• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN AKHLAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR OLEH ORANG TUA PEKERJA BURUH PABRIK PT CNM AMPANG KUALO KELURAHAN KAMPUNG JAWA KOTA SOLOK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBINAAN AKHLAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR OLEH ORANG TUA PEKERJA BURUH PABRIK PT CNM AMPANG KUALO KELURAHAN KAMPUNG JAWA KOTA SOLOK SKRIPSI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh

AIYUNIS ZURISDA FARLENY NIM. 14 101 007

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

i

KELURAHAN KAMPUNG JAWA KOTA SOLOK. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2020

Hal pokok yang mendasar pada penelitian ini adalah pembinaan akhlak anak oleh orang tua pekerja buruh pabrik PT CNM Ampang Kualo Kelurahan Kampung Jawa Kota Solok. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pembinaan akhlak kepada orang lain dari segi adab bertamu, pembinaan akhlak kepada diri sendiri dari segi sikap sopan santun, pembinaan akhlak diri sendiri dari segi sikap jujur. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang bagaimana pembinaan akhlak anak oleh orang tua pekerja buruh pabrik serta dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah referensi dan sebagai bahan bacaan diperpustakaan IAIN Batusangkar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menguraikan tentang pembinaan akhlak anak oleh orang tua pekerja buruh pabrik PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah Trianggulasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pembinaan akhlak kepada orang lain dari segi adab bertamu oleh orang tua pekerja buruh pabrik membina adab bertamu anak dengan cara mengajarkan tata cara adab bertamu seperti meminta izin, memberi salam, memilih waktu berkunjung, , lamannya bertamu, kepada anak. Waktu yang digunakan oleh orang tua pekerja buruh pabrik dalam pembinaan akhlak anak yaitu setelah shalat isya. Pembinaan akhlak kepada diri sendiri dari segi akhlak sikap sopan santun dengan cara ketauladanan kepada anak misal tidak berkata kasar, makan dan minum menggunakan tangan kanan, tidak meludah disembarangan tempat dan memasuki rumah dengan membaca salam. Pembinaan akhlak kepada diri sendiri dari segi sikap jujur orang tua pekerja membina akhlak anak dengan cara memberikan ketauladanan kepada anak misal tidak berbohong, anak bersikap jujur ketika bersama temannya, bisa mengakui diri sendiri apa adannya.

(6)

ii

Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul,”

PEMBINAAN AKHLAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR OLEH ORANG TUA PEKERJA BURUH PABRIK PT CNM AMPANG KUALO KELURAHAN KAMPUNG JAWA KOTA SOLOK” tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam penulis do’akan semoga disampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membimbing umat-nya menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Serta mengangkat harkat dan martabat manusia dari kebiadaban ke alam yang penuh peradaban.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa do’a, motivasi, arahan, petunjuk, dorongan dan semangat kepada penulis. Ucapan terima kasih tersebut penulis tujukan kepada:

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Bapak Dr. H.

Kasmuri, M.A yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Ibunda Susi Herawati, S.Ag., M.Pd

4. Dosen Pembimbing I Bapak Prof. Dr. H. Hasan Zaini, M.A dan Pembimbing II Bapak Dr. Abhanda Amra M.Ag., dengan kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu dan pikiran, perhatian serta arahan untuk membimbing penyusunan skripsi ini. Selanjutnya kepada Ibu Dra. Fatmawati, M.Ag selaku penguji I dan Ibu Dr. Hj. Demina, M.Pd selaku penguji II yang telah membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.

(7)

iii

6. Bapak dan ibu dosen yang telah memberi ilmu pengetahuan selama dalam perkuliahan .

7. Orang tua tercinta Bapak M. Zainoel Noer Islam dan Mamak Titik Rustiani yang telah memberikan semangat dengan penuh cinta serta tiada henti- hentinya mendoakan penulis sehingga memberikan kekuatan untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Serta keluarga besar dan adik-adik tercintaku Al-Aziz Putra M Yanya dan Daffa Azzam Zain.

8. Kepada keluarga di Batusangkar terima kasih telah memberikan dorongan dan motivasi baik secara materi maupun non materi ibu atau bapak kos (Dian susilawati dan bapak Armen), serta teman-teman dan adik-adik kos terima kasih semoga Allah membalas kebaikan yang telah kalian berikan.

9. Sahabat-sahabat penulis angkatan 2014, teman-teman KKN E-07, PPL dan kawan-kawan PAI terkhusus sahabat PAI A yang seperjuangan dengan penulis yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Batusangkar, 20 Januari 2020

Aiyunis Zurisda Farleny NIM: 14 101 007

(8)

iv

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Fokus Penelitian... 7

C. Sub Fokus ... 7

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 8

F. Definisi OPerasional ... 8

BAB II: KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 11

1. Pembinaan Akhlak ... 13

2. Akhlak ... 13

a. Pengertian Akhlak ... 12

b. Sumber Akhlak... 15

c. Ciri-Ciri dalam Islam ... 16

d. Macam-Macam ... 17

e. Ruang Lingkup Akhlak ... 22

3. Materi Pendidikan Akhlak ... 38

4. Metode Pembinaan Akhlak... 39

5. Anak Usia Sekolah Dasar ... 41

6. Orang Tua ... 43

a. Pengertian Orang tua ... 43

b. Tugas Dan tnaggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak... 47

c. Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Anak... 47

7. Konsep Kerja ... 48

(9)

v

B. Latar dan Waktu Penelitian... 53

C. Sumber Data ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 55

E. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 57

F. Teknik Analisis Data... 58

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian... 60

1. Temuan Umum... 60

2. Temuan Khusus ... 61

a. Pembinaan Akhlak Kepada Orang Lain dari Segi Adab Bertamu ... 61

b. Pembinaan Akhlak Kepada Diri Sendiri dari Segi Sikap Sopan Santun. 69 c. Pembinaan Akhlak Kepada Diri Sendiri dari Segi Sikap Jujur ... 73

B. Pembahasan ... 79

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran... 86 KEPUSTAKAAN

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang paling pesat. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang akan memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik dimasa yang mendatang, telah mendorong berbagai upaya menanamkan dan perhatian seluruh masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinnya pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, dan merubah perilaku serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik.

Pendidikan dalam arti luas merupakan segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat(Abhanda Amra, 2015: 1).

Pentingnya pendidikan islam berguna untuk membentuk pendidikan ibadah, watak, tingkah laku, moral dan etika manusia dari yang tidak baik menjadi baik. Pendidikan juga sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk berkomunikasi dengan masyarakat ataupun sebagai pedoman menuju suatu kebaikan yang berkaitan dengan kehidupan dunia maupun akhirat kelak.

Pendidikan merupakan keharusan bagi setiap manusia, terutama bagi anak-anak yang belum dewasa. Hal ini dapat diamati dengan jelas pada saat manusia lahir kedunia dengan segala keadaannya yang lemah tak berdaya dan tidak mengetahui segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Itu merupakan petunjuk bahwa anak adalah makhluk yang memerlukan bantuan dan

1

(11)

bimbingan menuju kearah kedewasaan, dan kehadiran anak dalam satu keluarga adalah atas dasar cinta dari kedua orang tua yang bersifat alami.

