• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap peserta didik kelas VII SMP PGRI 3 Kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap peserta didik kelas VII SMP PGRI 3 Kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015)."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu upaya dalam memberdayakan suatu bangsa adalah melalui pendidikan. Sebagai ujung tombak perubahan, pendidikan mempunyai peran

untuk mengoptimalisasi potensi individu agar dapat berkembang dan mewujudkan diri sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Pendidikan juga merupakan proses pembentukan manusia dengan mewujudkan sebuah sistem yang manusiawi untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki. Secara umum, tujuan pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan individu atau peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal sehingga individu atau peserta didik dapat mewujudkan diri dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhannya sebagai seorang pribadi dan kebutuhan sebagai anggota masyarakat.

Tanggung jawab merupakan aktualisasi dan perwujudan dari sikap sadar manusia. Jika manusia melakukan suatu hal dengan resiko dan penyelesaian masalahnya dilakukan dalam keadaan tidak sadar, baik sakit atau pengaruh obat – obatan maka tidak dapat dikatakan sebagai manusia yang bertanggungjawab. Sadar memiliki pengertian mengetahui dan mengingat sehingga kesadaran dapat didefinisikan sebagai pemahaman dan rasa ingin tahu manusia terhadap hal yang benar baik terkait sikap dan perbuatannya. Kesadaran manusia sangat berkaitan erat dengan hati nurani dan pikiran yang terbuka serta mau menerima sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan serta hal–hal yang benar.

Untuk itulah seorang anak dalam proses pendidikan baik formal maupun non formal perlu dilatih agar memiliki rasa tanggung jawab. Karakter tanggung

(2)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk kehidupan sendiri baik secara fisik, emosional, intelektual dan spiritual (www.goodcharacter.com, 2012, hlm. 1).

Kurangnya tanggung jawab dalam diri individu akan membawa pada beragam bentuk perilaku negatif seperti pelanggaran disiplin, kenakalan remaja, inferioritas, serta perilaku kurang normatif lainnya. Terlebih dengan banyaknya fasilitas yang memungkinkan individu khususnya remaja di era sekarang ini untuk

melakukan beragam tindakan yang kurang bertanggungjawab.

Sebanyak 14 pelajar di Kabupaten Bantul terjaring razia petugas saat bolos sekolah, Kamis (18/11). Enam peserta didik diantaranya bahkan didapati petugas dalam kondisi mabuk di sekitar komplek makam Imogiri. Setelah diberi pengarahan mereka dikembalikan ke sekolah masing-masing. Razia digelar di Kecamatan Bantul dan Imogiri (liputan6.com, 2012, hlm. 1).

Perilaku kurang bertanggungjawab lainnya ditunjukkan oleh ratusan peserta didik Sekolah Menengah Atas 2 Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (23/2) petang, terlibat tawuran. Mereka saling melempar batu dengan Satuan Polisi Pamong Praja. Belasan aparat Satpol PP sempat menyerang dan memburu peserta didik ke dalam sekolah (liputan6.com, 2012, hlm. 1).

Situs legalinfo-online.com (2011, hlm. 1) mencatat bahwa kurangnya kasih sayang orang tua, konflik parental berkelanjutan dan minimnya supervisi dari orang tua memiliki pengaruh sekitar 76% terhadap kecenderungan drug abuse pada remaja. Remaja dengan supervisi yang minim diharapkan dapat lebih

self-reliant atau bergantung pada diri sendiri, unsur utama dari reliansi diri

tersebut adalah akuntabilitas yang mengarah pada kemampuan individu untuk bertanggungjawab terhadap konsekuensi dari segala tindakan yang diperbuatnya.

Peserta didik sekolah menengah pertama merupakan peserta didik yang berada pada tahap perkembangan remaja awal (13-15 tahun). Tahap

(3)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

arus pergaulan kemudian terlibat pada berbagai perilaku kurang bertanggungjawab.

Datang terlambat ke sekolah, ketidakjujuran dalam mengerjakan ujian (mencontek), tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak ikut serta dalam giliran piket kelas, mengobrol atau tidur ketika guru menjelaskan dan banyak bentuk perilaku lainnya merupakan imbas

dari berkurangnya nilai-nilai karakter mulia dalam diri peserta didik, salah satunya adalah tanggung jawab (Rasyidah, 2012: dalam www.umdigitallibrary.um.ac.id, hlm. 14).

Hal ini sejalan dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP PGRI 3 Kota Bandar Lampung. Hasil wawancara terhadap guru bimbingan dan konseling serta hasil studi dokumentasi terhadap catatan kejadian di SMP PGRI 3 Kota Bandar Lampung, menunjukkan bahwa sikap kurang bertanggung jawab yang dilakukan peserta didik di sekolah yang seringkali dikeluhkan wali kelas dan guru mata pelajaran adalah tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas sekolah lain yang diberikan guru. Sementara itu bentuk kurangnya tanggung jawab juga tercermin dari semakin meningkatnya angka perilaku peserta didik yang kurang diinginkan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas seperti mengobrol saat guru menjelaskan, tidur di kelas, mencontek saat ulangan, dan menyalin pekerjaan rumah milik teman.

Dalam proses pembelajaran sudah menjadi keharusan bagi seorang pendidik memberikan tugas rumah kepada peserta didik dengan tujuan agar pada saat dirumah peserta didik kembali membuka pelajaran yang dipelajari di kelas. Namun, kenyataannya pekerjaan rumah ini terkadang menjadi pekerjaan sekolah,

dalam artian peserta didik kadang mengerjakan tugasnya disekolah bersama teman-temannya. Terkadang bahkan peserta didik tidak mengerjakan pekerjaan

(4)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesadaran peserta didik akan tanggung jawab harus digugah. Peserta didik harus sadar akan perannya sebagai pelajar dan itu berarti bertanggung jawab dalam setiap hal yang terkait tugas seorang pelajar, termasuk ketika diberikan tugas rumah, maka peserta didik harus mengerjakannya tanpa alasan apapun.

