i
PROPOSAL
IMPLEMENTASI PERMAINAN GOBAK SODOR DALAM MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA ANAK USIA 10 TAHUN
DI ERA 4.0
Oleh
NIA PUSPITASARI NIM: 201833196
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUDS 2021
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I ... 5
PENDAHULUAN ... 5
1.1 LATAR BELAKANG ... 5
1.2 RUMUSAN MASALAH ... 7
1.3 TUJUAN PENELITIAN... 7
1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 8
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN ... 8
1.6 DEFINISI OPERASIONAL... 8
1) Permainan Tradisional ... 9
2) Gobak Sodor ... 9
3) Sikap Kerjasama ... 9
BAB II ... 10
KAJIAN PUSTAKA ... 10
2.1 Kajian Teori ... 10
1) Permainan Tradisional Gobak Sodor ... 10
2) Sikap Kerjasama ... 15
2.2 Kajian Penelitian Relevan ... 18
2.3 Kerangka Berpikir ... 19
BAB III ... 18
METODE PENELITIAN ... 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18
3.3 Populasi Dan Sampel ... 21
3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data ... 22
3.4.1 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kuantitatif ... 22
3.4.2 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kualitatif ... 25
3.5 Teknik Analisis Data ... 33
3.5.1 Data Kuantitatif ... 33
3.5.2 Data Kualitatif ... 33
iv
DAFTAR PUSTAKA ... 35
5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini kita berada di zaman yang disebut sebagai era industri 4.0 yang ditandai dengan canggihnya teknologi secara pesat, meningkatnya konektivitas, dan kecerdasan visual. Era industri 4.0 atau biasa disebut dengan era teknologi merupakan sebagai salah satu penyebab lunturnya permainan tradisional. Hal ini dikarenakan, banyak anak yang bermain menggunakan hp, seperti halnya game online. Teknologi merupakan salah satu ancaman sebagai lunturnya nilai yang terkandung dalam permainan tradisional. Selain itu, kecerdasan interpersonal anak sebagai salah satu peran penting dalam masa perkembangan anak sekolah dasar juga akan terganggu. Hampir semua anak bermain game online, hal ini tentunya mempunyai dampak yang positif juga negatif.
Game online mempunyai dampak positif karena dapat melatih kecerdasan misalnya game perang yaitu menyusun sebuah strategi ketika harus menyerang dan mempertahankan diri. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri juga, bahwa game online lebih banyak mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan anak yaitu game online dapat membuat seorang anak kecanduan, selain itu timbulnya rasa malas untuk melakukan aktivitas lainnya seperti belajar. Game online juga dapat menimbulkan dapat negatif terhadap perkembangan anak sekolah dasar terutama pada kecerdasan interpersonal anak.
Adanya game online atau teknologi, kecerdasan interpersonal anak terutama dalam aspek kerjasama juga akan terganggu. Hal ini dikarenakan melalui game online, anak akan lupa dengan sosialisai atau lingkungan sekitar. Seorang anak cenderung asyik bermain sendiri dengan hpnya dan enggan berkerjasama dengan teman sebayanya.
Masa perkembangan anak usia 10 tahun membutuhkan sosialisasi dengan teman sekitar, lingkungannya, dan dirinya sendiri. Masa perkembangan anak sangatlah penting terutama masa perkembangan anak sekolah dasar. Aristoteles mengungkapkan bahwa masa perkembangan anak dibagi menjadi 3 periode yaitu masa kecil mulai umur 0-7 tahun, umur 7-14 tahun masa anak belajar atau sekolah tingkat rendah, dan yang terakhir umur 14-21 tahun yaitu masa remaja dan pubertas. Pada usia 10 tahun, seorang anak mulai menunjukkan keinginan berkomunikasi dengan dunia secara luas. Anak-anak dengan usia 10 tahun menunjukkannya dengan suatu kegemaran atau hal yang ia senangi yang biasa disebut dengan hobby. Anak dengan usia masa bermain sudah tidak ingat lagi
6
dengan hal yang lain ketika sudah melakukan suatu kegiatan yang ia senangi, sehingga masa perkembangan anak begitu penting.
Suyadi (2014: 33) menjelaskan bahwa masa perkembangan anak mempunyai dampak yang begitu besar terhadap kecerdasan interpersonal anak. Kecerdasan interpersonal adalah suatu kecerdasan yang ditunjukkan dengan ke mampuan anak ketika bersosialisasi dengan orang lain, seperti mudah bergaul, bekerja sama, memahami orang lain. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak yang berguna dalam masa perkembangan anak yaitu melalui bermain, salah satunya permainan tradisional. Bermain mempunyai banyak hal positif dalam masa perkembangan anak, terutama anak sekolah dasar. Sahidun (2018: 14) menjelaskan bahwa melalui bermain, anak akan diberikan kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Selain itu, melalui bermain seorang anak juga dapat bereksplorasi dan bereksperimen tentang sekitarnya.
Seriati & Hayati (2012: 14) mengungkapkan permainan tradisional telah terbukti dapat merangsang keterampilan sosial anak. Dharmamulya mengungkapkan permainan tradisional juga mempunyai nilai-nilai budaya antara lain yaitu melatih sikap mandiri, berani, bertanggungjawab, jujur, kerjasama, saling membantu, saling menjaga, membela, berjiwa demokrasi, patuh, ketepatan berpikir dan bertindak, tidak cengeng.
Akan tetapi pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi di Desa Tenggeles RT 3 RW 2, masih banyak ditemukan anak yang hanya fokus bermain hp dan tidak bersosalisasi dengan lingkungannya. Hal ini ditemukan pada anak usia 10 tahun, padahal anak dengan usia 10 tahun perlu pembentukan sikap kerjasama untuk meningkatkan kecerdasan interpersonalnya. Selain itu, anak-anak sekarang tidak mengetahui permainan tradisional gobak sodor. Mulai luntur dan hilangnya nilai budaya, padahal setiap jenis permainan tradisional perlu dilestarikan. Permainan tradisional gobak sodor merupakan salah satu permainan tradisional yang memiliki nilai kerjasama yang tinggi. Sehingga permainan tradisional mampu untuk meningkatkan sikap kerjasama sebagai bentuk kecerdasan interpersonal di era 4.0.
Sikap kerjasama anak perlu ditingkatkan karena setiap anak membutuhkan bantuan orang lain dan akan hidup menjadi manusia sosial. Serli (2014: 109-114) menjelaskan bahwa sikap sosial adalah sebuah kegiatan berinteraksi dengan orang lain.
Perkembangan sikap sosial dapat dikembangkan melalui permainan tradisional. Adanya permainan tradisional mampu meningkatkan rasa sosialisasi dan rasa kerjasama antar anak. Salah satu permainan tradisional yang sering dimainkan anak adalah gobak sodor.
7
Gobak sodor merupakan permainan olahraga beregu yang membuthkan kerjasama.
