• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKRANISASI NOVEL KE FILM BEI TOU ZOU DE NA WU NIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EKRANISASI NOVEL KE FILM BEI TOU ZOU DE NA WU NIAN"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

EKRANISASI NOVEL KE FILM BEI TOU ZOU DE NA WU NIAN KARYA BA YUE CHANG AN 八月长安《被偷走的那五年》电影中小说的改编

“bā yuè cháng'ān 《bèi tōu zǒu de nà wǔ nián》diànyǐng zhōng xiǎoshuō de gǎibiān”

SKRIPSI

OLEH:

VIDYA PUTRI ANSYARI NASUTION 140710008

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)
(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Desember 2018

Vidya Putri Ansyari Nasution 140710008

Materai 6000

(4)

EKRANISASI NOVEL KE FILM BEI TOU ZOU DI NA WU NIAN KARYA BA YUE CHANG AN

八月长安《被偷走的那五年》电影中小说的改编

“bā yuè cháng'ān 《bèi tōu zǒu de nà wǔ nián》diànyǐng zhōng xiǎoshuō de gǎibiān”

VIDYA PUTRI ANSYARI NASUTION 140710008

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Ekranisasi novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya Ba Yue Chang An. Penelitian ini mengkaji tentang proses alih wahana yang menimbulkan berbagai perubahan terutama menyangkut kepada alur dalam aspek penciutan dan penambahan dengan menggunakan pendekatan Ekranisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekranisasi alur dalam bentuk aspek penciutan dan penambahan dalam ekranisasi novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya Ba Yue Chang An. Sumber data penelitian ini adalah novel Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya Ba Yue Chang An dan film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya sutradara WongChun-Chun. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses alih wahana dari novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián menimbulkan berbagai perubahan pada aspek penciutan dan penambahan yang menyangkut kepada unsur alur. Adegan ketika tokoh utama He Man danXie Yu yang telah tiba di hotel, percakapan tokoh He Man dan He Qi ketika di rumah sakit, tokoh He Man dan Xiao Huan bertemu di sebuah cafe, maupun peristiwa ketika Xie Yu harus berlapang dada menerima keputusan He Man untuk melakukan operasi telah mengalami penciutan alur dalam film. Sedangkan pada peristiwa tokoh He Man bertukar piring dengan Xie Yu, tokoh Xie Yu meminta bantuan pada tokoh Danny untuk melamar tokoh He Man kembali, maupun adegan ketika tokoh He Man meminta kepada tokoh Xie Yu untuk mematikan mesin ventilator telah mengalami penambahan alur dalam film. Secara keseluruhan, penciutan yang dilakukan dalam visualisasi nya ke film masih wajar dilakukan karena pemotongan cerita diambil pada bagian yang tidak begitu penting untuk divisualisasikan. Penciutan alur terjadi karena media yang digunakan dalam pembuatan novel dan film berbeda. Penambahan alur dalam film secara keseluruhan masih relevan dengan cerita yang terdapat pada novel, hanya saja pada visualisasi dalam film ditampilkan lebih menarik sehingga cerita dalam film tidak monoton seperti yang terdapat pada novel.

Kata kunci :ekranisasi, novel, film,Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián, Ba Yue Chang An

(5)

ABSTRACT

This research is entitled "Ecranizing novels into films Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián by Ba Yue Chang An. This research examines the process transfer of mode that causes various changes, especially concerning the plot in the shrinking and addition aspects using the Ecranization approach. This research aims to describe the plot of ecranization in the form of shrinking and addition aspects in the ecranizing of the novel to the film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián by Ba Yue Chang An. The research method used is descriptive qualitative. The source of this research data is the novel Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián by Ba Yue Chang An and the film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Niánby director Wong Chun-Chun. Based on the results of the research, it can be concluded that the process of transferring from the novel to film raises various changes in the aspects of shrinking and additions that are related to the plot elements. The scene when the main character He Man and Xie Yu arrived at the hotel, the conversation between He Man and He Qi when in the hospital, the character He Man and Xiao Huan met at a café, as well as the events when Xie Yu had to accept He Man's decision to carry out the operation has experienced a shrinkage of the plot in the film. Meanwhile, in the event of the character He Man exchanging plates with Xie Yu, Xie Yu's character asks Danny for help to propose He Man's character again, and the scene when He Man's character asks Xie Yu to turn off the ventilator machine has experienced addition plot in the film.Overall, the shrinking carried out in the visualization to the film is still reasonable because the cutting of the story is taken in a part that is not so important to visualize.The shrinking of plot occurs because the media used in making novels and films is different. Overall, the addition of the plot in the film is still relevant to the story contained in the novel, except that the visualization in the film is shown to be more interesting, so the story in the film is not monotonous as in the novel.

Keywords: ecranization, novels, films, Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián, Ba Yue Chang An

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Allah SWT karena atas limpahan kesehatan dan rezeki serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Ekranisasi novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya Ba Yue Chang An”. Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Sastra Cina.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa kepada peneliti. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih ini peneliti tujukan kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Ibu Intan Erwani, S.S., M.Hum., selaku dosen pembimbing dalam penelitian skripsi ini. Tidak ada kata yang dapat mewakili rasa terima kasih peneliti kepada beliau karena beliau telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya serta berkenan membimbing dan memberikan

(7)

motivasi serta saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pelajaran selama masa perkuliahan peneliti sehingga memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.

6. Keluarga peneliti yaitu, Ayahanda Ansoruddin Nasution dan Ibunda Dewi Rachmawati yang telah merawatdan mendidik peneliti dengan setulus hati, yang tidak pernah berhenti menyemangati, memberi dorongan, dan motivasi kepada peneliti sehingga peneliti semangat menyelesaikan skripsi ini.

7. Untuk anak peneliti yang bernama Khaira Salvina Hafizah yang selalu menjadi semangat bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga menjadi putri yang shaliha, dan menjadi kebanggaan buat peneliti kedepannya. Untuk abang Ari Dewanta Nasution, kakak Chairunnisa Audria Dewanti Nasution , serta adik peneliti Difo Frizzy Arwanda Nasution yang selalu menyemangati peneliti, memberikan masukan, dan selalu mendoakan peneliti agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Teman dekat saya Dandy Sakti Pratama, Nanda Manurung, Indah Sari, Desi Wahyuni Sembiring, dan teman-teman dekat saya sekalian yang tidak dapat saya sebut satu persatu.

(8)

9. Teman-teman mahasiswa Sastra Cina khususnya para sahabat-sahabat terdekat saya Lita Yulika Nasution, Mahfira Ridha, Arora, Tetap Teguh Aritonang, dan senior stambuk 2013 Nyimas Razanah Yusrina yang telah banyak membantu dan mendukung peneliti selama menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah meluangkan banyak waktu dan memberikan banyak bantuan kepada peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari bahwa skripsi yang peneliti sajikan ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, peneliti mengharapkan agar nantinya skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak di kemudian hari.

Medan, 4 Desember 2018 Peneliti,

Vidya Putri Ansyari Nasution NIM : 140710008

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACT………...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL………..viii

DAFTAR GAMBAR...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...7

1.3 Batasan Masalah...7

1.4 Tujuan Penelitian...8

1.5 Manfaat Penelitian...8

1.5.1 Manfaat Teoritis...8

1.5.2 Manfaat Praktis...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...10

2.1 Konsep...10

2.1.1 Ekranisasi...10

2.1.2 Novel...11

2.1.3 Film...12

2.2 Landasan Teori...12

2.2.1 Sastra Bandingan...12

2.2.1.1 Ekranisasi………..14

2.2.2 Unsur-Unsur Intrinsik………..17

2.3 Tinjauan Pustaka...19

(10)

