• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN TEORI

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri mapun orang lain.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori (Sugiyono, 2013: 244-245).

Berbeda dengan penelitian kuantitatif analisis data kualitatif dilakukan pada tahap pra-lapangan, selama di lapangan, dan setelah data terkumpul.

Analisis pra-lapangan dilakukan terhadap data yang diperoleh melalui grand-tour observation. Namun secara umum, analisis data kualitatif lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data dilapangan, bukan setelah data terkumpul. Teknik analisis data selama di lapangan yang banyak dipakai adalah model Miles dan Huberman.

Analisis data Model Miles dan Huberman meliputi proses tiga tahap, yang dilakukan secara interaktif, yaitu:

1. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion atau verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi data) 4. Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2013: 249-253).

Pada penelitian ini teknik analisis data yang dilakukan adalah pertama, mereduksi data yaitu merangkum hal-hal yang pokok dan yang penting, kemudian memberikan gambaran yang jelas tentang pembinaan akhlak anak usia sekolah dasar oleh orang tua pekerja buruh pabrik PT CNM Ampang kualo Kelurahan Kampung Jawa. Kemudian yang kedua, melakukan penyajian data yaitu dengan cara membuat uraian singkat, dan dalam penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan bagaimana pembinaan akhlak anak usia sekolah dasar oleh orang tua pekerja buruh PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok.

Dan yang ketiga adalah mengambil kesimpulan dan verifikasi data, yaitu dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan obyek yang pada mulanya belum pernah ada, masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Dan dalam penelitian ini dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi data tentang tentang pembinaan akhlak anak usia sekolah dasar oleh orang tua pekerja buruh PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok.

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian 1. Temuan Umum

Berdasarkan jenis dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan sebagaimana adannya maka peneliti akan menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan sesuai dengan data yang diperoleh melalui wawancara.

Peneliti akan mendeskripsikan tentang pembinaan akhlak anak usia sekolah dasar oleh orang tua pekerja buruh pabrik di PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok.

Orang tua yang bekerja di PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok tersebut terdapat orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik.

Pendidikan orang tua rata-rata SMA. Jumlah orang tua pekerja kebanyakan dari orang tua tersebut mempunyai anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar.

Informan dalam penelitian ini adalah orang tua pekerja buruh pabrik PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok berjumlah 6 orang dan anak usia sekolah dasar berjumlah 6 orang. Pengumpulan data dengan metode wawancara menggunakan pedoman wawancara sebagai panduan untuk pembinaan akhlak anak usia sekolah dasar oleh orang tua pekerja buruh pabrik PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok.

Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut, penulis memaparkan beberapa aspek yang berhubungan dengan pembinaan akhlak anak usia sekolah dasar oleh orang tua pekerja buruh pabrik PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok, sebagai berikut:

a. Pembinaan akhlak kepada orang lain anak dari segi adab bertamu.

b. Pembinaan Akhlak kepada diri sendiri anak dari segi sikap sopan santun.

c. Pembinaan Akhlak kepada diri sendiri anak dari segi sikap jujur.

60

2. Temuan Khusus

a. Pembinaan Akhlak Kepada Orang Lain Dari Segi Adab Bertamu.

Pembinaan akhlak bagi anak oleh orang tua terbagi ke dalam tiga bentuk, yaitu akhlak kepada orang lain dari segi adab Bertamu, akhlak terhadap diri sendiri dari segi sikap sopan santun dan akhlak terhadap diri sendiri dari segi sikap jujur. Berdasarkan dari tiga bentuk akhlak tersebut, maka peneliti akan mengungkapkan bagaimana pembinaan akhlak bagi anak usia sekolah dasar oleh orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok. Sebagai pendukung dari kebenaran data peneliti mengambil dokumentasi untuk memperkuat hasil penelitaian.

Pembinaan akhlak bagi anak oleh orang tua terbagi ke dalam tiga bentuk, yaitu akhlak kepada orang lain dari segi adab Bertamu, akhlak terhadap diri sendiri dari segi sikap sopan santun dan akhlak terhadap diri sendiri dari segi sikap jujur. Berdasarkan dari tiga bentuk akhlak tersebut, maka peneliti akan mengungkapkan bagaimana pembinaan akhlak bagi anak usia sekolah dasar oleh orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok. Sebagai pendukung dari kebenaran data peneliti mengambil dokumentasi untuk memperkuat hasil penelitaian.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan agar peneliti dapat mengetahui pembinaan akhlak kepada orang lain dari segi adab bertamu, pembinaan akhlak kepada diri sendiri dari segi sikap sopan santun, pembinaan akhlak kepada diri sendiri dari sikap jujur.

