• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PERSEPSI KONSUMEN TENTANG DAYA TARIK SEKSUAL PEREMPUAN DALAM IKLAN AXE TERHADAP INTENSI PEMBELIAN PRODUK PADA MAHASISWA UPI BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI PERSEPSI KONSUMEN TENTANG DAYA TARIK SEKSUAL PEREMPUAN DALAM IKLAN AXE TERHADAP INTENSI PEMBELIAN PRODUK PADA MAHASISWA UPI BANDUNG."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN……… i

ABSTRAK ……….. ii

ABSTRAC ……….. iii

KATA PENGANTAR ………... iv UCAPAN TERIMAKASIH ……….. v

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR TABEL ………. x

DAFTAR BAGAN.... ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 9

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II PERSEPSI DAN INTENSI A. Persepsi ... 13

B. Pemasaran dan Iklan ... 17

C. Profil Produk AXE ... 29

D. Persepsi Konsumen Mengenai Daya Tarik Seksual Perempuan dalam Iklan AXE ... 31

E. Teori Intensi Pembelian Produk ... 32

F. Penelitian Sebelumnya ... 39

G. Kerangka Berpikir dan Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 43

C. Metode Penelitian ... 43

D. Definisi Operasional ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 46

(2)

2. Instrumen Intensi Pembelian Produk ... 49

3. Prosedur Pengisian Kuesioner ... 49

4. Skoring... 50

F. Pengembangan Instrumen ..……….. 50

1. Uji Validitas Instrumen ... 51

2. Uji Reliabilitas ... 62

G. Teknik Pengumpulan Data ... 65

H. Analisis Data 1. Uji Asumsi Statistik ... 65

2. Pengujian Hipotesisi ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 70

B. Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 88 RIWAYAT PENULIS

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Banyak fenomena mengenai perilaku konsumen yang dapat kita lihat

sehari-hari, salah satunya adalah perilaku membeli. Untuk mendapatkan pasar

konsumen, para produsen semakin bersaing dalam mempromosikan

produknya. Produk ditawarkan melalui media publikasi seperti iklan. Iklan

sebagai bentuk komunikasi pesan dan sebagai salah satu komponen

pemasaran, mampu menyihir konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk.

Marry Cross (Widyatama, 2006) mengungkapkan bahwa iklan juga

merupakan bagian dari kapitalisme yang pada akhirnya akan meningkatkan

konsumsi sehingga produksi tetap berjalan. Menurut Kotler (2000) iklan

adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara

nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Salah

satu media promosi yang paling sering digunakan adalah melalui televisi.

Iklan televisi dianggap lebih efektif dan komunikatif karena jangkauannya

lebih luas dan dapat menampilkan produk yang sebenarnya melalui unsur

audio, visual, dan gerak sehingga menarik perhatian konsumen (Widyatama,

2006).

Periklanan dalam masyarakat konsumen dewasa ini telah memunculkan

berbagai persoalan sosial dan kultural, khususnya mengenai tanda (sign), citra

(4)

2

keseluruhannya mempengaruhi persepsi, pemahaman, dan tingkah laku

masyarakat (Piliang, 2003). Assael (2001) mendefinisikan sikap terhadap

iklan adalah kecenderungan konsumen untuk merespon dengan baik atau

tidak baik terhadap iklan tertentu, karena persepsi ini akan mempengaruhi

konsumen dalam memilih produk.

Iklan tidak bisa lepas dari konsep komunikasi persuasi. Secara sengaja ide

yang dilakukan oleh pengiklan dikemas dengan sajian yang secara persuasif

mempengaruhi persepsi dan pandangan khalayak sasaran sehingga kesan

terhadap iklan itu tertanam kuat.

Dari sekian banyak produk yang ditampilkan, perempuan sering dijadikan

aktor utama pelaku iklan di media massa. Banyak orang mengagumi

keindahan perempuan sebagai karya seni terindah di dunia (Bungin, 2008).

Menurut Herbert Rittlinger (Widyatama, 2006) mengungkapkan bahwa fisik

perempuan memilliki daya tarik tersendiri. Perempuan tersebut tampak

menarik, unik dan hal ini tidak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki. Daya

tarik bukan hanya sekedar fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki,

melainkan perilaku perempuan itu sendiri juga menarik. Misalnya perempuan

harus selalu tampil menawan, tampil untuk menyenangkan suami, dan

stereotipe lainnya yang mengantarkan perempuan sebagai hal yang penting

terutama ketika berkaitan dengan laki-laki. Seperti yang diungkapkan oleh

Dworkin, dalam Arivia (2006: 86) sebagai berikut :

(5)

3

pembedaan yang terus menerus ditegaskan untuk perempuan dan laki-laki lewat realitas fisik dan psikologis.

Seperti yang telah diungkapkan Dowkrin (Arivia, 2006) perempuan

dengan beragam stereotipenya kemudian dijadikan ide cerita dalam iklan,

maka tidak heran apabila media iklan kini dipenuhi dengan seksualitas yang

mempublik. Pada beberapa iklan menawarkan daya tarik perempuan, gaya

bahasa, dan penggunaan lainnya yang mengarahkan perempuan pada

seksualitas (Piliang, 2003). Pada beberapa iklan produk, daya tarik seksual

perempuan ini tidak ditujukan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan

perempuan itu sendiri, terkadang tidak juga berhubungan dengan dimensi

ketubuhan, melainkan memanfaatkan perempuan itu sebagai penarik pandang

dalam memperkenalkan produk bagi konsumen secara umum (Hagijanto,

2000). Menurut Shimp (2000) daya tarik seksual memiliki beberapa peran

yang potensial diantaranya daya tarik seksual dalam iklan bertindak sebagai

daya tarik dalam mengambil perhatian, mempertahankan perhatian tersebut

untuk waktu yang lebih lama, meningkatkan ingatan terhadap pesan, dan

membangkitkan tanggapan emosional seperti perasaan arousal (merangsang)

atau bahkan nafsu.

Iklan diciptakan sebagai hasil dari konstruksi sosial, dimana iklan mulai

dialihkan menjadi hasrat ekonomi yang diterjemahkan ke dalam lekuk tubuh,

kecantikan dan daya tarik seksual sehingga iklan yang dianggap persuasif

adalah iklan yang menarik perhatian dan diharapkan mampu menciptakan

kecenderungan sikap dalam membeli produk yang menggunakan daya tarik

(6)

4

Subjek karena beragam keindahan yang dimilikinya. Namun kenyataannya

perempuan hanya dijadikan objek iklan yang dikonstruksikan para produsen

dan laki-laki untuk memenuhi tujuan dan kebutuhan mereka.

Perempuan sering dijadikan sebagai media penguat produk. Oleh karena

itu, konsumen laki-laki mempersepsikan produk dengan keberhasilannya

mendapatkan perempuan tersebut sehingga ia tertarik menggunakan

produknya. Persepsi dalam konteks ini disebut sebagai inti komunikasi karena

jika persepsi seseorang tidak akurat, tidak mungkin seseorang berkomunikasi

dengan efektif. Persepsilah yang menentukan seseorang untuk mengabaikan

dan memilih pesan (Mulyana, 2007) begitu pula pesan yang disampaikan

dalam iklan.

