• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi etnobotani pemanfaatan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi etnobotani pemanfaatan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur"

Copied!
273
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ETNOBOTANI PEMANFAATAN TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG DI KABUPATEN KUTAI BARAT

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Yeri Lona 091434028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv “Kata-kata dalam tulisan adalah kuat”

Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendedikasikan seluruh hidup mereka demi tercapainya cita-cita yang saya

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum banyak diungkap dan didata kedalam bentuk tulisan, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk proses upacara adat. Suku Dayak Tunjung terdiri dari beberapa Sub-suku, diantaranya adalah Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi, yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaan upacara adat. Proses upacara adat Suku Dayak Tunjung menggunakan organ tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai alat atau media dalam upacara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengungkap, serta mendata Etnobotani masyarakat suku Dayak Tunjung, terkait dengan jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, organ tumbuhan yang digunakan, proses mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan serta jenis upacara yang mengunakan organ tumbuhan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di 6 kampung, yaitu Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Terdapat 57 informan dalam proses penelitian ini, 7 informan primer dan 50 informan sekunder. Analisis data dilakukan secara induktif, dimulai dari terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan hingga mendapatkan data yang utuh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada adat istiadat dalam mengatur tata-cara pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan. Penelitian ini berhasil mendata tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung sebanyak 78 spesies tumbuhan, yang terdiri 35 famili yang berbeda. Organ tumbuhan didapatkan dengan melakukan ritual atau tanpa ritual, jenis organ tumbuhan yang digunakan terdiri dari akar, ubi, batang, kulit batang, daun, bunga,buah, dan semua organ. Terdapat 17 Jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang berhasil didata.

(8)

viii ABSTRACT

Dayak Tunjung traditional culture in the West Kutai is rich of local wisdom and actively participates in the preservation of the environment which ha s not been revealed and recorded into written form, especially in relation to the utilization of herbs for the traditional ceremony. Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics, among them are the Dayak Tunjung Rentenungk and Dayak Tunjung Tonyoi, which ha s similarities in the implementation of traditional ceremonies. Dayak Tunjung ceremonial process is using organs of plants which are used as a tools or medium in the ceremony.

This resea rch aimed to find out, uncover, and record Ethnobotany of Dayak Tunjung society, related to the type of plants used in traditional ceremonies process, plant organs used, the process of obtaining organs of plants used and the type of ceremony that uses the plant organs. This resea rch is a qualitative study using descriptive method. Data was collected through observation, interview and documentation in six villages; namely Balok Asa, Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Bigung Baru, Linggang Mapan and Linggang Amer. There are 57 informants in this research process, 7 prima ry informants and 50 secondary informants. Da ta were analyzed inductively, starting from the fieldwork, studying phenomena that exist in the field to get complete data.

Research results showed that Dayak Tunjung Society still adhered to the tradition in regulating procedure utilization natural resources to fulfill their needs, especially the utilization of herbs. This research wa s managed to record the plants used in the traditional ceremony of Dayak Tunjung as many a s 78 species of plants, which comprise of 35 different family. Plant organs obtained by performing a ritual or directly taken, the type of plant organs that are used consist of roots, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruit, and all of organs. There are 17 type Da yak Tunjung traditional ceremonies that were successfully recorded.

(9)

ix KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

yang berjudul “Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Upacara Adat

Suku Dayak Tunjung Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur” ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akedemik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi besar, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Karena itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih, khususnya kepada:

1. Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan dan juga mendanai penulis untuk melaksanakan tugas belajar di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Kepala Kampung Linggang Bigung, Linggang Melapeh, Linggang Mapan, Bigung Baru, Linggang Amer dan Balok Asa yang sudah membantu penulis dalam pemberian izin penelitian dan juga memberikan informasi kepada penulis terkait dengan penelitian yang dilakukan.

3. Pelaku Upacara adat, Dewan Adat dan Masayarakat Suku Dayak Tunjung yang telah bersedia menjadi narasumber.

4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Dosen Pembimbing.

5. Bapak Simson dan Ibu Murni Lawati Selaku Orang tua penulis dan adik kecil ku Petrina yang tanpa batas dan tak kenal lelah meberikan dukungan, bantuan, Doa,dan semangat kepada penulis.

6. Willy Mulyati Jelly, selaku kekasih dari penulis yang telah memberikan dukungan moril dan doa kepada penulis.

7. Rebanon, selaku paman dari penulis yang menjadi relawan dan selalu menemani penulis dalam proses perekaman data tumbuhan.

8. Nabe dan Alex dan Faldi yang telah terlibat dalam proses penelitian di Desa Linggang Melapeh.

9. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan seluruh Staf pada Program Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Batasan Penelitian... 4

(12)

xii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 6

A. Etnobotani ... 6

B. Tumbuhan upacara adat ... 9

C. Suku Dayak Tunjung ... 11

BAB III. METODE PENELITIAN ... 13

A. Jenis dan metode Penelitian ... ... 13

B. Subjek (informan) Penelitian ... 13

C. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 14

D. Data dan Sumber Data.... ... 15

E. Teknik Pengumpulan Data. ... 15

F. Analisis Data. ... 16

1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan ... 16

2. Pengumpulan Data ... 16

3. Reduksi Data ... 17

4. Penyajian Data ... 17

5. Menarik Kesimpulan/verifikasi ... 18

 Bagan proses analisis data ... 19

G. Instrumen Penelitian . ... 20

H. Alat – alat Penelitian ... 24

I. Bagan Alur Penelitian ... 25

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Daerah Penelitian ... 26

B. Suku Dayak Tunjung ... 29

C. Tumbuh-tumbuhan yanng digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung ... 34

1. Jojot (Musa sp) ... 45

(13)

xiii

3. Juangk (Cordyline terminalis) ... 47

4. Jeloq (Musa sp) ... 48

5. Nancangk ... 49

6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera) ... 51

7. Tabak ... 52

8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)... 54

9. Gaka malongk ... 55

10.Cahai/Kunyit (curcuma domestica) ... 57

11.Lejaq/Jahe (Zingiber officinale) ... 58

12.Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) ... 59

13.Ntugaq ... 61

14.Tempera ... 62

15.Tokongk ... 63

16.Kuayant... 64

17.Tuuq/Tebu (Saccharum sp) ... 66

18.Pangir/bungaq ... 67

19.Pujaq ... 69

20.Ami/ Uncaria gambir ... 70

21.Gaka Kedot ... 71

22.Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb) ... 72

23.Harump ... 74

24.Komat/puring hijau ... 75

25.Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus) ... 76

26.Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera) ... 77

27.Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum) ... 78

28.Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus) ... 79

29.Paant/Pinang (Areca catechu) ... 81

30.Sarap/Aren (Arenga pinnata) ... 82

31.Rakap/Sirih (Piper betle) ... 84

32.Wangun... 86

(14)

xiv

34.Pengoq ... 89

35.Pengoq peai ... 90

36.Sewet/pisang hutan... 92

37.Mawa ... 94

38.Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb) ... 95

39.Jiee... 96

40.Persiah ... 98

41.Paku paramp (Polypodium vulgare) ... 99

42.Tu-tawa ... 101

43.Memaliq/semeneo ... 102

44.Gaka ngelagit ... 103

45.Lempung ngayo ... 104

46.Rekep ... 106

47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado) ... 107

48.Gai sokak (Calamus caesius) ... 109

49.Biruq ... 111

50.Terincingk/Nanas (Ananas comosus) ... 112

51.Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta) ... 114

52.Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)... 116

53.Ketapuq... 118

54.Pegangk lau ... 119

55.Bunglew ... 121

56.Deraya ... 123

57.Peringk taliq ... 124

58.Kuayant kuning ... 126

59.Nturui ... 127

60.Lunuk (Ficus benjamina) ... 129

61.Raja pengalah ... 131

62.Pentar ... 132

63.Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ... 134

(15)

xv

65.Mermungk ... 137

66.Engkehuyo (Chromolaena odorata) ... 139

67.Tuuq salah... 141

68.Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana) ... 142

69.Isak-isik ... 145

70.Akar ... 146

71.Ukor ... 148

72.Bemant/Bemban (Donax canniformis) ... 149

73.Botoq/Ramban (Trema orientalis) ... 151

74.Niungk ... 152

75.Jauq/Palem hutan ... 154

76.Belayant ... 156

77.Ntrarant ... 158

78.Biruq torungk ... 159

D. Organ Tanaman Yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung ... 161

E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung ... 165

F. Sumber Perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan Konservasi Lingkungan ... 166

G. Pemanfaatan jenis tumbuhan upacara adat sebagai sumber belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan ... 167

