PENGGUNAAN PENDEKATAN ROLE REVERSAL QUESTIONS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PENGUASAAN
MATERI FAKTORISASI SUKU ALJABAR
(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIII B SMP N 2 Penawangan)
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikaan Matematika
s
disusun oleh:
RIA DWI ANGGRAINI
A 410 080 081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGGUNAAN PENDEKATAN ROLE REVERSAL QUESTIONS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PENGUASAAN
MATERI FAKTORISASI SUKU ALJABAR
(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIII B SMP N 2 Penawangan) Oleh
Ria Dwi Anggraini1, Idris Harta2, dan Tjipto Subadi3
1
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, yaok58@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar UMS Surakarta, idrisharta@yahoo.com
3
Staf Pengajar UMS Surakarta, tjiptosubadi@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan tentang: penggunaan Pendekatan Role Reversal Questions untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam penguasaan materi faktorisasi suku aljabar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini terdiri dari tiga siklus, yang masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi tindakan, refleksi dan evaluasi. Metode pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan metode tes. Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi. Keabsahan data digunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akhi rsiklus ke-tiga, siswa yang mempersiapkan diri ketika pelajaran akan dimulai 47,05 dari 23,52 % sebelum tindakan, siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 44,11% dari 14,70%, siswa yang mempunyai keberanian mengungkapkan ide atau gagasan sebanyak 64,70% dari 44,11%, siswa yang aktif menyelesaikan soal matematika sebanyak 70,58% dari 17,64%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan Role Reversal Questions dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam penguasaan materi faktorisasi suku aljabar.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kunci pokok dalam menghasilkan sumber daya
manusia ( SDM ) yang berkualitas sehingga menjadi pencipta, pembaharu dan
pelaksana dalam menciptakan tata kehidupan masyarakat yang adil, makmur, dan
bermartabat. Salah satu indikatornya adalah adalah pencapaian hasil belajar. Di
era globalisasi ini pendidikan tidak hanya dituntut sekedar meningkatkan
intelektualitas, tetapi diharapkan mampu membentuk pribadi bangsa yang
berkarakter sehingga bisa membawa kearifan lokal dimanapun mereka berada.
Para pengelola pendidikan telah melakukan berbagai hal untuk
memperoleh kualitas pendidikan yang baik dalam rangka meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Hal ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan
kualitas sember daya manusia. Dalam mewujudkan peserta didik yang aktif
mengembangkan potensi dirinya mencapai tujuan pendidikan, diperlukan usaha
guru agar siswa aktif dalam pembelajaran, salah satunya adalah dengan cara
meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran sehingga terwujud
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia
karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun
masalah pendidikan menjadi hal yang paling utama bahkan menjadi perhatian dan
penanganan khusus bagi pemerintah. Pemerintah berupaya meningkatkan mutu
pendidikan dan mengadakan inovasi – inovasi baru untuk mengatasi berbagai
masalah pendidikan, agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang dan mampu
Pemahaman siswa dalam belajar memiliki hubungan erat dengan
peningkatan mutu pendidikan, yaitu apabila dikehendaki peningkatan mutu
pendidikan maka hasil belajar yang dicapai harus ditingkatkan, dan untuk
meningkatkan hasil belajar dibutuhkan pemahaman siswa dalam menguasai
materi dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini menempatkan pemahaman
siswa dalam menguasai materi pada posisi yang penting di dalam proses
pembelajaran, tetapi realita yang terjadi di SMP N 2 Penawangan menunjukkan
bahwa siswa memiliki pemahaman menguasai materi yang rendah dalam proses
pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran matematika yang kurang dari KKM, yaitu kurang dari 65.
Rendahnya kualitas pendidikan di SMP N 2 Penawangan ditunjukkan oleh
banyaknya siswa kelas VIII.B dalam mata pelajaran metematika yang tidak
memahami materi pelajaran yang disampaikan guru, tetapi para siswa kurang
antusias dalam bertanya. Selain itu para siswa cenderung pasif dalam
mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. Hal tersebut disebabkan oleh proses
pembelajaran yang kurang menarik yang diterapkan oleh guru. Metode
pembelajaran yang diterapkan guru cenderung membosankan sehingga materi
yang diterima siswa tidak mampu mengendap dalam memori siswa. Realita yang
terjadi selama ini menunjukkan bahwa pembelajaran hanya berpusat pada guru,
sedangkan siswa hanya ditempatkan sebagai peserta didik yang sifatnya pasif,
sehingga potensi-potensi yang dimiliki siswa sulit dikembangkan yang pada
akhirnya siswa kurang memperlihatkan partisipasi mereka dalam proses belajar
Berdasarkan dari temuan observasi di atas dapat diketahui bahwa
permasalahan yang terjadi di kelas adalah disebabkan karena guru dalam
mengajar masih menggunakan metode yang kurang kreatif dan inovatif.
