• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8

KOTA BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh

Mitha Pradipa Madawati NIM 1205599

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN

IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY

SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8

KOTA BANDUNG

Oleh

Mitha Pradipa Madawati

Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah saru syarat

memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan

pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Mitha Pradipa Madawati 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Karya Tulis Ilmiah ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan

(3)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(4)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN

IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

ABSTRAK

HIV/AIDS ditemukan pertama kali di Indonesia di provinsi Bali. Sejak 1987 sampai dengan September 2014, HIV/AIDS tersebar di 389 (78%) dari 498 kabupaten/kota diseluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif infeksi HIV tertinggi di Indonesia pada tahun 2014 yaitu DKI Jakarta (32.782), diikuti Jawa Timur (19.249), Papua (16.051), Jawa Barat (13.507) dan Bali (9.637). Kejadian AIDS terbanyak pada usia 20-29 tahun dengan masa inkubasi 10 tahun, maka awal terkena infeksi HIV kemungkinan terjadi pada umur 10-19 tahun yang merupakan fase remaja. Upaya untuk menurunkan kejadian HIV/AIDS pada remaja membutuhkan penanganan yang terintegrasi dan menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X SMA Pasundan 8 Kota Bandung. Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescense, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya pematangan fisik saja, tetapi juga sosial dan psikologis. Menurut Depkes RI dan BKKBN batasan remaja adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Penelitian ini dilakukan selama tiga hari pada tanggal 21, 25 dan 26 Mei 2015. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Kota Bandung ini berjumlah 145 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 85 orang dan siswa perempuan sebanyak 60 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan teknik random sampling dengan jumlah sampel 106 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS yang baik yaitu diperoleh 53 orang dengan persentase sebanyak 50%. Dari hasil tersebut terdapat kategori kurang pada indikator penanganan HIV/AIDS, didapatkan hasil sebanyak 56 responden dengan persentase sebanyak 53%. Oleh karena itu, diharapkan pihak sekolah dapat bekerja sama dengan puskesmas ataupun petugas kesehatan terkait dalam pemberian pendidikan kesehatan dan bimbingan konseling khususnya tentang penanganan HIV/AIDS secara berkala kepada siswa-siswi SMA Pasundan 8 Kota Bandung.

(5)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

HIV/AIDS in Indonesia was first discovered in Bali. From 1987 to September 2014, HIV/AIDS had spread across 389 (78%) out of 498 regions in the whole provinces. The highest infected area in 2014 was DKI Jakarta (32,782), followed by East Java (19,249), Papua (16,051), West Java (13,507), and Bali (9,637). The most infected age was 20-29 years old with the incubation period of ten years. It means that the first infection was most likely to happen at the age of 10-19, which is in the adolescence phase. The endeavor to diminish HIV/AIDS infection in teenager requires an integrated as well as inclusive effort. This study aims to discover teenager’s knowledge of HIV/AIDS, more specifically to the 10th grade students of Pasundan 8 Senior High School Bandung. Teenager or adolescence was originated from Latin, which means “to grow up or to ripen”. It is the period of physical, psychological, and social development from puberty into maturity. According to Department of Health Republic of Indonesia and BKKBN (Indonesian Population and Family Information Network) the age limit of adolescence is 10-19 years old and has not yet married. The study was conducted for three days on 21st, 25th, and 26th May 2015. Descriptive qualitative was used as the methodology of this study. The population of 10th grade students Pasundan 8 Senior High School Bandung was 145 students: 85 male students and 60 female students. The data was collected through questionnaire using random sampling technique with 106 samples. The result shows that the majority of the students, which is 53 people or 50%, have sufficient knowledge of HIV/AIDS. Based on the result, there is insufficient category in HIV/AIDS handling effort according to 56 respondents with the percentage of 53%. Hence, it is expected that the school could work together with local health center in giving periodic health education and counseling, especially related to HIV/AIDS treatment to the students of Pasundan 8 Senior High School.