Maka dari itu penulis menanyakan kepada informan penelitian sebagai berikut:

1) Meminta Izin ketika masuk rumah (mengetuk pintu atau menekan tombol).

Informan I mengatakan bahwa ada meminta izin ketika masuk rumah, seperti anak mengetuk pintu, sebelum anak pergi bertamu orang tua memberikan pengarahan seperti mengetuk pintu lebih dari

tiga kali hendaknya meninggalkan rumah tersebut, ketika tidak ada jawaban maka pulanglah (Zulherni, Wawancara Pribadi, PT CNM:

21 Mei 2019)

Informan II mengatakan bahwa anak tidak mengetuk pintu dan meminta izin ketika bertamu, ketika anak bertamu perilaku yang ditunjukkannya yaitu langsung nyelonong masuk tanpa mengetuk pintu, maka dari itu orang tua memberikan contoh seperti mengetuk pintu, dan tidak boleh nyelonong masuk saja kerumah tersebut dikarenakan perilaku tersebut mencerminkan perbuatan tidak baik (Primadona, Wawancara Pribadi: 21 Mei 2019)

Informan III mengatakan bahwa ada mengetuk pintu dan meminta izin ketika bertamu, Ibu membiasakan anak untuk selalu mengetuk pintu saat bertamu, tidak berbicara keras-keras.Kemudian Konsekuensi anak tidak menunjukkan sikap baik dalam bertamu maka ibu memberikan nasehat dengan mengatakan bahwa bagi orang yang tidak baik dalam bertamu maka rumah yg dikunjungi tersebut tidak menerima dalam bertamu kembali. Sedangkan waktu yang digunakan untuk pembinaan akhlak kepada orang lain dari segi adab bertamu waktu senggang dan waktu libur kerja, dikarenakan orang tua sibuk dalam bekerja maka waktu yang digunakan untuk anak-anaknya sedikit. Maka dari itu waktu yang digunakan waktu senggang dan juga libur kerja (Yurice Marisa, Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019)

Informan IV mengatakan bahwa ada mengetuk pintu dan meminta izin ketika bertamu, Ibu mengajarkan kepada anak tentang tata cara adab bertamu yang baik. Kemudian memberikan nasehat-nasehat kepada anak ketika bertamu jangan lupa untuk membaca salam, dan jangan langsung masuk ketika belum disuruh masuk rumah tamu tersebut, mengetuk pintu atau meminta izin terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk membiasakan anak dalam bertamu yang baik dan benar. Konsekuensi ketika anak tidak berperilaku baik maka ibu

memarahi anak setelah ia bertamu. Waktu yang digunakan yaitu habis magrib dikarenakan setelah selesai shalat anak bisa diberi arahan atau bercerita (Fitrianti, Wawancara Pribadi: 23 Mei 2019 )

Informan V mengatakan bahwa ada mengetuk pintu dan meminta izin ketika bertamu. Cara yang dilakukan yaitu dengan mengenalkan kepada anak tentang adab bertamu semenjak anak berumur 6-12 tahun serta mengajarkan kepada anak tentang adab bertamu yang baik contohnya memberi salam, mengetuk pintu, mengetahui berapa lama dalam bertamu, meminta izin dengan tuan. Sedangkan konsekuensi anak yang tidak baik dalam bertamu diberikan nasehat dan motivasi anak bahwa ketika bertamu harus sopan dan menjaga perilaku yang baik dikarenakan rumah tersebut bukan rumah sendiri jadi harus menjaga sikap dan adab dalam bertamu salat, apabila anak tidak mengerjakan salat maka ibu memberikan nasehat dan memberikan peringatan kepada anak. Adapun waktu yang digunakan dalam pembinaan ibadah salat adalah setelah magrib (Nurhayati, Wawancara Pribadi, PT.CNM: 23 Mei 2019).

Informan VI mengatakan bahwa ada mengetuk pintu dan meminta izin ketika bertamu. Ibu mengajarkan anak dengan memberi contoh bagaimana cara bertamu yang baik, seperti memberi salam pada tuan rumah, mengetuk pintu dan tidak sembarangan masuk kerumah orang lain. Hal ini dapat mendorong anak untuk dapat membiasakan adab bertamu dengan baik dan benar. Tujuannya adalah agar anak lebih memahami cara-cara dalam adab bertamu. Kemudian apabila anak tidak menunjukkan perilaku yang baik dalam bertamu maka anak diberi nasehat dan memotivasi supaya anak tidak mengulagi perbuatan yang tidak baik dalam bertamu (Haryani, Wawancara Pribadi, PT CNM: 24 Mei 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dengan enam orang tua di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembinaan akhlak kepada orang lain anak dari segi adab bertamu yang dilakukan oleh orang dengan cara.

