• Tidak ada hasil yang ditemukan

NAZIRA BINTI NASHARUDDIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NAZIRA BINTI NASHARUDDIN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUPLIMENTASI VITAMIN D TERHADAP KADAR KALSIUM SERUM PADA PEREMPUAN DENGAN OBESITAS DALAM

LINKUNGAN UMUR 20-40 TAHUN DI DESA AMAN DAMAI KECAMATAN SIRAPIT KABUPATEN LANGKAT PADA TAHUN 2016

Oleh:

NAZIRA BINTI NASHARUDDIN 100100210

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP KADAR KALSIUM SERUM PADA PEREMPUAN DENGAN OBESITAS DALAM

LINKUNGAN UMUR 20-40 TAHUN DI DESA AMAN DAMAI KECAMATAN SIRAPIT KABUPATEN LANGKAT PADA TAHUN 2016

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran.

Oleh:

NAZIRA BINTI NASHARUDDIN 100100210

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)
(4)

ABSTRAK

Latar Belakang : Defisiensi vitamin D diperkirakan terjadi pada satu milyar penduduk dunia, tidak hanya di negara empat musim, tetapi juga di Negara tropis seperti Indonesia. Hal ini terkait dengan asupan vitamin D yang rendah

Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh asupan suplementasi vitamin D terhadap Kalsium Serum pada perempuan obes.

Metode : Penelitian ini mengunakan ujian klinis terbuka dengan menggunakan dua kelompok subjek penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat pada September – October 2016.

Penilaian asupan makanan vitamin D melalui food record selama 28 hari dan vitamin D melalui kadar Kalsium Serum.

Hasil : Hasil penelitian menunjukan kadar rerata asupan makanan vitamin D sebelum dan sesudah pemberian kalsium serum, rerata kalsium serum sebelum dan sesudah pemberian vitamin D.

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin D dengan kadar Kalsium serum pada perempuan obes usia 20 – 40 tahun.

Kata kunci : Obes, Asupan makana, vitamin D, Kalsium serum.

(5)

ABSTRACT

Background : Deficiency of vitamin D happen in almost a billion people, mostly in countries with four season, and sometimes also in tropical countries like Indonesia.it associated with low intake of food which contains vitamin D.

Objective : The purpose of this study is to determine the influence of vitamin D intake in Calcium serum level in obese women aged between 20 to 40 years.

Methods : This study is an open clinical trial with two subject groups. The trial was conducted in Aman Damai village Sirapit, Langkat from September to October 2016. Dietary intake was assessed through food records for 28days and vitamin d through calcium serum.

Result : The result showed average levels of dietary intake of vitamin D before and aftergiven the intervention of vitamin D and Calcium serum.

Conclusions : There is significant relationship between vitamin D intake with Calcium serum levels in obese women aged 20 to 40 years.

Key words : Obese, vitamin D intake , levels of Calcium serum.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh suplementasi vitamin D terhadap kadar kalsium serum pada perempuan obes dalam lingkungan umur 20 -40 tahun di desa Aman Damai Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat.

Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr Dina Keumala Sari M Gizi, Sp GK. selaku dosen pembimbing pertama dan Dr.Causa Trisna Mariedina Mked (PA), SpPA selaku dosen pembimbing kedua karya tulis ilmiah atas bimbingan, tenaga, pikiran, serta waktu yang disediakan di sela-sela kesibukan selama ini dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga juga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Nasharuddin bin Abdullah dan ibunda Roshahkila binti Abu Bakar atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

Tidak lupa juga diucapkan jutaan terima kasih kepada kepada senior- senior dan terima kasih yang tidak terhingga juga kepada teman-teman stambuk 2010 yang banyak membantu serta yang mau bertukar pikiran dengan saya.

Atas keterbatasan waktu, saya akui penulisan proposal ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan . Untuk itu, diharapkan kritik dan saranan yang membangun agar dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.Terima kasih

Medan, 26TH Juli 2017

Nazira binti Nasharuddin.

100100210

(7)

DAFTAR TABEL

BAB 2 Table 2.1.6

Asupan Vitamin D

BAB 5 Tabel 5.1.

Distribusi FrekuensiSubjek Penelitian Berdasarkan Usia Tabel 5.2.

Distribusi Kelompok Vitamin D Berdasarkan Usia Tabel 5.3.

Rerata Asupan Makanan Sumber Vitamin D Sebelum& Sesudah Pemberian Vitamin D

Tabel 5.4.

Rerata Kadar Kalsium serum Sebelum dan Sesudah Pemberian Vitamin D Tabel 5.5.

Analisis Hubungan Asupan Makanan Vitamin D (Sebelum diberikan suplemen vitamin D) dengan kadar Kalsium Serum menggunakan Uji Chi-Square

Tabel 5.6

Analisis Hubungan Asupan Makanan Vitamin D (Sesudah diberikan vitamin D) dengan kadar kalsium serum menggunakan Uji Chi-Square

Tabel 5.7.

Analisis Hubungan Pemberian Vitamin D dengan Kadar Kalsium Serum

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan ………..……….. I Abstrak…………...………II Abstract………III Kata Penghantar………..……….IV Daftar Table……….………..V Daftar Isi………..VI

BAB 1 PENDAHULUAN………..1

1.1 Latar Belakang………..1

1.2 Rumusan Masalah……….2

1.3 Tujuan Penelitian………..2

1.4 Manfaat Penelitian………3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………….………4

2.1 Vitamin D………...…….………...4

2.1.1. Definisi Vitamin D……….…………..………...4

2.1.2. Fungsi Vitamin D……….………...5

2.1.3. Gaya hidup dan Vitamin D……….……….5

2.1.4. Pembentukan Vitamin D……….……….………...5

2.1.5. Metabolisme Vitamin D………..6

(9)

2.1.6. Asupan Vitamin D………..7

2.2 Kalsium……….8

2.2.1. Fungis Kalsium………...8

2.2.2. Metabolisme Kalsium……….9

2.2.3. Faktor yang meningkatkan Asorpsi kalsium……….10

2.2.4. Faktor yang menurunkan Asorpsi kalsium………....11

2.2.5. Kekurangan Kalsium………12

2.2.6. Kelebihan Kalsium………...13

2.2.7. Ekskresi Kalsium………..13

2.3 Obesitas………...…13

2.3.1. Definisi Obesitas………...13

2.3.2. Faktor mempengaruhi obesitas………...………..15

2.3.3. Tipe Kegemukan……….……..17

2.3.4. Penentuan obesitas………..18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL………....20

3.1 Kerangka Konsep………20

3.2 Definisi Operasional………..…21

3.3 Variabel dan Hipotesis………...…22

3.3.1. Variabel Independen………...22

3.3.2. Variabel Dependen……….……22

3.3.3. Hipotesis……….…22

(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN……….23

4.1 Jenis Penelitian………...…23

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………...…………...23

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………..24

4.3.1. Populasi……….………….24

4.3.2. Sampel Penelitian……….…..24

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel………...24

4.4 Pengolahan dan Analisis Data………25

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN……….………26

5.1 Hasil Penelitian………...………26

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….26

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian……….………...27

5.2 Hasil Analisis………..28

5.3 Pembahasan………30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………….………32

6.1 KESIMPULAN………..………32

6.2 SARAN………..………32

DAFTAR PUSTAKA……….………..33

LAMPIRAN……….………36

(11)

BAB SATU

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Defisiensi vitamin D sudah banyak dibicarakan sebagai masalah kesehatan dunia yang tidak hanya berakibat pada kesehatan muskuloskeletal tetapi juga masalah penyakit akut dan kronik (Hossein-nezhad dan Holick, 2013).Prevalensi vitamin D di negara tropis ternyata ditemukan, seperti di Malaysia, Rahman et al. (2004), menemukan proporsi defisiensi vitamin D (pemeriksaan kadar 25(OH)D serum) pada perempuan postmenopausal sebesar 27% dan sebanyak 71% mengalami insufisiensi vitamin D.

