iv ABSTRAK
PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN UBI JALAR (Ipomoea batatas Lamk.) DAN AIR PERASAN DAUN UBI KAYU (manihot esculenta Crantz.) DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA INSISI MENCIT
Swiss Webster
Susanty Gazali, 2013, Pembimbing I : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes Pembimbing II : dr.Winsa Husin , M.Sc., M.Kes, PA(K)
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan pada tubuh makhluk hidup. Upaya pengobatan luka umumnya menggunakan povidone iodine atau bahan herbal. Tujuan penelitian adalah mengetahui efek air perasan daun ubi jalar (APDUJ) dan air perasan daun ubi kayu (APDUK) dalam mempercepat proses penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster dan perbandingan potensinya. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan 24 ekor hewan coba yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok (n=4). Pada tungkai mencit dibuat luka insisi sepanjang 1cm dengan kedalaman 2mm. Setiap hari masing-masing kelompok mendapat satu perlakuan topikal sebagai berikut: APDUJ 12,5%, APDUJ 25%, ADPUK 12,5%, APDUK 25%, akuades sebagai kontrol negatif (KN) dan povidone iodine sebagai kontrol positif (KP). Durasi penyembuhan luka (dalam hari) diukur hingga kedua tepi luka saling bertautan. Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann Whitney U dengan α = 0,05.
Rerata durasi penyembuhan luka dalam hari dengan APDUJ 12,5% (6,5), APDUJ 25% (8,3), APDUK 12,5% (6,8), APDUK 25% (7,5), KP (8,3) menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna di bandingkan kontrol negatif (8,8) dengan p = 0,000. Kelompok APDUJ 12,5% dibandingkan dengan APDUK 12,5% dan APDUJ 25% dibandingkan dengan APDUK 25% tidak berbeda bermakna dengan p > 0,05.
Simpulan adalah APDUJ dan APDUK berefek mempercepat proses penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster dengan potensi yang setara.
Kata kunci: air perasan daun ubi jalar, air perasan daun ubi kayu, durasi penyembuhan luka.
v
ABSTRACT
COMPARISON OF EFFECTS SWEET POTATO LEAVES JUICE (Ipomoea batatas Lamk.) AND CASSAVA LEAVES JUICE
(Manihot esculenta Crantz.) IN ACCELERATING INCISION WOUND HEALING ON Swiss Webster MICE
Susanty Gazali, 2013, 1st Tutor : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes 2 nd Tutor : dr.Winsa Husin , M.Sc., M.Kes, PA(K)
Wound is a break of continuity in the living body tissue. Effort to treat wounds generally use povidone iodine or herb ingredients. The research objective is to determine the effect of the sweet potato leaves juice (APDUJ) and cassava leaves juice (APDUK) in accelerating incision wound healing of Swiss Webster mice and it’s potensial comparison.
This research was experimental laboratory, using 24 mice which were randomly divided into 6 groups (n = 4). Incision along 1cm, and depth 2mm was made on mice limbs. Every day, each group was given a topical treatment with APDUJ 12.5%, APDUJ 25%, 12.5% ADPUK, APDUK 25% distilled water as a negative control (KN) and povidone iodine as a positive control (KP). Data measured was the duration of wound healing (in day) until the both wound edges interlocked. Data were analyzed using Kruskal Wallis followed by Mann Whitney U with α = 0.05.
The mean duration of wound healing in days of APDUJ 12.5% (6.5), APDUJ 25% (8.3), APDUK 12.5% (6.8), APDUK 25% (7.5), KP (8,3) show highly significant difference compare to KN (8,8) with p = 0.000. APDUJ 12,5% compare to APDUK 12,5% and APDUJ 25% to APDUK 25% are not significantly different with p > 0,05.
In conclusion, APDUJ and APDUK effective in accelerating of incision wound healing of Swiss Webster mice and and it’s potency are equivalent.