BAB III METODE PENELITIAN ...22

3.1 Metode Penelitian...22

3.2 Data dan Sumber Data...22

3.2.1 Data Primer...23

3.2.2 Data Sekunder...23

3.3 Metode Pengumpulan Data...26

3.4 Metode Analisis Data...27

BAB IV PEMBAHASAN...28

4.1 Penciutan Peristiwa Alur dari Novel ke Film Bei Tou Zou De Na Wu Nian...28

4.1.1 Penciutan Peristiwa Alur dalam Film Bei Tou Zou De Na Wu Nian...30

4.2 Penambahan Peristiwa Alur dari Novel ke Film Bei Tou Zou De Na Wu Nian...73

4.2.1 Penambahan Peristiwa Alur dalam Film Bei Tou Zou De Na Wu Nian...73

BAB V PENUTUP...110

5.1 Simpulan...110

5.2 Saran...111

DAFTAR PUSTAKA...113

LAMPIRAN...115

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1.1 Adegan tokoh He Man dan Xie Yu telah tiba di hotel……31 Gambar 4.1.2 Adegan tokoh He Man dan Xie Yu makan malam

restoran hotel………..34

Gambar 4.1.3 Adegan Tokoh He Qi berkomunikasi dengan tokoh He Man di rumah sakit……….……...38 Gambar 4.1.4 Adegan Tokoh He Man dan He Qi berbicara dengan

Dokter………41 Gambar 4.1.5 Adegan Tokoh He Man dan He Qi tiba di apartemen…….45 Gambar 4.1.6 Adegan Tokoh He Qi menyiapkan makanan………..47 Gambar 4.1.7 Adegan Tokoh He Man berbicara dengan Xie Yu………..51 Gambar 4.1.8 Adegan Tokoh He Man dan Xie Yu berbicara di ruang

tamu………...54 Gambar 4.1.9 Adegan Tokoh He Man turun ke lantai satu……….57 Gambar 4.1.10 Adegan Tokoh Xie Yu berbicara dengan Danny……….60 Gambar 4.1.11 Adegan Tokoh Xie Yu mengajari He Man menggunakan

aplikasi pada gadget……….63 Gambar 4.1.12 Adegan Tokoh He Man bertemu Xiao Huan di cafe…...66 Gambar 4.1.13 Adegan Tokoh Xie Yu menangis mendengarkan suara

rekaman He Man ………70 Gambar 4.2.1 Adegan Tokoh He Man dan Xie Yu sarapan pagi………76 Gambar 4.2.2 Adegan Tokoh Xie Yu chatting dengan He Man……….81

Gambar 4.2.3 Adegan Tokoh He Man bertukar piring dengan Xie Yu..84 Gambar 4.2.4 Adegan Tokoh Xie Yu mengantar He Man……….88

Gambar 4.2.5 Adegan sidang perceraian tokoh He Man dan Xie Yu………92 Gambar 4.2.6 Adegan tokoh Xie Yu meminta bantuan pada Danny……….97 Gambar 4.2.7 Adegan Tokoh He Man meminta Xie Yu untuk mematikan

mesin ventilator……….101

(12)

Gambar 4.2.8 Adegan tokoh Xie Yu berbicara dengan Danny………104 Gambar 4.2.9 Adegan Tokoh Xie Yu berbicara dengan He Man…………108

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena perubahan karya sastra ke bentuk film telah terjadi dalam beberapa dekade. Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita, film mulai mengambil inspirasi dari hasil karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Sejumlah film yang sukses, dilihat dari segi jumlah penonton dan apresiasi masyarakat, merupakan film yang diangkat dari karya sastra, khususnya novel.

Beberapa judul karya yang diangkat dari novel ke bentuk film antara lain In The Name Of Rose karya Umberto Eco, The Lord Of The Rings karya Tolkien, dan Harry Potter karya JK Rowling.

Proses pemindahan sebuah karya sastra (novel) ke dalam bentuk film bukan hal baru lagi, khususnya di Indonesia. Di Indonesia, perubahan karya sastra ke dalam bentuk film juga telah lama dilakukan. Setidaknya, pada tahun 1951 telah dilakukan proses adaptasi dari novel ke dalam bentuk film yaitu ketika sutradara Huyung memfilmkan drama yang berjudul Antara Bumi dan Langit karya Armijin Pane (Eneste, 1991:9). Perkembangan dunia perfilman saat ini memang telah merambah masuk ke dalam dunia sastra dengan lahirnya sineas- sineas berbakat yang saat ini telah memproduksi film hasil adaptasi novel.

Sumardjo dan K.M.(1997:29) mengatakan bahwa novel merupakan cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas, berarti terdiri dari

(14)

cerita dengan alur (plot) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang juga beragam.

Novel dalam menyampaikan suatu cerita, ide, amanat, atau maksud tertentu melalui pertolongan kata-kata. Oleh sebab itu kata-kata menempati kedudukan paling penting dalam novel. Seorang novelis membangun alur, penokohan, latar, dan suasana dengan bantuan kata-kata (Eneste, 1991:16).

Bluestone (dalam Eneste, 1991:18) menyatakan film merupakan gabungan dari berbagai ragam kesenian yaitu musik, seni rupa, drama, sastra, ditambah dengan unsur fotografi. Sejalan dengan itu, Eneste (1991:60) menyatakan bahwa film merupakan hasil kerja kolektif atau gotong royong. Bagus-tidaknya sebuah film akan sangat bergantung pada keharmonisan kerja unit-unit yang ada di dalamnya (produser, penulis, skenario, sutradara, juru kamera, penata artistik, perekam suara, para pemain, dan lain-lain. Oleh karena itu, film merupakan medium audio visual, karena suara pun ikut mengambil peranan di dalamnya.

Berbeda dengan Eneste, Nugroho (1995:77) menyatakan bahwa film adalah penemuan komunal dari penemuan-penemuan sebelumnya (fotografi, perekaman gambar, perekaman suara, dll), dan bertumbuh seiring pencapaian- pencapaian selanjutnya, seperti perekaman suara stereo, dll. Disisi lain, juga menuntut syarat-syarat teknologi hingga fisika, seperti tuntutan dari proses laboraturium. Sebagai media komunikasi massa, berkaitan dengan fenomena produksi, cara, dan efek dalam berbagai dimensinya. Oleh sebab itu, film sering disebut sebagai media cangkokan dari unsur-unsur seni-seni lainnya seperti drama, teater, puisi, tari, hingga novel, sekaligus juga akrab dengan aktivitas imajinatif

(15)

dan proses simbolis, yaitu kegiatan manusia menciptakan makna yang menunjuk pada realitas yang lain. Dan terakhir, film paling sering dihubungkan dengan kajian berbagai disiplin ilmu, seperti psikologi, sosiologi, dll).

Eneste (1991:9-10) berpendapat bahwa penonton biasanya kecewa setelah melihat film karena filmnya tidak seindah pada novel, jalan ceritanya tidak sama dengan novel, karakter tokoh dalam film tidak sama dengan novel, atau banyaknya perubahan yang terjadi dalam film yang membuatnya tidak sama dengan novel aslinya. Selain penonton, penulis novel pun tidak jarang merasakan ketidakpuasan terhadap film yang diadaptasi dari novel mereka. Dalam hal ini, penonton dan penulis novel merasakan kekecewaan maupun ketidakpuasan dikarenakan proses alih wahana yang terjadi ketika mengangkat sebuah novel ke layar lebar, menimbulkan berbagai perubahan.

Damono (2009:128) mengatakan bahwa alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Dalam bagian-bagian sebelumnya telah disinggung bahwa karya sastra tidak hanya bisa diterjemahkan, yaitu dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga dialihwahanakan, yaitu diubah menjadi jenis kesenian lain. Seperti cerita rekaan, dapat diubah menjadi tari, drama, atau film. Hal sebaliknya juga dapat terjadi seperti novel yang ditulis berdasarkan film ataupun drama. Membanding-bandingkan benda budaya yang beralih-alih wahana itu merupakan kegiatan yang sah dan bermanfaat bagi pemahaman yang lebih dalam mengenai hakikat sastra.

(16)

Dengan membandingkan antara novel dan film, sering kali menimbulkan kekecewaan dalam hati penonton termasuk di dalamnya para penulis novel aslinya.

Kekecewaan yang dialami penonton juga pernah penelitirasakan ketika menonton film yang di adaptasi dari novel. Namun, kekecewaan yang peneliti alami maupun penonton dianggap wajar karena dalam adaptasi novel ke film, sutradara hanya mengambil peristiwa-peristiwa penting saja yang akan dimasukkan ke dalam alur cerita mengingat durasi pada film.