(6)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengetahuan ... 8

1. Pengetian Pengetahuan... 8

2. Ranah Kognitif-Pengetahuan ... 8

3. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 9

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 12

5. Cara Pengukuran Pengetahuan ... 14

B. Remaja... 14

1. Pengertian Remaja ... 14

2. Perkembangan dan Ciri-ciri Remaja ... 14

(7)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Sejarah HIV/AIDS ... 16

2. Pengertian HIV/AIDS ... 17

3. Gejala HIV/AIDS ... 17

4. Fase-fase HIV/AIDS ... 18

5. Patologi ... 20

6. Penyebab AIDS ... 21

7. Cara Pencegahan ... 22

8. Cara Penularan ... 24

9. Penanganan HIV/AIDS ... 26

10.Kerangka Teori... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Partisipan ... 28

C. Lokasi, Populasi dan Sampel ... 28

D. Definisi Operasional... 30

E. Instumen Penelitian ... 31

F. Pengumpulan Data ... 32

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 33

H. Etika Penelitian ... 35

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Temuan ... 38

B. Pembahasan ... 41

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI ... 43

A. Simpulan ... 43

B. Implikasi ... 43

C. Rekomendasi ... 43

D. Keterbatasan dan Hambatan Penelitian ... 43

(8)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(9)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang

diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).

HIV merusak sistem ketahanan tubuh, sehingga orang-orang yang menderita

penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan

penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV belum

tentu mengidap AIDS. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan

terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang

biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem

imun tubuh (Sopiah, 2009).

HIV akan menyerang sel-sel darah putih jika HIV masuk ke dalam

peredaran darah seseorang. Sel darah putih akan mengalami kerusakan yang

berdampak pada melemahnya kekebalan tubuh seseorang. HIV/AIDS

kemudian akan menimbulkan terjadinya infeksi opportunistic lesi

fundamental pada AIDS ialah infeksi limfosit T helper (CD4+) oleh HIV

yang mengakibatkan berkurangnya sel CD4+ dengan konsekuensi kegagalan

fungsi imunitas (Smeltzer, 2001).

Penyakit menular ini sangat menarik perhatian dunia sehingga badan

dunia UN (United Nations) bekerjasama dengan WHO (World Health

Organization) menyatakan bahwa, penyakit menular ini dipengaruhi oleh

perkembangan kesehatan tubuh seseorang yang dimana ada beberapa faktor

antara lain faktor keturunan, faktor kesehatan, faktor lingkungan, dan faktor

perilaku (Kurniawan, 2011). Menurut WHO dalam Laporan Kemajuan 2011,

pada akhir tahun 2010, diperkirakan 34 juta orang (31.600.000-35.200.000)

hidup dengan HIV di seluruh dunia (Sianturi, 2012).

Epidemi HIV di Asia masih banyak terkonsentrasi pada Injecting

(10)

2

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penjaja seks (heteroseksual maupun homoseksual) beserta pelanggan maupun

(11)

penetrasi tanpa kondom antara laki-laki, pengguna narkoba suntik, suntikan

yang tidak aman dan transfusi darah (WHO, 2007).

Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia

terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan

(Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2006). Estimasi penduduk dunia

yang menderita HIV pada tahun 2008 menurut United Nation Programme on

HIV/AIDS (UNAIDS) adalah sekitar 33,4 juta orang dengan angka kematian

sekitar 2 juta orang. Benua Afrika adalah benua dengan penderita HIV/AIDS

terbanyak (25,5 juta kasus) dimana Afrika Utara sebagai negara dengan

HIV/AIDS terbanyak (sekitar lima juta kasus) (Depkes RI, 2007). Asia

Tenggara menunjukkan negara dengan kasus HIV/AIDS terbanyak diikuti

oleh Thailand, Myanmar, Indonesia, dan Nepal (UNAIDS, 2010).

Fenomena gunung es dalam kasus HIV dan AIDS di Indonesia

menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Pada tahun 2007,

perkembangan epidemi HIV menunjukkan peningkatan yang sangat tajam.

Jumlah kasus HIV dan AIDS meningkat terus, dan dilaporkan pada akhir

tahun 2007 terdapat 11.141 pasien AIDS dan 6.066 orang HIV positif. Jumlah

ini diperkirakan hanya dari 10 persen dari seluruh orang yang terinfeksi HIV

di Indonesia (Sudikno, Simanungkalit, & Siswanto, 2011).

Penyakit tersebut di Indonesia ditemukan pertama kali di Provinsi Bali.

Sejak 1987 sampai dengan September 2014, HIV/AIDS tersebar di 386

(78%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014).

Jumlah kumulatif infeksi HIV tertinggi di Indonesia yaitu DKI Jakarta

(32.782), diikuti Jawa Timur (19.249), Papua (16.051), Jawa Barat (13.507),

dan Bali (9.637) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014).

Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi

AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan

hampir 100% pasien HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun (Sopiah,

2009). Dari prevalensi AIDS menurut kelompok umur yang paling banyak

(12)

4

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

awal terkena HIV berkisar pada umur 10-19 tahun yang merupakan fase

remaja.

Dari bulan Juli sampai September 2014 jumlah infeksi HIV

dilaporkan sebanyak 7.335 orang. Persentase HIV tertinggi dilaporkan pada

kelompok umur 25-49 tahun (69,1%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun

(17,2%) dan kelompok umur > 50 tahun (5,5%). Resiko HIV antara laki-laki

dan perempuan adalah 1:1. Persentase faktor resiko HIV tertinggi adalah

hubungan seks beresiko pada heteroseksual (57%). LSL (Lelaki Seks Lelaki

15%) dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (4%) (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014).

Pada AIDS sendiri dari bulan Juli sampai September 2014 jumlah

yang dilaporkan sebanyak 176 orang. Persentase AIDS tertinggi pada

kelompok umur 30-39 tahun (42%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun

(36,9%) dan kelompok umur 40-49 tahun (13,1%). Resiko AIDS antara

laik-laki dan perempuan adalah 2:1. Persentase faktor resiko AIDS tertinggi

adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual (67%). LSL (6 %),

penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (6%), dan dari ibu postitf

HIV ke anak (4%) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014).

Pendataan yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO)

selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kelompok remaja dan

dewasa produktif usia 15-24 tahun, merupakan salah satu kelompok yang

paling rentan terhadap HIV/AIDS. Kelompok remaja pada umumnya tidak

memiliki akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan yang memadai

(Hermawan & Guntur, 2006).

Pada anak remaja sesuai tahap tumbuh kembang secara psikososial

selalu berkeinginan untuk mencoba sesuatu yang baru, mencari identitas diri

dan uji nyali. Jika dianalisis, maka potensi anak remaja untuk

melakukan/mencoba sesuatu dapat menjadi meningkat, jika tidak ada

(13)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HIV/AIDS makin tinggi karena kurangnya pengetahuan (Nurachmah &

Mustikasari, 2009).

Remaja menjadi salah satu kelompok rentan dalam epidemi

HIV/AIDS. Usia remaja adalah usia yang mulai mengeksplorasi rasa ingin

tahu dari masalah pergaulan sampai masalah hubungan seks dengan orang

misalnya pacar dan pekerja seks. Perkembangan seksualitas merupakan masa

kritis bagi remaja. Saat remaja mengalami masa pubertas yang ditunjukan

dengan terjadinya aktifitas hormonal yang sangat aktif. Hal tersebut

menyebabkan rasa keingintahuan remaja tentang seks dan kesehatan

reproduksi meningkat (Sopiah, 2009).

Jika permasalahan yang dihadapi remaja tersebut tidak segera

ditanggulangi, maka akan berdampak pada makin tingginya angka HIV/AIDS

dan hilangnya masa produktif dari penderita sehingga pada akhirnya

berdampak pada kehilangan usia produktif di Indonesia (Nurachmah &

Mustikasari, 2009).

Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah mengkaji perilaku yang

mengarah pada penularan HIV/AIDS sejak usia sekolah. Harapannya, apabila

teridentifikasi perilaku berisiko tertular HIV/AIDS, maka penanganan

selanjutnya menjadi lebih fokus dan tuntas. Sampai saat ini masih sedikit

penelitian yang mengidentifikasi faktor pencegahan terkait perilaku berisiko

tertular sehingga suatu model intervensi kegiatan pencegahan dini belum

dapat dikembangkan (Nurachmah & Mustikasari, 2009).

Berkaitan dengan upaya mengatasi HIV/AIDS dikalangan remaja dan

dewasa muda, sangat penting bagi kita untuk mengerti apa yang mereka

ketahui tentang HIV/AIDS. Data dari Survei Nasional Remaja tentang

HIV/AIDS tahun 2000, menunjukkan bahwa remaja Amerika tahu beberapa

informasi dasar tentang HIV/AIDS tapi ingin tahu lebih banyak. Lebih dari

90% remaja tahu bahwa berbagi jarum dan 92% melakukan hubungan seksual

(14)

6

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hanya 69% tahu bahwa seks oral tanpa kondom juga merupakan faktor risiko

(Noviana, 2013).

Jawa Barat termasuk pemberi kontribusi yang besar untuk kasus HIV

di Indonesia. Menduduki peringkat 5 teratas menjadikan hal tersebut perlu

perhatian lebih . Apalagi dengan jumlah kasus mencapai 13.507 kasus. Kota

Bandung termasuk yang berkontribusi tinggi dengan jumlah 820 kasus.

(Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 31 Maret

2015 di SMA Pasundan 8 Kota Bandung, belum pernah diadakan penelitian

yang meneliti pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X

SMA Pasundan Kota Bandung. Dari studi pendahuluan tersebut yang

dilakukan dengan instrumen wawancara, didapatkan 4 dari 10 orang siswa

yang belum terlalu mengetahui apa itu HIV/AIDS.

Faktor pengetahuan para remaja mempengaruhi tingginya kasus

HIV/AIDS di usia remaja. Oleh karena itu diperlukan komunikasi dan

informasi bagi masyarakat khususnya bagi para remaja agar terhindar dari

masalah HIV/AIDS tersebut. Remaja juga perlu mengetahui bagaimana

tingkat dari pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi pengetahuan, dan cara mengukur pengetahuan agar

remaja bisa memahami masalah yang sedang terjadi saat ini di usianya

sekarang.

Peneliti mengambil siswa kelas X dengan alasan pencegahan tentang

HIV/AIDS harus diberikan sejak awal remaja karena pada masa remaja awal

tersebut rasa ingin tahu dan ingin mencoba yang sangat tinggi. Adapun lokasi

penelitian diambil di SMA Pasundan 8 Kota Bandung dengan alasan tampak

di SMA Pasundan 8 Kota Bandung mempunyai banyak fasilitas yang

memungkinkan para siswa mendapatkan informasi yang cukup mengenai

berbagai bidang ilmu, khususnya tentang kesehatan baik melalui buku,

(15)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berada ditengah kota dengan pegaulan remaja zaman sekarang yang

mudah bergaul dengan siapa saja.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, penelitian yang berjudul “Gambaran

Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas X SMA

Pasundan 8 Kota Bandung” sangat penting untuk diteliti. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran pengetahuan

remaja tentang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency

Syndrom di SMA Pasundan 8 Kota Bandung?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang Human

Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrom pada siswa

kelas X SMA Pasundan 8 Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Peneliti mampu menerapkan secara langsung ilmu yang diperoleh selama

pendidikan dan melakukan penelitian yang diperlukan dalam

menyelesaikan tugas akademis.

2. Manfaat Praktis

a. SMA Pasundan 8 Kota Bandung

Hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi pihak sekolah untuk

bekerja sama dengan puskesmas ataupun petugas kesehatan terkait

dalam pemberian pendidikan kesehatan dan bimbingan konseling

khususnya siswa – siswi di SMA Pasundan 8 Kota Bandung.

(16)

8

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan pendidikan

kesehatan dan bimbingan konseling bagi para siswa di sekolah tentang

HIV/AIDS.

E. Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah

Untuk mempermudah dalam penyusunan selanjutnya, maka penulis

memberikan rancangan isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan

teori tentang pengetahuan, tingkat pengetahuan, cara memperoleh

pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, cara

pengukuran pengetahuan, pengertian remaja, perkembangan dan ciri-ciri

remaja, tugas-tugas perkembangan masa remaja, perubahan psikologis masa

remaja, sejarah human immunodeficiency virus, pengertian Human

Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrom, gejala,

fase-fase, pathogis, penyebab, cara pencegahan, cara penularan, dan penanganan

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrom.

BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain

penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur

penelitian dan analisa data.

BAB IV Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai

pengolahan atau analisis data serta pembahasan temuan.

BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Dalam bab ini akan

diuraikan mengenai hasil analisis temuan. Selain itu, pada bab ini juga

dibahas mengenai rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan

(17)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian merupakan

rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat

memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian

mengacu pada jenis penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian,

serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut.

Desain penelitian membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari

pertanyaan penelitian dengan sahih, objektif, akurat serta hemat (Setiadi,

2007).

B. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pasundan 8

Kota Bandung. Karakteristik partisipan penelitian adalah partisipan berada

pada rentang usia 15-18 tahun, bersedia menjadi riset partisipan.

C. Lokasi, Populasi dan Sampel

1. Lokasi

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini di SMA Pasundan 8

Kota Bandung yang beralamat jalan cihampelas no. 167. Penelitian

dilakukan selama tiga hari pada tanggal 21, 25 dan 26 Mei 2015.

2. Populasi

Populasi penelitian adalah sekumpulan orang/objek dan objek yang

diamati dan memiliki kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2007).