H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian ... 170

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 172

A. Kesimpulan ... 172

B. Saran ... 172

DAFTAR PUSTAKA ... 174

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian

untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung ... 15

Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian

untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan

sebagai sarana Upacara Adat... 15

Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan ... 20

Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi

Kalimantan Timur... 23

Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi ... 36

Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku

Dayak Tunjung ... 37

Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan proses analisa data ... 19

Gambar 3.2 Bagan alur penelitian ... 25

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian ... 28

Gambar 4.2 Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek ... 32

Gambar 4.3 Daun Jojot muda ... 45

Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya ... 47

Gambar 4.5 Hanjuang merah ... 48

Gambar 4.6 Pisang (Musa sp) ... 49

Gambar 4.7 Pohong mahang muda ... 50

Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera) ... 51

Gambar 4.9 Tabak ... 53

Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp) ... 54

Gambar 4.11 Gaka malongk ... 56

Gambar 4.12 Kunyit (curcuma domestica) ... 57

Gambar 4.13 Jahe (Zingiber officinale)... 59

Gambar 4.14 Kayu Ulin... 60

(18)

xviii

Gambar 4.16 Tempera ... 62

Gambar 4.17 Bunga tokongk ... 63

Gambar 4.18 Tokongk tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan ... 54

Gambar 4.19 Batang kuayant ... 65

Gambar 4. 20 Tebu ... 67

Gambar 4.21 Tumbuan pangir ... 68

Gambar 4.22 Tumbuhan pujaq ... 69

Gambar 4.23 Tumbuhan gambir ... 70

Gambar 4.24 Gaka kedot ... 72

Gambar 4.25 Gai pelas ... 73

Gambar 4.26 Harump ... 74

Gambar 4.27 Puring hijau ... 75

Gambar 4.28 Paku sarang burung ... 76

Gambar 4.29 Tumbuhan sembung ... 77

Gambar 4.30 Bunga/buah Heredong ... 78

Gambar 4.31 Peridangk atau Rumput teki ... 80

Gambar 4.32 Pohong pinang ... 82

Gambar 4.33 Pohon aren (Arenga pinnata) ... 83

(19)

xix

Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun ... 87

Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex) ... 88

Gambar 4.37 pengoq ... 90

Gambar 4.38 Pengoq peai ... 91

Gambar 4.39 Sewet ... 92

Gambar 4.40 Mawa ... 94

Gambar 4.41 Keledang ... 96

Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee ... 97

Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus ... 99

Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare) ... 100

Gambar 4.45 Tu-tawa ... 101

Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo ... 102

Gambar 4.47 Gaka ngelagit ... 104

Gambar 4.48 Lempung ngayo... 105

Gambar 4.49 Rekep ... 106

Gambar 4.50 Gai syi’it ... 108

Gambar 4.51 Gai sokak ... 110

Gambar 4.52 Biruq ... 111

Gambar 4.53 Nanas ... 114

(20)

xx

Gambar 4.55 Selasih... 117

Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi ... 118

Gambar 4.57 Pegangk lau ... 120

Gambar 4.58 Bunglew ... 122

Gambar 4.59 Deraya... 124

Gambar 4.60 Peringk taliq ... 125

Gambar 4.61 Kuayant kuning ... 126

Gambar 4.62 Nturui ... 127

Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina) ... 130

Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp) ... 132

Gambar 4.65 Pentar ... 133

Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ... 135

Gambar 4.67 lancingk senit ... 137

Gambar 4.68 mermungk ... 138

Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata) ... 140

Gambar 4.70 Tuuq salah ... 141

Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)... 144

Gambar 4.72 Isak-isik ... 145

Gambar 4.73 Tumbuhan akar ... 147

(21)

xxi

Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis) ... 150

Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)... 151

Gambar 4,77 Niungk ... 153

Gambar 4.78 Tumbuhan jauq ... 155

Gambar 4.79 Tumbuhan belayant ... 157

Gambar 4.80 Batang tumbuhan Ntrarant ... 159

Gambar 4.81 Biruq Torungk ... 160

Gambar 4.82 Persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung ... 162

(22)

xxii

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PETA WILAYAH PENELITIAN ... 176

LAMPIRAN 2 INFORMAN PRIMER ... 178

LAMPIRAN 3 JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK

TUNJUNG ... 180

LAMPIRAN 4 ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU

DAYAK TUNJUNG ... 184

LAMPIRAN 5 TABEL KLASIFIKASI TUMBUHAN UPACARA

ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG... 187

LAMPIRAN 6 JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI ... 191

LAMPIRAN 7 JUMLAH ORDO TUMBUHAN UPACARA ADAT

YANG TERIDENTIFIKASI ... 192

LAMPIRAN 8 JUMLAH DEVISI DAN KELAS TUMBUHAN

UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI ... 193

LAMPIRAN 9 TABEL DATA TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN

DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK

TUNJUNG ... 194

LAMPIRAN 10 SILABUS ... 200

LAMPIRAN 11 RPP ... 204

LAMPIRAN 12 SURAT IJIN PENELITIAN ... 217

LAMPIRAN 13 BUKTI PEREKAMAN DATA ... 220

LAMPIRAN 14 SURAT KETERANGAN TELAH

MELAKSANAKAN PENELITIAN ... 226

(23)

1 BAB I

A.Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan pesatnya peningkatan pendidikan masyarakat

akan cenderung menjadikan generasi muda memandang kebudayaan leluhur

mereka sebagai ciri dari masyarakat yang terbelakang. Rasa rendah diri

(inferiory Complex) terhadap kebudayaan sendiri, akan mengakibatkan mereka

meninggalkan pola hidup tradisional dan lebih tertarik pada produk-produk

diluar wilayah budayanya (Attamimi,1997). Hal ini belum terjadi dalam

kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat, namun

tidak menutup kemungkinan akan terjadi seiring perjalanan waktu dan

perkembangan peradaban manusia yang kompleks.

Terus bertahannya budaya masyarakat Suku Dayak Tunjung di wilayah

Kaputaen Kutai Barat tidak lepas dari peranan lingkungan yang masih

menyediakan sumber daya untuk terus bertahannya kebudayaan masyarakat

secara utuh. Sumber daya yang disediakan oleh lingkungan salah satunya berupa

materi yaitu tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai media Upacara adat

Suku Dayak Tunjung.