Pada dasarnya pendidikan dapat dilakukan melalui tiga jalur yaitu jalur keluarga, pendidikan formal, dan masyarakat. Ketiga jalur tersebut harus saling mendukung sebagai satu kesatuan dalam usaha pembentukan kepribadian anak. Proses pendidikan dapat dimaknai sebagai serangkaian kegiatan yang akan terjadi secara berkesinambungan dan tidak cukup hanya selesai dalam satu waktu. Dari situlah proses pendidikan pada setiap individu memerlukan kondisi yang senantiasa mendidik, membimbing, dan mengarahkan.

Orang tua sebagai pengajar mempunyai tugas yang utama sebagai pendidik dan pengawas utama meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan membina nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedang melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada anak. Akan tetapi setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda sehingga orang tua harus memiliki strategi dalam membina setiap anak-anaknya.

Strategi yang digunakan orang tua memiliki peran yang penting dalam membentuk pribadi anak-anaknya untuk berpegang teguh kepada ajaran agama, baik aqidah, cara berfikir, maupun tingkah laku praktis baik di rumah dan di luar rumah. Al Qur’an menandaskan dengan tegas contoh teladan dan pergaulan yang baik dalam usaha membentuk kepribadian seseorang. Ia menyuruh untuk mempelajari tindak tanduk Rasulullah Saw dan menjadikannya contoh yang pertama (Thoha, dkk, 2004: 124). Allah berfirman QS Al-Ahzab ayat 21:





































Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah ( QS Al-Ahzab ayat 21).

(12)

Dapat di ketahui bahwa Rasulullah Saw adalah suri teladan yang baik maka sebagai umatnya haruslah mencontoh apa yang telah Rasulullah ajarkan kepada kita. Agar orang tua dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya sehingga mereka akan menjadi anak yang memiliki akhlak seperti Rasulullah.

Pembinaan akhlak terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembinaan pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya, merupakan unsur penting dalam pribadinya. Sikap anak terhadap agama, dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tuannya, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru sekolah (Drajat, 1993: 62).

Lingkungan keluarga merupakan satuan terkecil dalam masyarakat. Dari lingkungan keluarga inilah anak mula-mula memperoleh pendidikan.

Pengalaman pergaulan dalam lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pembentukan pribadi anak. Peran serta orang tua akan memberikan warna kehidupan anak dalam proses pembentukan perilaku, budi pekerti maupun kegiatan sehari-hari (Anhar Gasifuddin, 2010: 17).

Sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam keluarga, anak pertama kali hidup bersosialisasi. Anak mulai belajar berkomunikasi dengan orang tuannya melalui pendengaran dan gerakan atau isyarat hingga anak mampu berbicara. Sejak dini ketika berkomunikasi hendaknya anak mulai diajarkan untuk mampu mendengarkan, menghargai, dan menghormati orang lain, serta peduli dengan lingkungan sekitar. Anak hendaknya diajarkan untuk bersikap jujur, saling membantu, saling menyayangi, dan bertanggung jawab. Tidak hanya kepada manusia, tetapi anak juga harus mempunyai etika yang baik terhadap hewan maupun tumbuhan.

Tantangan mendidik anak di era modern adalah kecenderungan masyarakat untuk materialis dan hedonis, sehingga mengutamakan kehidupan ekonomi, pemenuhan gaya hidup, dan kesejahteraan lahiriah. Di sisi lain membangun sumber daya manusia yang berakhlak mulia seperti tertera dalam

(13)

UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional cenderung terabaikan. Pembicaraan tentang krisis kehidupan lebih banyak dilihat dari krisis ekonomi, dan lalai dalam menyikapi krisis moral dan akhlak.

Akhlak merupakan hasil dalam mendidik dan melatih dengan sungguh- sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia. Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, sistematika yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan menghasilkan anak-anak atau orang-orang baik akhlaknya. Rasulullah bersabda:

و ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟا ﻦﻜﯾ ﻢﻟ ل ﺎﻗ ﺎﻤﮭﻨﻋ ﷲ ﻲﺿ ر وﺮﻤﻋ ﻦﺑ ﷲ ﺪﺒﻋ ﻦﻋ هاور) ﺎﻗ ﻼﺧأ ﻢﻜﻨﺴﺣ أ ﻢﻛ ر ﺎﯿﺧ ﻦﻣ نإ لﻮﻘﯾ ن ﺎﻛو ﺎﺸﺤﻔﺘﻣ ﻻ و ﺎﺸﺣ ﺎﻓ ﻢﻠﺳ (ىرﺎﺨﺒﻟا

Artinya: Beliau bersabda, “sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya,” (HR. Bukhari)

Hadist ini memuat informasi bahwa beliau memiliki sifat yang baik dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang yang berakhlak mulia. Itu berarti bahwa akhlak mulia adalah suatu hal yang perlu dimiliki oleh umatnya. Agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia, maka harus diajarkan (Umar, 2012: 43).

Pendidikan dalam keluarga juga disebut sebagai lembaga pendidikan informal. Dijelaskan dalam pasal 27 bahwa kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Pendidik dalam pendidikan informal ada di bawah tanggung jawab orang tua. Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga(Helmawati, 2014:50).

Keluarga adalah tempat titik tolak perkembangan anak. Peran keluarga sangat dominan untuk menjadikan anak yang cerdas, sehat, dan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Keluarga merupakan salah satu faktor penentu

(14)

utama dalam perkembangan kepribadian anak, disamping faktor-faktor yang lain. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak. Di dalam lingkungan keluarga anak pertama-tama mendapatkan berbagai pengaruh (nilai).oleh karena itu, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal dan kodrati. Ayah dan ibu dalam keluarga sebagai pendidiknya, dan anak sebagai si terdidiknya. Jika karena suatu hal anak terpaksa tidak tinggal di lingkungan yang hidup bahagia, anak tersebut masa depannya akan mengalami kesulitan- kesulitan baik disekolah, masyarakat, maupun kelak sebagai suami istri di dalam lingkungan kehidupan berkeluarga.

Orang tua (ayah-ibu) berperan penting untuk mengarahkan kehidupan anak kepada kebaikan atau keburukan, kepada kecerdasan atau kebodohan, mengarahkan pada akhlak mulia atau akhlak jahiliah. Orang tua berkewajiban menangani langsung pendidikan anak-anaknya, misalnya orang tua harus selalu menjadi teladan (panutan) dan memberi pemahaman-pemahaman serta metode-metode belajar pada mereka. Artinnya orang tua harus berambisi dalam mendidik anak-anaknya seperti ambisi atas keberadaan dan kehidupan mereka.

Allah Swt. Telah menjelaskan bahwa pendidikan yang benar akan mampu menyelamatkan orang tua dan anak-anaknya dari sengatan api neraka jahanam, Allah menjadikan pendidikan ini sebagai tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknnya. Allah mengecam keras orang tua yang mengabaikan masalah tanggung jawab ini dengan memasukkan dia beserta keluargannya kedalam neraka jahannam. Allah Swt berfirman dalam surat at Tahrim ayat 6 yang berbunnyi:

Allah berfirman dalam Q.S At-tahrim ayat 6 berbunyi:















































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

(15)

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS.at-Tahrim:6).

Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada keluarga untuk memelihara anak dan istri mereka dari api neraka yang mana bahan bakarnaya adalah manusia itu sendiri, Allah telah memerintahkan untuk mengikuti perintahnya dan menjauhi larangnya.

Namun kenyataannya di zaman yang kian maju ini, banyak ayah dan ibu yang bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena tuntutan pekerjaan inilah, jumlah waktu yang tersedia untuk berada di rumahpun kian terbatas. Orang tua yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah akan memiliki sedikit waktu untuk bersama anggota keluarga juga untuk membina akhlak anak. Hal ini juga terjadi pada buruh pabrik PT CNM ampang kualo kelurahan kampung jawa, dimana buruh pabrik PT CNM yang sudah memiliki anak sering menghabiskan waktu berada di luar rumah untuk bekerja.