AXE sebagai salah satu produk wewangian laki-laki nomor satu di Eropa

yang memanfaatkan iklan sebagai skenario kreatif dengan menggunakan

metode Sensual advertising atau daya tarik seksual untuk mendapatkan

perhatian konsumennya (unilever.co.id). Hal ini terlihat dari marketing tools

yang selalu menggunakan wanita-wanita seksi sehingga menjadi daya tarik

yang kuat bagi para pria. Iklan produk AXE di Indonesia diadaptasi dari iklan

AXE versi luar negri. Dimana produsen AXE mengasosiasikan produk

mereka dengan nilai seksi, yakni wanita seksi yang tampak lebih aktif dan

agresif sehingga pria yang menggunakan AXE akan tampak lebih pasif,

namun percaya diri dan yakin bahwa ia akan mampu menarik perhatian

(7)

5

Iklan produk AXE selalu mengadaptasi ataupun menggunakan iklan versi

luar negrinya secara langsung sehingga menampilkan perempuan-perempuan

dalam perspektif laki-laki di dunia Eropa, yang pada dasarnya memiliki nilai

serta perilaku yang berbeda dengan kebudayaan timur khususnya di

Indonesia. Perilaku yang ditunjukan sebagai konsekuensi atas ketertarikan

perempuan kepada pria pengguna AXE seperti seksi, tergoda, berorientsasi

pada hubungan intim, dan agresif atau yang lebih sering disebut dengan AXE

Effect dalam jargonnya (unilever.co.id).

Sasaran konsumen produk AXE adalah laki-laki berusia 15-35 tahun

(unilever.co.id). Mahasiswa UPI ada pada rentang usia tersebut yakni 18-25

tahun yang termasuk dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal.

Berdasarkan survei mini yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa

Mahasiswa UPI lebih mengetahui iklan AXE daripada iklan produk lain yang

sejenis. Selain itu, beberapa diantaranya juga lebih suka menggunakan AXE

karena variannya lebih beragam dan penggunaan yang praktis dalam bentuk

body spray. Santrock (2001) juga menambahkan bahwa individu yang

menarik secara fisik dianggap lebih menyenangkan dan lebih mudah disukai.

Oleh karena itu produk AXE memanfaatkan keinginan pria untuk

berpenampilan menarik dan wangi sehingga memiliki hubungan yang intim

dengan lawan jenisnya yang ditampilkan melalui iklan dengan startegi daya

tarik seksual.

Beragam respon yang ditunjukan setelah menonton iklan AXE versi

(8)

6

dianggap telah merendahkan sosok malaikat dengan menggunakan pakaian

yang seksi. Sehingga iklan itu ditarik dari pasaran dan tidak pernah ditonton

oleh masyarakat di Afrika. Selain itu, seperti dilansir dalam terbaca.com

(2011) perusahaan AXE pernah dituntut oleh salah satu konsumen setianya.

Seorang pemuda asal India mengungkapkan bahwa iklan AXE memberikan

dampak palsu, ia merasa tidak pernah mampu menarik perhatian perempuan

manapun meski ia telah menggunakan produk AXE all variant selama lebih

dari tujuh tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya iklan produk AXE

dipersepsikan positif dan menumbuhkan kepercayaan serta mendorong ia

untuk menggunakan produk dalam jangka waktu yang cukup lama, namun

dampak dari mempersepsi periklanan AXE secara positif ini tidak sejalan

dengan kondisi nyata yang dialaminya.

Seperti yang dikutip dari Antaranews.com (2011) Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI) telah menerima pengaduan terhadap siaran iklan bermasalah

sebanyak 222 kasus. Dari jumlah itu sebanyak 70% adalah iklan-iklan yang

mengandung unsur seksualitas sebagai bumbu yang pada kenyataannya tidak

berkaitan langsung dengan esensi produk yang akan disampaikan. Hal ini

berarti konsumen beranggapan bahwa iklan dengan daya tarik seksual sebagai

pembawa pesan dianggap tidak berhubungan secara langsung dengan makna

yang ingin disampaikan oleh produsen iklan, sehingga unsur iklan dengan

daya tarik seksual ini terkesan hambar bagi sebagian konsumen yang tidak

memahami esensi unsur seksualitas dalam iklan tersebut. Iklan dengan

(9)

7

tetapi mereka akan lebih ingat terhadap perilaku seksualitas dalam iklan itu.

Menurut para Ahli terbukti iklan dengan daya tarik seks kurang berhasil

dalam penjualannya dibanding iklan dengan daya tarik lainnya (Suyanto,

2007). Hal ini menjadi pertanyaan tersendiri, sebenarnya apa tujuan produsen

membuat sebuah iklan produk dengan menggunakan daya tarik seksual.

Dalam penelitian eksperimen Belch (1982) mengenai respon psikologis

dan kognitif mengenai iklan dengan daya tarik seksual tersebut diungkapkan

bahwa, baik laki-laki maupun perempuan akan menunjukan gairah lebih

meningkat apabila melihat iklan dengan tingkat dan sugestivitas yang tinggi,

khususnya jika iklan tersebut diperankan oleh perempuan. Lebih lanjut

penelitian ini juga menunjukan bahwa responden yang menonton iklan

dengan jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya, khususnya responden

laki-laki akan menunjukan respon psikologis dan kognitif dengan persentasi

yang lebih tinggi.

Penelitian lain yang dilakukan Cahyaningrum (2004) mengungkapkan

bahwa variabel sensual advertising cukup berpengaruh terhadap keputusan

pembelian sebesar 33,1%. Selain itu, Nugroho (2009) menyatakan pula

bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih mengarahkan perhatian

utama mereka pada kecantikan dan bahasa tubuh bintang iklan (endorser)

AXE yang menampilkan kesan sensual. Dari ketiga penelitian tersebut

diungkapkan bahwa pada dasarnya iklan dengan daya tarik seksual akan

(10)

8

diantaranya juga mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku pembelian

produk.

Namun, dalam penelitian lainnya seperti yang diinformasikan dalam

flatworldknowledge.com (2011) mengungkapkan bahwa daya tarik seksual

tidak sepenuhnya menjadi faktor utama yang menentukan keputusan

pembelian. Hal ini menjadi evaluasi tersendiri bagi produsen iklan dan juga

menarik untuk diteliti ulang, apakah iklan dengan daya tarik seksual

perempuan sudah efektif dalam menyampaikan pesan, sehingga mampu

dinilai positif dan memacu perilaku tertentu atau tidak.

Iklan penting bagi produsen untuk mempengaruhi sikap konsumen

terhadap produk, karena sikap berpengaruh terhadap intensi pembelian, dan

intensi membeli ini berhubungan dengan kecenderungan berperilaku

selanjutnya yakni keputusan pembelian produk. Seock (1991)

mengungkapkan bahwa semakin positif sikap seseorang terhadap suatu toko

atau merek, maka semakin tinggi pula intensi membeli konsumen. Intensi

membeli sebagai bagian dari perilaku konsumen adalah salah satu hal yang

menjadi sasaran dari strategi pemasaran. Dalam Ajzen (2005) yang

mengatakan bahwa intensi merupakan suatu indikasi dari kesiapan seseorang

untuk menunjukkan perilaku, dan hal ini dapat memprediksi perilaku

konsumen berikutnya. Hasil akhir dari intensi membeli ini adalah

merencanakan membeli merek tersebut atau tidak.

