KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT
GUNUNG TAMPOMAS DAN DARMARAJA
(Kajian Karakter Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan, Dan Kerja Keras Dalam Kontek Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD).
oleh Windu Mandela
1302779
ABSTRAK
Nilai karakter kurang tercermin dalam kepribadian para pemimpin. Seperti maraknya korupsi dan tidak dapat mengayomi masyarakat. Selain itu, bahan pembelajaran pun kurang memanfaatkan yang ada di sekitar. Seperti pemanfaatan cerita rakyat, dalam cerita rakyat terdapat nilai karakter. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakter Tanggung-Jawab, Semangat Kebangsaan, dan Kerja Keras yang terkandung di dalam cerita rakyat Gunung Tampomas dan Darmaraja. Setelah itu memformulasikannya kedalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa SD kelas V. Jenis penelitian ini ialah kualitatif analisis deskrtiptif. Peneliti menganalisis nilai karakter cerita kemudian mendeskripsikannya. Hasil analisis, terdapat nilai karakter yang terkandung dalam cerita rakyat Gunung Tampomas dan Darmaraja.
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STUDY OF THE STRUCTURE AND THE CHARACTER VALUE GUNUNG TAMPOMAS FOLKLORE AND DARMARAJA (Study character Responsibility, Spirit of Nationality, and Hard Work In the context of Learning
Indonesian Language Class V SD).
by Windu Mandela
1302779
ABSTRACT
Values less character is reflected in the personality of the leader. Such as rampant corruption and can not protect the public. In addition, the learning materials was less utilize existing around. Such as the use of folklore, folklore there is a character value. The purpose of this study to determine the character of Responsibility, Spirit of Nationality, and Work Hard contained in folklore Gunung Tampomas and Darmaraja. After that formulated into Indonesian learning for elementary school students class V. This type of research is qualitative analysis deskrtiptif. Researchers analyzed the value character of the story and then describe it. Results of the analysis, there is a character value contained in folklore Gunung Tampomas and Darmaraja.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI A. Sastra Lisan, Tradisi Lisan, Folklore, dan Cerita Rakyat ... 5
B. Karakter dan Pendidikan Karakter ... 18
C. Bahan Ajar ... 28
D. Teori Struktur ... 34
E. Penelitian Terdahulu ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 40
B. Pendekatan ... 41
C. Teknik Pengumpulan Data... 42
D. Data dan Sumber Data ... 44
E. Teknik Analisis Data Penelitian ... 46
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Struktur dan Nilai Karakter Cerita Gunung Tampomas... 53
B. Analisis Struktur dan Nilai Karakter Darmaraja ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Karakter dan Pendidikan Bangsa ... 47
3.2 Format Analisis Nilai Karakter ... 51
4.1 Susunan Sintagmatik dan Pragdimatik Cerita Gunung Tampomas ... 61
4.2 Nilai-nilai Karakter Tokoh Cerita Rakyat Gunung Tampomas ... 66
4.3 Susunan Sintagmatik dan Pradigmatik Cerita Darmaraja ... 74
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A ...
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia ...
A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia ...
Lampiran B ...
B.1. Jugment Ahli ...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan
delapan belas nilai karakter. Ada pun dari delapan belas nilai karakter tersebut, tiga
yang menjadi pusat kajian dalam penelitian ini, yakni Tanggung-jawab, Semangat
Kebangsaan, dan Kerja Keras. Tiga nilai karakter ini merupakan beberapa nilai yang
membentuk nilai kepemimpinan. Nilai kepimpinan penting untuk ditanamkan dalam
kepribadian anak didik, sebab anak didik akan menjadi generasi penerus bangsa.
Peran pendidikan sangat besar dalam membentuk generasi yang berkualitas.