Satu-satunya cara mengajari peserta didik untuk bertanggungjawab adalah dengan memberikan tanggung jawab kepadanya. Namun, untuk mengajari

bagaimana bertanggungjawab tidak hanya menuntut pengetahuan yang mendetail mengenai karakteristik peserta didik tertentu namun juga memerlukan waktu. Akan lebih sulit apabila peserta didik harus berhadapan dengan kelompok atau orang dewasa yang memiliki komitmen atau prioritas lain. Orang dewasa perlu mengambil sedikit waktu untuk mempertimbangkan kebutuhan individual peserta didik dan memberikan supervisi serta perhatian terhadap orang-perorang jika dibutuhkan. Tanggung jawab diajarkan secara gradual, langkah demi langkah, disesuaikan dengan kebutuhan khusus masing-masing peserta didik, hal ini dilakukan untuk menghindarkan peserta didik dari kegagalan memikul tanggung jawab yang bisa jadi berbahaya. Tanggung jawab yang diajarkan pada peserta didik haruslah sesuai dengan porsi mereka, apabila berlebihan maka akan membawa pada kecemasan dan bahkan kegagalan coping (Mashudi, 2012, hlm. 85).

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa layanan bimbingan dan konseling di sekolah juga turut berperan penting dalam mendukung pengembangan tanggung jawab peserta didik.

Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa upaya yang dapat

dilakukan konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling untuk mengembangankan tanggung jawab dalam diri peserta didik, salah satunya adalah

(5)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling serta studi dokumentasi terhadap program bimbingan dan konseling SMP PGRI 3 Kota Bandar Lampung, diperoleh keterangan bahwa belum ada program bimbingan dan konseling yang secara khusus ditujukan untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik, baik dalam bentuk bimbingan kelompok, konseling kelompok, maupun konseling individual.

Sejauh ini guru bimbingan dan konseling di SMP PGRI 3 Kota Bandar Lampung hanya memberikan bimbingan klasikal yang sifatnya informatif tentang pendidikan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pelajar pada umumnya, tanpa membahas bagaimana peserta didik dapat mempelajari dan mengembangkanya.

Mengingat adanya fakta bahwa, guru bimbingan dan konseling memiliki tanggung jawab etis untuk memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial dan akademik seluruh peserta didik sampai level tertinggi melalui layanan bimbingan dan konseling yang bermutu dan tepat sasaran (ASCA, 2004; dalam Castro, Johnson, & Smith, 2011, hlm. 2). Dalam hal ini memfasilitasi pengembangan tanggung jawab peserta didik turut menjadi bentuk implikasi tanggung jawab etis guru bimbingan dan konseling terhadap peserta didik.

Untuk dapat memberikan layanan bermutu dan tepat sasaran seperti yang diharapkan, guru bimbingan dan konseling tidak hanya dituntut untuk memiliki profesionalisme tapi juga pengetahuan dan keterampilan yang memadai seputar pendekatan, teknik dan metode bimbingan dan konseling. Pendekatan yang telah teruji efektif tentunya akan sangat membantu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang difokuskan untuk menangani berbagai permasalahan peserta didik,

baik yang sifatnya akademik maupun non-akademik.

Kurangnya tanggung jawab peserta didik terkait pengerjaan tugas sekolah

berupa pekerjaan rumah dapat diatasi melalui layanan bimbingan yang sifatnya preventif developmental. Layanan bimbingan yang sifatnya preventif developmental dipandang sesuai karena pengembangan tanggung jawab bukan

(6)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanggung jawab tinggi agar tetap dapat mempertahankan karakter mulia tersebut dalam dirinya, sehingga menjadi karakter permanen yang sifatnya menetap sepanjang hayatnya.

Layanan bimbingan tersebut dilakukan dalam suatu setting kelompok kecil, sehingga disebut sebagai bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik dapat menjadi salah satu bentuk

layanan dasar atau kurikulum bimbingan dalam program bimbingan dan konseling Dari sekian banyak teknik dalam bimbingan kelompok, salah satu teknik yang dipandang sesuai untuk memfasilitasi pengembangan tanggung jawab adalah teknik storytelling atau pembacaan cerita. Alasan pemilihan teknik ini mengacu pada beberapa pertimbangan antara lain: (1) upaya pengembangan tanggung jawab bagi anak dan remaja dapat dilakukan dengan cara memberikan teladan yang baik dan menginspirasi (Miller, 2009, hlm. 18), storytelling merupakan teknik yang mengakomodasikan kemampuan bercerita, dengan kemampuan memberikan contoh serta model peran tertentu dalam diri suatu tokoh terhadap pendengar cerita tersebut, dengan demikian diharapkan peserta didik dapat mempelajari suatu tertentu dari tokoh dalam cerita yang dibacakan, tokoh yang memiliki tanggung jawab dapat menginspirasi peserta didik untuk memiliki dan mengembangankan tanggung jawab dalam dirinya; (2) teknik storytelling dapat digunakan untuk mentransmisikan insight, nilai-nilai dan standar perilaku, melalui penggunaan metafor, selain itu teknik storytelling dapat digunakan untuk mengembangkan minat sosial serta kesadaran sosial konseli sehingga membuat konseli lebih mampu bertanggung terhadap dirinya dan lingkungannya (O’brien, 1992; dalam Erford et al, 2010, hlm. 48); (3) beberapa penelitian sebelumnya

menunjukkan keberhasilan penggunaan teknik storytelling dalam meningkatkan berbagai macam karakter dan sifat mulia (virtues) dalam diri peserta didik pada

beragam jenjang pendidikan. Dari beragam teknik bimbingan kelompok teknik storytelling merupakan salah satu teknik yang memiliki track record positif terkait

(7)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik storytelling ini tentunya diharapkan dapat diterapkan dalam upaya pengembangan tanggung jawab di sekolah, dengan demikian maka teknik storytelling perlu di uji efektivitasnya terlebih dahulu melalui serangkaian

kegiatan penelitian sehingga dihasilkan rumusan intervensi bimbingan kelompok melalui teknik storytelling yang efektif untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik usia remaja, khususnya pada jenjang pendidikan sekolah menengah

pertama. Seiring dengan upaya tersebut, peneliti mengajukan usulan penelitian berjudul : “Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Storytelling Untuk Mengembangkan Tanggung Jawab Peserta Didik” (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Peserta didik kelas VII SMP PGRI 3 Bandar Lampung)”.

