaman

37

3 Hasil Karya nyata I. Keberadaan hasil karya nyata siswa

1,5 2

2. Prestasi non akademik 40,2 2

3.Kualitas budaya 41,42 2

Jumlah Butir 42

E.Prosedur Analisis Data

Adapun sifat data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer berupa hasil wawancara, observasi, dan dan kuesioner

partisipatif. Untuk data sekunder diperoleh dari studi dokumen, yakni tentang

profil sekolah yang telah tersusun yang memuat tentang visi dan misi sekolah,

administrasi program pengelolaan pendidikan multikultural, kualifikasi guru,

sarana dan prasarana sekolah, kondisi sekolah, hasil karya siswa, rencana kerja

sekolah (RKS), dan rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah

(RAPBS).

Untuk data latar belakang dan proses pengelolaan pendidikan

multikultural yang diperoleh dengan wawancara mendalam dilakukan

pemeriksaan keabsahan data sebelum dianalisis. Untuk menetapkan keabsahan

data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan

didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan,

yaitu derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.

Dalam menjaga derajat kepercayaan terhadap data yang diperoleh

digunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah sebuah teknik

(47)

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam hal ini adalah pemanfaatan

penggunaan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan

dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jalan : (1)

membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara ; (2)

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatan secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu ; (4)

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

(Patton (1987) dalam Moleong, 2002:178).

Untuk membangun keteralihan data digunakan dengan cara "uraian

rinci" (thick description). Teknik ini dilakukan dengan melaporkan hasil

penelitian dengan uraian seteliti dan secermat mungkin yang menyangkut latar

belakang tempat penelitian dilakukan. Untuk menjamin kebergantungan dan

kepastian data dilakukan dengan penelusuran audit (audit trail) (Moleong,

2002:184). Sesudah data dinyatakan sahih, maka dilanjutkan dengan analisis.

Data tersebut dianalisis menggunakan teknik deskriptif.

Data efektivitas program pengelolaan pendidikan multikultural dan data

budaya multikultural siswa dianalisis dengan menggunakan skala Likert.

Aspek - aspek yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator-indikator yang

dapat diukur. Akhirnya indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak

untuk membuat instrumen yang berupa pertanyaan atau pertanyaan yang perlu

dijawab oleh responden. Setiap pertanyaan atau dukungan sikap yang

(48)

dilakukan (B) dibe

atau dilakukan (C)

atau dilakukan (D)

tidak pernah dialam

Karakteristi

dianalisis semua da

standar dimana ra

perkalian 10. Untu

10, kemudian ditam

adalah :

T = lOz +50

Dimana, z di

Keterangan :

Z = Nilai s

X = skor h

M = rata-ra

SD = standa

Untuk men

masing aspek yang

menemukan tingka

multikultural dilak

hasil melalui anali

aspek adalah positi

iberi skor 4 (empat) ; jika netral atau kadang

(C) diberi skor 3 (tiga) ; jika tidak setuju atau

D) diberi skor 2 (dua) ; dan jika sangat tidak set

lami atau dilakukan (E) diberi skor 1 (satu).

istik data yang diperoleh berbeda-beda,

data ditransformasikan ke dalam T - skor. T -

rata - ratanya adalah 50 dan standar dev

n

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1  Rancangan Penelitian
Tabel 3.1 Subyek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terakhir, kepada suami (Sugeng Santoso) dan kedua anak Lintang dan Tando yang terus mendampinqi dan telah memberi- kan dorongan moril dan pengorbanan, penulis mengucapkan

Hasil simulasi yang telah dilakukan menggunakan algoritma adaptive covariance rank unscented Kalman filter dan unscented Kalman filter pada persamaan air dangkal non linear

Meskipun unit usaha jasa service komputer telah didirikan, tetapi dengan mempertimbangkan karakteristik para santri, motivasi dan kemampuan mereka, maka unit usaha

Secara umum, semakin banyak jumlah iterasi yang digunakan maka ukuran citra rekonstruksi akan semakin besar, faktor kompresi mengecil, kualitas citra menjadi

Perangkat lunak ini diharapkan dapat menerima input berupa sebuah jaringan kerja lengkap dengan parameter waktu dari tiap kegiatan di dalamnya, dan mengeluarkan output berupa

effect atau efek akhir pekan pada return saham yang menunjukkan bahwa investor. tidak bisa mendapatkan abnormal return dan dipengaruhi

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

[r]