Sedangkan di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Setiati et al. (2007) menunjukkan adanya defisiensi vitamin D sebesar 35% pada perempuan lanjut usia (60-75 tahun). Penelitian tersebut memberikan perlakuan paparan sinar matahari selama 25 menit sejumlah tiga kali seminggu dan hasilnya dapat memperbaiki kadar vitamin D. Penelitian mengenai vitamin D tidak hanya difokuskan pada perempuan postmenopause tetapi juga pada anak-anak. Penelitian Khor et al. (2011) menemukan adanya defisiensi sub-optimal (kadar vitamin D ≤37,5 nmol/L) pada anak sekolah yang dihubungkan dengan angka kejadian obesitas (X2=5,958, p=0,016).

Faktor yang mempengaruhi kadar vitamin D dalam tubuh antara lain adalah lamanya paparan sinar matahari, jenis kulit (pigmentasi), penggunaan alas penahan sinar matahari (tabir surya/sunscreen), kadar hormon paratiroid (parathyroid hormon/PTH), kadar kalsium, kadar fosfor, dan asupan vitamin D baik dari bahan makanan sehari-hari maupun suplemen (Holick, 2007). Kadar kalsium dalam tubuh berkaitan erat dengan kerja vitamin D dengan jalan membantu meningkatkan penyerapan kalsium ke dalam darah. Defisiensi vitamin D memicu osteoporosis pada lansia melalui proses demineralisasi matriks kolagen tanpa adanya proses remineralisasi yang seimbang. Disamping itu, kekurangan vitamin D berdampak negatif pada kekuatan otot karena mempengaruhi maturasi sel dan adanya reseptor vitamin D pada sel otot yang membutuhkan vitamin D untuk aksi optimal.

(12)

Beberapa studi mendukung hipotesis bahwa defisiensi vitamin D menyebabkan gangguan neuromuskuler, mempengaruhi keseimbangan dan fungsi kontrol postur pada lansia. Kedua faktor ini (osteoporosis dan gangguan neuromuskuler) meningkatkan risiko jatuh dan fraktur terkait jatuh, meliputi fraktur tulang pinggul dan fraktur nonvertebral (Soejitno dan Kuswardhani, 2009). Wanita usia subur perlu mendapatkan perhatian karena rentan terhadap masalah gizi disebabkan peran fisiologis melahirkan dan menstruasi. Selain itu, wanita jarang terpapar sinar matahari. Hal ini terkait dengan gaya hidup yang cenderung menghindari matahari, penggunaan tabir surya, asupan makanan kaya vitamin D rendah. Defisiensi vitamin ini dapat diatasi dengan meningkatkan sintesis vitamin D melalui fortifikasi, suplementasi vitamin D dan melalui paparan sinar matahari. Paparan sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang paling baik dan tidak terdapat kasus intoksikasi vitamin D akibat oleh paparan sinar matahari berlebihan. Orang-orang yang tinggal dekat ekuator yang terpapar sinar matahari tanpa menggunakan pelindung sejenis sunblock/tabir surya mempunyai konsentrasi serum 25(OH)D di atas 30 ng/mL (Yosephin et al., 2014).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah suplementasi vitamin D dapat meningkatkan kadar kalsium serum pada perempuan obes?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Melihat pengaruh suplementasi vitamin D terhadap kadar kalsium serum pada perempuan obes.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah :

a) Mengetahui karekteristik demografi subjek penelitian berdasarkan usia, pekerjaan, suplementasi vitamin D dan paparan sinar matahari.

b) Mengetahui kadar kalsium serum subjek penelitian sebelum dan sesudah suplementasi vitamin D.

2

(13)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada : 1. Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya di bidang ilmu gizi. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai vitamin D pada kelompok populasi dengan karakterisitik yang berbeda dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penatalaksanaan gizi penderita obesitas. Hasil penelitian ini dilakukan dengan pendekatan genetika untuk menentukan terapi nutrisi.

2. Peneliti

Mengimplentasikan cara-cara melakukan penelitian, teori berkomunikasi yang diperoleh semasa perkuliahan dan dapat melatih peneliti untuk menulis karya ilmiah.

3. Institusi

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau sumber informasi untuk penelitian yang berikutnya dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.

4. Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar bagi masyarakat tentang aspek nutrigenomik sebagai dasar penatalaksanaan nutrisi dan pengaruh suplementasi vitamin D baik dari sumber nabati ataupun hewani, dan paparan sinar matahari sebagai sumber vitamin D sangatlah penting untuk mencegah defisiensi vitamin D khususnya pada perempuan obes.

(14)

BAB DUA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vitamin D

Vitamin D sering dikenali dengan vitamin sinar matahari . Bila tubuh mendapat cukup sinaran matahari, maka konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Disebabkan vitamin D dapat disintesiskan dari tubuh, ia juga dikatakan bukan sejenis vitamin tapi suatu prohormon.

2.1.1 Definisi Vitamin D

Vitamin D atau kalsiferol merupakan vitamin yang termaksud dalam grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon. Nama lain vitamin D yaitu kalsiferol diambil berdasarkan International Union of Pure and Applied Chemist (IUPAC). Vitamin ini mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan struktur tulang dan gigi. Beberapa sumber vitamin D adalah jeruk, stroberi, tomat, brokoli dan sayur sayuran hijau.

Vitamin D biasa disebut juga dengan vitamin sinar matahari karena vitamin tersebut dapat di produksi dengan menggunakan sinar matahari. Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak dan masuk dalam keluarga senyawa yang meliputi vitamin D1, D2, dan D3. Hal ini dapat mempengaruhi sebanyak 2.000 gen dalam tubuh. Vitamin ini sendiri merupakan turunan dari molekul steroid yang merupakan salah satu turunan dari kolesterol. Terdapat dua bentuk aktif dari vitamin ini, yaitu vitamin D2 dan vitamin D3. Aktivasi vitamin D dilakukan oleh hormon paratiroid. Vitamin D2 atau dikenal juga dengan nama ergokalsiferol ini berasal dari turunan senyawa kolesterol yang banyak ditemukan pada ragi dan tanaman. Vitamin D3 (kolekalsiferol) sendiri berasal dari turunan senyawa 7-dehidrokolesterol. Golongan vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia. Pada ginjal, vitamin D dikonversi menjadi bentuk aktif yang disebut 1,25-dihydroxycholecalciferol. (Almatsier, 2010)

4

(15)

2.1.2. Fungsi Vitamin D

Fungsi vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan vitamin C, hormone –hormon paratiroid dan kalsitonin, protein kolagen, sertamineral – mineral kalsiumm fosfor, magnesium dan flour. Fungsi khusus vitamin D dalam hal ini adalah membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang. (Almatsier, 2010)

Di dalam salur cerna, kalsitriol meningkatkan absorpso vitamin D dengan cara merangsang sintesis protein pengikat kalsium dan protein pengikat fosfor pada mukosa usus halus. Di dalam tulang, kalsitriol bersama hormone paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang ke dalam darah. Di dalam ginjal, kalsitriol merangsang reabsorbsi kalsium dan fosfor (Almatsier, 2010).

