• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK SMP BAB I - BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK SMP BAB I - BAB V"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal semester I tahun ajaran 2010/2011 di SMP 2 Wonosobo Kelas IX-F, Peneliti melihat nilai murni peserta didik hasil belajar matematika pada Ulangan Kenaikan Kelas dan hasilnya adalah Nilai Tertinggi 89, Nilai Terendah 69, Nilai Rata-rata 79 , Ketuntasan Klasikal 79%. Data Nilai tersebut digunakan oleh peneliti sebagai salah satu unsur untuk menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada bagian intake peserta didik. Selanjutnya peneliti melakukan observasi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan oleh peserta didik pada beberapa pertemuan pembelajaran matematika, untuk melihat masalah-masalah yang sekiranya dapat menyebabkan hasil belajar matematika peserta didik tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari observasi tersebut dihasilkan beberapa temuan masalah : Pada saat guru mengkondisikan peserta didik untuk siap melakukan kegiatan pembelajaran ada peserta didik yang terlambat masuk kelas, Pada Saat guru sedang menjelaskan materi pokok pembelajaran beberapa peserta didik mencuri kesempatan untuk bicara bersama temannya, Kegiatan elaborasi antar peserta didik belum maksimal, Kegiatan eksplorasi para peserta didik masih banyak dipandu oleh guru, Keberanian peserta didik untuk menjawab pertanyaan guru masih sangat rendah, Keberanian peserta didik untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami selama proses pembelajaran masih sangat rendah, Pada saat peserta didik mengkonfirmasikan hasil pekerjaannya baru sebatas menulis jawaban di papan tulis, belum bisa menjelaskan secara lisan kepada teman – teman di kelasnya.

(2)

Dengan memperhatikan temuan-temuan masalah selama kegiatan pembelajaran tersebut di atas, peneliti melakukan refleksi dan disadari bahwa dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran matematika masih berpusat pada guru (belum menggunakan model pembelajaran kooperatif), pembelajaran belum dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik, pembelajaran belum membangkitkan kemauan bertanya peserta didik, pembelajaran belum membangkitkan kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan guru.

Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti mengharapkan adanya perubahan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas positif peserta didik (mau bertanya, bisa menjawab pertanyaan guru, menggali pengetahuan sendiri) dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar matematika semua peserta didik dapat meningkat, sehingga pada Ujian Nasional tahun 2011 yang akan datang Khususnya di kelas IX-F SMP N 2 Wonosobo dapat Lulus 100% dengan nilai rata-rata ≥ 85.

(3)

karena guru belum menggunakan variasi model pembelajaran. Apabila masalah tersebut tidak terselesaikan maka sangat dikhawatirkan pada Ujian Nasional 2011 yang akan datang peserta didik tidak dapat lulus 100%.

Dari uraian di atas terlihat bahwa ada kesenjangan antara kenyataan pertama bahwa nilai hasil belajar matematika para peserta didik masih perlu ditingkatkan. Kedua proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Masalah yang mendesak harus diselesaikan adalah masalah hasil belajar matematika peserta didik yang masih perlu ditingkatkan. Setelah peneliti mengadakan studi pustaka model model pembelajaran sesuai kompleksitas materi kesebangunan bangun datar, wawancara terhadap peserta didik, dan wawancara terhadap guru mata pelajaran lain, Peneliti menentukan rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan Model pembelajaran kooperati tipe “Group Investigation” pada kelompok-kelompok kecil, kemudian hasilnya dipresentasikan oleh kelompok kecil yang beruntung mendapat undian mempresentasikan di depan kelas. Dan pada pertemuan selanjutnya diputar film dokumenter pembelajaran hari sebelumnya.

B. Identifikasi Masalah

1. Mengapa hasil belajar matematika rendah? Padahal dari beberapa sisi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, kedisiplinan, penampilan, serta keramahan guru sebagai fasilitator menurut anggapan peneliti dan hasil observasi oleh kolaborator sudah baik.

2. Mengapa hasil belajar matematika harus ditingkatkan?

(4)

C. Pembatasan Masalah

Dalam Penelitian ini tidak akan diteliti semua masalah yang ditemukan. Peneliti membatasi masalah yang akan diteliti hanya pada seberapa besar penggunaan model pembelajaran “Group Investigation” dengan pemutaran film dokumenter pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi kesebangunan bangun datar.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Didang dkk, 2006: 13). Group Investigation merupakan Model Pembelajaran kooperatif dimana peserta didik terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun jalannya penyelidikan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada model pembelajaran yang berpusat pada guru. Sedangkan Hasil belajar matematika materi kesebangunan bangun datar dapat dilihat Pada Nilai tertinggi, Nilai terendah, Ketuntasan klasikal, hasil penilaian setiap akhir siklus.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, analisis penyebab masalah, dan studi alternatif tindakan pemecahan masalah, peneliti merumuskan masalah : “Seberapa besar Implementasi Perpaduan Model Pembelajaran Kooperatif tipe “Group Investigation“ dengan Pemutaran Film Dokumenter Pembelajaran dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Kesebangunan Bangun datar Bagi Peserta Didik Kelas IX-F SMP Negeri 2 Wonosobo pada Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011?”.

(5)

1. Secara khusus, penelitian ini bertujuan meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Kesebangunan Bangun Datar bagi Peserta Didik Kelas IX-F SMP Negeri 2 Wonosobo pada Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011, melalui perpaduan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan pemutaran film documenter pembelajaran.

2. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Hasil Belajar Matematika dan memperbaiki proses pembelajaran yang difasilitasi guru.