Pada umumnya, sebuah novel memiliki lebih banyak bahan yang tidak mungkin secara keseluruhan dapat dicakup atau digambarkan dalam film. Film memiliki keterbatasan untuk menggambarkan keadaan mental dan jalan pikiran tokoh-tokohnya secara langsung. Pada dasarnya, film dapat menggambarkan adegan tokoh yang tengah berpikir, merasa, dan berbicara, tetapi film tidak dapat memperlihatkan bagaimana pikiran dan perasaan yang berkecamuk di benak tokoh tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan novel yang mampu mengungkap sesuatu hal paling rahasia sekalipun yang dialami tokohnya.

Film yang diangkat dari sebuah novel akan memiliki perbedaan di antara keduanya. Hal itu disebabkan novel dan film merupakan dua bentuk karya yang berbeda. Novel adalah karya seni sastra yang ditulis dalam bentuk narasi sedangkan film adalah karya seni yang dikemas dalam bentuk audio visual. Novel tidak dibatasi ruang dan waktu, sedangkan film akan terbatas pada durasi (waktu).

Oleh karena itu tidak semua yang tertulis di dalam novel akan dapat dialihkan ke dalam bentuk film. Jadi, akan sangat memungkinkan apabila novel yang beratus- ratus halaman berbeda dengan film yang durasinya hanya sekitar satu jam.

(17)

Hal tersebut dilakukan mengingat masing-masing karya (novel dan film) memiliki karakter yang menyesuaikan dengan fungsi dari media karya.Hal ini juga dinyatakan oleh Nugroho bahwa dalam proses adaptasi terkandung konsep konversi, memilih dan memfokuskan, rekonsepsi dan rethinking sekaligus disertai pemahaman terhadap karakter yang berbeda antara media satu dengan media lain (Nugroho, 1995:157).

Ba Yue Chang An adalah nama pena dari Liu Wan Hui, yang lahir pada tanggal 8 Agustus 1987. Ia memulai karier sebagai seorang penulis novel pada tahun 2009. Novel 被偷走的那五年 (Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián) yang telah difilmkan pada tahun 2013 ini berdurasi 1 jam 51 detik yang diperankan oleh Bai Baihe, Joseph Chang, dan Christine Fan.

Di dalam novel, cerita diawali dengan tokoh He Mann dan Xie Yu yang sedang bertengkar karena He Mann mencoba merebut video digital yang dipegang oleh Xie Yu. Sementara itu, pada film, cerita diawali dengan adegan tokoh utama He Man dan Xie Yu sedang merekam kegiatan mereka setelah bangun tidur. Di dalam film juga tidak ditampilkan adegan cerita ketika He Man dan Xie Yu bertengkar di dalam taksi menuju bandara untuk berbulan madu. Selain itu, di dalam film juga tidak ditampilkan adegan He Mann berjalan-jalan melewati kamar pasien setelah tersadar dari koma seperti yang terdapat di dalam novel.

Alur cerita dalam novel Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián yang kemudian difilmkan, tidak jauh berbeda dari alur yang terdapat di dalam novel karena sama- sama menggunakan alur maju-mundur. Ketika menonton film tersebut, peneliti

(18)

berharap film tersebut sama dengan isi novel nya. Tetapi setelah menonton, peneliti melihat banyak peristiwa-peristiwa di dalam novel yang tidak terdapat dalam film. Penciutan dan penambahan peristiwa yang paling menonjol terutama menyangkut kepada alur dan tokoh. Hal itulah yang mendasari peneliti tertarik untuk mengkaji novel dan film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián.

Selain itu juga yang membuat peneliti tertarik dalam mengkaji novel dan film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián, karena ceritanya begitu menarik dan menyentuh hati sehingga membawa peneliti selaku pembaca masuk ke imajinasi cerita yang lebih mendalam. Alur cerita di dalam novel maupun film memberikan pembelajaran berharga bahwasanya harta dan kedudukan tidak menjamin kebahagiaan dalam diri seseorang. Sesungguhnya cinta lah yang dapat membuat segalanya menjadi lebih sempurna.

Dalam pengkajian ini peneliti lebih memfokuskan pada proses ekranisasi novel ke dalam bentuk film. Nurgiyantoro (2013:30) mengatakan bahwa unsur- unsur intrinsik yang sering dijumpai ketika membaca novel adalah unsur alur, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, dan gaya bahasa. Namun, unsur intrinsik yang akan dibahas hanya terfokus pada unsur intrinsik alur karena unsur-unsur lainnya seperti penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, dan gaya bahasa tidak terlalu menonjol dalam novel dan film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián .

Dalam melakukan perubahan terhadap novel yang diadaptasi menjadi film tentu membutuhkan proses kreatif. Eneste (1991:61-65) mengatakan proses kreatif dalam pengangkatan novel ke layar lebar dapat berupa penambahan

(19)

maupun pengurangan jalan cerita. Proses kreatif tersebut yang diterapkan sutradara Wong Chun-Chun dalam pengangkatan novel ke layar lebar yang berjudul Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián.Dalam penelitian ini, teori yang digunakan untuk menganalisis proses ekranisasi novel ke dalam bentuk film adalah teori ekranisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka untuk pijakan penelitian diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penciutan yang muncul pada alur dalam novel ke filmBèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián?

2. Bagaimana penambahan yang muncul pada alur dalam novel ke filmBèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang menjadi substansi dalam penelitian hanya terfokus pada dua bentuk perubahan yaitu penciutan dan penambahan. Adapun unsur intrinsik yang menjadi fokus penelitian hanya pada unsur intrinsik alur, karena unsur tersebut yang paling banyak muncul dari segi alur cerita. Sedangkan unsur- unsur intrinsik lainnya seperti penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, dan gaya bahasa tidak dikaji karena tidak terlalu menonjol dalam proses

(20)

perubahan novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián.Batasan penelitian ini dilakukan agar ruang lingkup dari penelitian yang peneliti paparkan sesuai dengan judul penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan penciutan yang muncul pada alur dalam novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián.

2. Mendeskripsikan penambahan yang muncul pada alur dalam novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dalam pengembangan ilmu sastra khususnya analisis terhadap novel yang difilmkan.

Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menambah wacana yang berhubungan dengan kajian ekranisasiantara novel dan film serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam menambah pengetahuan mengenai karya sastra negara Tiongkok, khususnya novel Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya Ba Yue Chang An. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu menambah apresiasi terhadap film

(21)

Tiongkok, khususnya film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya Wong Chun-Chun.

Selain itu, juga diharapkan dapat memberikan apresiasi kepada para sineas dalam memproduksi film sehingga berkembang menjadi lebih baik lagi.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan ide yang akan dituangkan secara kongkret melalui pemahaman, pengertian, dan pendapat dari para ahli. Dengan kata lain, konsep merupakan suatu unsur penelitian yang dipergunakan untuk mengarahkan suatu penelitian. Konsep digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan, ataupun mendeskripsikan suatu topik pembahasan.

Dalam merumuskan masalah, konsep merupakan suatu kesatuan tentang pengertian tentang suatu hal yang sesuai dengan tujuan individu atau kelompok yang menggunakannya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mendefenisikan konsep untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar. Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari kesalahan dalam penelitian.

2.1.1 Ekranisasi

Eneste (1991:60-61) mengatakan bahwa ekranisasi adalah pelayarputihan atau pemindahan/pengangkatan sebuah novel ke dalam film (ecran dalam bahasa Perancis berarti layar). Dalam proses ekranisasi tentu akan menimbulkan berbagai

(23)

perubahan. Proses perubahan tersebut misalnya terjadi pada perubahan alat-alat yang dipakai yakni mengubah dunia kata-kata menjadi dunia gambar-gambar yang bergerak secara berkelanjutan. Proses penggarapan antara novel dan film juga berbeda, novel adalah hasil kreasi individual dan merupakan hasil kerja perseorangan sedangkan film merupakan hasil kerja yang melibatkan banyak orang antara lain produser, penulis skenario, sutradara, juru kamera, penata artistik, perekam suara, pemain. Selain itu, terjadi pula perubahan pada proses penikmatan, yakni dari membaca menjadi menonton, penikmatnya sendiri berubah dari pembaca menjadi penonton.

2.1.2 Novel

Novel merupakan cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas, berarti terdiri dari cerita dengan alur (plot) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang juga beragam. (Sumardjo dan K.M, 1995:10-11). Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro, (2013:13) mengatakan bahwa novel juga dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil,dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel tersebut.

