• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DESA PAPANLOE KECAMATAN PA JUKUKANG KABUPATEN BANTAENG MEGAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DESA PAPANLOE KECAMATAN PA JUKUKANG KABUPATEN BANTAENG MEGAWATI"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

i

KABUPATEN BANTAENG

MEGAWATI

Nomor Induk : 105641107217

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(2)

ii Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diusulkan Oleh :

Megawati

Nomor Induk Mahasiswa : 105641107217

Kepada

PROGRAM ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(3)

iii

(4)

iv

di Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng .

Nama : Megawati

Nim : 105641107217

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui Pembimbing I

Dr. Hafiz Elfiansyah Parawu, ST, M.Si

Pembimbing II

Nur Khaerah, S.IP, M.IP

Mengetahui

Dekan

Fisipol Unismuh Makassar

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos. M.Si

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,M.Si

(5)

v Nama Mahasiswa : Megawati Nomor Stambuk : 105641107217 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya imliah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar ademik.

Makassar, 22 Desember 2021

MEGAWATI

(6)

vi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Perencanaan Pembangunan Di Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng dan faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi perempuan dalam perencanaan pembangunan dalam hal ini forum Musrenbang Di Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif yaitu menggambarkan keadaan objek pada masa sekarang secara kualitatif data yang diperoleh dari penelitian. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder dengan jumlah informan 7 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Musrenbang di Desa Papanloe sudah berada pada kategori Degrees Of Tokenism ini meliputi beberapa tingkatan diantaranya Informing (Menginformasikan), Consultation (Konsultasi) dan Placation (Penempatan/Peredaman) Pada penyelenggaraan Musrenbang tingkat partisipasi perempuan dapat dikatakan Placation (Penempatan/ Peredaman). Dimana Pemerintah Desa masih memberikan atau melakukan penunjukan kepada masyarakat yang memiliki pengaruh dalam perencanaan pembangunan seperti yang ikut dalam pelaksaanaan Musrenbang hanya Kepala Dusun, RT/RW, PKK, KWT dan Perwakilan dari Musdu dan Musdes saja. Namun. Secara keseluruhan pemerintah Desa Papanloe sudah berada pada kategori Degrees Of Citizen Power tingkat partisipasi Partnership (Kemitraan) karena dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan sudah melibatkan masyarakatnya dengan berbagai forum yang ada didesa seperti seperti Musdu, Musdes khusus Perempuan, laki-laki dan anak, yang kemudian dipertemukan di Forum Musrenbang untuk dirumuskan dan diputuskan.

Kata Kunci: Partsipasi, Perempuan, Musrenbang.

(7)

vii

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu “

Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan baik ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Perempuan Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng” shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Merupakan suatu nikmat yang tiada ternilai dalam pelaksanaan penelitian skripsi yang telah dilakukan oleh penulis, walau sedikit mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat kerja keras penulis dan adanya bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis ayahanda H. BARING dan ibunda ROHANI yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tampa pamrih. Dan tak lupa saya ucapkan syukur untuk diri saya sendiri yang sampai sekarang masih kuat dan bertahan dalam proses menyelesaikam kuliah serta saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan,

(8)

viii

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Dr. Hafiz Elfiansyah Parawu, ST, M.Si selaku pembimbing I yang telah sabar dan tak kenal lelah dalam membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Nur Khaerah, S.IP., M.IP selaku pembimbing II yang tak kenal lelah membimbing dan mendorong penulis untuk menyelesaikan skrispi ini.

3. Bapak Prof. DR. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial &

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan.

6. Bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.H.I selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan.

7. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Seluruh Civitas akademik Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix dan memberi arahan.

11. Teman-teman FPM Sul-sel terkhusus Cabang Makassar yang telah menjadi keluarga saya dan selalu memberikan support.

12. Himjip Unismuh Makassar periode 2019-2020 yang telah menjadi keluarga saya dan selalu memberikan support dan membantu penulis selama kuliah 13. Abang saya tercinta Muh. Risal dan sang Istri ST. Saleha S.Pd, serta adikku

tersayang Nasrun yang selalu memberikan support, mendoakan dan membantu penulis selama kuliah.

14. Sahabat-sahabatku serta orang yang tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini serta mencurahkan kasih sayangnya.

15. Seluruh saudara angkatan Renaisans 2017 khususnya kelas Ilmu Pemeritahan B 2017 tak terkecuali teman-teman KKP angkatan ke-XXI Fisipol Unismuh Makassar dan Masyrakat Desa Cakura terkhusus Kepala Desa Cakura dan Ibu Posko beserta Keluarga yang telah menjadi keluarga bagi penulis selama KKP berlangsung.