Buruh pabrik merupakan lapisan sosial yang tidak bisa memberikan pengasuh khusus untuk anak dalam mengawasi anaknya saat orang tua bekerja, sehingga anak mengikuti hal-hal yang berasal dari luar keluarga.

Dalam hal ini bagaimana orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik bisa mendidik anak-anaknya sedangkan orang tua harus bekerja dari pagi sampai sore hari bahkan lembur kerja. Maka dari itu orang tua mempunyai dua kewajiban yang harus dijalani setiap harinya yaitu mencari nafkah serta mendidik anak-anaknya.

Orang tua yang bekerja sebagai buruh membutuhkan waktu dari pagi hingga sore bahkan mereka bekerja sampai malam hari. sehingga banyak waktu mereka untuk bekerja di luar rumah, dari pada mendidik anak. Bagi buruh pabrik yang bekerja dari pagi hingga sore atau sampai malam, kebanyakan dari orang tua menyerahkan pendidikan anaknya pada lembaga- lembaga pendidikan baik pendidikan formal maupun informal, sehingga orang tua tidak dapat mengontrol pendidikan anaknya secara maksimal.

(16)

Akibatnya perkembangan kepribadian anak terpengaruh oleh hal-hal yang berasal dari luar keluarga yang biasannya cenderung ke hal-hal negatif.

Realita yang terjadi di Ampang Kulao Kampung Jawa Solok diketahui bahwa pada umumnya para pekerja buruh pabrik memulai aktivitas untuk bekerja sejak pukul 08.00-17.30 WIB. Mereka berada di luar rumah untuk bekerja sekitar 10 jam lamanya setiap hari. Ini tentu saja membuat jumlah waktu yang tersedia untuk berada di rumahpun kian terbatas terutama bagi pekerja yang sudah memiliki anak. Setiap harinya, anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan pengasuhnya dari pada dengan orang tuanya, sehingga orang tua tidak dapat mengontrol pendidikan anaknya secara maksimal, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja dari pada bersama anak-anaknya. Dikarenakan orang tua sibuk bekerja tentunya orang tua kelelahan sehingga tidak sempat untuk berkumpul dengan anak- anaknya. Dengan hal itu orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya terutama dalam segi akhklak. Contohnya saja pada siang hari orang tua tidak bisa memantau anaknya apakah anak melakukan adab bertamu dengan baik atau tidak. Dalam hal adab bertamu anak masih banyak melakukan kesalahan dalam bertamu seperti, tidak mengucapkan salam, makan dengan tangan kiri, sikap acuh tak acuh. Dan dalam sikap jujur anak masih kurang contohnya sikap jujur dalam perkatan. Dan dalam hal sikap sopan santun masih banyak anak-anak berkata kasar kepada orang yang lebih tua, berbicara dengan keras, suka berkata kasar.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ,” PEMBINAAN AKHLAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR ORANG TUA PEKERJA BURUH PABRIK PT CNM AMPANG KUALO KELURAHAN KAMPUNG JAWA KOTA SOLOK” .

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini, yaitu pembinaan akhlak anak usia sekolah dasar dalam lingkungan masyarakat oleh orang tua pekerja buruh pabrik PT CNM

(17)

Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok ( bertamu, sopan santun dan sikap jujur)

C. Sub Fokus

Berdasarkan fokus penelitian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Pembinaan akhlak kepada orang lain anak dari segi adab Bertamu

2. Pembinaan Akhlak kepada diri sendiri anak dari segi sikap Sopan Santun 3. Pembinaan Akhlak kepada diri sendiri anak dari segi sikap Jujur

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana pembinaan akhlak kepada orang lain anak dari segi adab bertamu di Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok 2. Untuk mendeskripsikan bagaimana pembinaan akhlak kepada diri sendiri

dari segi sopan santun di Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok 3. Untuk mendeskripsikanbagaimana pembinaan akhlak kepada diri dari segi

jujur di Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok E. Manfaat dan Luaran Penelitian

Adapun upaya yang dapat diambil dari hasil penelitian ini dapat diarahkan pada dua manfaat yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan pembinaan akhlak anak oleh orang tua pekerja buruh pabrik.

b. Manfaat praktis

1) Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan memperoleh wawasan terkait dengan masalah yang penulis angkat.

2) Bagi instansi yang berkaitan untuk mengetahui bagaimana pembinaan akhlak anak oleh orang tua pekerja buruh pabrik.

(18)

3) Bagi pembaca, untuk mengetahui bagaimana pembinaan akhlak anak oleh orang tua pekerja buruh pabrik PT Ampang Kualo Kampung Jawa Solok.

2. Luaran Penelitan

Sementara luaran penelitian atau target yang ingin dicapai dari penelitian ini selanjutnya adalah layak sebagai syarat untuk dapat diseminarkan dan mendapat gelar S-I Pendidikan Agama Islam

F. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami dalam memahami proposal ini, dan untuk menghindarkan terjadinnya salah pengertian atau interpretasi yang berbeda-beda, maka perlu penulis jelaskan istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut:

1. Pembinaan Akhlak Anak Usia Sekolah Dasar

Pembinaan akhlak yang penulis maksud adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan melalui usaha sendiri dalam usaha sendiri dalam rangka mengembangkan akhlak anak usia sekolah dasar yang berumur kisaran 6-12 tahun agar mereka mempunyai akhlak yang mulia, dan memiliki kebiasaan yang terpuji atau dengan kata lain anak didik diharapkan bisa menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.

2. Orang Tua Pekerja

Orang tua terdiri dari ayah dan ibu yang paling bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Hal tersebut ada dua hal, orang tua dalam keluarga adalah pendidik kodrati, yaitu setiap orang yang telah bekeluarga yang secara kodrati memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.

Selanjutnya, karena kepentingan dan kehendak ke dua rang tua juaga agar anaknya maju berkembang secara positif. Dan pekerja yang dimaksud adalah mengarah pada bekerja untuk orang lain yang mendapat upah atau imbalan lain. Orang tua pekerja yang dimaksud penulis yaitu melakukan suatu kegiatan di luar rumah dengan tujuan untuk mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

(19)

3. Buruh Pabrik PT CNM

Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan dipadankanya istilah pekerja dengan buruh merupakan kompromi setelah dalam kurun waktu yang amat panjang dua istilah tersebut bertarung untuk dapat diterima oleh masyarakat. Dan PT CNM yang penulis maksud di sini kepanjangan dari PT Citra Nusantara Mandiri yang merupakan perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang produksi dan penangkaran benih jagung hibrida yang berada di Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok yang menjadi tempat bertanya dan tempat mengambil data penelitian.

Jadi, maksud judul “Pembinaan Akhlak Anak Usia Sekolah Dasar oleh Orang Tua Pekerja Buruh PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok” adalah suatu aktivitas orang tua dalam membina akhlak anak usia sekolah dasar yang berusia 6-12 tahun. Dalam rangka membina, menasehati dan mengajarkan kepada anak usia sekolah dasar tersebut bisa bersikap dan berperilaku sesuai dengan akhlak yang baik terutama akhlak terhadap orang lain dan diri sendiri dan menjauhi perilaku-perilaku akhlak tercela.