Pembelajaran disekolah masih menggunakan pembelajaran konvesional. Pada
pembelajaran masih banyak siswa merasa kesulitan dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Pada pembelajaran sehari-hari peserta didik kurang
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung masih
bersifat teacher centered. Guru menyampaikan materi, memberikan latihan soal
dan memberikan tugas rumah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
hendaknya guru melakukan evaluasi terhadap cara mengajarnya serta mencoba
menerapkan beberapa metode yang sesuai dan kreatif dalam kegiatan
pembelajaran.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam memperbaiki kegiatan belajar
mengajar ini, salah satu diantaranya adalah dengan melakukan perubahan metode
atau strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini peneliti
mencoba menerapkan pendekatan Role Reversal Questions dalam pembelajaran
matematika. Pendekatan Role Reversal Questions merupakan salah satu alternatif
yang tepat, dikarenakan pembelajaran dengan pendekatan ini merupakan
pembelajaran yang melibatkan siswa pada permasalahan yang terbuka, bersifat
student-centered. Selain itu, pendekatan Role Reversal Questions juga merupakan
teknik pemikiran divergen dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri adalah
Penggunaan suatu metode pembelajaran yang tepat akan membantu
kelancaran, efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan
metode pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa dalam
menerima pelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran dalam
menyajikan materi pelajaran berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan siswa
(Sanjaya, 2008:46). Pentingnya pemilihan dan penentuan metode pengajaran
adalah agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode
pengajaran.
Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang ditawarkan untuk
merangsang tumbuhnya partisipasi siswa adalah pendekatan Role Reversal
Questions. Menurut Mel Silberman (2009: 149) menjelaskan bahwa “Role
Reversal Questions adalah metode bertukar peran dan mengajukan pertanyaan”.
Mel Silberman (2009: 149) melanjutkan paparannya bahwa kadang guru meminta
peserta didik untuk memikirkan pertanyaan selama proses pembelajaran, bukan
hanya diakhir pembelajaran. Guru juga bisa mendapatkan respons yang hangat
ketika bertanya “Apakah ada pertanyaan?” sehingga dengan pendekatan ini guru
bisa memutar peranan dan mengajukan pertanyaan sehingga siswa akan mencoba
dan merespons. Dengan pendekatan ini dapat melatih siswa untuk berani,
bertanggung jawab, serta bisa memberikan pengalaman belajar yang bermakna,
serta akan mempengaruhi cara belajar siswa yang semula cenderung untuk pasif
ke arah yang lebih aktif.
Metode pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan denga fokus dan
tujuan penelitian ( Sugiyono, 2008:206). Dalam penelitian kualitatif, sampel
sumber data yang dipilih dan menguatamakn perspektif emic, artinya
mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mareka memandang dan
menafsirkan dunia dari pendirianya. Peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya
untuk mendapatkan data yang diinginkan
Pendekatan penelitian dilihat dari jenis datanya ada dua yaitu pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan dalam penelitian ini merupakan
pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan memperoleh gambaran keadaan atau peristiwa secara ilmiah.
Menurut Gall dan Borg dalam (Tjipto Subadi: 2011) yang merupakan studi mikro
untuk membangun ekspresi konkrit dan praktis aspirasi perubahan di dunia sosial
termasuk pendidikan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja para
praktisinya. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (
PTK ) atau classrom action research. Menurut Arikunto (2008 : 58) penelitian
tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu
praktik pembelajaran. PTK dilakukan oleh peneliti, guru dan kepala sekolah di
kelas atau di sekolah tempat guru mengajar dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kegiatan pemecahan
masalah yang dimulai dari a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) mengumpulkan
data (observasi), d) menganalisis data atau informasi untuk memusatkan sejauh
Sebelum merencanakan tindakan kelas diadakan dialog awal yang
dilakukan untuk mencari permasalahan-permasalahan pendidikan dan berdiskusi
membahas masalah yang terjadi di kelas. Ditemukan beberapa masalah
diantaranya rendahnya kemampuan siswa dalam pemahaman materi ketika proses
pembelajaran matematika berlangsung.