Terlalu banyak orang yang berjasa dan mempunyai andil kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, sehingga tidak akan muat bila dicantumkan dan dituturkan semuanya dalam ruang yang

(10)

x

Akhirnya tidak ada gading yang tak retak, tidak ilmu yang memiliki kebenaran mutlak, tak ada kekuatan dan kesempurnaan semuanya hanya milik Allah SWT, karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan dan perbaikan skripsi ini senantiasa dinantikan dengan penuh keterbukaan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Makassar, 7 Desember 2021

Megawati

(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR BAGAN ... viiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Konsep dan Teori 1. Teori Partisipasi Masyarakat a. Definisi Partisipasi Masyarakat ... 10

b. Tujuan dan Manfaat Partisipasi Masyarakat ... 12

c. Jenis-jenis Partisipasi Masyarakat ... 13

d. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat ... 14

2. Konsep Perencanaan Pembangunan a. Definisi Perencanaan Pembangunan ... 15

b. Mekanisme perencanaan pembangunan Tingkat Desa (MUSRENBANG) ... 18

3. Konsep Partisipasi Perempuan ... 20

(12)

xii

D. Fokus Penelitian ... 28

E. Deskriptif Fokus Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 32

C. Sumber Data 1. Data Primer ... 33

2. Data Sekunder... 33

D. Informan penelitian ... 34

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 35

F. Tekhnik Analisis Data ... 35

G. Keabsahan Data 1. Triangulasi Sumber... 36

2. Triangulasi Tekhnik ... 36

3. Triangulasi Waktu ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

B. Hasil Penelitian ... 51

C. Hasil Pembahasan Penelitian ... 84

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 94

(13)

xiii

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 34 Tabel 4.1 Luas Wilayah Dusun Desa Papanloe ... 42 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada Tahun 2020 ... 45 Tabel 4.3 Jumlah Persentase Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Pada Tahun 2020 ... 46 Tabel 4.4 Jumlah penduduk Berdasarkan Dusun Pada Tahun 2020 ... 48 Tabel 4.5 Jadwal Pelaksanaan Musdu ... 54 Tabel 4.6 Daftar Hadir Musyawarah Rencana Pembangunan Desa RKPDesa 2022 dan DU-RKPDesa 2023……….... 91

(14)

xiv

Tahun 2020 ... 45

Gambar 4.3 Musyawarah Tingkat Dusun ... 51

Gambar 4.4 Musyawarah Desa Papanloe... 54

Gambar 4.5 Musrenbang Desa Papanloe ... 57

Gambar 4.6 Berita RKP Desa Papanloe Pada Tahun 2020………67

(15)

xv

(16)

1

Penyelenggaraan pembangunan Indonesia tidaklah lepas dari peran penting partisipasi atau keterlibatan masyarakatnya. Partisipasi oleh banyak kalangan disamakan pengertiannya dengan keikutsertaan, turut serta mengambil bagian. Hal ini menunjukkan adanya unsur keterlibatan dari suatu kegiatan.

Keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi adalah satu faktor penunjang dalam keberhasilan program-program pembangunan didesa. Maka dengan ikut partipasi, masyarakat akan lebih mudah memperoleh program-program pembangunan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.

Secara etimologi kata partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu participation ialah kata benda yang ikut mengambil bagian, peserta, TO participate adalah kata kerja, ikut mengambil bagian, “participation” adalah hal mengambil bagian. (Mustanir & Abadi, 2017)

Dasar hukum keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran daerah dijamin dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang meletakkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, menciptakan rasa memiliki masyarakat dalam pengelolaan pemerintahan daerah, menjamin adanya tranparansi, akuntabilitas, dan kepentingan umum perumusan program dan pelayanan umum yang memenuhi aspirasi masyarakat. (Nurhalimah, 2018)

(17)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 mengatur tentang partisipasi masyarakat yang menyebutkan bahwa Partisipasi adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan pembangunan.(Uceng Dkk, 2019)

Perencanaan menurut (Yunas, 2017) merupakan bagian dasar dalam manajemen pembangunan. Perencanaan pada asasnya berkisar pada dua hal, pertama adalah penentuan secara sadar mengenai tujuan-tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat bersangkutan, dan yang kedua adalah pemilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan- tujuan tersebut.

Sedangkan Perenacanaan pembangunana desa Menurut (Ariadi, 2019) adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.

Keterlibatan perempuan dalam perencanaan pembangunan desa, pemerintah telah memberikan kebijakan Affirmative action. Salah satu kebijakan yang mengatur keterlibatan perempuan dalam perencanaan pembangunan adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, pada pasal 8 ayat 4 dijelaskan bahwa pembentukan tim penyusun rencana pembangunan desa harus mengikutsertakan perempuan. Pada pasal 46 ayat 3, dijelaskan bahwa kelompok perempuan merupakan unsur masyarakat yang harus dilibatkan dalam pelaksanaan perencanaan

(18)

pembangunan desa. Selanjutnya pada pasal 40 ayat 3, dijelaskan bahwa pelaksana kegiatan desa harus mengikutsertakan perempuan. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 54, dijelaskan pula bahwa perempuan merupakan unsur masyarakat yang dilibatkan dalam musyawarah desa untuk memusyawarahkan hal-hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.(Razak Dkk, 2020)

Keterlibatkan perempuan dalam Program musrenbang perencanaan pembangunan akan lebih mudah tercapai karena tingkat keberhasilan program musrenbang ini tergantung dari tingkat partisipasi perempuan, Semakin tinggi partisipasi perempuan maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilannya, begitu pun sebaliknya. Oleh sebab itu, partisipasi perempuan sangat diperlukan guna menunjang keberhasilan dari perencanaan pembangunan desa pada forum musrenbang.(Apsalon, 2020)

Partisipasi menurut Husnul (2017) Mengatakan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan terbagi atas 3 tahap, yaitu:

Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage), Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage) Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage).