2.1.3. Gaya hidup dan vitamin D

Gaya hidup mempengaruhi kadar vitamin D dalam tubuh. Gaya hidup terutama pada perempuan yang cenderung menghindari paparan sinar matahari. Penggunaan hijab dan penggunaan sunblock berperan penting dalam terjadinya defisiensi vitamin D.

2.1.4. Pembentukan vitamin D

Vitamin D3, kolekalsiferol, berasal dari efek iradiasi UVB (panjang gelombang 290 – 315 nm) pada 7-dehidrokolsterol (kolesterol dengan ikatan rangkap pada atom karbon 7) yang merupakan pendamping tambahan kolesterol di dalam kulit. Ada susunan ulang molekul dengan terbukanya cincin B ini steroid (gambar 2.1). kolekalsiferol merupakan bentuk vitamin D yang terdapay secara alami pada manusia dan hewan seperti minyak hati ikan kod, ikan yang berlemak, mentega, dan hati hewan.Vitamin

D2 berasal dari ergosterol melalui iridiasi senyawa dengan cahaya UV melalui rangkaian perubahan kimia . (Truswell, 2014)

(16)

2.1.5. Metabolisme Vitamin D

Di dalam tubuh, vitamin D tidak langsung dalam keadaan aktif sehingga ia harus dimodifikasi secara kimia ( hidroksilasi) sebanyak dua kali. Petunjuk pertama berupa hasil observasi adanya lag period 8 jam sebelum dapat melihat efek vitamin D yang diberikan pada objek percubaan. Vitamin D dibawa dalam plasma dalam keadaan terikat, yaitu protein yang mengikat vitamin D. Dalam mikrosom hatu, ujung srantai – samping mengalami hidroksilasi.

Senyawa ini mempunyai kadar yang lebih stabil dalam darah dibandingkan kadar vitamin D yang mengalami kenaikan temporeri ketika jumlah vitamin tersebut diserap atau di sentesiskan oleh kulit ( Truswell, 2014)

Vitamin D dibentuk lebih sedikit dalam kulit yang lebih gelap dibandingkan kulit yang berwarna putih kerana melanin dalam kulit menyerap sinar UV. Orang tua juga membentuk lebih sedikit vitamin D setelah mereka terpapar dengan sinar UV gelombang pendek. Kulit mereka mengandungi materi awal yang lebih sedikit. Vitamin D yang dikonsumsi kemudian dicerna, diserap dan diangkut dari usus halus bahagian proksimal dalam kilomikron.

6

(17)

2.1.6. Asupan Vitamin D

Sumber utama vitamin D adalah paparan sinar matahari, asupan bahan makanan sumber, suplementasi, asupan makan fortifikasi. Diet yang tinggi minyak ikan dapat mencegah defisiensi vitamin D. Paparan sinar matahari berupa radiasi UVB dengan panjang gelombang 290 -315 dapat menjadi sumber yang sangat baik terutama di daerah tropis. Sinar matahari akan menembus kulit dan mengkonversi menjadi vitamin D3 setalah paparan sinar matahari selama 30 menit. (Holick, 2007)

Bahan makanan sumber vitamin D yang berasal dari hewani diperkirakan mempunyai bioavailabilitas 60% dibandingkan suplemen vitamin. Bahan makanan sumber susu mempunyai bioavailibilitas 3-10 kali lebih baik dibandingkan bahan makanan sumber yang larut minyak. (Holmes dan Kummerow, 1983)

Secara alami sangat sedikit makanan yang mengandung atau difortifikasi vitamin D, termasuk vitamin D2 dan D3. Vitamin D2 diproduksi melalui irradiasi sinar ultra violet ergosterol dari jamur, dan vitamin D3 melalui irradiasi 7- dehidroksikolesterol dari lanolin.

Kedua bahan tersebut digunakan untuk membuat suplemen vitamin D (Holick, 2007).

Kecukupan vitamin D tidak hanya penting untuk kesehatan tulang saja tetapi juga untuk fungsi optimal organ dan jaringan seluruh tubuh. Kebutuhan meningkat seiring pertumbuhan usia, masa remaja adalah masa yang paling tinggi kebutuhan akan vitamin D sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk vitamin D. Angka kecukupan gizi vitamin D yang dianjurkan untuk orang Indonesia berdasarkan PERMENKES RI tahun 2013 tercantum pada gambar 2.2

(18)

2.2.1. Fungsi Kalsium

Fungsi kalsium adalah untuk pembentukan tulang dan gigi,berperan dalam pertumbuhan dan sebagai faktor pembantu dan pengatur reaksi biokimia dalam tubuh. Pada tulang, kalsium dalam bentuk garam (hydroxypatite) membentuk matriks pada kolagen protein pada struktur tulang membentuk rangka yang mampu menyangga tubuh serta tempat bersandarnya otot yang menyebabkan memungkinkan terjadinya gerakan.

Hampir seluruh kalsium di dalam tubuh ada dalam tulang yang berperan sentral dalam struktur dan kekuatan tulang dan gigi (Rachmiaty, 2009).

Fungsi kalsium diantaranya adalah :

a) Membentuk struktur tulang dan gigi sebagai cadangan kalsium tubuh. Kalsium berfungsi sebagai pencegah osteoporosis yang berisiko terjadinya patah tulang terutama tulang panggul, vertebrae, dan deformitas(perubahan bentuk tulang) tulang belakang, terlihat tinggi badan kurang

b) Peran kalsium adalah untuk kontraksi dan eksitasi otot jantung dan otot lainnya, transmisi sinap sistem saraf, agregasi platelet, koagulasi dan sekresi hormon dan rehgulator lain yang memerlukan eksositosis.

c) Kalsium berperan dalam proses pembentukan hormon, enzim yang mengatur pencernaan dan metabolisme

d) Kalsium dapat membantu melenturkan otot pembuluh darah sehingga memudahkan lepasnya plak atau endapan yang menempel pada pembuluh darah.

e) Kalsium mempunyai peran terhadap regulasi tekanan darah, diantaranya adalah menurunkan aktivitas sistem renin-angiotensin, meningkatkan keseimbangan natrium dan kalium, serta menghambat konstriksi pembuluh darah. Asupan kalsium yang meningkat dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hypertensi (Yuniarti, 2014)

f) Asupan kalsium oleh ibu hamil membantu pembentukan tulang janin, gigi janin, mencegah pengeroposan tulang, mencegah hipertensi kehamilan, dan mencegah sesak nafas/ asma (alergi) (Sudargo, 2013)

8

(19)

2.2.2. Metabolisme Kalsium

Kurang lebih 99% kalsium terdapat pada tulang rangka dan gigi dalam bentuk kristal hydroxyapatite dan 1% dalam bentuk ion pada cairan intraseluler dan ekstraseluler, terikat dengan protein dan membentuk kompleks dengan ion organik, seperti sitrat, fosfat dan bikarbonat. Homeostasis kalsium yang efektif penting dalam banyak proses biologis, termasuk metabolisme tulang, proliferasi sel, koagulasi darah, hormonal signalling transduction dan fungsi neuromuscular.

Keseimbangan kalsium dipertahankan oleh 3 organ utama, yaitu: sistem gastrointestinal, tulang, dan ginjal. Sistem gastrointestinal menjaga homeostasis kalsium dengan mengatur absorpsi kalsium melalui sel-sel gastrointestinal. Jumlah absorpsi tergantung dari asupan, usia manusia, hormone vitamin D, kebutuhan tubuh akan kalsium, diet tinggi protein dan karbohidrat serta derajat keasaman yang tinggi (pH rendah). Asupan kalsium tidak boleh melebihi 2500 mg/hari. Manusia dewasa mengkonsumsi kalsium sekitar 500-1200 mg sehari.