F. Manfaat Penelitian Bagi peserta didik :

1. Meningkatnya hasil belajar matematika materi Kesebangunan Bangun datar 2. Meningkatnya kemampuan mengeksplorasi pengetahuan, melatih kecerdasan

sosial, dan meningkatkan rasa percaya diri. Bagi peneliti :

1. Meningkatnya hasil belajar matematika materi Kesebangunan Bangun datar bagi peserta didiknya melalui perpaduan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan pemutaran film dokumenter pembelajaran.

2. Meningkatnya mutu proses pembelajaran yang difasilitasinya. Bagi Teman Sejawat :

Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didiknya

Bagi Sekolah :

Memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu proses maupun mutu hasil pembelajaran di sekolah menuju terwujudnya tujuan pendidikan Nasional.

(6)

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Belajar

Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: bahan yang dipelajari, faktor-faktor instrumental, faktor-faktor lingkungan, dan kondisi genetik individu (faktor bawaan). Faktor-faktor tersebut diatur sedemikian rupa agar mempunyai pengaruh yang membantu tercapainya kompetensi secara optimal.

Proses belajar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran merupakan proses komplek dan senantiasa berlangsung dalam berbagai situasi dan kondisi. Percival dan Ellington (1984) menggambarkan model sistem pendidikan dalam proses belajar, bahwa masukan (input) untuk sistem pendidikan atau sistem belajar terdiri dari orang, informasi, dan sumber lainnya. Sedangkan keluaran (output) berupa orang dengan penampilan yang lebih maju dalam berbagai aspek. Di antara masukan dan keluaran terdapat kotak hitam (black box) yang berupa proses belajar atau pendidikan.

Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu : adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif tetap (permanent) dan perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang sifatnya temporer. Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi peserta didik dengan sumber-sumber belajar, baik sumber yang

(7)

didesain maupun yang dimanfaatkan. Hasil belajar yang maksimal tidak hanya terjadi karena interaksi peserta didik dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh lewat interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan sumber belajar lainnya.

Untuk memberikan gambaran landasan akademik terhadap pelaksanaan pembelajaran khususnya pada jenjang SMP, maka perlu dikemukakan sejumlah pandangan dari ahli pendidikan dan pembelajaran. Menurut John Dewey (2001), tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat bagi peserta didik. Selanjutnya ditegaskan bahwa tugas guru membantu peserta didik menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang lama. Pengalaman belajar baru melalui pengalaman belajar lama akan melekat pada struktur kognitif peserta didik dan menjadi pengetahuan baru bagi peserta didik.

Menurut Vygostsky (2001) terdapat hubungan yang erat antara pengalaman sehari-hari dengan konsep keilmuan (scientific), tetapi ada perbedaan kuantitatif antara berpikir komplek dan berpikir konseptual. Berpikir komplek berdasarkan pada kategori objek berdasarkan pada situasi, dan berpikir konseptual berbasis pada pengertian yang lebih abstrak.Ia menegaskan bahwa pengembangan kemampuan analisis, membuat hipotesis, dan menguji pengalaman sehari-hari pada dasarnya terpisah dari pengalaman sehari-hari. Kemampuan ini tidak ditentukan oleh pengalaman sehari-hari saja, tetapi lebih tergantung pada tipe spesifik interaksi sosial.

(8)

ajar, misalnya peserta didik mengerjakan tugas membaca, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala, peristiwa, percobaan, dan sejenisnya. Agar pengalaman belajar yang baru menjadi pengetahuan baru, maka semua konsep dalam mata pelajaran diusahakan memiliki nilai terapan di lapangan.

2. Pengertian Pembelajaran

Joyce, Weil, dan Showers (1992) menyatakan bahwa hakikat mengajar (teaching) adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses mengajar adalah kemampuan peserta didik yang tinggi untuk dapat belajar dengan mudah dan efektif di masa mendatang. Tekanan kegiatan mengajar tetap pada peserta didik yang belajar. Dengan demikian hakikat mengajar adalah memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar.

(9)

slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Bahkan saat ini pemanfaatan berbagai program komputer untuk pembelajaran, atau dikenal dengan e-learning (electronic-learning) berupa: CAI (Computer Assisted Instruction) atau CAL (Computer Assisted Learning), belajar lewat Internet, SIG (Sistem Informasi Geografis) pendidikan, Web-site sekolah, dll, sudah secara luas digunakan dalam pembelajaran.

Tidak dipungkiri bahwa manusia diciptakan Allah Subhanahu Wa ta`ala dalam keberagaman (variabilitas), dan tidak dalam keseragaman (uniformitas). Namun sesuai dengan hak asasi manusia, maka masing-masing peserta didik memiliki hak untuk mendapat mencapai ketuntasan dalam belajarnya. Dari kenyataan inilah muncul konsep Pembelajaran Tuntas (mastery learning) yaitu pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran. Strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan pembelajaran ditujukan kepada sekelompok peserta didik (kelas), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikian rupa sehingga memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal, serta memudahkan peserta didik belajar dan mencapai kompetensi berikutnya. Pembelajaran tuntas di dalam kelas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas: 1) Pembelajaran individual,

(10)

4) Tutorial

Menggunakan pendekatan tutorial dengan sesion- sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan, dan pembelajaran berbasis komputer (Kindsvatter, 1996). Aneka metode pembelajaran (multi metode) harus digunakan untuk kelas atau kelompok. Pendekatan-pendekatan alternatif tambahan harus digunakan untuk mengakomodasi perbedaan gaya belajar peserta didik.

b. Peran Guru

Mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Menggunakan pendekatan perorangan (Personalized System of Instruction / PSI) sebagaimana model pembelajaran yang dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi antar peserta didik dengan materi/objek belajar.

c. Peran Peserta didik

Peserta didik ditempatkan sebagai subjek didik. Fokus program sekolah bukan pada guru dan yang akan dikerjakannya melainkan pada peserta didik dan yang akan dikerjakannya. Peserta didik diberi kebebasan menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi. Kemajuan peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta ketekunan peserta didik secara individual.

d. Sistem Penilaian

(11)

3. Hasil Belajar

Briggs menyatakan hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sudjana bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Hasil belajar matematika merupakan perubahan yang diperoleh peserta didik dengan belajar matematika yang meliputi perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap, pemahaman dan penguasaan. Kualitas hasil belajar matematika peserta didik dapat diketahui dari kuantitas pemahaman materi dan hasil ujian peserta didik.