Dalam ilmu psikologi konsumen, intensi pembelian salah satunya

(11)

9

merupakan proses dari dalam diri konsumen yang kemudian berinteraksi

dengan iklan sebagai faktor dari luar yang mengkonstruksikan realitas

masyarakat. Body Spray AXE sebagai salah satu produk yang menggunakan

model perempuan dalam iklan produk bertujuan untuk meningkatkan

penampilan seorang laki-laki dalam menarik lawan jenisnya. Sehingga

perilaku yang diharapkan produsen akan muncul, dan perilaku tersebut akan

sangat menarik untuk diteliti. Oleh karena itu peneliti mengambil judul

“Kontribusi Persepsi Konsumen Tentang Daya Tarik Seksual Perempuan

Dalam Iklan AXE Terhadap Intensi Pembelian Produk Pada Mahasiswa UPI

Bandung” sebagai judul Skripsi.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Bauran pemasaran atau marketing mix menurut Kotler (2000) adalah

seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus

mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran, yang terdiri dari empat jenis

yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian yakni produk,

meliputi kualitas desain, ciri, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan,

wangi, imbalan. Kemudian harga meliputi daftar harga, diskon, potongan atau

harga khusus. Tempat terkait dengan saluran pemasaran, cakupan pasar,

pengelompokan, lokasi, persediaan, dan transportasi untuk menjual produk.

Serta promosi seperti melalui iklan atau penjualan langsung. Persepsi

mengenai daya tarik seksual perempuan dalam iklan adalah proses aktif yang

(12)

10

dari iklan meliputi isi pesan, format pesan, sumber pesan, serta sturuktur

pesan, dimana dalam pesan tersebut menggunakan atribut perempuan sebagai

daya tarik sehingga akan dihubungkan secara langsung dengan informasi

mengenai perilaku atau konten-konten seksual baik secara fisik dan nonfisik,

pesan iklan tersebut dapat diasosiakan sebagai informasi seksual perempuan

yang tampak menarik khususnya ketika berkaitan dengan pria, kemudian

proses ini mengarahkan pada penilaian yang positif atau negatif tergantung

pada persepsinya.

Intensi pembelian merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli

suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian

yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.

Sebagai salah satu produk wewangian khusus pria, produk AXE selalu

menggunakan strategi periklanan yang berdasarkan pada iklan AXE di negara

Eropa yakni dengan menggunakan daya tarik seksual. Menurut Shimp (2003)

daya tarik seksual berperan sebagai daya tarik perhatian awal dan daya tarik

perhatian dalam periode yang lama. Iklan yang diadaptasi memiliki nilai

budaya yang berbeda dengan Indonesia, sementara untuk memunculkan

intensi pembelian produk, individu cenderung akan memikirkan implikasi

dari tindakan mereka sebelum memutuskan untuk melakukan atau tidak

melakukan perilaku-perilaku tertentu. Persepsi tentang iklan inilah yang akan

menentukan apakah individu memiliki kecenderungan intensi yang positif

atau negatif setelah menyaksikan tayangan iklan AXE. Persepsi merupakan

(13)

11

merupaka faktor eksternal yakni media informasi yang berasal dari luar diri

individu. Faktor sosial seperti usia, agama, dan status sosial ekonomi tidak

diteliti dalam penelitian ini.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,

maka peneliti membatasi penelitian mengenai produk AXE ini hanya

berfokus pada iklan, yakni iklan AXE dengan daya tarik seksual perempuan

dan intensi pembelian produk AXE.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan sebelumnya, dalam hal

ini peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah hubungan yang positif antara persepsi konsumen mengenai daya

tarik seksual perempuan dalam iklan AXE terhadap intensi pembelian

produk pada Mahasiswa UPI Bandung ?

2. Berapa besar kontribusi variabel persepsi konsumen mengenai daya tarik

seksual perempuan dalam iklan AXE terhadap variabel intensi pembelian

produk ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan yang

(14)

12

dalam iklan AXE terhadap intensi pembelian produk pada Mahasiswa UPI

Bandung dan berapa besar kontribusi yang diberikan oleh variabel persepsi

konsumen mengenai daya tarik seksual perempuan dalam iklan AXE terhadap

intensi pembelian produk.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini khususnya dalam ilmu Psikologi seting industri

adalah menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perilaku konsumen

yakni intensi pembelian produk ditinjau dari peresepsi tentang iklan yang

berbasis gender yakni menggunakan daya tarik seksual perempuan dalam

(15)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian bertempat di Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI) kota Bandung. Subjek yang akan digunakan dalam penelitian

ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Individu Pernah Menonton atau Mengetahui Iklan AXE di Televisi

2. Individu Berjenis Kelamin Laki-laki dan Terdaftar sebagai Mahasiswa S-1

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Laki-laki adalah sasaran

konsumen produsen AXE.

3. Individu Termasuk Kategori Remaja Akhir

Individu yang berusia 18 - 21 termasuk dalam kategori remaja akhir

(Monks, 2002). Pada usia tersebut konsumen dianggap tidak terlalu

muda, dan tidak terlalu tua sehingga lebih mudah dipengaruhi periklanan.

Seperti yang diungkapkan oleh Mangkunegara (2009) bahwa pada usia

tersebut, individu cenderung mudah terbujuk oleh rayuan penjual atau

iklan sehingga lebih mudah menunjukan minat beli. Selain itu, pada usia

tersebut remaja mulai memasuki fase intimacy atau keinginan dalam

membentuk hubungan romantis dengan lawan jenisnya (Desmita, 2007;

Santrock, 2001).

(16)

43

Subjek penelitian dipilih dengan menggunaka teknik simple random

sampling yaitu pemilihan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,

2009). Teknik simple random sampling ini dipilih karena subjek

penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel

dengan karakteristik yang sama dengan populasi. Populasi dalam

penelitian ini jumlahnya tidak terhingga, oleh karena itu atas

pertimbangan kemampuan, waktu, biaya dan tenaga peneliti, maka

pemilihian sampel dalam penelitian ditentukan yakni berjumlah 110

orang.

B. Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif. Penelitian ini menggunakan angka mulai dari pengambilan data,

pengolahan data, hingga analisis data yang menggambarkan atau menjelaskan

suatu masalah secara objektif dan hasilnya dapat digeneralisasikan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan situasi yang sedang

terjadi pada populasi atau objek tertentu (Kriyantono, 2006). Studi

korelasional dimaksudkan untuk menjawab masalah yang terkait dengan

(17)

44

dihadapi (Ali, 2011). Penelitian ini juga merupakan penelitian

non-eksperimen, sehingga peneliti tidak melakukan perlakuan dalam kondisi yang

dikendalikan. Dengan kata lain penelitian ini akan mencari hubungan antara

dua variabel, yakni pengaruh faktor persepsi mengenai daya tarik seksual

perempuan dalam iklan AXE terhadap intensi pembelian produk pada

Mahasiswa UPI Bandung.

D. Definisi Operasional

Menurut Sugiono (2009) variabel adalah suatu atribut, sifat, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat

dua variabel penelitian. Variabel pertama sebagai variabel X yaitu persepsi

konsumen mengenai daya tarik seksual perempuan dalam iklan AXE.

Kemudian variabel Y sebagai varabel kedua yaitu intensi pembelian produk.

1. Persepsi konsumen mengenai daya tarik seksual perempuan dalam iklan

AXE diartikan sebagai proses aktif yang dilakukan individu dalam

menginterpretasikan informasi yang didapatkan dari iklan meliputi isi

pesan, format pesan, sumber pesan, serta sturuktur pesan, dimana dalam

pesan tersebut menggunakan atribut perempuan sebagai daya tarik

sehingga akan dihubungkan secara langsung dengan informasi mengenai

perilaku atau konten-konten seksual baik secara fisik dan nonfisik, pesan

iklan tersebut dapat diasosiakan sebagai informasi seksual perempuan

(18)

45

proses ini mengarahkan pada tingkat penilaian yang cenderung positif atau

negatif tergantung pada persepsinya.