(20)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori 1. Pembinaan Akhlak

Pembinaan berasal dari kata bahasa arab “bana” yang berarti membina, membangun, mendirikan. Menurut kamus besar Indonesia, pembinaan adalah suatu usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik. Sedangkan menurut Maolani pembinaan didefinisikan sebagai Upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam rangka menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi mandiri (Manan Syaepul, 2017: 52).

Pembinaan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membina akhlak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembinaan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan instuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, sungguh-sungguh, terencana dan konsisten dengan cara membimbing,

11

(21)

mengarahkan dan mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan pengamalan ajaran Islam sehingga mereka mengerti, memahami dan menerapkannya dalam dalam kehidupan sehari-hari.

Pembinaan akhlak terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembinaan pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya, merupakan unsur penting dalam pribadinya. Sikap anak terhadap agama, dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tuannya, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru di sekolah. Pembinaan akhlak atau pendidikan anak merupakan pendidikan tingkah laku yang bertujuan untuk membentuk akhlak mahmudah (akhlak terpuji).

Jadi pendidikan akhlak adalah usaha untuk membentuk akhlak dari yang belum baik menjadi baik atau dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pendidikan akhlak adalah kebutuhan bagi setiap anak yang harus diberikan agar ia menjadi insan yang baik. Karena anak yang baik akan menguntungkan orang lain dan dirinya sendiri, tetapi sebaliknya jika orang yang tidak baik akan merugikan orang lain dan dirinya sendiri pula (Widyawati , 2017: 26-27).

Pendidikan dan pembinaan akhlak menjadi penting, tidak hanya karena tuntunan peraturan, tetapi juga karena sebagai kelanjutan dari misi kerasulan Muhammad saw. Pembentukan akhlak mulia tidak dapat di wariskan, harus melalui proses pendidikan, pemahamam, pembinaan, internalisasi, bimbingan, dan keteladanan. Proses pembentukan akhlak diutamakan pada penanaman nilai-nilai, pembinaan, bimbingan, dan pemberian keteladanan.

Pembinaan akhlak hendaknya dimulai dari masa kanak-kanak, bahkan para ahli pendidikan menyatakan karena pembinaan itu bagian dari proses pendidikan, harus dimulai dari masa prakonsepsi, dilanjutkan pada masa pranatal, usia anak-anak, remaja bahkan sampai dewasa. Pembinaan akhlak pada tiap fase itu dilakukan dengan pendekatan, metodologi dan materi yang sesuai dengan fase perkembangan kejiwaan dan pertumbuhannya.

(22)

Pembinaan akhlak tidak cukup dengan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus ditekankan pada pembiasaan tindakan yang disertai keteladanan, baik guru, orang tua maupun setiap orang dewasa (Haitami Salim, 2013: 206-226).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, sungguh-sungguh, terencana dan konsisten dengan cara membimbing, mengarahkan dan mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan pengamalan ajaran Islam sehingga mereka mengerti, memahami dan menerapkannya dalam dalam kehidupan se

hari-hari.

2. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Secara etimologis “akhlak” berasal dari bahasa Arab, “khuluqun”

artinnya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologi pengertian Akhlak dapat dilihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli sebagai berikut:

1) Menurut Ibnu Miskawaih, mengemukakan rumusan akhlak yaitu

“keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu”

2) Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

3) Menurut Ahmad Amin, akhlak adalah ilmu untuk menetapkan segala ukuran,segala perbuatan manusia yang baik atau buruk yang benar atau salah, yang hak dan yang bathil.

4) Ibnu Athir dalam kitabnya “An-Nihayah” mengatakan: Khuluq ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedangkan akhlak merupakan gambaran bentuk luarannya (seperti raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainnya)

(23)

5) Jamaludin al-Qasyimi berpendapat bahwa: suatu bentuk yang ada dalam jiwa dari padannya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa berkehendak kepada pemikiran dan pertimbangan

6) Menurut Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany mengemukakan bahwa akhlak adalah “kebiasaan atau sikap yang mendalam jiwa dari mana timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang”

(Ridwan A Malik, 2011: 3).

Jadi akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan-perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa pemikiran.

Secara mendasar kata akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu pencipta dan yang diciptakan. Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk memperbaiki hubungan manusia dengan Allah Ta‘ala dan hubungan baik antara manusia dan manusia. Kata“menyempurnakan” tersebut berarti akhlak itu bertingkat atau bertahap, sehingga perlu untuk disempurnakan lagi. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya akhlak itu bermacam-macam, mulai dari akhlak yang sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna.

Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak sempurna seperti yang sudah Allah jelaskan dalam QS.

al-Qalam ayat 4 yang berbunyi:

   

Artinya: ‘’Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. al-Qalam).

Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar dalam ajaran Islam. Aqidah, Syariah dan akhlak merupakan hal yang paling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan akhlak merupakan buah yang dihasilkan oleh proses penerapan aqidah dan syariah. Ibarat bangunan akhlak ini merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah pondasi dan

(24)

bangunannya kuat. Jadi tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik (Sylviyanah, 2012: 192). Rasulullah SAW bersabda:

ِقﻼ ْﺧَﻷا َمِرﺎ َﻜَﻣ َﻢﱢﻤَﺗُﻷ ُﺖْﺜ ِﻌُﺑ ﺎَﻤﱠﻧِإ

Artinya: sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak mulia (HR. Bukhari).

Hadis diatas menjelaskan bahwa rasulullah SAW diutus ke muka bumi untuk membawa misi menyempurnakan akhlak manusia. Begitulah Rasulullah diutus ditengah-tengah masyarakat pada zaman jahiliyah. Saat itu akhlak dan perilaku masyarakat sangat biadab, penuh dengan penyembahan berhala-berhala. Maka dari itu Rasulullah membawa misinnya untuk menyempurnakan akhlak dan menjadi teladan yang mulia bagi umatnya dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliaan. Dimana mannusia mengagungkan hawa nafsu, dan sekaligus menjadi hamba hawa nafsu.

b. Sumber Akhlak

Sumber akhlak adalah menjadi ukuran baik buruk ataun mulia dan tercela. Sumber akhlak Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an dan sunnah sebagai basis rujukan umat Islam secara general telah menyepakati bahwa yang mampu menjelaskan kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran secara keseluruhan sebagai pola hidup dalam menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk (Ridwan A Malik, 2011: 7 ). Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS Ar-Rum ayat 30:















































(25)

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum:

30).

Ayat diatas mejelaskan bahwa fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrahnya tetutup sehingga hati nurani tidak dapat lagi melihat kebenarannya.

c. Ciri-ciri Akhlak dalam Islam

Akhlak Islam mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan akhlak wad’iyah (akhlak yang diciptakan oleh manusia). Adapun ciri-ciri akhlak Islam adalah, kebaikan yang absolut, kebaikan yang menyeluruh (universal), kemantapan, kewajiban yang dipatuhi, dan pengawasan yang menyeluruh.

1) Kebaikan yang Absolut

Karena berdasar pada Al-Qur’an dan Sunnah, maka kebaikan dalam akhlak Islam bersifat absolut (mutlak). Akhlak islam dengan sendirinnya mampu menjamin kebaikan yang sempurna, kebaikan yang bersih dari mementingkan diri sendiri maupun golongan, juga bersih dari pengaruh hawa nafsu dan lingkungan.