Kehidupan berbangsa dan bernegara bekalangan ini semakin
mengkhawatirkan. Sikap Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan, dan Kerja Keras
semakin berkurang. Manusia semakin individualis tidak terlalu memperdulikan
individu yang lain atau keadaan sekitarnya. Bermusyawarah yang merupakan aplikasi
dari sikap demokrasi sudah berkurang. Masyarakat kerap kali memaksakan
kehendaknya tanpa memperdulikan rasa sosial dan tanggung-jawab.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan suku bangsa, adat-istiadat, dan
bahasa, semuanya itu memiliki nilai luhur perihal kehidupan. Seiring perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), perlahan jatidiri bangsa Indonesia yang
tercerminkan dalam nilai kearifan lokal mulai tersisih budaya asing. Hal tersebut
hendaknya menjadi tanda bahaya bagi dunia pendidikan, budaya merupakan aset
yang tidak ternilai sehingga perlu adanya upaya pelestarian.
Perkembangan media yang begitu pesat banyak memberikan dampak positif
bagi sarana informasi. Akan tetapi, tidak setiap tayangan yang disaksikan
memberikan dampak baik, terutama bagi anak-anak. Tayangan kekerasan, film
berbau hedon akan memberi pengaruh buruk bagi perkembangan psikologisnya.
2
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan memberikan contoh karakter yang tidak baik. Melihat kondisi demikian harus
ada antisipasi sedini mungkin, seperti melalui jalur pendidikan.
Kekhawatiran akan masuknya budaya asing yang berbau negatif dan
mengikis nilai karakter budaya bangsa dapat disaring oleh nilai-nilai kearifan lokal.
Transformasi nilai kearifan lokal ini pun beragam bentuknya, bisa melalui arsitektur,
lagu daerah, dan sastra (lisan/tulisan). Hal yang harus dilakukan ialah bagaimana
caranya meramu nilai karakter yang terdapat dalam kearifan lokal ini untuk dijadikan
bahan ajar kepada anak didik sehingga dapat menjadi perisai dari pengaruh negatif.
Dewasa ini, marak pemberitaan yang tidak baik muncul dari pemimpin,
seperti korupsi. Prilaku demikian terjadi karena pemimpin tersebut tidak memiliki
nilai karakter yang baik sebagai seorang pemimpin. Seandainya pemimpin tersebut
memiliki nilai karakter tanggung-jawab dan semangat kebangsaan tindak korupsi
tidak akan mereka lakukan. Apabila hal demikian dibiarkan maka akan berbahaya
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, ekonomi akan terpuruk, bahkan kedaulatan
bangsa pun terancam. Nilai karakter Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan, dan
Kerja Keras harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar yang dipimpinnya dapat
meraih keberhasilan.
Proses transformasi nilai karakter Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan,
dan Kerja Keras dapat dipelajari dari berbagai media, di antaranya melalui Cerita
rakyat Cadas Pangeran dan Sasakala Gunung. Nilai karakter Tanggung-jawab,
Semangat Kebangsaan, dan Kerja Keras terdapat dalam ke-dua cerita rakyat tersebut.
Misalnya, ketika Gunung Tampomas akan meletus, Pangeran yang kali itu sedang
memerintah rela mengorbankan keris kesayangannya untuk dilempar ke kawah
gunung agar gunung tersebut tidak meletus. Begitu pun dengan cerita Cadas Pangeran
ada nilai kepemimpinan yang dapat diambil sebagai bahan pembelajaran.
Sebuah jurnal penelitian yang dikeluarkan oleh Arjuna Jun Avitarhiyana
nilai karakter. Dia melakukan kajian terhadap cerita rakyat Singoprono, dan
mendapatkan 17 nilai karakter yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar.
Gaa Alfonsus dalam tugas akhirnya meneliti nilai moral dalam cerita rakyat
Ine Pare dan pemanfaatan pendidikan karakter. Hasilnya dalam cerita tersebut
memiliki nilai moral, religious, dan individu yang memiliki kaitannya dengan nilai
karakter. Nilai karakter yang ditemukan dalam cerita Ine Pare kemudian dijadikan
sebagai alternative bahan ajar pembelajaran Bahasa Indonesia.