Dari uraian di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang diperoleh dari proses belajar dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.

4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif “Group Investigation”

(12)

Secara teoretis model pembelajaran kooperatif ini diadaptasi dari teori belajar kognitif-konstruktivis. Salah seorang pelopor aliran ini, Vygotsky, menyatakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam interaksi atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut (Tim Bintek, 2004). Kemampuan baru yang dimiliki oleh seseorang akan cepat dikuasai bila terdapat komunikasi sosial dalam suatu kelompok. Dengan kata lain kerjasama diperlukan untuk mempercepat pemahaman dan penguasaan materi. Selain itu, pembelajaran kooperatif ini sesuai dengan salah satu prinsip contextual teaching and learning/CTL, yaitu: learning community (menciptakan masyarakat belajar dengan cara kerjasama

antar peserta didik).

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Stahl (1994) dan Johnson (1984) dalam Didang (2006) adalah

a. peserta didik belajar dalam kelompok kecil.

b. kemampuan dan latar belakang peserta didik bervariasi dalam kelompok. c. terdapat interaksi tatap muka dan saling mendengar pendapat/ gagasan. d. penekanan pada tugas dan kebersamaan mencapai tujuan.

e. efektivitas kelompok tergantung pada kelompok bukan perseorangan. f. penghargaan (penilaian baik atau buruk) lebih diutamakan pada hasil kerja

kelompok bukan kerja perorangan.

Model pembelajaran kooperatif sangat unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal kerjasama, berpikir kritis, dan tolong menolong.

(13)

kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model-model pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar sebagian besar masih berada dalam tahap berpikir konkret, sehingga model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.

b. Tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada, karena setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan.

c. Pilihlah salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, kondisi peserta didik, dan kondisi lingkungan peserta didik. Jika perlu gabunglah beberapa model pembelajaran.

d. Model pembelajaran apapun yang diterapkan, jika guru tidak menguasai materi dan tidak disenangi peserta didik, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.

Investigasi kelompok dikembangkan pertama kali oleh Herbert Thelen dan diperluas oleh Sharn dan kawan-kawan dari Universitas Tel-Aviv. Dalam model ini peserta didik terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun jalannya penyelidikan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada model pembelajaran yang berpusat pada guru. Selain itu, pendekatan ini memerlukan ketrampilan komunikasi dan ketrampilan memiliki kelompok (group process skills) yang baik.

(14)

a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen yang berorientasi pada tugas (task oriented group).

b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan bersama peserta didik merencanakan berbagai prosedur tugas kelompok serta tujuan umum yang konsisten dengan topik pembelajaran yang dipilih.

c. Guru memanggil ketua-ketua untuk memberikan satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain. d. Masing-masing kelompok membahas materi/tugas yang diberikan guru secara

kooperatif.

e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok

f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan g. Evaluasi

h. Penutup

5. Pengertian Film Dokumenter Pembelajaran

Yang dimaksud dengan Film dokumenter pembelajaran adalah cuplikan rekaman video pembelajaran pada hari sebelumnya yang menayangkan hal-hal yang sudah baik dan hal-hal yang belum baik dan perlu segera diperbaiki. Hal ini akan memberikan semangat kepada peserta didik yang sudah baik aktivitas pembelajarannya untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan, serta peserta didik yang belum baik aktivitas pembelajarannya segera memperbaiki. B. Penelitian Yang Relevan

(15)

Media Kotak Persekutuan pada Kelas V SD Negeri Balapulang Wetan 06 Kabupaten Tegal Tahun 2010/2011, Oleh Edi Purwanto, S.Pd. Simpulannya : Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan realistic Model Group Investigation dengan Media Kotak Persekutuan dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik di Kelas V SD Negeri Balapulang Wetan 06 Kabupaten Tegal Tahun 2010/2011.

2. Judul “Penggunaan Model Pembelajaran Cooperatif Learning tipe “Think Pair and Share” dan Selingan Film Animasi sebagai Upaya untuk Meningkatkan

Motivasi Siswa dalam Melakukan Kegiatan Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas VIII-D SMP Labschool Jakarta Semester Satu Tahun Ajaran 2008/2009”. Oleh Endro Wibowo, S.Pd. Simpulannya : Dengan penggunaan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe “Think Pair and Share” dan selingan film animasi, siswa kelas VIII-D SMP Labschool Jakarta semester satu tahun ajaran 2008/2009 menyatakan semakin termotivasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika, pada siklus I sebanyak 74,36% dari jumlah siswa dan pada siklus II sebanyak 82,05% dari jumlah siswa.