Ariyanti (2014: 10-20) mengungkapkan dalam pelaksanaannya pada permainan gobak sodor juga terlibat beberapa unsur penguasaan seperti keterampilan teknik, taktik, fisik, serta mental. Gobak sodor merupakan salah satu permainan tradisional yang dilakukan disebuah arena bujursangkar yang dibatasi oleh kapur, terdiri dari tim jaga dan tim lawan. Jika pemain tersentuh penjaga, maka kedua tim bergantian sebagai tim pemain dan tim jaga. Gobak sodor mempunyai kelebihan untuk mengasah sikap kerjasama seorang anak. Hal ini dikarenakan, dalam permainan gobak sodor sangatlah diperlukan strategi dan kerjasama agar tim tim pemain tidak tersentuh oleh tim jaga.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini & Nurhafizah (2020) yang mendapatkan hasil bahwa permainan tradisional gobak sodor mampu merangsang sikap kerjasama anak. Hal ini dikarenakan permainan gobak sodor berfiat tim dan mempunyai tujuan untuk mencapai kemenangan, sehingga anak yang awalnya mempunyai rasa kerjasama yang rendah akan berusaha berkerja sama dalam meraih kemanangan.
Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa permainan tradisional yaitu gobak sodor mempunyai banyak manfaat salah satunya dalam kecerdasan interpersonal anak usia 10 tahun dalam aspek kerjasama. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Implementasi Permainan Gobak Sodor Dalam Meningkatkan Sikap Kerjasama Anak Usia 10 Tahun Di Era 4.0”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan peneliti di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana dampak permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama anak?
2) Bagaimana kriteria kerjasama anak?
3) Factor apa saja yang mempengaruhi kriteria kerjasama anak?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis dampak permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama anak.
2) Menganalisis kriteria kerjasama anak.
3) Mendiskripsikan factor apa saja yang dapat mempengaruhi kriteria kerjasama anak.
8 1.4 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian kali ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai internalisasi kecerdasan interpersonal anak usia 10 tahun dalam aspek kerjasama melalui permainan tradisional yaitu gobak sodor sehingga menambah khasanah pengetahuan terutama dibidang kecerdasan interpersoanl anak dan perkembangan anak.
2) Manfaat Praktis
(1) Manfaat Bagi Anak
a. Meningkatkan sosialisasi terutama dalam aspek kerjasama dengan teman sebaya.
b. Meningkatkan interaksi dengan teman sebaya.
c. Anak bisa berkesplorasi tentang dirinya sendiri, teman, dan lingkungannya.
(2) Manfaat Bagi Orang Tua
a. Memberikan informasi bahwa melalui permainan tradisional gobak sodor efektif terhadap internalisasi sikap kerjasama dalam bentuk kecerdasan interpersonal.
(3) Manfaat Bagi Peneliti Lain
a. Memberikan referensi dan pengetahuan mengenai penelitian tentang permainan tradisional gobak sodor dalam internalisasi sikap kerjasama sebagai bentuk kecerdasan interpersonal anak sehingga dapat melengkapi penelitian terdahulu.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Sesuai dengan judul penelitian “Implementasi Permainan Gobak Sodor Dalam Meningkatkan Sikap Kerjasama Anak Usia 10 Tahun Di Era 4.0” maka peneliti ini akan fokus pada penerapan permainan tradisional gobak sodor untuk meningkatkan sikap kerjasama anak usia 10 tahun.
1.6 DEFINISI OPERASIONAL
Sesuai dengan judul penelitian “Implementasi Permainan Gobak Sodor Dalam Meningkatkan Sikap Kerjasama Anak Usia 10 Tahun Di Era 4.0” maka definisi operasional dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
9 1) Permainan Tradisional
Permainan tradisional adalah suatu bentuk kegiatan permainan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Permainan tradisional mempunyai banyak manfaat, salah satunya yaitu dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan secara holistik dan terintegrasi.
Selain itu permainan tradisional juga dapat mengembangkan dan membangun sikap kerjasama dan sosial emosional anak.
2) Gobak Sodor
Gobak sodor adalah suatu oermainan didalam area bujur sangkar yang dibatasi dengan garis kapur yang terdiri dari 2 tim terdiri dari tim jaga dan tim pemain dengan masing-masing tim beranggotakan 4-5 anak. Dalam bermain gobak sodor sangatlah dibutuhkan kerjasama agar tidak tersentuh oleh tim jaga. Hal ini dikarenakan jika salah tim pemain tersentuh oleh tim jaga, maka otomatis tim pemain akan gagal dan bergantian menjadi tim jaga.
3) Sikap Kerjasama
Kerjasama adalah suatu sikap anak yang diasah untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi yang dilakukan oleh anak dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan memahami satu sama lain. Kerjasama mempunyai ciri-ciri yaitu anak dapat bergabung dalam suatu kelompok bermain, mempunyai sikap saling berbagi, saling mengerti, selain itu anak juga dapat bertanggungjawab atas suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan dengan tujuan yang sama.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan disampaikan konsep-konsep teoritis yang mendasari pelaksanaan penelitian, yang di dalamnya membahas mengenai teori penelitian yang relevan, yang di dalamnya akan membahas permainan tradisional gobak sodor, meliputi: pengertian permainan tradisional, pengertian permainan gobak sodor, cara bermain permainan gobak sodor dan aturan permainan gobak sodor, nilai-nilai dalam permainan gobak sodor, unsur kerjasama dalam permainan gobak sodor. Kemudian akan di bahas mengenai sikap kerjasama, meliputi pengertian sikap kerjasama, tujuan kerjasama, indicator sikap kerjasama, factor yang mempengaruhi sikap kerjasama.
2.1 Kajian Teori
1) Permainan Tradisional Gobak Sodor
(1) Pengertian Permainan Tradisional
Ali & Aqobah (2020: 71) mengungkapkan Permainan tradisional adalah suatu permainan yang berasal dari suatu daerah tertentu yang berpegang teguh pada adat dan norma tertentu. James Danandjaja mengungkapkan bahwa permainan tradisional adalah suatu bentuk permainan anak-anak yang beredar secara lisan, berbentuk tradisional dan diwarisi secara turun temurun serta mempunyai banyak variasi. Azizah (2016: 284) menjelaskan permainan tradisional sudah tumbuh dan verkembang sejak zaman dahulu dan setiap daerah memiliki jenis permainan tradisional yang berbeda-beda. Kurniati (2016: 2) mengemukakan bahwa permainan tradisional merupakan suatu permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu serta mempunyai nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sedangkan Haris (2016: 16) mendefinisikan bahwa permainan tradisional merupakan simbol dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan manfaat di dalamnya.
Mulyani (2016: 10-20) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional terdiri dari 7 nilai yaitu demokrasi, pendidikan, kepribadian, keberanian, kesehatan, persatuan, dan moral. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa permainan
11
tradisional adalah suatu permainan secara turun temurun yang mempunyai nilai-nilai budaya dan tatanan kehidupan masyarakat.
(2) Pengertian Permainan Gobak Sodor
Achroni (2012: 55) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok dan jumlah pemain harus genap. Mulyani (2016: 161) mengungkapkan bahwa permainan tradisional gobak sodor adalah permainan kelompok yang terdiri dari 2 tim dengan masing kelompok terdiri dari 3-5 orang. Ariyanti (2014: 12) menerangkan bahwa permainan gobak sodor adalah suatu permainan yang dilakukan di dalam area bujursangkar yang dibatasi oleh garis kapur yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan yang masing-masing tim terdiri dari 3-5 orang.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan, masing-masing tim terdiri dari 4-6 orang.
(3) Cara dan aturan Permainan Gobak Sodor
Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo (2019: 664) mengungkapkan bahwa permainan gobak sodor mempunyai lapangan yang berbentuk persegi empat yang luasnya disesuaikan dengan jumlah pemain. Permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim dan masing-masing tim terdiri dari 3 orang atau lebih.