Partisipasi perempuan yang dimaksud dalam hal ini adalah Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage) yaitu ikut andil dalam forum Musyawarah ditingkat Desa, Musdes dan Musyawarah perencanaan pembangunan ditingkat desa yang selanjutnya disingkat MUSRENBANG.

(19)

Musdu menurut (Sugiarto,2020) mengatakan bahwa Musyawarah Dusun adalah cikal bakal perancanaan di Desa, dimana segala permasalahan dan potensi dusun dikupas dan disepakati untuk dibawa dalam forum yang lebih besar yaitu Musrenbangdes. Musyawarah Desa (Musdes) adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang terlibat. Hal ini diselenggarakan oleh BPD dan difasilitasi Pemerintah Desa untuk menyepakati hal-hal yang bersifat strategis, baik itu yang sudah terencana ataupun bersifat incidental sedangkan Musrenbangdes Menurut (Wibowo, 2015) adalah sebuah mekanisme perencanaan yang ada didaerah dan sebagai mekanisme untuk mempertemukan usulan/kebutuhan dari berbagai forum yang Desa seperti Musdu dan Musdes yang kemudian disepakati dan ditetapkan sebagai program kerja pemerintah desa.

Desa Papanloe adalah satu desa yang berada dikawasan Industri tepatnya di Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian petani, nelayan, dan penrajin Batu Bata (Batu Eja). Untuk berpartisipasi dalam hal pembangunan di desa, masyarakat Desa Papanloe khususnya perempuan secara struktural sudah dilibatkan dalam perencanaan pembangunan akan tetapi keterlibatan mereka masih kurang. Partisipasi ditingkat desa diwadahi melalui mekanisme perencanaan Musdu, Musdes dan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrembang).

Penelitian ini lebih berfokus dalam partisipasi perempuan diforum Musrenbangdes karena musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) lebih teknis, yaitu menindaklanjuti prioritas belanja yang telah

(20)

ditetapkan oleh Musyawarah Desa menjadi lebih rinci seperti perhitungan teknis, rencana anggaran biaya dan jadwal pelaksanaan kegiatan. Karena itu Musrenbangdes merupakan domain pemerintahan desa (kepala dan perangkat desa), tentu saja dalam proses musrenbangdes pemerintahan desa tetap melibatkan BPD dan perwakilan kelompok masyarakat untuk menjamin mandat Musyawarah Desa diimplementasikan dalam perencanaan yang lebih teknis.

Selain itu, hal yang menarik di Desa Papanloe adalah lembaga yang dibangun oleh kaum perempuan seperti Kelompok Wanita Tani (KWT) yaitu KWT Lestari dan KWT Rumah Rempah dan juga usaha pemerintah desa dalam menyusun program kerja desa yang melibatkan kaum perempuan yaitu sebelum melaksanakan musrembang desa, terlebih dahulu melakukan musyawarah tingkat Dusun disetiap dusun dan Musdes yang dibagi menjadi tiga yaitu Musdes Laki-laki, Musdes Perempuan dan Musdes Stanting Anak.

Berdasarkan observasi awal penelitian, Permasalahan yang dialami di desa Papanloe adalah tingkat partisipasi perempuan diforum Musrenbang hanya 10 orang dari jumlah perempuan sebanyak 1.450 dengan usia produktif sebanyak 458 orang di Desa Papanloe, mengenai keterlibatan atau partisipasi perempuan tersebut, yaitu masih kurang dalam berpartisipasi. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang menjadi penghambat mereka dalam ikut serta berkegiatan, salah satu faktornya yaitu adanya kesibukkan dalam hal pekerjaan maupun adanya tanggung jawab terhadap keluarga masing-masing. Selain faktor tersebut, hal lainnya juga adanya pola pikir atau kesadaran masyarakat yang masih kurang terhadap pentingnya pembangunan desa atau “masa bodoh” terhadap

(21)

pembangunan karena mereka merasa bahwa hal itu tanggung jawab pemerintah, padahal sebenarnya peran masyarakat juga sangatlah penting karena ini menjadi salah satu tujuan untuk meningkatkan suatu pembangunan di desa tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian yaitu : 1. Bagaimana tingkatan partisipasi perempuan dalam perencanaan

pembangunan di Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng?