C. Kerangka Berpikir

(16)

D. Hipotesis Tindakan

Dari refleksi hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut di atas dapat dirumuskan hipotesis :” Diduga melalui Perpaduan Model Pembelajaran Group Investigation dan Pemutaran Film Dokumenter Pembelajaran, dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Kesebangunan Bangun Datar

bagi Peserta Didik Kelas IX-F SMP N2 Wonosobo pada Semester I Tahun Ajaran 2010/2011

E. Indikator Keberhasilan Penelitian

Setelah dilakukan tindakan selama dua siklus diharapkan Peserta didik kelas IX-F SMP 2 Wonosobo pada semester I tahun ajaran 2010/2011, dapat:

1. Mencapai Ketuntasan Klasikal ≥ 85 % 2. Nilai rata-rata Evaluasi akhir siklus ≥ 85

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Semua Peserta didik Kelas IX-F SMP Negeri 2 Wonosobo pada semester I tahun pelajaran 2010/2011

B. Lokasi Penlitian dan Jadwal Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX-F SMP Negeri 2 Wonosobo Jalan Bhayangkara No.10, Kode Pos 56318, Telpon (0286) 321630.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian :

NO JENIS KEGIATAN JULI AGUSTUSBULAN SEPTEMBER

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1 Observasi Pra PTK

2 Pembuatan PROPOSAl

3 Pelaksanaan PTK

4 Siklus I √ √

Siklus II √ √

5 Pembuatan Laporan √ √ √ √

C. Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini ada dua jenis data, yaitu data kualitatif (hasil observasi setiap siklus pada lembar observasi), hasil wawancara langsung (hasil rekaman), hasil wawancara tertulis (learning log), dan data kuantitatif nilai hasil pengerjaan instrumen evaluasi akhir Siklus. Sumber data pada penelitian ini adalah peserta didik kelas IX-F SMP 2 Wonosobo Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011, dan teman sejawat peneliti serta observer.

(18)

D. Instrumen Penelitian

1. Lembar pengamatan observer terhadap partisipasi peserta didik selama kegiatan pembelajaran .

2. Lembar pengamatan observer terhadap aktifitas peneliti selama kegiatan pembelajaran.

3. Lembar Kerja Peserta didik. 4. Soal Evaluasi Akhir Siklus.

5. Lembar wawancara tertulis (learning log). 6. Catatan lapangan.

E. Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Data tentang situasi pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan observasi pada setiap siklus.

2. Dokumentasi (menggunakan Kodak digital / Hp Kamera) aktivitas peserta didik diambil pada setiap siklus.

3. Data hasil pengerjaan LKS diambil setiap siklus.

4. Data hasil pengerjaan soal evaluasi pembelajaran diambil setiap akhir siklus. 5. Refleksi dilaksanakan pada akhir siklus dengan melihat hasil penilaian

akhir siklus, wawancara terhadap peserta didik dan kolaborator. 6. Data learning log diambil diakhir siklus I

(19)

mengkategorikannya. Data yang terkumpul berupa kalimat dan kata-kata tentang aktivitas-aktivitas guru dan peserta didik, diubah menjadi kalimat yang bermakna dan ilmiah.

F. Validasi Data

Validasi data dilakukan untuk meyakinkan bahwa data yang diperoleh selama penelitian adalah benar dan valid. Validasi data dilaksanakan dengan menggunakan sistem triangulasi data, yaitu mengecek keabsahan data dengan mengkonfirmasikan data yang ada ke berbagai sumber data, yaitu: peserta didik, peneliti, teman sejawat, dan Kolaborator (observer).

G. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain menurut Kemmis & Mc Taggart (Sukidin, 2002: 48). Prosedur penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara siklis yaitu dibagi menjadi dua siklus yang berlangsung secara berkesinambungan. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi . Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar diagram berikut ini:

Keterangan 1:

Rencana Siklus I disusun berdasar hasil observasi sebelum penelitian,

Tindakan & observasi dilaksanakan sesuai rencana, Refleksi dilaksanakan berdasar observasi tindakan, Hasil refleksi digunakan untuk menyusun rencana pembelajaran pada siklus II Keterangan 1:

Rencana Siklus I

disusun berdasar hasil observasi sebelum penelitian,

Tindakan & observasi

dilaksanakan sesuai rencana,

Refleksi dilaksanakan berdasar observasi tindakan, Hasil refleksi digunakan untuk menyusun rencana pembelajaran pada siklus II Rencana SIKLUS I Rencana SIKLUS I Tindakan & Observasi Tindakan & Observasi Refleksi Refleksi Rencana SIKLUS II Rencana SIKLUS II Refleksi Refleksi Tindakan& Observasi Tindakan& Observasi Keterangan 2: Banyaknya pertemuan pembelajaran dalam siklus I adalah tiga pertemuan Siklus II adalah dua pertemuan

Keterangan 2: Banyaknya pertemuan pembelajaran dalam siklus I adalah tiga pertemuan Siklus II adalah dua pertemuan OBSERVASI PRA PTK OBSERVASI PRA PTK PENYUSUNAN LAPORAN PTK PENYUSUNAN LAPORAN PTK

(20)

Secara Rinci desain pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Siklus I : Pertemuan Pertama

No Kegiatan Pembelajaran Waktu Karakter

A PENDAHULUAN

1. Guru memberikan salam dan memimpin doa, kemudian mengecek kehadiran peserta didik satu persatu.

2. Guru mengingatkan kembali (mereview) materi pembelajaran sebelumnya dengan cara tanya jawab.

3. Guru membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya dan dianggap sulit oleh peserta didik dengan meminta peserta didik maju ke depan kelas untuk mengerjakan dan menjelaskan kepada teman-teman satu kelasnya.

4. Saat ada peserta didik yang maju kedepan mengerjakan, guru melihat satu persatu pekerjaan peserta didik.

5. Guru memberi penguatan kepada peserta didik akan pekerjaan yang dikerjakan peserta didik didepan kelas apabila ada yang kurang tepat.

15

menit Disiplin, Religius

Cinta Ilmu

B KEGIATAN INTI

1. Guru mengingatkan kembali model pembelajaran “Group Investigation”yang sudah diinformasikan pada pertemuan sebelumnya.