Permainan gobak sodor mempunyai aturan yaitu tim jaga menghalangi tim lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara bolak-balik dalam are yang telah ditentukan. Tingkat kesulitannya yaitu tim yang bermain harus bisa melewati tim jaga tanpa tersentuh sehingga dibutuhkan kecakapan dalam berlari dan strategi yang tepat. Achroni (2012: 58) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim yaitu tim penjaga dan tim lawan sebagai pemain. Setiap anggota tim pemain harus berusaha untuk mencapai garis belakang arena dan tim penjaga akan menyentuhnya. Jika tersentuh, maka kedua tim bergantian sebagai pemain dan penjaga. Iswinarti (2017: 112) mengungkapkan bahwa aturan permainan gobak sodor yaitu setelah pemain terbagi menjadi 2 tim, maka kedua tim bersiap untuk menjadi pemain dan tim jaga bersiap digaris yang telah ditentukan. Selanjutnya, penjaga 1 hanya bias bergerak disepanjang garis 1, penjaga 2 hanya bias bergerak disepanjang garis
12
2, dan seterusnya. Tim pemain harus melewati tim jaga dari garis pertama hingga akhir tanpa tersentuh. Ketika ada pemain yang lolos maka itulah yang pemenangnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa cara dan aturan dalam bermain gobak sodor adalah permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim yang beranggotakan 3-5 orang. 2 tim tersebut ada tim jaga dan tim pemain. Tim pemain harus bias melewati tim jaga tanpa tersentuh sama sekali. Jika tim pemain tersentuh, maka posisinya akan bertukar yaitu tim jaga menjadi tim pemain, dan tim pemain menjadi tim jaga, begitulah seterusnya hingga ada yang menjadi pemenang. Implementasi permainan gobak sodor dalam meningkatkan kerjasama siswa sebagai berikut:
Langkah-Langkah Permainan Gobak Sodor
Aktivitas Anak
Membuat garis/lapangan gobak sodor Anak membuat garis/lapangan permainan gobak sodor
Pemain dibagi menjadi 2 tim. Terdiri dari tim jaga dan tim lawan.
Anak melakukan hompimpa untuk penentuan anggota kelompok secara heterogen. Setelah kelompok terbentuk, ketua kelompok melakukan suit untuk menentukan tim jaga dan tim lawan.
Tim jaga akan menjaga lapangan, dan tim lawan melewati tim jaga tanpa tersentuh.
Kelompok tim jaga menjaga lapangan. Penjaga garis horizontal tugasnya menghalangi lawan dibagian garis horizontal agar tidak bisa melewati garis batas. Sedangkan penjaga vertical menjaga keseluruhan garis vertical. Sedangkan tim lawan harus melewati tim jaga dari depan ke belakang kemudian kembali lagi ke depan tanpa tersentuh tim jaga.
13 (4) Nilai-nilai Permainan Gobak Sodor
Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo (2019: 665) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor mempunyai 5 nilai sebagai berikut:
a. Nilai kejujuran
Anak akan memiliki nilai kejujuran ketika bermain gobak sodor. Misalnya jika ia tersentuh oleh tim jaga maka ia akan mengakui bahwa ia sudah tersentuh, selain itu ia juga tidak keluar dari gari penjagaan.
b. Nilai sportivitas
Anak akan terbiasa bermain sportif dan tidak marah jika kalah serta mau menerima dengan lapang dada.
c. Nilai kerjasama
Anggota tim jaga akan berusaha untuk mempertahankan garis batas tersebut agar tim lawan tidak bisa melewati garis batas tersebut, sedangkan anggota tim yang bermain akan berusaha melewati garis bata secara bolak- balik. Sehingga kerjasama dalam permainan gobak sodor sangatlah dibutuhkan.
d. Nilai pengaturan strategi
Nilai strategi berguna untuk merangsang aktivitas berpikir seorang anak tentang bagaimana agar bisa menerobas dan mengecoh tim jaga agar tidak dapat tersentuh oleh tim jaga.
e. Nilai kepemimpinan
Dalam permainan gobak sodor sangatlah diperlukan. Hal ini digunakan agar cara dan strategi dalam bermain gobak sodor dapat tersusun dengan rapi. Nilai kepemimpinan didapat dengan menirukan dari anak yang lebih tua dalam memimpin sehingga anak yang lebih kecil mempunyai acuan dan panutan.
(Wulandari M. D., 2015, p. 1) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor yaitu kejujuran, kerjasama, kepemimpinan, penyusunan strategi, kelincahan, sportifitas, kekompakkan, demokrasi, perjuangan, skill, dan spiritual. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor yaitu sportivitas, kejujuran, kerjasama, penyusunan strategi, dan nilai kepemimpinan.
14
(5) Unsur Kerjasama Dalam Permainan Gobak Sodor
Susanto (2015: 183) menjelaskan bahwa kerjasama berarti sikap mau berkerjasama dengan kelompok. Prayuanti (2014: 13) menerangkan bahwa kerjasama yaitu suatu kemampuan berkerjasama dengan orang lain dan mengutamakan semangat kelompok. Dalam proses berkerjasama, seorang anak dilatih untuk lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu.
Nugraha (2014: 6-16) mengungkapkan bahwa kerjasama adalah berkerjasama dalam suatu kelompok, menyelesaikan suatu permasalahan secara bersama-sama dan memainkan permainan sebagai satu tim. Kristiani, Manuaba, & Darsana (2017: 182) mengungkapkan bahwa sikap kerjasama sangatlah diperlukan bagi perkembangan anak. Kerjasama mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk lebih menyiapkan anak denga-pn berbagai macam keterampilan baru agar terus berkembang, membentuk kepribadian anak agar dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi, selain itu sikap kerjasama juga mempunyai tujuan untuk menciptakan mental anak agar anak mempunyai rasa percaya diri dan mudah beradaptasi. Husdarta (2011: 115) menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu gejala untuk menyelesaikan suatu permasalahan untuk mencapai kepentingan bersama dan tujuan bersama. Sehingga sikap kerjasama harus dibiasakan dan dimulai sejak masa kanak-kanak terutama di dalam kehidupan keluarga dan lingkungannya.
Khasanah (2015:3-4) mengungkapkan bahwa melalui sikap kerjasama, seorang anak mampu mengembangkan kemampuan social emosionalnya seperti beajar tanggungjawab, berbagi, saling membantu, dan mampu menyelesaikan masalah dalam kelompok. Salah satu alat yang digunakan untuk bermain dan menumbuhkan sikap kerjasama adalah permainan tradisional gobak sodor. Maryanti (2014: 17) menjelaskan bahwa permainan tradisional yang dimaksud adalah permainan tradisional yang sifatnya beregu yang dapat melatih rasa social yang tinggi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa melalui permainan tradisional gobak sodor, sikap kerjasama anak dapat berkembang. Hal ini dikarenakan dalam permainan gobak sodor, seorang anak mau tidak mau akan dituntut untuk berkerjasama dengan timnya.
