• Tidak ada hasil yang ditemukan

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PROVINSI MALUKU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PROVINSI MALUKU UTARA"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

PROVINSI MALUKU UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 4 TAHUN 2022

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KOTA TIDORE KEPULAUAN TAHUN 2022-2042 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kota Tidore Kepulauan dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu disusun rencana tata ruang wilayah;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 26 ayat (7) jo. Pasal 28 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, rencana tata ruang wilayah kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota;

d. bahwa berdasarkan Surat Keputusan WaliKota Tidore Kepulauan Nomor 1.2 Tahun 2018 tentang Rumusan Rekomendasi Hasil Pelaksanaan Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tahun 2013–2033, maka dipandang perlu untuk melakukan revisi terhadap Peraturan Daerah Kota Tidore Kepulauan Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tahun 2013-2033;

(2)

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tahun 2022-2042.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3895), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3961);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Timur dan Kota Tidore Kepulauan di Provinsi Maluku Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4264);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 244), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4573);

(3)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6617);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6633);

10. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);

11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi RTRW Provinsi, Kabupaten, Kota dan RDTR (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 329);

12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala badan Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota, serta Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 326);

13. Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara (Lembaran Daerah Tahun Nomor 2 Tahun 2013);

14. Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 2 Tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil Provinsi Maluku Utara Tahun 2018–2038 (Lembaran Daerah Provinsi Maluku Utara Tahun 2018

(4)

Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 2);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN

dan

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN TAHUN 2022-2042.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini adalah:

1. Daerah adalah Kota Tidore Kepulauan.

2. Walikota adalah Walikota Tidore Kepulauan.

3. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tidore Kepulauan.

5. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tidore Kepulauan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

8. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

9. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

10. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

(5)

11. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil perencanaan tata ruang.

12. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah rencana pemanfaatan ruang secara umum yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan Daerah.

13. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

14. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

15. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam penataan ruang.

16. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat.

17. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

18. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

19. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

20. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.

21. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

22. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RTR.

23. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RDTR.

24. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RTR selain RDTR.

25. Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang yang didasarkan pada kebijakan nasional yang bersifat strategis dan belum diatur dalam RTR dengan mempertimbangkan asas dan tujuan Penyelenggaraan Penataan Ruang.

26. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

27. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

28. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

(6)

29. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

30. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kawasan bawahannya yang meliputi kawasan hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan air.

31. Kawasan Perlindungan Setempat adalah kawasan lindung yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar danau/waduk, sekitar mata air, dan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal.

32. Kawasan Konservasi adalah kawasan pengelolaan sumber daya dengan fungsi utama menjamin kesinambungan, ketersediaan, dan kelestarian sumber daya alam ataupun sumber daya buatan dengan tetap memelihara, serta meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

33. Kawasan Lindung Geologi adalah kawasan lindung dengan fungsi utama untuk melindungi kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

34. Kawasan Pelestarian Alam selanjutnya disingkat KPA adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

35. Taman Nasional adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi.

36. Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan/keunikan jenis tumbuhan dan/atau keanekaragaman tumbuhan beserta gejala alam dan ekosistemnya yang memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar keberadaan dan perkembangannya dapat berlangsung secara alami.

37. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km².

38. Daerah Aliran Sungai selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

39. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

40. Kawasan Rawan Bencana yang tingkat kerawanan dan probabilitas ancaman atau dampak paling tinggi adalah kawasan lindung yang bebas dari aktivitas permukiman meliputi kawasan rawan bencana gerakan tanah, termasuk tanah longsor, kawasan rawan bencana letusan gunung

(7)

api dan/atau sempadan patahan aktif (active fault) pada kawasan rawan bencana gempa bumi kawasan cagar budaya.

41. Kawasan Ekosistem Mangrove adalah wilayah pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove), yang berfungsi memberikan perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan.

42. Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

43. Kawasan Hutan Rakyat adalah kawasan hutan yang tumbuh, ditanam dan dikelola di atas tanah yang dibebani hak milik ataupun hak lainnya dan arealnya berada di luar kawasan hutan negara. Hutan Rakyat dapat dimiliki oleh orang baik sendiri maupun bersama orang lain atau badan hukum.

44. Kawasan Pertanian adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan lahan pertanian kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, perikanan, dan peternakan.

45. Kawasan Perikanan adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan perikanan yang meliputi kawasan peruntukan perikanan tangkap, kawasan peruntukan perikanan budidaya, kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dan sarana dan prasarana perikanan.

46. Kawasan Pertambangan dan Energi adalah wilayah yang memiliki potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budi daya maupun lindung.

47. Kawasan Peruntukan Industri adalah daerah khusus yang disediakan oleh pemerintah pusat maupun daerah untuk kegiatan industri.

48. Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang memiliki objek dengan daya tarik wisata yang mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan.

49. Kawasan Pertahanan dan Keamanan adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.

50. Kawasan Permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan yang berada di daerah perkotaan atau perdesaan.

51. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni

52. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

53. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

(8)

54. Kawasan Perdagangan dan Jasa adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan, dan rekreasi.

55. Kawasan Sektor Informal adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung unit-unit usaha dalam skala kecil dan tidak berbadan usaha dengan kepemilikan individu atau keluarga.

56. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan yang selanjutnya disingkat KKOP adalah wilayah daratan dan/atau perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.

57. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, dengan mempertimbangkan aspek fungsi ekologis, resapan air, ekonomi, sosial budaya, dan estetika.

58. Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya berupa ruang terbuka di wilayah kota atau kawasan perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH berupa lahan yang diperkeras maupun berupa badan air. RTNH juga memiliki fungsi ekologis, ekonomis, arsitektural, dan darurat.

59. Tempat Evakuasi Bencana adalah area yang disediakan untuk menampung masyarakat yang terkena bencana dalam kondisi darurat, sesuai dengan kebutuhan antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai kondisi dan bentuk lahan di setiap lokasi.

60. Sistem Pusat Pelayanan adalah tata jenjang dan fungsi pelayanan pusat- pusat kegiatan kota yang meliputi pusat kota, pusat bagian wilayah kota, pusat sub-bagian wilayah kota, dan pusat pelayan lingkungan perumahan.

61. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disebut PPK adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.

62. Sub Pusat Pelayanan Kota, yang selanjutnya disebut SPPK merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani BWP;

63. Pusat Pelayanan Lingkungan, yang selanjutnya disebut PPL merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi lingkungan permukiman kecamatan/ kelurahan.

64. Rencana pemanfaatan ruang kota adalah penetapan lokasi, besaran luas dan arahan pengembangan tiap jenis pemanfaatan ruang untuk mewadahi berbagai kegiatan kota baik dalam bentuk kawasan terbangun maupun kawasan/ruang terbuka hijau.

65. Kawasan Terbangun adalah ruang dalam kawasan permukiman perkotaan yang mempunyai ciri dominasi penggunaan lahan secara terbangun atau lingkungan binaan untuk mewadahi kegiatan perkotaan.

66. Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.

67. Sistem Jaringan Jalan Primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan

(9)

semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

68. Sistem Jaringan Jalan Sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

69. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.

70. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.

71. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi.

72. Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan serta muatannya.

73. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

74. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

75. Kawasan Strategis Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

76. Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari Kota dan/atau kawasan strategis Kota yang akan atau perlu disusun RDTRnya, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW Daerah.

77. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

78. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

79. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian.

80. Forum Penataan Ruang yang selanjutnya disingkat FPR adalah wadah di tingkat Pusat dan Daerah yang bertugas untuk membantu Pemerintah

(10)

Pusat dan Pemerintah Daerah dengan memberikan pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.

81. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

82. Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.

83. Intensitas Pemanfaatan Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Hijau dan Kepadatan Bangunan.

84. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut KDB adalah angka perbandingan luas lantai dasar bangunan terhadap luas lahan/persil yang dikuasai, dalam satuan persen.

85. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah angka perbandingan luas total seluruh lantai bangunan terhadap luas lahan/persil yang dikuasai, dalam satuan desimal.

86. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disebut KDH adalah angka perbandingan luas ruang terbuka hijau terhadap luas lahan/persil yang dikuasai, dalam satuan persen.

87. Ketentuan Umum Zonasi yang selanjutnya disebut KUZ adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatn ruang/penataan kota dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW kota.

88. Ketentuan Perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, dan digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.

89. Ketentuan Insentif dan Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

90. Arahan Sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.

91. Sofifi adalah ibukota Provinsi Maluku Utara yang terletak dalam wilayah Kota Tidore Kepulauan.

92. Kota Baru Sofifi adalah wilayah perencanaan di Kecamatan Oba Utara yang masuk dalam program percepatan pembangunan kota oleh Pemerintah Pusat yang meliputi Desa Kaiyasa, Desa Gosale, Kelurahan Guraping, Desa Galala, Desa Balbar, Desa Bukit Durian, Kelurahan Sofifi, Desa Oba, Desa Ampera, Desa Ake Kolano, Desa Somahode, Desa Garojou dan Desa Kusu.

93. Limau Timore adalah wilayah perencanaan yang mendukung Pusat Pelayanan Kota yang meliputi Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Tidore dan Kecamatan Tidore Timur.

(11)

94. Kota Pusaka Soasio adalah bagian dari wilayah Kota Tidore Kepulauan yang di dalamnya terdapat kawasan cagar budaya dan atau bangunan cagar budaya yang memiliki nilai-nilai penting bagi Daerah, menempatkan penerapan kegiatan penataan dan pelestarian pusaka sebagai strategi utama pengembangan daerah.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup Pengaturan Pasal 2

Lingkup muatan RTRW mencakup:

a. tujuan, kebijakan dan strategi Penataan Ruang wilayah Kota;

b. rencana Struktur Ruang wilayah Kota;

c. rencana Pola Ruang wilayah Kota;

d. kawasan strategis Kota;

e. arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota; dan f. ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

Bagian Ketiga

Ruang Lingkup Penataan Ruang Wilayah Pasal 3

(1) Wilayah perencanaan meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Tidore Kepulauan meliputi:

a. Kecamatan Tidore;

b. Kecamatan Tidore Selatan;

c. Kecamatan Tidore Utara;

d. Kecamatan Tidore Timur;

e. Kecamatan Oba Utara;

f. Kecamatan Oba Tengah;

g. Kecamatan Oba; dan h. Kecamatan Oba Selatan.

(2) Letak astronomis kota antara 0°47'20,92" LU dan 127°37'7,02" BT sampai dengan 0°1'27,56" LS dan 127°47'47,42" BT, serta antara 0°34'21,78" LU dan 127°49'53,79" BT sampai dengan 0°43'57,99" LU dan 127°21'43,03"

BT.

(3) Batas wilayah perencanaan meliputi:

a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Barat;

b. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Timur dan Kabupaten Halmahera Tengah;

c. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Selatan; dan d. sebelah barat berbatasan dengan Laut Maluku.

(4) Wilayah administrasi Kota Tidore Kepulauan digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(12)

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KOTA Bagian Kesatu

Tujuan Penataan Ruang

Pasal 4

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan adalah mewujudkan Limau Rasai (yakni kota yang ramah, aman, serasi dan indah) yang mendukung pengembangan daya saing wilayah (sektor pendidikan, pariwisata, pertanian, kelautan dan perikanan) serta menjaga kelestarian sejarah, budaya dan fungsi ekologi.

Bagian Kedua

Kebijakan Penataaan Ruang Pasal 5

Untuk mewujudkan tujuan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, maka kebijakan Penataan Ruang meliputi:

a. membagi sistem perkotaan dengan mempertimbangkan orientasi sebagai pusat pelayanan kegiatan administrasi, ekonomi, dan/atau budaya;

b. membagi wilayah perencanaan pengembangan daya saing wilayah sesuai dengan karakter fisik dan kegiatan sebagai dasar pengembangan kawasan (pendidikan, pariwisata, pertanian, kelautan dan perikanan);

c. meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas antar pusat kegiatan berskala lokal, regional dan nasional;

d. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana prasarana umum skala lokal, regional dan nasional;

e. mengembangkan dan mengendalikan kegiatan berdasarkan Pola Ruang dan Struktur Ruang dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan

f. mengembangkan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan hidup.