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi perempuan dalam Musrenbangdes di Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengatahui tingkatan partisipasi perempuan dalam perencanaan Pembangunan di Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

2. Untuk mengatahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi perempuan dalam Musrenbangdes di Desa Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

(22)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis

a. Penelitia ini secara teoritis yaitu untuk menjadi rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, baik itu dalam bidang pendidkan maupun dalam ruang lingkup pemerintahan.

b. Memberikan konsep baru yang dapat dijadikan acuan sebagai bahan pembanding bagi peneltii selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingya keterlibatan perempuan dalam penyusunan anggaran desa.

b. Dapat menjadi masukan berharga bagi pemerintah desa Papanloe Kec.

Pa’jukukang Kab. Bantaeng. Sehingga mereka dapat meningkatkan peran serta kedudukan perempuan diwilayah public demi mewujudkan pembangunan nasional.

(23)

8

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Penulis mengangkat beberapa penelitian yang akan dijadikan sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian dalam penelitinnya antara lain :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Zainul

Mustofa, (2018)

Partisipasi

perempuan dalam proses perencanaan pembangunandesa (studi pada Musrembangdes tahun 2016 dan 2017 di Desa Mulyo Agung kec. Dau Malang)

Peran perempuan dalam forum musrembang di Desa Mulyo Agung masih minim. Minimnya keterlibatan perempuan itu bias dilihat dari dua hal. Yaitu, kepanitian dan peserta. Hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip partisipatif, refrensif, akuntabilitas, transparansi, efesiensi, efektifitas, dan ramah perempuan yang harusnya menjadi tolak ukur dalam penyelenggraan musrembangdes.

2. Yuanita Farah Monica dan Luluk Fauziah (2018)

Partisipasi

Permpuan Dalam Pembangunan Desa Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, 2017.

Partisipasi dan keterlibatan perempuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan cukup besar meskipun didalam anggota pemerintahan desa tidak ada anggota perempuannya, bentuk partisipasi yang di berikan berupa pikiran, dana, tenaga, kas swadaya dan sebagainya.

(24)

3. Abdul Muttalib

Studi Deskriptif Pran Perempuan Dalam

Perencanaan Pembangunan Pembangunan Partisipatif Di Kota Mataram, 2018.

Tentang musyawarah

pembangunan bemitra masyarakat pelaksanaan Musrenbang yang di laksanakan di kota mataram komisi-komisi sosial budaya yang paling banyak di hadiri oleh perempuan 15 karena keahlian perempuan lebih di manfaatkan dalam komisi sosial budaya.

Persamaan antara penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan beberapa

Dalam penelitian terdahulu diatas memiliki beberapa perbedaan dan persamaan yang dilakukan oleh peneliti Persamaannya adalah penelitian terdahulu dan penelitian yang saya lakukan adalah sama-sama meneliti mengenai partisipasi perempuan dalam pembangunan dalam suatu desa. Sedangkan selain Perebedaan teori yang digunakan adapun indikator dan fokus penelitian yang berbeda yaitu : yang pertama, Partisipasi perempuan dalam proses perencanaan pembangunandesa (studi pada Musrembangdes tahun 2016 dan 2017 di Desa Mulyo Agung kec. Dau Malang, Zainul Mustofa. Lebih berfokus pada peran perempuan dalam forum musrembang di Desa, yaitu perempuan dilihat dari kepanitian dan peserta. Kedua, Partisipasi Permpuan Dalam Pembangunan Desa Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, 2017, Yuanita Farah Monica dan Luluk Fauziah Fokus Penelitian. Studi Deskriptif Peran Perempuan Dalam Perencanaan Pembangunan 2018, Abdul Muttalib Fokus Penelitian Partisipasi perempuan dan kendala yang dihadapi. Ketiga, Studi Deskriptif Peran Perempuan Dalam Perencanaan Pembangunan Pembangunan Partisipatif Di Kota Mataram, 2018.

(25)

Fokus Penelitian yaitu, Peneliti lebih menekankan Pembangunan naratif atau deskriptif tekstual atas atas fenomena yang akan diteliti.

B. Konsep dan Teori

1. Teori Partisipasi Masyarakat a) Definisi Partisipasi Masyarakat

Allport dalam (Cahya, 2016) mengemukakan bahwa seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja, berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya. Sedangkan Keith davis mengatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Berdasarkan UUD Pasal 1 PP Nomor 45 Tahun 2017 tentang Partisipasi Masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah Daerah bahwa partisipasi masyarakat adalah peran serta masyarakat dalam menyalurkan aspirasi, pemikiran, dan kepentingan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.(Nurhalimah, 2018).

Menurut Mardikanto partisipasi Masyarakat merupakan keikutsertaan dan keterlibatan seseorang atau sekelompok masyarakat secara aktif dalam suatu kegiatan, sedangkan Dampak dari partisipasi masyarakat dalam proses Pembangunan menurut Abe dalam (Cahya, 2016) adalah sebagai berikut:

(26)

1. Masyarakat akan terhindar dari peluang manipulasi

2. keterlibatan masyarakat secara langsung akan memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki masyarakat.

3. Memberikan nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan program masyarakat.

4. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat.