Melihat penelitian yang dilakukan oleh Arjuna Jun Avitarhiyana Angesti,
ada kesamaan, yakni sama-sama mengkaji cerita rakyat lokal untuk dijadikan bahan
ajar. Dalam penelitian tersebut terdapat nilai karakter, begitupun dengan cerita rakyat
Cadas Pangeran dan Sasakala Gunung Tampomas apabila dikaji lebih jauh mungkin
dapat diketemukan nilai karakter dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain terhadap nilai
karakter dalam cerita rakyat memotivasi peneliti untuk mengkaji lebih jauh nilai
karakter Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan, dan Kerja Keras, dalam cerita
rakyat. Hingga akhirnya penelitian ini pun dijuduli: Pendidikan Karakter Dan Budaya
Bangsa Dalam Dongeng Gunung Tampomas Dan Cadas Pangeran Versi Folklore
Sumedang (Kajian Karakter Tanggung-Jawab, Semangat Kebangsaan, Dan Kerja
Keras dalam Kontek Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti
mengidentifikasi berbagai permasalahan, yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur teks cerita rakyat Gunung Tampomas dan Darmaraja versi
folklore Kab. Sumedang?
2. Nilai karakter apa saja yang terkandung di dalam cerita rakyat Gunung
4
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui struktur teks cerita rakyat Gunung Tampomas dan Darmaraja
versi folklore Kab. Sumedang?
2. Untuk mengetahui nilai Tanggung-Jawab, Semangat Kebangsaan, dan Kerja
Keras yang terkandung di dalam cerita rakyat Gunung Tampomas dan Darmaraja
versi folklore Kab. Sumedang?
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis:
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang cerita rakyat
yang dapat dijadikan materi ajar sebagai pendidikan karakter dan budaya
bangsa bagi siswa SD kelas V.
b. Bagi lingkungan akademik hasil kajian ini dapat dijadikan informasi secara riil
dalam merumuskan materi ajar berbasis cerita rakyat yang diambil dari tempat
tinggal siswa.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai pedoman bagi pengawas dalam tugasnya memberikan supervisi pada
Sekolah Dasar.
b. Sebagai panduan bagi guru untuk mengembangkan pendidikan karakter dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Ratna (2011: 34) berpendapat bahwa metode berasal dari kata methodos,
bahasa latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos.
Meta artinya menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan,
cara, arah. Dalam pengertian lebih luas, meotde dianggap sebagai cara-cara, strategi
untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian
sebab akibat berikutnya.
Menurut Koentjaraningrat (1997: 7-8), metode merupakan cara kerja dalam
memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salahsatu
daro berbagai metode yang ada sesuai dengan tujuan, sifat, objek, sifat ilmu atau teori
yang mendukung. Dalam penelitian, objeklah yang menentukan metode yang akan
digunakan. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan, metode
adalah cara kerja yang sistematis untuk menuju dan memahami sasaran yang sedang
atau akan diteliti.
Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah kualitatif. Menurut
Wallen dan Warren (dalam Cahyani ed. 2011:224) adalah studi yang penekananannya
berhubungan dengan aktivitas-aktivitas, situasi-situasi atau bahan-bahan yang
memerlukan deksripsi sesuatu yang utuh.
Mc Millan dan Schamer (dalam Syamsudin dan Vismaia, 2006: 73)
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan investigasi
karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung
dan berinteraksi dengan orang dalam penelitian.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif
41
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tanggung jawab, semangat kebangsaan, dan kerja keras pada struktur cerita yang
dilengkapi dalam kolom instrumen.
B. Pendekatan
Pendekatan menurut Ratna (2011: 53) didefinisikan sebagai cara-cara
menghampiri objek. Sedangkan tujuan pendekatan adalah pengakuan terhadap
hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah strukturalisme.
Menurut Nurgiantoro (1994: 37) Strukturalisme (disamakan dengan pendekatan
objektif). Lebih lanjut Ratna (2011: 73) mengatakan, pendekatan objektif merupakan
pendekatan yang penting sebab pendekatan apa pun yang dilakukan pada dasarnya
bertumpu atas karya sastra itu sendiri. Sedangkan pemahaman dipusatkan pada
analisa terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antar
unsur di satu pihak, dan unusr-unsur dengan totalitas di lain pihak.
Menurut kaum structural yang dipelopori oleh kaum formalis, karya sastra
adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur
pembangunnya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan
gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama
membentuk kebulatan yang indah, Abrams (dalam Nurgiyantoro: 1994:36).