Keywords: sweet potato leaves juice, cassava leaves juice, duration of wound healing
viii
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 4
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 5
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 5
1.5.2 Hipotesis ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kulit ... 7
2.2 Histologi Epidermis ... 7
2.2.1 Lapisan Epidermis ... 8
2.2.2 Lapisan Dermis...10
2.3 Fisiologi Kulit ... 11
2.4 Luka ... 14
2.5 Ubi Jalar (Ipomoea batatas Lamk)...17
2.5.1 Morfologi ... 17
2.5.2 Sifat dan Khasiat ... 18
ix
2.5.3 Kandungan Kimia ... 19
2.6 Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)... 21
2.6.1 Morfologi ... 21
2.6.2 Sifat dan Khasiat ... 22
2.6.3 Kandungan Kimia ... 22
2.7 Povidone iodine ... 24
BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 26
3.2 Subjek Penelitian ... 27
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
3.4 Metode Penelitian ... 27
3.4.1 Desain Penelitian ... 27
3.4.2 Variabel Penelitian ... 27
3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 27
3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 28
3.4.3 Penentuan Besar Sampel ... 28
3.5 Prosedur Kerja ... 28
3.5.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 28
3.5.2 Persiapan Hewan Coba ... 30
3.5.3 Prosedur Penelitian ... 31
3.6 Metode Analisis ... 31
3.7 Aspek Etik Penelitian ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 33
4.2 Uji Hipotesis ... 38
4.2.1 Hipotesis Penelitian 1:... 38
4.2.2 Hipotesis Penelitian 2: ... 39
4.2.2 Hipotesis Penelitian 3: ... 39
x BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 41
5.2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Durasi Penyembuhan Luka dalam Hari...33
Tabel 4.2 Uji Mann Whitney U terhadap Durasi Penyembuhan Luka ...34
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Epidermis Kulit ... 7
Gambar 2.2 Dermis Kulit... 10
Gambar 2.3 Tanaman Daun Ubi Jalar ... ...17
Gambar 2.4 Kerangka flavonoid...20
Gambar 2.5 Tanaman Daun Ubi Kayu ...21
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1...47
Lampiran 2...48
Lampiran 3...49
Lampiran 4...50
Lampiran 5...51
Lampiran 6...53
Lampiran 7...54
Lampiran 8...56
Lampiran 9...58
Lampiran 10...60
Lampiran 11...61
1
dapat menimbulkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres
simpatis, kontaminasi bakteri, perdarahan dan pembekuan darah, serta kematian
sel (Yusufsinaga, 2009).
Pada tahun 2009, sebuah asosiasi luka di Amerika memperoleh data untuk luka
bedah ada 110.30 juta kasus, luka trauma 1.60 juta kasus, luka lecet 20.40 juta
kasus, luka bakar 10 juta kasus, dan ulkus dekubitus 8.50 juta kasus (Diligence,
2009). Angka kejadian infeksi luka pada operasi baik operasi bersih maupun
berpotensi terkontaminasi di Amerika pada 2827 pasien adalah sebanyak 213
pasien atau sebanyak 7,5% dengan mortalitas pascaoperasi sebanyak 2,1% (Brote
et al., 1976).
Menurut Departemen Kesehatan RI ( 2008) prevalensi di Indonesia untuk
cedera luka terbuka sebesar 25,4%, dengan prevalensi tertinggi terdapat di
provinsi Sulawesi Tengah sebesar 33,3%. Berdasarkan kelompok umur,
prevalensi luka terbuka yang paling banyak dijumpai adalah pada kelompok umur
25 sampai 34 tahun (32,0%). Pada tahun 2005 sebanyak 11,8 juta luka ditangani
di departemen kedaruratan di Negara Amerika Serikat. Lebih 7,3 juta luka robek
ditangani per tahun. Luka sayatan atau tusukan menyebabkan kurang lebih 2 juta
pasien yang dirawat tiap tahun. Jumlah warga Amerika yang digigit binatang
diestimasikan 4,7 juta per tahun, dan kulit yang mengelupas pada orang tua
sekitar 1,5 juta (Singer & Dagum, 2008).
2
Penelitian lain menunjukkan infeksi luka akibat operasi merupakan penyebab
paling sering infeksi nosokomial yaitu sekitar 38%. Infeksi akibat luka operasi
diperkirakan dua sampai lima persen dari lebih 30 juta pasien yang menjalani
operasi setiap tahunnya yang berarti terdapat satu dari 24 pasien yang menjalani
operasi di Amerika mengalami infeksi akibat luka pascaoperasi. Dampak infeksi
akibat luka operasi terhadap morbiditas dan mortalitas, lamanya pasien dirawat di
rumah sakit, dan meningkatnya biaya (Anderson and Sexton, 2015). Penanganan
luka dapat diberikan povidone iodine yang banyak digunakan masyarakat
perkotaan, tetapi bagi sebagian besar masyarakat dunia herbal lebih mudah
didapat, banyak tersedia dengan harga yang relatif murah, sehingga terapi herbal
masih merupakan pilihan utama dan kadang terapi satu – satu nya yang tersedia
(Juckett, 2004).