Pertama membiasakan anak untuk membaca salam ketika hendak bertamu dan bermain, membina hubungan yang baik dengan masyarakat. Kedua memberikan ketauladanan kepada anak misalnya ketika bertamu makan dengan tangan kanan, tidak mengintip kamar si tuan rumah. Ketiga apabila anak tidak baik dalam bertamu maka ibu memberikan nasehat dan memberikan motifasi kepada anak 2) Mengucapkan Salam

Informan I mengatakan bahwa anak ketika bertamu ada mengucapkan salam, karena anak sudah dibiasakan dari ia masih kecil wajib memberi salam ketika bertamu. Ibu memberikan nasehat kepada anak bahwa ketika hendak bertamu maka wajib mengucapkan salam. Ketika bertamu sudah membaca salam dan tidak ada jawaban dari rumah tersebut maka pulanglah, kemungkinan tuan rumah tersebut tidak ada dirumahnya (Zulherni, Wawancara Pribadi, PT CNM: 21 Mei 2019)

Informan II mengatakan bahwa anak ketika bertamu ada mengucapkan salam, Karena ibu mengingatkan kepada anak ketika bertamu jangan lupa untuk selalu mengucapkan salam, wajib hukumnya untuk membaca salam ketika hendak bertamu tidak hanya bertamu tetapi ketika memasuki rumah sendiri (Primadona, Wawancara Pribadi, PT CNM: 21 Mei 2019)

Informan III mengatakan bahwa anak ketika bertamu tidak mengucapkan salam karena sudah kebiasaan anak tersebut dan juga kurangnya bimbingan orang tua, yang mana orang tua sibuk bekerja dan kurangnya perhatian terhadap anak (Yurice Marisa, Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019)

Informan IV mengatakan bahwa anak ketika bertamu ada mengucapkan salam karena anak sudah dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari ketika bertamu (Fitrianti, Wawancara Pribadi, PT CNM:

23 Mei 2019)

Informan V mengatakan bahwa anak ketika bertamu ada mengucapkan salam karena perilaku anak sudah dibiasakan sejak dini, dan diberikan pengarahan atau nasehat bahwa wajib bagi setiap muslim membaca salam dan menjawab salam ketika bertamu (Nurhayati, Wawancara Pribadi, PT CNM: 23 Mei 2019)

Informan VI mengatakan bahwa anak ketika bertamu ada mengucapkan salam karena anak sudah dibiasakan sejak dini (Haryani, Wawancara Pribadi, PT CNM: 24 Mei 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dengan enam orang tua di atas dapat penulis simpulkan bahwa, anak sudah mengucapkan salam, sesuai yang diajarkan oleh orang tua dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca salam wajib bagi umat muslim.

3) Memilih Waktu Berkunjung

Informan I mengatakan bahwa memilih waktu berkunjung ketika bertamu orang tua memberikan pengarahan kepada anak dilarang melakukan kunjungan atau bertamu pada jam 10.00 wib. Jika bertamu lewat dari jam tersebut si tuan rumah kemungkinan sudah istirahat (Zulherni, Wawancara Pribadi, PT CNM: 21 Mei 2019)

Informan II mengatakan bahwa memilih waktu berkunjung ketika bertamu anak diajarkan oleh ibu untuk waktu bertamu itu ada waktu yang tidak boleh dikunjungi yaitu ketika waktu zuhur dikarenakan orang dirumah tersebut sedang istirahat dan takutnya tidak memakai pakaian yang tidak pantas (Primadona, Wawancara Pribadi, PT CNM: 21 Mei 2019)

Informan III mengatakan bahwa memilih waktu berkunjung ketika bertamu anak dilarang untuk bertamu diwaktu jam 09.00 wib dikarenakan orang tersebut istirahat dkarena kelelahan bekerja.