2) Kebaikan yang menyeluruh (Universal)

Kebaikan dalam akhlak Islam disebut Universal, karena kebaikan yang terdapat di dalamnya dapat digunakan untuk seluruh umat manusi, kapan saja, dan di mana saja. Islam telah menciptakan akhlak yang sesuai dengan jiwa (fitrah) manusia, di samping diterima pula oleh akal sehat. Akhlak dalam Islam itu mudah, tidak mengandung kesulitan dan perintah yang tidak dapat dikerjakan diluar kemampuan.

3) Kemantapan

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa akhlak Islam bersumber dari agama, sedangkan agama menjamin kebaikan yang mutlak. Oleh karena itu, dengan sendirinnya akhlak Islam ditandai dengan sifat

(26)

yang tetap, langgeng, dan mantap. Hal ini berkaitan dengan janji Allah, yang menjamin akan selalu memelihara agaman-Nya, sehingga akan akan tetap, langgeng, dan mantap. Tidak akan terjadi perubahan- perubahan terhadapnya (Samsul Munir Amin, 2016: 64).

d. Macam-Macam Akhlak

Adapun macam-macam akhlak yaitu sebagai berikut:

1) Akhlak Tercela (al-Akhlak Madzmumah)

Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat mulia, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawannya kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya yang selalu mengarah kepada kebaikan. Al-Ghazali menerangkan ada empat hal yang mendorong manusia melakukan perbuatan tercela (maksiat), diantarannya:

a) Dunia dan isinnya, yaitu berbagai hal yang bersifat material (harta, kedudukan) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam melangsungkan hidupnya agar bahagia.

b) Manusia, selain mendatangkan kebaikan manusia dapat mengakibatkan keburukan-keburukan seperti istri dan anaknya.

Karena kecintaan kepada mereka, misalnya dapat melalaikan manusia dari kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama.

c) Setan (iblis), setan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia menggoda manusia melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi Tuhan.

d) Nafsu, nafsu adakalannya baik (muthmainnah) dan adakalanya buruk (amarah), akan tetapi nafsu cenderung mengarah kepada keburukan.

Pada dasarnya sifat dan perbuatan yang tercela dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a) Maksiat Lahir

Maksiat berasal dari bahasa Arab, ma’siyah, artinnya pelanggaran oleh orang yang berakal baliq (mukallaf), karena

(27)

melakukan perbuatan yang dilarang, dan meninggalkan perbuatan yang diwajibkan oleh syari’at Islam. Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

(1) Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara, hal yang batil, berdebat dan berbantah yang hanya mencari menang sendiri tanpa menghormati orang lain. Berkata kotor, mencaci-maki atau mengucapkan kata laknat kepada manusia, menghina, berdusta, dan lain sebagainnya.

(2) Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang yang sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang namimah, mendengarkan nyanyian- nyanyian atau bunyian-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah SWT.

(3) Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya, melihat aurat laki-laki yang bukan muhrimnya, melihat orang lain dengan gaya menghina, melihat kemungkaran tanpa beramar ma’ruf nahi mungkar.

(4) Maksiat tangan, seperti menggunakan tangan untuk mencuri, mencopet, menggunakan tangan untuk mengurangi timbangan.

Maksiat lahir akan mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat, dan tentu saja amat berbahaya bagi keamanan dan ketentraman masyarakat, seperti, pencurian, perampokan, pembunuhan, perkelahian (akibat fitnah, adu domba).

b) Maksiat Batin

Maksiat batin lebih berbahaya dibandingkan dengan maksiat lahir, karena tidak terlihat, dan lebih sukar dihilangkan. Selama maksiat batin belum dilenyapkan, maksiat lahir tidak bisa dihindarkan dari manusia. Bahkan para sufi menganggap maksiat batin sebagai najis maknawi, yang karena adannya najis tersebut, tidak memungkinkannya mendekati Tuhan (taqarrub ila Allah).

(28)

Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia, atau digerakkan oleh tabiat hati. Sedangkan hati manusia memiliki sifat yang tidak tetap, bolak-balik, berubah-ubah, sesuai dengan keadaan atau sesuatu yang mempengaruhinnya. Hati terkadang baik, simpati, dan kasih sayang, tetapi disaat lainnya hati terkadang jahat.

Pendendam, syirik dan sebagainnya. Beberapa contoh penyakit batin (akhlak tercela) adalah:

(1) Marah (ghadab), dapat dikatakan sebagai nyala api yang terpendam didalam hati, sebagai salah satu godaan setan terhadap manusia. Islam menganjurkan orang yang lagi marah agar berwudhu (menyiram api kemarahan dengan air wudhu) (2) Dongkol (hiqd), perasaan jengkel yang ada dalam hati, atau

kemarahan yang tidak tersalurkan

(3) Dengki (hasad), penyakit hati yang ditimbulkan kebencian, iri dan ambisi.

(4) Sombong (takabbur), perasaan hebat yang terdapat dalam hati seseorang, bahwa dirinnya hebat dan mempunyai kelebihan (Deswita, 2012:32).

2) Akhlak Terpuji (al-Akhlak Al-Mahmudah atau Karimah)

Menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinnya

“menghilangkan semua adat kebiasaan tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan kebiasaan yang baik melakukannya dan mencintainnya”. Diperkuat oleh Hamka, sebenarnya ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk berbuat baik yaitu, pertama karena bujukan atau ancaman dari manusia lain. Kedua mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela. Ketiga karena kebaikan dirinnya (dorongan hati nurani). Keempat mengharapkan pahala surga. Kelima, mengharap pujian dan takut azab Tuhan. Keenam, mengharap keridhaan Allah semata.

(29)

Akhlak yang terpuji berarti sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma atau ajaran Islam. Akhlak terpuji dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut:

a) Taat lahir. Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan. Termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan, dan dikerjakan oleh anggota lahir. Berikut perbuatan-perbuatan yang dikategorikan taat lahir:

(1) Taubat,dikategorikan kepada lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku seseorang. Namun penyelesalannya merupakan merupakan taat batin. Tobat, menurut para sufi adalah fase awal perjalanan menuju Allah.

(2) Amar makruf dan nahi mungkar, perbuatan yang dilakukan kepada manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan dan kemungkaran.

(3) Syukur, berterima kasih terhadap nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia dan seluruh makhluknya. Perbuatan ini termasuk yang sedikit dilakukan oleh manusia.

Sedangkan cara yang ditempuh untuk meningkatkan akhlak terpuji secara lahiriah adalah:

(1) Pendidikan, menjadikan cara pandang seseorang akan bertambah luas, tentunnya dengan mengenal lebih jauh akibat dari masing-masing (akhlak terpuji dan tercela). Semakin baik tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, sehingga mampu lebih mengenali mana yang terpuji dan mana yang tercela.

(2) Mentaati dan mengikuti peraturan dan undang-undang yang ada di masyarakat dan negara. Bagi seorang muslim tentunnya mengikuti aturan yang digariskan Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Muhammad Saw.

(30)

(3) Kebiasaan, akhlak terpuji dapat ditingkatkan melalui kehendak atau kegiatan baik yang dibiasakan.

(4) Melalui perjuangan dan usaha.

b) Taat batin. Sedangkan taat batin adalah segala sifat baik, terpuji yang dilakukan oleh anggota batin (hati).

(1) Tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada allah dalam menghadapi, menanti atau menunggu hasil pekerjaan.

(2) Sabar dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sabar dalam beribadah, sabar ketika mendapat musibah, sabar terhadap maksiat, dan sabar terhadap perjuangan. Dasarnya adalah keyakinan bahwa semua yang dihadapi adalah ujian dan cobaan dari Allah.