Absorpsi kalsium ervariasi, antara 10-60% dan pada manusia kurang lebih 175 mg/hari. Jumlah ini menurun seiring dengan peningkatan usia dan meningkat ketika kebutuhan akan kalsium meningkat sementara asupan sedikit. Usus hanya mampu menyerap 500-600 mg kalsium sehingga pemberian kalsium harus dibagi dengan jarak 5-6 jam. Absorpsi terjadi dalam usus halus melalui mekanisme yang terutama dikontrol oleh calcitropic harmones (1,25- dihydroxycholecalciferol vitamin D3 (1,25- (OH) 2D3) dan parathyroid harmone (PTH)).

Untuk mempertahankan keseimbangan kalsium, ginjal harus mengeksresikan kalsium dalam jumlah yang sama dengan kalsium yang diabsorpsi dalam usus halus. Tulang tidak hanya berfungsi sebagai penopang tubuh namun juga menyediakan sistem pertukaran kalsium untuk menyesuaikan kadar kalsium dalam plasma dan cairan ekstraseluler. Kurang lebih 90%

kalsium yang masuk akan dikeluarkan melalui feses dan sebagian kecil melalui urin, sekitar 200 mg/hari untuk mempertahankan kadar normal dalam tubuh. Metabolisme kalsium dan tulang berkaitan erat satu sama lain dan terintegrasi.Defisiensi kalsium (misalnya pada lansia), yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan peningkatan PTH, mengakibatkan tulang akan melepaskan kalsium (resorpsi tulang meningkat) untuk dapat mengembalikan kalsium serum kembali normal (Muliani, 2012)

(20)

2.2.3. Faktor yang meningkatkan asorpsi kalsium.

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan asorpsi kalsium dalam tubuh.

1. Vitamin D

Vitamin D diubah menjadi bentuk aktif 1,25 dihidroksi vitamin D secara langsung mempengaruhi kemampuan sel usus untuk mengabsorpsi kalsium. Vitamin D mengatur pembentukan kalsium terikat protein yang merupakan pembawa kalsium masuk dalam usus dan melepaskannya ke dalam darah. Adanya vitamin D bentuk aktif dapat meningkatkan absorpsi kalsium sebanyak 10-30%.

2. Laktosa

Laktosa dapat meningkatkan absorpsi pasif kalsium dengan meningkatkan kelarutan absorpsi pasif kalsium dengan laktosa dapat meningkatkan kelarutan kalsium pada ileum.

Pada bayi, misalnya, laktosa dapat meningkatkan proporsi absorpsi kalsium sebanyak 34%- 48%.

3. Kebutuhan Kalsium

Kebutuhan kalsium yang tinggi seperti pada masa kehamilan, laktasi, remaja, akan meningkatkan absorpsi kalsium sampai 50%. Bila asupan kalsium rendah, tubuh akan beradaptasi dengan mengabsorpsi kalsium dalam jumlah besar dan mengekresi lebih sedikit.

4. Potassium

Potassium bekerja berlawanan dengan sodium. Potassium membantu absopsi kalsium dalam tubuh yaitu dengan mengurangi kalsium lewat urin (Mulyani, 2009).

2.2.4. Faktor yang menurunkan Asorbsi Kalsium

Beberapa faktor yang dapat menurunkan absorpsi kalsium, yaitu:

1. Protein dan Sodium

Protein terutama protein hewani dan sodium dapat menurunkan absorpsi kalsium melalui urin. Setiap penambahan 43 mmol (1g) sodium akan menyebabkan penambahan kehilangan 0.66 mmol (26,3 mg) kalsium dan setiap penambahan 1g protein menyebabkan kehilangan 0,044 mmol (1,75 mg) kalsium.

10

(21)

2. Fosfor

Asupan tinggi fosfor mengurangi kehilangan kalsium lewat urin, akan tetapi meningkatkan kehilangan kalsium lewat feses pada waktu yang bersamaan, sehingga tidak ada keuntungan yang didapat.

3. Asam Oksalat.

Asam oksalat terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti bayam. Asam oksalat dengan kalsium akan membentuk kalsium oksalat yang tidak larut dan sulit diabsorpsi.

Terbentuknya kalsium oksalat tergantung pada jumlah asam oksalat yang ada. Jika terdapat kalsium dalam jumlah cukup untuk membentuk ikatan dengan asam oksalat maka tidak ada asam oksalat bebas untuk bergabung dengan kalsium dari bahan makanan lain. Sayuran daun pada pada umumnya banyak mengandung asam oksalat bebas.

2.2.5. Kekurangan Kalsium

Beberapa akibat yang timbul apabila seseorang kekurangan kalsium diantaranya adalah : 1. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.

2. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang.

Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium atau terlalu tinggi mengandung fosfor.

Tetani kadang terjadi pada bayi baru lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak diencerkan yang mempunyai rasio kalsium:fosfor rendah.

3. Kekurangan kalsium menyebabkan sistem imunitas akan menurun dan kacau, akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Ketika tubuh diserang bakteri, virus, dan racun, ion kalsium berperan sebagai sirene tanda bahaya di dalam tubuh.

4. Kekurangan kalsium menyebabkan dengdosignal saraf mengalami hambatan.

Akibatnya mekanisme rangsangan dalam tubuh akan terganggu. Kondisi tersebut pada anak akan menimbulkan gejala mudah kaget, resah, sulit tidur, menangis di malam hari, dan hiperaaktif. Gejala pada orang tua yakni mudah tegang, emosi dan merosotnya daya koordinasi saraf.

(22)

5. Kurangnya kadar kalsium akan mengurangi daya kontraksi otot jantung. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jantung.

6. Kehilangan kalsium dari tulang sesudah usia 50 tahun akan menyebabkan osteoporosis.

7. Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidak seimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor (Nugroho, 2010).

8. Kekurangan kalsium pada ibu hamil menyebabkan nyeri pada tulang saat kehamilan, pengeroposan tulang (osteoporosis), dan hipertensi kehamilan (Sudargo, 2013).

2.2.6. Kelebihan Kalsium

Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg/hari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Disamping itu dapat menyebabkan konstipasi atau susah buang air besar. Kelebihan kalsium bisa terjadi jika menggunakan suplemen kalsium (Agustiani, 2010).

2.2.7. Ekskresi Kalsium

.

Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang diabsorpsi. Ekskresi kalsium juga terjadi melalui kulit, rambut, dan kuku (Mulyani, 2009).

2.3. Obesitas

Obesitas dan berat badan lebih adalah hasil dari ketidak seimbangan antara asupan dan aktivitas fisik. Penyebab obesitas terkait masalah kompleks, diantaranya adalah gaya hidup, lingkungan, dan gen. Faktor asupan makanan dapat berasal dari porsi makanan, sering makan di restoran atau di luar rumah, dan penurunan aktivitas fisik. Berat badan lebih yang terjadi masa remaja cenderung menjadi obes di masa dewasa, lebih mudah terjadi peningkatan risiko komorbiditas seperti DM tipe 2, stroke, kanker, dan infertilitas (Gee et al., 2008).

12

(23)

2.3.1 Definisi Obesitas

Obesitas adalah suatu kondisi berlebihnya lemak. Terdapat beberapa kesulitan dalam menentukan lemak tubuh secara akurat di masyarakat, maka digunakan pengukuran tinggi badan dan berat badan tubuh untuk mendefinisikannya, definisi ini menggunakan indeks massa tubuh (IMT) (Hill et al., 2006).