Dimensi-dimensi persepsi konsumen mengenai daya tarik seksual

perempuan dalam Iklan AXE berdasarkan teori Kotler (2000) sebagai

berikut :

a. Isi Pesan. Indikator pada dimensi ini yaitu sebagai berikut :

1). Kemudahan untuk dipahami audiens

2). Menarik perhatian audiens

3). Intensitas pesan

4). Manfaat pesan

b. Format Pesan. Indikator pada dimensi ini yaitu sebagai berikut :

1). Pesan iklan secara kontekstual

2). Ungkapan isyarat non verbal dari bahasa tubuh

c. Sumber Pesan. Indikator pada dimensi ini yaitu sebagai berikut :

1). Model layak dipercaya/Kredibilitas

2). Model menarik perhatian

3). Besarnya keinginan untuk meniru endorser

4). Model Iklan menimbulkan kesan sensual

5). Sikap yang kongruen antara sikap sumber dengan pesan

d. Struktur Pesan. Indikator pada dimensi ini yaitu sebagai berikut :

(19)

46

2. Intensi pembelian produk dapat diartikan sebagai kecenderungan

konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang

berhubungan dengan pembelian produk yang dibentuk oleh sikap terhadap

perilaku, kepercayaan normatif, dan kontrol kepercayaan yang diukur

dengan tingkat kemungkinan konsumen berperilaku.

a. Sikap terhadap Perilaku, yakni keyakinan bahwa perilaku tersebut akan

membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan

b. Norma Subjektif, yakni keyakinan melakukan suatu perilaku

berdasarkan harapan dan dukungan dari orang lain

c. Kontrol Perilaku yang Disadari, yakni ada atau tidaknya faktor-faktor

yang memfasilitasi dan menghalangi performansi perilaku individu.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2009). Instrumen yang

akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian, dikembangkan sendiri

oleh peneliti dengan menurunkan indikator berdasarkan teori yang ada.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

disajikan dalam beberapa alternatif pilihan jawaban dan tidak terdapat pilihan

benar ataupun salah (Danim, 2007). Kuesioner yang digunakan merupakan

kuesioner tertutup. Penggunaan kuesioner tertutup ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi secara lengkap mengenai suatu masalah. Selain itu,

(20)

47

menurutnya paling sesuai dengan realitas yang dialaminya. Instrumen terdiri

dari dua bagian. Kuesioner pertama digunakan untuk mengukur persepsi

konsumen mengenai daya tarik seksual perempuan dalam iklan AXE dan

kuesioner kedua digunakan untuk mengukur intensi pembelian produk

Kedua alat ukur tersebut menggunakan skala interval. Pemilihan skala

likert 1-5 digunakan untuk mengukur sikap seseorang tentang objek sikap

dengan jarak interval yang sama (Kriyantono, 2009). Skala likert adalah skala

yang memusatkan kepada subjek atau orang (Ihsan, 2009), sehingga melalui

kuesioner ini akan didapatkan nilai respon yang beragam dari yang bernilai

sangat positif sampai dengan nilai yang sangat negatif sesuai dengan yang

dirasakan oleh responden.

1. Instrumen Persepsi Konsumen Mengenai Daya Tarik Seksual Perempuan dalam Iklan AXE

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui persepsi konsumen

mengenai daya tarik seksual perempuan dalam iklan AXE didasarkan pada

(21)

48

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Persepsi Konsumen Mengenai Daya Tarik Seksual Perempuan dalam Iklan AXE

No

DIMENSI INDIKATOR Favora

bel

Unfavora

bel Jumlah

1. Isi Pesan

a. Kemudahan untuk

dipahami - 3 1

b. Kemampuan menarik

perhatian 1, 4 6 3

c. Intensitas pesan 7 5 2

d. Manfaat Pesan 2 8, 9 3

2. Format Pesan

a. Pesan iklan secara

kontekstual 11, 12 - 2

b. Ungkapan isyarat

nonverbal dari bahasa

tubuh

10, 13 - 2

3. Sumber

Pesan

a. Layak dipercaya/

Kredibilitas 14, 16 - 2

b. Model Menarik perhatian 17 21 2

c. Besarnya keinginan untuk

meniru endorser

15, 18,

24 - 3

d. Model iklan menimbulkan

kesan sensual 19, 23 - 2

e. Sikap yang kongruen

antara sikap sumber

dengan pesan

20 - 1

4. Struktur Pesan

a. Disusun secara logis dan

dapat dipercaya 22, 27 25, 26 4

(22)

49

2. Instrumen Intensi Pembelian Produk

Instrumen intensi pembelian produk didasarkan pada tiga dimensi

intensi pembelian menurut Ajzen (1991). Berikut ini kisi-kisi instrumen

mengenai intensi pembelian produk dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Intensi Pembelian Produk

No DIMENSI INDIKATOR Favorabel Unfavorabel Jumlah

1. Sikap terhadap perilaku Keyakinan untuk menampilkan perilaku membeli sesuai dengan konsekuensi yang diinginkan

2, 4, 5, 7,

10, 15, 19 26 8

2. Norma

Subjektif Perilaku yang dipersepsikan untuk ditampilkan atau tidak ditampilkan berdasarkan rujukan orang-orang disekitarnya.

1, 3, 6, 9,

12, 14, 17,

20

22 9

3.

Kontrol

perilaku yang

disadari

Faktor yang dapat

memfasilitasi atau

yang menghalangi

munculnya perilaku

8, 11, 13,

16, 18

21, 23, 24, 25,

27 10

Jumlah Item 20 7 27

2. Prosedur Pengisian Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 dengan

alternatif pilihan jawaban sebagai berikut : SS (Sangat setuju), S (Setuju),

(23)

50

Dalam kuesioner ini responden diminta untuk menjawab dengan

memberikan tanda checklist (√) pada setiap kotak pernyataan yang dirasa

paling sesuai dengan realitas yang dialaminya dan tidak boleh ada

pernyataan yang terlewatkan. Adanya alternatif pilihan jawaban membuat

responden tidak merasa khawatir apabila ia memberikan jawaban yang

tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

3. Skoring

Kuesioner persepsi konsumen mengenai daya tarik seksual perempuan

terdiri dari 27 item yang mewakili formulasi pesan dalam iklan meliputi isi

pesan, format pesan, sumber pesan, dan struktur pesan. Sementara

kuesioner intensi pembelian produk terdiri dari 27 item yang

dikembangkan dari konsep intensi yakni sikap terhadap perilaku,

kepercayaan normatif, dan kontrol kepercayaan. Pemberian skor pada

kedua instrumen dibuat bervariasi mulai dari item favorabel dan item

unfavorabel seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3.3

Nilai Untuk Item Favorabel dan Unfavorabel :

Pilihan Jawaban Nilai Item

Favorabel

Nilai Item

Unfavorabel

SS (Sangat setuju) 5 1

S (Setuju) 4 2

RG (Ragu-ragu) 3 3

TS (Tidak Setuju) 2 4

(24)

51

F. Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian dibuat sendiri oleh peneliti dengan menurunkan

indikator-indikator berdasarkan teori yang ada. Pengambilan data dilakukan

dengan Try Out Terpakai pada 110 orang sampel Mahasiswa yang memilki

karakteristik yang sama dengan populasi penelitian. Penggunaan Try Out

Terpakai dilakukan atas pertimbangan kemampuan, waktu, biaya dan tenaga

peneliti. Kemudian data tersebut diolah dengan bantuan software SPSS 19.0

for Windows 7 untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

1. Uji Validitas Instrumen

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur

derajat kesesuaian hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya

(Suryabrata, 2005). Validitas pada dasarnya menunjuk kepada derajat

fungsi mengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurannya suatu

alat tes. Oleh karena itu, penting untuk menguji validitas alat ukur untuk

mengetahui tingkat ketepatan dan keakuratan instrumen sehingga

mendapatkan data yang dapat dipercaya.