Selain istilah structural dunia kesastraan juga mengenal istilah
strukturalisme. Menurut pandangann kaum ini, penelitian kesasteraan menekankan
pada kajian hubungan antar unsur pembangunan karya yang bersangkutan. Analisa
struktur cerita rakyat dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan
mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik cerita yang bersangkutan.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa dan mendeskripsikan unsut
intrinsik serta menggali nilai-nilai karakter dalam cerita rakyat Sumedang.
Berdasarkan hasil penganalisaan, penulis mengajukan sebuah model pembelajaran B.
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011: 225) pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif dilakukan pada natural setting (kondisi alamiah). Sumber data primer dan
teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant
observation), wawancara mendalam (in dept interview) dan dokumentasi.
Nasution (1996: 55) mengatakan, manusia sebagai instrument utama dalam
penelitian kualitatif dipandang lebih serasi. Pada penelitian yang berjenis kualitatif
ini, peneliti berdiri sebagai instrument utama dalam mendapatkan informasi dan data
yang dibutuhkan dari beberapa informan.
Folklore ialah yang akan diteliti, dengan demikian peneliti harus terjun ke
lapangan untuk mengambil data. Data yang lengkap harus diperoleh peneliti,
sehingga berbagai teknik dilakukan oleh peneliti baik teknik langsung maupun tidak
langsung. Teknik tidak langsung dengan mengumpulkan berbagai data yang telah
diarsipkan. Danandjaja (1997: 13) pengumpulan atau penginventarisan folklore dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) mengumpulkan semua judul karangan (buku
dan artikel), yang pernah ditulis orang mengenai folklore, dan (2) mengumpulkan
bahan-bahan folklore langsung dari tutur kata orang-orang, anggota, kelompok yang
mempunyai folklore dan hasilnya kemudian diterbitkan atau diarsipkan.
Teknik langsung yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data dari
penelitian ini ialah teknik nontes. Salahsatunya ialah dengan teknik wawancara.
Sebagai alat, teknik bersifat kongkret. Oleh karena itu, menurut Vredenbreght (dalam
Ratna, 2007:37) teknik berhubungan dengan data primer. Dalam hubungannya,
sejumlah teknik sering digunakan, misalnya dengan wawancara. Wawancara dapat
menggambarkan suatu objek seperti apa yang diceritakan dan dialami oleh orang lain.
Menurut Nasution (2000:114), wawancara merupakan alat yang ampuh untuk
mengungkapkan kenyataan hidup dan apa yang dipikirkan atau dirasakan orang
tentang berbagai aspek kehidupan. Sedangkan menurut Guba & Lincoln (dalam
43
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
oleh tim atau panel, (2) wawancara tertutup dan terbuka, (3) wawancara riwayat lisan,
dan (4) wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
Teknik bertanya dalam wawancara menurut Danandjaja (dalam Aminuddin
ed. 1990:102) dapat dikategorikan ke dalam dua golongan besar, yaitu: (1)
wawancara berencana (standardized interview), dan wawancara tanpa rencana
(unstandardized interview). Sedangkan Esterberg (dalam Sugiyono, 2011: 233)
mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu tertstruktur, semistruktur, dan
tidak terstrtuktur. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan wawancaara terstruktur,
yaitu terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah pertanyaan sebagai pedoman dalam
melakukan wawancara untuk mendapatkan data.
Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan sebgai bukti
melakukan wawancara, peneliti menggunakan alat bantu seperti buku catatan,
rekaman, dan kamera. Buku catatan digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap
penting dan mendukung penelitian, rekaman untuk merekam suara informan, dan
kamera untuk memotret informan dan kegiatannya selama dalam pengambilan data.
Tahapan-tahapan pengumpulan data yang peneliti lakukan ialah sebagai
berikut:
1. Tahap Pra-peneltiian
Tahap ini meliputi; (1) penetapan jenis cerita rakyat yang akan diteliti, (2)
menentukan lokasi penelitian, (3) mengadakan survey ke lokasi penelitian, (4)
mempersiapkan instrument, pedoman wawancara, catatan lapangan, alat tulis, alat
bantu perekam suara dan kamera untuk mengambil gambar.