Populasi pada penelitian ini adalah remaja kelas X di SMA Pasundan 8

Kota Bandung yang berjumlah 145 orang. Dengan jumlah siswa laki-laki

sebanyak 85 orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 60 orang.

(18)

29

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2007).

(19)

Pasundan 8 Kota Bandung. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan

rumus sederhana yaitu:

n= N

1+N(d2)

Keterangan:

N : Besarnya populasi (orang)

n : Besarnya sampel

d2 : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 5 %

Rumus :

n=1+N(dN 2) = 1+145(0,05145 2)

n=1+145 0,0025145 = 1+0,3625145 = 1,3625145

= 106,4 orang = 106 orang (Notoatmodjo, 2005)

Cara pengambilan sampel ini menggunakan teknik simple random

sampling yaitu hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana

adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Apabila besarnya sampel

diinginkan itu berbeda-beda, maka besarnya kesempatan bagi setiap satuan

elementer untuk terpilih pun berbeda-beda. Teknik pengambilan sampel

secara acak sederhana ini dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan

mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian, dan

dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number)

(Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

pengambilan sampel secara acak sederhana dengan cara undian, yaitu:

Kelas X : 145 siswa ( yang terdiri lima kelas, kelas X1 : 10 orang, kelas X2 :

34 orang, kelas X3: 32 orang, kelas X4 : 32 orang, kelas

X5 : 37 orang).

Dengan menggunakan rumus sampel 1= � � � �× � � �

(20)

31

Kelas X-1 = × = 7 siswa

Kelas X-2 = × = 25 siswa

Kelas X-3 = × = siswa

Kelas X-4 = × = siswa

Kelas X-5 = × = siswa +

Jumlah sampel = 106 siswa

Dari 106 siswa semua bersedia menjadi responden.

Kriteia responden yang layak untuk diletili:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakterisitik sampel yang dapat

dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dari penelitian ini

adalah:

1) Siswa-siswi kelas X

2) Siswa/i berusia 15-18 tahun

3) Siswa yang hadir pada saat pengisian kuesioner

4) Bersedia berpartisipasi menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi meruapakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:

Siswa-siswi yang tidak masuk sekolah pada saat pengambilan data

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang

lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti

(Notoatmodjo, 2007). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah

(21)
[image:21.595.82.561.106.280.2]

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Cara Pengukuran

Alat Ukur Kategori Skala Ukur Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS Segala sesuatu yang diketahui siswa tentang HIV/AIDS

1. Pengertian HIV/AIDS 2. Gejala HIV/AIDS 3. Penyebab HIV/AIDS 4. Pencegahan HIV/AIDS 5. Penularan HIV/AIDS 6. Penanganan HIV/AIDS Menggunakan skala Guttman dengan toal pertanyaan 28, responden mengisi kuesioner yang berisi

pertanyaan tentang pengetahuan HIV/AIDS

Kuesioner 1. 76-100% : Baik 2. 56-75% :Cukup 3. <56%: Kurang

Ordinal

Sumber: (Arikunto, 2006).

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner,

dimana peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek dan subjek

menjawab secara bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti secara bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Adapun bentuk pernyataan yang digunakan dalam kuesioner ini

adalah kuesioner berbentuk pilihan dimana jawabannya telah disediakan

closed ended item.

Kuesoiner dalam penelitian ini menggunakan skala Guttman yaitu

skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban tegas

seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan ya dan tidak, positif dan negatif,

setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala Guttman ini umumnya dibuat

seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1

(22)

33

[image:22.595.109.532.126.293.2]

Adapun kisi-kisi dari kuesioner tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner

No. Variabel Indikator No. Soal Jumlah (soal) 1 Pengetahuan

Remaja tentang HIV/AIDS Pengetahuan HIV/AIDS Penyebab HIV/AIDS Gejala HIV/AIDS Penanganan HIV/AIDS

Cara penularan HIV/AIDS Pencegahan HIV/AIDS JUMLAH 1,2,3,4,5 6,7,8 9,10,11,12,13,14,15 16,17 18,19,20,21,22,23,24 25,26,27,28 5 3 7 3 7 4 28

Uji validitas kuesioner dilakukan kepada 20 responden di SMA

Pasundan 2 Kota Bandung pada tanggal 18 Mei 2015. Dari 28 pertanyaan, 10

pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan 18 pertanyaan tersebut tidak valid

karena r hasil < 0,444. Pertanyaan yang tidak valid selanjutnya diperbaiki

redaksi kalimatnya kepada pembimbing, dan tetap digunakan untuk penelitian

yang sebenarnya.

Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah membandingkan nilai r

tabel. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah ‘Alpha’. Bila r Alpha

lebih besar dari konstanya (0,6), maka pertanyaan tersebut reliabel

( riyanto,2009).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas kepada 20 orang responden di SMA

Pasundan 2 Kota Bandung didapatkan nilai r (alpha)= 0,658 sehingga

diperoleh kesimpulan bahwa item pertanyaan tersebut reliabel.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner

tertutup kepada responden dengan memilih alternatif jawaban yang

disediakan. Data diperoleh dari data primer yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari objek penelitian oleh peneliti, sehingga diperoleh jawaban atas

pentanyaan yang disediakan (Riwidikdo, 2007). Peneliti menggunakan data

primer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang

(23)

Pengambilan data dilakukan setelah siswa diberi penjelasan terlebih

dahulu mengenai tujuan dan tata kerja penelitian serta bersedia untuk

dijadikan sampel penelitian. Siswa diminta untuk mengisi dengan lengkap

kuesioner yang telah disediakan. Selama pengambilan data, peneliti

mendampingi siswa agar dapat memberikan penjelasan terhadap pertanyaan

yang tidak dimengerti oleh siswa. Peneliti kemudian memeriksa kembali

kelengkapan jawaban dari kuesioner yang telah diisi.

G. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian berguna untuk mempermudah dalam

menyelesaikan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Menentukan masalah, rumusan masalah, studi kepusatakaan, studi

pendahuluan, penyusunan proposal penelitian dan instrumen, mengajukan

proposal pada dosen pembimbing, serta permohonan izin penelitian

kepada pihak-pihak yang terkait dan izin pengambilan data kepada kepala

sekolah SMA Pasundan 8 Kota Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kontrak waktu dengan para responden, menjelaskan maksud dan

tujuan diadakannya penelitian, izin persetujuan penelitian dari para

responden, pembagian kuesioner, pengumpulan kuesioner, dan

pengecekan kelengkapan lembar jawaban responden.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Hidayat (2009), dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya :

a. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap data-data

yang ada, terutama dalam kelengkapan data yang dikumpulkan.

Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban dan

penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian. Hal ini

dilakukan di lapangan sehingga sehingga apabila terdapat data yang

(24)

35

b. Coding

Mengkonversi (menerjemahkan) jawaban-jawaban yang terkumpul

dari responden ke dalam kategori-kategori dengan cara memberi

kode/tanda berbentuk angka pada masing-masing jawaban sehingga lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan untuk keperluan analisis yaitu skala

penilaian 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.

Hasil kemudian dikategorikan berdasarkan Arikunto (2006), baik apabila

persentase 76%-100% dari hasil skor, cukup 56%-75% dari hasil skor,

kurang apabila <55% dari hasil skor.

c. Entri data

Memasukkan data dengan bantuan perangkat lunak komputer

sesuai dengan kodifikasi yang telah dibuat, sesuai dengan jawaban

masing-masing pertanyaan (Notoatmodjo,2010).

d. Melakukan teknis analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

angka menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,2010). Analisis

secara diskriptif ini menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap

variabel, dan disajikan dalam bentuk narasi,tabel dan diagram.

Rumus yang dipakai untuk menghitung persentase adalah sebagai

berikut :

Keterangan :

x = hasil persentase

f = hasil pencapaian/jumlah jawaban yang benar

n = hasil pencapaian maksimal/jumlah total pertanyaan

100% = bilangan konstanta tetap x= f x 100%

(25)

Selanjutnya hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan

kedalam tiga kategori yaitu:

1) Baik : jika 76%-100% jawaban benar.

2) Cukup : jika 56%-75% jawaban benar.

3) Kurang : jika < 55% jawaban benar.

Sumber: (Arikunto, 2006) .

H. Etika Penelitian

Pada penelitian ilmu keperawatan, hampir 90 persen subjek penelitian

yang digunakan adalah manusia. Oleh karena itu, peneliti harus memahami

prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika dalam

penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu

prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan

(Nursalam, 2008).

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari Penderitaan

Perlakuan pada penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan

kerugian kepada subjek. Peneliti hanya memberikan kuesioner pada

responden tanpa adanya perlakuan ke responden.