Indeks massa tubuh dihitung berdasarkan berat badan (kg)/tinggi badan kuadrat (m2). Nilai IMT berhubungan bermakna dengan lemak tubuh total dan dapat dijadikan penanda kadar lemak tubuh (Gallagher et al., 2000). Klasifikasi IMT berkaitan dengan angka kesakitan dan kematian, dan dapat mengidentifikasikan risiko seseorang untuk mengalami komplikasi akibat lemak tubuh berlebih (Hill et al, 2006).

Risiko terjadinya DM tipe 2, penyakit jantung, dan kanker terjadi seiring dengan peningkatan IMT, dengan risiko terendah terdapat pada IMT 22-25 kg/m2. angka kematian meningkat seiring dengan peningkatan IMT diatas 25 kg/m2, dengan nilai paling tinggi IMT diatas 30 kg/m2 (Hill et al., 2000).

Perhitungan IMT dapat digunakan, tetapi mempunyai kelemahan dimana seseorang dengan IMT tergolong obes dapat mempunyai jumlah lemak yang normal akibat besarnya massa otot.

Begitu pula dengan IMT normal dapat mempunyai jaringan lemak yang berlebihan akibat penurunan massa otot. Perhitungan lingkar pinggang dapat digunakan untuk keakuratan jumlah lemak tubuh tersebut. Lingkar pinggang berkorelasi tinggi dengan lemak viseral atau intra abdomen. Kombinasi perhitungan lingkar pinggang dan IMT sangat berguna untuk menilai risiko kesehatan (Hill et al., 2000). Perhitungan lingkar pinggang laki-laki lebih dari 90 cm dan perempuan lebih dari 80 cm mempunyai peningkatan risiko gangguan metabolik. Berat badan lebih dengan lingkar pinggang lebih, mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami gangguan metabolik dibandingkan berat badan lebih dengan lingkar pinggang normal (Hill et al., 2006).

Sel beta pankreas yang mengsekresikan insulin adalah hormon kunci yang meregulasi kadar gula darah. Obesitas berhubungan dengan resistensi insulin, ekspansi sel beta, dan hiperinsulinemia. Diawali dengan berat badan lebih, secara metabolisme masih dalam keadaan normal tetapi ini disebabkan oleh kemampuan kompensasi dari sel beta pankreas, selanjutnya obesitas, keadaan yang menunjukkan ketidak mampuan sel beta pankreas untuk berfungsi normal (Gambar 2.3) (Ahima, 2011).

(24)

Gambar 2.3 Hubungan berat badan dan fungsi sel beta pankreas Sumber: Ahima, 2011

2.3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi obesitas

Secara ilmiah, obesitas terhad akibat mengkomsumsi kolori lebih banyak dari yang diperlukan tubuh. Faktor resiko yang berperan terjadinya obesitas antara lain adalah :

a) Faktor Genetik

Obesitas cenderung untuk diturunkan sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang biasanya mendorog terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dan faktor genetik.

14

(25)

b) Faktor Lingkungan.

Gen merupakan faktor penting dalam timbulnya obesitas, namun lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup penting. Yang termasuk lingkungan dalam hal ini adalah prilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan, serta bagaimana aktifitasnya setiap hari. Seseorang tidak dapat mengubah pola genetiknya namun dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.

c) Faktor Psikososial

Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative. Gangguan emosi ini merupakanmasalah serius pada wanita muda penderita obesitas, dan dapat menimbulkan kesadaran berlebih tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan bersosial.

d) Faktor Kesehatan

Obat-obatan juga dapat mengakibatkan terjadinya obesitas, yaitu obat-obatan tertentu seperti steroid dan beberapa anti depresant, dapat menyebabkan penambahan berat badan.

e) Faktor Perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, dapat memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, oleh karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak dalam setiap sel.

(26)

f) Akivitas Fizik

Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi terjadinya obesitas. Orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori dalam jumlah sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Seseorang yang hidupnya kurang aktif (sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung mengalami obesitas (Proverawati, 2010).

2.3.3. Tipe Kegemukan

Tipe kegemukan ada bermacam-macam. Secara umum dibedakan berdasarkan bentuk tubuh dan berdasarkan sel lemak. Berikut ini uraian lebih detailnya (Mumpuni &Wulandari,2010).

Tipe kegemukan berdasarkan bentuk tubuh : 2. Kegemukan tipe buah apel

Pada pria yang mengalami kegemukan tipe buah apel, biasanya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dan di rongga perut sehingga gemuk di perut dan

mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type) . Kegemukan tipe buah apel ini sering pula disebut kegemukan sentral atau terpusat karena lemak banyak

terkumpul di rongga perut dan karena banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai kegemukan tipe android.

3. Kegemukan tipe buah pir

Kelebihan lemak pada perempuan disimpan di bawah kulit bagian daerah pinggul dan paha sehingga tubuh berbentuk seperti buah pir (pear type). Kegemukan tipe buah pir ini juga disebut sebagai kegemukan perifer karena lemak berkumpul di pinggir tubuh, yaitu di pinggul dan paha. Oleh karena tipe ini banyak terdapat pada perempuan juga sebagai kegemukan tipe perempuan atau kegemukan tipe gynoid.

Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak 1. Hyperplastik

Kegamukan tipe ini terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar. Kegemukan ini biasa terjadi pada masa anak-anak.

16

(27)

2. Hypertropik

Kegemukan ini terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan dengan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.

Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa. Usaha untuk menurunkan berat badan pada kondisi ini lebih mudah dibandingkan pada kegemukan tipe hyperplastik.

3. Gabungan

Kegemukan terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropik mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.

Kegemukan ini bisa dimulai pada anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa.

Upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit (Mumpuni & Wulandari, 2010).

2.3.4. Penentuan obesitas.

Cara menghitung kegemukan yang paling mudah adalah dengan membandingkan antara tinggi badan (kg) dengan berat badan (m) yang dikenal dengan istilah Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) (Mumpuni & Wulandari, 2010). Menentukan status gizi pada remaja adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI).

IMT dapat membantu untuk mengidentifikasi remaja yang secara signifikan berisiko mengalami kelebihan berat badan. Rumus penghitungan IMT dan klasifikasi adalah sebagai berikut :

2.2 Kalsium

Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg Kalsium serum merupakan satu persen dari kalsium tubuh total, terdapat di dalam cairan ekstraseluler dan jaringan lunak. Kalsium serum terdiri dari komponen ion (50%), terikat dengan protein (40%), terutama albumin, serta sebagian kecil (8-10%) terikat dengan

(28)

asam organik dan inorganik seperti sitrat, laktat, bikarbonat dan sulfat (Dewi & Rohsiswatmo, 2012)

Hampir seluruh kalsium di dalam tubuh ada dalam tulang yang berperan sentral dalam struktur dan kekuatan tulang dan gigi (Rachmiaty, 2009).