Novel menyampaikan cerita, ide, amanat, atau maksudnya dengan pertolongan kata-kata. Oleh sebab itu kata-kata menempati kedudukan paling penting dalam novel. Seorang novelis hanya bisa menyampaikan cerita atau amanatnya dengan kata-kata. Seorang novelis membangun alur, penokohan, latar,

(24)

dan suasana dengan bantuan kata-kata,sebab kata-kata adalah bagian integral dalam novel dan tidak mungkin memisahkannya dari sastra (Eneste, 1991:16).

2.1.3 Film

Nugroho (1995:77) menyatakan bahwa film adalah penemuan komunal dari penemuan-penemuan sebelumnya (fotografi, perekaman gambar, perekaman suara, dll), dan bertumbuh seiring pencapaian-pencapaian selanjutnya, seperti perekaman suara stereo, dll. Film sebagai media komunikasi massa akan berkaitan dengan fenomena produksi, cara, dan efek dalam berbagai dimensinya. Oleh sebab itu, film sering disebut sebagai media cangkokan dari unsur-unsur seni-seni lainnya seperti drama, teater, puisi, tari, hingga novel, sekaligus juga akrab dengan aktivitas imajinatif dan proses simbolis, yaitu kegiatan manusia menciptakan makna yang menunjuk pada realitas yang lain. Dan terakhir, film paling sering dihubungkan dengan kajian berbagai disiplin ilmu, seperti psikologi, sosiologi, dll).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sastra Bandingan

Sastra bandingan merupakan salah satu kajian yang telah dikenal luas di duniaakademik.Sastra bandingan mula-mula dilahirkan dan dikembangkan di Eropa pada awal abad ke-19. Kegiatan sastra bandingan pertama kali dicetuskanoleh Sante-Beuve dalam sebuah artikelyang dimuat di Revue des Deux

(25)

Mondes yang terbit tahun 1868. Dalam artikel tersebut dijelaskannya bahwa cabang studi sastra bandingan berkembang pada awal abad ke-19 di Prancis.

Adapun pada abadke-20, pengukuhan terhadap sastra bandingan terjadi ketika jurnal Revue Litterature Comparee diterbitkan pertama kali pada tahun 1921(Damono, 2005: 14-15).

Damono (2005:1) mengatakan bahwa sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak dapat menghasilkan teori sendiri. Boleh dikatakan teori apa pun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan objek dan tujuan penelitiannya. Dalam beberapa tulisan, sastra bandingan juga disebut sebagai studi atau kajian. Dalam langkah-langkah yang dilakukannya, metode perbandingan adalah yang utama.

Sejalan dengan itu, Remak (dalam Damono, 2005:1) juga mengatakan bahwa sastra bandingan adalah kajian sastra di luar batas-batas sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain, seperti seni (misalnya seni lukis, seni ukir, seni bina, dan seni musik), filsafat, sejarah, dan sains sosial (misalnya politik, ekonomi, sosiologi), sains, agama, dan lain-lain. Ringkasnya, sastra bandingan membandingkan sastra dengan bidang lain secara keseluruhan.

Nurgiyantoro, (2013:141) mengatakan bahwa di dalam kajian sastra bandingan, terdapat beberapa istilah yang merupakan bentuk tradisi sastra.

Istilah tersebut salah satu nya dikenal dengan sebutan ekranisasi.

(26)

2.2.1.1 Ekranisasi

Eneste (1991:60-61) mengatakan ekranisasi adalah pelayarputihan atau pemindahan/pengangkatan sebuah novel ke dalam film (ecran dalam bahasa Perancis berarti layar). Dalam proses ekranisasi tentu akan menimbulkan berbagai perubahan. Proses perubahan tersebut misalnya terjadi pada perubahan alat-alat yang dipakai yakni mengubah dunia kata-kata menjadi dunia gambar- gambar yang bergerak secara berkelanjutan. Proses penggarapan antara novel dan film juga berbeda, novel adalah hasil kreasi individual dan merupakan hasil kerja perseorangan sedangkan film merupakan hasil kerja yang melibatkan banyak orang antara lain produser, penulis skenario, sutradara, juru kamera, penata artistik, perekam suara, pemain. Selain itu, terjadi pula perubahan pada proses penikmatan, yakni dari membaca menjadi menonton, penikmatnya sendiri berubah dari pembaca menjadi penonton. Eneste (1991:61-66) juga mengatakan pemindahan dari novel ke layar lebar atau film mau tidak mau akan menimbulkan berbagai perubahan dalam film, perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Penciutan

Ekranisasi berarti juga apa yang bisa dinikmati berjam-jam atau berhari- hari harus diubah menjadi apa yang dinikmati atau ditonton selama sembilan puluh atau seratus menit. Dengan kata lain, novel-novel yang tebal sampai beratus-ratus halaman mau tidak mau harus mengalami pemotongan atau penciutan bila akan difilmkan. Hal itu berarti tidak semua hal yang diungkapkan

(27)

dalam novel akan dijumpai pula dalam film. Sebagian alur, tokoh, latar ataupun unsur lainnya yang ada dalam novel akan ditemui dalam film. Biasanya pembuat film (penulis skenario atau sutradara) telah memilih bagian-bagian atau informasi-informasi yang dianggap penting untuk ditampilkan.

Menurut Eneste, (1991:61-64) ada beberapa kemungkinan mengapa dilakukan adanya penciutan atau pemotongan. Pertama, dalam pemilihan peristiwa ada beberapa adegan yang dirasa tidak penting untuk ditampilkan sehingga sutradara menghilangkan beberapa adegan yang ada dalam film. Kedua, dalam pemilihan tokoh pun terjadi hal yang sama. Ada beberapa tokoh dalam novel yang tidak ditampilkan dalam film. Film hanya menampilkan tokoh-tokoh yang dianggap penting saja karena keterbatasan teknis maka yang ditampilkan hanyalah tokoh yang memiliki pengaruh dalam jalannya cerita. Ketiga, dalam hal latar juga biasanya tidak semua latar akan ditampilkan dalam film karena kemungkinan besar jika semua latar ditampilkan akan menjadi film yang memiliki durasi yang panjang. Dalam mengekranisasi, latar pun mengalami penciutan.Oleh sebab itu, yang ditampilkan dalam film hanyalah latar yang penting-penting saja atau yang mempunyai pengaruh dalam cerita.

B. Penambahan

Penambahan biasanya dilakukan oleh penulis skenario atau sutradara karena mereka telah menafsirkan novel yang akan mereka filmkan sehingga akan terjadi penambahan di sana-sini. Penambahan misalnya terjadi pada alur, penokohan, latar atau suasana. Banyak pula dalam proses ekranisani, terdapat

(28)

cerita atau adegan yang dalam novel tidak ditampilkan tetapi dalam film ditampilkan. Di samping adanya pengurangan tokoh, dalam ekranisasi juga memungkinkan adanya penambahan tokoh yang dalam novel tidak dijumpai sama sekali tetapi dalam film ditampilkan. Latar pun juga tidak luput dari adanya penambahan, dalam film sering kali dijumpai adanya latar yang ditampilkan tetapi dalam novel tidak ditampilkan.

Menurut Eneste (1991:64-65), penambahan dalam proses ekranisasi tentu mempunyai alasan. Misalnya, dikatakan bahwa penambahan itu penting jika dilihat dari sudut film. Selain itu, penambahan dilakukan karena masih relevan dengan cerita secara keseluruhan.

C. Perubahan Bervariasi

Selain adanya penciutan dan penambahan, dalam ekranisasi juga memungkinkan terjadinya variasi-variasi tertentu dalam film. Walaupun terjadi variasi-variasi antara novel dan film, biasanya tema atau amanat dalam novel masih tersampaikan setelah difilmkan. Menurut Eneste (1991:66), novel bukanlah dalih atau alasan bagi pembuat film, tetapi novel betul-betul hendak dipindahkan ke media lain yakni film. Karena perbedaan alat-alat yang digunakan, terjadilah variasi-variasi tertentu di sana-sini. Di samping itu, dalam pemutaran film pun mempunyai waktu yang terbatas sehingga penonton tidak bosan untuk tetap menikmati sampai akhir, sehingga tidak semua hal atau persoalan yang ada dalam novel dapat dipindahkan semua ke dalam film.