B. Identifikasi Penelitian dan Rumusan Masalah

Berbagai fakta yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang penelitian beserta segenap implikasinya mendukung perlunya merumuskan program intervensi bimbingan kelompok melalui teknik storytelling yang efektif untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik, khususnya yang terkait dengan pengerjaan pekerjaan rumah. Untuk dapat memformulasikan suatu rumusan bimbingan kelompok yang tepat, maka intervensi bimbingan kelompok melalui teknik storytelling yang akan dirumuskan harus disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi, dalam hal ini permasalahan kurangnya tanggung jawab peserta didik dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Dengan demikian penelitian perlu difokuskan pada permasalahan utama yakni “Bagaimana program intervensi bimbingan kelompok melalui teknik storytelling yang efektif untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik?”

(8)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Seperti apa gambaran umum tanggung jawab peserta didik sebelum dilakukan bimbingan kelompok?

2. Bagaimana rumusan bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik?

3. Bagaimana efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah rumusan intervensi bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik, dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mengetahui seperti apa gambaran umum tanggung jawab peserta didik sebelum dilakukan bimbingan kelompok.

2. Menyusun rumusan bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik.

3. Mengetahui efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah berupa kontribusi bagi pengembangan keilmuan tentang upaya penanganan yang bervariatif dan inovatif dalam rangka mengembangankan tanggung jawab dalam diri peserta didik khususnya di sekolah menengah pertama. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tindakan-tindakan terapeutik yang dapat memfasilitasi pengembangan tanggung jawab peserta didik karena tanggung jawab memiliki pengaruh dalam pembentukan karakter sehingga menjadi kepribadian yang menetap pada diri peserta didik.

(9)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Bagi guru bimbingan dan konseling,

Guru bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk menambah pengetahuan sekaligus membuat program layanan bimbingan pribadi-sosial untuk digunakan dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi peserta didik yang khususnya terkait dengan pengembangan tanggung jawab. 2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan bimbingan dan konseling. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menyusun karya-karya ilmiah seputar pengembangan dan peningkatan tanggung jawab. 3. Bagi Peserta Didik

Peserta didik dapat memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling berupa bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab melalui upaya melatih tanggung jawab dan mempraktikkannya dalam kehidupan akademik di sekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji berbagai isu satu payung penelitian yang berkaitan dengan mengembangkan tanggung jawab dalam konteks yang lebih luas dan beragam.

E. Sistematika Penelitian

Keseluruhan proses dan hasil penelitian dikemas menjadi bentuk karya ilmiah berupa tesis yang terdiri atas lima bab. Bab I menyajikan pendahuluan,

mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

(10)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok yang bersumber dari berbagai teori dan penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III menyajikan metodologi penelitian, yang mencakup pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional variabel penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik analisis data penelitian, serta prosedur penelitian.

Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan, mencakup hasil penelitian dan pembahasan mengenai profil tanggung jawab peserta didik, gambaran indikator tanggung jawab peserta didik, dan efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik.

(11)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian atau hipotesis secara spesifik dengan penggunaan statistik (Cresswell, 2008, hlm. 29). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggung jawab peserta didik dan efektivitas bimbingan kelompok menggunakan teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta

didik SMP PGRI 3 Kota Bandar Lampung. Data penelitian kuantitatif diperoleh melalui instrumen tanggung jawab peserta didik.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain penelitian non-equivalent pretest-posttest control group design (pretest-posttest dua kelompok). Salah satu pertimbangan yang digunakan dalam memilih desain ini adalah karena merupakan desain yang banyak digunakan dalam penelitian di bidang pendidikan. Penelitian eksperimen kuasi dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu dan merupakan penelitian yang dilakukan melalui uji coba untuk mengontrol atau memanipulasi variabel yang relevan. Penelitian eksperimen kuasi berbeda dari penelitian eksperimen murni (true experiment) khususnya dalam hal kontrol eksperimental, dimana dalam eksperimen semu tidak dapat menggunakan kontrol eksperimental secara penuh layaknya dalam eksperimen murni (Cresswell, 2008, hlm.121). Bentuk penelitian ini banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia.

(12)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Penelitian eksperimental-semu secara khas mengenai keadaan praktis, yang di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel tersebut.

2. Subyek penelitian adalah manusia, misalnya dalam mengukur aspek minat, sikap, dan perilaku.

3. Tetap dilakukan randomisasi untuk sampel, sehingga validitas internal masih

dapat dijaga (Arikunto, 2006, hlm. 5).

Desain non-equivalent pretest-posttest control group design (pretest-posttest dua kelompok) merupakan desain penelitian yang dilaksanakan pada dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol merupakan kelompok pembanding. Kedua kelompok dikenakan pengukuran sebanyak dua kali yakni sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Skema model penelitian dengan desain nonequivalent pretest-posttest control group design (pretest-posttest dua kelompok) adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1

Skema Desain Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP PGRI 3 Bandar Lampung yang berlokasi di Jalan Khairil Anwar No. 79. Subjek penelitian yaitu peserta didik kelas VII dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Berada pada rentang usia peserta didik SMP yakni 13-15 tahun (remaja

awal).

2. Teridentifikasi memiliki kecenderungan karakter bertanggungjawab pada kategori rendah menuju sedang.

3. Tercatat secara resmi sebagai siswa SMP PGRI 3 Bandar Lampung.

O1 X O2

(13)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subjek penelitian ditentukan melalui penggunaan teknik non-probablity sampling dimana setiap sampel tidak memiliki kesempatan yang sama untuk

dipilih, yakni dengan menggunakan pengambilan sampel secara purposif (purposive sampling). Pada teknik purposive sampling, pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil.

Teknik purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam

pengambilan sampelnya (Arikunto, 2006, hlm. 97).

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini mengkaji dua variabel penelitian yakni bimbingan kelompok melalui teknik storytelling sebagai variabel bebas (dependen) dan bertanggungjawab siswa SMP PGRI 3 Bandar Lampung sebagai variabel terikat (independen).

1. Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Storytelling

(14)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, konselor merancang satuan layanan bimbingan yang akan disampaikan kepada konseli. Adapun aktivitas pada tahap persiapan ini adalah.