2. Peserta didik dikelompokkan secara heterogen (setiap kelompok terdapat minimal satu peserta didik yang berperingkat 10 besar)

3. Peserta didik menuju ke kelompok masing-masing.

4. Peserta didik menentukan ketua dalam kelompoknya untuk mengkoordinasi anggota kelompoknya.

5. Peserta didik diberikan angka 1-4 untuk anggota dan huruf K untuk ketua.

6. Setiap kelompok diberikan LKS *) untuk dikerjakan dengan cara menyelidiki secara

60

menit Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain,

Menghargai karya dan prestasi orang lain

(21)

bersama-sama syarat-syarat dua segitiga yang sebangun. (eksplorasi)

7. Setiap kelompok mengumpulkan informasi, analisis data dan memberikan kesimpulan pada lembar kerja yang mereka kerjakan. (elaborasi)

8. Setiap kelompok menuliskan hasil kerja kelompoknya pada selembar kertas karton sebagai bahan untuk presentasi.

C PENUTUP

1. Setiap Kelompok diberikan waktu untuk memperbaiki hasil diskusinya di rumah sebagai persiapan presentasi pada pertemuan yang akan datang.

2. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

15

menit Kesetia kawaan, Religius.

Siklus I Pertemuan Kedua

No Kegiatan Pembelajaran Waktu Karakter

A PENDAHULUAN

1. Guru memberikan salam dan memimpin doa, kemudian mengecek kehadiran peserta didik satu persatu.

2. Guru mengingatkan kembali bahwa peserta didik akan presentasi dan mengundi kelompok yang akan presentasi terlebih dahulu.

3. Guru menunjukkan hasil film dokumenter pembelajaran sebelumnya.

15

menit Disiplin

B KEGIATAN INTI

1. Peserta didik mempersiapkan diri untuk mempresentasikan hasil yang dikerjakan secara berkelompok.

2. Kelompok yang mendapat undian, mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas bersama dengan anggota kelompoknya.

3. Semua peserta didik yang tidak presentasi memperhatikan dan memberi tanggapan. 4. Ketua bersama anggota kelompok

presentasi mempunyai hak yang sama untuk member penjelasan atas tanggapan

60

menit Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain,

Menghargai karya dan prestasi orang lain

(22)

anggota kelompok yang lain apabila ada yang belum jelas.

5. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik terhadap hasil presentasi yang mereka kerjakan secara berkelompok.

6. Guru mulai masuk dalam materi selanjutnya.

7. Guru memberikan soal untuk dipecahkan secara individual.

8. Meminta peserta didik secara acak maju kedepan dan menjelaskan kepada teman-temannya.

9. Guru memberi penguatan kepada peserta didik mengenai soal yang diberikan.

C PENUTUP

1. Peserta didik diminta untuk belajar tentang hal-hal yang sudah dipelajari agar lebih siap dalam menghadapi soal-soal Tes Penilaian Akhir Siklus I yang akan dilaksanakan pada pembelajaran selanjutnya.

2. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

15

menit Mandiri

Siklus I Pertemuan ketiga : Tes Penilaian Akhir Siklus I

No Kegiatan Pembelajaran Waktu Karakter

A PENDAHULUAN

1. Guru memberikan salam dan memimpin doa, kemudian mengecek kehadiran peserta didik satu persatu

2. Guru menunjukkan hasil film dokumenter pembelajaran sebelumnya.

15

menit Disiplin, Religius

Cinta Ilmu B KEGIATAN INTI

1. Peserta didik mempersiapkan diri untuk mengikuti Tes Penilaian.

2. Guru memberikan instrument *) penilaian akhir siklus I

3. Peneliti bersama kolaborator menjadi pengawas pelaksanaan Tes Penilaian Akhir siklus I

60

menit Percaya diri, Kejujuran, Dapat berpikir kritis.

C PENUTUP

1. Peserta didik diminta untuk mengisi 15

(23)

Lembar Learning Logh 2. Guru member salam penutup.

Siklus II Pertemuan Pertama

No Kegiatan Pembelajaran Waktu Karakter

A PENDAHULUAN

1. Guru memberikan salam dan memimpin doa, kemudian mengecek kehadiran peserta didik satu persatu.

2. Guru mereview materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.

3. Guru menunjukkan hasil film dokumenter pembelajaran sebelumnya.

15

menit Disiplin, Religius

Cinta Ilmu, B KEGIATAN INTI

1.Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk melakukan penyelidikan dengan tugas yang berbeda-beda (kelompok masih sama).

2. Peserta didik mulai merancang rencana yang akan dilakukan sebelum melaksanakan tugasnya bersama anggota kelompok masing-masing.

3. Peserta didik mulai bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan.

4. Peserta didik mengumpulkan data dan menganalisis dalam kelompok masing-masing.(eksplorasi)

5. Guru memantau peserta didik dalam mengerjakan tugas yang diberikan. (memberikan nilai kepada tiap kelompok ).

60

menit Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain,

Menghargai karya dan prestasi orang lain

Dapat berpikir kritis, dan logis

C PENUTUP

1. Kelompok diminta membuat laporan dan mempersiapkan presentasi untuk pertemuan selanjutnya.

2.Guru menutup pelajaran.

15

menit Kesetia kawaan

Siklus II Pertemuan Kedua :

No Kegiatan Pembelajaran Waktu Karakter

A PENDAHULUAN

1. Guru memberikan salam dan memimpin doa, kemudian mengecek kehadiran

15

(24)

peserta didik satu persatu.

