• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Pada bagian ini penulis ingin membahas tentang pembinaan Akhlak anak usia sekolah dasar oleh orang tua pekerja buruh di PT CNM Ampang Kualo Kota Solok, dari aspek pembinaan akhlak terpuji anak dari segi bertamu, pembinaan akhlak terpuji anak dari segi sopan santun, pembinaan akhlak terpuji anak dari sikap jujur dapat dijelaskan dari uraian berikut.

1. Pembinaan Akhlak Kepada Orang Lain Dari Segi Adab Bertamu Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan orang tua pekerja buruh pabrik yang mempunyai anak usia sekolah dasar (SD) tentang pembinaan akhlak terpuji anak dari segi adab bertamu. Maka,

penulis dapat mengetahui bahwa orang tua bekerja buruh pabrik membimbing anak-anaknya dengan cara, mengajarkan kepada anak tata cara adab bertamu yang kepada anak, kemudian memberikan ketauladanan, contoh kepada anak dalam bertamu. Namun hal ini tidak bisa dipraktekkan dan ditinjau langsung oleh orang tua setiap hari, karena mereka bekerja di pabrik dari pagi hingga sore. Sehingga saat anak bertamu ke rumah temannya sendiri, seperti saat pulang sekolah mereka bersikap seenaknya saja tanpa pantauan orang tua. Setelah pulang bekerja, orang tua memberikan nasehat dan pengarahan-pengarahan dalam bertamu kepada anak ketika terjadi permasalahan yang diakibatkan oleh perilaku anak tidak sesuai dengan adab bertamu yang seharusnya.

Sejalan dengan pendapat diatas Ritonga (2005: 178-181) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bertamu:

a. Mengetuk Pintu Tuan Rumah

Salah satu etika tamu yang dipujikan ialah mengetuk pintu rumah yang akan dimasuki lebih dahulu sebelum membuka pintu. Ketentuan mengetuk pintu bagi seorang tamu ialah tidak mengetuk secara keras-keras dan tidak lebih dari tiga kali. Rasul dalam sabdannya:

ﻨﻟا ﻦﻋ ىﺮﻌﺷ ﻷ ﻰﺳﻮﻣ ﻲﺑا ﻦﻋ ﻢﻟ و ﺎﺛ ﻼﺛ ﻢﻛ ﺪﺣ ا نذ ﺄﺘﺳ ا ا ذ ا : ل ﺎﻗ ﻢﻠﻌﺻ ﻲﺒ

ىر ﺦﺒﻟا هور . ﻊﺟﺮﯿﻠﻓ ﮫﻟ ن ذ ﺆﯾ

Dari Abu Musa al-As’ari dari Nabi saw. berkata: “apabila salah seorang kamu meminta izin (masuk ke rumah orang lain) sampai tiga kali dan tidak ada izin baginnya, maka hendaklah ia pulang. (HR.

Bukhari)

Hadist ini berkaitan dengan etika mengetuk pintu bagi tamu yang hendak masuk kerumah orang lain. Etika ini mencerminkan sikap menghormati dan menghargai tuan rumah. Betapapun tingginya hajat untuk bertemu dengan tuan rumah lebih tinggi komitmenya untuk menghormati tuan rumah. Oleh karena itu seorang penamu tidak menunggu lebih lama, karena hal itu terkesan memaksakan diri untuk bertamu padahal belum tentu tuan rumah senang bertemu dengannya.

b. Meminta Izin dan Mengucapkan Salam

Seorang tamu wajib meminta izin kepada pemilik rumah tatkala hendak masuk ke rumahnya. Ini didasarkan pada kenyataan, bahwa izin ini ditujukan untuk menjaga pandangan mata dari hal-hal yang tidak diinginkan. Rumah adalah kehidupan khusus, dimana privasi seseorang dijamin dan tidak boleh diganggu oleh orang luar. Oleh karena itu, Islam mengatur tentang konsep bertamu tersebut. Aturan tersebut sesuai firman Allah SWT yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (QS. an-Nuur : 27)

Adapun tata cara meminta izin kepada tamu adalah dengan mengucapkan salam kepada pemilik rumah. Mengucapkan salam kepada pemilik rumah merupakan salah satu cara meminta izin kepada seseorang yang bertamu ke rumah tetangga dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar menjaga pandangan mata dari hal-hal yang tidak diinginkan. Berdasarkan dalil di atas tentang keharusan bagi seorang tamu mengucapkan salam kepada pemilik rumah ketika hendak bertamu atau memasuki rumah, karena terkait adanya perintah Rasul tentang pengamalan tujuh perkara di antaranya menebarkan salam.