Menurut Sumartono dalam (Wahyuni, 2015) Partisipasi masyarakat atau partisipasi warga adalah proses ketika warga, sebagai makhluk individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi dalam (Septia Dkk, 2019) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternative solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan ketertiban masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak dalam (Wahyuni, 2015) partisipasi masyarakat berarti masyarakat ikut serta, yaitu mengikuti dan menyertai pemerintah karena kenyataaannya pemerintahlah merupakan perancang, penyelenggara, dan pembayar utama dalam pembangunan.Masyarakat diharapkan dapat ikut serta, karena di seleggarakan dan dibiayai utama oleh pemerintah itu dimaksudkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat sendiri, untuk rakyat banyak.

(27)

Sanof dalam (Priestnall Dkk,2020) menyebutkan bahwa partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan merupakan konsep yang sangat umum yang meliputi berbagai bentuk pengambilan keputusan oleh sejumlah kelompok yang terlibat. Sedangkan tujuan utama dari partisipasi, peran serta masyarakat adalah :

1. Melibatkan masyarakat dalam mendesain proses pengambilan keputusan dan, sebagai hasilnya, meningkatkan kepercayaan mereka, sehingga mereka dapat menerima keputusan dan menggunakan dalam sistem yang telah ada ketika mereka menghadapi suatu masalah.

2. Menyalurkan suara masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan guna meningkatkan (kualitas) dari perencanaan dan keputusan.

3. Maningkatkan rasa kebersamaan (sense of community) dengan mengajak masyarakat untuk mencapai tujuan Bersama

Menurut Slamet dalam (Muttalib, 2018) partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut serta memanfaatkan dan ikut menikmati hasil-hasil pembangunan.

b) Tujuan dan Manfaat Partisipasi Masyarakat

Menurut Schiller dan Antlov dalam (Maros Dkk, 2020) yang dikutip tujuan dari partisipasi masyarkat adalah membangun rencana yaitu setelah melakukan perumusan visi bersama dalam rangka menentukan tujuan spesifik yang ingin

(28)

dicapai. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari adanya partisipasi masyarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Westra manfaat partisipasi, antara lain

1. Lebih dimungkinkan diperolehnya keputusan yang benar.

2. Dapat dipergunakannya kemampuan berfikir yang kreatif dari masyarakat.

3. Dapat mengembalikan nilai-nilai martabat manusia (human dignity), dorongan (motivasi) serta membangun kepentingan bersama.

4. Lebih mendorong orang untuk lebih bertanggung jawab.

5. Memperbaiki semangat bekerja sama serta menimbulkan kesatuan kerja

6. Lebih memungkinkan mengikuti perubahan-perubahan c) Jenis-jenis Partisipasi

Cohen dan Uphoff dalam (Aisyah,2015) membedakan partisipasi menjadi empat (4) jenis yaitu:

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama.Dalam partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

(29)

2. Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi:

menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program.

3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat.Partisipasi ini tidak lepas dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas, dapat dilihat dari peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa besar prosentase keberhasilan program.

4. Partisipasi dalam evaluasi Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh.Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya.

d) Bentuk-bentuk Tahapan Partisipasi

Bentuk-bentuk Partisipasi menurut Ndraha dalam (Nurhalimah, 2018). mengemukakan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu sebagai berikut.

1. Partisipasi melalui kontak dengan pihak lain.

2. Partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi.

3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan.

4. Partisipasi dalam pelaksanaan organisasional pembangunan.

(30)

5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan.Partisipasi dalam menilai pembangunan.

Sedangkan Keith Davis dalam jurnal yang ditulis oleh (Maros Dkk, 2020) berpendapat bahwa partisipasi masyarakat dibagi kedalam beberapa bentuk, yaitu :

1. partisipasi dalam bentuk pikiran, ide atau gagasan.

2. Partisipasi dalam bentuk tenaga.

3. Partisipasi dalam bentuk pikiran dan juga tenaga.

4. Partisipasi dalam bentuk keahlian.

5. Partisipasi dalam bentuk barang.

6. Partisipasi dalam bentuk uang 2. Konsep Perencanaan Pembangunan Desa

Secara umum perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan kondisi negara atau daerah bersangkutan. Sedangkan tujuan pembangunan pada umumnya adalah untuk mendorong proses pembangunan secara lebih cepat guna mewujudkan masyarakat yang maju, makmur dan sejahtera.

a) Definisi Perencanaan Pembangunan

Perencanaan menurut coyers dan Hills dalam (Priestnall Dkk,2020) adalah proses Kkontinyu yang menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan yang mengenai bagaimana pemanfaatan sumberdaya yang semaksimal mungkinguna mencapai tujuan-tujuan tertentu dimasa depan. Berdasarkan define perencanaan maka terdapat 4 unsur dasar dalam perencanaan yakni :

(31)

1. Perencanaan berarti memilih

2. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumberdaya 3. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan

Perencanaan menurut Saul Katz dalam (Nurhalimah, 2018) mendefinisikan pembangunan sebagai perubahan yang berlangsung secara luas dalam masyarakat dan bukan sekedar pada sektor ekonomi saja melainkan sektor lainnya seperti perubahan pendapatan perkapita atau perubahan pada grafik tenaga kerja dan lainnya, sedangkan menurut indrawijaya pembangunan merupakan rangkaian usaha perubahan dan pertumbuhan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa, gabungan kedua pengertian tersebut mengandung beberapa pokok pikiran sebagai berikut:

1. Pembangunan merupakan suatu proses. Oleh karena itu, harus dilaksanakan secara terus menerus, berkesinambungan, pentahapan, jangka waktu, biaya, dan hasil tertentu hal yang diharapkan.