Bagian Ketiga

Strategi Penataan Ruang Wilayah Pasal 6

(1) Untuk melaksanakan kebijakan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, maka ditetapkan strategi Penataan Ruang.

(2) Strategi dari kebijakan membagi sistem perkotaan dengan mempertimbangkan orientasi sebagai pusat pelayanan kegiatan administrasi, ekonomi, dan/atau budaya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi:

a. memantapkan pengembangan sistem pusat pelayanan dan kawasan penyangga untuk mendukung pertumbuhan kawasan;

(13)

b. mengembangkan Sofifi sebagai ibukota Provinsi Maluku Utara untuk mendukung kegiatan berskala regional dan nasional;

c. mengembangkan kawasan sekitar ibukota Provinsi Maluku Utara sebagai penyangga kegiatan berskala regional dan nasional;

d. mengembangkan pusat perdagangan dan jasa berskala regional;

e. mengembangkan pusat pendidikan dan pelatihan berskala regional; dan f. mengembangkan kegiatan wisata alam, wisata budaya dan wisata

buatan.

(3) Strategi dari kebijakan membagi wilayah perencanaan pengembangan daya saing wilayah sesuai dengan karakter fisik dan kegiatan sebagai dasar pengembangan kawasan (pendidikan, pariwisata, pertanian, kelautan dan perikanan), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi:

a. mengembangkan pusat pemerintahan skala provinsi yang dilengkapi dengan kegiatan perekonomian berskala regional di kawasan Kota Baru Sofifi;

b. mengembangkan Kecamatan Oba Tengah sebagai kawasan pendukung pengembangan Kota Baru Sofifi;

c. mengembangkan sektor pendidikan utamanya pendidikan tinggi, pusat pemajuan kebudayaan daerah skala nasional, pelestarian sejarah, dan pariwisata di Pulau Tidore, Maitara dan Mare sekaligus didorong sebagai kawasan strategis nasional sosial dan budaya;

d. mengembangkan sektor pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan di Kecamatan Oba Tengah, Oba dan Oba Selatan.

(4) Strategi dari kebijakan peningkatan aksesibilitas dan konektivitas antar pusat kegiatan berskala lokal, regional dan nasional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi:

a. mengembangkan aksesibilitas transportasi darat, laut dan udara;

b. meningkatkan kapasitas jaringan jalan dan konektivitas antar pusat pelayanan kegiatan;

c. mengembangkan jembatan penyeberangan antar pulau, jalan lingkar luar (outer ring road) dan jalan alternatif antar pusat-pusat kegiatan;

d. meningkatkan pelayanan moda transportasi darat dan laut, serta membuka jalur penyeberangan antar pulau untuk mendukung perkembangan pusat pelayanan kegiatan secara terintegrasi; dan

e. mengembangkan terminal angkutan umum regional dan terminal angkutan umum dalam Daerah.

(5) Strategi dari kebijakan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana prasarana umum skala lokal dan regional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d meliputi:

a. mendistribusikan sarana dan prasarana di setiap pusat kegiatan sesuai fungsi kawasan dan hierarki pelayanan;

b. mengembangkan sistem prasarana energi;

c. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi;

d. mengembangkan prasarana sumber daya air;

e. meningkatkan sistem pengelolaan persampahan;

f. meningkatkan jangkauan pelayanan air bersih;

g. meningkatkan prasarana pengelolaan air limbah;

(14)

h. mengembangkan sistem prasarana drainase secara terpadu; dan

i. menetapkan wilayah rawan bencana, jalur evakuasi dan tempat evakuasi bencana.

(6) Strategi dari kebijakan mengembangkan dan mengendalikan kegiatan berdasarkan Pola Ruang dan Struktur Ruang dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e meliputi:

a. melestarikan dan memanfaatkan Kawasan Konservasi untuk mendukung kegiatan ekonomi;

b. menjaga dan melestarikan fungsi kawasan lindung beserta ekosistemnya;

c. memanfaatkan kawasan sempadan pantai dan sungai sebagai ruang terbuka hijau dan tempat rekreasi;

d. mengembangkan kerjasama dengan Kota yang berbatasan dalam mempertahankan fungsi kawasan lindung;

e. melestarikan daerah resapan air dan mengembangkan sumur resapan, waduk dan embung untuk menjaga ketersediaan sumber daya air;

f. mengendalikan kegiatan pertanian dan perkebunan, pariwisata dan pemukiman pada kawasan fungsi lindung sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;

g. mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya pada kawasan rawan bencana dan kawasan yang seharusnya berfungsi lindung untuk memelihara kelestarian lingkungan; dan

h. menerapkan ketentuan umum peraturan zonasi, perizinan, insentif dan disintentif serta sanksi dalam pemanfaatan ruang.

(7) Strategi dari kebijakan mengembangkan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f meliputi:

a. menetapkan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan hidup; dan

b. mengembangkan kawasan strategis untuk dapat meningkatkan perekonomian.

BAB III

RENCANA STRUKTUR RUANG Bagian Kesatu

Umum Pasal 7

(1) Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota terdiri atas:

a. sistem pusat pelayanan;

b. sistem jaringan transportasi;

c. sistem jaringan energi;

d. sistem jaringan telekomunikasi;

e. sistem jaringan sumber daya air; dan f. infrastruktur perkotaan.

(15)

(2) Rencana Struktur Ruang Wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Sistem Pusat Pelayanan

Pasal 8

(1) Sistem Pusat Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. PPK;

b. SPPK; dan c. PPL.

(2) Sistem Pusat Pelayanan digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 9

(1) PPK sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 huruf a meliputi:

a. PPK Kota Baru Sofifi berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Provinsi, perdagangan dan jasa, serta permukiman yang berada di Kelurahan Sofifi Kecamatan Oba Utara; dan

b. PPK Limau Timore berfungsi sebagai pusat Pemerintahan Kota, perdagangan dan jasa, serta pelayanan umum dan sosial yang berada di Kelurahan Tomagoba Kecamatan Tidore.