2. Guru mereview materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.

3. Guru menunjukkan hasil film dokumenter

pembelajaran sebelumnya. Cinta Ilmu,

Kreatif B KEGIATAN INTI

6. Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk mengumpulkan laporan bahan presentasi masing-masing kelompok 7. Setiap kelompok diminta untuk

mempersiapkan presentasi didepan kelas. 8. Setiap kelompok mempresentasikan hasil

kerja mereka kepada kelompok lain 9. Guru mempersilahkan semua kelompok

menanggapi yang dipresentasikan

10. Guru member penguatan pada materi yang didiskusikan.

11. Peserta didik membuat rangkuman hasil diskusi

60

menit Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain,

Menghargai karya dan prestasi orang lain

Dapat berpikir kritis, dan logis

C PENUTUP

1. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk belajar materi Kompetensi Dasar 1.3. yang telah dipelajari bersama untuk persiapan Tes Penilaian Akhir siklus II pada Pertemuan yang akan dating.

2. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

15

menit Bertanggung jawab

Religius

Siklus II Pertemuan ketiga : Tes Penilaian Akhir Siklus II

No Kegiatan Pembelajaran Waktu Karakter

A PENDAHULUAN

1. Guru memberikan salam dan memimpin doa, kemudian mengecek kehadiran peserta didik satu persatu

2. Guru menunjukkan hasil film dokumenter pembelajaran sebelumnya.

15

(25)

B KEGIATAN INTI

1. Peserta didik mempersiapkan diri untuk mengikuti Tes Penilaian

2. Guru memberikan instrument *) penilaian akhir siklus II

3. Peneliti bersama kolaborator menjadi pengawas pelaksanaan Tes Penilaian Akhir siklus II

60 menit

Percaya diri, Kejujuran, Dapat berpikir kritis.

C PENUTUP

1. Peserta didik diminta untuk mengisi Lembar Learning Loght.

2. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

15

menit Jujur

Religius

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(26)

Telah disebutkan pada latar belakang bahwa sebelum dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas teridentifikasi nilai murni Mata Pelajaran Matematika pada Ulangan Kenaikan Kelas adalah Nilai Tertinggi 89, Nilai Terendah 69, Nilai Rata-rata 79, Ketuntasan Klasikal 79%. Data Nilai tersebut digunakan oleh peneliti sebagai salah satu unsur untuk menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada bagian intake peserta didik. Selanjutnya peneliti melakukan observasi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan oleh peserta didik pada beberapa pertemuan pembelajaran matematika, untuk melihat masalah-masalah yang sekiranya dapat menyebabkan hasil belajar matematika peserta didik tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari observasi tersebut dihasilkan beberapa temuan masalah : Pada saat guru mengkondisikan peserta didik untuk siap melakukan kegiatan pembelajaran ada peserta didik yang terlambat masuk kelas, Pada Saat guru sedang menjelaskan materi pokok pembelajaran beberapa peserta didik mencuri kesempatan untuk bicara bersama temannya, Kegiatan elaborasi antar peserta didik belum maksimal, Kegiatan eksplorasi para peserta didik masih banyak dipandu oleh guru, Keberanian peserta didik untuk menjawab pertanyaan guru masih sangat rendah, Keberanian peserta didik untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami selama proses pembelajaran masih sangat rendah, Pada saat peserta didik mengkonfirmasikan hasil pekerjaannya baru sebatas menulis jawaban di papan tulis, belum bisa menjelaskan secara lisan kepada teman – teman di kelasnya.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, guru perlu segera melakukan upaya perbaikan desain dan strategi pembelajaran yang dapat memperbaiki kualitas pembelajaran kimia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Group Instruction terpadu dengan pemutaran film documenter pembelajaran.

(27)

B. Deskripsi Siklus I 1. Perencanaan

Peserta didik melakukan investigasi Kompetensi Dasar 1.1. Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen , dan Kompetensi Dasar 1.2. Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitigasebangun dan kongruen.

2. Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran Group investigation yang sudah tertulis pada BAB III. 3. Pengamatan (Observasi)

Selama proses pembelajaran berlangsung, peserta didik cukup aktif dan antusias dalam mendengarkan penjelasan guru dan mengikut proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang tergolong baru bagi mereka yaitu Model Pembelajaran kooperatif Group InvestigationTerpadu dengan Pemutaran Film dokumenter pembelajaran. Melalui Model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi peserta didik Kelas IX-F SMP N2 Wonosobo pada Semester I tahun pelajaran 2010/2011.

(28)

Pada saat diskusi kelompok berlangsung banyak fenomena yang terjadi. Masing-masing kelompok memiliki permasalahan sendiri-sendiri, antara lain: ada kelompok yang anggota kelompoknya sangat kompak ada juga yang sebaliknya, ada yang anggota kelompoknya semangat dalam mengemukakan pendapat atau ide namun ada juga yang tidak mau berpikir, hanya mengandalkan teman satu kelompoknya saja. Hal itu terlihat pada saat mereka mengerjakan LKS1 yang diberikan oleh guru.

4. Hasil Tes Penilaian Akhir Siklus I

Hasil penilaian akhir siklus I, Nilai tertinggi 97, Nilai terendah 62, Nilai rata- rata 77, Prosentase ketuntasan klasikal 85%.

5. Refleksi

Temuan-temuan pada kegiatan pembelajaran siklus I diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik yang belum jelas terhadap tugasnya, apabila tidak mau bertanya kepada teman satu kelompoknya akan menjadi malas untuk berpikir (dari pengamatan yang dilakukan kebanyakan laki-laki yang malas untuk berpikir). b. Terdapat kelompok yang anggota kelompoknya laki-laki semua dan

perempuan semua, atau dalam 1 kelompok hanya terdapat satu

perempuan/laki-laki, dengan kata lain pembagian kelompok tidak seimbang perbandingan jumlah gender.

c. Peserta Didik Masih takut mengungkapkan pendapat dalam kelompok. d. Peserta Didik belum terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan

metode cooperative learning , sehingga masih terlihat peserta didik canggung dalam kelompoknya.