15 2) Sikap Kerjasama
(1) Pengertian Sikap Kerjasama
Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson (2014: 164) menerangkan bahwa kerjasama adalah suatu pengelompokkan yang ada diantara makhluk hidup. Soekanto (2012: 66) menjelaskan bahwa kerjasama merupakan usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Restu, Mareza, & Yuwono (2020: 24) menjelaskan bahwa kerjasama adalah suatu aktivitas yang terdapat di kelompok kecil yang terdapat kegiatan saling berbagi dan bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Elfindri (2012: 100) mengungkapkan bahwa sikap kerjasama adalah keinginan atau kemampuan untuk berkerjasama dengan orang lain secara berkelompok. Samani (2012: 51) mendefinisikan bahwa kerjasama adalah kemauan untuk bekerjasama dengan baik, mempunyai prinsip bahwa tujuan akan lebih mudah tercapai jika dikerjakan secara bersama-sama. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap kerjasama adalah suatu sikap anak yang diasah untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi yang dilakukan oleh anak dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan memahami satu sama lain.
(2) Tujuan kerjasama
Funali (2014: 60-61) menejelaskan bahwa kerjasama mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Memaksimalkan suatu bentuk proses kerjasama yang terjadi secara ilmiah diantara peserta didik.
b. Menciptakan suatu pembelajaran yang berpusat pada pesera didik.
c. Mampu mengembangkan pemikiran yang kritis dan keterampilan dalam pemecahan masalah.
d. Belajar menghargai konteks social.
e. Memupuk hubungan yang saling menghargai dan mendukung satu sama lain.
f. Membangun semangat belajar.
Maasawet (2010: 2) menjelaskan bahwa tujuan dari bekerjasama adalah untuk mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi, meningkatkan minat, sikap toleransi, sikap sosialisasi serta percaya diri terhadap setiap perbedaan yang ada di individu. Berdasakarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
16
tujuan kerjasama adalah mengembangkan tingkat pemikiran serta memupul hubungan yang saling mengahragai dan mendukung satu sama lain.
(3) Indicator Sikap Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu sikap yang harus dikembangkan. Sikap kerjasama memiliki beberapa indicator. Isjoni (2013: 65) menjelaskan bahwa indicator sikap kerjasama sebagai berikut:
Tabel Indikator Sikap Kerjasama Menurut Isjoni (2013: 65)
No. Indikator
1. Penggunaan kesepakatan 2. Menghargai kontribusi 3. Berbagi tugas
4. Berada dalam sebuah tim atau kelompok 5. Mendorong partisipasi
Kemendiknas (2010: 36) mengungkapkan bahwa kerjasama mempunyai indicator sebagai berikut:
Tabel Indikator Sikap Kerjasama Menurut Kemendiknas (2010: 36)
No. Indikator
1. Memberikan suatu pendapat dalam kerja kelompok 2. Mendengarkan dan memberi pendapat dalam diskusi 3. Ikut dalam kegiatan social dan budaya sekolah
17
Fitri (2012: 107) menjelaskan bahwa kerjasama mempunyai beberapa indicator sebagai berikut:
Tabel Indikator Menurut Fitri (2012: 107)
No. Indikator
1. Menggabungkan antara tenaga pribadi dan orang lain untuk mencapai tujuan bersama – sama.
2. Membagi tugas bersama orang lain dengan tujuan yang sama.
Davis (2014: 77) mengungkapkan bahwa indicator kerjasama tim adalah sebagai berikut:
Tabel Indikator Sikap Kerjasama Menurut Davis (2014: 77)
No. Indikator
1. Mempunyai tujuan yang sama.
2. Antusiasme.
3. Peran dan tanggungjawab yang jelas.
4. Komunikasi.
5. Adanya kesepakatan dalam menyelesaikan konflik.
6. Pembagian tugas.
7. Adanya keahlian yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok.
Dari beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa indicator dari kerjasama sebagai berikut:
No. Indikator
1. Mempunyai tujuan yang sama 2. Saling berbagi tugas
3. Menghargai kontribusi 4. Saling berpatisipasi 5. Adanya komunikasi
18 (4) Faktor yang Mempengaruhi Sikap Kerjasama
(Setiyanti, 2012, p. 63) mengungkapkan bahwa kerjasama mempunyai beberapa factor yaitu sebagai berikut:
a. Mengakui kemampuan masing-masing.
b. Mengerti dan memahami masalah yang dihadapi.
c. Mempunyai komunikasi yang baik.
d. Memahami kesulitan dan kelemahan antar anggota.
e. Koordinasi yang baik.
f. Adanya keterbukaan dan kepercayaan.
g. Melibatkan anggota lain.
Muhaimin (2010:1) menjelaskan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi sikap kerjasama, sebagai berikut:
a. anak berada pada lingkungan yang positif dan bebas tekanan.
b. Menyampaikan suatu pesan secara verbal dan non verbal.
c. Melibatkan anak dalam berkomunikasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa factor- faktor yang mempengaruhi kerjasama adalah saling menghargai, mempunyai komunikasi yang baik. Selain itu diperlukan koordinasi yang baik dan melibatkan anggota lain dalam berkomunikasi atau memberikan pendapat.
2.2 Kajian Penelitian Relevan
Selain itu, di dalam penelitian ini juga terdapat beberapa jurnal penelitian relevan.
Jurnal penelitian relevan adalah suatu jurnal penelitian yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Di bawah ini merupakan jurnal penelitian relevan adalah Penelitian yang dilakukan oleh (Junanto, Lindarti, & Syamsiyati, 2020) dengan judul “Cublak-Cublak Suweng Sebagai Alternatif Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal anak meningkat setelah bermain permainan tradisional cublak-cublak suweng. Hal ini menunjukkan bahwa cublak-cublak suweng bersifat hiburan dan mempunyai nilai-nilai yang salah satunya untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak seperti nilai kebersamaan. Selain itu, juga mengajarkan kepatuhan pada peraturan permainan dan sabar dalam mengantri menunggu giliran, serta meningkatkan komunikasi anak yang menjadi indikator kecerdasan interpersonal anak.
19
Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Ekayati, 2015) dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional “Gobag Sodor” Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal Pada Anak Usia Dini”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional Gobag Sodor berpengaruh terhadap kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Hal ini dibuktikan dengan nilai uji F yang menunjukkan korelasi antara permainan tradisional gobag sodor dengan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Anggraini & Nurhafizah, 2020) dengan judul “Stimulasi Kemampuan Kerjasama Anak dengan Permainan Gobak Sodor Ditaman Kanak-kanak”. Hasil penelitian menujukkan bahwa permainan tradisional gobak sodor mampu merangsang sikap kerjasama anak. Hal ini dikarenakan permainan gobak sodor merupakan permainan yang bersifat tim dan mempunyai tujuan agar dapat meraih kemenangan, sehingga anak yang awalnya mempunyai rasa kerjasama yang rendah akan berusaha untuk bekerja sama dalam meraih tujuan yaitu kemenangan agar tidak tersentuh oleh tim jaga.
2.3 Kerangka Berpikir
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan tentang kecerdasan interpersonal yang mempunyai arti suatu bentuk kecerdasan yang ditunjukkan dengan cara anak bersosialisasi, bergaul, berkerjasama, serta kemampuan untuk mengikuti kegiatan akademik. Sikap kerjasama sebagai bentuk kecerdasan interpersonal dapat diwujudkan melalui permainan tradisional salah satunya yaitu gobak sodor. Permainan tradisional adalah suatu permainan secara turun temurun yang mempunyai nilai-nilai budaya dan tatanan kehidupan masyarakat. Akan tetapi, pada era 4.0 ini, permainan tradisional semakin memudar. Banyak anak-anak zaman sekarang yang tidak tau permainan tradisional gobak sodor.