Perencanaan dan penyusunan dilakukan dengan mengadakan identifikasi
masalah, dan diharapkan dapat merumuskan permasalahan siswa terutama yang
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mamahami materi ajar ketika
proses pembelajaran matematika. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan berdasarkan
pada perencanaan. Selanjutnya, dari perencanaan yang ada diimplemetasikan
melalui penerapan pendekatan Role Reversal Questions dalam pembelajaran
matematika.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: 1) Metode observasi untuk mengetahui kegiatan siswa dalam
mempersiapkan dan menerima pelajaran dari guru selama proses belajar
berlangsung, 2) wawancara dilakukan peneliti kepada guru guna memperoleh data
tentang langkah-langkah yang ditempuh guru dalam penggunaan pendekatan Role
Reversal Questions untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam penguasaan
materi yang diajarkan. Peneliti mempersiapkan instrumen wawancara yang berisi
sejumlah pertanyaan secara garis besar tentang langkah-langkah yang ditempuh
oleh guru dalam menyampaikan metode pembelajaran terutama pada aktivitas
belajar matematika. Alat yang digunakan untuk mendapatkan sumber data ini
recorder, dan alat perekam suara lainnya. 3) Metode dokumentasi adalah suatu
metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini
yang digunakan untuk memperoleh data- data berupa data sekolah dan identitas
siswa antara lain nama siswa, nomor induk siswa dengan melihat dokumentasi
yang ada di sekolah, 4) metode tes digunakan untuk mengetahui hasil dari
penelitian yang dilakukan, yaitu ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa
dalam menguasai materi ajar faktorisasi suku aljabar. Data yang diperoleh berupa
hasil tes yang berlangsung diawal maupun di akhir pertemuan. Metode ini
menggunakan instrmen berupa soal esay dalam suatu RPP yang mencakup materi
tentang faktorisasi suku aljabar.
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama guru
matematika, untuk menguji validitas data pada penelitian ini digunakan teknik
triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data itu untuk keperluan penegecekkan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Dalam penelitian ini, keabsahan dilakukan dengan triangulasi
sumber, yaitu membandingkan data hasil pengamatan tes dengan hasil observasi
lain.
Analisis data dilakukan sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan
dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode alur yang terdiri dari
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Penelitian tentang penggunaan peningkatan pemahaman siswa dalam
pembelajaran matematika telah dilakukan oleh peneliti diantaranya Yulianto Bini
Saputro(2011) menyimpulkan bahwa penerapan strategi Role Reversal Questions
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika.
Penggunaan pendekatan Role Reversal Questions mendapat tanggapan
yang positif dari guru matematika dan siswa, hal ini terbukti dari adanya
peningkatan indikator – indikator kemampuan siswa dalam memahami materi
yang disampaikan, meliputi peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran
matematika dapat dilihat dari meningkatnya indikator-indikator yang digunakan.
kesiapan siswa dalam mempersiapkan sumber buku pelajaran ketika proses
pembelajaran dimulai sebanyak 8 siswa ( 23,52%), siswa yang memperhatikan
pada saat proses pembelajaran berlangsung sebanyak 5 siswa ( 14,70%), siswa
yang mempunyai keberanian untuk mengungkapkan ide atau gagasan sebanyak 15
siswa(44,11%), siswa yang berperan aktif dalam mengerjakan soal matematika
ketika proses pembelajaran berlangsung sebanyak 6 siswa(17,64%).
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat dituliskan pada tabel
1 berikut ini:
Tabel 1
Data hasil peningkatan pemahaman siswa dalam penguasaan materi ajar menggunakan pendekatan Role Reversal Questions dalam pembelajaran matematika
Aspek yang diamati Sebelum tindakan Putaran I Putaran II Putaran III
Kesiapan siswa mempersiapkan sumber buku
[image:11.595.117.568.687.749.2]pelajaran matematika 23,52% 29,41% 35,29% 47,05%
Perhatian siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung
( 5 siswa )
14,70%
( 6 siswa )
17,64 %
(10 siswa)
29,41%
(15 siswa)
44,11%
Mengungkapkan ide/gagasan ( 15 siswa )
44,11 % (16 siswa) 47,05 % (18 siswa) 52,94% (22 siswa) 64,70%
Peran aktif siswa dalam menyelesaikan soal
matematika
( 6 siswa )
17,64 %
(8 siswa )
23, 52%
(12 siswa)
35,29%
(24 siswa)
70,58%
Adapun grafik peningkatan pemahaman siswa dalam penguasaan materi
ajar menggunakan pendekatan Role Reversal Questions dalam pembelajaran
matematika dari sebelum tindakan sampai tindakan kelas putaran III dapat
digambarkan sebagai berikut:
0 20 40 60 80 100 120 140 sebelum tindakan
putaran I putaran II putaran III
kesiapan siswa mempersiapkan sumber buku pelajaran matematika
perhatian siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung
mengungkapkan ide/gagasan
[image:12.595.106.563.112.307.2]peran aktif siswa dalam mengejakan soal matematika gambar 1
grafik peningkatan pemahaman siswa dalam penguasaan materi menggunakan pendekatan Role Reversal Questions
[image:12.595.211.462.499.685.2]Dari putaran I sampai III, peningkatan pemahaman siswa dalam
penguasaan materi menggunakan pendekatan Role Reversal Questions sudah
mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari indikatornya yaitu pada akhir
penelitian siswa yang mempersiapkan sumber buku pelajaran ketika proses
pembelajaran akan dimulai sebanyak 16 siswa (47,05%), siswa yang
memperhatikan pada saat proses pembelajaran berlangsung sebanyak 15siswa (
44,11%), siswa yang mempunyai keberanian untuk mengungkapkan ide atau
gagasan sebanyak 22 siswa(64,70%), siswa berperan aktif dalam mengerjakan
soal matematika ketika proses pembelajaran berlangsung sebanyak 24
siswa(70,58%).