Karena anak sudah diberi batasan untuk bertamu pada jam-jam yang sudah diberi tahu oleh orang tua (Yurice Marisa, Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019)

Informan IV mengatakan bahwa memilih waktu berkunjung ketika bertamu anak biasannya sebelum jam 9 sudah tidak boleh keluar rumah. Karena memang sudah diberi tahu tidak boleh keluar rumah setelah shalat isya (Fitrianti, Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019)

Informan V mengatakan bahwa memilih waktu berkunjung ketika bertamu anak diberi pengarahan ketika ia hentak bertamu seperti waktu-waktu yang tidak diperbolehkan saat bertamu yaitu waktu dzuhur, isya dan magrib (Nurhayati, Wawancara Pribadi, PT CNM:

23 Mei 2019)

Informan VI mengatakan bahwa memilih waktu berkunjung ketika bertamu anak sudah diberi tahu bahwa ketika hendak bertamu hendaknya diwaktu-waktu senggang yaitu setelah dzuhur maupun setelah asyar (Haryani, Wawancara Pribadi, PT CNM: 24 Mei 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dengan enam orang tua di atas dapat penulis simpulkan bahwa, orang tua sudah memberikan pengarahan maupun nasehat untuk memilih waktu berkunjung yaitu setelah dzuhur, asyar dan magrib.

4) Jangan Bertamu Terlalu Lama

Informan I mengatakan bahwa jangan bertamu terlalu lama ketika bertamu anak ketika anak hendak bertamu maka anak sudah diberikan penjelasan bahwasannya setelah selesai bermain langsung pulang dan jangan lama-lama ketika bertamu dikarenakan takutnya menyusahkan orang rumah tersebut (Zulherni, Wawancara Pribadi, PT CNM: 21 Mei 2019)

Informan II mengatakan bahwa jangan bertamu terlalu lama ketika anak bertamu maka orang tua memberikan nasehat seperti tidak boleh lama-lama saat bertamu, tidak boleh sampai malam karena menyusahkan si tuan rumah (Primadona, Wawancara Pribadi, PT CNM: 21 Mei 2019)

Informan III mengatakan bahwa jangan bertamu terlalu lama anak dari awal sudah diberi tahu cara-cara bertamu yaitu seperti mengucapkan salam, mengetuk pintu dan lamannya bertamu. Maka dari itu anak sudah mengetahui seberapa lama ia boleh bertamu (Yurice Marisa, Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019)

Informan IV mengatakan bahwa jangan bertamu terlalu lama anak sudah diberi tahu sebelum bertamu kerumah orang lain hendaknya sebentar dan tidak terlalu lama takutnya menyusahkan (Fitrianti, Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019)

Informan V mengatakan bahwa jangan bertamu terlalu lama anak sudah mengetahui bahwa ketika bertamu tidak boleh terlalu lama karena orang tua sudah memberikan pengarahan dan nasehat bahwasannya ketika bertamu itu ada batas-batas waktu tertentu ketika bertamu lama nantinnya akan menyusakan orang tersebut karena masih banyak yang perlu dilakukan oleh tuan rumah (Nurhayati, Wawancara Pribadi, PT CNM: 23 Mei 2019)

Informan VI mengatakan bahwa jangan bertamu terlalu lama anak sudah diberi tahu ketika bertamu jangan terlalu lama karena ada waktu-waktu yang tidak boleh untuk melakukan kunjungan yaitu pada waktu istirahat dan malam hari (Haryani, Wawancara Pribadi, PT CNM: 24 Mei 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dengan enam orang tua di atas dapat penulis simpulkan bahwa, ketika bertamu sudah diberi tahu waktu-waktu yang tidak boleh bertamu yaitu zuhur, magrib dan isya. Ketika tidak ada yang dibahas maupun dibicarakan maka pulanglah.

5) Jangan Melakukan Kegiatan (yang merepotkan tuan rumah)

Informan I mengatakan bahwa jangan melakukan kegiatan (yang merepotkan tuan rumah), kebiasaan anak disini karena penasaran maka anak suka mengintip dan keliling-keliling ketika bertamu (Zulherni, Wawancara Pribadi, PT CNM: 21 Mei 2019)

Informan II mengatakan bahwa jangan melakukan kegiatan (yang merepotkan tuan rumah), anak melakukan sikap acuh tak acuh ketika bertamu, berlari-larian, meanggap bahwa itu rumahnya sendiri ((Primadona, Wawancara Pribadi, PT CNM: 21 Mei 2019)

Informan III mengatakan bahwa jangan melakukan kegiatan (yang merepotkan tuan rumah), anak suka meminta makanan yang tidak disediaka oleh tuan rumah, suka seenaknya sendiri, makan dan minum masih menggunakan tangan kiri ((Yurice Marisa, Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019)