Uji Validitas yang dilakukan adalah validitas konstrak. Validitas

konstruk dilakukan untuk mengetahui sejauh mana skor-skor hasil

pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan

konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut

(Suryabrata, 2005). Untuk mengetahui validitas konstruk maka dilakukan

analisis faktor yang perhitungannya menggunakan Software SPSS 0.19 for

(25)

52

Melalui analisis faktor dapat didefinisikan faktor-faktor yang

mendasari perilaku yang beragam. Analisis faktor digunakan untuk

mereduksi data dan tujuan-tujuan ekploratori. Tujuan eksploratori yang

dimaksud adalah untuk memberikan penjelasan-penjelasan, yaitu

mengidentifikasi dimensi-dimensi sebagaimana yang telah dinilai oleh

instrumen pengukuran. Dalam hal ini, peneliti dapat mengidentifikasi

dimensi-dimensi terpisah dari strukur dan kemudian menentukan sejauh

mana setiap variabel dijelaskan oleh setiap dimensi.

Sedangkan reduksi data dilakukan untuk mengidentifikasi

variabel-variabel dari sebuah susunan variabel-variabel yang lebih besar kemudian membuat

susunan variabel dalam jumlah sedikit, sebagian atau secara keseluruhan

mengganti susunan variabel lama. Tujuannya adalah menemukan

pembobotan - pembobotan secara optimal dari variabel- variabel yang

diukur. Selain itu, dalam sebuah susunan variabel-variabel yang

berhubungan dapat direduksi dalam sebuah susunan-susunan skor ringkas

umum yang lebih kecil yang memiliki validitas dan reliabilitas maksimal.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan analisis faktor

menurut Ihsan (2009) adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan Variabel yang Layak

Sebelum dilakukan analisis faktor, perlu diketahui terlebih dahulu

apakah variabel yang akan dianalisis faktor itu layak atau tidak layak

untuk dianalisis. Metode statistik yang digunakan untuk mengukur

(26)

53

(Keiser Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy) dan Bartlets

Test, dan Anti Image Correlation. Dalam KMO MSA akan diputuskan

apakah variabel-variabel yang akan dianalisis faktor secara umum atau

keseluruhan layak dianalisis atau tidak. KMO MSA menggunakan

hipotesis sebagai berikut untuk menentukan apakah variabel tersebut

layak dianalisis :

H0 = Sampel (variabel) belum layak untuk dianalisis faktor

H1 = Sampel (varibel) layak untuk dianalisis faktor

- Angka signifikansi < 0,05 : H0 ditolak

- Angka signifikansi > 0,05 : H0 diterima

Berikut Kategori KMO untuk menentukan kelayakan variabel yang

akan dianalisis faktor :

Tabel 3.4

Nilai Kategorisasi KMO

Nilai KMO Derajat varian umum

0,90 sampai 1,00 Bagus Sekali

0,80 sampai 0,89 Bagus

0,70 sampai 0,79 Cukup Sekali

0,60 sampai 0,69 Cukup

0,50 sampai 0,59 Jelek

0,00 sampai 0,48 Jangan difaktor

Kemudian untuk menentukan apakah seiap variabel yang akan

dianalisis layak atau tidak bisa dilihat dari matriks Anti-Image

Correltion. Variabel yang memiliki korelasi Anti-Image > 0,5 bisa

(27)

54

<0,5 harus dibuang dari analisas dan harus dilakukan uji KMO MSA

ulang.

b. Ekstraksi Faktor

Ekstraksi dilakukan untuk menentukan jumlah faktor. Metode

ekstraksi yang digunakan pada analisis faktor ini adalah Pricipal

Component Analysis. Dengan Principal component analysis jenis

varimax dapat digunakan untuk mereduksi data (Ihsan, 2009).

Penentuan jumlah faktor juga dapat menggunakan eigenvalues.

Eigenvalues mencerminkan jumlah varian yang mampu dijelaskan oleh

faktor tersebut. Pada umumnya, eigenvalues ≥ 1 dianggap signifikan.

Variabel dengan eigenvalues yang lebih kecil dari nilai bisa

dikeluarkan dalam analisis selanjutnya akibat ketidakmampuan faktor

tersebut dalam menjelaskan varian data.

c. Rotasi Faktor

Apabila proses factoring hanya menghasilkan satu faktor dan sulit

mengidentifikasi posisi sebuah variabel kedalam faktor yang diperoleh

dari hasil ekstrak, maka dengan melakukan rotasi faktor posisi suatu

variabel akan menjadi lebih jelas karena akan masuk dalam sebuah

faktor tertentu. Dari beberapa metode rotasi yang ada, Varimax adalah

salah satu metode rotasi secara orthogonal yang memutar sumbu

sampai 90o dan banyak digunakan. Sehingga rotasi varimax ini

merupakan metode ilmiah yang paling baik dalam mendiferensiasikan

(28)

55

d. Penamaan Faktor

Setelah diketahui faktor-faktor yang muncul, maka dilakukan

penamaan pada item-item dalam faktor tersebut. Penamaan faktor

tergantung pada keinginan peneliti namun tetap disesuaikan dengan

penggolongan item berdasarkan faktor tersebut.

a. Hasil Uji Validitas Instrumen Persepsi Konsumen Mengenai Daya Tarik Seksual Perempuan dalam Iklan AXE

1). Pemilihan Item yang Layak

Dalam melakukan pengujian item layak, dilihat besarnya nilai

KMO MSA. Setelah itu dilihat indeks korelasi anti image, apabila

indeks korelasi anti image ≤ 0,5 maka item itu harus dibuang.

Berdasarkan pada pengujian item yang layak terhadap 27 item

instrumen Persepsi mengenai daya tarik seksual perempuan dalam

iklan AXE dengan menggunakan analisis faktor yang diolah dengan

bantuan software SPSS versi 19.0, maka tidak ada item yang

terbuang, hasil analisis faktor menunjukan ke 27 item tersebut valid

sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Secara lebih rinci

item-item tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.5

Item terpakai Instrumen Persepsi Mengenai Daya Tarik Seksual Dimensi Item Terpakai

Isi Pesan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Format Pesan 10, 11, 12, 13,

Sumber Pesan 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24

(29)

56

Berikut ini adalah hasil KMO MSA pada setiap dimensi :

Tabel 3.6

Angka KMO MSA Instrumen Persepsi Mengenai Daya Tarik Seksual dalam Iklan AXE

Dimensi KMO MSA

Isi Pesan 0,724

Format Pesan 0,672

Sumber Pesan 0,897

Struktur Pesan 0,525

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat nilai KMO MSA dari tiap

dimensi lebih besar dari 0,5 sehingga layak untuk kemudian dilakukan

analisis faktor.