Tidak ada data tertulis tentang Suku Dayak Tunjung, dari hasil obervasi di

lapangan data yang bisa diperoleh tentang asal-usul Suku Dayak Tunjung dan

budayanya hanya dari orang-orang tua dan para Pemuka adat. Informasi tentang

sejarah Suku Dayak Tunjung disampaikan secara lisan turun-temurun dari

nenek-moyang mereka, dengan demikian ada perubahan versi cerita dari setiap

(24)

Kearifan lokal turut berperan dalam mencegah terjadinya kerusakan

lingkungan yang semakin parah. Di mana para pemuka adat dan masyarakat

setempat menciptakan area hutan adat dan beberapa kebijakan bagaimana SDA

dapat dimanfaatkan dan bagaimana pelestariannya, tentunya jika hal tersebut

dilanggar maka akan dikenakan sangsi adat berupa denda ataupun ancaman

“murka” alam, semua sangsi disesuaikan dengan regulasi adat yang berlaku dan

dianut secara lisan.

Kearifan lokal merupakan permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut melalui

studi Etnobotani. Mawardi, (2000) menyatakan bahwa untuk mendapatkan data

tentang penggunaan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat tradisional dari

suku bangsa dapat dilakukan dengan suatu survey etnobotani. Etnobotani berasal

dari bahasaYunani yaitu Ethnos (bangsa) dan Botany (tumbuhan). Etnobotani

adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara

menyeluruh antara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya meliputi sistem

pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan.

Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan

berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum

banyak diungkap dan didata agar menjadi suatu acuan informasi yang relevan

dan dapat digunakan secara terus menerus di masa yang akan datang. Seiring

dengan berjalannya waktu dan berkembangnya budaya moderen terjadi

pengikisan budaya tradisonal yang membahayakan keberadaan dari budaya

(25)

karena itu penelitian ini dirancang untuk mengkaji secara lebih mendalam,

tentang budaya masayarakat Suku Dayak Tunjung di kawasan Kecamatan

Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, dalam proses pemanfaatan

tumbuh-tumbuhan untuk upacara adat. Tema dari penelitian ini adalah studi

Etnobotani pemanfaatan tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di

Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur

B.Rumusan Masalah

Dalam observasi di lapangan diketahui bahwa ada variasi tumbuhan yang

digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku

Dayak Tunjung?

2. Organ tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku

Dayak Tunjung?

3. Bagaimana proses mendapatkan tumbuhan tersebut dari lingkungan?

4. Jenis upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung

2. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak

Tunjung

3. Proses mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung

(26)

D.Batasan Penelitian

Penelitian ini terfokus dan dibatasi oleh beberapa pokok berikut:

1. Studi entobotani hanya digunakan untuk mengetahui proses pemanfaatan

tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung.

2. Penelitian tentang Suku Dayak Tunjung hanya sebatas untuk mengetahui

sejarah, jenis upacara adat, sistem adat dan hubungannya dengan pelestarian

lingkungan.

3. Tumbuhan yang akan diteliti terbatas pada tumbuhan yang digunakan dalam

upacara adat Suku Dayak Tunjung.

4. Tumbuhan akan diidentifikasi, identifikasi tumbuhan dilakukan pada tingkat

famili hingga tingkat spesies

5. Variabel penelitian ini akan mengarahkan penelitian tentang bagaimana

pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung, bagian organ

tumbuhan yang digunakan dalam upacara, upacara apa saja yang

menggunakan tumbuhan tersebut, dan proses mendapatkan tumbuhan

tersebut.

E.Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat menjadi referensi dan menjembatani bagi peneliti selanjutnya

(27)

3. Menjadi data tertulis tentang budaya Suku Dayak Tunjung, sehingga dapat

menjadi catatan dan referensi khususnya di bidang kebudayaan Kabupaten

Kutai Barat.

4. Hasilnya dapat dikaitkan dengan materi Keanekaragaman Hayati di Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kutai Barat.

5. Dapat memberi masukan kepada pemerintah setempat mengenai kondisi

(28)

6

TINJAUAN PUSTAKA A.Etnobotani

Etnobotani merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik

antara manusia dengan Sumber Daya Alam (SDA), awalnya istilah etnobotani

pertama kali muncul pada tanggal 5 Desember 1895 dalam satu artikel yang

diterbitkan oleh Evening Telegram pada suatu konferensi erkeolog J. W.

Harsberger (Castetter, 1944). Dan pada tahun berikutnya berikutnya terbit artikel

dari konferensi tersebut yang mengemukakan objek etnobotani yang meliputi :

1. Mengungkapkan situasi kultural suatu etnik yang memanfaatkan berbagai

jenis tumbuhan untuk bahan makanan, bahan bangunan dan bahan

sandang.

2. Mengungkapkan penyebaran jenis-jenis tumbuhan pada masa lampau.

3. Mengungkapkan jalur distribusi komersial suatu jenis turnbuhan.

4. Mengungkapkan berbagai jenis turnbuhan berguna.

Dalam publikasi tersebut Harsberger sendiri memberikan batasan bahwa

etnobotani adalah llmu yang mempelajari tentang pemanfaatan berbagai jenis

tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat primitif. Seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, etnobotani berkembang menjadi

cabang ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan surnber daya

(29)

disiplin ilmu baru, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan berbagai jenis

tumbuhan oleh masyarakat lokal. Dan berkembang menjadi disiplin ilmu yang

diterima oleh masyarakat akademik. Dalam perkembangannya ilmu etnobotani

pada tahun 1980 telah dikenal oleh masyarakat di semua kalangan, baik

kalangan awam maupun akademik. Pada tahun1983 untuk pertama kali didirikan

perhimpunan masyarakat etnobotani yang diprakarsai oleh perhimpunan

arkeologi amerika. Di kawasan asia perkembangan etnobotani dimulai pada

tahun 1920 melalui publikasi tumbuhan obat dan selanjutnya berkembang

hingga sekarang.

Seiring dengan perkembangannya, etnobotani dapat digunakan

mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional tentang pemanfaatan

tumbuhan untuk menunjang kehidupanya. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh

masyarakat tradisional yang dapat dikaji melalui studi etnobotani antara lain:

a. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan

b. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat-obatan

c. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan bangunan

d. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan upacara adat

e. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pewarna dan lain-lain.

Ruang lingkup etnobotani terus berkembang dan tidak hanya digunakan

untuk mengungkapkan pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan oleh

(30)

menyatakan bahwa ruang lingkup etnobotani sekarang ini meliputi:

1) Etnoekologi : menitik beratkan pada pengetahuan tradisional tentang adaptasi

dan interaksi di antara organisme, dan pengaruh pengelolaan tradisional

lingkungan alam terhadap kualitas lingkungan.

2) Pertanian tradisional : pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan

sistem pertanian serta pengaruh alam dan lingkungan pada tanaman dan

pengelolaan lahan.

3) Etnobotani kognitif : persepsi tradisional terhadap sumber daya alam

tumbuhan, rnelalui analisis simbolik dalarn ritual dan mitos, dan konsekuensi

ekologisnya. Organisasi dari sistern pengetahuan melalui studi

etnotaksonomi.

4) Budaya materi : pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan dan

produk tumbuhan dalarn seni dan teknologi.

5) Fitokimia tradisional : pengetahuan tradisional penggunaan tumbuhan dan

kandungan bahan kirnianya, contohnya sebagai bahan insektisida lokal dan

tumbuhan obat-obatan.

6) Paleoetnobotani : interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan

tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi.

Penelitian ini akan mengunakan studi etnobotani dengan ruang lingkup

etnobotani kognitif, dengan tema studi etnobotani pemanfaatan tumbuhan untuk

Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi

(31)

B.Tumbuhan upacara adat

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan

juga keanekaragaman kultural dan pengetahuan tradisionalnya. Keankeragaman

hayati dan juga pengetahuan tradisional ini dipadu menjadi suatu budaya yang

khas bagi setiap suku di Indonesia. Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan khas

setempat yang tidak terdapat di daerah lain, sehingga jenis pemanfaatannya pun

khas dan hanya terdapat pada daerah tersebut. Dalam hal ini adalah pemanfaatan

tumbuh-tumbuhan sebagai sarana atau alat dalam upacara adat.