(2) SPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi:

a. SPPK Rum Balibunga yang berfungsi sebagai pusat transportasi skala kota di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara;

b. SPPK Gurabati yang berfungsi sebagai pusat pendidikan, dan pemerintahan skala kecamatan di Kelurahan Gurabati Kecamatan Tidore Selatan;

c. SPPK Tosa yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan kesehatan skala kecamatan di Kelurahan Tosa Kecamatan Tidore Timur;

d. SPPK Akelamo yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan kesehatan skala kecamatan di Kelurahan Akelamo Kecamatan Oba Tengah;

e. SPPK Payahe yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan kesehatan skala kecamatan di Kelurahan Payahe Kecamatan Oba; dan

f. SPPK Lifofa yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan di Desa Lifofa Kecamatan Oba Selatan.

(3) PPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c meliputi:

a. PPL Topo di Kelurahan Topo Kecamatan Tidore;

b. PPL Mareku di Kelurahan Mareku Kecamatan Tidore Utara;

c. PPL Maitara di Desa Maitara Kecamatan Tidore Utara;

d. PPL Jaya di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara;

(16)

e. PPL Mare di Desa Mare Gam Kecamatan Tidore Selatan;

f. PPL Toloa di Kelurahan Toloa Kecamatan Tidore Selatan;

g. PPL Dowora di Kelurahan Dowora Kecamatan Tidore Timur;

h. PPL Kalaodi di Kelurahan Kalaodi Kecamatan Tidore Timur;

i. PPL Mafututu di Kelurahan Mafututu Kecamatan Tidore Timur;

j. PPL Kaiyasa di Desa Kaiyasa Kecamatan Oba Utara;

k. PPL Kusu di Desa Kusu Kecamatan Oba Utara;

l. PPL Aketobatu di Desa Aketobatu Kecamatan Oba Tengah;

m. PPL Lola di Desa Lola Kecamatan Oba Tengah;

n. PPL Gita di Desa Gitaraja Kecamatan Oba;

o. PPL Tului di Desa Tului Kecamatan Oba;

p. PPL Kususinopa di Desa Kususinopa Kecamatan Oba;

q. PPL Maidi di Desa Maidi Kecamatan Oba Selatan; dan r. PPL Nuku di Desa Nuku Kecamatan Oba Selatan.

Bagian Ketiga

Sistem Jaringan Transportasi Pasal 10

(1) Sistem jaringan transportasi yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, terdiri atas:

a. sistem jaringan jalan;

b. sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan;

c. sistem jaringan transportasi laut; dan d. bandar udara umum.

(2) Sistem jaringan transportasi digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 1

Sistem Jaringan Jalan Pasal 11

Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, terdiri atas:

a. jalan umum;

b. jalan khusus;

c. terminal penumpang;

d. terminal barang;

e. jembatan timbang; dan f. jembatan.

Pasal 12

(1) Jalan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a meliputi:

a. Jalan kolektor;

b. Jalan lokal; dan

(17)

c. Jalan lingkungan.

(2) Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. Jalan kolektor primer; dan b. Jalan kolektor sekunder.

(3) Jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, meliputi:

a. Ruas jalan lingkar Pulau Tidore yang terdiri dari Jalan Jenderal Ahmad Yani – Jalan Frans Kaiseipo – Jalan Daud Umar – Jalan Sultan Syaifudin - Jalan Pattimura – Jalan Yos Sudarso – Jalan Pelabuhan Goto;

b. Ruas Jalan Patra Alam – Jalan Sultan Mansyur – Jalan Salemba Goto;

c. Ruas Jalan Gamtufkange Gurabunga – Jalan Gurabunga - Lada Ake – Fabaharu – Jalan Rum – Fabaharu.

d. Ruas Jalan Simp. Dodinga – Sofifi, ruas Sofifi – Akelamo, ruas Akelamo (KM.60) – Payahe, ruas Payahe – Weda;

e. Ruas Jalan AB Andili – Jalan Akekolano Oba; dan f. Ruas Jalan Payahe – Dehepodo.

(4) Jalan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi:

a. Ruas Jalan Sultan Zainal Abidin Syah–Jalan Tugu–Jalan Hijrah-Jalan Tugulufa

b. Ruas Jalan Sultan M Tahir – Jalan A Malawat – Jalan Masjid Arrahman – Jalan Sultan Nuku;

c. Ruas Jalan Marimoi – Jalan Timore I – Jalan Kemakmuran;

d. Ruas Jalan Nusantara – Jalan Sultan Hasanudin – Jalan S. Parman – Jalan Indonesiana - Jalan SMA;

e. Ruas Jalan Tambula – Jalan Mayor Daud Umar;

f. Ruas Jalan Trikora – Jalan Gamtufkange – Jalan Masjid Almuhajirin – Jalan Tomagoba – Jalan Tuguwaji – Jalan Goto;

g. Ruas Jalan Cobodoe–Jalan Cobodoe–Kalaodi–Jalan Kalaodi – Fabaharu;

h. Ruas Jalan Makam Sultan Nuku – Jalan Kadaton;

i. Ruas Jalan Taman Soadara – Jalan Topo – Jalan Topo Tiga;

j. Ruas Jalan Doe-doe – Jalan Pemuda – Jalan Ngofa Se Dano;

k. Ruas Jalan Biji Nagara – Jalan Toloa

l. Ruas Jalan Mareku – Afa-afa – Jalan Sangaji Rai–Jalan Rai Lamo – Jalan Fomanyira–Jalan Mareku–Sirongo Folaraha–Jalan Ome – Gubukusuma;

m. Ruas Jalan Ome Jalan Baru – Jalan Ome – Jaya;

n. Ruas Jalan Ahmad Kahar – Jalan Rum;

o. Ruas Jalan Mafututu – Talaga;

p. Ruas Jalan Sultan Djafarsyah – Jalan Laguna Guraping;

q. Ruas Jalan Trans Halmahera – Jalan Skojo – Jalan Baromadoe – Jalan Jenderal Soedirman – Jalan Bayangkara - Jalan Guragam – Jalan Pelabuhan Sofifi – Jalan Albajuri – Jalan Idris Panelaga – Jalan Senen Tiga – Jalan Samamo – Jalan Jala Matubu;

r. Ruas Jalan Sofifi – Jalan Sofifi – Somahode – Jalan Oba – Jalan Akekolano Oba – Jalan Somahode – Jalan Sultan Zainal Abidin Syah Somahode;

s. Ruas Jalan Raya Beringin Jaya;

t. Ruas Jalan Toseho;