Indonesia mempunyai hutan tropis luas yang dihuni oleh 80% tanaman obat
dunia. Sekitar 40 juta penduduk Indonesia bergantung langsung pada tanaman
obat tersebut untuk mengatasi berbagai penyakit termasuk penyembuhan luka.
Saat ini produksi obat tradisional dan fitofarmaka berkembang dengan pesat,
sehingga kebutuhan tumbuhan obat untuk bahan baku industri tersebut juga
meningkat tajam (John, 2007). Tanaman herbal yang dapat digunakan untuk
menyembuhkan luka antara lain adalah daun ubi jalar, daun ubi kayu, daun sirih,
daun sendok, daun sambiloto, dan daun tembelekan (Setiawan Dalimartha, 2008).
Daun ubi jalar (Ipomoea batatas, L) secara empiris berkhasiat dalam
pengobatan luka bakar, obat bisul, dan penurun panas (Litbang, 2008). Daun ubi
jalar memiliki kandungan antosianin yang merupakan salah satu senyawa
antioksidan selain betakaroten, juga vitamin A dan vitamin C sebagai sumber
antioksidan (Yuwono, dkk, 2010). Kandungan zat lainnya adalah mikronutrien
berupa beberapa mineral seperti tanin, kalsium, magnesium, besi, seng, kalium,
mangan, fosfor, tembaga dan natrium. Kandungan vitamin C dalam daun ubi jalar
diyakini dapat mempercepat penyembuhan luka (Antia et al , 2006).
Tanaman ubi kayu termasuk dalam famili Euphorbiaceae dapat tumbuh dengan mudah hampir di semua jenis tanah dan tahan terhadap serangan hama
maupun penyakit. Pada umumnya, umbi ubi kayu dimanfaatkan sebagai bahan
3
pangan sumber karbohidrat, industri tepung tapioka, industri pakan ternak,
industri non pangan lainnya dan diekspor (Andrizal, 2003). Daun ubi kayu
berkhasiat menyembuhkan penyakit diare, penyakit rematik, dan osteoporosis.
Buah ubi kayu mengandung (per 100 gram) : vitamin B1, vitamin C, dan 75 %
bagian buah dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung (per 100 gram) : vitamin
A, vitamin C, vitamin B1, kalsium, Fosfor, protein, lemak, karbohidrat, zat besi,
dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batangnya mengandung tanin, enzim
peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat (Widianta dan Widi, 2008).
Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun ubi kayu yang lakukan oleh Vina
tahun 2013 terhadap luka gingiva tikus penutupan luka terjadi pada hari ke-tujuh
(Vina, 2013). Penelitian air perasan umbi ubi jalar terhadap luka insisi mencit
Swiss Webster oleh Deviana Cristanty tahun 2015 menunjukkan kadar air perasan
umbi ubi jalar 25% dan 50% lebih cepat dibandingkan dengan akuades yaitu 12
hari dan 13 hari (Deviana, 2015).
Zat yang dikandung daun ubi jalar dan ubi kayu antara lain flavonoid dan
triterpenoid saponin diketahui memiliki aktivitas antimikroba dan antivirus.
Kandungan minyak atsiri dalam ubi kayu mempunyai efek antimikroba (Nazzaro
dkk, 2013).
Hal – hal tersebut diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan
efek air perasan daun ubi jalar (Ipomoea batatas, L) dan daun ubi kayu (Manihot
esculenta) terhadap penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster betina.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun identifikasi masalah adalah
- Apakah air perasan daun ubi jalar (Ipomoea batatas, L) berefek
mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
- Apakah air perasan daun ubi kayu (Manihot esculenta) berefek
mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
4
- Apakah air perasaan daun ubi jalar (Ipomoea batatas, L) dan air perasan
daun ubi kayu (Manihot esculenta) mempunyai potensi yang setara dalam
penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian adalah menjadikan air perasan daun ubi kayu dan daun ubi
jalar sebagai obat alternatif untuk penyembuhan luka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai:
- Air perasan daun ubi jalar (Ipomoea batatas, L) berefek mempercepat
penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
- Air perasan daun ubi kayu (Manihot esculenta) berefek mempercepat
penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
- Air perasan daun ubi kayu (Manihot esculenta) mempunyai potensi yang
setara dengan air perasan daun ubi jalar (Ipomoea batatas, L) dalam
penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis adalah untuk memperluas cakrawala pengetahuan
mengenai ilmu farmakologi tumbuhan obat khususnya efek air perasan daun ubi
jalar dan daun ubi kayu dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit.