2). Ekstraksi dan Penentuan Jumlah Faktor

Ekstraksi faktor dilakukan dengan melihat hasil rotasi faktor.Nilai

faktor loading yang paling besar menunjukan item tersebut termasuk

dalam faktor itu. Setelah dilakukan ekstraksi dan rotasi terjadi

pengurangan indikator karena beberapa item masuk ke dalam indikator

yang sama sehingga beberapa indikator hilang. Selain itu juga terjadi

penambahan indikator karena beberapa item berkumpul membentuk

item baru. Penentuan jumlah faktor juga dapat menggunakan

(30)
[image:30.595.124.512.112.559.2]

57

Tabel 3.7

Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Persepsi mengenai daya tarik seksual perempuan dalam iklan AXE

Dimensi Jumlah Indikator Sebelum Ekstraksi

Jumlah Indikator

Setelah Ekstraksi

Isi Pesan 4 3

Format Pesan 2 1

Sumber Pesan 5 2

Struktur Pesan 1 2

3). Penamaan Faktor

Setelah di ekstraksi dan dirotasi, dapat dilihat bahwa beberapa item

masuk kedalam faktor yang sama dan ada yang membentuk faktor

baru. Faktor - faktor itu kemudian diberi nama sesuai dengan isi item

tersebut, Berikut ini merupakan kisi-kisi persepsi konsumen mengenai

daya tarik seksual perempuan dalam iklan AXE setelah di analisis

(31)
[image:31.595.125.521.143.750.2]

58

Tabel 3.8

Penamaan Faktor Instrumen Persepsi megenai daya tarik seksual perempuan dalam iklan AXE

No

. Dimensi Indikator

Jumlah Item Valid Nomer Item Favor abel Unfavo rabel

1. Isi Pesan

Informasi yang

ditampilkan oleh

perempuan seksi

menarik perhatian

5 1, 2, 4, 5, 6

Informasi yang

disampaikan oleh

perempuan seksi

dalam iklan AXE

dinilai positif

2 - 8, 9

Informasi yang

disampaikan

perempuan seksi

mengenai produk

dalam iklan AXE

mudah untuk diingat

2 3 7

2. Format Pesan Penilaian positif terhadap bentuk penyampaian informasi secara Nonverbal yang menginformasikan seksualitas

(32)

59

No DIMENSI INDIKATOR Favora

bel

Unfav

orabel Jumlah

3. Sumber

Pesan

Efek menggunakan

produk AXE yang

ditampilkan model

pria, mampu

memberikan

keyakinkan kepada

Audiens 8 14, 15, 16, 17, 19, 20, 23, 24 - Interaksi antara

model pria dan

perempuan seksi

dalam iklan AXE

disukai

2 18 21

4. Struktur Pesan Iklan AXE menggambarkan kebutuhan pria dalam membina hubungan dengan lawan jenis 2 22,

27 -

Alur cerita iklan

AXE digambarkan

berdasarkan kondisi

nyata

2 - 25, 26

Jumlah Item 27 19 8

b. Hasil Uji Validitas Instrumen Intensi Pembelian Produk 1). Pemilihan Item yang Layak

(33)

60

yang diolah menggunakan software SPSS versi 19.0, maka diperoleh hasil

yakni 27 item yang terpakai. Ini berarti seluruh item dalam instrumen

intensi pembelian produk valid, sehingga dapat digunakan dalam

penelitian. Secara lebih rinci item-item tersebut dapat dilihat dalam tabel

[image:33.595.128.509.222.556.2]

berikut :

Tabel 3.9

Item terpakai Intensi Pembelian Produk Dimensi Item Terpakai

Sikap Terhadap Perilaku 2, 4, 5, 7, 10, 15, 19, 26

Norma Subjektif 1, 3, 6, 9, 12, 14, 17, 20, 22

Kontrol Perilaku yang Disadari 8, 11, 13, 16, 18, 21, 23, 24, 25, 27

Berikut ini adalah perbandingan hasil KMO MSA pada setiap dimensi :

Tabel 3.10

Angka KMO MSA Instrumen Intensi Pembelian Produk Dimensi KMO MSA

Sikap Terhadap Perilaku 0,799

Norma Subjektif 0,821

Kontrol Perilaku yang Disadari 0,786

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat nilai KMO MSA akhir dari tiap

dimensi >0,5 dimana item-item itu tergolong pada kategori Cukup Sekali

dan Cukup sehingga layak untuk dilakukan analisis faktor.

2). Ekstraksi dan Penentuan Jumlah Faktor

Setelah dilakukan ekstraksi dan rotasi, nilai faktor loading yang paling

(34)

61

penambahan indikator pada tiap dimensinya dikarenakan terdapat

[image:34.595.126.532.179.741.2]

beberapa item yang membentuk indikator baru.

Tabel 3.11

Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Intensi Pembelian Produk

Dimensi Jumlah Indikator Sebelum Ekstraksi

Jumlah Indikator

Setelah Ekstraksi

Sikap Terhadap Perilaku 1 2

Norma Subjektif 1 2

Kontrol Perilaku yang Disadari 1 2

3). Penamaan Faktor

Setelah di ekstraksi dan dirotasi, dapat dilihat bahwa beberapa item

masuk kedalam faktor yang sama dan ada yang membentuk faktor baru.

Faktor - faktor itu kemudian diberi nama sesuai dengan isi dari item-item

yang tergolong pada faktor tersebut. Berikut kisi-kisi instrumen intensi

pembelian produk setelah analisis faktor :

Tabel 3.12

Penamaan Faktor Instrumen Intensi Pembelian Produk

No

.

Dimensi Indikator

Jumlah Item Valid Nomer Item Favor abel Unfavor abel 1. Sikap Terhadap Perilaku Kercayaan menampilkan

suatu perilaku berdasarkan

konsekuensi yang akan

didapatkan 7 2, 4, 5, 7, 10, 15, 19 -

Kepercayaan positif untuk

(35)

62

No

.

Dimensi Indikator

Jumlah Item Valid Nomer Item Favor abel Unfavor abel

2. Norma Subjektif

Kepercayaan untuk

menampilkan perilaku

berdasarkan pengaruh orang

lain 7 1, 3, 9, 14, 17, 20 22

Penilaian positif atau negatif

dari setiap kepercayaan

orang lain tersebut

2 6, 12 -

3.

Kontrol

Perilaku

yang

Disadari

Memiliki kontrol untuk

merencanakan perilaku pembelian 6 8, 11, 13, 16, 18 21 Kemampuan untuk menampilkan perilaku

pembelian ketika ada faktor

yang menghalangi atau

memfasilitasi

4 - 23, 24, 25, 27

Jumlah Item 27 20 7

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukan sejauh mana hasil pengukuran

dengan alat tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas berkaitan erat dengan

kesalahan pengukuran. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes maka

kemungkinan kesalahan yang terjadi akan semakin kecil (Suryabrata,

(36)

63

Reliabilitas dapat diketahui melalui metode statistik. Metode yang

digunakan untuk mengestimasi konsistensi internal dintaranya adalah

Alpha Cronbach. Teknik Alpha Cronbach ini digunakan untuk menguji

reliabilitas instrumen dengan skor multikotomi, yakni dengan formula

sebagai berikut :

Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas alpha, menggambarkan derajat kereliabelan

n = Jumlah butir-butir soal

Si2 = Variansi dari setiap butir soal

St2 = Variasi total dari tes itu

Instrumen yang memiliki nilai koefisien reliabilitas yang kecil

disarankan untuk tidak digunakan. Tabel skor reliabilitas menurut

[image:36.595.124.511.225.736.2]

Arikunto (2002) sebagai berikut :

Tabel 3.13

Skor Kategorisasi Reliabilitas

α Interpretasi

0 – 0,2 Sangat rendah ≥ 0,2 – < 0,4 Rendah

(37)

64

a. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Persepsi Konsumen Mengenai Daya Tarik Seksual Perempuan dalam Iklan AXE

Dari hasil uji coba instrumen persepsi konsumen mengenai daya

[image:37.595.124.512.226.644.2]

tarik seksual perempuan didapatkan nilai reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 3.14