1) Identifikasi kebutuhan/ masalah konseli, yaitu kegiatan untuk mengungkap materi apa yang dibutuhkan oleh sebagian besar konseli.

2) Menetapkan tujuan/ kompetensi yang akan dicapai. Tujuan cerita ditetapkan berdasarkan pada tujuan bimbingan yang telah dirancang dan tercantum

dalam program bimbingan. Tujuan yang dirumuskan merupakan tujuan bimbingan yang diharapkan dapat dicapai oleh konseli, bukan tujuan dari cerita itu sendiri.

3) Menetapkan tema cerita yang akan disampaikan. Berdasarkan pada tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan maka konselor dapat menentukan tema cerita. Tema tersebut tentunya disesuaikan dengan tujuan, materi dan kondisi sasaran atau konseli yang akan dibimbing. Cerita.

4) Menetapkan teknik dan media yang akan digunakan dalam bercerita.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan menyampaikan cerita kepada konseli, sesuai dengan rencana yang telah disiapkan. Langkah-langkah dalam pelaksanaan ini yaitu.

1) Pembukaan, awal pertemuan dengan konseli, konselor membuka kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada saat pembukaan aktivitas konselor yaitu: (1) Menciptakan rapport dan memotivasi konseli dalam mengikuti kegiatan bimbingan dengan menginformasikan maksud dan tujuan yang hendak dicapai; (2) Mengatur tempat duduk konseli sesuai dengan formasi yang

(15)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Kegiatan inti, yaitu menuturkan atau menyampaikan cerita yang telah disiapkan kepada konseli. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan meliputi: (1) vokal, konselor hendaknya memperhatikan suaranya saat menyampaikan cerita, aspek yang diperhatikan meliputi volume suara, intonasi, warna suara irama dan cara pengucapannya; (2) mimik/pantomimik, yaitu peragaan tubuh dan ekspresi wajah saat menyampaikan cerita; (3) pengelolaan kelas, konselor

memperhatikan keterlibatan konseli saat bercerita, perhatian yang merata kepada seluruh konseli; (4) penggunaan media disesuaikan dengan teknik

cerita yang akan dipilih apakah menggunakan papan flannel, gambar, boneka dsb.

3) Diskusi/tanya jawab, setelah selesai bercerita, maka konselor mendiskusikan dengan para konseli dalam rangka memahami materi bimbingan yang disampaikan melalui cerita.

4) Penutupan, konselor mengakhiri kegiatan dengan membuat kesimpulan dan memberi penekanan pada pesan-pesan bimbingan yang disampaikan.

5) Evaluasi, yaitu memberikan penilaian terhadap konseli. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat keberhasilan konseli dalam menerima dan memahami materi bimbingan yang disampaikan melalui cerita.

2. Tanggung Jawab

Marie Therese-Miller (2009, hlm. 9) mengemukakan bahwa tanggung jawab berarti sikap mental yang memungkinkan individu untuk dapat menjawab dan dapat memperhitungkan segala tindakan yang dilakukan. Orang yang bertanggungjawab meletakkan upaya terbaik dalam menjalankan tugas dan kewajibannya serta menghargai komitmen yang dibuatnya terhadap tugas atau kewajiban tersebut.

(16)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberanian dan pengendalian diri dalam bertindak meskipun tanpa ada yang melihat atau bahkan ketika tergoda untuk melakukan hal yang sebaliknya.

Mengacu pada pemaparan di atas, maka secara operasional, tanggung jawab dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sikap mental peserta didik kelas VII SMP PGRI 3 yang terbentuk dari kesadaran atas kewajiban seorang pelajar yang melandasi kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas akademik dengan

penuh perhitungan dan mencerminkan kesiapan untuk menerima konsekuensi atas kelalaian terhadap tugas-tugas akademik, sikap mental tersebut ditandai dengan

kemampuan untuk menetapkan tujuan yang realistis, ketekunan, kegigihan, dan fleksibilitas.

Marie Therese-Miller (2009, hlm. 9) mengemukakan bahwa orang yang memiliki tanggung jawab menampilkan sejumlah kemampuan dalam melakukan tindakan tertentu. Kemampuan tersebut antara lain, kemampuan untuk menetapkan tujuan yang realistis, ketekunan, kegigihan, dan fleksibilitas. Secara lebih rinci, kemampuan-kemampuan yang menjadi aspek dari variabel karakter tanggung jawab tersebut dioperasionalisasikan menjadi beberapa indikator perilaku.

1. Kemampuan menetapkan tujuan yang realistis dari suatu tindakan, yakni kemampuan individu untuk menetapkan tujuan dari suatu tindakan, yang sesuai dengan kebutuhan, kekuatan dan kelemahan dirinya. Dalam hal ini ditunjukkan dengan adanya kemampuan peserta didik untuk menetapkan tujuan yang terukur dan sesuai kebutuhan pengerjaan tugas akademik, menetapkan tujuan yang sesuai dengan kelebihan dan kelemahan diri dalam melakukan tugas akademik, serta menyusun serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Ketekunan, yakni kemampuan untuk melakukan suatu tindakan dengan upaya

(17)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendukung pengerjaan tugas akademik serta menyadari konsekuensi apabila melalaikan tugas akademik.

3. Kegigihan, yakni kemampuan untuk tidak menyerah dalam menghadapi rintangan yang ditemui dalam melakukan tindakan tertentu, kemampuan ini juga disertai upaya mengidentifikasi dan mengatasi rintangan tersebut. Dalam hal ini ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk tidak menyerah ketika

menemui rintangan atau hambatan dalam melakukan tugas akademik, kemampuan mengidentifikasi rintangan yang mungkin ditemui dalam

melakukan tugas akademik, mengatasi rintangan yang ditemui dalam melakukan tugas akademik, serta menahan pengaruh pihak lain untuk melalaikan tugas akademik.