2. Pembangunan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan merupakan hasil pemikiran sampai pada tingkat rasionalitas tertentu.

3. Pembangunan dilaksanakan secara berencana.

4. Pembangunan mengarah pada modernitas dan bertujuan untuk menemukan cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya, lebih maju, serta dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek.

(32)

5. Pembangunan mempunyai tujuan yang bersifat multidimensional, meliputi berbagai aspek kehidupan bangsa dan negara, terutama aspek politik, ekonomi, sosial-budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Perencanaan Pembangunan menurut Arthur W. Lewis dalam (Maros Dkk, 2020) adalah “Suatu kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia secara lebih produktif.

Jhingan dalam (Septia Dkk,2019) seorang ahli perencanaan pembangunan bangsa India. Mengatakan bahwa Perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah merupakan pen gendalian dan pengaturan perekonomian dengan Sen gaja oleh suatu penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapal suatu sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula”.

Perencanaan pembangunan Menurut Waterston dalam (Kandati dkk,2020) adalah melihat kedepan dengan mengambil pilihan berbagai alternative dari kegiatan untuk mencapai masa tersebut dengan terus menikuti agar supaya pelaksana tidak menyimpang dari tujuan. Secara umum unsur-unsur pokok dalam perencanaan pembangunan terdiri dari 6 unsur yaitu adanya kebijakan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan yang seringpula disebut tujuan, arah, prioritas pembangunan.

Perencanaan pembangunan menurut Bratakusumah dalam (Sugiarto, 2020) suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang

(33)

bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

a. Mekanisme Perencanaan Pembangunan Tingkat Desa (MUSRENBANG) perencanaan pembangunan ditingkat desa yang diatur dalam

permendagri nomor 114 tahun 2014 dalam (Aisyah,2015) yaitu :

1) diawali dengan tahap persiapan berupa musyawarah di tingkat dusun (Musdu), Musdes yang melibatkan kelompok-kelompok masyarakat (seperti misalnya kelompok tani/nelayan, kelompok pemuda, kelompok perempuan perempuan, dan lain-lain kelompok masyarakat) yang merupakan stakeholder di wilayah dusun/RW tersebut, membahas mengenai masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat setempat yang merupakan rencana kebutuhan pembangunan hasil musyawarah kelompok-kelompok masyarakat dimaksud, selanjutnya diajukan dan dijadikan sebagai salah satu bahan masukan (input) dalam kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes).

2) Musrenbang Desa dilaksanakan oleh tim penyelenggara musrenbang desa yang telah dibentuk atau ditetapkan sebelumnya oleh kepala desa, dan pesertanya terdiri dari komponen masyarakat (individu atau kelompok) yang berada di desa/kelurahan, seperti; ketua RT/RW, kepala dusun/lingkungan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), ketua adat, organisasi masyarakat, komite sekolah, kelompok tani/nelayan,

(34)

dan lain-lain. Wakil-wakil dari peserta tersebutyang memaparkan masalah utama yang dihadapi serta merumuskannya untuk dijadikan sebagai prioritas rencana kegiatan pembangunan di desa bersangkutan.

3) Dalam musrenbang tersebut, kepala desa serta ketua dan anggota BPD bertindak sebatas selaku narasumber yang menjelaskan tentang prioritas program/kegiatan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) desa/kelurahan.

Keluaran yang dihasilkan Musrenbang desa/kelurahan adalah : 1. Dokumen rencana kerja pembangunan desa/kelurahan yang

berisi :

a. Prioritas rencana kegiatan pembangunan skala desa/kelurahan yang akan didanai oleh alokasi dana desa dan atau swadaya.

b. Prioritas rencana kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan melalui dinas/instansi tingkat kabupaten atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk selanjutnya dibahas dalam forum musrenbang kecamatan.

c. Daftar nama delegasi desa yang telah dirumuskan oleh peserta musrenbang desa/kelurahan, untuk mengikuti MUSRENBANG selanjutnya ditingkat Kecamatan.