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Persepsi Konsumen Mengenai Daya Tarik Seksual Perempuan dalam Iklan AXE

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.820 27

Pada tabel 3.14 diketahui nilai reliabilitas instrumen sebesar 0, 838

dan termasuk dalam kategori ≥0,7 – <0,9 yakni kuat sehingga

instrumen persepsi konsumen mengenai daya tarik seksual dapat

digunakan.

b. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Intensi Pembelian Produk

Setelah melakukan uji coba maka diperoleh nilai reliabilitas

instrumen intensi pembelian produk sebagai berikut :

Tabel 3.15

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Intensi Pembelian Produk

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.923 27

Nilai reliabilitas untuk instrumen intensi pembelian produk sebesar

0,938 dan temasuk dalam kategori ≥ 0, 9 – < 0,1 yakni sangat kuat hal

(38)

65

G. Teknik Pengumpulan Data

Penyebaran kuesioner berskala 1-5 dilakukan secara langsung kepada

Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia sesuai dengan karakteristik

yang telah ditetapkan sebelumnya. Penyebaran kuesioner yang dilakukan

secara langsung akan menciptakan kondisi yang cukup baik sehingga

responden akan memberikan respon secara tepat dan cepat.

H. Analisis Data

1. Uji Asumsi Statistik

Pengujian asusmsi statistik dilakukan untuk menganalisis data dalam

menjawab hipotesis penelitian. Pengujian ini juga dilakukan untuk

menentukan pendekatan statistik yang digunakan apakah parametris atau

non parametris.

Apabila asumsi statistik terpenuhi, maka pendekatan statistik yang

digunakan adalah parametris. Namun, jika asumsi statistik tidak terpenuhi

maka data akan diolah melalui pendekatan non-parametris (Ali, 2011;

Sugiyono, 2009). Uji asumsi statistik ini akan dilakukan dengan

menggunakan Software SPSS 19.0 for Windows 7.

a. Uji Normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan sebagai sampel penelitian berasal dari populasi yang

(39)

66

kolmogrov-smirnov maka akan diketahui kenormalan sampel data. Jika

signifikansi ≥0,05 maka dapat dikatakan sampel berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui pola hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat, yaitu linear atau tidak. Uji

linearitas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear

antara dua variabel yaki variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y)

yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil

observasi yang ada sehingga membentuk garis yang liner

(www.konsultanstatistik.com, 2012).

Uji lineraritas dapat dilakukan dengan analisis regresi sederhana.

Regresi sederhana digunakan untuk mencari bentuk hubungan antara

satu variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y) dalam membentuk

fungsi atau persamaan apabila terdapat hubungan kausal

(sebab-akibat). Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan Software

SPSS 19.0 for Windows 7. Jika signifikasni < 0,05 maka terdapat

hubungan yang linear antara variabel X dengan variabel Y.

2. Pengujian Hipotesis a. Uji Korelasi

Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat. Data yang didapatkan

merupakan data interval, sehingga metode statistika yang digunakan

(40)

67

dengan huruf r. Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang

diperoleh dari hasil pengukuran terhadap dua variabel yang

kedua-duanya berbentuk skor yang bersifat kontinu, berdistribusi normal, dan

linear (Ali, 2011). Kriteria kuat lemahnya korelasi menurut Sugiono

[image:40.595.125.507.222.575.2]

(2009) terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 3.16

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Rumus yang digunakan dalam Person’s Correlation (Product Moment)

adalah :

Keterangan :

r = Koefisien korelasi Product Moment antara variabel X dan

variabel Y

n = Jumlah Individu dalam sampel

X = Angka mentah untuk variabel X

Y = Angka mentah untuk variabel Y

(41)

68

bernotasi negatif maupun positif, notasi ini mengindikasikan bentuk

atau arah hubungan yang terjadi (Susetyo, 2010). Korelasi bernilai

positif menunjukan hubungan yang searah, artinya apabila semakin

besar nilai variabel bebas maka maka semakin besar pula nilai variabel

terikat. Korelasi bernilai negatif menunjukan hubungan yang

berlawanan, artinya apabila semakin kecil nilai variabel bebas maka

semakin besar nilai variabel terikat, begitu pula sebaliknya.

b. Uji Regresi Sederhana

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat, maka dilakukan analisis regresi. Analisis

regresi merupakan studi yang membahas masalah hubungan fungsional

antara variabel-variabel yang dinyatakan dalam persamaan matematik.

Melalui persamaan matematik ini akan memungkinkan peramalan nilai

suatu peubah terikat (dependet variabel) dari nilai peubah bebas

(independet variabel).

Persamaan regresi linear sederhana adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Variabel terikat

X = Variabel bebas.

a = Konstanta yang merupakan titik potong antara garis

regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius.

(42)

69

Nilai konstanta (a) menunjukan besarnya nilai variabel Y jika

variabel X adalah 0. Sedangkan nilai b menunjukan besarnya

perubahan variabel Y jika variabel X berubah sebesar satu satuan.

Uji regresi yang digunakan adalah uji regresi linear sederhana,

karena pada penelitian ini hanya melibatkan satu variabel independen

dan satu variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel bebas (X) persepsi konsumen mengenai daya

tarik seksual perempuan dalam iklan AXE untuk menjelaskan varians

variabel terikatnya (Y) Intensi pembelian produk. Perhitungan

koefisien determinasi menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien korelasi Product Moment

Koefisien determinasi mempunyai nilai antara 0 sampai dengan

nilai 1, dimana nilai yang mendekati 1 berarti semakin tinggi

kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel

terikatnya.

(43)

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan

kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Korelasi antara persepsi konsumen mengenai daya tarik seksual

perempuan dalam iklan AXE dengan intensi pembelian produk pada

Mahasiswa UPI Bandung berada pada kategori kuat dan bernilai

positif. Artinya semakin tinggi persepsi konsumen mengenai daya tarik

seksual perempuan dalam iklan AXE maka akan semakin tinggi juga

intensi pembelian produk, begitu pula sebaliknya.

2. Intensi pembelian produk pada Mahasiswa UPI Bandung tidak dapat

sepenuhnya dijelaskan oleh persepsi konsumen mengenai daya tarik

seksual perempuan dalam iklan AXE, akan tetapi terdapat beberapa

faktor lain yang mempengaruhi konsumen untuk cenderung melakukan

pembelian produk.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan sebelumnya, sebagai

tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan berikut ini saran untuk

(44)

83

1. Produsen AXE

Periklanan dengan daya tarik seksual perempuan yang mampu

membangkitkan intensi membeli, akan lebih baik jika diikuti dengan

marketing mix yang mendukung seperti harga, kualitas produk, dan

ketersediaan produk diberbagai tempat perbelanjaan, sehingga

kemungkinan perilaku konsumen untuk melakukan pembelian produk

akan lebih dimunculkan.

2. Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian

dengan menggunakan analisis faktor, melakukan uji coba

instrumen terlebih dahulu pada subjek penelitian yang jumlahnya

lebih banyak dari subjek penelitiannya dan banyaknya item yang

soal yang akan dianalisis. Sehingga data penelitian yang

didapatkan akan lebih bervariasi dan nilai validitas serta reliabilitas

instrumennya akan lebih tinggi.

b. Ada baiknya penelitian ini juga membahas mengenai faktor sosial

yang mempengaruhi intensi pembelian produk diantaranya usia,

jenis kelamin, ras, etnis, pendidikan, pendapatan, dan agama

sehingga didapatkan gambaran penuh mengenai faktor-faktor yang

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality, and Behavior (2nd Ed). USA: University Press.