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian tidak merugikan dalam bentuk

apapun bagi pihak manapun. Peneliti mengutamakan privasi subjek

dengan menggunakan ruangan khsusu selama pengisian kuesioner,

sehingga dapat diminimalisir kemungkinan eksploitasi dalam pengisian

kuesioner.

c. Risiko (Benefits Ratio)

Penelitian ini sudah dipertimbangkan, bahwa tidak ada risiko

yang berakibat pada subjek setiap dilakukan pengumpulan data.

Penelitian ini tidak menimbulkan risiko karena sudah dipertimbangkan

(26)

37

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

a. Hak untuk Ikut/Tidak Menjadi Responden (Right To Self

Determination)

Penelitian ini memperlakukan subjek secara manusiawi. Subjek

mempunyai hak kesediaan untuk menjadi subjek maupun tidak, tanpa

adanya sanksi atau paksaan dalam bentuk apapun. Peneliti

mengantisipasi dengan adanya pemberian inform consent sebelum

pengisian kuesioner.

b. Hak untuk Mendapat Jaminan dari Perlakuan yang Diberikan

Peneliti dalam hal ini memberikan penjelasan secara rinci

mengenai prosedur pengisian kuesioner, dalam pengisian kuesioner ini

semua subjek terjamin kerahasiaannya. Selain itu, peneliti juga

menjelaskan tujuan, manfaat dan kerugian yang dialami subjek dalam

pengisian kuesioner.

c. Informed Consent

Subjek mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak responden. Pada informed consent

tercantum bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu keperawatan.

3. Prinsip Keadilan (Right to Justice)

a. Hak untuk Mendapatkan Perlakuan yang Adil (Right in Fair

Treathment)

Subjek penelitian dalam hal ini dilakukan secara adil dan baik

sebelum, selama dan sesudahn keikutsertaannya dalam penelitian tanpa

adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia. Subjek

diperlakukan secara adil dengan mengisi kuesioner yang sama.

b. Hak Atas Kerahasiaannya (Right to Privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dijaga kerahasiaannya, sehingga perlu adanya tanpa

nama (anonymity) dan rahasia (confidentially) dengan cara menuliskan

(27)

Kerahasiaannya subjek terjamin karena dalam pengisian kuesioner

subjek tidak perlu mencantumkan nama, namun peneliti hanya

menuliskan kode pada lembar kuesioner dan jika penelitian sudah

(28)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan

remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X SMA Pasundan 8 Kota

Bandung didapatkan hasil secara umum berada pada kategori berpengetahuan

baik. Dengan hasil sebanyak 53 siswa dalam kategori baik dengan persentase

sebanyak 50%. Namun masih ditemukan sebagian kecil siswa dalam kategori

berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 9 siswa dengan persentase sebanyak

8,5%.

B. Implikasi

Hasil penelitian yang berkategori baik ini, diharapkan akan

berdampak pada semakin baik bagi pelayanan kesehatan untuk melakukan

upaya lanjutan untuk menerapkan strategi promosi kesehatan bagi siswa SMA

mengenai HIV/AIDS dan pembentukan sikap yang tepat terhadap perilaku

seksual remaja. Hasil penelitian ini juga dapat membantu pihak sekolah untuk

menyusun rencana terkait dengan penyuluhan tentang HIV/AIDS yang

melibatkan faktor-faktor yang menjadi sumber informasi bagi siswa-siswi

disekolah .

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang diajukan yaitu:

1. Bagi SMA Pasundan 8 Kota Bandung

Diharapkan pihak sekolah dapat bekerja sama dengan puskesmas

ataupun petugas kesehatan terkait dalam pemberian pendidikan kesehatan

dan bimbingan konseling khususnya tentang penanganan HIV/AIDS

secara berkala kepada siswa-siswi SMA Pasundan 8 Kota Bandung.

2. Penelitian selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya

dengan menggunakan desain penelitian yang lebih baik yang berkaitan

(29)

remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas X SMA Pasundan 8 Kota

(30)

45

tersebut antara lain terdapat beberapa responden yang tidak hadir saat

melakukan pengisian kuesioner.

Kondisi lingkungan pada saat dilakukan pengambilan data kurang

kondusif yang memungkinkan terjadinya penurunan konsentrasi saat

melakukan pengisian kuesioner yang mengakibatkan siswa menjawab kurang

maksimal. Sebelumnya peneliti sudah berusaha untuk menenangkan siswa,

(31)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Chandra, A. (2009, November 29). Awas AIDS Mengintai Generasi Muda.