18

(29)

BAB TIGA

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Asupan Vitamin D

Gaya Hidup

Obes

Paparan sinar matahari

Pemakaian Sunblock

Cara berpakaian

Kadar Kalsium Serum

Konseling gizi

19

(30)

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional mendefinisikan variabel – variable secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007)

Definisi operasional penilitian ini mencakup lima hal yaitu :

Hal Alat ukur Cara Pengukuran Skala

Pengukuran

Skor Pengukuran Suplementasi Vitamin D

(kebiasaan konsumsi bahan makanan yang mengandungi vitamin D yang diukur dari frekuensi dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi)

Lembar pemantauan

wawancara Rasio kurang : <15mcg

cukup : ≥15mcg

Gaya hidup

(meliputi lamanya paparan sinar matahari , pemakaian sunblock dan pemakaian hijab)

kuesioner wawancara Ordinal Paparan sinar matahari kurang : <60menit cukup : ≥60menit

Pemakaian sunblock Ya/tidak

Pemakaian hijab Ya/tidak

Indeks Massa Tubuh (IMT) (merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau

Timbangan neraca dan microtoise

Mengukur berat badan dan tinggi

ordinal Normal : 18,5 – 25,0 20

(31)

Asupan vitamin D, Gaya hidup, Konseling Gizi, Indeks Massa Tubuh dan Kadar Kalsium Serum

3.3 Variable dan Hipotesis 3.3.1 Variable Independen

Variable independen dalam penelitian ini adalah pemberian asupan suplement vitamin D

3.3.2 Variable Dependen

variable dependen dalam penelitian ini adalah kadar Kalsium Serum.

3.3.3 Hipotesis

Terdapat perbedaan perubahan kadar kalsium serum sebelum dan sesudah suplementasi Vitamin D pada perempuan obesity

status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.)

badan subjek penelitian

Overweight : 25,1 – 27,0

Obesitas : > 27,0 Kalsium Serum

Didapatkan melalui pengambilan darah pada sampel, kemudian di periksa kadarnya di laboratorium

Laboratorium Pengambilan serum darah

Rasio Defisiensi : <20ng/mL

Insufisiensi : 20 -29 ng/mL

Sufisiensi :

≥ 30 ng/mL

(32)

BAB EMPAT

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis pararel berpasangan (matching), desain pre-post test, alokasi acak, terbuka (open trial), membandingkan kelompok perlakuan yang mendapat suplementasi vitamin D disertai konseling gizi (F) dan kelompok yang hanya mendapat konseling gizi (K).

A1 X A2

Pre –Test Treatment Post - Test

Tabel 4.1 Contoh table pre-test and post test design.

Keterangan :

 A = Pemberian Suplemen Vitamin D

 X = konseling gizi

Pengaruh perlakuan = A1 – A2

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

- Lokasi penelitian adalah di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat - Waktu penelitian dilakukan adalah pada bulan Juli sehingga Agustus 2016 selama 28hari.

(33)

𝑛 = 2 [((𝑧𝛼 + 𝑧𝛽)𝑠 (𝑥1 − 𝑥2) )]

2

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini ialah perempuan obes di Desa Aman Damai Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat.

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel pada penelitian ini telah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

 Perempuan obes

 Naif (Tidak pernah mendengar tentang konseling gizi)

 Tidak pernah menggunakan berbagai jenis suplemen vitamin D

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari suatu studi. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

 Perempuan yang pernah menggunakan suplemen Vitamin D

 Pernah mendapat konseling gizi.

 Perempuan hamil dan menyusukan bayi.

 Tidak bersedia untuk dijadikan subjek penelitian

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam menentukan besarnya sampel, digunakan metode pengambilan sampel secara purposive sampling. (Notoatmodjo, 2010)

(34)

Petunjuk :

 𝑧𝛼 + 𝑧𝛽 = Tingkat kemaknaan dan Power (ditetapkan oleh peneliti) nilai 𝑧𝛼 = 1,96 , 𝑧𝛽 = 0,842

 𝑥1, 𝑥2 = Perbedaan klinis yang diinginkan (clinical judgement), nilai x1 = 64, x2 =60

 s = Simpang baku kedua kelompok (dari pustaka) nilai s = 3

𝑛 = 2 [((𝑧𝛼 + 𝑧𝛽)𝑠 (𝑥1 − 𝑥2))]

2

𝑛 = 2 [((1,96 + 0,842)3 (64 − 60) )]

2

𝑛 = 17,66 orang.

Jadi terdapat 18orang untuk setiap kelompok penelitian.

4.4 Pengolahan dan Analisis Data.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Science (SPSS) 17,0 dengan aplikasi statistik yang sesuai. Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel – tabel.

24

(35)

BAB LIMA

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL PENELITIAN 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di unit Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Aman Damai, Kecamatan Serapit, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini merupakan desa percontohan di Kabupaten Langkat yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dan buruh.4

Gambar 5.1. Peta Lokasi Penelitian4

Kabupaten Langkat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kotanya berada di Stapat. Kabupaten Langkat terdiri dari 23 Kecamatan dengan luas 6.272 km² dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa.

Nama 6Langkat diambil dari nama Kesultanan Langkat yang dulu pernah ada di tempat yang kini merupakan kota kecil bernama Tanjung Pura, sekitar 20 km dari Stabat.

25

(36)

5.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah wanita berusia 20-40 tahun yang tergabung dalam unit PKK Desa Aman Damai. Pengumpulan data menggunakan metode consecutive sampling yang dilakukan pada bulan October 2016 di Desa Aman Damai, didapatkan 34 wanita yang memenuhi kriteria inklusi sebagai subjek penelitian. Karakteristik subjek penelitian dalam penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi FrekuensiSubjek Penelitian Berdasarkan Usia

Rentang Usia Frekuensi(n) Persentase(%)

19-29 13 38,2

30-40 21 61,8

Total 34 100,0

Berdasarkan tabel diatas, jumlah subjek penelitian yang berusia 30-40 tahun memiliki persentase lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berusia 19-29 tahun, yaitu sebesar 61,8%.

Tabel 5.2. Distribusi Kelompok Vitamin D Berdasarkan Usia

Usia

Kadar Kalsium Serum

Total Defisiensi Insufisiensi Suffisiensi Normal

19-29 tahun 17,6% 20,6% 0% 0% 38,2%

30-40 tahun 35,3% 26,5% 0% 0% 61,8%

Total 100%

Kelompok kadar kalsium serum pada perempuan usia 19-29 yang mengalami defisiensi sebesar17,6%, insufisiensi sebesar20,6%, sufisiensi dan normal sebesar 0%.

Sedangkan pada umur 30-40 tahun yang mengalami defisiensi sebesar35,3%, insufisiensi sebesar 26,5%, sufisiensi dan normal sebesar 0%.

26

(37)

Tabel 5.3. Rerata Asupan Makanan Sumber Vitamin D Sebelum& Sesudah Pemberian Vitamin D

Asupan Makanan Vitamin D Frekuesi(n) Rata-Rata(mcg) Std Deviasi

Sebelum Pemberian Vitamin D 34 7,57 3,98

Sesudah Pemberian Vitamin D 34 7,13 4,28

Berdasarkan tabel di atas, subjek penelitian memiliki rata-rata asupan makanan sumber vitamin D sebelum dan sesudah pemberian vitamin D masing-masingsebesar 7,57 mcg/hari nya dan 7,13 mcg/hari nya dari ≥15 mcg/hari yang di rekomendasikan.

Tabel 5.4. Rerata Kadar Kalsium serum Sebelum dan Sesudah Pemberian Vitamin D

Kadar Kalsium Serum Frekuensi(n) Rata-

Rata(ng/ml) Std Deviasi

Sebelum pemberian vitamin D 34 20,21 4,82

Sesudah pemberian vitamin D 34 20,95 4,53

Berdasarkan tabel di atas, subjek penelitian memiliki rata-rata kadar kalsium serum Dsebelum dan sesudah pemberian vitamin D masing-masing sebesar 20,21 ng/mL dan 20,95 ng/mL dari ≥54 ng/mL yang direkomendasikan.