(29)

Dari ketiga bentuk perubahan dalam ekranisasi tersebut, peneliti dalam hal ini hanya terfokus pada dua bentuk perubahan yaitu penciutan dan penambahan yang terdapat pada novel dan film, karena proses penciutan dan penambahan tersebut yang paling banyak muncul dalam segi alur cerita.

2.2.2 Unsur-Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik yang akan peneliti paparkan hanya terdiri dari unsur intrinsik alur. Nurgiyantoro (2013: 29) mengatakan unsur intrinsik adalah unsur- unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai orang ketika membaca sebuah karya. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur-unsur intrinsik tersebut antara lain peristiwa, cerita, plot/alur, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.Unsur-unsur intrinsik yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

A. Plot/Alur

Peristiwa dalam suatu novel adalah bagian dari isi tetapi cara peristiwa itu disusun adalah atau plot, yang merupakan bagian dari bentuk. Kalau peristiwa- peristiwa dalam novel dilihat secara terpisah dari susunannya, efek artistiknya menjadi tidak jelas (Wellek dan Warren, 1990: 159). Hudson (dalam Eneste, 1991:20) menyatakan dari segi kuantitatif, alur dalam novel dapat dibagi dua, yakni alur tunggal dan alur ganda. Pada alur tunggal hanya terdapat satu jalinan

(30)

cerita, sedangkan pada alur ganda terdapat lebih dari satu jalinan cerita. Lazimnya, alur mempunyai bagian-bagian yang secara konvensional dikenal sebagai permulaan (beginning), pertikaian/perumitan (rising action), puncak (climax), peleraian (falling action), dan akhir (end).

Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro 2013: 201 mengatakan bahwa plot sebuah karya fiksi sering tak menyajikan urutan peristiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyajian yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang manapun juga. Dengan demikian tahapan awal cerita dapat dapat terletak di bagian mana pun. Secara teoretis plot dapat diurutkan atau dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu secara kronologis. Namun, dalam praktiknya tidak selamanya tunduk pada aturan tersebut. Secara teoretis-kronologis, tahap-tahap pengembangan plot, yaitu tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir.Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahap awal sebuah cerita adalah memberikan informasi dan penjelasan khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Disamping memperkenalkan situasi latar dan tokoh cerita, dalam tahap ini juga diperkenalkan konflik sedikit demi sedikit (Nurgiyantoro, 2013: 201-204).Tahap tengah merupakan tahap cerita yang juga dapat disebut sebagai tahap pertikaian. Dalam tahap ini ditampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, menjadi semakin menegangkan. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik utama telah

(31)

mencapai titik intensitas tertinggi. Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang dan terpenting dari karya fiksi yang bersangkutan. Pada bagian inilah inti cerita disajikan, yaitu tokoh-tokoh memainkan peran, peristiwa-peristiwa penting dikisahkan, konflik berkembang mencapai klimaks, dan pada umumnya tema pokok cerita diungkapkan (Nurgiyantoro, 2013: 204-205).Tahap akhir sebuah cerita atau dapat disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Bagian ini berisi bagaimana kesudahan cerita, atau menyaran pada hal bagaimana akhir sebuah cerita.

2.3 Tinjauan Pustaka

Dalam beberapa penelitian terdahulu, akan dipaparkan penelitian yang memiliki objek yang sama yaitu novel Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Niándan filmBèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián, dan juga topik yang berkaitan dengan ekranisasi.

Pertama,penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program studi Sastra Cina bernama Supit (2017) dengan judul skripsi “Konflik Batin Tokoh Utama Novel The Stolen Years”. Penelitian ini menghasilkan tentang strategi penyelesaian konflik batin yang dialami oleh tokoh utama He Mann dan Xie Yu. Tokoh He Mann dan Xie Yu menyelesaikan konflik batin yang mereka alami melalui problem solving,yaitu dimana tokoh He Mann dan Xie Yu memilih jalan keluar untuk rujuk kembali menjadi suami istri.Dalam penelitian ini, objek yang digunakan sama sehingga penelitian beliau berkontribusi bagi peneliti dalam memahami siapa-siapa saja tokoh yang terlibat dalam novel dari sisi konflik batin yang dialami tokoh tersebut.

(32)

Selain itu, penelitian dengan objek yang sama yaitu pada film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Niánoleh Anastasya (2017) mahasiswa program studi Sastra Cina dengan judul skripsi“Analisis Tokoh Utama Film The Stolen Years: Pendekatan Psikologi Sastra”. Penelitian ini berfokus pada penggambaran kepribadian tokoh He mann melalui tinjauan psikologi sastra yang memaparkan Id, Ego,dan Superego. Penelitian ini memudahkan peneliti dalam menemukan unsur-unsur intrinsik pada film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Niánterutama dari segi alur dan tokoh.

Kemudian, untuk penelitian yang berkaitan dengan pembahasan ekranisasi oleh Erwani dan Hesti (2017) dalam jurnal yang berjudul “EkranisasiAlur Cerita Pada Novel Jīnlíng Shísān Chāi《金陵十三钗》 karya Yan Ge Ling ke film The Flower of War (Sebuah Kajian Ahli Wahana)”.Hasil penelitian ini adalah terdapat penambahan, penciutan yang terjadi pada alur cerita pada novel 《金陵十三钗》

ke film The Flower of War sebagai akibat dari proses ekranisasi. Penelitian ini membantu peneliti dalam menganalisis dan memahami proses penciutan dan penambahan yang terjadi pada alur cerita sesuai dengan kajian peneliti.

Yanti (2016) dalam skripsi nya yang berjudul “Ekranisasi Novel ke Bentuk Film 99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra”. Penelitian ini mendeskripsikan proses ekranisasi alur, tokoh, dan latar dalam bentuk kategori aspek penciutan, penambahan,dan perubahan bervariasi di dalam novel yang kemudian di film kan. Penelitian ini sangat berkontribusi bagi peneliti dari sisi teoritis nya. Memudahkan peneliti dalam pengaplikasian teori yang ia gunakan. Selain itu juga penelitian ini sangat

(33)

membantu peneliti dalam mencari buku-buku rujukan yang berhubungan dengan kajian ekranisasi.

Ariesta (2016) dalam skripsi nya yang berjudul “Ekranisasi Novel ke Film Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Rais dan Rangga Almahendra”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi pada unsur alur, tokoh, dan latar. Penelitian ini memiliki kontribusi bagi peneliti dalam memahami pengaplikasian metode pengumpulan data sesuai dengan kajian peneliti.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya (Arikunto, 2002:136). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatankualitatif dengan metode deskriptif. Moleong (2002:3) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.Sejalan dengan Moleong, Ratna (2009:46-47) mengatakan metode penelitian kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Dalam ilmu sastra, sumber datanya adalah karya, naskah, sedangkan data penelitiannya sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat dan wacana.

3.2 Data dan Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, adapun data yang diperoleh dari sumber data tersebut adalah sebagai berikut:

(35)

3.2.1 Data A. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data asli, sumber tangan pertama dari penyelidik. Sumber data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber oleh penyelidik untuk tujuan khusus (Surachmad, 1990:163).

Sumber dataprimer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kalimat pada kutipan yang terdapat pada novel mandarin dalam bentuk e-book yang berjudul Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya Ba Yue Chang An dan untuk novel terjemahan Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián versi indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit Haru tahun 2016 yang berjumlah 348 halaman. Selain itu juga,data yang peneliti gunakan yaituteks dialogfilm yang berjudulBèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Niányang di produksi oleh Fu Jian Heng Ye Film Distribution CO.LTD yang dirilis pada 29 Agustus 2013 dan berdurasi 1 jam 51 menit. Film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián ini diunduh melalui situs http://www.ganool.com

B. Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dan terlebih dahulu dikumpulkan oleh orang luar penyelidik, walaupun yang dikumpulkan itu sebenarnya data asli (Surachmad, 1990:163). Dalam penelitian ini, data sekunder membantu peneliti dalam menganalisis data primer pada sebuah penelitian berupa literature, jurnal, skripsi, dan buku-buku rujukan yang berhubungan dengan kajian ekranisasi.