(18)

u. Ruas Jalan Bale Hijrah;

v. Ruas Jalan Taman Nasional Aketayawi – Jalan Bendungan Tayawi;

w. Ruas Jalan Payahe SP2 Kosa – Jalan Payahe;

x. Ruas Jalan Hager – Wairoro;

y. Ruas Jalan Wama; dan z. Ruas Jalan Lifofa.

(5) Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. Jalan lokal primer; dan b. Jalan lokal sekunder.

(6) Jalan lokal primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Ruas Jalan Ngosi;

b. Ruas Jalan Dowora-Jalan Dowora-Sowom–Jalan Dou Jara;

c. Ruas Jalan Kalaodi– Golili;

d. Ruas Jalan Rum–Jalan Rum Talaga e. Ruas Jalan Lingkar Maitara;

f. Ruas Jalan Ake Dolosi;

g. Ruas Jalan Puncak Mole–Jalan Hale Kie–Jalan Mafu Payung–Jalan Jiko Mayora;

h. Ruas Jalan Ahmad Hasan;

i. Ruas Jalan Tomawonge;

j. Ruas Jalan Dokiri;

k. Ruas Jalan Bobo;

l. Ruas Jalan Ome;

m. Ruas Jalan Gosale;

n. Ruas Jalan Somahode–Kusu;

o. Ruas Jalan Bendungan Sofifi;

p. Ruas Jalan Paceda;

q. Ruas Jalan Loleo;

r. Ruas Jalan Pertanian Akelamo;

s. Ruas Jalan Pelabuhan Tadupi;

t. Ruas Jalan Tayawi–Woda; dan u. Ruas Jalan Payahe.

(7) Jalan lokal sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b tersebar di seluruh wilayah kecamatan.

(8) Jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa jalan lingkungan primer yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.

(9) Jalan lokal sekunder dan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan (8), sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 13

(1) Jalan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b terdiri atas:

a. Jalan usaha tani; dan b. Jalan produksi.

(19)

(2) Jalan usaha tani dan jalan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b tersebar di seluruh kecamatan.

Pasal 14

Terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c meliputi:

a. terminal penumpang tipe B Sofifi di Kelurahan Sofifi Kecamatan Oba Utara;

b. terminal penumpang tipe C Soasio di Kelurahan Indonesiana Kecamatan Tidore;

c. terminal penumpang tipe C Rum di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara; dan

d. terminal penumpang tipe C Payahe di Kelurahan Payahe Kecamatan Oba.

Pasal 15

Terminal barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d meliputi:

a. terminal barang di pelabuhan Trikora di Kelurahan Indonesiana Kecamatan Tidore;

b. terminal barang di pelabuhan Sofifi Oba di Kelurahan Sofifi Kecamatan Oba Utara;

c. terminal barang di pelabuhan Gita di Desa Gitaraja Kecamatan Oba; dan d. terminal barang di pelabuhan Maidi di Desa Maidi Kecamatan Oba Selatan.

Pasal 16

Jembatan timbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf e meliputi:

a. jembatan timbang Rum Balibunga di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara;

b. jembatan timbang Dowora di Kelurahan Cobodoe Kecamatan Tidore Timur;

c. jembatan timbang Galala di Desa Galala Kecamatan Oba Utara; dan d. jembatan timbang Gita di Desa Gitaraja Kecamatan Oba.

Pasal 17

(1) Jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf f meliputi:

a. Jembatan bentangan panjang;

b. Jembatan bentangan menengah; dan c. Jembatan bentangan pendek.

(2) Jembatan bentangan panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu jembatan penyeberangan antar pulau meliputi Pulau Tidore – Maitara dan Maitara–Ternate.

(3) Jembatan bentangan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. jembatan Ake Tobalo dan jembatan Ake Tahua I di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara;

b. jembatan Mangrove Guraping di Kelurahan Guraping, jembatan Kali Oba I yang membentang dari Desa Bukit Durian ke Desa Ampera, jembatan Kali Oba II yang membentang dari Kelurahan Sofifi ke Desa Akekolano

(20)

dan jembatan Kali Oba III yang membentang dari Kelurahan Sofifi ke Desa Oba di Kecamatan Oba Utara;

c. jembatan Akelamo di Kelurahan Akelamo Kecamatan Oba Tengah;

d. jembatan Aketayawi I yang membentang dari Desa Koli ke Desa Bale dan jembatan Aketayawi II yang membentang dari Desa Koli ke Desa Woda di Kecamatan Oba; dan

e. jembatan Kali Supera di Desa Selamalofo Kecamatan Oba Selatan.

(4) Jembatan bentangan pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Sungai, Danau dan Penyeberangan Pasal 18

(1) Sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi:

a. Pelabuhan Penyeberangan;

b. Lintas Penyeberangan Antar Provinsi;

c. Lintas Penyeberangan Antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi; dan d. Lintas Penyeberangan dalam Kota.

(2) Pelabuhan Penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Pelabuhan Penyeberangan Kelas I;

b. Pelabuhan Penyeberangan Kelas II; dan c. Pelabuhan Penyeberangan Kelas III.

(3) Pelabuhan Penyeberangan Kelas I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah Pelabuhan Penyeberangan Galala di Desa Galala Kecamatan Oba Utara.

(4) Pelabuhan Penyeberangan Kelas II sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a. Pelabuhan Penyeberangan Rum di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara; dan

b. Pelabuhan Penyeberangan Dowora di Kelurahan Cobodoe Kecamatan Tidore Timur.