Wahyuni, (2011) menyatakan bahwa tumbuhan upcara adat merupakan

tumbuhan yang digunakan dalam setiap upacara adat, jenis tumbuhan yang

digunakan berbeda-beda, baik spesies dan juga organ tumbuhan yang digunakan.

Jenis upacara adat berbeda-beda setiap daerahnya tergantung dari kultur buadaya

yang lahir, dipercaya dan dijalankan di daerah tersebut. Dan setiap daerah

memiliki lebih dari satu jenis upacara adat dengan tujuan yang berbeda pula,

dalam setiap upacara adat jenis tumbuhan yang digunakan bisa berbeda-beda

dan juga tidak menutup kemungkinan tumbuhan yang sama digunakan dalam

jenis upacara dengan tujuan yang berbeda.

Organ tumbuhan yang digunakan dalam upcara adat tidak terbatas pada satu

organ tumbuhan saja,tergantung dari jenis upcara dan bagaimana keyakinan

masyarakat setempat tentang tata cara pembuatan alat-alat upacara tersebut.

Tidak ada data tertulis tentang bagaimana awalnya tumbuh-tumbuhan tersebut

(32)

Sunjata, (1997) menyatakan fungsi dari setiap tumbuh-tumbuhan yang

digunakan dalam upacara tidak dapat digantikan, karena sudah terikat dengan

hukum adat yang apabila dilanggar akan medapatkan sangsi dari dewan adat

baik langsung maupun tidak langsung.

Upacara adat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok

masyarakat atau individu atas dasar keyakinan yang diwariskan secara

turun-temurun dengan sebuah tujuan tertentu baik tujuan nyata maupun tidak nyata,

yang dengan sangsi langsung berdasarkan peraturan adat yang berlaku juga

sangsi tidak langsung berupa ancaman dari kepercayaan yang dianut berupa

nasib buruk jika proses upacara tidak dilaksanakan. Upacara adat sendiri

memiliki banyak tujuan seperti untuk menyembuhkan penyakit yang diderita

seseorang, penghormatan terhadap roh nenek-moyang yang telah meninggal

dunia, permintaan akan keselamatan dan lain-lain.

Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung

kebudayaan tersebut (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997: 1). Walapun jenis dan

tujuan dari upacara adat tesebut adalah sama, namun tata cara pelaksanaan dan

juga bahan-bahan yang digunakan akan berbeda setiap daerahnya. Dan apa saja

alat yang dibutuhkan dalam setiap upacara adat tidak semua masyarakat pelaku

adat mengetahuinya secara menyeluruh. Hanya para pemimpin dan pelaku

adatlah yang mengetahui secara detail apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan

dalam setiap pelaksanaan upacara adat. Orang-orang yang terlibat dalam

(33)

(Koentjaraningrat, 1967: 241)

C.Suku Dayak Tunjung

Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu dari sekian banyak jenis sub-suku

Dayak yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan

Timur, tidak ada data resmi tentang Suku Dayak Tunjung. Dalam kehidupan

sehari-hari Suku Dayak Tunjung menggunakan bahasa daerah atau bahasa khas

Suku Dayak Tunjung untuk berkomunikasi dengan lawan biacara sesama Suku

Dayak Tunjung, atau Suku Dayak lainya yang masih memiliki keterkaitan baik

bahasa dan kebudayaan dengan Suku Dayak Tunjung, sehingga memungkinkan

terjadinya komunikasi dua arah dan tercapainya maksud dan tujuan dalam

komunikasi.

Untuk melakukan komunikasi dengan suku-suku lain, Suku Dayak Tunjung

menggunakan Bahasa Indonesia. Dewasa ini Suku Dayak Tunjung juga

menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari untuk

berkomunikasi, baik dengan sesama Suku Dayak Tunjung atau dengan lawan

bicara yang berbeda suku dan budayanya.

Dalam hal kebudayaan saat ini, Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada

tradisi dan budaya yang telah ada dan diwariskan turun-temurun secara lisan. Di

mana hukum dan aturan yang mengatur serta menjadi patokan dalam hubungan

kemasyarakatan adalah hukum adat, tentunya dengan masih berlakunya hukum

adat dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung maka secara tidak

(34)

oleh Suku Dayak Tunjung, Suku Dayak Tunjung sangat peduli terhadap hal-hal

disekitar mereka termasuk keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) beserta

kondisinya. Masyarakat Suku Dayak Tunjung yang masih berpegang pada adat

dan kebudayaan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat akan

mengusahakan semampu mereka tanpa harus diminta oleh pihak-pihak tertentu

dalam melakukan pelestarian terhadap SDA, salah satu faktornya adalah karena

kaitan erat antara SDA dan kebudayaan, serta Upacara-upacara Adat Suku

Dayak Tunjung. Kehidupan ekonomi Suku Dayak Tunjung ditopang oleh sektor

(35)

13 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis dan metode penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan

Taylor (1993: 30), Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang atau prilaku yang diamati. Menurut Prastowo (2012) metodologi

penelitian kualitatif mengutamakan kondisi sealamiah mungkin di lapangan

dalam proses pengamatan dan pengambilan data. Hakikat penelitian ini adalah

suatu penelitian atau kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah

lapangan, bukan dengan tujuan menguji atau membuktikan teori atau hipotesis.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif.

B.Subjek (informan) penelitian

Data atau informasi dalam penelitian kualitatif tidak akan didapatkan jika

tidak ada informan atau narasumber. Narasumber berperan penting dalam

pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dalam

penelitian ini, subjek penelitian adalah perorangan atau kelompok masyarakat

yang berasal dari Suku Dayak Tunjung. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi

(36)

1. Berasal Suku Dayak Tunjung.

2. Memiliki pengetahuan yang luas akan budaya Suku Dayak Tunjung, dimana

pengetahuan yang dimiliki diakui keabsahaanya.

3. Terlibat dalam kegiatan upacara adat dalam waktu yang lama

4. Pelaku Upacara adat atau tokoh adat

5. Memiliki pengaruh dalam kebudayaan Suku Dayak Tunjung dan juga dalam

kehidupan masyarakat.

Dari kriteria tersebut diatas maka dalam proses penelitian, peneliti

menetapkan beberapa informan primer dalam penelitian ini yaitu para pelaku

atau tokoh upacara adat dan tokoh ada, tsedangkan informan lainnya adalah

informan sekunder. Karena dalam pengamatan langsung di lapangan, diketahui

bahwa hampir semua pelaku upacara mengetahui seluk-beluk upacara, termasuk

tanaman apa yang digunakan. Sedangkan para tokoh adat lainnya tidak

semuanya menguasai atau memiliki pengetahuan secara menyeluruh tentang

upacara adat Suku Dayak Tunjung.

C.Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kabupaten Kutai Barat, Provinsi

Kalimantan Timur, dengan wilayah penelitian meliputi 2 kecamatan yaitu

Kecamatan Barong Tongkok dan Kecamatan Linggang Bigung. Sedangkan

spesifik kampung yang diteliti adalah Kampung Balok Asa, Kampung Linggang

Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung

Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Penelitian dilaksanakan pada

(37)

D.Data dan sumber data

Data dan sumber data dalam penelitian ini meliputi:

Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung

Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian

Sejarah Suku Dayak Tunjung  Tokoh adat

 Pelaku Upacara adat

 Dokumen dan

 Sumber lain yang relevan.