c. Lamanya Bertamu

Dalam melakukan kunjungan bertamu kerumah orang lain, kebiasaan menginap sering dilakukan oleh masyarakat, apalagi dalam keadaan darurat, maupun disengaja. Kebiasann mengunjungi keluarga, karena mempunyai rasa kangen terhadap saudarannya, sering dilakukan juga. Boleh saja seorang tamu menginap, namun sebaliknya tidak melebihi dari tiga hari, sebab perintah tersebut sudah dijelaskan dalam

hadis Nabi SAW. kewajiban-kewajiban tuan rumah untuk melayani tamu, jika tamu tersebut berada dalam rumahnya hanya tiga hari, setelah itu pulanglah segera ketempat ruamh masing-masing, janganlah menunggu hingga diusir tuan rumah (Bahri, 2009: 48-49). Rasulullah saw bersabda:

ﻲﺑأ ﻦﻋ يﺮﺒﻘﻤﻟا ﺪﯿﻌﺳ ﻲﺑأ ﻦﺑ ﺪﯿﻌﺳ ﻦﻋ ﻚﻟﺎﻣ ﺎﻧﺮﺒﺧأ ﻒﺳ ﻮﯾ ﻦﺑ ﷲا ﺪﺒﻋ ﺎﻨﺛ ﺪﺣ ﷲاﺎﺑ ﻦﻣﺆﯾ نﺎﻛ ﻦﻣ) لﺎﻗ ﻢﻠﺳ و ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر نأ : ﻲﺒﻌﻜﻟا ﺢﯾﺮ ﺷ ﻚﻟذ ﺪﻌﺑ ﺎﻤﻓ مﺎﯾ أ ﺔﺛ ﻼﺛ ﺔﻓﺎﯿﻀﻟاو ﺔﻠﯿﻟو مﻮﯾ ﮫﺗﺰﺋ ﺎﺟ ﮫﻔﯿﺿ مﺮﻜﯿﻠﻓﺮﺧ ﻻا مﻮﯿﻟاو

.( ىرﺎﺨﺒﻟا هاور) (ﮫﺟ ﺮﺤﯾ ﻰﺘﺣ هﺪﻨﻋ يﻮﺜﯾ نأ ﮫﻟ ﻞﺤﯾ ﻻو ﺔﻗ ﺪﺻ ﻮﮭﻓ

“Diceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf dibertikan kepada kami Malik dari Sa’id bin abi Sa’id al Muqabiri dari abi Syuraih al-Ka’biy, Rasulullah saw bersabda: “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunnya, masa(waktu) diperbolehkan bertamu sehari semalam dan bertamu itu tiga hari, maka hari-hari sesudahnya adalah sadaqoh. Dan tidak boleh berdiam (bertamu) sehingga ia (tuan rumah) mengeluarkanya”. (HR.

Bukhari)

d. Waktu Berkunjung

Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya. Dikatakan oleh shahabat Anas : Artinya: “Rasulullah tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.” (Muttafaqun ‘Alaihi) Demikianlah akhlak Nabi SAW;

beliau SAW memilih waktu yang tepat untuk mengunjungi keluarganya. An-Nabhani dalam kitabnya menerangkan ada tiga waktu yang dilarang bagi seseorang memasuki rumah (termasuk dalam bertamu). Waktu tersebut merupakan waktu khusus dan waktu-waktu tersebut dianggap sebagai aurat, adalah sebelum shalat shubuh, menjelang zuhur dan setelah shalat Isya. (Dahrol, 2011: 29-30)

2. Pembinaan Akhlak Kepada Diri Sendiri Dari Segi Sikap Sopan Santun

Sikap sopan santun merupakan budaya leluhur yang yang telah dilupakan oleh sebagian orang. Sikap sopan santun yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai hormat menghormati sesama, yang muda menghormati yang tua dan yang tua menghargai yang muda. Hilangnya sikap sopan santun sebagian anak merupakan salah satu dari sekian penyebab kurang terbentuknya akhlak.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan orang tua pekerja buruh pabrik menanamkan sikap sopan santun kepada anak ketika masuk rumah harus mengucapkan salam maka anak juga akan mengucapkan salam setiap minta tolong kepada anak ucapkan terima kasih, tata krama makan yang mana makan tidak boleh bersuara, makan dengan berdiri, dan tidak boleh makan dengan tangan kiri, sopan pada teman sebaya maupun yang lebih tua, tidak berkata kasar, berbicara dengan yang lebih tua harus lemah lebut dan sopan, membiasakan membaca salam ketika masuk rumah maupun keluar rumah, berpakaian yang sopan.