(5) Pelabuhan Penyeberangan Kelas III sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah Pelabuhan Gita di Desa Gitaraja Kecamatan Oba yang juga berfungsi sebagai pelabuhan pengumpul.

(6) Lintas Penyeberangan Antar Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b berupa lintas penyeberangan dari Pelabuhan Penyeberangan Dowora ke Kota Bitung Sulawesi Utara.

(7) Lintas Penyeberangan Antar Kota dalam Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

(21)

a. Lintas penyeberangan dari Pelabuhan Penyeberangan Galala ke Pelabuhan Bastiong Kota Ternate;

b. Lintas penyeberangan dari Pelabuhan Penyeberangan Rum ke Pelabuhan Bastiong Kota Ternate; dan

c. Lintas penyeberangan dari Pelabuhan Penyeberangan Gita ke Pelabuhan Bastiong Kota Ternate.

(8) Lintas Penyeberangan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:

a. Lintas penyeberangan dari Pelabuhan Penyeberangan Dowora ke Pelabuhan Penyeberangan Galala; dan

b. Lintas penyeberangan dari Pelabuhan Penyeberangan Dowora ke Pelabuhan Penyeberangan Gita.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Transportasi Laut Pasal 19

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c adalah pelabuhan laut, meliputi:

a. pelabuhan pengumpul;

b. pelabuhan pengumpan;

c. terminal khusus (tersus); dan d. pelabuhan perikanan.

(2) Pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Pelabuhan Trikora di Kelurahan Indonesiana Kecamatan Tidore; dan b. Pelabuhan Gita di Desa Gita Kecamatan Oba, yang juga berfungsi

sebagai pelabuhan penyeberangan kelas III.

(3) Pelabuhan pengumpan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. pelabuhan pengumpan regional; dan b. pelabuhan pengumpan lokal.

(4) Pelabuhan pengumpan regional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi:

a. Pelabuhan Rum di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara;

b. Pelabuhan Itokici di Kelurahan Mafututu Kecamatan Tidore Timur;

c. Pelabuhan Sofifi di Kelurahan Sofifi Kecamatan Oba Utara;

d. Pelabuhan Sofifi Oba di Kelurahan Sofifi Kecamatan Oba Utara;

e. Pelabuhan Loleo di Desa Aketobololo Kecamatan Oba Tengah; dan f. Pelabuhan Maidi di Desa Maidi Kecamatan Oba Selatan.

(5) Pelabuhan pengumpan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi:

a. Pelabuhan Sarimalaha di Kelurahan Indonesiana Kecamatan Tidore;

b. Pelabuhan Tomalou di Kelurahan Tomalou Kecamatan Tidore Selatan;

c. Pelabuhan Mare Gam di Desa Mare Gam Kecamatan Tidore Selatan;

(22)

d. Pelabuhan Mare Kofo di Desa Mare Kofo Kecamatan Tidore Selatan;

e. Pelabuhan Maitara di Desa Maitara Kecamatan Tidore Utara;

f. Pelabuhan Guraping di Kelurahan Guraping Kecamatan Oba Utara;

g. Pelabuhan Somahode di Desa Somahode Kecamatan Oba Utara;

h. Pelabuhan Paceda di Desa Akedotilou Kecamatan Oba Tengah;

i. Pelabuhan Kususinopa di Desa Kususinopa Kecamatan Oba;

j. Pelabuhan Wama di Desa Wama Kecamatan Oba Selatan;

k. Pelabuhan Lifofa di Desa Lifofa Kecamatan Oba Selatan;

l. Pelabuhan Tagalaya di Desa Tagalaya Kecamatan Oba Selatan;

m. Pelabuhan Loko di Desa Akesai Kecamatan Oba Tegah; dan n. Pelabuhan Nuku di Desa Nuku Kecamatan Oba Selatan.

(6) Terminal khusus (Tersus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. Tersus Kesultanan Tidore di Kelurahan Soasio Kecamatan Tidore;

b. Tersus PLTU Rum di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara;

c. Tersus VIP Guraping di Kelurahan Guraping Kecamatan Oba Utara;

d. Tersus Polairud di Desa Balbar Kecamatan Oba Utara;

e. Tersus Industri Oba di Desa Oba Kecamatan Oba Utara;

f. Tersus Pasar Rum di Kelurahan Rum Kecamatan Tidore Utara;

g. Tersus PLTU Sofifi di Desa Aketobatu Kecamatan Oba Tengah; dan h. Tersus Nelayan Tadupi di Desa Tadupi Kecamatan Oba Tengah.

(7) Pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Goto di Kelurahan Goto Kecamatan Tidore.

Paragraf

Bandar Udara Umum Pasal 20

Bandar udara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d adalah Bandar udara Sultan Nuku di Desa Aketobololo dan Kelurahan Akelamo Kecamatan Oba Tengah yang merupakan Bandar udara pengumpul skala pelayanan sekunder.

Bagian Keempat Sistem Jaringan Energi

Pasal 21

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c adalah jaringan infrastruktur ketenagalistrikan meliputi:

a. infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya;

dan

b. jaringan infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukung.

(2) Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

(23)

a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Soasio di Kelurahan Indonesiana Kecamatan Tidore, PLTD Payahe di Kelurahan Payahe Kecamatan Oba, PLTD Sofifi di Kelurahan Desa Somahode Kecamatan Oba Utara, dan PLTD Mare Gam di Desa Mare Gam Kecamatan Tidore Selatan;

b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tidore di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara dan PLTU Sofifi di Desa Aketobatu Kecamatan Oba Tengah;

c. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Payahe di Desa Koli Kecamatan Oba;

d. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ake Sahu di Kelurahan Tosa Kecamatan Tidore Timur; dan

e. Pembangkit listrik lainnya berupa Pembangkit Listrik Tenaga Biomass (PLTBM) di Desa Akesai Kecamatan Oba Tengah, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Tidore di Kelurahan Doyado Kecamatan Tidore Timur, dan PLTMG Sofifi di Desa Somahode Kecamatan Oba Utara.