2. Tahap Penelitian
Tahap ini meliputi; (1) menentukan informan yang dapat menuturkan dan
memberikan informasi tentang cerita rakyat yang akan dikaji, (2) melakukan
wawancara terhadap informan dengan menggunakan alat perekam, melakukan
3. Tahap pelaporan
Tahap ini meliputi; (1) penerjemahan hasil wawancara ke dalam bahasa Indonesia,
(2) menganalisis hasil wawancara, (3) menganalisis struktur dan nilai karakter dalam
cerita rakyat, (4) menyusun model pembelajaran yang direncanakan, dan (5)
membuat laporan penelitian.
D. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah segala sesuatu baik benda, manusia,
dan lainnya yang dapat memberikan data kepada peneliti terhadap sesuatu penelitian
(Arikunto, 2002: 107). Sedangkan menurut Lofland & Lofland (dalam Moelong,
2000: 112), sumber data utama dalam penelitian alamiah adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Moloeng
membagi jenis data menjadi tiga, kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto
dan statistik. Sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ialah
informan yang merupakan orang nomor satu setelah peneliti.
Informan ialah sebagai kunci dalam penelitian ini, sebagaimana yang
dikatakan oleh Endaswara (2006: 177), informan adalah raja yang menentukan warna
penelitian budaya. Informan dalam penelitian ini adalah tokoh masrakat, budayawan,
dan pegawai di museum yang berada di Sumedang. Data informan itu ialah sebagai
berikut:
1. Nama : Abdul Syukur
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai museum Prabu Geusan Ulun
45
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Nama : Aki Wangsa
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : ASTI/S1
Pekerjaan : Budayawan
Alamat : Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten
Sumedang
3. Nama : Ahmad Suya
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : penyiar radio dan Tv, budayawan
Alamat :
Data utama dalam penelitian ini adalah cerita rakyat di Sumedang, yakni
Gunung Tampomas dan Darmaraja yang dipaparkan informan kemudian disalin
kedalam teks berdasarkan bahasa informan (Sunda), kemudian dialihbahasan
kedalam B. Indonesia. Rusyana (1981: 45) mengungkapkan bahwa penutur cerita
ialah pendukung aktif secara lisan, atau bisa dikatakan penutur aktif adalah orang
selain mengenal cerita dengan baik juga mengenal adat istiadat, kepercayaan, dan
alam pikiran masyarakat sebab penuturan cerita banyak sangkut pautnya baik dengan
isi cerita maupun masyarakatnya.
Data diperoleh dari informan berada di berbagai tempat dan situasi-kondisi
berbeda. Peneliti mendatangi rumah informan dengan beramah-tamah terlebih
dahulu, memperkenalkan diri dan mengungkapkan maksud kedatangan peneliti ke
rumah informan. Selain itu, peneliti mendapatkan informasi dari informan ketika
E. Teknik Analisis Data Penelitian
Tindak lanjut dari data yang telah diperoleh maka data tersebut ditindaklanjut
dengan dianalisis. Surakhmad (1994: 139) penelitian menggunakan metode deskriptif
tidak terbatas pada pengumpulan data tetapi meliputi analisis dan interpretasi
terhadap data tersebut. Lebih lanjut Sugiyono (2011: 244) mengungkapkan bahwa: “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.
Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan teknik
pengolahan data yang tepat. Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
ialah analisis deskriptif, yaitu dengan menguraikan data berupa cerita rakyat
berdasarkan kajian yang telah ditetapkan.
Gambaran teknik yang digunakan dalam pengolahan data yang telah dikumpulkan
ialah sebagai berikut:
(1) Menentukan aspek-aspek struktur intrinsic dan nilai-nilai karakter cerita
rakyat yang akan dianalisis,
(2) Mentranskipkan kembali cerita rakyat yang dituturkan ke dalam teks,
(3) Menerjemahkan atau mengalihbahasakan bahasa pertama (B. Sunda) yang
dituturkan informan ke dalam B. Indonesia,
(4) Memilih dan menandai bagian-bagian tertentu dalam struktur cerita rakyat
yang menggambarkan unsure-unsur cerita,
(5) Memilih dan menentukan bagian-bagian cerita yang menggambarkan
nilai-nilai karakter,
(6) Mendeskripsikan kutipan atau bagian yang telah ditetapkan dari setiap cerita
rakyat sesuai dengan teori yang digunakan,
(7) Menyusun model perencanaan pembelajaran,
47
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (9) Membuat laporan
F. Pedoman Analisis Nilai-nilai Karakter Tokoh Cerita Rakyat
Pedoman yang dijadikan landasan dalam mengungkapkan nilai-nilai karakter
yang ada pada diri tokoh cerita rakyat Sumedang yang menjadi bahan penelitian ini,
ialah pedoman nilai Karakter dan Budaya Bangsa yang dikeluarkan oleh Pusat
Kurikulum Kementrian dan Kebudayaan Republik Indonesia, seperti yang terdapat
dalam tabel berikut:
Tabel 3.1.