 Wawancara

 Observasi lapangan

 Telaah pustaka

 Telaah dokumen

 Dokumentasi

Kehidupan Sosial dan Budaya.

Hubungan antara Masyarakat dengan Lingkungannya.

Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara Adat.

Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian

Jenis Tumbuhan yang dimanfaatkan

1.Pelaku Upacara adat dan tokoh terkait lainnya yang relevan 2.Lingkungan dan

alam sekitar

Wawancara,

Observasi lapangan dan Dokumentasi Organ Tumbuhan yang

dimanfaatkan

Cara mendapatkan Organ tumbuhan

Pengunaan Organ Tumbuhan

E.Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan agar data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian terpenuhi. Dalam proses penelitian di lapangan, peneliti menggunakan

tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara, teknik observasi dan

teknik dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dari

sumber data berupa Pelaku Upacara Adat dan tokoh-tokoh masyarakat terkait

lainnya. Sedangkan teknik observasi dilakukan untuk mendapatkan data dari

(38)

proses Upacara Adat. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga

mengunakan tiga teknik sekaligus dalam mendapatkan data, yaitu teknik

wawancara, teknik observasi yang kemudian ditunjang dengan teknik

dokumentasi, agar data yang dihasilkan lebih akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

F. Analisis data

Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif tidak dapat dihitung secara

matematis, karena data yang dihasilkan berupa keterangan verbal (kalimat dan

kata). Menurut Prastowo (2013: 237), analisis data dalam penelitian kualitatif

pada hahikatnya adalah suatu proses. Dengan pengertian bahwa pelaksanaan

analisis data harus dimulai sejak tahap pengumpulan data di lapangan dan

kemudian dilakukan dengan lebih intensif setelah data terkumpul seluruhnya.

Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan

Analisis data sebelum terjun ke lapangan digunakan terhadap data hasil studi

yang sudah ada, dan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun

fokus penelitian dalam hal ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah

proses analisis data dilapangan yang akan dilakukan pada tahapan analisis data

berikutnya.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan

(39)

terjun langsung ke lapangan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan

kenyataan di lapangan dan tanpa perlakuan khusus terhadap sumber data, di

mana keadaan alamiah sumber data dipertahankan semaksimal mungkin. Data

harus dikumpulkan sebanyak mungkin untuk kemudian diolah pada tahap

analisis data selanjutnya. Dalam proses penelitian ini, penulis berhasil

mengumpulkan data yaitu 78 jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam

upcara adat Suku Dayak Tunjung, data yang terkumpul adalah data faktual tanpa

rekayasa.

3. Reduksi data

Reduksi data adalah proses di mana peneliti memproses data yang didapatkan

dari lapangan, data yang sudah ada masih berupa data mentah, sehingga pada

tahapan ini dilakukan pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengekstrakkan

data, dan juga penggabungan beberapa data terkait sehingga menjadi data yang

utuh untuk kemudian digunakan dalam proses selanjutnya. Dalam proses reduksi

data ini peneliti menyeleksi data, di mana data yang didapatkan tidak berkaitan

dengan fokus penelitian disingkirkan (diabaikan), tidak digunakan dalam proses

selanjutnya.

4. Penyajian data

Penyajian data merupakan tidak lajut terhadap data yang telah melewati tahap

reduksi data pada tahap sebelumnya, di mana data yang telah disusun

ditampilkan dengan bentuk penyajian data yang paling mudah dipahami.

Penyajian data memungkinkan diambil tindakan selanjutnya dan juga penarikan

(40)

penyajian data berupa teks naratif, grafik dan deskripsi. Dalam pemilihan

penggunaan model penyajian data, peneliti memilih 3 model penyajian data

diatas, kerena ketiganya merupakan model penyajian yang paling cocok dalam

menyajikan data dan mudah untuk dipahami.

5. Menarik kesimpulan/Verifikasi

Setelah data melewati tahap penyajian data, maka ditarik kesimpulan dari

data yang ada. Proses penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah proses di

mana data yang telah ada diambil intisarinya dan menjadi butir-butir informasi

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Informasi yang dihasilkan dapat

berupa deskripsi atau gambaran atas suatu objek. Dalam menarik kesimpulan,

peneliti mencari tahu tentang pola, tema, alur sebab-akibat, penjelasan, hal-hal

terkait yang sering muncul, hipotesis dan berbagai hal lainnya. Dalam proses

(41)

Bagan proses analisa data

Gambar 3.1 Bagan alur proses analisa data Langkah 1:

Analisis data sebelum terjun ke lapangan

Langkah 2:

Pengumpulan data

Langkah 3:

Reduksi data

Langkah 4:

Penyajian data

Langkah 5:

(42)

G.Instrumen penelitian

Pengumpulan data tentang pemanfaatan tumbuhan upacara adat suku Dayak

Tunjung di Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok,

Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan dengan

mengunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan, berdasarkan konsep pertanyaan yang telah disusun oleh

peneliti. Pertanyaan yang diajukan tidak bersifat Text-book namun disesuaikan

dengan alur pembicaraan, di mana proses wawancara sepenuhnya berpegang

teguh pada poin-poin permasalahan yang telah disiapkan sebelumnya.

Penggunaan bahasa dalam pengambilan data disesuaikan dengan kondisi

narasumber atau sumber data dilapangan, sumber data yang mampu

berkomunikasi mengunakan bahasa indonesia secara lancar maka bahasa

indonesia yang digunakan. Pada sumber data yang tidak mampu berbahasa

indonesia dengan lancar, untuk memudahkan proses komunikasi maka peneliti

menggunakan bahasa daerah dalam proses wawancara. Adapun poin-poin yang

ditanyakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan

No Poin pertanyaan Tujuan

1 Bagaimana sejarah suku Dayak Tunjung? Untuk mengetahui

tentang sejarah suku Dayak Tunjung

2 Bagaimana kehidupan sosial dan budaya

suku Dayak Tunjung?

(43)

No Poin pertanyaan Tujuan

3 Adakan perbedaan antara kehidupan sosial

dan budaya suku Dayak Tunjung jaman dahulu dan sekarang?

Untuk mengetahui perkembangan kehidupan sosial dan budaya Suku Dayak Tunjung, apakah ada pengaruhnya terhadap proses upacara adat dan bahan yang digunakan dalam upacara, serta pengaruhnya bagi lingkungan sekitar.

4 Bagaimana keadaan lingkungan sekarang

menurut pandangan suku Dayak Tunjung? (pertanyaan akan dikembangkan dilapangan berdasarkan jawaban narasumber).

Untuk mengetahui pandangan suku Dayak Tunjung terhadap keadaan lingkungan sekitar

5 Adakah aturan tertentu yang diberlakukan suku Dayak Tunjung dalam rangka pelestarian lingkungan? Apakah aturan tersebut merupakan regulasi wajib yang harus ditaati oleh suku Dayak Tunjung dalam melakukan interaksi dengan lingkungan?

Untuk mengetahui bagaimana suku Dayak Tunjung melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar beserta peraturan setempat. Mengetahui upaya yang Suku Dayak Tunjung ambil dalam menghadapi keadaan lingkungan yang semakin rusak.

Dalam melakukan kegiatan upacara adat, jenis tumbuhan apa saja yang digunakan oleh suku Dayak Tunjung?

Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam pelaksanaan upacara adat.

6 Dalam melakukan upacara adat yang

tentunya memiliki tujuan yang berbeda-beda, Organ tumbuhan apa saja yang digunakan?

Untuk mengetahui Organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat suku Dayak Tunjung.

