1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi semakin membuat akses terhadap sesuatu menjadi lebih mudah. Selain itu akibat dari pesatnya perkembangan teknologi yaitu penyebaran informasi membuat arus komunikasi pun menjadi lebih cepat.
Komunikasi massa berkembang menjadi lebih luas lagi dengan adanya teknologi yang bernama internet membuat orang-orang lebih mudah mengakses sesuatu maupun menjangkau informasi yang terjadi baik dilingkungan sekitar mereka maupun ditempat yang jauh sekalipun.
Komunikasi massa merupakan salah satu proses komunikasi media.
Diantaranya dikemukakan Bittner bahwa komunikasi massa yaitu pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people) (Imran, 2012, hal. 48). Komunikasi massa ditujukan kepada masyarakat luas, tidak hanya tertuju pada seseorang maupun sekelompok saja.
Denis McQuail menjelaskan bahwa ciri utama media massa memang dirancang untuk menjangkau banyak khalayak yang kurang lebih anonim. Jay Black dan Frederick C menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen (Adhiarso, Utari, & Slamet, 2017, hal. 218).
Media massa dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Di era digital seperti sekarang, masyarakat menjadi lebih mudah untuk mengakses informasi terutama pada media massa. Masyarakat tidak hanya dapat mengakses informasi tetapi juga dapat terlibat menjadi orang yang menyebarkan informasi. Media massa pun mengalami perkembangan selama bertahun tahun, mulai dari munculnya media massa cetak seperti koran, majalah, tabloid, buku, dan lain-lain, lalu media massa
2 elektronik seperti televisi, radio, dan film hingga muncul istilah yang bernama media online. Media online merupakan sarana informasi yang berbasis online yang bisa diakses menggunakan internet. Media online merupakan media internet seperti website, media sosial, portal berita online, dan masih banyak lagi. Media ini dapat menyebarkan informasi dengan menjangkau khalayak yang luas dan dalam waktu yang singkat. Penyebaran informasi yang cepat ini pun terjadi karena adanya beragam media informasi yang dapat diakses oleh siapapun secara online (Prasanti, 2017, hal. 150). Kebutuhan informasi yang disediakan media online tentunya menjadi salah satu alternatif masyarakat dalam mencukupi asupan informasi masyarakat mengenai informasi apa yang sedang hangat saat ini. Sebagai sebuah hasil dari perkembangan teknologi komunikasi, media online menawarkan sebuah media yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar manusia bagi para penggunanya. Hal ini dikarenakan media online memiliki beberapa sifat diantaranya adalah interaktif dan egaliter (semua orang diperlakukan sama) (Aprinta, 2013, hal. 16).
Pengguna internet bisa berperan sebagai orang yang mengakses informasi maupun orang yang membagikan informasi yang dapat diakses oleh banyak orang terutama pada media sosial. Data dari We Are Social pada Januari 2021 menunjukkan pengguna internet di Indonesia mencapai 202 juta dengan pengguna aktif media sosial sebanyak 170 juta pengguna (Kemp, 2021). Hal ini dikarenakan media sosial menjadi salah satu tempat terjadinya penyebaran informasi secara cepat. Akses internet dan media sosial menjadi sangat mudah terutama jika menggunakan telepon pintar (Smartphone). Smartphone menjadi alat bantu yang penting dalam kehidupan manusia. Kehadiran Smartphone memberikan fasilitas komunikasi yang beraneka ragam, mulai dari sms, email, chatting, browsing, dan juga sosial media. Kehadiran Smartphone juga, memberikan fleksibilitas pada penggunanya untuk mengakses informasi dimana saja dan kapan saja. Media sosial adalah media yang digunakan oleh individu agar menjadi sosial, secara daring dengan cara berbagi isi, berita, foto dan lain-lain dengan orang lain (Rahadi, 2017, hal. 58). Fitur-fitur yang diberikan oleh media sosial menjadi sangat berpengaruh terhadap penyebaran informasi yang dibagikan oleh penggunanya (user). Tetapi hal
3 ini menjadi celah yang dimanfaatkan oleh oknum yang sengaja menciptakan hoax.