(36)

3.2.2 Sumber Data Novel

Judul : The Stolen Years (Chinese :被偷走的那五年 )

Penulis : Ba Yue Chang An Penerbit :Haru

TahunTerbit :2016

Penerjemah : Jeanny Hidayat

Bahasa : Mandarin dan Indonesia Jumlah Halaman : 348 Halaman

(37)

Film

Judul : The Stolen Years (Chinese :被偷走的那五年 )

Sutradara : Wong Chun-chun

Produser : Peggy Chiao, Daniel Chan

Penulis Naskah : Wong Chun-chun, Shanyu Zheng, Yingyan Hou ( Novel : Ba Yue Chang An )

Artis : Bai Baihe ( He Mann ), Joseph Chang ( Xie Yu ), Christine Fan ( Lu Xiaohuan ), Amber An ( Lily ), Dai Junzhu (He Qi),Tse Kwan-Ho ( Dr.Zhang ), Ken Lin ( Danny ), SkyWu( Psychiatrist ).

Distribusi :Fu Jian Heng Ye Film CO.LTD Tanggal rilis : 29 Agustus 2013

Bahasa : Mandarin dan Indonesia

(38)

Durasi : 1 Jam 51 menit Genre :Romantis, Komedi

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Metode membaca, menonton,mencatat dan mengklasifikasikan data. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode tersebut adalah sebagai berikut.

1. Membaca novel Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya Ba Yue Chang An secara berulang-ulang dan menandai kutipan kata-kata yang berkaitan dengan adanya proses ekranisasi berdasarkan kategori aspek penciutan dan penambahan pada alur.

2. Menonton film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián karya Wong Chun-Chun secara berulang-ulang dan menandai setiap dialog antar tokoh yang berkaitan dengan adanya proses ekranisasi berdasarkan kategori aspek penciutan dan penambahan.

3.Mencatat data-data dari sumber data, yaitu berupa kalimat pada kutipan yang terdapat pada novel dan dialog yang terdapat pada film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián sesuai dengan pembahasan yaitu mengenai proses penciutan dan penambahan pada alur.

4. Mengklasifikan atau mengelompokkan data-data berupa kalimatdan dialog agar diperoleh data yang akurat sehingga peneliti menjadi lebih mudah dalam menyusun pembahasan yang berkaitan dengan proses penciutan dan penambahan pada alur.

(39)

3.4 Metode Analisis Data

Faruk 2012: 56 mengatakan bahwa analisis data pertama-tama adalah penganalisisan sumber-sumber sesuai dengan teori yang digunakan. Selanjutnya pemaknaan terhadap karya yang diteliti dan kemudian membandingkan struktur kedua karya tersebut. Untuk itu, langkah- langkah yang dilakukan dalam proses penganalisisan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Membaca novel Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián secara berulang-ulang yang menunjukkan bentuk proses penciutan.

2. Melakukan analisis pada novel Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Niánkemudian membagi nya ke dalam kategori penciutan pada alur.

3. Menonton film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián secara berulang-ulang, lalu menandai setiap scene yang menunjukkan adanya proses penambahan.

4. Melakukan analisis pada film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián kemudian membagi nya ke dalam kategori penambahan alur.

5. Membandingkan proses penciutan dan penambahan pada alur dalam novel ke film.

(40)

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan memaparkan hasil pembahasan tentang ekranisasi novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi 2 hal yaitu penciutan yang muncul pada alur dari novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián, dan penambahan yang muncul pada alur dari novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekranisasi dan unsur-unsur intrinsik. Adapun objek dalam penelitian ini adalah berfokus kepada penciutan dan penambahan alur dari novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián.

4.1 Penciutan Alur dari Novel ke Film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián

Dalam ekranisasi, terdapat istilah penciutan yang merupakan pemotongan peristiwa. Artinya, tidak semua hal yang diungkapkan di dalam novel akan dijumpai di dalam film. Sebagian cerita, alur, tokoh, latar, atau pun suasana di dalam novel tidak akan ditemui di dalam film sebab sutradara sudah terlebih dahulu memilih informasi-informasi yang dianggap penting atau menandai.

Nurgiyantoro (2013:201-204) mengatakan bahwa secara teoretis- kronologis, tahap-tahap pengembangan plot, yaitu tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir. Tahap awal sebuah cerita berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya.

(41)

Tahap tengah merupakan tahap yang menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, menjadi semakin menegangkan. Adapun tahap akhir merupakan tahap peleraian dengan menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks.

Secara keseluruhan, urutan alur dalam novel dan film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián tidak mengalami perubahan. Urutan alur baik dalam novel maupun film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián sama-sama menggunakan teknik alur maju-mundur, karena dapat ditinjau dari segi penyusunan alur yang sama-sama dimulai dari tahap awal, tahap tengah konflik dan klimaks, kemudian berakhir pada tahap akhir/penyelesaian.

Pada awal cerita, baik di dalam novel maupun film, bercerita tentang kehidupan seorang perempuan bernama He Man yang mengalami amnesia. Hal terakhir yang diingat He Man adalah ia sedang berbulan madu dengan suaminya, Xie Yu. Namun, tiba-tiba wanita itu terbangun di rumah sakit dan telah bercerai.

He Man mengalami amnesia dan lupa akan lima tahun terakhir nya. Ia tidak mengerti mengapa ia dapat bercerai dengan Xie Yu padahal mereka saling mencintai. Ia juga tidak mengerti mengapa Xiao Huan, selaku sahabatnya kini menjadi musuhnya. Ia tidak mengerti mengapa semua orang seakan membencinya.

Ketika He Man berusaha mengumpulkan kembali kenangan dan ingatannya, ia mulai menemukan hal-hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

4.1.1 Penciutan Alur dalam Film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián

(42)

Kategori pertama dalam ekranisasi alur dari novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián yaitu aspek penciutan. Aspek penciutan alur dari novel ke film Bèi Tōu Zǒu De Nà Wǔ Nián merupakan penghilangan beberapa bagian dalam novel, artinya ada bagian-bagian dalam novel yang tidak ditampilkan dalam film. Secara kronologis, pada tahap awal alur cerita di dalam novel maupun film memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memperlihatkan adegan tokoh utama He Man dan Xie Yu merekam kegiatan mereka melalui video digital setelah bangun tidur.

Data kutipan pada novel berikut ini merupakan bagian dari tahap awal alur yang dikenal sebagai tahap perkenalan. Pada tahap ini, ditampilkan mengenai siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat, baik itu berupa deskripsi fisik maupun perwatakannya. Tokoh utama yang terlibat dalam tahap awal alur ini adalah tokoh He Man dan Xie Yu yang merupakan sepasang suami istri. Kutipan pada novel berikut ini menggambarkan peristiwa ketika He Man dan Xie Yu bertengkar di dalam taksi menuju hotel. Data tersebut terdapat dalam novel sebagai berikut:

Data 1 :

两人坐上出租车,将早就用当地语言写好洒店名字的纸卡递给司机。

司机比了个 OK 的手势,发动了车子。他们在后排各自椅着一边的窗子,

看冈景。

何蔓的手机嗡嗡振动了两声,短信息竟然来自谢宇。内容是:喂,跟 我说话。

“你有毛病啊,国际漫游很贵的!”

liǎng rén zuò shàng chūzū chē, jiāng zǎo jiù yòng dāngdì yǔyán xiě hǎo sǎ diàn míngzì de zhǐ kǎ dì gěi sījī. Sījī bǐle gè OK de shǒushì, fādòngle chēzi.

Tāmen zài hòu pái gèzì yǐzhe yībiān de chuāngzi, kàn gāng jǐng.

Hé màn de shǒujī wēng wēng zhèndòngle liǎng shēng, duǎn xìnxī jìngrán láizì xiè yǔ.nèiróng shì: wèi, gēn wǒ shuōhuà.

“nǐ yǒu máobìng a, guójì mànyóu hěn guì de!”

(43)

Keduanya duduk di dalam taksi lalu menyerahkan secarik kertas pada supir, berisi nama dan alamat hotel yang tertulis dalam bahasa lokal setempat.

Supir tersebut memberikan tanda „OK‟ pada mereka, lalu menyalakan mesin mobil. Pasangan itu duduk di kursi paling belakang, masing-masing

menyenderkan diri ke jendela taksi, menikmati pemandangan. Ponsel He Man berbunyi, SMS itu ternyata dikirim oleh Xie Yu. Isinya: “Hoi, bicaralah denganku.”“Kau gila ya? Wisata luar negeri kita ini mahal sekali!”