(44)

No Poin pertanyaan Tujuan

Tumbuh-tumbuhan dalam pelaksanaan upacara adat suku Dayak Tunjung? Apaka dibutuhkan upacara khus untuk

mendapatkan organ tumbuhan, apakah semua masyarakat Suku Dayak Tunjung atau hanya orang tertentu saja yang dapat mengambil tumbuhan upacara tersebut?

bagaimana cara Suku Dayak Tunjung mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat.

8 Bagaimana penggunaan organ tumbuhan

dalam upacara adat suku Dayak Tunjung?

(45)

Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur

No

Nama

Famili

Organ yang digunakan

Cara penggunaan

Sumber prolehan

Ketersediaan di lapangan

(46)

H.Alat-alat penelitian

Dalam proses perekaman data di lapangan, peneliti menggunakan beberapa

alat untuk menunjang proses perekaman data di lapangan. Alat-alat yang

digunakan berupa media dokumentasi yang terdiri dari: kamera DSLR yang

digunakan untuk merekam video dan pangambilan gambar, telepon genggam

dan tablet yang digunakan untuk perekaman suara. Selain alat-alat dokumentasi,

dalam proses penelitian dan perekaman data, peneliti juga menggunakan

alat-alat tulis yang terdiri dari buku, pensil, spidol, polpen dan lain-lain untuk

mencatat hasil dari proses penelitian dan perekaman data.

Pada tahap proses wawancara dengan narasumber, peneliti juga menggunakan

instrumen penelitian berupa daftar poin-poin pertanyaan dan lembar perekaman

data, hal ini dimaksudkan agar proses wawanacara dapat berjalan dengan lancar,

dan semua data yang dibutuhkan dari informan terkumpul secara runtut dan

lengkap, karena pertanyaan disampaikan mengikuti alur poin pertanyaan yang

(47)

I. Bagan alur penelitian

Mulai

Mencari dan menentukan masalah penelitian

Studi litelatur Menentukan fokus dan rumusan masalah

Menentukan tujuan penelitian Menyusun kajian pustaka

Menentukan metode penelitian

Menyusun waktu dan lokasi penelitian

Menyusun panduan pengambilan data

Menentukan alat-alat yang digunakan Pengurusan izin penelitian

Penelitian lapangan

Analisis data Pengumpulan

data

Data lengkap? Ya/tidak Tidak Reduksi data Penyajian data Penarikan kesimpulan dan saran Ya Selesai

(48)

26 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Daerah penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat, yang merupakan

tempat berdomisili Suku Dayak Tunjung. Kabupaten Kutai Barat merupakan

sebuah kabupaten yang terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, luas

wilayah setelah pemekaran 16,314 km2, dengan topografi lahan landai,

bergelombang dan curam.

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat menurut Soil Taxonomi

USDA, tergolong kedalam jenis tanah Ultisol, Entisol, Histosol, Incepticol dan

Mollisol, menurut data Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah yang

teradpat di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvial,

Andosol dan Renzina. Kabupaten Kutai Barat memiliki karekteristik iklim hutan

tropika humida, di mana dengan iklim hutan tropika humida, tidak terdapat

perbedaan yang jelas antara muasim kemarau dan musim hujan. Curah hujan

tahunan di Kabupaten Kutai Barat berkisar antara 1000 – 3000 mm/tahun, di

mana curah hujan cukup tinggi pada bulan Oktober hingga bulan April. Suhu

rata-rata di Kabupaten Kutai Barat berkisar di 260 C, dengan perbedaan suhu

antara siang dan malam mencapai 5 – 7 0C.

Kabupaten Kutai Barat secara administratif memiliki 16 kecamatan yaitu

Kecamatan Bongan, Kecamatan Jempang, Kecamatan Penyinggahan,

Kecamatan Muara Pahu, Kecamatan Muara Lawa, Kecamatan Damai,

(49)

Kecamatan Bentian Besar, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Nyuatan,

Kecamatan Siluq Ngurai, Kecamatan Manor Bulatn, Kecamatan Sekolaq Darat

dan Kecamatan Tering. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Barat masih

didominasi oleh hutan hujan tropis dengan kekayaan keanekeragaman hayati

yang komplek, dari tumbuh-tumbuhan Anggrek Hitam menjadi tumbuhan khas

Kabupaten Kutai barat, sedangkan dari jenis binatang diwakili oleh Berung

Madu, Macan Dahan, Ikan Pesut dan Burung Rangkong.

Penelitian ini dilakukan meliputi 6 Kampung yang termasuk kedalam 2

Kecamatan yang berbeda, dimana Kampung Balok Asa termasuk kedalam

wilayah Kecamatan Barong Tongkok, sedangkan Kapung Linggang Bigung,

Kampung Linggang Amer, Kampung Linggang Mapan, Kampung Melapeh

Lama dan Kampung Bigung Baru termasuk kedalam wilayah Kecamatan

Linggang Bigung. Kapung Balok Asa didominasi oleh Sub-Suku Dayak

Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung Tengah/Tonyoi, sedangkan 5 kapung

lainnya yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Linggang Bigung

didominasi oleh Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung

Rentenungk. Perbedaan ini tidak banyak mempengaruhi bidang budaya

khususnya upacara adat. Upacara adat Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku

Dayak Tunjung Rentenungk masa kini adalah sama, karena telah terjadi

(50)

Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian

Tidak ada data maupun fakta yang dapat dijadikan data otentik kapan

terjadinya peleburan budaya ini, hal ini tidak lepas dari proses perkawinan antar

suku dan interaksi berkesinambungan antara kedua suku tersebut. Proses

(51)

kedua suku, di mana pelaku upacara adat dari Suku Dayak Tunjung Tonyoi

dapat memimpin upacara adat Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan sebaliknya.

B.Suku Dayak Tunjung

Suku Dayak Tunjung meliputi beberapa Sub-Suku yang berdomisili di

Kabupaten Kutai Barat dan tidak ada batasan tertulis mengenai Suku mana saja

yang menjadi bagian dari Suku Dayak Tunjung, dalam penelitian ini peneliti

memfokuskan penelitian terhadap dua Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Dayak

Tunjung Tonyoi dan Dayak Tunjung Rentenungk.

Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah Suku dayak yang berdomisili di wilayah

Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa

Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan

Asa. Sedangkan Suku Dayak Tunjung Rentenungk adalah Suku Dayak yang

berdomisili di dataran Linggang yang meliputi wilayah Desa Linggang Bigung,

Desa Linggang melapeh, Desa Linggang Amer, Desa Kebut, Desa Bigung Baru,

Desa Melapeh Baru, Desa Linggang Mapan, Desa Tering dan Desa Muara

Lebandan Desa Mujan.

Data tertulis mengenai sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku Dayak

Tunjung Rentenungk masih sanggat sedikit dan akurasi data tersebut masih perlu

diverifikasi kembali, hal ini merupakan permasalahan utama yang dihadapi

dalam melakukan penelitian ini. Data-data yang ada hanya berupa data lisan dari

beberapa sumber yang kemudian diperkuat dengan keterangan yang

(52)

dilapangan adalah para Pemuka Adat, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat dari

Suku Dayak Tunjung Sendiri.

Sejarah mengenai Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah permasalahan besar

dalam penelitian ini untuk mengetahui asal-usul terciptanya kebudayaan mereka,

tidak ada data akurat yang dapat menjadi acuan mengenai sejarah Suku Dayak

Tunjung Tonyoi. Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, ada banyak

sekali persepsi tentang sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Suku Dayak

Tonyoi adalah penduduk asli dari wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa,

Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau

Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Dari data dilapangan, hanya ada

satu pernyataan mengenai asal-usul Suku Dayak Tonyoi. Pernyataan-pernytaan

ini menunjuk pada satu kesimpulan yaitu Suku Dayak Tonyoi berasal dari

“Dewa”, sejenis orang pada masa lalu yang dikenal dengan nama Tulur Aji

Jangkat, yang kemudian bermukim di daerah yang terletak di kawasan

Kecamatan Melak, darah ini dikenal dengan nama Sentawar. Dari Sentawar,

kemudian keturunan dari Tulur Aji Jangkat kemudian menyebar dan mendiami

daerah-daerah baru dan menetap disana hingga sekarang.

Berbeda dengan pandangan yang mengacu pada kesimpulan tunggal tentang

sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi, ada tiga pandangan berbeda tentang

sejarah Suku Dayak Tunjung Rentenungk atau yang dikenal pula sebagai Suku

Dayak Tunjung Linggang. Pandangan pandangan tersebut menghasilkan tiga

(53)

pandangan-pandangan tersebut menjadi tiga kesimpulan utuh. Dari hasil

penelitian di dilapangan, data tertulis tentang Suku Dayak Rentenungk juga tidak

memadai ketersediaannya. Dalam hal ini data hanya diperoleh melalui metode

wawancara secara menyeluruh terhadap narasumber yang mewakili setiap

lapisan masyarakat.

Padangan pertama menghasilkan kesimpulan bahwa Suku Dayak Rentenungk

bukanlah suku asli dari dataran Linggang melainkan berasal dari bagian hulu

sungai Mahakam, dan merupakan perpecahan dari Suku Dayak Penihing atau

Oaheng. Pandangan ini diperkuat dengan kesamaan pandangan dari para

Antropolog yang telah melakukan penelitian tentang Suku Dayak Tunjung

Linggang. Nieuwenhuis (1994), Mallinkrodt (1928), Sellato (1989), Coomans

(1987), Boyce (1986), dan Rosseau (1990) berpandangan bahwa suku Dayak

Tunjung Rentenungk merupakan Suku yang berpindah dari daerah perhuluan

sungai Mahakam. Diperkirakan bahwa Suku Dayak Rentenungk merupakan

bagian dari Suku Penihing yang terdesak oleh suku Dayak Bahau dam kemudian

bermigrasi dari daerah Apau Kayan di bagian utara Kalimantan Timur (sekarang

Kalimantan Utara), sekitar tahun 1700 – 1750.

Pernyataan kedua menyatakan bahwa Suku Dayak Rentenungk adalah Suku

asli dari dataran Linggang, hal ini merupakan pendapat dari masyarakat Suku

Dayak Rentenungk Linggang sendiri berdasarkan legenda dan cerita yang

berkembang secara turun temurun. Legenda tersebut menyatakan bahwa Suku

Dayak Rentenungk merupakan turunan dari delapan bersaudara sakti yang

(54)

bakal Suku rentenungk, dalah legenda ini menunjukan kenapa adanya persamaan

budaya antara Suku Dayak Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi.

Dikatakan bahwa keturunan anak angkat dari delapan bersaudara tersebut yang

dikenal dengan nama Tulur Aji Jangkat, kemudian menjadi menjadi Suku Dayak

Tonyoi. Sedangkan keturunan asli dari delapan bersaudara tersebutlah yang

menjadi Suku dayak Rentenungk.

Pandangan ketiga mengatakan bahwa Suku Dayak Tunjung Rentenungk

merupakan suku yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah, yang bermigrasi

ke dataran Linggang melalui perhuluan sungai Mahakam. Hal ini tentunya

berhubungan dengan pandangan pertama, dimana pandangan tersebut

menyebutkan bahwa Suku dayak Rentenungk berasal dari perhuluan sungai

Mahakam.

(55)

Sistem perekonomian Suku Dayak Tonyoi dan Rentenungk ditunjang oleh

sektor pertanian tradisional, dimana sistem perladangan tradisional memenang

peran penting dalam kehidupan ekonomi. Pada tahun 1988-1997 perkebunan

karet mulai diperkenalkan kepada Suku Dayak Tunjung, dan kemudian perlahan

sistem perladangan tradisional mulai ditinggalkan. Pada masa sekarang ini,

perekonomian Suku Dayak Tunjung ditunjang oleh perkebunan karet.

Flora dan fauna yang sangat melimpah dalam kehidupan Suku Dayak

Tunjung menyebabkan kehidupan Suku Dayak Tunjung sangat bergantung

dengan lingkungan sekitar dalam kesehariannya. Masyarakat Suku Dayak

Tunjung sejak dahulu sangat memperhatikan keadaan alam sekitar dan

bagaimana memanfaatkannya. Tata-cara pemanfaatan sumber daya alam diatur

dalam hukum adat dan diwariskan turun-termurun secara lisan. Aturan-aturan

tersebut berkaitan tentang tata cara membuka lahan pertanian, pengaturan batas

lahan, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, tata-cara

berburu dan lain-lain.

Kebudayaan Suku Dayak Tunjung berhubungan erat dengan kepercayaan

mereka, dimana Suku Dayak Tunjung percaya bahwa terdapat Roh-Roh dan

Dewa-dewa yang mengarahkan kehidupan mereka menuju kemakmuran dan

keselamatan. Untuk memberikan penghormatan terhadap roh dan dewa tersebut,

maka lahir lah upacara-upacara adat. Hampir semua jenis tumbuhan yang

digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung dipercaya merupakan

(56)

mana para Pelaku Upaca Adat dipercaya mampu berkomunikasi dengan dewa

dan roh-roh yang menjadi kepercayaan mereka.

Kepercayaan ini juga mempengaruhi sistem dan hukum adat yang berlaku, di

mana hukuman atas tidakan pelanggaran dibagi menjadi menjadi dua. Pertama

yaitu hukuman langsung berupa denda materil dan atau bisa berupa pencabutan

atas hak-hak yang dijatuhkan oleh dewan adat. Kedua, yaitu hukuman tidak

langsung atas pelanggaran yang dilakukan terhadap lingkungan sektar atau

kepada anggota masyarakat lainnya, di mana kesalahan tidak memiliki cukup

bukti bagi dewan adat untuk menjatuhkan sanksi, maka hukuman yang akan

diterima oleh yang bersangkutan adalah langsung oleh para roh dan dewa

kepercayaan Suku Dayak Tunjung.

C.Jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam proses pelaksanaan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung

Dalam proses penelitian dilapangan, penelitian ini berhasil mendata 78 jenis

tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam kegiatan upacara

adat (Tabel 4.1). Untuk mendapatkan data jenis-jenis tumbuhan yang digunakan

dalam proses upacara adat, peneliti melakukan wawancara terhdapat 7 informan

primer,dari 7 informan primer tersebut 5 diantaranya adalah pelaku upacara adat

dan sisanya merupakan pemuka adat Suku Dayak Tunjung. Untuk memperkuat

keakuratan data, peneliti juga melakukan wawancara terhadap 50 informan

sekunder, yang merupakan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang memiliki

pemahaman tentang proses upacara adat ataupun sering terlibat dalam

(57)

Terdapat beberapa tumbuhan yang identik, yang digunakan dalam upacara

adat Suku Dayak Tunjung, namun fungsi dari tumbuhan tersebut dalam upacara

tidak dapat digantikan satu dengan yang lain.

Dari 78 jenis tumbuhan yang berhasil di data, 71 tumbuhan merupakan

bagian dari divisi Magnoliophyta, dan 1 tumbuhan dari devisi Pteridophyta.