Manfaat praktis penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai manfaat terapi menggunakan daun ubi jalar dan daun ubi
kayu sebagai obat alternatif penyembuhan luka.
5
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Luka terjadi ketika sel dan jaringan rusak, tubuh akan berespon mengurangi
kerusakan lapisan epitel sel basal dengan beregenerasi dan mempersiapkan sel
yang tersisa untuk bereplikasi. Fase penyembuhan luka di bagi menjadi fase
inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodeling (Sjamsuhidajat R & Wim de Jong,
2010).
Daun ubin jalar (Ipomoea batatas, Lamk) dan daun ubi kayu (Manihot
esculenta, Crantz) mengandung antara lain flavonoid, triterpenoid saponin dan vitamin C, vitamin A, kalsium (Vina, 2013; Sulastri dkk., 2013). Flavonoid
dikenal sebagai senyawa di dalam tumbuhan yang berperan sebagai antiinflamasi
dengan menghambat siklus radang yaitu siklooksigenase dan lipoksigenase serta
berefek antibakteri. Triterpenoid saponin berefek antibakteri dan antivirus dalam
penyembuhan luka dan memperbaiki kerusakan pada kulit (Robinson, 1995).
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen, proteoglikan dan komponen
organik lain dalam intrasellular matrik jaringan seperti kulit, tulang, dinding
kapiler, dan jaringan ikat yang lain (MacKay & Miller, 2003). Vitamin A
berperan dalam diferensiasi dan pergantian sel (Murray dkk., 2006). Adanya
zat-zat diatas memungkinkan daun tersebut digunakan untuk meningkatkan kecepatan
regenerasi epitel pada penyembuhan luka. Kalsium dapat mengatur fungsi sel,
seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga
permebilitas membran sel, serta mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor
pertumbuhan (Almatsier, 2004).
6 1.5.2 Hipotesis
- Air perasan daun ubi jalar (Ipomoea batatas, L) berefek mempercepat
penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
- Air perasan daun ubi kayu (Manihot esculenta) berefek mempercepat
penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
- Air perasan daun ubi jalar (Ipomoea batatas, L) mempunyai potensi yang
setara dengan air perasan daun ubi kayu (Manihot esculenta) dalam
penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
41 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Air perasan daun ubi jalar (Ipomoea batatas, Lamk.) berefek mempercepat
penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
Air perasan daun ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) berefek
mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
Air perasan daun ubi jalar (Ipomoea batatas, Lamk.) mempunyai potensi
yang setara dengan air perasan daun ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.)
dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut :
Menggunakan air perasan daun ubi jalar dan daun ubi kayu dengan dosis
yang lebih rendah.
Menggunakan air perasan daun ubi jalar dan daun ubi kayu untuk menangani luka bakar.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek gabungan dari daun
ubi jalar dan daun ubi kayu terhadap penyembuhan luka.
Perlu dilakukan penelitian menggunakan hewan coba lain
i
PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN UBI JALAR
(Ipomoea batatas Lamk.) DAN AIR PERASAN DAUN UBI KAYU
(Manihot esculenta Crantz.) DALAM MEMPERCEPAT
PENYEMBUHAN LUKA INSISI MENCIT Swiss Webster
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
SUSANTY GAZALI
1310234
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan kasih
karunia-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Perbandingan Efek Air Perasan Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dan Air Perasan Daun Ubi kayu (Manihot esculenta C.) dalam Mempercepat
Penyembuhan Luka Insisi Mencit Swiss Webster dengan baik hingga akhir. Karya
Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat selesai
tanpa adanya bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak yang
membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyapaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
(1) Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes selaku pembimbing pertama yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dengan
segenap hati dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
(2) dr.Winsa Husin , M.Sc., M.Kes, PA(K) selaku pembimbing pendamping yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dengan segenap hati dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
(3) Wendyanto yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan arahan pada penulis.