(35)

3. Konsep Partisipasi Perempuan

Sulaeman dan Homzah dalam (Septia Dkk,2019) dalam sudut pandang biologis, perempuan seringkali diidentikan dengan bejana yang mudah pecah seperti, halus, lemah dan tidak berdaya.Secara cultural berdasarkan Nugroho, perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan.Sedangkan dalam tinjauan etimologi berdasarkan Sudarwati dan Jupriono kata perempuan bernilai cukup tinggi, tidak dibawah tetapi sejajar, bahkan lebih tinggi daripada kata lelaki. Hal ini bisa dilihat dari uraian singkat di bawah ini:

a. Secara etimologis, kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti tuan, orang yang mahir/berkuasa, atau pun kepala, hulu, atau yang paling besar.

b. Kata perempuan juga berhubungan dengan kata ampu sokong, memerintah, penyangga, penjaga keselamatan, bahkan wali. kata mengampu artinya menahan agar tidak jatuh atau menyokong agar tidak runtuh; kata mengampukan berarti memerintah (negeri) ada lagi pengampu yakni penahan, penyangga, penyelamat.

c. Kata perempuan juga berakar erat dari kata empuan. kata ini mengalami pemendekan menjadi puan yang artinya sapaan hormat pada perempuan, sebagai pasangan kata tuan yang merupakan sapaan pada lelaki.

Perempuan menurut (Mulyadi,2020) mendefinisikan sebagai salah satu agen pembangunan yang memiliki peran secara aktif, partisipasif sebagai bentuk kontribusi dalam suatu perencanaan, pengawasan, evaluasi dalam program kerja

(36)

tertentu. Keikutsertaan perempuan sebagai bukti partisipasi secara suka rela demi mencapainya sasaran tertentu.

Partisipasi Perempuan menurut (Priestnall Dkk,2020) sebagai instrument pancapaian tujuan bersama dan mediasi dalam urusan publik. Pelibatan perempuan dalam ranah pengambilan keputusan serta pembangunan masyarakat dalam hal ini adalah pengelolaan program pembangunan desa. Ini merupakan perwujudan implementsi demokrasi yang hakiki, karena perempuan merupakan investasi, aset dan potensi bangsa yang dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.

UUD No. 25 Tahun 2004 tentang perencanaan pembangunan yang memberikan peluang besar untuk keberpihakan pada masyarakat dalam perencanaan pembangunan, sehingga masyarakat mempunyai hak yang sama untuk proses perencanaan pembangunan tersebut. Diprioritaskan keterlibatan perempuan disemua tahapan dan proses seperti dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang). (Maros Dkk, 2020)

Keterlibatan dan keikut-sertaan perempuan dalam proses perencanaan pembangunan desa menurut (Priestnall Dkk,2020) adalah kebijakan yang mengaharuskan perempuan terlibat dalam proses perumusan, perencanaan, pengawasan dan pengevaluasian program kerja yang ada di desa. Keberadaan perempuan diruang publik adalah sebuah proses mengubah budaya yang sebelumnya terkungkung dalam ranah domestik..

(37)

4. Konsep Tingkatan/Level Partisipasi Masyarakat

Menurut Sherry R Arnstein dalam (Septia Dkk,2019) Partisipasi masyarakat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah membagi 8 tingkat partisipasi masyarakat. Arnstein membagi tiga kelompok besar, yaitu :

Bagan 2.1

Tangga Partisipasi Masyarakat Arnstein NO Tingkatan

Partisipasi

Hakekat Kesertaan Tingkatan pembagian Kekuasaan 1. Manipulasi

(Manipulation)

Pemainan oleh pemerintah

Tidak ada partisipasi 2. Terapi (Therapy) Sekedar agar masyrakat

tidak marah/sosialisasi 3. Informing

(Pemberian Informasi)

Sekedar pemberian informasi searah

Tokenism/sekedar justifikasi agar

mengiyakan 4. Consultation

(Konsultasi)

Masyarakat didengar, tetapi tidak selalu dipakai

pendapatnya 5. Placation

(Penempatan)

Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu

dilaksanakan 6. Patnership

(Kemitraan)

Timbal balik dinegosiasikan

Tingkat kekuasaan ada Kontrol Masyarakat

dimasyarakat 7. Delegated Power

(Pelimpahan Kekuasaan)

Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian atau

seluruh program) 8. Citizen Control

(Kontrol Masyarakat)

Sepenuhnya dikuasai oleh masyarakat.

(38)

1. Manipulation, Merupakan tingkatan partisipasi dimana masyarakat hanya dipakai Namanya saja. Kegiatan untuk melakukan manipulasi informasi untuk memperoleh dukungan publik dan menjanjikan keadaan yang lebih baik meskipun tidak akan pernah terjadi.

2. Therapy, Pemegang kekuasaan memberikan alasan proposal dengan berpura-pura melibatkan masyarakat, meskipun terlibat dalam kegiatan.

Tujuannya lebih pada mengubah pola pikir masyarakat daripada mendapatkan masukan dari masyarakat itu sendiri.

3. Informing, Pemegang kekuasaan hanya memberikan informasi kepada masyarakat terkait proposal kegiatan masyarakat tidak diberdayakan untuk mempengaruhi hasil. Informasi dapat berupa hak, tanggung jawab dan berbagai pilihan, tetapi tidak ada umpan balik atau kesempatan untuk negoisasi dari masyarakat. Informasi diberikan pada tahap akhir perencanaan dan masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi rencana yang telah disusun.