Narasi yang dibangun pada berita direkayasa sedemikian rupa seakan benar-benar merupakan informasi yang mengandung fakta yang sebenarnya padahal informasi yang disajikan tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
Media sosial tidak hanya digunakan sebagai bukti eksistensi diri di dunia maya saja, seiringnya waktu media sosial juga menjadi tempat penyebaran berbagai macam berita. Hal ini dikarenakan membuat berita melalui media sosial tidak membutuhkan berbagai macam proses yang panjang seperti pembuatan berita pada televisi, koran, maupun media massa lainnya selain itu arus penyebaran berita tergolong lebih mudah dan cepat untuk menjangkau banyak orang. Penggunaan media sosial diarahkan pada penciptaan teknik komunikatif dan interaktif dalam mencapai kepentingan bersama, tergantung pada pemahaman dan kecerdasan penggunanya (Machmud, Irawan, Karinda, & Susilo, 2021, hal. 320).
Menurut data Survei Literasi Digital Indonesia (Katadata, 2020) yang dilakukan oleh Katadata Insight Center yang bekerjasama dengan SiBerkreasi dan Kominfo dengan sampel dalam survei di 34 provinsi dengan jumlah 1670 responden, menyatakan bahwa 76% responden mendapatkan informasi dari media sosial, sementara 59.5% responden mendapatkan informasi dari televisi.
Gambar 1.1 Survei Literasi Digital Indonesia (2020) oleh Katadata Insight Center
4 Media sosial WhatsApp menjadi salah satu media yang paling dipercayai oleh para responden dengan presentase 55,2%. Sementara disusul oleh Facebook dengan persentase 27% responden. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak masyarakat yang lebih percaya pada berita yang disampaikan melalui media sosial dibandingkan dari platform lain. Terutama pada WhatsApp yang merupakan salah satu produk dari media sosial berbasis chatting, dimana penyebaran informasi sangat mudah untuk dilakukan melalui aplikasi tersebut. Setiap kali terdapat isu baru, media sosial menjadi salah satu tempat bagi masyarakat untuk membahasnya.
Tetapi berita yang tersebar melalui media sosial masih patut dipertanyakan kredibilitasnya. Apalagi jika sumber yang tertera bukan sumber yang valid bahkan tidak memiliki sumber yang jelas sama sekali. Sangat penting bagi para pengguna media sosial untuk selalu mengcrosscek isi berita untuk memastikan informasi yang terkandung dalam berita tersebut merupakan informasi yang asli dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Para pengguna media sosial sangatlah rentan dalam menyerap informasi yang ada di internet. Tidak sedikit dari mereka menelan mentah-mentah informasi yang mereka dapatkan dari media sosial tanpa mencoba untuk mencari tahu asal- usul informasi apakah berita yang disampaikan memberikan data yang valid ataukah tidak. Menurut Kominfo dalam situsnya (https://www.kominfo.go.id/co ntent/detail/13024/kemenkominfo-sebut-ada-5-etika-di-dunia-siber/0/sorotan_med ia), pola komunikasi masyarakat Indonesia dalam menanggapi informasi di dunia maya adalah 10 to 90. Pola komunikasi 10 to 90 artinya, hanya 10 persen yang
Gambar 1.2 Survei Literasi Digital Indonesia (2020) oleh Katadata Insight Center
5 memproduksi informasi, sementara 90 persen lainnya menyebarkan informasi tersebut. Hoax terkesan menjadi booming terutama didukung oleh pola penggunaan internet masyarakat yang lebih banyak untuk akses jejaring sosial dan instant messaging (Mustika, 2018, hal. 44). Pola penggunaan tersebut dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dalam penyebaran berita maupun informasi palsu di media sosial. Kemajuan dan ragam media komunikasi yang dimiliki oleh masyarakat menyebabkan masyarakat dan negara menghadapi efek hoax sebagai akibat communication jammed yang terjadi di masyarakat (Juditha, 2018, hal. 32).