(29)

dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Selain itu, juga berpengaruh pada pengetahuan mereka, kelompok yang anggota kelompoknya aktif cenderung mudah menerima materi yang sedang berlangsung, berbeda dengan anggota kelompoknya pasif, mereka cenderung malas, tidak bersemangat, dan tidak mengerti akan materi yang sedang berlangsung.

Karena permasalahan diatas dianggap berpengaruh kurang baik terhadap peserta didik, maka untuk pembelajaran selanjutnya peneliti merubah semua anggota kelompok, kelompok yang baru di bentuk dari perolehan nilai test akhir siklus 1, dari pengelompokan yang baru diharapkan mereka lebih dapat nyaman belajar dan bertanggung jawab kepada anggota kelompok lainnya.

Dalam siklus 1 masih banyak peserta didik yang masih belum aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Group Investigation, sehingga untuk langkah selanjutnya peneliti harus dapat

menyiapkan LKS yang dapat membuat mereka lebih aktif dalam

mengeluarkan pendapat, dan aktif dalam kelompok, tidak hanya diam dan mendengarkan pendapat teman saja.

C. Deskripsi Siklus II 1. Perencanaan

Peserta didik melakukan investigasi Kompetensi Dasar 1.3. Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah.

(30)

Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran Group investigation Siklus II yang sudah tertulis pada BAB III.

3. Pengamatan (Observasi)

Sejauh pengamatan yang peneliti lakukan dalam kegiatan investigasi dilapangan, hampir semua peserta didik tidak canggung dalam mengerjakan tugasnya. Pada saat diskusi kelas yang berlangsung kebanyakkan peserta didik sudah bisa mengatasi rasa malu , takut dan kurang percaya diri dalam

mengungkapkan pendapat sehingga pada saat guru melontarkan pertanyaan peserta didik bisa menjawab dengan baik, demikian juga ketika ditanya teman sekelompoknya. Peserta didik yang belum begitu jelas sudah mau bertanya kepada teman atau guru sehingga mereka semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kelompok yang dibentuk oleh guru sudah heterogen yang terdiri dari anak yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, laki-laki dan perempuan secara merata. Saat diskusi kelompok rata-rata peserta didik sudah bisa

bekerjasama. Pada saat presentasi pun kelompok penyaji semakin semangat bahkan beberapa kelompok sempat menyajikan dengan power point. Pada saat presentasi, sudah mulai ada tanggapan peserta didik sehingga diskusi kelas menjadi lebih hidup jika dibanding dengan diskusi pada siklus I.

4. Hasil Tes Penilaian Akhir Siklus II

Hasil penilaian akhir siklus I, Nilai tertinggi 100, Nilai terendah 64, Nilai rata-rata 90, Prosentase ketuntasan klasikal 88%

(31)

Temuan-temuan pada kegiatan pembelajaran siklus II diantaranya adalah sebagai berikut:

a Pada saat Peserta didik melakukan investigasi di lapangan bersama

kelompoknya, secara umum hampir semua peserta didik aktif mengerjakan tugas kelompoknya dengan kerjasama yang baik.

b Untuk kelompok yang mendapat tugas investigasi menentukan tingi tiang bendera, tinggi gedung sekolah, dan tinggi pohon mengalami kendala karena pada saat itu sinar matahari kadang hilang tertutup awan.

c Untuk kelompok yang investigasi mengitung lebar jalan raya tanpa harus menyeberang, kendalanya kadang terhalang oleh orang yang berlalu lalang di trotoar jalan.

d Untuk kelompok yang investigasi menentukan luas bak lompat jauh dan kolam taman sekolah, datanya bisa terjadi bukan dari hasil perhitungan dengan teori kesebangun karena luas bak lompat jauh dan luas kolam taman sekolah bisa diukur langsung menggunakan rol meter.

Peneliti melihat bahwa semua temuan yang terjadi disebabkan oleh gejala alam yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu untuk perencanaan pembelajaran dengan model group investigation pada K.D. 1.3. Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah. Untuk investigasi

menentukan tinggi gedung, tinggi tiang bendera, dan tinggi pohon sebaiknya

di musim kemarau, sedangkan untuk menghitung luas kolam taman sekolah

dan luas bak lompat jauh bisa diganti dengan luas lapangan sepak bola atau

luas danau yang apabila diukur langsung akan menemui kesulitan. Akan

tetapi ketersediaan waktu harus menjadi pertimbangan yang matang.

D. Analisa Data Hasil Penelitian dan Pembahasan

(32)

Perkembangan Hasil Belajar Matematika dari data Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan siklus III berturut-turut adalah Nilai tertinggi 89, 97, dan 100. Nilai terendah 69, 62, dan 64. Nilai rata-rata 79, 77, dan 90. Prosentase ketuntasan klasikal 79%, 85%, dan 88%.

Perkembangan Hasil Belajar Matematika dari data Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan siklus III dalam bentuk diagram batang adalah :

Gambar 4.1.

Diagram Batang Perkembangan Hasil Belajar Matematika Materi Kesebangunan dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

2. Pembahasan

(33)

penyesuaian model pembelajaran “Group Investigation” dan pemutaran film dokumenter pembelajaran. Pendapat peneliti tersebut dikuatkan dengan adanya peningkatan pencapaian Nilai Minimum dan Nilai rata-rata dari siklus 1 ke siklus II, yang berarti peserta didik sudah mulai menyenangi model pembelajaran yang difasilitasi guru.

Apabila hanya diperhatikan data prasiklus dan data akhir siklus II, serta menganggap perolehan data siklus II sebagai suatu proses, maka dapat dikatakan bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik ditinjau dari pencapaian nilai maksimal, nilai minimal, nilai rata-rata, maupun ketuntasan klasikal.