Sopan santun adalah sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku didalam masyarakat. Sikap sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok. Sikap kesopanan bersikap relatif, artinnya apa yang diaggap sebagai sikap kesopanan betbeda-beda diberbagai tempat., lingkungan, atau waktu. Contoh-contoh sikap sopan ialah: menghormati orang yang lebih tua, menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan, tidak berkata kotor, kasar, dan sombong, tidak meludah disembarangan tempat.

Sikap sopan santun yang benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa saja. Dari tutur bicara pun orang bisa melihat kesopanan. Baik atau buruk,misalnya lagi dalam situasi yang ramai dimana kita akan melewati jalan itu, jika sopan pasti akan mengucapkan kata permisi. Mungkin semua orang sudah mengerti apa itu sopan santun,

karena sifat ini telah ditanamkan sejak kecil pada diri individu tersebut dan bagaimana cara mengembangkannya saja.

3. Pembinaan Akhlak kepada Diri Sendiri Dari Segi Sikap Jujur

Sikap jujur merupakan salah satu dari empat sifat Rasulullah SAW.

Yang selalu diupayakan terhadapa siapa saja, di manapun dalam segala hal. Sifat kejujuran perlu ditanamkan oleh orang tua terhadap anak-anak sejak usia dini dalam keluarga maupun di masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan orang tua dalam menanamkan sikap jujur kepada anak dimulai dari dalam diri sendiri, membiasakan bersikap jujur didalam lingkungan keluarga membiasakan anak bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari, ketika berbicara tidak boleh berkata bohong. Bagi anak yang tidak bersikap jujur orang tua memberikan hukuman, keteladanan nasehat dan motivasi kepada anak.

Sikap jujur adalah salah satu dasar penting dalam akhlak islam yang membutuhkan kerja keras dalam menanamkan kepada anak. Menanamkan sikap kejujuran dalam kehidupan keluarga berkaitan dengan kemampuan orangtua dan anak-anak untuk mengupayakan yang sebenarnya serta mendorong orang lain juga untuk berbuat yang sama. Kejujuran harus bersifat utuh, tidak bisa sebagian atau sementara.

Dalam sikap kejujuran tidak ada plus-minus kurang jujur atau terlanjur jujur. Karena, tidak ada istilah agak jujur. Misalnya orang itu agak jujur dibanding temannya, dengan ungkapan ini kejujuran tidak bersifat utuh.

Jadi mana bisa sebagian jujur sebagian lagi kurang atau tidak jujur.

Mengajarkan kejujuran pun bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana.

Misalnya bisa menanyakan kepada anak selama disekolah seperti apakah ia berperilaku baik kepada guru dan temannya. Sebagai orang tua harus menerapkan kejujuran dalam lingkungan keluarga dan harus memberi contoh atau panutan terhadap anak-anaknya. Dengan demikian anak akan bertumbuh dengan sikap kejujuran yang yang tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan mengenai pembinaan akhlak anak usia sekolah dasar oleh orang tua pekerja buruh pabrik, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembinaan Akhlak Kepada Orang Lain Dari Segi Adab Bertamu a. Meminta izin ketika masuk rumah ( mengetuk pintu atau menekan

bel rumah) yang dilakukan oleh orang dengan cara membiasakan anak untuk meminta izin ketika hendak bertamu dan bermain, makan dengan tangan kanan, tidak mengintip kamar si tuan rumah.

b. Mengucapkan salam orang tua sudah memberikan pengarahan maupun nasehat untuk memilih waktu berkunjung yaitu setelah dzuhur, asyar dan magrib.

c. Memilih waktu berkunjung ketika bertamu sudah diberi tahu waktu-waktu yang tidak boleh bertamu yaitu zuhur, magrib dan isya selain waktu-waktu tersebut dibolehkan.

d. Jangan bertamu terlalu lama anak sudah diberi ketika bertamu jangan terlalu lama takutnya tuan rumah mash ada keperluan atau kepentingan yang lain.

e. Jangan melakukan kegiatan (yang merepotkan tuan rumah) ketika bertamu maka jangan merepotkan tuan rumah dan apa yang disuguhkan oleh tuan rumah maka itu yang harus dimakan dan tidak boleh meminta selain yang disuguhkan

2. Pembinaan Akhlak Kepada Diri Sendriri Anak Dari Segi Sikap Jujur a. Sopan santun berbahasa pembinaan akhlak anak kepada diri sendiri

dan sikap sopan santun yang dilakukan oleh orang tua pekerja dengan menanamkan sikap sikap sopan santun kepada anak dari usia dini. Memberikan ketauladanan kepada anak misalnya tidak berbohong, membiasakan anak untuk mengucapkan salam ketika