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
NILAI
KARAKTER DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku
[image:18.612.147.545.312.698.2]NILAI
KARAKTER DESKRIPSI
peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
9. Rasa Ingin
Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah
Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
49
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NILAI
KARAKTER DESKRIPSI
politik bangsa.
12. Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/
Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar
Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli
Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
NILAI
KARAKTER DESKRIPSI
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18.
Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
(Puskur Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman
Sekolah. 2009:9-10)
Berdasarkan daftar nilai karakter yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di atas, maka akan
dibatasi nilai karakter yang akan dianalisis dalam dua cerita rakyat yang akan dikaji.
Tema besar yang mewadahi cerita Gunung Tampomas dan Darmaraja ialah
kepemimpinan, maka kajian dibatasi ke dalam tiga nila karakter yang berkaitan
dengan kepemimpinan, yaitu tanggung jawab, semangat kebangsaan, dan kerja keras.
[image:21.612.149.545.111.502.2]51
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Format Analisis Nilai Karakter
Nilai Karakter NAMA CERITA RAKYAT
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis nilai karakter dan pembahasan pada cerita rakyat
Gunung Tampomas dan Darmaraja, maka simpulan penelitian ini ialah sebagai
berikut:
1. Struktur teks dalam cerita Gunung Tampomas dan Darmaraja memiliki alur
alur maju.
2. Cerita rakyat Gunung Tampomas dan Darmaraja berasal dari Sumedang, di
dalamnya memiliki nilai karakter yang dapat ditransformasikan ke dalam
diri siswa. Nilai karakter yang terkandung dalam cerita ini di antaranya
Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan, dan Kerja Keras.
B. Saran
Sebagai upaya pembelajaran berbasis nilai karakter, penulis
menyampaikan beberapa saran berikut:
1. Para guru bidang study Bahasa Indonesia diharapkan lebih kreatif dalam
mencari bahan ajar yang sesuai dengan konteks dan memanfaatkan cerita
rakyat di sekitar tempat tinggal siswa. Selain memanfaatkan nilai karakter
yang terkandung di dalam cerita, pelestarian cerita rakyat pun dapat
dilakukan dalam pembelajaran.
2. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan
mendalam tentang folklore yang berada di wilayah Kabupaten Sumedang
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Rosdakarya.
Aminduin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung: CV Sinar Baru
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ayatrohaedi, 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius): Pustaka Jaya. Jakarta
Buchori, Mochtar. (2007). Pendidikan Karakter dan Kepemimpinan Kita.
www.tempointeraktif.com/hg/kolom/.../kol,20110201-315,id.html. [Diakses tanggal 12 Mei 2015].
Cresswell, Jhon W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Danandjaya, James. 2002. Folklore Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.
Dari, Gulo. (1982). Kamus Psikologi. Bandung : Tonis.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996). Pembinaan Nilai-nilai Budaya Melalui
Permainan Rakyat di Daerah Jambi. Jambi: Lazuardi Indah Jambi.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (edisi ke-5). Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim penyususn Kamus Besar
Bahasa Indonesia
Depdiknas. 2004. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Fromm, E. (1995). Masyarakat yang sehat. (Terj. Murtianto). Jakarta:
Yogyakarta).
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. Bentam Book, New York. Jeferson City
Hargie et all. (1998). Social Skill and Communication. New York: Springer Publishing
Company.
Harian Metro News. 21 September 2012. “Terjaring Operasi Game Online, Pelajar SD Tendang Wartawan”. Berita. http://harianmetronews.com. Diakses tanggal 9 April 2014.