5.2 Hasil Analisis

Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti, maka diperoleh analisis hubungan asupan vitamin D dengan kadar kalsium serum. Hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(38)

Tabel 5.5.Analisis Hubungan Asupan Makanan Vitamin D (Sebelum diberikan suplemen vitamin D) dengan kadar Kalsium Serum menggunakan Uji Chi-Square

Kadar kalsium Serum

Total p value Defisiensi Insufisiensi Sufisiensi Normal

Sebelum Diberi Vitamin D

Cukup 0 1 0 0 1

0,28TB

Kurang 18 15 0 0 33

Total 34

Tabel 5.5. Menunjukkan hasil analisis hubungan asupan vitamin D (Sebelum diberi suplemen vitamin D) dengan kadar kalsium serum. Didapati hanya satu subjek yang memiliki asupan vitamin D yang cukup dan subjek tersebut termasuk dalam kelompok insufisiensi.

Berdasarkan analisis tersebut, didapatkan p-value sebesar 0,28 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin D (Sebelum diberikan vitamin D) dengan kadar Kalsium serum.

Tabel 5.6.Analisis Hubungan Asupan Makanan Vitamin D (Sesudah diberikan vitamin D) dengan kadar kalsium serum menggunakan Uji Chi-Square

Kadar Kalsium Serum

Total p value Defisiensi Insufisiensi Sufisiensi Normal

Sesudah Diberi Vitamin

D

Cukup 1 1 0 0 2

0,65TB

Kurang 11 21 32 0 32

Total 34

Keterangan :

TB : Tidak Bermakna

Tabel 5.6. menunjukkan hasil analisis hubungan asupan vitamin D (Sesudah diberi vitamin D) dengan kadar Kalsium serum. Didapati hanya dua subjek yang memiliki asupan vitamin D yang cukup dan subjek tersebut termasuk dalam kelompok defisiensi dan insufisiensi. Berdasarkan analisis tersebut, didapatkan p-value sebesar 0,65 yang artinya tidak

28

(39)

terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin D (Sesudah diberikan vitamin D) dengan kadar kalsium serum.

Tabel 5.7.Analisis Hubungan Pemberian Vitamin D dengan Kadar Kalsium Serum

 Hasil pemerilsaan kadar Kalsium Serum menunjukkan perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai p<0,05. Tabel 5.7. menunjukkan hasil analisis hubungan pemberian vitamin D dengan kadar kalsium serum didapati p-value sebesar 0,05.

Karena nilai p = 0,05 maka disimpulkan terdapat hubungan yang antara asupan vitamin D dengan kadar kalsium serum

5.3. Pembahasan

Rendahnya kadar 25(OH)D serum pada perempuan banyak dilaporkan di negara empat musim dan akhir-akhir ini semakin banyak laporan bahwa hal ini juga terjadi pada negara beriklim tropis yang memiliki dua musim, termasuk di Indonesia. Hal ini ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Sari et al. (2014) pada 148 wanita di Sumatera Utara menunjukkan bahwa 95% dari subjek penelitian memiliki kadar Kalsium serum yang termasuk dalam kategori defisiensi insufisiensi dengan kadar rata rata 17,71 ng/mL dan hanya 5%

termasuk kategori cukup. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan terhadap wanita di Langkat, Hasil laboratorium dalam penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah (53%) responden memiliki kadar kalsium serum dalam rentang defisiensi. Faktor yang mungkin menyebabkan kadar kalsium serum pada penelitian ini berada dalam rentang Defisiensi adalah kerana sebagian besar responden kurang terpapar dengan sinar matahari. Sinar matahari merupakan sumber utama vitamin D. Paparan sinar matahari diperlukan untuk mempertahankan tingkat vitamin D yang memadai. Beberapa peneliti vitamin D ada menyatakan bahwa sekitar 5-30 menit dari paparan sinar matahari pukul 10:00-15:00

(40)

setidaknya dua kali seminggu untuk wajah, lengan, kaki menyebabkan sintesis vitamin D yang cukup . Vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium di usus dan mempertahankan konsentrasi kalsium dan fosfat serum yang memadai untuk memungkinkan mineralisasi tulang normal. Sebagian besar responden yang memiliki kadar kalsium serum yang rendah didapati tidak melakukan rutin melakukan olahraga. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam penelitian ini menunjukkan 62% responden memiliki kadar kalsium serum yang rendah (hipokalsemia).

Ada penelitian yang menunjukkan bahwa penyerapan kalsium menurun untuk wanita yang usianya meningkat.Suplemen vitamin D saat ini adalah pendekatan terbaik untuk mengatasi defisiensi dan menjaga kecukupanan vitamin D. Pada penelitian Mazahery et al. (2015) ditemukan beberapa factor yang mempengaruhi respon pada pemberian suplementasi vitamin D antara lain penuaan, indeks massa tubuh (BMI), Etnis, asupan kalsium, genetika, penggunaan estrogen, kadar lemak makanan dan komposisinya, dan beberapa penyakit dan obat telah menanganinya

Salah satu faktor penyebab kekurangan vitamin D adalah akibat perubahan gaya hidup. Gaya hidup yang dapat mempengaruhi kadar vitamin D dalam tubuh antara lain adalah pekerjaan, jenis pekerjaan, lamanya paparan sinar matahari, cara berpakaian, pemakaian tabir surya (Sunscreen), aktivitas fisik, asupan kalsium, dan asupan vitamin D baik dari bahan makanan sehari-hari maupun dari vitamin D.11

5.2.1. Karakteristik Umur

Pada hasil penelitian ini, didapati jumlah subyek penelitian pada umur 30-40 sebesar 61,8% dan umur 19-29 tahun sebesar 38,2%. Sedangkan Defisiensi vitamin D banyak terjadi pada umur 30-40 tahun sebesar 35,3% dibandingkan pada umur 19-20 tahun sebesar 17,6%.

Wanita usia subur (WUS) merupakan usia yang rentang terhadap resiko defisiensi kadar 25(OH)D serumdikarenakan pada usia tersebut kebanyakan perempuan memiliki masalah gizi disebabkan peran fisiologis melahirkan dan menstruasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Green et al. di Indonesia dan Malaysia, pada 504 wanita usia subur (WUS) berusia 18-40 tahun menemukan rata-rata konsentrasi serum 25(OH)D adalah 48 nmol/L (19,2 ng/mL) dengan prevalensi defisiensi vitamin D sebesar 63%.26Namun, menurut penelitian yang diakukan oleh Sari (2014) secara umum, defisiensi dan insufisiensi dapat terjadi di berbagai kelompok usia semua kelompok usia mempunyai resiko untuk mengalami defisiensi vitamin D.3

30

(41)

BAB ENAM

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah sebanyak 34 kasus di Desa Aman Damai Kec.

Sirapat.Kab.Langkat Medan tahun 2016.

2. Sebaran usia - kelompok umur 30-40 (61,8%) dan kelompok umur 19-29 (38,2%).

3. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar kalsium serum sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,05)

4. Defisiensi kadar kalsium serum banyak terjadi pada usia 30-40 tahun sebesar 35,3%

sedangkan pada kelompok usia 19-29 tahun sebesar 17,6%.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan oleh peneliti dalam menyelesaikan penenelitian ini, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Karena itu ada beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah berperan dalam penelitian ini.

1. Diharapkan kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan asupan vitamin D dari bahan makanan sumber yang mudah didapat seperti telur dan ikan.