Dipetik Maret 29, 2015, dari Kompas:

http://www.lipsus.kompas.com/oscar/read/11/29/11533048/AIDS.Mengint ai.Mengintai.Generasi.Muda.

Erfandi. (2009). Pengetahuan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Dipetik Maret 30, 2015, dari wordpress: http://forbetterhealth.wordpress.com

Global report: UNAIDS Report On The Global AIDS Epidemic. (2010). Dipetik Maret 29, 2015, dari who: www.who.int

Hermawan, & H.A, G. (2006). Perspektif Masa Depan Imunologi-Infeksi Edisi 2. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

HIV/AIDS in South East Asia Region-Situation Update. (t.thn.). Dipetik Maret 29, 2015, dari who: www.who.int

Madyan, A. (2009). AIDS Dalam Islam: Krisi Moral atau Krisi Kemanusiaan. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Nasronudin. (2013). HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis dan Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.

Notoatmodjo. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Noviana, N. (2013). Catatan Kuliah Kesehatan Reproduksi & HIV AIDS. Jakarta: Trans Info Media (TIM).

Nurachmah, E., & Mustikasari. (2009). Faktor Pencegahan HIV/AIDS. Makara, Kesehatan , 63-68.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, & Kurniawati, N. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

(32)

46

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46

Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sianturi, S. (2012). Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat Dengan Tindakan Penggunaan Kondom Pada WPS Untuk Pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Precure Tahun 1 Volume 1 .

Situasi HIV/AIDS di Indonesia 1987-2006. Pusat Data dan Informasi Depkes RI: Jakarta. (2007). Dipetik Maret 28, 2015, dari depkes: http://www.depkes.go.id

Situasi HIV/AIDS di Indonesia. (2007). Diambil kembali dari Depkes: http://www.depkes.go.id

Smeltzer, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. (Agung Waluyo. Penerjemah). Ed. 8. Jakarta: EGC.

Sopiah, P. (2009). Lindungi Pelajar Dari Serangan Virus HIV/AIDS. Bandung: Elisa Surya Dwitama.

Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 2007-2010. KPA: Jakarta. (2006). Dipetik Maret 29, 2015, dari spiritia: http://spiritia.or.id

Subuh, H. M. (2014). Laporan Perkembangan HIV/AIDS Triwulan III. Jakarta: Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Sudikno, Simanungkalit, B., & Siswanto. (2011). Pengetahuan HIV dan AIDS Pada Remaja Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi , 145-154.

Sudoyo, e. a. (2006). Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, Ed. 4. jakarta: Pusat Penertiban Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sunaryati, S. (2011). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Yogyakarta: Flashbooks.

Utari, R. (2011). Taksonomi Bloom Bagaimana Menggunakannya? Pusdiklat KNPK.

Widyastuti, d. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitrimaya.

(33)

Mitha Pradipa Madawati, 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar

Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner

Referensi

Dokumen terkait

4) Pelayanan yang cepat, tepat dan sederhana. 5) Penetapan prosedur operasional sesuai dengan asas penye- lenggaraan informasi publik.. Laporan Pengelolaan dan

Patofisiologi terjadinya nyeri pada kasus osteoarthritis yaitu ketika tulang rawan memecah terjadi stres mekanik berlebihan dan jatuh pada struktur- struktur sendi

Karena nilai signifikansi 0,775 &gt; 0,05 maka tidak terdapat pengaruh pelanggan PLN di kota yang signifikan dengan interaksi model fak- tor kebebasan, faktor kemudahan dan faktor

melakukan penilaian secara lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot preferensi yang sudah ditentukan, selain itu SAW juga dapat menyeleksi alternatif

Alhamdulillah, setelah melalui perjuangan panjang menaklukkan segala rintangan, melewati berbagai goncangan keputus-asaan dan tenggelam dalam samudra kegagalan yang

Hal ini menunjukkan bahwa inovasi, adopsi e-commerce, dan keunggulan kompetitif merupakan prediktor dari kinerja pemasaran sehingga UKM penting untuk memperhatikan dan

• Proses adjustment stock opname bisa dilakukan pada tanggal yang berbeda sehingga anda tidak perlu tutup toko seharian yang mengakibatkan kehilangan kesempatan untuk menjual

Dalam rangka mendukung pelaksanaan bakti sosial Mahasiswa STT Sul-Bar pada tanggal 25 Mei 2017 di Jemaat Patudaan Klasis Buttulangi, maka Panitia Pelaksana akan melakukan