(3) Qana’a, yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang dianugerahkan oleh Allah. Bagi Hamka, Qana’ah meliputi:

a. Menerima dengan rela akan apa yang ada

b. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas dan ikhtiar c. Menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan

d. Bertawakkal kepada Tuhan

e. Tidak tertarik oleh tipu muslihat dunia

Sedangkan akhlak terpuji yang batiniyah, dapat ditingkatkan dengan :

(1) Muhasabah, yaitu selalu menghitung perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan selama ini, baik perbuatan baik beserta akibat yang ditimbulkan olehnya, maupun perbuatan buruk beserta akibat yang ditimbulkan.

(2) Mu’aqobah, memberikan hukuman terhadap berbagai perbuatan dan tindakan yang telahdilakukan . hukuman tentu bersifat ryhiya dan berorientasi pada kebaikan, seperti melasanakan shalat sunnah yang lebih banyak dibanding biasannya, berzikir dan lain sebagainnya.

(31)

(3) Mu’ahadah, perjanjian dengan hati nurani (batin), untuk tidak mengulangi kesalahan dan keburukan tindakan yang dilakukan, serta menggantikannnya dengan perbuatan-perbuatan baik.

(4) Mujahadah, berusaha maksimal untuk melakukan perbuatan yang baik untuk mencapai derajat Ihsan, sehingga mampu mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini dilakukan dengan kesungguhan dan perjuangan keras, karena perjalanan untuk mendekatkan diri kepada Allah banyak mengalami berbagai rintangan (Ridwan A Malik, 2011: 19).

e. Ruang Lingkup Akhlak 1) Akhlak terhadap Allah SWT

a) Taqwa, adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

b) Cinta dan ridha, cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seorang terpaut hatinnya kepada apa yang dicintainnya dengan penuh semangat dan kasih sayang.

Bagi seorang mukmin, cinta pertama dan utama sekali diberikan kepada Allah SWT, Allah lebih dicintai daripada segala- segalannya. Konsekuensi cinta kepada Allah SWT adalah mengikuti semua yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.

c) Ikhlas, adalah perbuatan tanpa pamrih hanya semata-mata mengharap ridho Allah SWT.

d) Khauf dan Raja’, kauf dan raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Dominasi khauf menyebabkan sikap pesimisme dan putus asa, sementara dominasi raja’menyebabkan seseorang lalai dan lupa diri serta merasa aman dari azab Allah.

e) Tawakkal, adalah membebaskanhati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunnya kepada-Nya.

(32)

f) Syukur, ialah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya.

g) Muraqabah, berakar dari kata raqaba yang berarti menjaga, mengawal, menanti, dan mengamati. Semua pengertian raqaba tersebut biasa disimpulkan dalam satu kata yaitu pengawasan karena apabila seseorang mengawasi sesuatu dia akan mengamati, menjaga, dan mengawalnya. Dengan demikian muraqabah biasa di artikan dengan pengawasan.

h) Taubat, berasal dari kata taba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu, kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya. Kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya, kembali dari yang saling bertentangan menuju yang saling menyenangkan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya dan kembali taat setelah menentang-Nya.

2) Akhlak terhadap Rasulullah SAW

Akhlak terhadap Rasulullah SAW diantarannya adalah mencintai dan memuliakan Rasul, mengikuti dan mentaati Rasul, mengucapkan shalawat dan salam.

3) Akhlak terhadap Pribadi atau Diri Sendiri

a) Shidiq (ash-sidqu), artinnya benar atau jujur. Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin. Benar hati, benar perkataan, dan benar perbuatan. Antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan.

b) Amanah artinnya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinnya.

(33)

c) Istiqamah secara etimologi, berasal dari kata istaqama, yastaqim, yang berarti tegak lurus. Dalam terminologi istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.

d) Iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkan.

e) Mujahadah berasal dari kata jihada-yujahidu-mujahadah-jihad yang berarti mencurahkan segala kemampuan. Dalam konteks akhlak mujahadah adalah mencurahkan segala hal yang menghambat pendekatan diri terhadap Allah SWT, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

f) Syaja’ah artinnya berani, tapi bukan berani dalam arti siap menantang siapa saja tanpa memperdulikan apakah dia berada dipihak yang benar atau salah, bukan pula berani memperturutkan hawa nafsu. Tapi, berani yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuhpertimbangan. Keberanian tidaklah ditentukan oleh kekuatan hati dan kebersihan jiwa.

g) Tawadhu’artinnya rendah hati. Orang yang rendah hati tidak memandang dirinnya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong menghargai dirinnyasecara berlebihan. Rendah hati tidak sama dengan rendah diri, karena rendah diri berarti kehilangan kepercayaan diri. Sekalipun dalam prakteknya orang rendah hati cenderung merendahkan dirinnya dihadapan orang lain, tapi sikap tersebut bukan lahir dari rasa tidak percaya diri.

h) Malu (al-Haya) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik.

i) Sabar secara etimologi berarti menahan dan mengekang. Secara terminologi sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah.

(34)

j) Pemaaf adalah salah satu dari manifestasi ketaqwaan kepada Allah SWT. Islam mengajarkan untuk memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.

4) Akhlak Dalam Keluarga

a) Birrul walidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.

b) Hak, kewajiban dan kasih sayang suami istri

c) Kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap d) Silaturahmi dengan karib kerabat

5) Akhlak Bermasyarakat (Akhlak Kepada Orang Lain ) a) Bertamu

Bertamu adalah berkunjung kerumah orang lain dalam rangka mempererat tali silaturahim. Dengan mempererat tali silaturahim pada sesama berarti telah membina hidup rukun, menumbuhkan rasa kasih sayang, tolong menolong dan saling membantu antara sesama manusia. Selain itu, bertamu tidak saja menghubungkan tali persaudaraan tetapi juga banyak menambah wawasan ataupun pengalaman. Sebelum menjelaskan sacara terperinci pengertian adab bertamu, dan beberapa tujuan adab bertamu terlebih dahulu penulis menjelaskan tentang adab, agar bisa dipahami dengan sebaik mungkin.

Kata adab berasal dari bahasa Arab, (Adab). Menurut istilah adab adalah sesuatu yang menjelaskan tentang kesusilaan atau tingkah laku seseorang yang harus dilaksanakan, sehingga akan terlihat perilaku dari pribadinnya. Adab adalah salah satu istilah bahasa Arab yang bearti adat kebiasaan. Kata ini menunjukkan pada suatu kebiasaan, pola tingkah laku yang dianggap sebagai model. Adab bertamu dapat dipahami sebagai tingkah laku seseorang yang baik berdasarkan kesucian jiwa dan dimanifestikan melalui aturan-aturan dalam bertamu yang sesuai dengan syariat agama Islam.

(35)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila ingin bertamu ke rumah seseorang, diantarannya:

(1) Meminta izin bisa dengan kata-kata, dan bisa pula dengan ketukan pintu atau tekan tombol atau cara-cara lain yang dikenal baik oleh masyarakat setempat.

(2) Sebelum masuk kerumah seseorang hendaklah mengucapkan salam

(3) Jangan bertamu sembarang waktu. Bertamulah pada saat yang tepat, saat mana tuan rumah diperkirakan tidak akan terganggu.