Informan IV mengatakan bahwa jangan melakukan kegiatan (yang merepotkan tuan rumah), anak sudah diberi tahu bahwa ketika bertamu tidak boleh melakukan kegiatan yang merepotkan tuan rumah apa yang disuguhkan oleh tuan rumah maka itu yang harus diterima (Fitrianti, Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019)

Informan V mengatakan bahwa jangan melakukan kegiatan (yang merepotkan tuan rumah), anak sudah diberi pengarahan dan nasehat ketika bertamu kerumah orang lain jangan merepotka tuan rumah, jadi apa yang diberi minuman maupun makanan maka itu lah yang harus dimakan atau diminum (Nurhayati, 23 Mei 2019)

Informan VI mengatakan bahwa jangan melakukan kegiatan (yang merepotkan tuan rumah), orang tua memberikan nasehat ketika hendak bertamu jangan mengintip-intip kamar, keliling rumah dan mengambil apa yang ada dirumah tersebut (Haryani, Wawancara Pribadi, PT CNM: 24 Mei 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dengan enam orang tua di atas dapat penulis simpulkan bahwa, Pertama anak masih ada yang suka mengintip-intip rumah maupun kamar ketika bertamu, ketika bertamu orang tua sudah memberikan nasehat maupun pengarahan ketika melakukan kegiatan bertamu maka jangan merepotkan tuan rumah dan apa yang disuguhkan oleh tuan rumah maka itu yang harus dimakan dan tidak boleh meminta selain yang disuguhkan.

b. Pembinaan Akhlak Kepada Diri Sendiri Anak Dari Segi Sikap Sopan Santun

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua yang bekerja sebagai buruh buruh pabrik PT CNM Ampang Kualo Kampung Jawa Kota Solok.

Secara umum mereka sudah memberikan pembinaan Akhlak kepada anaknya dari segi sikap sopan santun. Pembinaan Akhlak yang diajarkan adalah dengan cara menasehati serta memotivasi tentang bagaimana bersikap sopan santun yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung dengan hasil wawancara bersama orang tua.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan agar peneliti dapat mengetahui pembinaan akhlak kepada diri sendiri dari segi sikap sopan santun. Maka dari itu penulis menanyakan kepada informan penelitian sebagai berikut:

1) Sikap sopan santun dalam berbahasa

Informan I mengatakan bahwa cara menanamkan sikap sikap sopan santu kepada anak membiasakan dari sejak usia dini dalam keluarga maupun di masyarakat, memberikan ketauladanan misalnya berbicara menggunakan bahasa yang sopan, menghormati orang lain, ketika makan tidak boleh sambil berdiri ketika masuk rumah mengucapkan salam, ketika ingin pergi keluar rumah meminta izin terlebih dahulu, meminta bantuan kepada orang lain menggunakan kata tolong dan ketika diberi uang maupun makanan mengucapkan terimakasih. Hal ini bertujuan tujuan supaya anak bisa memperbaiki sikap yang tidak baik kepada sikap yang lebih baik. (Zulherni, Wawancara Pribadi, PT CNM:

22 Mei 2019).

Informan II mengatakan bahwa cara menanamkan sikap sopan santun kepada anak membiasakan anak bersikap sopan santun dimulai dari usia dini, kemudian memberikan ketauladanan misalnya menghormati yang lebih tua, bertutur kata yang baik, berbicara tidak kasar, mengucapkan salam ketika hendak masuk rumah, memberikan salam ketika bertemu guru maupun orang yang lebih tua dan kepada

sesama. Apabila anak tidak bersikap tidak bersikap sopan santun maka ibu memberikan nasehat dengan bahasa yang baik, memberikan pengarahan dan nasehat ketika bersikap sopan santun maka teman akan berkata baik kepada diri sendiri, ketika menasehati anak saat tidak bersikap sopan dengan cara yang baik dan jangan kasar (Primadona Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019).

Informan III mengatakan bahwa cara menanamkan sikap sopan santun kepada anak membiasakan kepada anak untuk bersikap sopan santun dari usia dini, memberikan ketauladanan misalnya tidak berbobong, membiasakan mengucapkan salam ketika masuk rumah, berbicara sopan, dan menghormati orang yang lebih tua dari diri kita, sopan santun terhadap tamu, sopan terhadap teman sebaya (Yurice Marisa, Wawancara Pribadi, PT CNM: 22 Mei 2019).

Informan IV mengatakan bahwa cara menanamkan sikap sopan

Informan IV mengatakan bahwa cara menanamkan sikap sopan

Dokumen terkait