(3) Jaringan infrastruktur penyalur tenaga listrik dan sarana pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. jaringan transmisi tenaga listrik antarsistem yaitu Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Timur, dan Kecamatan Oba Utara;

b. jaringan distribusi tenaga listrik berupa Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dan saluran distribusi lainnya yang menyebar di seluruh Kota Tidore Kepulauan;

c. jaringan pipa/kabel bawah laut penyaluran tenaga listrik di Kecamatan Tidore Utara; dan

d. gardu listrik meliputi Gardu Listrik/Gardu Induk Sofifi di Kelurahan Somahode Kecamatan Oba Utara dan Gardu Listrik/ Gardu Induk Tidore Kecamatan Tidore Timur.

(4) Sistem jaringan energi digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Sistem Jaringan Telekomunikasi Pasal 22

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d meliputi:

a. jaringan tetap; dan b. jaringan bergerak.

(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. infrastruktur jaringan tetap meliputi Sentral Telepon Otomat atau STO di Kelurahan Indonesiana Kecamatan Tidore dan Kelurahan Sofifi Kecamatan Oba Utara serta optical distribution cabinet di Kecamatan

(24)

Tidore, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Selatan, dan Kecamatan Oba Utara; dan

b. jaringan telekomunikasi kabel/fixed line telephone yang terdiri dari serat optik yang menjangkau ke seluruh wilayah kecamatan.

(3) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa jaringan bergerak seluler yaitu penyediaan menara telekomunikasi di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan.

(4) Sistem jaringan telekomunikasi digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenam

Sistem Jaringan Sumber Daya Air Pasal 23

(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf e berupa prasarana sumber daya air yang meliputi:

a. sistem jaringan irigasi;

b. sistem pengendalian banjir; dan c. bangunan sumber daya air.

(2) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. jaringan irigasi primer di Daerah Irigasi Tayawi Kecamatan Oba dan Daerah Irigasi Maidi di Kecamatan Oba Selatan;

b. jaringan irigasi sekunder di Daerah Irigasi Tayawi Kecamatan Oba dan Daerah Irigasi Maidi di Kecamatan Oba Selatan;

(3) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. jaringan pengendalian banjir berupa sudetan, alur pengendali banjir atau flood way, dan kolam retensi di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan; dan

b. bangunan pengendalian banjir berupa tanggul dan revetment di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan.

(4) Bangunan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. Bendung Kahoho di Kecamatan Oba, Bendung Multiguna Akelamo di Kecamatan Tengah, serta Bendung Hager dan Bendung Maidi di Kecamatan Oba Selatan; dan

b. Embung Gurabunga dan Embung Topo di Kecamatan Tidore, Embung Jaya dan Embung Fobaharu di Kecamatan Tidore Utara, Embung

(25)

Mafututu dan Embung Kalaodi di Kecamatan Tidore Timur, Embung Gurabati di Kecamatan Tidore Selatan, Embung Sofifi di Kecamatan Oba Utara, Embung Sigela dan Embung Yehu di Kecamatan Oba Tengah.

(5) Sistem jaringan sumber daya air digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketujuh Infrastruktur Perkotaan

Paragraf 1 Umum Pasal 24

(1) Infrastruktur perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf f meliputi:

a. sistem penyediaan air minum;

b. sistem pengelolaan air limbah;

c. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;

d. sistem jaringan persampahan;

e. sistem jaringan evakuasi bencana;

f. sistem drainase;

g. jalur sepeda; dan h. jaringan pejalan kaki.

(2) Infrastruktur perkotaan digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 2

Sistem Penyediaan Air Minum Pasal 25

(1) Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya ditulis dengan SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a meliputi:

a. jaringan perpipaan; dan b. bukan jaringan perpipaan.

(2) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. unit air baku terdiri atas:

1. unit air baku berupa reservoir, dan air permukaan di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan;

2. jaringan air baku yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Tidore Kepulauan.

b. unit produksi terdiri atas:

(26)

1. unit produksi berupa instalasi pengolahan air di Desa Kaiyasa dan Desa Bukit Durian di Kecamatan Oba Utara;

2. jaringan produksi yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Tidore Kepulauan.

c. unit distribusi di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan.

(3) Bukan jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa sumur pompa di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Tidore Selatan dan Kecamatan Tidore Utara.

Paragraf 3

Sistem Pengolahan Air Limbah Pasal 26

(1) Sistem Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya ditulis SPAL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b meliputi:

a. sistem pengelolaan air limbah non domestik; dan b. sistem pengelolaan air limbah domestik.

(2) Sistem pengelolaan air limbah non domestik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi:

a. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah non domestik terdiri atas:

1. Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan; dan

2. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja atau IPLT yang diintegrasikan dengan Tempat Pemrosesan Akhir atau TPA di Kecamatan Tidore Utara dan Kecamatan Oba Tengah.

b. Jaringan sistem pengelolaan air limbah non domestik di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba, Kecamatan Oba Tengah, dan Kecamatan Oba Tengah.

(3) Sistem pengelolaan air limbah domestik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi:

a. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah domestik berupa sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik individual maupun komunal di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Timur, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan; dan

b. Jaringan sistem pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Oba, dan Kecamatan Oba Utara.

(27)

Paragraf 4

Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pasal 27

Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya ditulis B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c meliputi pengolahan dan penimbunan limbah B3 di Kecamatan Tidore Utara dan Kecamatan Oba Tengah.

Paragraf 5

Sistem Jaringan Persampahan Pasal 28

Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf d terdiri atas:

a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Rumbune di Kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara dan TPA Aketobatu di Desa Aketobatu Kecamatan Oba Tengah;

b. Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba, dan Kecamatan Oba Selatan;

c. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba, dan Kecamatan Oba Selatan.

d. Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R) di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Oba Utara dan Kecamatan Oba Tengah.

Paragraf 6

Sistem Jaringan Evakuasi Bencana Pasal 29

(1) Sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e meliputi:

a. jalur evakuasi bencana; dan b. tempat evakuasi bencana.

(2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a berupa jaringan jalan kolektor primer, kolektor sekunder, lokal primer, dan lokal sekunder yang terhubung pada titik evakuasi yang tersebar di seluruh Kecamatan.