(34)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

Dengan melihat data prasiklus, data hasil penilaian siklus I, data hasil penilaian siklus II, berturut-turut : Nilai Maksimum = 89, 97, 100. Nilai Minimum: 69, 62, 64. Nilai rata-rata = 79, 77, 90. Ketuntasan Klasikal : 79%, 85%, 88%. Dan data respon peserta didik yang secara umum menyatakan senang terhadap model pembelajaran kooperatif “Group Investigation” terpadu dengan pemutaran film dokumenter pembelajaran, maka peneliti menarik simpulan bahwa: Melalui Model Pembelajaran Kooperatif “Group Investigation” Terpadu Dengan Pemutaran Film Dokumenter Pembelajaran, Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Kesebangunan Bagi Peserta Didik Kelas IX-F SMP Negeri 2 Wonosobo Pada Semester I Tahun Ajaran 2010/2011.

IMPLIKASI/REKOMENDASI

Dari hasil penelitian yang simpulannya melalui model pembelajaran kooperatif “Group Investigation” terpadu dengan pemutaran film dokumenter pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi Kesebangunan bagi peserta didik kelas IX-F SMP Negeri 2 Wonosobo pada Semester I Tahun Ajaran 2010/2011, peneliti merekomendasikan kepada pembaca yang profesinya sebagai guru matematika dan membelajarkan konsep kesebangunan bangun datar dipersilahkan mencoba model pembelajaran Kooperatif “Group Investigation” terpadu dengan pemutaran film dokumenter pembelajaran seperti yang peneliti lakukan, apabila di sekolah tersedia fasilitas Laptop/Komputer dan LCD.

(35)

SARAN

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif “Group Investigation” terpadu dengan pemutaran film dokumenter pembelajaran seperti

pada penelitian ini hendaknya dilaksanakan dengan sepenuh hati niat yang ikhlas untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran, karena membutuhkan waktu ekstra dan juga sedikit biaya untuk lancarnya proses pembelajaran. Namun yang perlu menjadi catatan adalah dengan meningkatnya mutu proses pembelajaran secara teori Hasil Pembelajaranpun akan meningkat, Maka tugas kita sebagai guru akan menjadi lebih mulia.

2. Model pembelajaran kooperatif “Group Investigation” terpadu dengan pemutaran film dokumenter bisa dikembangkan dengan inovasi guru, ataupun dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif jenis lain yang dapat membangkitkan motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang difasilitasi guru di dalam kelas.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

……….. 2004, Pedoman Diagnostik Potensi Peserta didik, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jerderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Bahdin,N.T. & Ardial. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:Prenada Media Group.

Indrawati. 2004. Model pembelajaran Konstruktivisme. Bandung : PPPPTK IPA

Moleong, L.J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Edi. 2010. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar FPB dan KPK melalui Pendekatan Realistis Model Group Investigation dengan Media Kotak Persekutuan pada Kelas V SD Negeri Balapulang Wetan 06 Kabupaten Tegal Tahun 2010/2011. Semarang : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.

Purwanto, Swida. Dan Muriyanto, Tri. 2008. Hand Out Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Inovatif. Jakarta: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Jakarta.

Rachman, Maman. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (Dalam Bagan). Semarang : UNNES.

Safari, 2008. Penilisan Butir Soal Berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Asssosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) Pusat.

(37)

Sujarwo. 2005, Reorientasi Pengembangan Pendidikan Di Era Global. FIP Universitas Negeri Yogyakarta. ( Email : sujarwopls.@yahoo.co.id )

Suwandi, sarwiji. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS.

Suyitno, Amin. 2005. Pemilihan Model-model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya di sekolah. Semarang: Pemprov Jateng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Wibowo, Endro. 2008. Penggunaan Model Pembelajaran Cooperatif Learning tipe “Think Pair and Share” dan Selingan Film Animasi sebagai Upaya untuk Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Melakukan Kegiatan Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas VIII-D SMP Labschool Jakarta Semester Satu Tahun Ajaran 2008/2009. Jakarta : UNJ.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
gambar diagram berikut ini:
Gambar 4.1.Diagram Batang Perkembangan Hasil Belajar Matematika

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembuatan jamu yang dilakukan oleh ketiga penjual jamu di wilayah Ngawen dapat dikatakan sebagian besar prosedur pembuatannya telah sesuai dengan Cara Pembuatan

Berkelakuan baik dan tidak pernah terlibat dalam tindak pidana yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).. Sehat jasmani

Prosesor yang digunakan pada PDA ada banyak macam, misalnya pada PDA yang berbasiskan sistem operasi Palm menggunakan keluarga Motorola DragonBall, tetapi sekarang dengan Palm

Skripsi ini berjudul KEPURBAKALAAN KOMPLEK MAKAM SYEKH IBRAHIM ASMOROQONDI DI TUBAN (Studi Sejarah dan Akulturasi). Masalah yang diangkat dalam penulisan ini adalah

Tujuan : Membandingkan persentase pengurangan jumlah kuman oleh produk "X" dengan kontrol (Air), segera setelah pengepelan, lalu 120 menit setelah pengepelan, dan

Tapi kemudian bahwa media memerankan peran tertentu yang melebihi dari apa yang mereka lakukan, itu sah-sah saja sejauh perinsip yang sama mereka pakai untuk menilai orang lain

Apakah selama bekerja, Anda memiliki keluhan kesehatan yang berkaitan dengan kulit4. Jika “Ya”, gejala apa saja yang

As a starting point, a microkinetic model of NO oxidation based on Langmuir-Hinshelwood mechanism was used to fit the base case of NO oxidation data to yield kinetic