Hal ini dapat memicu pada perilaku dimana pengguna sampai menyebarkan berita atau informasi yang belum jelas asal usulnya darimana. Hal ini juga bisa saja terjadi karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi informasi di media online terutama media sosial. Hal tersebut membuat masih banyaknya hoax yang bertebaran di media sosial terlepas dari oknum yang menciptakannya, masyarakat yang terjebak dan mempercayai informasi yang diberikan berperan penting dalam penyebaran hoax di media sosial. Maka dari itu literasi media sangatlah penting dalam membangun kepekaan masyarakat menangkap informasi yang tersebar di internet terutama di media online seperti media sosial. Kebutuhan literasi media itu semakin kuat oleh tuntutan media digital yang jauh lebih “radikal” dalam memfasilitasi komunikasi manusia (Rianto, 2019, hal. 24).
Pada Januari 2021 Kominfo mendapatkan laporan sebanyak 205 hoax yang tersebar diberbagai media sosial. Kominfo merupakan lembaga pemerintahan yang juga memiliki tanggung jawab sosial dalam menangani berita atau informasi yang terjadi di media online. Dalam websitenya, Kominfo memiliki sub menu yang bernama laporan isu hoax. Laporan isu hoax pada website Kominfo merupakan tempat dimana kumpulan berita yang dinyatakan hoax atau informasi palsu yang tersebar diberbagai platform yang membahas mengenai peristiwa atau kejadian tentang Indonesia maupun luar negeri. Berbeda dengan media konvensional, validasi informasi yang tersebar melalui media baru seperti yang dilakukan oleh Kominfo dalam laporan isu hoax dinilai lebih cepat dan dapat memuat lebih beragam informasi. Dapat dilihat bahwa laporan isu hoax yang terdapat pada
6 website Kominfo sangat beraneka ragam, mulai dari politik hingga hoax yang berkaitan dengan pandemi Covid-19.
Coronavirus disease 2019 atau yang lebih dikenal dengan Covid-19 merupakan virus jenis SARS-CoV-2 yang asal mulanya berasal dari Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019. Awal mula virus Covid-19 masuk ke Indonesia pada Maret 2020, dimana 2 Warga Negara Indonesia (WNI) terpapar virus karena memiliki riwayat berinteraksi dengan Warga Negara Jepang yang memiliki riwayat perjalanan dari Malaysia dan dinyatakan mengidap Positif Covid-19. Total kasus konfirmasi Covid-19 global per tanggal 28 Februari 2021 adalah 113,467,303 kasus dengan 2,520,550 kematian di 222 Negara Terjangkit dan 187 Negara Transmisi lokal (Manuhutu, 2021, https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-infeksi- emerging/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-Covid-19-01-februari -2021). Indonesia menempati peringkat ke-18 global dengan jumlah 1,334,634 kasus positif. Dengan detail 1,142,703 sembuh, 36.166 meninggal dunia, dan 155,765 kasus aktif.
Pada 6 Desember 2020 tepat setahun setelah awal mula munculnya pandemi, vaksin untuk Covid-19 yang diberi nama Sinovac asal negara China tiba di Indonesia sebanyak 1,2 juta dosis. Kedatangan vaksin Sinovac tentu menghebohkan seluruh Indonesia dan menjadi sorotan berbagai macam media untuk diangkat menjadi berita. Hal tersebut dijadikan momen oleh para oknum untuk membuat narasi-narasi palsu yang berbentuk berita atau informasi bohong kepada publik dengan tujuan membuat panik, atau membangun opini publik yang buruk tentang vaksin Covid-19. Sejak awal mula pandemi memang sudah banyak hoax tersebar khususnya mengenai Covid-19. Dengan munculnya kabar mengenai vaksin Sinovac maupun vaksin-vaksin lainnya, tidak menutup kemungkinan berita miring dan informasi palsu atau hoax tentang vaksin tersebut akan bermunculan di media sosial. Penyebaran informasi yang salah melalui berbagai saluran dapat berdampak besar pada penerimaan vaksin Covid-19 (Astuti, Nugroho, Lattu, Potempu, &
Swandana, 2021, hal. 571). Menurut temuan data Kominfo periode 1 Januari 2021 – 28 Februari 2021 terdapat lebih dari 100 hoax yang berkaitan dengan Covid-19
7 yang tersebar melalui berbagai platform media sosial dan media lainnya.