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang akan dibahas, maka kerangka berpikir yang akan peneliti gunakan yaitu konsep dari permainan gobak sodor yang dijadikan sebagai peningkatan sikap kerjasama, dampak adanya permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama. Dampak adanya permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama akan dipengaruhi beberapa factor dan kriteria dari kerjasama. Penjelasan mengenai kerangka berpikir sesuai dengan latar belakang yang telah peneliti uraikan.
Dari beberapa langkah tersebut, peneliti diharuskan untuk menganalisis serta memahami dan mendalami mengenai apa yang akan diteliti sehingga akan tercipta suatu tujuan penelitian dan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan, serta bermanfaat bagi masyarakat. Pengetahuan mengenai permainan tradisional yang sedikit bisa
20
mengakibatkan permainan tersebut bisa hilang. Melalui hal ini peneliti mencoba meneliti internalisasi permainan tradisional gobak sodor sebagai bentuk sikap kerjasama dalam kecerdasan interpersonal. Maka kerangka berpikir yang peneliti gunakan sebagai berikut:
PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR
permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan,
masing-masing tim terdiri dari 4-6 orang.
DAMPAK PERMAINAN GOBAK SODOR TERHADAP SIKAP KERJASAMA ANAK
ASPEK KERJASAMA Suatu bentuk sikap yang mengutamakan kepentingan bersama
untuk mencapai tujuan bersama.
KRITERIA KERJASAMA ANAK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tenggeles RT 3 RW 2 yang terdapat di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus yang terdiri dari anak usia 10 tahun. Hal ini dikarenakan di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 sangat banyak anak yang tidak mengetahui permainan gobak sodor terutama anak yang berusia 10 tahun. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian di Desa Tenggeles. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2021 – 10 Januari 2022.
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian campuran (Mixed Methods) yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Sugiyono (2016: 297) menerangkan bahwa metode penelitian kombinasi adalah metode yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif yang digunakan secara bersama- sama dalam sebuah penelitian untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, valid reliabel, dan objektif.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Participatory Action Research (PAR). Participatory Action Research PAR merupakan jenis penelitian yang hampir sama dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mikkelsen. B (2003) mengungkapkan bahwa PAR merupakan suatu penelitian yang melibatkan beberapa orang dalam penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengubah dan memperbaiki.
Affandi (2013) menjelaskan bahwa Participatory Action Research (PAR) adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari suatu paradigma baru tentang ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan pengetahuan tradisional.
(Hardjodipuro, 2014, p. 20) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pendekatan yang memperbaiki proses pembelajaran dengan mendorong kreativitas para guru agar kritis terhadap praktik secara professional. (Iskandar &
Narsim, 2015, p. 6) mengungkapkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru karena ditemukannya suatu permasalahan nyata saat pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan. (Suyadi, 2015, p. 14) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pengamatan dalam bentuk tindakan terhadap proses kegiatan belajar
20
mengajar yang sengaja dimunculkan yang terjadi dalam sebuah kelas. Jadi, perbedaannya Participatory Action Research (PAR) dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terletak pada tempat pelaksanaannya. Jika Participatory Action Research (PAR) dilaksanakan di masyarakat, sedangkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di kelas. Akan tetapi Participatory Action Research (PAR) dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga mempunyai persamaan yaitu sama-sama bersiklus dan mempunyai siklus yang sama yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
Penelitian ini akan melibatkan beberapa anak dilingkungan masyarakat yang sesuai dengan kata PAR yang selalu berhubungan yaitu partisipasi, riset, dan aksi. Ketiga kata itu selalu berkaitan satu sama lain. Artinya suatu hasil penelitian yang telah dilakukan secara partisipasif kemudian diimplementasikan ke dalam aksi. Aksi partisipasif yang benar akan menjadi tepat sasaran, begitupun sebaliknya. Aksi yang didasarkan pada riset aksi yang tidak memiliki dasar permasalahan dan kondisi subyek penelitian yang sebenarnya akan menjadi kontraproduktif. Setelah kegiatan aksi, maka akan dilanjutkan dengan evaluasi dan refleksi. Penelitian ini berfokus pada permainan tradisional gobak sodor sebagai bentuk internalisasi kecerdasan interpersonal anak aspek kerjasama.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini melalui metode PAR adalah sebagai berikut:
1) Persiapan sosial yaitu terlibat langsung dalam studi pendahuluan dengan anak-anak disekitar tempat tinggal.
2) Identifikasi data dan fakta sosial yang dikaitkan dengan kondisi anak-anak dilingkungan sekitar. Melalui pengamatan dan identifikasi, banyak anak yang hanya fokus kepada gadget dan bermain game online secara individual.
3) Analisis sosial yang digunakan untuk mediskusikan dan mengurai realitas sosial yang terjadi dalam perkembangan kecerdasan interpersonal anak dengan aspek kerjasama. Tahapan ini dilakukan pada saat survey lokasi dan wawancara langsung dengan anak-anak usia 10 tahun.
4) Perumusan masalah.
5) Mengorganisir gagasan-gagasan yang muncul guna mencari peluang yang mungkin bisa dilakukan untuk memecahkan masalah dengan memperhatikan kemungkinan keberhasilan dan kegagalannya.
6) Merumuskan rencana yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yaitu melalui permainan tradisional gobak sodor.
7) Aksi untuk perubahan.
21
8) Observasi evaluasi yaitu pengamatan yang berguna untuk menilai keberhasilan dan kegagalan.
Peneliti melakukan pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket, observasi, dan dokumentasi. Setelah data kuantitatif didapatkan, peneliti kemudian menganalisis data menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Setelah itu, peneliti mengumpulkan data kualitatif dengan bentuk wawancara dan analisis dokumentasi. Setelah data kualitatif didapatkan, peneliti kemudian menganalisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Setelah kedua jenis data didapatkan dan selesai dianalisis, kemudian peneliti menarik sebuah kesimpulan.
Di bawah ini merupakan bagan langkah-langkah dari penelitian sebagai berikut:
3.3 Populasi Dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dipelajari oleh peneliti dan diambil kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles dengan jumlah 12 anak. Pemilihan anak usia 10 tahun dikarenakan anak usia 10 tahun hanya focus pada game online dan kurang bekerjasama dengan teman sebayanya. Padahal sikap kerjasama sangatlah penting bagi perkembangan anak usia 10 tahun.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari dan meneliti seluruh populasi tersebut. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, maka peneliti
STUDI PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI DATA DAN FAKTA
ANALISIS SOSIAL
PERUMUSAN MASALAH MENGORGANISIR
GAGASAN PEMECAHAN
MASALAH
AKSI PERUBAHAN OBSERVASI
EVALUASI
KESIMPULAN
22
hanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Teknik sampling adalah teknik pengambilan atau menentukan sampel dalam penelitian. Metode yang dipilih peneliti adalah sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, hal ini dilakukan bila jumlah populasi kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah 12 orang anak yang berusia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.
3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data
Widoyoko (2017: 35) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah bahan, keterangan, kenyataan suatu informasi yang dapat dipercaya.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif berupa angket, sedangkan penelitian pengumpulan data kualitatif berupa wawancara, pengamatan, dan dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.4.1 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kuantitatif 3.4.1.1 Kuesioner
3.4.1.1.1 Pengertian Kuesioner
Widyoko (2017: 52) mengungkapkan bahwa kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang efisien jika mengetahui variable yang akan diukur dan mengetahui apa yang bisa diharapkan dari responden. Silalahi (2012:
296) menjelaskan bahwa kuesioner adalah kumpulan pertanyaan yang diformulasikan supaya responden mencatat jawabannya. Sugiyono (2010: 199) berpendapat bahwa kuesioner merupakan pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa kuesioner adalah kumpulan pertanyaan atau pernyaatan tertulis yang efisien dan responden harus menjawabnya.