Hill, T.A. (2005). Character Bandung First! Kimray Inc. http://www.charactercities. org/downloads/publications/Whatischaracter.pdf [Diakses tanggal 13 Mei 2014]
Hornby & Parnwell. (1972). Learner’s Dictionary. Kuala Lumpur : Oxford University
Press.
Hutomo, S.S. 1991. Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya:
HISKI Komisariat Jawa Timur
Jalaludin. (2012). Membangun SDM Bangsa Melalui Pendidikan Karakter.
JurnalPenelitianPendidikan Vol.13 No. 2 Oktober 2012. UniversitasPendidikan
Indonesia
Jarolimek, J. (1977b) Social Studies in Elementary Education, Six Edition, New York:
Macmillan Publishing, Inc.
Kemendiknas. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta: Kemendiknas.
Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum. (2009). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta.
Kirschenbaum, Howard. (1995). 100 Ways to Enchance Values and Morality in Schools
and Youth Settings. Massachusetts : Allyn & Bacon.
Windu Mandela, 2015
KAJIAN STRUKTUR D AN NILAI KARAKTER CERITA RAKYAT GUNUNG TAMPOMAS D AN D ARMARAJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurniati, Euis, Yustiana, Y. Reksa. (2006). Implementasi model bimbingan berbasis
permainan di sekolah dasar.
Lickona, T. (1992). Educating for Character : How Our schools can teach respect and
responsibility. New York: Bantam Books
Mandolang. (2007). Metodologi Penelitian. Padang : UNP PRESS
Maryani, E. (2009). Pengembangan Keterampilan Sosial Melalui Pembeljaran Geografi.
Bandung: Universitas Pendidika Indonesia
Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan Karakter; Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Foundation
Moelong, L. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J., and Huston, A.C. (1988) Perkembangan dan
Kepribadian Anak. Jilid I (terjemahan) Jakarta : Erlangga.
Nasir, M. (2003). MetodologiPenelitian. Cetakankeempat, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nur, Haerani. (2013). Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Tradisional. Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013. Universitas Negeri
Makasar.
Papalia, D.E., Old, S.W., Feldman, R.D. (2008). Human Deplovment (Psikologi
Perkembangan). Ed.9. (Terj:A.K Anwar, (2008)). Jakarta: Kencana
Pedoman Menyusun dan Memilih Bahan Ajar Direktorat Jendral Managemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional (2006)
Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005). Fundamentals Nursing: Concept, proses, and practise.
Sixth edition. St. Louis: Mosby Year Book.
Prastisti & Hertinjung. (2011). Pengaruh Permainan Tradisional pada Kecerdasan
Emosi. Jurnal dalam Prosiding Seminar Nasional Mengungkap Potensi Peserta
Didik sebagai Basis Pengembangan Pendidikan Karakter.
Santrock, J.W. (2002). Life-Span Devlopment : Perkembangan Masa Hidup. Jilid II.
Edisi Kelima. Alih Bahasa : Juda Damanik dan Ahmad Chusairi. Jakarta : PT
Erlangga
Sarumpaet, R.I. (2001). Rahasia Mendidik Anak. Bandung : Indonesia Publishing House.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2006. Metode Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supardan, Dadang. (2005). Mengintip Bahaya Kekerasan Sebagai Ancaman Pendidikan
Karakter Bangsa: Anatomi Perspektif Ilmu-ilmu Sosial. Makalah pada seminar
Hardiknas di Jurusan IPS (Tidak Dipublikasikan)
Surakhmad, Winarno. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Tekhnik.
Bandung: Tarsilo.
Suyanto. (2010). Urgensi Pendidikan Karakter. http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id.
[Diakses tanggal 12 November 2015].
UU No 3 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Viadero, D. (1992). Election talk aside, education in Value Gains Momentum. Education
week, 12(7), 1, 12-13
Wong, DL, Hockenberry, E.M et all.(2001). Buku ajar keperawatan pediatrik (Terj: Agus
Sutarna, Neti Juniarti, dan H.Y. Kuncara, (2002)). Jakrta : EGC
Yahya, Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Pelangi Publishing: