• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAWAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAWAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH : SERVI PERMAI SELA

1515401074

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN DIII KEBIDANAN

TAHUN 2015

1

(2)

bnhhm

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridho Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul BERFIKIR KRITIS . Tak ada gading yang tak retak, dan kita tahu semua walaupun manusia merupakan makhluk yang sempurna ciptaan Allah SWT dari makhluk lainnya, tetapi tak ada satupun manusia yang tak luput dari kesalahan, jadi apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf sebesar- besarnya. Kritik dan saran yang mendukung untuk kebaikan makalah ini sangat kami harapkan, semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, April 2015

Penulis

(3)

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang...1

B. Karakteristik Berpikir Kritis...2

C. Fungsi Berpikir Kritis dalam Kebidanan...2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Berfikir ...3

B. Pengertian Berfikir Kritis...4

C. Tingkatan Berfikir Kritis...5

D. Model Berfikir Kritis...5

E. Aspek-Aspek Berfikir Kritis...8

F. Unsur-Unsur Dasar Berfikir Kritis...9

G. Pentingnya Berfikir Kritis...10

H. Cara Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis...11

I. Contoh Keterampilan Berfikir Kritis ...12

BAB III PENUTUP A.Kesimpulan...13

B. Kritik & Saran...13 DAFTAR PUSTAKA

3

(4)
(5)

A. Latar Belakang

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide- ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.

Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam

pemikiran yang disiplin dan mandiri.

B. Karakteristik Berpikir Kritis

Karakteristik berpikir kritis adalah : 1. Konseptualisasi

Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya.

Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.

2. Rasional dan beralasan.

Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.

3. Reflektif

Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.

1

(6)

4. Bagian dari suatu sikap.

Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.

5. Kemandirian berpikir

Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.

6. Berpikir adil dan terbuka

Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.

7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.

Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

C. Fungsi Berpikir Kritis dalam Kebidanan

Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam kebidanan adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas kebidanan sehari-hari.

2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam kebidanan.

3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan.

4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.

5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.

6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam kebidanan.

7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam kebidanan.

8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data kebidanan.

9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas kebidanan.

10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.

11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam kebidanan.

12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.

13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan kebidanan.

(7)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir

Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian berpikir. Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan masalah.

Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 ). Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi ( Chaffe, 1994 ). Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan ( Katako-Yahiro dan Saylor, 1994). Jadi yang merupakan

pengertian berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.

Teknik Berpikir

Berpikir memiliki berbagai macam teknik, antara lain; berpikir austik, berpikir realistic, berpikir kreatif dan berpikir evaluative.

1. Berpikir Austik

Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini, namun harus selalu terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering diidentikkan dengan melamun. Misalnya, seseorang yang berhayal ingin mempunyai pesawat terbang.

2. Berpikir Realistic

Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata. Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung menarik suatu

kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata. Hal ini disebut berpikir realistic induktif.

Misalnya, pada kondisi bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang akan memikirkan alternative untuk tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang berpikir dengan melihat pengalaman

sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang ada, disebut berpikir realistis deduktif.

3. Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif memerlukan stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreativitas. Seseorang baru dikatakan

3

(8)

berpikir kreatif jika ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan baik suatu masalah, dan menghasilkan ide yang baru atau menata kembali ide lama dalam bentuk baru.

4. Berpikir Evaluatif

Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik buruknya suatu keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan , serta perlu tidaknya perubahan suatu gagasan. Misalnya, ketika seseorang merencanakan membeli jas baru, keuntungan dan kerugiannya, serta apakahtepat jika membeli jika kondisi tidak memungkinkan.

B. Pengertian Berpikir Kritis

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan

kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery & Potter,2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat.

Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur melalui berpikir.

Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas-tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis

mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).

Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun layak- tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.

(9)

seseorang sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara “otomatis” (misal; dalam menjawab pertanyaan “siapa namamu?”). Banyak pula situasi yang memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang memang di “rencanakan” ditinjau dari sudut “apa” (what), “bagaimana” (how), dan

“mengapa” (why). Hal ini dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.

C. Tingkatan Berpikir Kritis

Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkatan berpikir kritis dalam keperawatan yaitu tingkat dasar, kompleks dan komitmen.

Pada tingkat dasar seseorang mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan benar.

Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan perkembangan member alasan (kataoka- Yahiro dan Saylor, 1994). Ketika perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir kritisnya dalam melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar dari perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.

Pada tingkat kompleks, seseorang akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan persepsi.

Pengalaman dapat membantu seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego atau

kekuasaanya untuk menerima pendapat orang lain kemudian menganalisis dan menguji alternative secara mandiri dan sistematis. Untuk melihat bagaimana tindakan kebidanan mempunyai keuntungan bagi klien, bidan dapat mulai mencoba berbagai alternative yang ada dengan membuat rentang yang lebih luas untuk pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari satu pemecahan masalah untuk setiap masalah yang ditemukan. Di sini bidan belajar berbagai pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakit yang sama.

Pada tingkat komitmen, bidan sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Bidan dapat mengantisipasi kebutuhan kelien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai manfaat dari alternative yang ada.

Kematangan seorang perawat akan tampak dalam memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi perawatan klien.

D. Model Berpikir Kritis

Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model tentang berpikir kritis untuk penilaian keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian kebidanan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan dalam kondisi yang bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian kebidanan ditingkat pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan, model ini mengemukakan lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan bidan untuk membuat rencana tindakan agar asuhan kebidanan aman dan efektif.

5

(10)

1. Dasar Pengetahuan Khusus

Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat.

Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan. Informasi tersebut memberikan data yang digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan perawat untuk ber[ikir secara kritis tentang masalah kebidanan.

2. Pengalaman

Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam kebidanan. Kecuali bidan mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik dan membuat keputusan tentang perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk. Ketika bidan harus menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan merefleksikan secara aktif pada pengalaman.

Pengalaman bidan dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.

Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis stimulus atau rangsangan yang berasal dari sumber belajar.

a. Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal maupun nonverbal.

b. Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.

c. Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu objek dan peristiwa d. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam media.

e. Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.

3. Kompetensi

Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan., berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi alasan mengangkat diagnose dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengaruh model pembelajaran Blended Learning terhadap hasil belajar matematika yang dilakukan pada kelas VIII SMPN 8 Surabaya,

Segenap Dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan ilmu serta saran selama

Oleh karena itu maka harus ada bagi laki-laki dan perempuan tujuan mulia dari pernikahan yaitu memenuhi syahwat dengan cara yang halal agar hajat mereka terpenuhi,

Pemberian kombinasi perlakuan dengan intensitas cahaya 25% dan takaran pupuk kandang 300 g/polybag pada pertanaman temu putih menghasilkan tinggi tanaman, berat

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam

– Zat atau obat yg berasal dari tanaman a bukan tanaman, sintetis a semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

[r]

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu (1) Tingkat Efektivitas City Walk di Kota Surakarta tahun 2012 mulai dari segmen Purwosari-Brengosan dengan skor 11 (buruk), segmen