3.4.1.1.2 Tujuan Kuesioner
(Nasution, 2014, p. 128) mengungkapkan kuesioner digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel atau sumber yang beraneka ragam yang lokasinya tersebar di daerah yang luas, nasional atau internasional. (Hatimah, Susilana, & Aedi, 2010, p. 203) menjelaskan bahwa tujuan kuesioner bertujuan untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan yang diketahuinya. (Narbuko & Achmadi, 2013, p. 77) mengungkapkan bahwa tujuan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi
23
yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kuesioner adalah untuk mendapatkan informasi dan keterangan dari responden tentang apa yang dialami dan yang diketahuinya.
3.4.1.1.3 Instrumen Penelitian
Sugiyono (2014: 134) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrument angket atau kuesioner dengan kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Angket
No. Indikator No.butir soal Jumlah soal
1. Pengetahuan anak terhadap permainan tradisional
1,2,3,4,5 5
2. Minat anak terhadap permainan gobak sodor 6,7,8,9,10 5 3. Bentuk sikap kerjasama anak 11,12,13,14,15 5
Jumlah 15
3.4.1.1.4 Jenis-jenis Kuesioner
(Nasution, 2014, pp. 129-132) menjelaskan bahwa menurut sifat jawabannya kuesioner dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Angket Tertutup
Angket tertutup merupakan angket yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Angket jenis ini dipilih bila peneliti cukup menguasai materi yang akan ditanyakan. Angket jenis ini sebagai alat ukur yang bersifat tertutup.
b. Angket Terbuka
Angket terbuka merupakan angket yang memberi kesempatan penuh jawaban sesuai dengan apa yang dirasa perlu oleh responden.
c. Kombinasi Angket Terbuka dan Angket Tertutup
Angket jenis ini digunakan sebagai kombinasi dan sebagai antisipasi jika meramalkan jawaban yang akan keluar. Angket tertutup dipilih bila peneliti dapat
24
meramalkan lebih dahulu jawaban yang akan keluar. Sedangkan angket terbuka digunakan bila jawaban tidak dapat diantisipasi karena sulit untuk dimasukkan ke dalam sejumlah kategori.
(Hatimah, Susilana, & Aedi, 2010, pp. 203-204) mengungkapkan bahwa jenis-jenis kuesioner ada 6 sebagai berikut:
a. Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka yaitu jenis kuesioner yang responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri yang bentuknya sama dengan kuesioner isian.
b. Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutp yaitu jenis kuesioner yang responen tinggal memilih jawaban yang telah disediakan yang bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda.
c. Kuesioner langsung
Kuesioner langsung yaitu jenis kueisoner yang responden menjawab pertanyaan seputar dirinya.
d. Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung yaitu jenis kuesioner yang responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain.
e. Check list
Check list yaitu jenis daftar isian yang bersifat tertutup, dan responden hanya menuliskan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia.
f. Skala bertingkat
Skala bertingkat yaitu jenis kuesioner yang jawaban responen dilengkapi dengan pernyataan bertingkat. Jenis kuesioner ini menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya.
(Narbuko & Achmadi, 2013, p. 77) mengungkapkan bahwa jenis kuesioner dibagi menjadi 2 sebagai berikut:
1. Menurut Prosedurnya
a. Angket Langsung merupakan angket yang dikirim dan dijawab oleh responden.
b. Angket Tidak Langsung merupakan angker yang dikirimkan kepada seseorang untuk mencari informasi tentang orang lain.
25 2. Menurut Jenis Penyusun Itemnya
a. Angket Tipe Isian merupakan bentuk angket yang harus dijawab oleh responden dengan bentuk format titik pada tiap pertanyaan. Angket tipe isian dibedakan lagi menjadi 2 sebagai berikut:
1) Angket Terbuka yaitu angket yang responnya tentang masalah yang dipertanyakan.
2) Angket Tertutup yaitu angket yang dijawab oleh responden secara oleh factor-faktor tertentu.
3) Angket Tipe Pilihan yaitu bentuk angket yang harus dijawab oleh responden dengan cara tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kuesioner terbagi menjadi 7 yaitu kuesioner tertutup, keusioner terbuka, kuesioner tertutup dan terbuka, kuesioner langsung, kuesioner tidak langsung, check-list, skala bertingkat.
3.4.2 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kualitatif 3.4.2.1 Wawancara
3.4.2.1.1 Pengertian Wawancara
Sugiyono (2015: 72) menjelaskan bahwa wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh 2 orang yang bertujuan untuk bertukar informasi maupun ide dengan cara Tanya jawab sehingga akan mendapatkan suatu kesimpulan atau makna dalam suatu topic tertentu. Subagyo (2011: 39) mendefinisikan wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dari responden. Supriyati (2011: 48) mengungkapkan wawancara adalah teknik pengambilan data melalui berbagai macam pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden. Dari berbagai pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengambilan data melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden.
3.4.2.1.2 Tujuan Wawancara
(Nasution, 2014, p. 114) menjelaskan bahwa tujuan wawancara merupakan untuk mengungkapkan kenyataan hidup seseorang, apa yang sedang dipikirkan dan diraskan orang. Wawancara dibagi menjadi 2 fungsi yaitu fungsi deskriptif dan fungsi eksploratif. Fungsi deskriptif adalah fungsi
26
yang digunakan untuk menggambarkan dunia kenyataan seseorang yang sedang dialami. Sedangkan fungsi eksploratif adalah permasalahan yang sedang dihadapi masih bersifat semu sehingga kita perlu melakukan penyelidikian secara mendalam.
(Yusuf, 2014, p. 372) mengungkapkan bahwa wawancara bertujuan untuk mencatat perasaan, emosi, maupun opini dan hal lain berkaitan dengan individu yang ada dalam suatu organisasi. (Narbuko & Achmadi, 2013, p. 86) menjelaskan bahwa tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi dan tidak berpengaruh ataupun untuk merubah pendapat responden.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi tentang kenyataan kehidupan seseorang baik emosi, perasaan, opini, dan permasalahan yang sedang dihadapi.
3.4.2.1.3 Instrumen Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrument wawancara. Lestari dan Yudhanegara (2015: 172) mengemukakan pedoman wawancara merupakan instrumen non tes yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang dipakai sebagai acuan untuk mendapatkan suatu data/informasi yang keadaan responden dengan tanya jawab. Peneliti melakukan wawancara dengan anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2. Peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur yaitu sebelum melakukan wawancara peneliti sudah menyiapakan lembar wawancara yang berisi pertanyaan seputar permainan tradisional dan sikap kerjasama.
27
Di bawah ini merupakan lembar pedoman wawancara adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Pedoman Wawancara
No. Aspek Indikator Nomor Butir Soal
1. Permainan Tradisional Gobak Sodor
Pengetahuan tentang permainan tradisional. 1 2. Pengetahuan tentang macam permainan tradisional. 2 3. Pengetahuan tentang hal-hal positif yang terkandung dalam
permainan tradisional.