Ajzen, I. (1991). ”The Theory of Planned Behavior”. Journal Organizational Behavior and Human Decision Processes. 50, 179-211.

Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung : CV. Pustaka Cendikia Utama.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arivia, G. (2006). Feminisme : Sebuah Kata Hati. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Assael, H. (2001). Consumer Behavior and Marketing Action. Ohio, USA: South-Western Collage Publishing.

Blair, J.D. et al. (2006). ”Ethics In Advertising : Sex Sells, But Should It?”.Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues. 9, (2), 109-118.

Belch, M.A. et al (1982). “Psychophysiological And Cognitive Responses To Sex In Advertising : in Advances.” Journal of Consumer Research. 9, 424-427.

Bungin, B. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta : Kencana.

Cahyaningrum, E. (2004). Analisis Pengaruh Sensual Advertising Di Media Televisi Terhadap Motivasi Pembelian Sabun Lux. Skripsi. Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Brawijaya. Malang.

Danim, S. (2007). Metode Penelitian untuk Ilmu - ilmu Perilaku. Jakarta : Bumi Aksara.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Hagijanto, A. D. (2000). ”Figur Wanita Sebagai Penarik Pandang Dalam Iklan”.

Jurnal Desain. 2, (1). 1-11. [Online]. Tersedia :

(46)

Haryoko.F. (2003). “Citra Perempuan dalam Iklan: Bermain di Area Sensitif”. Cakram (6 September 2011).

Horton. R. L. (1984). Buyer Behaviour : A Decision Making Approach. Ohio : A Bell & Howell Company.

Ihsan, H. (2009). Diktat Kuliah Metode Skala Psikologi. Bandung.

Iki.(2011). Youth : What Seniors Don't Know But AXE Knows. [Online]. Tersedia : http://the-marketeers.com/archives/youth-what-seniors-dont-know-but-axe-knows.html [9 April 2012].

Jefkins, F.(1995). Periklanan. Jakarta : Erlangga.

Kotler, P. (2000). Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Jakarta. Bumi Aksara.

Kotler P.(2002). Manajemen Pemasaran. Jilid ke-1. Jakarta: Prenhallindo.

Kotler, P, Garry, et all. (2007). Marketing An Introduction (Eight Edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Kriantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Mangkunegara, A. P. (2009). Perilaku Konsumen. Bandung : Refika Aditama.

Monks F.J., Knoers A.M.P., Haditono S.R. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Edisi Keempat Belas. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Mowen,J.C dan Minor M. (2002). Perilaku Konsumen. Jilid ke-1 Ed ke-5. Jakarta: Erlangga.

Mulyana, D.(2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Rosdakarya.

Najib, A. (2011). 7 Tahun Pake Parfum Axe Ga Dapet Cewe, Pria India Tuntut Unilever. [Online]. Tersedia : http://www.terbaca.com/2010/07/7-tahun-pake-parfum-axe-ga-dapet-cewe.html. [9 september 2011].

Nugroho, E. S. (2009). AnalisisPengaruh Sensual Advertising Di Media Televisi Terhadap Pembentukan Ekuitas Merek Pada Produk Parfum Pria Merek AXE. Skripsi. Malang : Jurusan Manajemen Pemasaran, FE Universitas Brawijaya Malang.

(47)

Patnistik, E. (2011). Menyinggung, Iklan Malaikat Jatuh Dilarang. [Online]. Tersedia : http://internasional.kompas.com/read/2011/10/28/11481217/Menyinggung .Iklan.Malaikat.Jatuh.Dilarang. [9 September 2012].

Piliang, Y.A. (2003). HIPERSEMIOTIKA : Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Bandung : Jalasutra.

Piliang, Y.A. (1995). ”Wawasan Semiotik dan Bahasa Estetik Post Modernisme”. Jurnal Seni Rupa. 1.

Priyambodo, RH. KPI Terima 222 Aduan Iklan Bermasalah. [Online]. Tersedia : http://www.antaranews.com/berita/1271943559/kpi-terima-222-aduan-iklan-bermasalah. [30 September 2011].

Rakhmat, J. (1999). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ramirez, A. dan Reichert, T. (2000). “Advances in Consumer Research : Defining Sexually Oriented Appeals In Advertising A Grounded Theory Investigation”. Journal Of Consumer Research. 27, 267-273.

Santoso, S. (2007). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Santrock, J. W. (2001). Adolescence : Perkembangan Remaja (Edisi Ke-6). Jakarta : Erlangga.

Seock, Yoo-Kyoung. (2003). Internet Clothing Website, Attitude, Information Search Intention, Purchase Intention. Disertasi Doktor pada Virginia Polytechnic Institute Blacsburg, Virginia: diterbitkan.

Shimp. T.A. (2000). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jilid 1 Ed-5. Jakarta: Erlangga.

Sitompul, M. (2002). Pengaruh Lingkungan dan Daya Tarik Fisik Pada Komunikasi Manusia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jurusan Komunikasi.Universitas Sumatera Utara.

Solomon, M.R, Cornell L.D, et all. (2011). Launch! Advertising and Promotion

in Real Time, v.1.0. [Online]. Tersedia :

http://catalog.flatworldknowledge.com/bookhub/reader/25#solomon-ch12_s02. [30 September 2012].

Statistik, Konsultan. (2012). Uji Asumsi Klasik. [Online]. Tersedia :

(48)

Steinberg, L. (1993). Adolescence.International Edition Third Edition. New York: McGraw-ill, Inc.

Sternberg, R. J. (2008). Psikologi Kognitif Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugono, Dendy dan Tim. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung : Refika Aditama.

Suyanto, M. (2007). Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Unilever. (2011). AXE. [Online]. Tersedia: http:// www.unilever.co.id/id/ brands/personalcarebrands/axe/index.aspx. [30 September 2011].

Vivian, J. (2008). Teori Komunikasi Massa.ed.8. Jakarta : Kencana.

Walgito, B. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Konsumen Mengenai Daya Tarik Seksual
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Intensi Pembelian Produk
Tabel 3.3  dan
Tabel 3.4 Nilai Kategorisasi KMO
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teori Fisiologis Terdiri dari teori oksidasi stres (penyebab terjadinya stress oksidasi adalah penyakit degenerasi basal ganglion yang menyebabkan terjadinya

Ponorogo ROSIDA RAHM AWATI Guru Kelas M I M I NURUL HUDA GROGOL DAFTAR PESERTA PLPG TAHAP IV (Reguler)..

Bermain di rumah sakit dapat memperbaiki konsep - konsep yang salah tentang penggunaan dan peralatan dalam prosedur medis karena sambil bermain perawat menjelaskan

Bendahara Umum Negara Akuntansi dan Pelaporan adalah unit akuntansi pada unit eselon I Kementerian Keuangan yang melakukan penggabungan Laporan Keuangan UAKBUN-Pusat

Pembuatan minyak dengan cara basah dapat dilakukan melalui pembuatan santan terlebih dahulu atau dapat juga di pres dari daging kelapa setelah digoreng. Santan kelapa merupakan

Transmisi vertikal terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh ibu yang terkontaminasi virus hepatitis B pada saat kelahiran ibu hamil yang menderita hepatitis B

1) Langkah pertama adalah merancang rencana program pembelajaran. Pada langkah ini guru harus mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin

Sesuai dengan pengertian latihan individu, maka latihan menggiring sepakbola disusun dan diatur oleh pelatih dan siswa melakukan tugas sesuai instruksi dari pelatih.