4. Fleksibilitas, yakni kemampuan untuk menerima perubahan yang mungkin terjadi ketika melakukan tindakan tertentu dan memunculkan tindakan alternatif apabila tindakan utama gagal terlaksana. Dalam hal ini ditunjukkan dengan adanya kemampuan menerima kegagalan dalam pengerjaan tugas akademik secara wajar dan tidak berlebihan, tidak menyalahkan pihak lain atas kegagalan yang dialami dalam pengerjaan tugas akademik, serta menyusun rencana cadangan terkait upaya pengerjaan tugas akademik.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

Instrumen merupakan alat bantu dalam penelitian yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data. Untuk variabel tanggung jawab peserta didik, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk skala, yakni sebuah pengumpul data yang berbentuk daftar cocok dengan alternatif jawaban tersedia berupa sesuatu yang berjenjang.

(18)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bimbingan kelompok ke sesi lainnya yakni berupa jurnal kegiatan yang berbentuk angket terbuka.

Nama instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen Tanggung jawab Peserta didik. Instrumen ini berbentuk angket berskala dengan kategori pilihan jawaban, Tidak Pernah (TP), Kadang-Kadang (KK), Sering (SR), dan Selalu (SL), yang masing-masing diberi skor 0 (TP), 1 (KK), 2 (SR) dan 3

(SL). Penyebaran angket dilakukan untuk menjaring data mengenai profil tanggung jawab peserta didik SMP PGRI 3 Bandar Lampung.

2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian, kisi-kisi selanjutnya dijadikan bahan penyusunan item instrumen berupa butir-butir pernyataan. Instrumen tanggung jawab dikembangkan berdasarkan aspek-aspek karakter tanggung jawab yang dikemukakan oleh Marie-Therese Miller (2009, hlm. 27) yakni ability to set realistic goals (kemampuan menetapkan tujuan yang realistis), dilligence (ketekunan/kerajinan), perseverance (kegigihan) and flexibility (fleksibilitas). Keempat aspek tersebut tersaji sebagai konstruk untuk pengembangan indikator dan item instrumen. Kisi-kisi instrumen penelitian sebelum uji coba disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian (Sebelum Uji Coba)

Varabel Aspek Indikator

Bertanggungjawab Kemampuan menetapkan tujuan yang realistis

1) Mampu menetapkan tujuan yang sesuai dengan tugas dan kewajiban

2) Mampu menetapkan tujuan yang sesuai dengan kelebihan dan kelemahan diri

3) Mampu menyusun serangkaian kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan

tersebut

Ketekunan 1) Sanggup untuk bekerja keras dalam melakukan tugas dan kewajiban

(19)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Bersungguh-sungguh dalam melakukan tugas dan kewajiban

4) Mengetahui konsekuensi apabila melalaikan tugas dan kewajiban

Kegigihan 1) Mampu mengidentifikasi rintangan yang mungkin ditemui dalam melakukan tugas dan kewajiban

2) Mampu memunculkan solusi untuk mengatasi rintangan yang menghalanginya dari

melakukan tugas dan kewajiban

3) Tidak mudah terpengaruh oleh pihak lain ketika melakukan tugas dan kewajiban Fleksibilitas 1) Tidak menyerah ketika menemui hambatan

dalam upaya mencapai tujuan

2) Menerima kegagalan sebagai hal yang biasa terjadi

3) Tidak menyalahkan pihak lain atas kegagalan yang dialami

4) Mampu menyusun rencana alternatif untuk mencapai tujuan

3. Uji Coba Instrumen

a. Uji Kelayakan

Untuk melihat kesesuaian antara konstruk instrumen dengan landasan teoretis, ketepatan bahasa baku dan subjek yang memberikan respon maka dilakukan telaah butir-butir pernyataan instrumen atau yang lebih dikenal dengan penimbangan ahli (expert judgement).

Penimbangan ahli (expert judgement) dalam penelitian ini dilakukan oleh para pakar bimbingan dan konseling di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia, yaitu Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd., Dr. Ilfiandra, M.Pd., dan Dr. Amin Budiamin, M. Pd. Berdasarkan hasil validasi internal instrumen penelitian dari kelompok panel penilai, masing-masing item pernyataan dikelompokkan dalam kualifikasi memadai (M) atau tidak memadai (TM).

b. Uji Keterbacaan

(20)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sejauh mana keterbacaan instrument dan sejauh mana kata-kata serta kalimat dalam instrument dapat dipahami oleh responden usia remaja.

c. Uji Validitas Butir Item

Instrumen yang valid adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Semakin tinggi nilai validitas, semakin valid instrumen tersebut digunakan di lapangan.

Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan terhadap peserta didik yang bukan subjek penelitian sebenarnya, namun memiliki karakteristik yang relatif sama dengan subjek penelitian yang sebenarnya (kelompok kontrol dan eksperimen). Angket tersebut diberikan kepada 30 orang peserta didik dari usia remaja tepatnya peserta didik yang duduk di kelas VII Sekolah Menengah Pertama.

Validitas dari setiap butir item instrumen penelitian dapat diketahui dengan cara analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari seluruh skor tiap butir. Selain dengan cara manual (menggunakan rumus) validitas butir item juga ditentukan melalui pengolahan data statistik menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for windows.

Menggunakan cara manual, koefisien korelasi skor setiap butir item dapat dihitung dengan rumus Product Moment Correlation, yaitu :

  

r = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y

(21)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden

X = Jumlah skor X

Y = Jumlah skor Y

 

2

X = Kuadrat jumlah skor X

 

2

Y = Kuadrat jumlah skor Y

Menurut Friedenberg (1995; dalam www.globalstatistik.com, 2011:3)

biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0,30. Dengan demikian, semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-item-item-item yang memiliki korelasi diatas 0,30 dengan pengertian semakin tinggi korelasi itu mendekati angka satu (1,00) maka semakin baik pula konsistensinya atau validitasnya.

Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh item yang tidak valid berjumlah 8 item, yakni item nomor 5, 11, 12, 15, 18,19, 21, dan 26. Oleh karena itu jumlah item instrumen sebelum uji coba yang berjumlah 40 item, setelah uji coba berkurang menjadi 32 item.

d. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran (Sukmadinata, 2005, hlm. 39). Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai apabila digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Instrumen yang dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Dalam pengukuran reliabilitas, derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek. Skor perolehan terdiri dari skor murni dan skor kekeliruan galat

(22)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen diolah dengan metode split half secara statistic memakai program komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for windows. Untuk mencari koefisien reliabilitasnya digunakan

koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20) yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

KR-20 = Koefisien Reliabilitas KR-20 n = Jumlah item

S2 = Varians skor keseluruhan

p = Proporsi yang mendapatkan nilai benar untuk setiap item (1-p) = Proporsi yang mendapatkan nilai salah untuk setiap item

Kriteria reliabilitasnya adalah jika KR-20 0,70 maka dimensi kuesioner reliabel

(konsisten) dan jika KR-20 < 0,70 maka dimensi kuesioner tidak reliabel. Ketentuan ini juga sejalan dengan Fraenkel dan Wallen (1993; dalam Arikunto, 2006, hlm. 18) yang mempunyai patokan sedikitnya 0,70 sebagai harga minimal bagi reliabilitas instrumen pengumpul data yang dikumpulkan.

Guilford (1954; dalam Furqon, 1999) menyatakan harga reliabilitas berkisar antara -1 sampai dengan +1, harga reliabilitas yang diperoleh berada di antara rentangan tersebut. Semakin tinggi harga reliabilitas instrumen maka semakin kecil kesalahan yang terjadi, semakin rendah harga reliabilitas instrumen maka semakin besar kesalahan yang terjadi. Sebagai tolak ukur koefisien reliabilitasnya, digunakan kriteria dari Guilford (Arikunto, 2006, hlm. 24), yaitu:

(23)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,71 – 0,90 : Derajat keterandalannya tinggi 0,91 – 1,00 : Derajat keterandalannya sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk mengetahui realibilitas instrumen karakter tanggungjawab peserta didik, diperoleh nilai realibilitas sebesar 0,798. Sesuai dengan kriteria Guilford, maka reliabilitas instrumen ini berada pada kategori tinggi.

4. Revisi dan Pengemasan Final Instrumen

Butir item yang memenuhi syarat dihimpun dan diperbaiki sesuai kebutuhan, dengan demikian dapat dihasilkan seperangkat instrumen yang siap digunakan untuk pengumpulan data dari subjek penelitian. Berikut disajikan kisi-kisi instrument penelitian setelah uji coba, lihat tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian (Setelah Uji Coba)

Variabel Aspek Indikator terukur dan sesuai kebutuhan pengerjaan tugas akademik

2) Mampu menetapkan tujuan yang sesuai dengan kelebihan dan kelemahan diri dalam melakukan tugas akademik

3) Mampu menyusun serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut

Ketekunan 1) Sanggup bekerja keras dalam

mengerjakan tugas akademik

2) Menunjukkan antusiasme dalam mengerjakan tugas akademik

3) Mampu melakukan usaha dengan frekuensi tinggi untuk mendukung pengerjaan tugas akademik

(24)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegigihan 1) Tidak menyerah ketika menemui rintangan atau hambatan dalam melakukan tugas akademik

2) Mampu mengidentifikasi rintangan yang mungkin ditemui dalam melakukan tugas akademik

3) Mampu mengatasi rintangan yang ditemui dalam melakukan tugas akademik

4) Menahan pengaruh pihak lain untuk melalaikan tugas akademik

Fleksibilitas 1) Menerima kegagalan dalam

pengerjaan tugas akademik secara wajar dan tidak berlebihan

2) Tidak menyalahkan pihak lain atas kegagalan yang dialami dalam pengerjaan tugas akademik

3) Mampu menyusun menyusun rencana cadangan terkait upaya pengerjaan tugas akademik

E. Teknik Analisis Data Penelitian

(25)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rendah, sedang dan tinggi, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996, hlm. 47) :

1. Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi.

2. Menetukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: skor minimal ideal = jumlah skor x skor terendah.

3. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: rentang skor = skor maksimal ideal – skor minimal ideal.

4. Mencari interval skor dengan rumus: interval skor = rentang skor/3.

Dari langkah langkah di atas di atas, kemudian didapatkan kategorisasi sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kategorisasi Rentang Skor

Kategori Rentang

Rendah x < skor minimal ideal + 1.interval

Sedang skor minimal ideal + 1.interval < x < skor minimal ideal + 2.interval

Tinggi x > skor minimal ideal + 2.interval

Adapun penjabaran kriteria perilaku dari masing-masing kategori rentang skor tanggung jawab peserta didik adalah sebagaimana dipaparkan dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4

Penjabaran Kriteria Perilaku Masing-masing Kategori Rentang Skor

Kategori Deskripsi

Rendah Peserta didik menunjukkan kurangnya kesadaran terhadap tanggung jawab sebagai seorang pelajar, khususnya dalam pengerjaan tugas akademik, serta masih kurangnya upaya serta komitmen yang ditunjukkan peserta didik dalam mengerjakan tugas akademik

(26)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akademik merupakan kewajiban seorang peserta didik di sekolah, serta upaya untuk menghindari hukuman atas pelanggaran terhadap kewajiban tersebut

Tinggi Peserta didik sudah memiliki kesadaran untuk menampilkan perilaku yang merepresentasikan tanggung jawab atas dasar kesadaran pribadi sebagai seorang peserta didik yang ingin memperoleh prestasi akademik tinggi dengan cara memenuhi tanggung jawab pengerjaan tugas akademik yang diberikan oleh guru

Sementara itu untuk mengetahui efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab peserta didik kelas X SMP PGRI 3 dilakukan melalui uji prasyarat menggunakan uji normalitas (z Kolmogorov-Smirnov) dan uji efektivitas melalui uji perbedaan dua rerata (t test). Perhitungan statistik menggunakan bantuan piranti lunak SPSS 16.0 for windows.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yakni tahap persiapan, pelaksanaan dan penutup.

1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan Proposal Penelitian

Proses penyusunan tesis dimulai dari pengajuan tema bahasan penelitian kepada dosen pembimbing akademik. Setelah tema disetujui oleh dosen pembimbing akademik dan ketua program studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, proposal diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan dari dosen penguji seminar. Berdasarkan masukan-masukan

yang diperoleh, proposal tersebut direvisi dan diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing tesis.