Dari uraian di atas menunujukkan bahwa penggunaan pendekatan Role
Reversal Questions dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam penguasaan
materi faktorisasi suku aljabar siswa kelas VIII B SMP N 2 Penawangan.
Penggunaan pendekatan Role Reversal Questions juga mempengaruhi
hasil belajar siswa. Data peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika melalui pendekatan Role Reversal Questions diambil dari aspek
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal oleh guru. Data tingkat hasil belajar
siswa diperoleh dari alat ukur ( instrumen) tes mandiri. Siswa dikatakan berhasil
dalam belajar jika memperoleh nilai lebih besar sama dengan nilai KKM yaitu 65.
Nilai hasil belajar siswa menunjukkan tingkat penguasaan materi pelajaran
sudah cukup tinggi. Kenaikan rata-rata hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
siswa dalam menguasai materi faktorisasi suku aljabar berakibat juga pada
peningkatan hasil belajar matematika siswa. Hal ini didukung oleh peneliti
terdahulu yang dilakukan oleh Yuliatno Bini Saputra ( 2011) yang menyatakan “
Melalui metode Role Reversal Questions dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa”.
SIMPULAN
Penggunaan pendekatan Role Reversal Questions untuk meningkatkan
pemahaman siswa dalam penguasaan materi faktorisasi suku aljabar berjalan
sesuai apa yang diharapkan. Proses pembelajaran dengan memberikan
permasalahan kepada siswa untuk dipecahkan sesuai dengan cara berpikir siswa
sendiri, akan melatih proses berpikir divergen siswa.
Proses pembelajaran dengan pendekatan Role Reversal Questions
membuat siswa lebih aktif. Siswa di berikan kebebasan baik dalam bertanya
maupun mengeluarkan ide atau gagasan-gagasan yang mereka miliki, untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator, yang akan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Selain itu, guru
juga merespon pendapat-pendapat yang dimiliki oleh siswa dan membimbing
untuk dapat menyimpulkan materi yang sedang dipelajari. Terdapat peningkatan
pemahaman siswa dalam penguasaan materi juga berakibat pada peningkatan hasil
belajar matematika siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya
indikator-indikator kemampuan berpikir dan hasil belajar matematika siswa.
Amalia, Nurul.2005. “Peningkatan penguasaan perkalian dan pembagian melalui
pembelajaran matematika dengan variasi metode kumon”. UMS: Skripsi
(Tidak diterbitkan).
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Djoko, Seno dan Kuncoro Wildan. 2006. Pemahaman dan Penerapan Konsep Matematika. Surakarta: CV. Putra Nugraha.
Ellen A. Sigler dan Julie Saam. 2006. “Teacher Candidates’ Conceptual
Understanding of Conceptual Learning: From Theory to Practice”. Journal of Scholarship of Teaching and Learning, Vol. 6, No. 1, August 2006, pp. 118 - 126.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nur, Dyah. 2011. “peningkatan motivasi dan pemahamn konsep siswa dalam pembelajaran matematika melalui stategi pembelajaran aktif Course Review Horey ( PTK siswa kelas VII SMP N 2 Sawit tahun ajaran 2011/2012) ”. UMS: Skripsi (Tidak diterbitkan).
Nurharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Surakarta: CV. Ar - Rahman
Rubino, Rubiyanto. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: PGSD FKIP UMS.
Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam peningkatan mutu pendididkan. Bandung: Alfabeta.
Setyadi, Chalis. 2009. Rumus Dahsyat Matematia. Yogyakarta: CV. Solusi Distribusi.
Silberman, Mel. 2001. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis.
Subadi, Tjipto. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Badan Penerbit FKIP UMS.
. 2011. Inovasi Pendidikan. Surakarta: Badan Penerbit FKIP UMS. Sudirman. 2007. Cerdas Aktif Matematika. Jakarta: Ganesa Exact.
Sutama. 2011. Penelitian Tindakan (Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK). Semarang: CV. Citra Mandiri Utama.
Sutama. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Surya Offset.