(4) Donny Setiawan yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
untuk memberikan arahan pada penulis.
(5) Sarah Amalia yang selalu setia memberikan dukungan dan semangatnya
kepada penulis selama mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.
(6) Jessica Widjaja, Doni Surya, Malvin Owen dan Yeremia Prasetyo sebagai
teman seperjuangan dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.
(7) Claudia Tamara, Linda Lingas, Steffanny Katuuk, Sabrina Ruth dan Yossi
vii
(8) Orang tua penulis, Freddy Gazali dan Lindawati, adik perempuan penulis
Diana Gazali, terima kasih untuk doa, kasih sayang, semangat dan perhatian
kalian
(9) Serta semua sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini semoga bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Bandung, November 2016
42
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda, Suria Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.h:7
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
__________. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Anderson DJ and Sexton DJ. Epidemiology of Surgical Site Infection In Adult. http://www.uptodate.com/contents/epidemiology-of-surgical-site-infection-in-adults. 3 september 2015
Andrizal. 2003. Potensi, tantangan dan kendala pengembangan agroindustri ubi kayu dan kebijakan industri perdagangan yang diperlukan. Pemberdayaan Agribisnis Ubi Kayu Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi.
Bruneton J. Triterpenes and Steroids: Saponins. Pharmacognosy Phytochemistry Medical Plants. Page: 681.1999. Paris: Intercept Ltd.
_____________. Monoterpens and Sesquiterpenes: Essensial Oils. Pharmacognosy Phytochemistry Medical Plants. Page: 487. 1999. Paris: Intercept Ltd.
Brote L, Gillquist J, and Tarnvik A. 1976. Wound Infection In general Surgery. Wound Cotamination, rates of Infection and Some Consequences. 142(2). Page: 99-106.
Brown, R.G., Burns, T ., 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Charles, Craig R and Robert, E Stitzel. 2004. Modern Pharmacology with Clinical Aplications. United States of Amerika : s.n., 2004.
Dalimartha, Setiawan. 2008. 1001 Resep Herbal . Jakarta : Penebar Swadaya, 2008.
Daniel Mangoting, Imang Irawan, Said Abdullah. 2005. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya
43
Dorland I. & Newman. W. A. 2012. Kamus Saku Kedokterteran Dorland, Ed. 28. Jakarta: ECG
Douglas M. K and Miller A.L. Nutrional Support for Wound Healing. Alternative Reviews. Vol 8 No.4 (2003).
Eroschenko V. P. 2013. Atlas Histologi diFiore dengan korelasi Fungsional. Edisi 11. Jakarta: ECG
Filomena Nazzaro, Florinda Fratianni, Laura De Martino, Raffaele Coppola, and Vincenzo De Feo. Effect of Essential Oils On Pathogenic Bacteria. Pharmateuticals
(Based).www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3873673/. Vol 6(12). Desember 2013
Garner J.S. 2000. Guideline For Prevention of Surgical Wound Infections Hospital Infections Program Centers for Infectious Diseases Center for Disease
Control.http://wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000420/p0000420.asp#h ead004000000000000 ( diakses 05 April2013)
Gimenez S. 2007. Orbital Penetrating Wound By A Bull Horn, Arch Soc ESP
Oftamol 2007; 82:
645-648.www.oftalmo.com/seo/archivos/maquetas/1/...D8FA.../articulo.pdf. (diakses 05 April 2013)
Hue, S.M., and Somasundram, C., 2003, Antioxidant Activity, Phenolic and Flavonoid Content in The Leaves of Different Varieties of Sweet Potato (Ipomoea batatas). Research, Faculty of Sience. University of Malaysia, Kuala Lumpur-Malaysia.
Hunt, K.T.2003 Wound Healing. In: Doherty MG. Current Surgical Diagnosis and Treatment. 12th Ed., McGraw-Hills, USA; pp.75-87
Jucket, G. 2004. Modern Pharmacology with Clinical Application Sixth Edition. Philadephia : Lippincott Williams & Wikins. h 786.
Kapten. 2012. Tindakan Aseptik. http://bedahminor.com/index.php/main/show_ page/ 217. 15 Juli 2015
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., 2005. Robbin and Cohran in Pathologic Basic and Disease.7th ed., International ed., Philadelphia, Pennsylvania : Elsevier, pp.47-119.