(27)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi pendahuluan dilaksanakan dengan melakukan observasi terhadap praksis bimbingan dan konseling di SMP PGRI 3 Bandar Lampung serta wawancara terhadap tim Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut mengenai gambaran umum tanggung jawab peserta didik kelas VII SMP PGRI 3 Bandar Lampung, khususnya terkait pengerjaan tugas rumah, sebagai bentuk tanggung jawab yang paling erat kaitannya dengan proses belajar mengajar namun

seringkali dilalaikan oleh peserta didik.

c. Perizinan

Perizinan penelitian dilakukan sebagai persiapan selanjutnya untuk mengumpulkan data. Proses perizinan dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan pengumpulan data. Sebelumnya peneliti meminta surat izin melaksanakan penelitian pada bagian administrasi dan kemahasiswaan Sekolah Pascasarjana UPI Bandung untuk kemudian diserahkan pada pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan yakni kepala sekolah SMP PGRI 3 Bandar Lampung.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengumpulan Data

Instrumen yang telah diujicobakan kemudian melalui pengemasan akhir sebelum kemudian disebar pada siswa kelas VII SMP PGRI 3 Bandar Lampung dalam rangka pengumpulan data terkait profil tanggung jawab siswa. Instrumen disebarkan pada populasi penelitian, yakni seluruh kelas VII SMP PGRI 3 Bandar Lampung. Dari pengumpulan data tersebut diperoleh sebanyak 80 orang

(28)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(random assignment), subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yakni 15 orang di kelompok kontrol dan 15 orang di kelompok eksperimen.

b. Tabulasi Data Penelitian

Tabulasi data penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007. Setelah di input dan disortir, data kemudian dikategorisasi

berdasarkan tingkatan skor (tinggi, sedang dan rendah). Setelah itu, untuk menyusun profil disiplin diri peserta didik, barulah dari data tersebut dihitung

persentase jumlah responden pada tiap tingkatan atau kategori skor. Data skor pre test dan post test juga di input dan dipersiapkan untuk dihitung menggunakan metode statistik.

c. Pengembangan Program Intervensi

Setelah memperoleh skor pre test dari instrumen yang disebar pada kelompok eksperimen, maka diketahui aspek indikator mana yang paling tinggi dan mana yang paling rendah terkait tanggung jawab siswa yang menjadi subjek penelitian. Data mengenai aspek indikator tersebut selanjutnya dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan pemberian perlakuan. Langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan tahapan pelaksanaan teknik storytelling ke dalam rumusan program intervensi bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab siswa.

Pemberian perlakuan dilakukan secara sistemastis dan sekuensial, setiap sesi intervensi merupakan prasyarat untuk melanjutkan pada sesi berikutnya. Pengembangan materi intervensi pada masing-masing sesi mengacu pada tujuan setiap sesi. Dalam mengembangkan materi intervensi ada beberapa langkah-langkah yang perlu ditempuh, diantaranya :

1) Menyusun kisi-kisi materi intervensi berdasarkan profil karakter tanggung

jawab siswa.

(29)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh dari berbagai situs jejaring di internet (www.youtube.com,

www.ehow.com, www.shortstories.net, www.moralstories.org,

www.myyoungchild.org, dan sebagainya), artikel di majalah, surat kabar, dan

buku-buku character building.

3) Menyusun rumusan program intervensi, satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling dan kumpulan jurnal kegiatan siswa untuk menunjang

pemberian intervensi bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan karakter tanggung jawab siswa.

4) Validasi rasional dari pakar dan praktisi bimbingan dan konseling terhadap keseluruhan komponen intervensi. Validasi rasional dilakukan oleh satu orang praktisi yakni guru bimbingan dan konseling dari SMP PGRI 3 Bandar Lampung serta pakar bimbingan dan konseling merangkap pakar pengembangan yakni Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd juga oleh Dr. Ilfiandra, M.Pd

5) Revisi dan perbaikan terhadap rumusan program intervensi melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab siswa, berdasarkan

saran dan masukan dari pakar dan praktisi.

6) Uji coba intervensi terhadap kelompok eksperimen dalam rangka mengetahui efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab siswa.

d. Uji coba Program Intervensi

1) Pre Test

Pengukuran awal atau pre test bertujuan untuk memperoleh data terkait kondisi awal subjek penelitian sebelum diberi treatment berupa intervensi konseling melalui teknik storytelling untuk meningkatkan tanggung jawab peserta

didik. Pelaksanaan pre test dilakukan selama 60 menit, sebelumnya dilakukan pengondisian terhadap subjek melalui pemberian instruksi mengenai pengisian instrumen dan penjelasan maksud pelaksanaan pre test.

(30)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, sampel yang telah terjaring dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kontrol. Masing-masing kelompok beranggotakan 15 orang siswa. Jumlah anggota kelompok merujuk pada ukuran jumlah anggota kelompok yang efektif antara 8 sampai 15 orang. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa serangkaian sesi intervensi bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab

siswa, dan kelompok kontrol selaku kelompok pembanding diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan klasikal yang materi, isi dan jadwal penyampaiannya

disesuaikan dengan kurikulum bimbingan dan konseling SMP PGRI 3 Bandar Lampung. Jadi waktu pemberian intervensi bagi kelompok kontrol hanya dilakukan pada jam pelajaran saja, sementara intervensi bagi kelompok eksperimen mengambil jam khusus di luar jam pelajaran.

Pemberian intervensi berlangsung selama delapan sesi, dua sesi intervensi digunakan untuk pre test dan post test dengan durasi per sesi selama 60 menit, sementara enam sesi intervensi lainnya masing-masing berdurasi 90 menit. Pemberian intervensi dilaksanakan setiap dua minggu sekali, karena dilaksanakan di luar jam pelajaran (sepulang sekolah) maka pemberian intervensi dapat mengambil tempat di ruangan kelas yang kosong ataupun di alam terbuka seperti di lapangan, taman ataupun di balkon.

3) Post Test

Post test dilaksanakan dengan interval selama satu minggu setelah sesi intervensi ke-tujuh berlangsung. Pemberian interval waktu selama satu minggu tersebut bertujuan untuk memberikan waktu perembesan dari dampak intervensi berupa pembiasaan perilaku baru yang diperoleh dari sesi intervensi serta kristalisasi pemahaman nilai-nilai yang berguna bagi pengembangan karakter

(31)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setelah diberi perlakuan dengan menggunakan instrumen yang sama seperti diberikan saat pre test dan menjelaskan petunjuk pengisian instrumen post test.