85

hendak masuk rumah, menggunakan bahasa yang sopan dan tidak kasar, tidak meludah disembarangan tempat

b. Sopan santun berperilaku orang tua memberikan ketauladanan kepada anak misalnya tidak membantah perkataan orang tua, mendengarkan orang tua ketika berbicara, tidak meludah disembarangan tempat berbicara dengan orang yang lebih tua hendaknya dengan sopan dan bersuara lemah lembut dan sikap sopan santun ketika belajar

3. Pembinaan Akhlak Kepada Diri Sendriri Anak Dari Segi Sikap Jujur a. Jujur kepada diri sendiri membiasakan sikap jujur kepada anak dari

usian dini. Memberikan ketauladanan kepada anak misalnya tidak berbohong, tidak mencontek ketika ujian, tidak mencuri.

b. Jujur kepada orang lain membiasakan anak bersikap jujur ketika bersama temannya, bisa mengakui diri apa adannya, tidak melebih-lebihkan sesuatu.

B. Saran

Adapun saran yang akan peneliti sampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada para orang tua untuk lebih mengontrol dan mengawasi tingkah laku anak dalam bertamu, bersikap jujur dan sopan santun.

2. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu bagi semua pihak yang berkopenten diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini, baik sebagai penelitian lanjutan maupun penelitian lain dari pembinaan akhlak anak usia sekolah sehingga dapat dikembangkan dalam dunia pendidikan saat ini.

Batusangkar.

Amin, S. M. (2016). Ilmu Akhlak. Cetakan 1. Edisi 1. Amzah. Jakarta.

Bahri, E. S., 2009. Adab Bertamu Dalam Perfektif Hadis. Skripsi

Dahro M, 2011. Pelaksanaan Aturan Bertamu Ke Rumah Kos Wanita Dan Sanksi Hukumnya Di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Ditinjau Menurut Hukum Islam. Skripsi. Jurusan Akhwal Al-Syakhsyiyyah Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Riau

Djamarah, S. B. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Cetakan 1. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik . Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Desmita.2013. Psikologi Perkembangan Anak. Batusangkar: STAIN Batusangakar Press.

Deswita. 2012. Akhlak Tasawuf. Batusangkar: STAIN Batusangkar.

Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Inten N. D., 2017. Penanaman Kejujuran Pada Anak dalam Keluarga. Jurnal Vol III No.1 April 2017.

Jontang, A. 2014. Upaya Buruh Harian Lepas (BHI) Perempuan dalam Memenuhi Kebutuhan Keluaraga ditinjau dari Ekonomi Islam (Studi Kasus Desa Kususma Kecamatan Pangkalan Kuras). Skripsi.

Mahmud, dkk. 2013. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Sebuah Panduan Lengkap Bagi Guru, Orang Tua dan Calon. Jakarta Barat. Permata Puri Media

Mahmud, Gunawan, H., & Yulianingsih, Y. (2013). Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Jakarta: Akademi Permata.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. CV Pustaka Setia Moleong, L. J. 2006 . Metodologi Pendidikan Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Malik, R. A. 2011. Akhlak Tasawuf. Batusangkar: STAIN Batusangkar.

Oktaviana, Bahari, Y., & Budjang, G. 2013. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak Studi Kasus Keluarga Nelayan Kelurahan Tengah.

Jurnal .

Persadha, Omega, Kusuma. 2013. Peran Buruh Pabrik Rokok Sampoerna Dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus di Sidoharjon, Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan). Skripsi. Jurusan Sosiologi dan Antropologi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ritonga, RA., 2005. Akhlak (Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia).

Amelia Surabaya.

Manan, S., 2017. Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan. Jurnal

Sukaimi, S. 2013. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Kepribadian Anak Tinjauan Psikologi Perkembangan Islam. Jurnal .

Sugiyono. 2013. Metode Kuantitatif, Kualitatif, R & D . Bandung : Alfabeta.

Sutirna. 2013. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta: CV Andi OFFSET.

Sylviyanah, S., 2012. Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar (Studi Deskripstif Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Nur Al-Rahma). Jurnal Umar, M. 2015. Peranan Orang Tua dalam Peningkatan Prestasi Belajar Anak.

Jurnal .

Widyawati E,. 2017 . Pembinaan Akhlak Anak Pada Orangtua Pekerja Pabrik Di Dusun Ngumpul Desa Kedungumpul Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung Tahun 2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. IAIN Salatiga

Dokumen terkait