44
Litbang. 2008. Koleksi Tanaman Obat Balai Besar Litbang. http:/www.litbang.com
Mann, A., Breuhahn, K., Schirmacher, P., Blessing M.2001. Keratinocyte-Drived Granulocyte- Macrophage Colony Stimulating Factor Accelerates Wound Healing:Stimulation of Keratinocyte Proliferation, Granulation Tissue Formation, and Vascularization. J Invest Dermatol; 117:pp.1382-1390
MedMarket Diligence 2009, http://www.mediligence.com/
Millls S., Bone K. Tannins and Oligomeric Procyanidins. Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. NewYork: Churchill Livingstone. p 34-35
Murray, R. K.,dkk. 2006. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta : EGC
Nijvedldt, R, J., Nood E, v., Hoom, D. EC,V., Boelens, P, G., Norren, K, V., Leuwen, P, AM. V. 2001. Flavonoids: a review of probable mechanism of action and potensial applications. American Journal of Clinical and Nutrition. Vol. 74. American
Oates J.A and Brown N.J. 2001. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. Editor: Hardman J.G., Limbird Lee E. Tenth edition. Neywork: Mc Graw Hill. P. 896.
Prapti utami. 2009. Buku Pintar Tanaman Obat: 413 Jenis Tanaman Penggempur Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka
Reimer K, Schreier H, Erdos G, Konig B, Fleischer W. Molecular effects of a microbicidal substance on relevant microorganisms:electron microscopic
and biochemical studies on povidone iodine. Zentralbl HygUmweltmed (Serial on Internet) 1998(cited 2010 Dec 10);200 (5-6): 423-34. Available from :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9531716.
Robbin S.L and Cotran R.S. 2010. Pathologic Basic of Disease . New York : Elsevier
Robinson T. Flavonoid dan Senyawa Sejenisnya. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi edisi ke-enam.1991. Bandung: ITB
S Pasonen-Seppänen et al. 2001. Vitamin C enhances differentiation of a continuous keratinocyte cell line (REK) into epidermis with normal stratum corneum ultrastructure and functional permeability barrier, Histochem Cell Biol, 116(4) 287–297 2001
Sinaga Yusuf 2009 https://yusufsinaga.wordpress.com/2009/04/19/penyembuhan-luka
45
Singer, A. J. & Dagum, A. B. 2008.Current Management of Acute Cutaneous
Wound. N Engl J Med.,
Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: ECG
Sulastri., Erlidawati., Syahrial., Nazar, M, dan Andayani, dan T. (2013). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.). Hasil Budidaya Daerah Saree Aceh Besar. Vol.9 No. 3. Banda Aceh
Suparni Ari Wulandari. 2014. Herbal Nusantara: 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia. Yogyakarta: Rapha Publising
Sudjatmiko, Gentur. 2010. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta: Yayasan Khasanah Kebajikan
Sutjipto, Sugeng Sugiarso, Soerahso, Sitohang. 2000.Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Syamsuhidayat, Sri sugati, dan Jonny Ria Hutapea, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid1.2000. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Syamsul Hidayat, Romade M. Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo (Penerbar Swadaya Group)
Widianta, Ardhiles dan Widi Prima Deva. 2008. Ubi kayu (Manihot esculenta) sebagai bahan alternatif pengga nti bensin (bioetanol) yang ramah lingkungan.Bengkulu.http://isnanimurti.wordpress.com.WHOhttps://johnher f.wordpress.com/2007/07/17/tanaman-obat-milik-masyarakat-bangsa-dan-negara-ri-2/
Wiersema L.S. 2011. List of Surgical Wound Classifications Last.http://www.livestrong.com/article/220345-list-of-surgical-wound
classifications/,List of Surgical Wound Classifications ( diakses 05 April 2013)
Whitney, E. dan Rolfes, S.R. (2005). Understanding Nutrition (Tenthed.).Wadsworth: Thomson Wadsworth
Vina M. Nisa, Zahara Meilawaty, Pudji Astuti. 2013. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa: Efek Pemberian Ekstrak Daun Singkong (Manihot esculenta) Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gingiva Tikus. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
46
Yuwono, M, Nur B dan Lily A. 2010. Pertumbuhan Dan Hasil Ubi jalar (Ipomoea Batatas (L.) Lam.) Pada Macam Dan Dosis Pupuk Organik Yang Berbeda
Terhadap Pupuk
Anorganik.http://images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/ diakses tanggal 22 januari 2010.