3
4. Pengetahuan tentang permainan tradisional gobak sodor. 4
5. Cara dan aturan bermain gobak sodor. 5
6. Sikap
Kerjasama
Sikap yang terkandung dalam permainan gobak sodor. 6 7. Cara menyusun strategi dalam permainan gobak sodor. 7
8. Pengetahuan tentang sikap kerjasama. 8, 9, 10, 11, 12, 13
3.4.2.1.4 Jenis-jenis Wawancara
(Nasution, 2014, p. 117) mengungkapkan bahwa wawancara dibagi menjadi 2 sebagai berikut:
b. Wawancara Berstruktur
Wawancara berstruktur adalah wawancara yang pertanyaannya sudah dirumuskan terlebih dulu dengan cermat. Wawancara berstruktur merupakan wawancara terikat baik mengenai pertanyaan maupun jawaban.
Selain itu dalam wawancara dapat kita batasi lingkup masalah yang diselidiki. Jawaban responden terikat pada pertanyaan yang telah tersusun.
Semakin halus struktur wawancara makin terbatas kebebasan responden.
b. Wawancara Tak Berstruktur
Wawancara tak berstruktur merupakan wawancara yang daftar pertanyaannya tidak dipersiapkan. Pewawancara hanya menghadapi suatu permasalahan secara umum. Responden boleh menjawab secara bebas menurut isi hati dan pikirannya.
28
(Hatimah, Susilana, & Aedi, 2010, p. 209) menjelaskan bahwa wawancara dibagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang disusun secara rinci sehingga menyerupai check-list. Dalam wawancara terstruktur, pewawancara hanya membubuhkan tanda √ (check) pada nomor yang sesuai.
b. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan. Pada jenis wawancara ini, kreativitas pewawancara sangatlah diperlukan. Jenis wawancara tidak berstruktur ini sangatlah cocok pada penelitian kasus.
(Hardani, 2020, p. 140) mengungkapkan bahwa jenis wawancara ada 2 sebagai berikut:
a. Wawancara Terpimpin
Wawancara terpimpin adalah tanya jawab yang sudah terarah yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang relevan.
b. Wawancara Tak Terpimpin
Wawancara tak terpimpin adalah tanya jawab wawancara yang tidak terarah yang tidak memerlukan keterampilan dalam bertanya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpullkan bahwa jenis wawancara ada 2 yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur dimana pertanyaan sudah disiapkan.
3.4.2.2 Observasi
3.4.2.2.1 Pengertian Observasi
Sudaryo (2013) mendefinisikan bahwa observasi adalah suatu pengamatan terahadap objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memperoleh suatu data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Kristanto (2018) menjelaskan bahwa observasi adalah suatu proses yang diawali dengan pengamatan kemudian pencatatan yang bersifat sistematis, logis, objektif, dan rasional terhadap berbagai macam situasi yang sebenarnya maupun buatan. Semiawan (2010) mengungkapkan
29
bahwa observasi adalah suatu pengumpulkan data dengan cara mengamati langsung dari lapangan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan, bahwa observasi adalah suatu pengumpulan data dengan cara mengamati objek yang diteliti secara langsung di lapangan.
3.4.2.2.2 Tujuan Observasi
(Nasution, 2014, p. 106) menjelaskan bahwa tujuan observasi adalah untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Selain itu melalui observasi kita juga akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan social yang sukar diperoleh dengan metode lain. (Semiawan, 2010, p. 110) mengungkapkan bahwa tujuan observasi adalah menggambarkan keadaan objek yang diteliti secara mendalam agar peneliti mengerti situasi dan konteks serta dapat menggambarkannya secara alami. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan observasi adalah untuk menggambarkan dan memperoleh informasi tentang suatu objek yang diteliti secara mendalam.
3.4.2.2.3 Instrumen Observasi
Mahmud (2011: 165) insturmen penelitian adalah alat dan cara yang digunakan untuk mengumpulkan sebuah data. Pembuatan instrument diawali dengan membuat kisi-kisi lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan dalam pengumpulan data bertujuan untuk melihat bagaimana bentuk permainan gobak sodor serta bagaimana internalisasi permainan gobak sodor untuk meningkatkan kerjasama anak terkait kecerdasan interpersonal. Kisi-kisi lembar observasi dibuat berdasarkan teori yang terdapat dalam kemampuan kerjasama. W. Johnson (2010: 8-10) mengungkapkan bahwa kemampuan kerjasama dilandasi oleh 5 unsur yaitu ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi, komunikasi serta evaluasi. Dari kelima unsur tersebut, hanya 3 yang digunakan untuk membuat lembar observasi yaitu tanggungjawab, interaksi, dan komunikasi.
30
Adapun kisi-kisi lembar pengamatan untuk kemampuan kerjasama yang akan digunakan sebagai berikut:
Tabel 6 Pedoman Observasi No. Indikator/Aspek Yang Diamati 1. Keterampilan dalam bermain gobak sodor.
2. Strategi dalam bermain gobak sodor.
3. Pengetahuan cara bermain dan aturan gobak sodor.
4. Sikap kerjasama dalam bermain gobak sodor.
5. Komunikasi dalam bermain gobak sodor.
6. Interaksi antar teman dalam bermain gobak sodor.
7. Bentuk tanggungjawab dengan sesame tim.
8. Kekompakan tim.
3.4.2.2.4 Jenis Observasi
(Hardani, 2020, pp. 129-132) menjelaskan bahwa ada 3 jenis observasi yaitu sebagai berikut:
a. Observasi partisipasi (participant observation) adalah pengamat telibat langsung secara aktif dalam objek yang teliti atau ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diamati.
b. Observasi sistematis atau observasi berkerangka (structured observation) adalah observasi yang sudah ditentukan terlebih dahulu kerangkanya.
c. Observasi eksperimental ialah observasi yang dilakukan terhadap situasi yang sudah disiapakan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan.
(Sutabri, 2012, p. 22) mengungkapkan bahwa jenis observasi dibagi menjadi 3 sebagai berikut:
a. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah jenis observasi yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.
b. Observasi tidak terstruktur adalah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi. Sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
31
c. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang kemudian diangkat menjadi suatu objek penelitian
(Narbuko & Achmadi, 2013, p. 72) menjelaskan bahwa jenis observasi dibagi menjadi 3 sebagai berikut:
a. Observasi Partisipan
Observasi Partisipan adalah observasi yang dilakukan apabila orang yang melakukan observasi ikut andil atau berada dalam keadaan objek yang diobservasi.
b. Observasi Sistematik
Observasi Sistematik adalah observasi yang telah memuat kerangka factor-faktor yang telah diatur.
c. Observasi Eksperimental
Observasi Eksperimental adalah observasi yang dilakukan dimana observer yang memegang kendali atau situasi agar bisa diatur sesuai dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi dibagi menjadi 3 jenis yaitu observasi partisipasi, observasi sistematik, dan observasi ekperimental. Dalam pnelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipasi.
Observasi partisipasi merupakan observasi dimana peneliti ikut terlibat secara langsung dalam hal yang diamati.
3.4.2.3 Dokumentasi
3.4.2.3.1 Pengertian Dokumentasi
Herdiansyah (2010: 143) menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang telah ada. Sugiyono (2018: 476) menjelaskan bahwa dokumentasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan, maupun gambar yang dapat mendukung penelitian. (Hardani, 2020, p. 150) mendefinisikan bahwa dokumentasi adalah Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dokumentasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data melalui berbagai macam dokumen baik yang sudah ada maupun belum dalam bentuk buku, arsip, tulisan, maupun gambar.