Khususnya hoax yang membahas mengenai vaksin maupun vaksinasi mengingat pada bulan Januari merupakan awal dimulainya program vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah yang akan dilaksanakan dengan 4 tahapan sehingga besar kemungkinan vaksin maupun vaksinasi menjadi sorotan berbagai media mainstream dan berkemungkinan juga munculnya informasi palsu dan menyesatkan yang membahas mengenai vaksin maupun vaksinasi. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa peneliti tertarik untuk meneliti penyebaran hoax tentang Covid-19 terutama mengenai vaksin dan vaksinasi yang tersebar di media sosial.
Dari penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti berita hoax tentang vaksin Covid-19 yang ditemukan oleh Kominfo pada periode 1 Januari 2021 – 28 Februari 2021. Periode dipilih dengan rentang waktu 2 bulan yakni 1 Januari 2021 - 28 Februari 2021 karena menurut peneliti momen tersebut merupakan awal mulai program vaksinasi dilakukan oleh pemerintah yang dijadwalkan dari Januari – April 2021 tepatnya mulai 13 Januari 2021 yang diawali oleh Presiden Jokowi sebagai orang pertama yang akan disuntikkan vaksin Sinovac sebagai simbolisasi dimulainya program vaksinasi kepada masyarakat dan kemungkinan pemberitaan yang beredar pada berbagai media akan membahas mengenai vaksin dan vaksinasi, momen ini berpotensi untuk dimanfaatkan oleh pembuat informasi palsu dengan menggiring opini publik terkait vaksin maupun vaksinasi yang akan diterima masyarakat. Total konten hoax yang ada pada web Kominfo periode 1 Januari 2021 – 28 Februari 2021 sebanyak 366 pesan. Peneliti memperkecil fokus penelitian dengan hanya menggunakan berita hoax yang tersebar melalui platform WhatsApp mengingat platform tersebut merupakan platform yang paling banyak digunakan pada bulan Januari 2021. Berdasarkan dari hasil temuan yang telah dipaparkan, maka proposal penelitian ini diberi judul
“KECENDERUNGAN TEMA DAN SASARAN PESAN HOAX COVID-19 DALAM WEB KOMINFO (Analisis Isi Berita Hoax Vaksin Covid-19 Di WhatsApp Dalam Sub Menu Laporan Isu Hoax Web Kominfo Periode 1 Januari 2021 – 28 Februari 2021”
8 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti membuat rumusan masalah penelitian yaitu :
1. Tema pesan hoax apa saja yang sering muncul pada berita hoax vaksin Covid-19 di WhatsApp dalam sub menu laporan isu web Kominfo periode 1 Januari 2021 – 28 Februari 2021?
2. Siapa saja yang menjadi sasaran di setiap tema pesan hoax pada berita hoax vaksin Covid-19 di WhatsApp dalam sub menu laporan isu hoax web Kominfo periode 1 Januari 2021 – 28 Februari 2021?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menjaga konsistensi penelitian, maka tujuan penelitian disusun berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tema pesan hoax apa saja yang sering muncul pada berita hoax vaksin Covid-19 di WhatsApp dalam sub menu laporan isu hoax web Kominfo periode 1 Januari 2021 – 28 Februari 2021.
2. Untuk mengetahui siapa saja yang menjadi sasaran dari setiap tema pesan hoax vaksin Covid-19 di WhatsApp dalam sub menu laporan isu hoax web Kominfo periode 1 Januari 2021 – 28 Februari 2021.
1.4. Manfaat Penelitian Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan juga mampu menjadi referensi ataupun acuan tentang kajian media serta komunikasi massa dan secara tidak langsung dapat membantu memberikan informasi tentang penyebaran hoax dalam media online selebihnya hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya agar penelitian tentang kecenderungan tema dan sasaran pesan hoax yang tersebar melalui media sosial lebih sempurna.
9 Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat dan dijadikan sumber informasi bagi mahasiswa yang berupa kajian ilmiah terutama pada studi Ilmu Komunikasi mengenai pesan hoax yang tersebar melalui media sosial.