(3) Tempat evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi ruang terbuka, fasilitas umum dan fasilitas sosial, perkantoran, dan perbukitan yang tersebar di seluruh Kecamatan.

(28)

Paragraf 7 Sistem Drainase

Pasal 30

Sistem drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf f, meliputi:

a. jaringan drainase primer berupa sungai dan kali mati atau barangka di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan;

b. jaringan drainase sekunder mengikuti jaringan jalan kolektor yakni di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan;

c. jaringan drainase tersier mengikuti jaringan jalan lokal dan jaringan jalan lingkungan di Kecamatan Tidore, Kecamatan Tidore Timur, Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Selatan, Kecamatan Oba Utara, Kecamatan Oba Tengah, Kecamatan Oba dan Kecamatan Oba Selatan.

Paragraf 8 Jalur Sepeda

Pasal 31

Jalur sepeda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf g meliputi:

a. Jalan Sultan Zainal Abidin Syah;

b. Jalan Hijrah;

c. Jalan Sultan M. Taher;

d. Jalan Tugulufa;

e. Jalan Kemakmuran;

f. Jalan Ahmad Yani;

g. Jalan Pattimura;

h. Jalan Sultan Mansyur;

i. Jalan Sultan Nuku;

j. Jalan Sultan Syaifudin;

k. Jalan Taman Siswa;

l. Jalan Patra Alam;

m. Jalan Yos Sudarso;

n. Jalan Trikora;

o. Jalan Frans Kaiseipo;

p. Jalan Goto;

q. Jalan Dowora;

r. Jalan Laguna Guraping;

s. Jalan Sultan Djafar Syah;

t. Jalan Trans Halmahera;

u. Jalan A.B Andili;

v. Jalan Jend. Soedirman;

w. Jalan Jala Matubu;

x. Jalan Samamo;

y. Jalan Skojo;

(29)

z. Jalan Sofifi;

aa. Jalan Akekolano Oba; dan bb. Jalan Oba.

Paragraf 9

Jaringan Pejalan Kaki Pasal 32

Jaringan pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf h meliputi:

a. Jalan Sultan Mansyur;

b. Jalan Sultan Nuku;

c. Jalan Ahmad Yani;

d. Jalan Pattimura;

e. Jalan Taman Siswa;

f. Jalan Kemakmuran;

g. Jalan Pelabuhan Goto;

h. Jalan S. Parman;

i. Jalan Yos Sudarso;

j. Jalan Frans Kaiseipo;

k. Jalan Trikora;

l. Jalan Marimoi;

m. Jalan A. Malawat;

n. Jalan Marimoi;

o. Jalan Sultan M Taher;

p. Jalan Indonesiana;

q. Jalan Salemba Goto;

r. Jalan SMA;

s. Jalan Sultan Zainal Abidin Syah;

t. Jalan Tugulufa;

u. Jalan Hijrah;

v. Jalan Patra Alam;

w. Jalan Kadaton;

x. Jalan Tomagoba

y. Jalan Sultan Syaifudin;

z. Jalan Trans Halmahera;

aa. Jalan A. B. Andili;

bb. Jalan Jend. Soedirman;

cc. Jalan Samamo;

dd. Jalan Jala Matubu;

ee. Jalan Albajuri;

ff. Jalan Baromadoe;

gg. Jalan Bayangkara;

hh. Jalan Masjid Arrahman;

ii. Jalan Mayor Daud Umar;

jj. Jalan Pelabuhan Sofifi;

kk. Jalan Senen Tiga;

ll. Jalan Skojo; dan mm. Jalan Payahe.

(30)

BAB IV

RENCANA POLA RUANG Bagian Kesatu

Umum Pasal 33 (1) Rencana pola ruang terdiri atas :

a. kawasan lindung; dan b. kawasan budi daya.

(2) Rencana Pola Ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Kawasan Lindung

Pasal 34

Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. badan air;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. ruang terbuka hijau;

e. kawasan konservasi;

f. kawasan cagar budaya; dan g. kawasan ekosistem mangrove.

Paragraf 1 Badan Air Pasal 35

Badan air yang selanjutnya ditulis dengan kode BA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a adalah badan air yang tergambarkan dalam peta dengan luas kurang lebih 334,23 (tiga ratus tiga puluh empat koma dua puluh tiga) hektar berupa sungai, embung dan bendung tersebar di seluruh Kecamatan.

Paragraf 2

Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Pasal 36

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang selanjutnya ditulis dengan kode PTB sebagaimana dimaksud dalam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian penulis tentang pentingnya EYD dalam tulisan, penulis tertarik untuk meneliti ketepatan pemakaian EYD dalam tulisan resmi yaitu dalam

Untuk menguji faktor dan keberkesanan amali kerja kayu berdasarkan pekerjaan ibu, ujian-F (ANOVA) telah dijalankan. Jadual 6 menunjukkan hasil dapatan ujian iaitu

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari keputihan: menghindari berganti-ganti pasangan hubungan seksual, menjaga kebersihan alat kelamin,

En yüksek iyi dedik­ lerini ilkelerinin aşağı düzeyiyle oranlı nitelikte değerden düşü­ rüyor ve insan sağgörüsüyle (kendini tutma, eğilimlerde ölçülü olma

Selanjutnya guru memotivasi peserta didik Selanjutnya guru memotivasi peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dengan untuk mengembangkan pemahaman dengan cara meminta

Ditandai lapisan dengan kecepatan rendah (sebagai Lempung overpressure Formasi Kalibeng); 3) Penafsiran sumber air (Formasi Prupuh) dan sumber lumpur (Kalibeng)

21/12/2015 7227/LS-BJ/2015 Pembayaran Honorarium Pejabat Pengadaan (ULP) dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Pengadaan Lampu Operasi Alat - Alat Kedokteran Gawat Darurat (DAK

Menyatakan dengan sesungguhnya setuju menjadi klien dalam penatalaksaan Asuhan Kebidanan yang meliputi Asuhan Kehamilan, Asuhan Persalinan, Asuhan Nifas, Asuhan Bayi