Misalnya jangan bertamu pada waktu istirahat dan pada waktu tidur

(4) Kalau diterima bertamu, jangan terlalu lama sehingga merepotkan tuan rumah. Setelah urusan selesai segeralah pulang (5) Jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah

terganggu, misalnya memasuki ruangan pribadi tanpa izin, menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dalam rumah tanpa izin penghuni

(6) Kalau disuguhi makanan atau minuman maka hormatilah jamuan itu

(7) Hendaklah pamit waktu mau pulang. Meninggalkan rumah tanpa pamit disamping tidak terpuji, juga mengundang fitnah Sejalan dengan pendapat diatas Ritonga (2005: 178-181) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bertamu:

(1) Mengetuk Pintu Tuan Rumah

Salah satu etika tamu yang dipujikan ialah mengetuk pintu rumah yang akan dimasuki lebih dahulu sebelum membuka pintu. Ketentuan mengetuk pintu bagi seorang tamu ialah tidak mengetuk secara keras-keras dan tidak lebih dari tiga kali. Rasul dalam sabdannya:

(36)

نذ ﺄﺘﺳ ا ا ذ ا : ل ﺎﻗ ﻢﻠﻌﺻ ﻲﺒﻨﻟا ﻦﻋ ىﺮﻌﺷ ﻷ ﻰﺳﻮﻣ ﻲﺑا ﻦﻋ ىر ﺦﺒﻟا هور . ﻊﺟﺮﯿﻠﻓ ﮫﻟ ن ذ ﺆﯾ ﻢﻟ و ﺎﺛ ﻼﺛ ﻢﻛ ﺪﺣ ا

Dari Abu Musa al-As’ari dari Nabi saw. berkata: “apabila salah seorang kamu meminta izin (masuk ke rumah orang lain) sampai tiga kali dan tidak ada izin baginnya, maka hendaklah ia pulang. (HR. Bukhari)

Hadist ini berkaitan dengan mengetuk pintu bagi tamu yang hendak masuk kerumah orang lain. Akhlak ini mencerminkan sikap menghormati dan menghargai tuan rumah. Betapapun tingginya hajat untuk bertemu dengan tuan rumah lebih tinggi komitmenya untuk menghormati tuan rumah. Oleh karena itu seorang penamu tidak menunggu lebih lama, karena hal itu terkesan memaksakan diri untuk bertamu padahal belum tentu tuan rumah senang bertemu dengannya.

(2) Meminta Izin dan Mengucapkan Salam

Seorang tamu wajib meminta izin kepada pemilik rumah tatkala hendak masuk ke rumahnya. Ini didasarkan pada kenyataan, bahwa izin ini ditujukan untuk menjaga pandangan mata dari hal-hal yang tidak diinginkan. Rumah adalah kehidupan khusus, dimana privasi seseorang dijamin dan tidak boleh diganggu oleh orang luar. Oleh karena itu, Islam mengatur tentang konsep bertamu tersebut. Aturan tersebut sesuai firman Allah SWT yang berbunyi:







































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (QS. an-Nuur : 27)

(37)

Adapun tata cara meminta izin kepada tamu adalah dengan mengucapkan salam kepada pemilik rumah. Mengucapkan salam kepada pemilik rumah merupakan salah satu cara meminta izin kepada seseorang yang bertamu ke rumah tetangga dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar menjaga pandangan mata dari hal-hal yang tidak diinginkan. Berdasarkan dalil di atas tentang keharusan bagi seorang tamu mengucapkan salam kepada pemilik rumah ketika hendak bertamu atau memasuki rumah, karena terkait adanya perintah Rasul tentang pengamalan tujuh perkara di antaranya menebarkan salam.

Meminta izin kepada pemilik rumah dilakukan dengan cara mengucapkan salam sebanyak tiga kali, jika diizinkan, maka ia seseorang yang hendak bertamu boleh masuk, ketika tidak diizinkan, maka ia harus kembali. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa, seseorang yang ingin bertamu tidak boleh memaksa diri untuk memasuki rumah orang lain sebelum memperoleh izin dari yang pemiliknya; meskipun tujuan ia bertamu ingin menyampaikan maksud dan tujuan penting.

(3) Lamanya Bertamu

Dalam melakukan kunjungan bertamu kerumah orang lain, kebiasaan menginap sering dilakukan oleh masyarakat, apalagi dalam keadaan darurat, maupun disengaja. Kebiasann mengunjungi keluarga, karena mempunyai rasa kangen terhadap saudarannya, sering dilakukan juga. Boleh saja seorang tamu menginap, namun sebaliknya tidak melebihi dari tiga hari, sebab perintah tersebut sudah dijelaskan dalam hadis Nabi saw.

kewajiban-kewajiban tuan rumah untuk melayani tamu, jika tamu tersebut berada dalam rumahnya hanya tiga hari, setelah itu pulanglah segera ketempat rumah masing-masing, janganlah

(38)

menunggu hingga diusir tuan rumah (Bahri Endang Syamsul, 2009: 48-49). Rasulullah saw bersabda:

ﺪﯿﻌﺳ ﻲﺑأ ﻦﺑ ﺪﯿﻌﺳ ﻦﻋ ﻚﻟﺎﻣ ﺎﻧﺮﺒﺧأ ﻒﺳ ﻮﯾ ﻦﺑ ﷲا ﺪﺒﻋ ﺎﻨﺛ ﺪﺣ و ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر نأ : ﻲﺒﻌﻜﻟا ﺢﯾﺮﺷ ﻲﺑأ ﻦﻋ يﺮﺒﻘﻤ ﻟا

ﺎﺟ ﮫﻔﯿﺿ مﺮﻜﯿﻠﻓﺮﺧ ﻻا مﻮﯿﻟاو ﷲاﺎﺑ ﻦﻣﺆﯾ نﺎﻛ ﻦﻣ) لﺎﻗ ﻢﻠﺳ ﺔﻗ ﺪﺻ ﻮﮭﻓ ﻚﻟذ ﺪﻌﺑ ﺎﻤﻓ مﺎﯾ أ ﺔﺛ ﻼﺛ ﺔﻓﺎﯿﻀﻟاو ﺔﻠﯿﻟو مﻮﯾ ﮫﺗﺰﺋ .( ىرﺎﺨﺒﻟا هاور) (ﮫﺟ ﺮﺤﯾ ﻰﺘﺣ هﺪﻨﻋ يﻮﺜﯾ نأ ﮫﻟ ﻞﺤﯾ ﻻو

Artinya:“Diceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf dibertikan kepada kami Malik dari Sa’id bin abi Sa’id al

Muqabiri dari abi Syuraih al-Ka’biy, Rasulullah saw bersabda:

“barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka

hendaklah memuliakan tamunnya, masa(waktu) diperbolehkan bertamu sehari semalam dan bertamu itu tiga hari, maka hari- hari sesudahnya adalah sadaqoh. Dan tidak boleh berdiam (bertamu) sehingga ia (tuan rumah) mengeluarkanya”. (HR.

Bukhari)

Hadis ini memberikan penjelasan bagi ummat manusia bahwa orang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya. Hal ini menunjukan ukuran keimanan seorang muslim. Dengan kata lain, kualitas seorang Muslim bisa diukur ketika bisa dan tidaknya memuliakan dan menjamu tamu sesuai batasan yang disyariatkan. Menerima dan menjamu tamu itu dibatasi tiga hari dan setelahnya sidekah dan tidak halal baginya untuk mempersilahkan tamunya tinggal di rumah hingga ia mempersilahkan tamunnya untuk pergi.

(4) Memilih Waktu Berkunjung

Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu.

Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya.

Dikatakan oleh shahabat Anas : Artinya: “Rasulullah tidak

(39)

pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam.

Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.” (Muttafaqun ‘Alaihi) Demikianlah akhlak Nabi SAW;

beliau SAW memilih waktu yang tepat untuk mengunjungi keluarganya. An-Nabhani dalam kitabnya menerangkan ada tiga waktu yang dilarang bagi seseorang memasuki rumah (termasuk dalam bertamu). Waktu tersebut merupakan waktu khusus dan waktu-waktu tersebut dianggap sebagai aurat, adalah sebelum shalat shubuh, menjelang zuhur dan setelah shalat Isya (Dahrol, 2011: 29-30).

b) Tata Cara Menerima Tamu

Menerima dan memuliakan tamu tanpa membeda-bedakan status social mereka adalah salah satu sifat terpuji yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerima tamu, yaitu:

(1) Berpakaian yang pantas, sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan tamu.

(2) Menerima tamu dengan sikap yang baik.

(3) Menjamu tamu sesuai kemampuan dan tidak perlu mengada- adakan.

(4) Antarkan sampai kepintu halaman jika tamu pulang (5) Sikap saat menerima tamu

c) Hubungan baik dengan tetangga. Sesudah anggota keluarga sendiri, orang yang paling dengan dengan kita adalah tetangga. Merekalah yang diharapkan paling dahulu memberikan bantuan jika kita membutuhkan. Buruk baiknya sikap tetangga kepada kita tentu tergantung juga bagaimana sikap kita kepada mereka

d) Hubungan baik dengan masyarakat

Seorang Muslim harus dapat berhubungan baik dengan msyarakat luas, baik di lingkungan pendidikan, kerja, sosial, san

(40)

lingkungan lainnya. Baik dengan orang-orang yang seagama, maupun dengan pemeluk agama lainnya.

Hubungan baik dengan masyarakat diperlukan, karena tidak seorang yang bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Lain pula hidup bermasyarakat sudah merupakan fitrah manusia. Dalam surat Al- Hujurat ayat 13 dinyatakan bahwa manusia diciptakan dari lelaki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar mereka saling kenal mengenal.

e) Pergaulan muda-mudi. Satu hal yang sangat penting sekali diperhatikan dalam pergaulan pria dan wanita, terutama antar muda-mudi adalah masalah pertemuan anatara pria dan wanita, terutama pertemuan-pertemuan pribadi. Rasulullah saw melarang pria dan wanita berkhalwah, baik di tempat umum, apalagi di tempat sepi. Yang dimaksud dengan khalwah adalah berdua- berduaan antara pria dan wanita yang tidak punya hubungan suami istri dan tidak pula mahram tanpa ada orang ketiga.

f) Ukhuwah islamiyah. Ukhuwah Islamiyah adalah sebuah istilah yang menunjukkan persaudaraan antara sesama muslim di seluruh dunia tanpa melihat perbedaan warna kulit, suku, bangsa dan kewarganegaraan. Yang mengikat persaudaraan itu adalah kesamaan keyakinan atau iman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya.

6) Akhlak Bernegara

Yang termasuk akhlak bernegara, diantarannya adalah musyawarah, menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi munkar, hubungan baik pemimpin dan yang dipimpin (Deswita, 2012: 44).

7) Sikap Sopan Santun

Sopan santun adalah sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Norma sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinnya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat,

(41)

lingkungan atau waktu. Contoh-contoh norma kesopanan ialah: 1) Menghormati orang yang lebih tua, 2) Menerima sesuatu dengan tangan kanan, 3) Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong, 4) Tidak meludah disembarangan tempat.

Sikap sopan santun merupakan sikap seseorang terhadap apa yang ia lihat, ia rasakan, dan dalam situasi kondisi apapun. Sikap santun yaitu baik, hormat, tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap sopan santun yang benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa saja. Dari tutur bicara pun orang bisa melihat kesopanan.

Akhlak adalah buah dari Islam yang diperuntukkan bagi seorang individu dan umat manusia, dan akhlak menjadikan kehidupan ini menjadi manis dan elok. Tanpa akhlak, yang merupakan kaidah- kaidah kejiwaan dan sosial bagi individu dan masyarakatnya, maka kehidupan manusia tidak berbeda dengan kehidupan hewan dan binatang. Pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak. Orang tua haruslah memperkenalkan dasar-dasar akhlak melalui uswatun hasanah dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkannya tidaklah mudah, dibutuhkan kerja keras serta kesabaran yang ekstra dari orang tua selaku pendidik. Ada 5 dasar pembinaan akhlak pada anak yaitu:

a) Pembinaan Sikap Sopan Santun

Penumbuhan sikap sopan santun dalam kehidupan keluarga, berkenaan dengan kemampuan orang tua untuk mengajarkan anak- anaknya, agar bersikap sopan santun terhadap orang lain dengan kesedian menghargai, menghormati orang lain, berprilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama yang dianutnya. Untuk menerapakan sikap sopan santun bisa diawali oleh orang tua, mislanya ketika datang dan masuk rumah mengucapkan salam.

Begitupun ketika akan pergi kerja sebaiknya pamit terhadap anak-

(42)

anak. Dalam pergaulan dan berkomunikasi di antara anggota keluarga dirumah. Misalnya ketika meminta bantuan kepada anak- anak sebainya orang tua tidak bersifat menyuruh. Bisa menggunakan kata “tolong” kemudian mengucapkan terimakasih atau sesudah dan sebelumnya.

Dengan sikap seperti minta tolong ketika menyuruh, pamitan ketika pergi dan mengucapkan salam ketika datang dapat mencerminkan prilaku yang sopan dan santun terhadap anak-anak.

Cara-cara inilah sesungguhnya akan menjadi kepribadian sopan santun anka-anak dimana saja dan kapan saja dan terhadap siapa saja. Adapun macam-macam sikap sopan santun yaitu:

(1) Sikap Sopan Santun Dalam Berbahasa

Santun dalam berbahasa menunjukkan bagaimana seseorang melakukan interaksi sosial dalam kehidupannya secara lisan.

Setiap orang harus menjaga sopan santun bahasa agar komunikasi dan interaksi dapat berjalan dengan baik.

(2) Sikap Sopan Santun Berperilaku

Perilaku positif lebih dikenal dengan santun yang dapat diimplementasikan pada cara berbicara, cara berpakaian, cara memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri dimanapun dan kapanpun (Yulaila, 2018: 3-4).

Berdasarkan penjelasan diatas sikap sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial dimanapun tempat ia berada. Dalam hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau pengaruh yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Referensi

Dokumen terkait

jangka waktu lama, yang berhubungan dengan terapi hemodialisis dan pembatasan asupan makanan dan cairan klien gagal ginjal kronik sering menghilangkan semangat hidup

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai performa ayam arab terhadap konsumsi pakan, produksi telur dan konversi pakan dengan pemberian energi dan protein

Mengacu pada hasil pengolahan data hasil tes yang dilakukan pada kelas VII SMP Negeri 1 Tanjungsari, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) Tes Harvard

telah memperluas kegiatannya ke berbagai peralatan laut yang lebih luas untuk melengkapi sistem propulsi dan untuk memberikan keahlian teknis dalam pemasangan paket sistem

Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif dan statistic inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan

Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang timbul dari penyelesaian transaksi dalam mata uang asing dan dari penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata

Yang pertama, temuan mengenai adanya kelompok-kelompok kecil dalam organisasi IPNU. kelompok-kelompok kecil yang dimaksud peneliti.. disini adalah ada semacam gap

minuman kesehatan yang unggul dalam promosi (iklan menarik) minuman kesehatan yang unggul dalam promosi (iklan menarik), rasa dan aroma posisi merek vitazone cenderung sebagai