Devisi Magnoliophyta terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Magnoliopsida dengan

36 jenis tumbuhan, dan kelas Liliopsida terdiri dari 35 jenis tumbuhan. Devisi

Pteridophyta terdiri dari 1 kelas yaitu Pteridopsida. Jenis tumbuhan yang

berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini terdiri dari Dari 23 ordo yang

berbeda, 72 jenis tumbuhan berhasil identifikasi hingga tingkat famili (Tabel

4.1), 53 jenis tumbuhan berhasil di indentifikasi hingga tingkat spesies. Tidak

semua jenis tumbuhan berhasil didata hingga tingkat spesies, hal ini disebabkan

(58)

Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi

No FAMILI Jumlah

1. Musaceae 3

2. Cannabaceae 2

3. Moraceae 5

4. Zingiberaceae 6

5. Agavaceae 1

6. Euphorbiaceae 3

7. Arecoideae 1

8. Poaceae 9

9. Lauraceae 1

10. Urtiaceae 1

11. Rubiaceae 3

12. Apocynaceae 2

13. Fabaceae 1

14. Arecaceae 11

15. Acanthaceae 1

16. Polypodiaceae 2

17. Asteraceae 2

18. Melastomataceae 1

19. Cyperaceae 1

20. Piperaceae 2

21. Meliaceae 1

22. Sapindaceae 2

23. Leguminosae 2

24. Rhizophoraceae 1

25. Bromeliaceae 1

26. Lamiaceae 2

27. Moreceae 1

28. Loranthaceae 1

29. Marantaceae 2

30. Menispermaceae 1

31. Tidak teridentifikasi 6

(59)

(Istilah dalam proses upacara dan jenis dari masing-masing proses upacara adat dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4)

No Nama

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan

Jenis dan sumber perolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara Tujuan Upacara Daerah Umum Ilmiah

1. Jojot Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Daun, Batang, Akar

Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media

penyampaian mantra.

Liar Melimpah Papat Penyembuhan, hajatan

2. Sempat - - Zingiberacea

e

Batang dan akar Dijadikan patung Liar Melimpah Beliant Loangan

(Mantir)

Penyembuhan

3. Juangk Hanjuang

Merah

Cordyline terminalis L

Agavaceae Daun - Dijadikan media penyampian mantra dalam upacara adat

- Dijadikan Pengumak

Budiadaya Kurang Beliant Semur,

Beliant Ba wo, Beliant Sentiu, Beliant Kencong

Penyembuhan dan hajatan

4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Daun, Batang,

Akar

Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media

penyampaian mantra.

Budidaya Melimpah Semua Upacara

Adat

-

5. Nancangk Mahang Macaranga

mappa

Euphorbiacea e

Batang, Kulit batang dan Daun

Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas dalam

meletakan sesaji pada balai.

Liar Melimpah Timeq, Papat Penyembuhan

6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Buah dan Daun Buah dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain

sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dll.

Budidaya Melimpah Semua Upacara

Adat

-

7. Tabak - - Poaceae Akar Dibakar dan dijadikan media

perantara antara pelaku upacara dengan alam sekitar.

Budidaya/liar Kurang Semua Upacara Adat

-

8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Batang Dijadikan media tempat memasak

sesaji, dan dijadikan media dalam upacara adat

Liar Melimpah Semua Upacara

Adat

-

9. Gaka

malongk

- - - Batang Dijadikan tali pengikat dalam

pembuatan alat-alat upacara

Liar Melimpah Papat, Pakant

Talunt

(60)

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara Daerah Umum Ilmiah

10. Cahai Kunyit Curcuma

domestica

Zingiberacea e

Umbi Dijadikan pewarna dalam pembuatan media upacara adat

Budidaya Melimpah Semua Upacara

Adat

-

11. Lejaq Jahe Zingiber

officinale

Zingiberacea e

Umbi Dijadikan bumbu dalam pembuatan sesaji upacara

Budidaya Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan

perlindungan & keselamatan

12. Teliant Ulin Eusideroxylon

zwageri

Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang balai dalam upacara adat

Liar Langka Papat, Ha jat Penyembuhan, Permintaan

akan suatu tujuan kpd alam

13. Ntugaq - - - Batang dan Daun Dijadikan patung dan juga tempat

menggantungkan ancak disetiap sudut balai

Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan

perlindungan & keselamatan

14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Dijadikan tali pengikat dalam

pembuaran media upacara, jeak.

Liar Melimpah Papat, Pakant

Talunt. Dll.

-

15. Tokongk - Amomum

aculeatum

Zingiberacea e

Batang dan akar Dijadikan bahan pembuatan Balai, rempah sesaji.

Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan

16. Kuayant Bambu Bambusa

arundinacea

Poaceae Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu Pentabisan dan perkenalan dengan alam

17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Batang Dijadikan Tiang pusat tari

upacara

Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont Penyembuhan, pemeliharaan hubungan

dengan alam 18. Pangir/Bung

aq

- Morinda sp. Rubiaceae Bunga Media dalam menyampaikan

“berkat” upacara kepada objek

upacara

Liar/Budidaya Kurang Semua Upacara Adat

-

19. Pujaq - - Apocynaceae Daun Digunakan sebagai pewarna

atribut upacara

Liar/Budidaya Langka Semua Upacara Adat

-

20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Dijadikan Jampiq Liar/Budidaya Langka Papat, Kenu,

Banyungk

Penyembuhan, permintaan, perkenalam dengan alam

21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Digunakan untuk mengikat dalam

pembuatan balai

Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan

22. Gai pelas Rotan Calamus

penicillatus Roxb

Arecaceae Batang Digunakan untuk

menggantungkan subbai

Liar Kurang Melas Pentabisan & perkenalam

kpd alam

23. Harump - - Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budidaya Kurang Beliant Mantir Penyembuhan

24. Komat Puring hijau Codiaeum variegatum.

Euphorbiacea e

(61)

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara Daerah Umum Ilmiah

25. Ngkapaq Paku sarang burung

Asplenium nidus Polypodiacea e

Daun Dijadikan anjat dalam upacara adat

Liar Melimpah Beliant Ba wo Penyembuhan

26. Muungk/He mungk

Sembung Blumea

balsamifera

Asteraceae Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan

27. Kuncengk Heredong Melastoma affine

Melastomata ceae

Bunga Dijadikan minuman bagi pelaku upacara yang mengalami

kesurupan.

Liar Melimpah Beliant Sentiu Penyembuhan

28. Peridangk

Gambar

Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung
Gambar 3.1 Bagan alur proses analisa data
Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan
Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk menggali dan mendeskripsikan berbagai kearifan local suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa jumlah spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat suku Dayak Pesaguan Kecamatan Tumbang

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar tanaman obat memiliki fungsi untuk menyembuhkan lebih dari satu penyakit sehingga jenis penyakit yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi Tumbuhan yang ada pada Tradisi Nimbuk suku Dayak di Halong, Mencari kegunaan tumbuhan tersebut bagi

Berdasarkan data hasil wawancara awal menunjukkan bahwa pengetahuan dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai pangan pada masyarakat suku Dayak Tamambaloh pada saat ini

Kemudian motif yang menjadi sampel penelitian terkait diambil langsung dari pakaian adat yang masih digunakan oleh Masyarakat Suku Dayak Kenyah tepatnya di Desa

Sebagai salah satu folklor lisan yang ada di Kabupaten Kutai Barat, cerita Tulur Aji Jangkat hadir di tengah-tengah masyarakat Dayak sebagai alat pemersatu

Pemanfaatan tumbuhan pangan oleh masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Desa Pak Mayam digolongkan ke dalam beberapa kelompok yaitu buah-buahan yang mempunyai