(被偷走的那五年,Ba Yue Chang An, 2016, 13-14)

Berdasarkan data 1 kutipan novel di atas, tampak tokoh He Man dan Xie Yu sedang menaiki taksi menuju hotel tempat mereka akan berbulan madu. Mereka memutuskan untuk tidak saling berbicara karena sedang bertengkar. Xie Yu yang merasa kesal dengan sikap He Man, mengirim SMS kepada He Man. Tanpa sadar, He Man langsung melirik Xie Yu yang saat itu sedang menahan tawa. Ia pun kesal karena merasa dijebak oleh Xie Yu dan ia berlagak ingin mencekik leher Xie Yu. Namun, seketika itu Xie Yu pun memeluknya. Berbeda dengan novel, peristiwa yang terdapat dalam film menunjukkan bahwa tokoh He Man dan Xie Yu sudah tiba di hotel. Data tersebut dapat dilihat pada kutipan dialog film di menit 00.03.45 sebagai berikut:

Gambar 4.1.1 何蔓:海景房!

谢宇:喜欢吗?

(44)

何蔓:很喜欢。

Hé màn : hǎijǐng fang!

Xiè yǔ : xǐhuān ma?

Hé màn : hěn xǐhuān.

He Man : pemandangan tepi pantai!

Xie Yu : kamu suka?

He Man : sangat suka

(被偷走的那五年, 00:03:45)

Berdasarkan data 1 pada kutipan dialog di atas menunjukkan bahwa tokoh He Man dan Xie Yu sudah tiba di hotel untuk berbulan madu. Sebelum sampai di hotel, Xie Yu sudah terlebih dahulu memesan kamar hotel yang paling bagus dengan pemandangan tepi pantai yang indah. He Man pun sangat menyukainya.

Mereka pun menikmati suasana bulan madu dengan sangat bahagia. Jika peristiwa yang digambarkan di dalam novel adalah mereka bertengkar di dalam taksi menuju hotel, hal ini tentu berbeda dengan gambaran peristiwa yang terdapat dalam film. Peristiwa yang ditampilkan dalam film adalah tokoh He Man dan Xie Yu sudah tiba di hotel dan mereka pun menikmati indahnya pemandangan tepi pantai dari dalam kamar hotel. Oleh karena itu, peristiwa tersebut telah mengalami bentuk penciutan alur dalam film. Hal ini terlihat dari kutipan dialog “ 海景 房!”yang berarti “pemandangan yang indah” dapat dimaknai bahwa tokoh He Man dan Xie Yu sudah berada di kamar hotel dan melihat pemandangan tepi

(45)

pantai dari kamar hotel. Peristiwa yang ditampilkan dalam film tersebut sudah mewakili satu peristiwa yang terdapat di dalam novel. Hal ini berarti, peristiwa yang terdapat di dalam novel tidak ditampilkan secara keseluruhan. Hanya sebagian peristiwa yang terdapat pada novel yang ditampilkan dalam film. Oleh karena itu bagian tersebut dikatakan sebagai bagian yang mengalami penciutan alur dalam film, sebab penciutan alur merupakan pemotongan peristiwa atau pengurangan jalan cerita pada novel.

Data kutipan selanjutnya adalah gambaran peristiwa ketika Xie Yu bercerita dihadapan para pengunjung restoran. Peristiwa tersebut terdapat di dalam novel sebagai berikut:

Data 2 :

谢宇就拿起麦克风,微笑着对全场说:“在我跟小的时候,外婆带我去 找一个跟神奇的半仙儿算命。半仙儿说我命格不好,要一生行善才能 改命。所以,我从小就决定要做一个好人,我做过很多善事,其中最 大的一个善举,就是。。。”

他停顿了一下,看向何蔓。

“就是为了全世界男人的幸福牺牲自我,把她这个野蛮 nu 友娶回家 了。”

Xiè yǔ jiù ná qǐ màikèfēng, wéixiàozhe duì quán chǎng shuō:“zài wǒ gēn xiǎo de shíhòu, wàipó dài wǒ qù zhǎo yīgè gēn shénqí de bàn xiān er suànmìng. bàn xiān er shuō wǒ mìng gé bù hǎo, yào yīshēng xíngshàn cáinéng gǎi mìng. Suǒyǐ, wǒ cóngxiǎo jiù juédìng yào zuò yīgè hǎorén, wǒ zuòguò hěnduō shànshì, qízhōng zuìdà de yīgè shànjǔ, jiùshì...”

tā tíngdùnle yīxià, kàn xiàng hé màn.

“jiùshì wèile quán shìjiè nánrén de xìngfú xīshēng zìwǒ, bǎ tā zhège yěmán nu yǒu qǔ huí jiāle.

Xie Yu mendekatkan mic ke mulutnya dan berkata pada semua pengunjung restoran, “Waktu masih kecil, Nenek membawa saya menemui seorang peramal sakti. Peramal itu berkata kalau nasib saya tidak bagus dan harus sering-sering beramal. Jadi, saya memutuskan

(46)

untuk selalu menjadi orang baik sejak kecil. Saya banyak melakukan kegiatan amal. Salah satunya adalah….”

Dia berhenti sejenak sambil melirik He Man.

“Demi kebahagiaan seluruh pria di dunia ini, saya mengorbankan diri.

saya menikahi pacar saya yang kasar ini.” !”

(被偷走的那五年, Ba Yue Chang An, 2016, 20-21)

Berdasarkan data 2 kutipan pada novel di atas, ditunjukkan bahwa Xie Yu sedang menyampaikan sesuatu kepada istrinya, He Man. Ia pun kemudian menceritakan kisah nya bersama He Man di depan para pengunjung restoran. Sambil mengutarakan isi hatinya, ia pun melirik He Man dengan tatapan yang sangat dalam. He Man merasa sangat bahagia sekaligus terharu ketika mendengarkan curahan hati Xie Yu. Berbeda dengan novel, gambaran peristiwa yang terdapat dalam film adalah adegan ketika manajer restoran mengumumkan bahwa ada salah satu pasangan tamu yang sedang berbulan madu. Data tersebut dapat dilihat pada kutipan dialog film di menit 00.05.43 sebagai berikut:

Gambar 4.1.2

餐厅经理:各位先生奴士,今晚很高兴。我们刚来了一对度蜜月新婚 夫妇。

(47)

cāntīng jīnglǐ: gèwèi xiānshēng nú shì, jīn wǎn hěn gāoxìng. Wǒmen gāng láile yī duì dù mìyuè xīnhūn fūfù.

Manajer restoran : Tuan dan nyonya, malam ini kita sangat beruntung memiliki pasangan muda disini, yang merayakan bulan madu mereka.

(被偷走的那五年, 00:05:43)

Berdasarkan data 2 pada kutipan dialog di atas, ditunjukkan bahwa tokoh He Man dan Xie Yu sedang menyantap makan malam sambil mendengarkan sambutan dari manajer restoran. Tak lama setelah itu, terdengar suara tepuk tangan dari para pengunjung restoran dalam menyambut kehadiran mereka berdua yang diiringi dengan suara percikan kembang api yang meluncur. He Man dan Xie Yu sangat menikmati pesta kembang api tersebut. He Man sangat terharu dan menempelkan kepala nya di pundak Xie Yu dengan mata yang berkaca-kaca sambil menikmati kembang api yang meluncur di langit.

Jika gambaran peristiwa yang terdapat di dalam novel adalah Xie Yu sedang mengutarakan isi hatinya kepada He Man di depan para pengunjung restoran, berbeda pula dengan peristiwa yang terdapat dalam film. Adegan yang terdapat dalam film menunjukkan bahwa seorang manajer restoran menyambut kedatangan mereka dan mengumumkan nya di depan seluruh pengunjung restoran.

Ia mengatakan bahwa ada salah satu tamu mereka yaitu sepasang suami istri yang sedang merayakan bulan madu nya. Peristiwa inilah yang telah mengalami bentuk penciutan alur dalam film.