2. Untuk petugas kesehatan diharapkan untuk lebih mensosialisasikan pentingnya peranan vitamin D untuk kesehatan dan menjelaskan kepada masyarakat tentang sumber-sumber vitamin D baik yang berasal dari sumber nabati maupun dari sumber hewani sehingga dapat membuka wawasan masyarakat luas.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencari dosis optimum pemberian supplement vitamin D untuk meningkatkan kadar kalsium serum dan dapat mengembangkan pengaruh asupan vitamin D terhadap kadar kalsium serum dengan lokasi dan jumlah sampel yang lebih besar lagi.

31

(42)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sastroasmoro, Sudigdo., dan Ismael, Sofyan., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ke-3. Sagung Seto, Jakarta: 302-331

2. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

3. Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

4. Suryabrata, Sumadi. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: PT RajaGravindo Persada 5. Stone, S. D., Menken, A. E., 2008, Perinatal and Postpartum Mood Disorders :

Perspectives and Treatment Guide for the Health Care Practitioner, Springer Publishing Company, NY, 67-70

6. Wahyuni, A. S., 2006. Statistika Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Bamboedoea Communication, 116-

7. Almatsier S. 2010. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

8. Angka Kecukupan Gizi (AKG). 2013. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013. Diunduh dari http://hukor.depkes.go.id/up_ prod_kepmenkes/KMK%20No.

%201142 %20ttg%20Pedoman%20Pengendalian%20Osteoporosis.pdf

9. Sari DK. 2014. Vitamin D & perempuan. 2014. Medan : USU Press.

10. Sari DK, Damanik HA, Lipoeto NI, dan Lubis Z. 2014. Occurence of vitamin D deficiency among woman in North Sumatera, Indonesia. Mal J Nutr 20(1): 63-70.

11. Sugondo, S., 2006, Obesitas. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., editor. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 4. IPD FK UI.

Jakarta: 1919-1925.

(43)

12. Suryono, Setiawan, B., Martianto, D., Sukandar, D., 2007. Pengaruh pemberian susu terhadap kadar kalsium darah dan kepadatan tulang remaja pria. Media Gizi &

Keluarga,

(44)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : Nazira Binti Nasharuddin

TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Malaysia / 27

th

March 1989 AGAMA : Islam

ALAMAT : Kamar 16, Lantai 3 Golden Mansyur Hostel Dr Mansyur Medan.

NO HANDPHONE : 0819800996 EMAIL : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. Tadika Sejahtera 2. Sek Keb Khir Johari

3. Sek Keb St. Nicholas Convent 4. Sek Men Keb St. Nicholas Convent 5. Mara Junior Science College Beseri

6. Taylor’s University College (A-level in LAW)

(45)

7. Multimedia University (Diploma in LAW)

8. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera (2010 – sekarang)

RIWAYAT ORGANISASI 1. X

2. X

RIWAYAT PELATIHAN 1. X

2. X

RIWAYAT KEPANITIAAN 1. X

2. X

(46)

Lembar Informasi Pasien

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Yth. Ibu/Saudari

Dengan ini kami jelaskan bahwa KURANGNYA VITAMIN D dapat menyebabkan keropos tulang dan kegemukan Untuk itu kami akan mengadakan penelitian untuk mengetahui apakah dengan pemberian suplementasi vitamin D 1000 IU per hari di sertai perubahan gaya hidup, Ibu/Saudari agar nanti nya dapat meningkatakan kadar Kalsium Serum. Apabila Ibu/Saudari bersedia mengikuti penelitian ini, maka akan dilakukan :

1. Wawancara mengenai: usia, kebiasaan konsumsi suplemen, paparan matahari dan aktivitas fisik sehari-hari.

2. Wawancara tentang makanan dan minuman dengan wawancara kebiasaan makan pada tiap pertemuan .

3. Pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang.

Pengambilan darah yang dilakukan satu kali yaitu pertemuan sekarang sebanyak kira-kira 8 (delapan) mL

Akibat pengambilan darah mungkin Ibu/Saudari akan merasakan sedikit ketidaknyamanan atau sakit, namun hal ini dapat diminimalkan dengan pengambilan darah oleh tenaga yang terlatih dan menggunakan jarum suntik yang kecil.Keikutsertaan Ibu/Saudari di dalam penelitian ini bersifat sukarela dan Ibu/Saudari dapat menolak atau mengundurkan diri selama proses penelitian berlangsung.Keuntungan bagi Ibu/Saudari apabila ikut serta dalam penelitian ini adalah Ibu/Saudari dapat mengetahui keadaan genetik masing-masing sehingga dapat ditentukan jenis makanan yang sesuai agar penyakit kencing manis dapat dicegah. Semua data pada penelitian ini bersifat rahasia.

Apabila Ibu/Saudari bersedia ikut dalam penelitian ini, maka kami akan memohon kesediaannya untuk dapat menandatangani surat persetujuan menjadi peserta penelitian:

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP KADAR KALSIUM SERUM PADA PEREMPUAN OBES DI DESA AMAN DAMAI KEC SIRAPIT KAB LANGKAT PADA TAHUN 2016

Hal-hal yang belum jelas dalam penelitian ini dapat ditanyakan secara langsung, via sms atau melalui telepon pada penanggung jawab penelitian ini yaitu Dr. dr. Dina Keumala Sari, MG, SpGK, HP:

08174894768.

Atas kesediaan Ibu/Saudari, kami ucapkan terima kasih.

(47)

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

FORMULIR PERSETUJUAN (Informed Consent)

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SURAT PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia/Tgl lahir :

Suku (ikut garis suku bapak) :

Status perkawinan : O menikah O belum menikah

Alamat lengkap :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dan mengerti manfaat penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul:

(48)

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP KADAR KALSIUM SERUM PADA PEREMPUAN OBES DI DESA AMAN DAMAI KEC SIRAPIT KAB LANGKAT PADA TAHUN 2016

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan bila sewaktu- waktu dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Mengetahui:

Medan, ...2015 Penanggung jawab penelitian:

Yang menyetujui

Dr. dr. Dina Keumala Sari MG, SpGK (...)

Saksi:

Gambar

Gambar 2.3 Hubungan berat badan dan fungsi sel beta pankreas  Sumber: Ahima, 2011
Tabel 4.1 Contoh table pre-test and post test design.
Gambar 5.1. Peta Lokasi Penelitian 4
Tabel 5.7.Analisis Hubungan Pemberian Vitamin D dengan Kadar Kalsium Serum

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler,berarti bertambahnya ukuran fisik dan stuktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan.jadi

Jumlah eritrosit dipengaruhi saat terjadi peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh dan meningkatnya kebutuhan energi yang mengakibatkan bertambahnya

Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang memiliki badan terlalu gemuk, semakin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh, dan otot

Karena sel lemak juga dapat mensintesis estrogen dalam jumlah sedikit, wanita gemuk yang memasuki fase menopause, mungkin akan mengalami beberapa keluhan seperti hot flashes

Leptin yang terdapat di jaringan adiposa akan menghitung atau mengukur persentase lemak dalam sel lemak di tubuh, apabila jumlah lemak tersebut rendah, maka akan

Penumpukan lemak berlebihan yang terjadi pada penderita obesitas mengakibatkan meningkatnya jumlah asam lemak bebas yang dihidrolisis oleh lipoprotein lipase endotel.Peningkatan ini

Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel di dalam tubuh yang dapat diamati dari ukuran tubuh manusia yang terus bertambah.. Contoh pertumbuhan adalah bertambah

Wanita obesitas biasanya mengalami siklus menstruasi tidak teratur karena jumlah sel-sel lemak cenderung berlebih akibatnya produksi hormon estrogen meningkat disertai ketidakseimbangan