Pada gambar 3.2, ditampilkan langkah-langkah penelitian dengan menggunakan skema desain penelitian Nonequivalent Pre test - Post test Control Group Design.

Gambar 3.2

Skema Langkah Penelitian

Nonequivalent Pre test-Post test Control Group Design

3. Tahap Penutup

a. Pelaporan

Hasil penelitian dielaborasikan dan dikemas dalam bentuk karya ilmiah berupa tesis yang terdiri atas lima Bab. Bab I menyajikan pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian.

Bab II menyajikan kerangka konseptual bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab siswa, mencakup konsep dasar bimbingan kelompok, teknik storytelling dan tanggung jawab yang bersumber dari berbagai teori yang relevan serta penelitian terdahulu.

Bab III menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian. Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan, mencakup hasil penelitian

Pre test Treatment Post test

Kelompok

Eksperimen Teknik Storytelling

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Kelompok Kontrol

(32)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan pembahasan tentang profil tanggung jawab siswa kelas VII SMP PGRI 3 Bandar Lampung serta efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangankan tanggung jawab siswa. Pada akhirnya,

kesimpulan dan rekomendasi penelitian disajikan pada Bab V.

b. Penyusunan Artikel Penelitian

Penyusunan artikel penelitian dilakukan untuk kepentingan publikasi, sosialisasi dan diseminasi hasil penelitian terutama di jurnal-jurnal penelitian

(33)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Merujuk pada tujuan, hasil dan pembahasan penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Mayoritas peserta didik kelas VII SMP PGRI 3 Kota Bandar Lampung menunjukkan tanggung jawab pada kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, teknik storytelling diprediksi dapat mengembangkan tanggung jawab peserta didik.

Terdapat peningkatan tanggung jawab peserta didik sebelum dan setelah menerima perlakuan berupa bimbingan kelompok melalui teknik storytelling. Aspek fleksibilitas menjadi aspek tanggung jawab peserta didik yang mengalami

peningkatan paling tinggi baik pada kelompok eksperimen, diikuti oleh aspek kegigihan, aspek kemampuan menetapkan tujuan yang realistis dari suatu

tindakan dan aspek ketekunan.

B. Rekomendasi

(34)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagi pihak sekolah

Sekolah perlu berperan aktif dalam upaya pengembangan tanggung jawab mengingat pendidikan bukan sekedar program yang dilaksanakan oleh sekolah tapi hendaknya menjadi nafas dalam setiap aspek kehidupan sekolah itu sendiri. Penelitian dapat tersaji sebagai acuan untuk menyusun kebijakan terkait pendidikan khususnya pengembangan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh tim

bimbingan dan konseling dengan dibantu oleh seluruh personil sekolah lainnya seperti pimpinan sekolah, staf administrasi, guru mata pelajaran dan komite sekolah. Khususnya kepada sekolah tempat penelitian dilaksanakan yakni SMP PGRI 3 Kota Bandar Lampung, hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu acuan penyusunan kebijakan terkait upaya pengembangan tanggung jawab siswa di sekolah. Oleh karena itu, untuk mewujudkan upaya tersebut diperlukan kerjasama semua pihak untuk melakukan sosialisasi dan implementasi kebijakan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian.

2. Bagi konselor sekolah /guru pembimbing

Konselor sekolah/guru pembimbing dapat menggunakan rumusan program intervensi Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Storytelling Untuk Mengembangkan Tanggung Jawab peserta didik sebagai salah satu sistem penyampaian layanan bimbingan dan konseling, khususnya sebagai upaya untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik yang diharapkan akan membawa implikasi terhadap pencegahan beragam perilaku negatif seperti pelanggaran disiplin, kenakalan remaja, inferioritas, serta perilaku kurang normatif lainnya. Tidak hanya itu, konselor sekolah juga diharapkan memanfaatkan hasil penelitian

sebagai acuan untuk merancang suatu program bimbingan dan konseling yang mengintegrasikan unsur-unsur pendidikan karakter lainnya di dalam program

bimbingan dan konseling tersebut.

3. Bagi pengembangan ilmu bimbingan dan konseling

(35)

Abdullah Qurbi, 2015

Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik storytelling untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tapi juga keterampilan praktis. Oleh karena itu, topik mengenai pendidikan khususnya terkait pengembangan tanggung jawab perlu dikaji kembali secara lebih mendalam, berbagai pendekatan konseling dan bentuk rumusan intervensinya perlu ditelaah dan diaplikasikan dalam menangani permasalahan seputar kurangnya tanggung jawab peserta didik terutama di bidang akademik. Penelitian ini dapat dijadikan informasi awal mengenai kecenderungan dan

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian (Sebelum Uji Coba)
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian (Setelah Uji Coba)
Tabel 3.3 Kategorisasi Rentang Skor
Gambar 3.2 Skema Langkah Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar yang diperoleh pada kelas eksperimen 1 (kelas XI IPS-3) berbeda dengan hasil belajar pada kelas control (XI IPS-1). Berdasarkan hasil uji hipotesis, peneliti

3) perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam membaca teks biografi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 1) Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat bagi

pemahaman konsep fisika siswa berdasarkan hasil skor posttest rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan strategi scaffolding berbasis model pembelajaran guided inquiry

Selanjutnya pemateri (peneliti) bersama dengan peserta didik menetapkan kontrak waktu. Pada tahap permulaan ini peserta didik terlihat lebih rileks dibandingkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya guru bimbingan konseling dalam mengembangkan konsep diri negatif hingga terbentuknya konsep diri yang positif

Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre-test dan post-test dalam penelitian ini fokus memperoleh data dan gambaran di lapangan tentang pengaruh layanan bimbingan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas VIII SMP PGRI 6 Bandar Lampung diketahui rata-rata Pre-Test pada kelompok kontrol 52,75

Berdasarkan indikator – indikator diatas peneliti melakukan penelitian sebagai dasar penyusunan skripsi yang dilakukan di MTs Al-Hikmah Bandar Lampung hasil dari penelitian