(48)

Hal ini dapat dilihat dari kutipan dialog “各位先生奴士,今晚很高兴。

我们刚来了一对度蜜月新婚夫妇。” yang berarti “Tuan dan nyonya, malam ini kita sangat beruntung memiliki pasangan muda disini, yang merayakan bulan madu mereka.” dapat dimaknai bahwa manajer restoran telah menyambut kedatangan tokoh He Man dan Xie Yu yang sedang merayakan bulan madu. Hal ini berarti peristiwa yang ditampilkan dalam film tersebut sudah mewakili satu peristiwa yang terdapat di dalam novel. Oleh sebab itu, peristiwa tokoh Xie Yu yang sedang bercerita mengenai He Man di depan para pengunjung restoran, tidak ditemui dalam film. Hal ini dikarenakan peristiwa yang terdapat di dalam novel tidak ditampilkan secara keseluruhan di dalam film. Hanya sebagian peristiwa saja yang ditampilkan dalam film.

Selanjutnya dalam novel diceritakan tentang percakapan antara He Man dan kakaknya yang bernama He Qi ketika di rumah sakit. Tokoh He Qi merupakan kakak kandung He Man satu-satunya yang telah merawat dan membesarkan He Man karena kedua orang mereka telah meninggal ketika He Man masih kecil. Data tersebut terdapat di dalam novel sebagai berikut:

Data 3 :

何蔓回到病房,姐姐何琪正坐在窗边肖苹果。

“上个侧所怎么那么慢?是不是又头晕了?”

何蔓摇摇头,坐到床上。

“要是还觉得头晕,我就去跟医生说,让你再多住两天,别急着

出院了,还是应该多观察观察。”

Hé màn huí dào bìngfáng, jiějiě hé qí zhèng zuò zài chuāng biān xiào píngguǒ.

(49)

“Shàng gè cè suǒ zěnme nàme màn? Shì bùshì yòu tóuyūnle?”

Hémànyáo yáotóu, zuò dào chuángshàng.

“yàoshi hái juédé tóuyūn, wǒ jiù qù gēn yīshēng shuō, ràng nǐ zài duō zhù liǎng tiān, bié jízhuó chūyuànle, háishì yīnggāi duō guānchá guānchá.”

He Man berjalan kembali ke tempat kamar nya dirawat. Kakak nya sedang duduk didekat jendela sambil mengupas apel.

“Kenapa ke toilet saja lama sekali? Apa kepalamu pusing lagi?”

He Man menggeleng lalu duduk di atas ranjang.

“Kepalamu masih terasa sakit? Kalau iya nanti aku beritahu dokternya, minta supaya kau dirawat dua hari lagi. Jangan terlalu tergesa-gesa keluar dari rumah sakit. Dengan kondisimu yang sekarang ini, masih diperlukan pemeriksaan dokter selama beberapa hari lagi!”.

(被偷走的那五年 ,Ba Yue Chang An, 2016, 30)

Berdasarkan data 3 pada kutipan novel di atas, ketika He Man baru saja kembali ke kamar, ia mendapati He Qi sedang khawatir kepadanya. Ia sama sekali tidak peduli dengan kekhawatiran He Qi, bahkan ia melakukan hal konyol dengan menarik kulit buah apel yang sedang dikupas He Qi. He Qi yang pada saat itu ingin marah, justru meredam emosinya. Ia mengalihkan suasana hatinya dengan berkata pada He Man agar tetap berada di rumah sakit sedikit lebih lama lagi sehingga haltersebut dapat membuat keadaan nya benar-benar pulih. Berbeda dengan novel, adegan yang ditampilkan dalam film adalah adegan ketika He Man sudah mulai siuman, dan disaat itu He Qi memulai percakapan dengan He Man.

Data tersebut dapat dilihat pada kutipan dialog film di menit 00.07.05 sebagai berikut:

(50)

Gambar 4.1.3 何其:医生,她醒了。

医生:小姐,告诉我你叫什么名字?

何蔓:何蔓。。

Héqí: Yīshēng, tā xǐngle.

Yīshēng: Xiǎojiě, gàosù wǒ nǐ jiào shénme míngzì?

Hé màn: Hé màn. .

He Qi : Dokter, dia sudah sadar

Dokter : Nona, bisa sebutkan siapa namamu?

He Man : He Man…

(被偷走的那五年, 00:07:05)

Berdasarkan data 3 pada kutipan dialog di atas menceritakan bahwa He Qi terkejut melihat He Man sudah mulai sadarkan diri setelah koma selama satu bulan. Tokoh He Qi langsung menekan tombol nurse call,dan dokter beserta perawat pun datang memeriksa keadaan He Man. Setelah menjawab beberapa pertanyaan dokter, ia lalu menanyakan kabar Xie Yu kepada He Qi. He Qi pun memberitahu He Man bahwa ia dan Xie Yu sudah bercerai. Seketika itu He Man

(51)

langsung melihat jari manisnya yang tidak lagi memakai cincin. Ia tampak kebingungan dan sedih. Jika peristiwa yang digambarkan di dalam novel adalah He Man dan He Qi sedang berbincang-bincang mengenai keadaan He Man, dan He Qi meminta He Man dirawat lebih lama lagi di rumah sakit agar keadaannya pulih secara sempurna, maka dengan demikian hal ini tentu berbeda dengan peristiwa yang digambarkan dalam film.

Adegan yang ditampilkan dalam film yaitu adegan ketika He Man telah siuman, dan pada saat itulah He Qi mulai melakukan percakapan awal dengan He Man setelah He Man mengalami koma selama satu bulan. Peristiwa yang terdapat di dalam novel, yaitu tokoh He Man dan He Qi sudah terlebih dahulu melakukan percakapan sebelum He Man mengalami koma selama satu bulan. Sedangkan peristiwa dalam film adalah tokoh He Man dan He Qi baru memulai percakapan awal setelah He Man siuman. Oleh karena itu, adegan dalam film tersebut telah mengalami bentuk penciutan alur.

Hal ini dapat diketahui dari kutipan dialog “ 医生,她醒 了。 ” yang berarti “Dokter, dia sudah sadar.” dapat dimaknai bahwa He Qi sangat terkejut setelah mengetahui bahwa He Man telah siuman, dan pada saat itulah He Qi mulai berkomunikasi dengan He Man. Adegan yang ditampilkan dalam film tersebut sudah mewakili satu peristiwa yang terdapat pada novel. Dengan demikian, peristiwa ketika tokoh He Qi meminta pada He Man agar dirawat lebih lama lagi di rumah sakit tidak ditemui dalam film. Hal ini dikarenakan peristiwa yang terdapat pada novel tidak ditampilkan secara keseluruhan dalam film.

Gambar

Gambar 4.1.1  何蔓:海景房!
Gambar 4.1.3  何其:医生,她醒了。
Gambar 4.1.7  谢宇:你怎么会在这里?
Gambar 4.1.10  谢宇:神经病呀。我等一下还要上班呢。
+3

Referensi

Dokumen terkait

„A még életben lévő báró Trenk major ismeretesebb immár hazánkban is, mind sok fá- tumairól, melyeken keresztül ment, mind mód nélkül szabad és kíméletlen ítéletének s

Online banking adalah sebuah rangkaian proses dimana nasabah bank login ke website dari suatu bank melalui browser yang terinstall pada komputer atau mobile nasabah dan

Merujuk kepada penelitian ini, penulis diharapkan mampu menjelaskan fenomena ini secara detail dan terperinci sehingga dapat diterima dengan mudah. Bagi responden

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah Pasal 49 ayat (1) Dinas Daerah adalah unsur Pelaksana Pemerintah Daerah, dan ayat

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bahwa fenomena yang terjadi menyangkut kompetensi, disiplin, dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada Badan Pengelola

ANALISIS KEKUATAN STRUKTUR DAN DEFORMASI FLIR SUPPORT PADA PESAWAT MEDIUM ALTITUDE LONG ENDURANCE (MALE) MENGGUNAKAN PROGRAM

Tidak semua murid yang rajin tergolong pandai.Tidak semua murid yang bodoh tergolong malas.Murid yang pandai dan rajin biasanya tidak pernah tinggal kelas.Suparman adalah murid

Bagi merealisasikan pelaksanaan produk pelancongan khususnya pelancongan di kawasan tanah tinggi, berdasarkan Rancangan Struktur Negeri Pahang, 2001, Rancangan