32 3.4.2.3.2 Instrumen Dokumentasi
(Hatimah, Susilana, & Aedi, 2010, p. 206) Bentuk instrument dokumentasi dibagi menjadi 2 macam sebagai berikut:
a. Pedoman dokumentasi
Pedoman dokumentasi yaitu yang memuat garis besar atau kategori data yang akan dicari. Pada pedoman dokumentasi, peneliti hanya menuliskan tanda centang dalam kolom gejala.
b. Check-list
Check-list yaitu yang memuat daftar variable yang akan dikumpulkan datanya. Dalam bentuk check-list peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.
Dalam penelitian ini menggunakan pedoman dokumentasi sebagai berikut:
Tabel 7 Pedoman Dokumentasi
No. Data
1. Gambar 2. Video
3. Lembar angket 4. Lembar Wawancara 5. Lembar Observasi 3.4.2.3.3 Jenis Dokumentasi
(Hardani, 2020, p. 151) mengungkapkan bahwa dokumentasi dibagi 2 jenis sebagai berikut:
a. Dokumentasi Pribadi
Dokumen pribadi adalah suatu catatan atau karangan seseorang yang berisi pengalaman, tindakan ataupun kepercayaannya.
Dokumen pribadi meliputi buku harian, surat pribadi, dan otobiografi.
b. Dokumentasi Resmi
Dokumen resmi adalah suatu dokumen yang berisi catatan yang bersifat formal. Dokumen resmi dibagi menjadi 2 yaitu dokumen internal dan dokumen ekternal. Dokumen internal berupa intruksi, memo, pengumuman, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan di kalangan sendiri atau internal. Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan
33
oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah secara kuantitatif dan kualitatif.
Adapun penjelasan kedua teknik analisis tersebut adalah sebagai berikut:
3.5.1 Data Kuantitatif
Dalam mencari data kuantitatif menggunakan analisis data deskriptif yaitu dengan cara membandingkan data sebelum diberi tindakan atau treatment dan setelah diberi tindakan atau treatment. Data hasil observasi dapat dianalisis dengan cara mendeskripsikan bentuk kerjasama anak dalam kegiatan permainan gobak sodor yaitu dengan menggunakan lembar observasi kerjasama. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data uji N-gain. (Sundayana, 2014, p. 151) menjelaskan Uji N-gain adalah uji yang memberikan gambaran umum peningkatan skor antara sebelum dan sesudah diterapkannya suatu perlakuan. Rumus Uji N-gain adalah sebagai berikut:
g =
𝑃𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒Sedangkan terkait kategorinya kita bisa menggunakan interpretasi indeks Gain sebagai berikut:
Tabel Kritertia Menurut Sundayana (2014:151) N-Gain Score (g) Interpretasi
-1.00 < g < 0,0 Decrease
g = 0,0 Stable
0,0 < g < 0,30 Low
0,30 < g < 0.70 Average
0.70 < g < 1.00 High
3.5.2 Data Kualitatif
Dalam mencari data kualitatif dapat diperoleh dari bermain selama proses permainan berlangsung. Sugiyono (2016: 337) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
34 sehingga datanya sudah jenuh.
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2016: 337) menyatakan bahwa analisis interaktif terdiri dari data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Sugiyono (2016: 338) menjelaskan Reduksi data (data reduction) yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang paling penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
2. Sugiyono (2016: 341) mengemukakan penyajian data (data display) yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat narasi. Dengan mendisplaykan data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Sugiyono (2016: 345) mengungkapkan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/ verification) apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
35
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, K. (2012). Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan Tradisional . Jakarta: Javalitra.
Ali, M., & Aqobah, Q. J. (2020). Improving The Balance Movement Of Lower-Grade Students Through The Modification Of Engklek Traditional Games. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar , Vol.6 (1):
68-79.
Anggraini, R., & Nurhafizah. (2020). Stimulasi Kemampuan Kerjasama Anak dengan Permainan Gobak Sodor Ditaman Kanak-kanak. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vo.4(3); 3471-3481.
Ariyanti. (2014). Meningkatkan Kegiatan Sosial Emosional Melalui Permainan Gobag Sodor Pada Anak. Jurnal Ilmiah PG PAUD IKIP Veteran Semarang, Vol.2(2); 10-20.
Azizah, I. M. (2016). Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Permainan Tradisional Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Materi Gaya Di Kelas IV MIN Ngronggot Nganjuk. Dinamika Penelitian, Vo.16 (2): 280-308.
Christine, S. (2009). Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Davis, K., & Newstrom, J. (2014). Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Ekayati, I. A. (2015). Pengaruh Permainan Tradisional "Gobak Sodor" Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal Pada Anak Usia Dini. Didaktika, Vol.13 (3); 1-10.
Elfindri. (2012). Pendidikan Karakter: Kerangka, Metode, , Dan Aplikasi Untuk Pendidikan dan Profesional. Jakarta: Baduose Media.
Fitri, A. Z. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika Di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.
Funali, M. (2014). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Siswa Kelas V SDN I Siboang. Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol.4(1): 57-80.
Gardner, H. (2013). Multiple Intelligences, Kecerdasan Majemuk Teori Dalam Praktik. Tangerang Selatan: Interaksara.
Hardani. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Hardjodipuro. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineke Cipta.
Haris, I. (2016). Kearifan Lokal Permainan Tradisional Cublak-Cublak Suweng Sebagai Media Untuk Mengembangkan Kemampuan Sosial Dan Moral Anak Usia Dini. Jurnal AUDI, Vol.1(1): 15-20.
36
Hasan, P. H. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Hatimah, P., Susilana, D., & Aedi, D. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Husdarta. (2011). Sejarah Dan Filsafat Olahraga. Bandung: Alfabeta.
Isjoni. (2013). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung : Alfabeta.
Iskandar, D., & Narsim. (2015). Penelitian Tindakan Kelas Dan Publikasinya. Cilacap: Ihya Media.
Iswinarti. (2017). Permainan Tradisional: Prosedur Dan Analisis Manfaat Psikologis. Malang:
UMMPress.
Junanto, S., Lindarti, A., & Syamsiyati, R. N. (2020). Cublak-Cublak Suweng Sebagai Alternatif Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol.4(2); 68-82.
Kristiani, N. D., Manuaba, S., & Darsana, I. W. (2017). Pengaruh Metode Bermain Berbantuan Gobag Sodor Terhadap Kemampuan Bekerjasama Anak Kelompok A Di TK Gugus Mawar. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha, Vo.5(2): 178-188.
Kurniati, E. (2016). Permainan Tradisional Dan Perannya Keterampilan Sosial Anak. Jakarta:
Prenamedia Group.
Laksana, S. D. (2015). Urgensi Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah. Muaddib, Vol.5(1): 167-184.
Latif, M., Zukhairina, Zubaidah, R., & Afandi, M. (2014). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika Aditama.
Lewis, T., & Elaine B., J. (2014). Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Kaifa.
Maasawet, E. T. (2010). Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Belajar Biologi Siswa Melalui Strategi Inkuiri Terbimbing. Jurnal Biodeksi, Vol.2(1): 1-14.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Monawati. (2015). Hubungan Kecerdasan Interpersonal Dengan Prestasi Belajar. Pesona Dasar, Vol.3(3): 21-32.
Muhaimin, A. (2010). Meningkatkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Yogyakarta: Katahati.
Mulyani, N. (2016). Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta: DIVA Press.