4. Consultation, Masyarakat tidak hanya diberitahu tetapi juga diundang untuk berbagi pendapat, meskipun tidak ada jaminan bahwa pendapat yang dikemukakan akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Metode yang sering digunakan adalah metode survei tentang arah pikiran masyarakat atau pertemuan lingkungan masyarakat dan public hearing atau dengar pendapat dengan masyarakat.

5. Placation, Pemegang kekuasaan (pemerintah) perlu menunjuk sejumlah orang dari bagian masyarakat yang dipengaruhi untuk menjadi anggota satu

(39)

badan politik, dimana mereka mempunyai akses tertentu pada proses pengambilan keputusan. Walaupun dalam pelaksanaannya usulan masyarakat tetap diperhatikan karena kedudukan relatif rendah dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan anggota dari pemerintah yang mampu mengambil keputusan.

6. Partnership, Masyarakat berhak berunding dengan pengambilan keputusan atau pemerintah atas kesepakatan bersama kekuasaan dibagi antara masyarakat dengan pemerintah. Untuk itu, diambil kesepakatan saling membagi tanggung jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijakan serta pemecahan masalah yang dihadapi.

7. Delegated power, Pada tingkatan ini masyarakat diberi limpahan wewenang untuk membuat keputusan pada rencana tertentu untuk menyelesaikan permasalahan pemerintah harus mengadakan negoisasi dengan masyarakat tidak dengan tekanan dari atas. Dimungkinakan masyarakat mempunyai tingkat kendali atas keputusan pemerintah.

8. Citizen control, Masyarakat dapat berpartisipasi didalam dan mengendalikan seluruh proses pengambilan keputusan. Pada tingkatan ini mesyarakat memiliki kekuatan untuk mengatur program yang berkaitan dengan kepentingannya. Masyarakat mempunyai wewenang dan dapat mengadakan negoisasi dengan pihak-pihak luar yang hendak melakukan perubahan. Usaha Bersama warga ini langsung berhubungan dengan sumber dana untuk memperoleh bantuan tanpa melalui pihak ketiga.

(40)

Berdasarkan bagan diatas maka dapat dijelaskan bahwa dua tangga terbawah dikategorikan sebagai “non partisipasi” dengan menempatkan bentuk-bentuk partisipasi yang dinamakan terapi dan manipulasi. Sasaran dari kedua bentuk ini adalah mendidik dan mengobati masyarakat yang berpartisipasi. Tangga ketiga, keempat dan kelima sebagai tingkat Tokenism yaitu suatu tingkat partisipasi di mana masyarakat didengar dan diperkenankan berpendapat, tetapi mereka tidak boleh memiliki kemampuan untuk mendapat jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan.

5. Konsep Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat a. Faktor Penghambat

Ross dalam (Wahyuni, 2015) menyatakan bahwa partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1) Faktor Kesadaran/Kemauan

Partisipasi yang timbul karena kehendak dari pribadi anggota masyarakat.Hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri.

2) Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengahke atas dengan keterikatan moral kepada nilai

(41)

dan norma masyarakat yang lebihmantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang darikelompok usia lainnya.

3) Jenis kelamin

Partisipasi yang di berikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat ini,akan menimbulkan perbedaan perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita.

4) Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatusikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

5) Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya.

Pekerjaan dan penghasilanyang baik dan mencukupi kebutuhan sehari- hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

6) Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan

(42)

berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalamsetiap kegiatan lingkungan tersebut.

7) Peralatan/Fasilitas

Dalam pelaksanaan tugas kepala Desa dan perangkatnya, dibutuhkan kantorKecamatan yang merupakan tempat untuk melaksanakan tugas pengelolaan,pelaporan, pencatatan dan berbagai kegiatan lainnya.

b. Faktor Pengdukung

Tingkat partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari adanya dukungan dari Pemerintah Desa. Pemerintah selaku pengembang amanah rakyat untuk membangun memanglah harus berperan, terutama pemerintahdaerah dalam hal ini Camat, mereka diharapkanmampu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa mendatangi masyarakat untuk menghimbau dan usaha lainnya. Dukungan dari masyarakat, baik dari tokoh masyarakat maupun warga secara umum. Partisipasi tokoh masyarakat turut membantu dalam mengawasi dan memberikan arahan kepada masyarakat yang kurang memahami tentang pembangunan desa serta berperan sebagai kontrol sosial ditengah masyarakat.

(43)

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini menggunakan teori untuk Mengukur tingkat partisipasi Masyarakat maka dalam penelitian ini saya menggunakan teori Sherry R Arnstein yaitu, Non Participation meliputi (Manipulation, Therapy), Degrees Of Tokenism meliputi ( Informing, Consultation, dan Placation), Degrees Of Citizen Power meliputi ( Partnership, Delegated power, dan Citizen control) Terlepas dari dari tingkat Partisipasi Masyarakat tentunya ada faktor Internal dan Faktor Eksternal yang mempengaruhi. Olehnya itu, dibawah ini dibuat bagan kerangka pikir untuk memudahkan memahami alur pemikiran dalam penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Partisipasi perempuan dalam perencanaan pembangunan di Desa Papanloe Kec. Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng

Faktor Pendukung Dukungan Pemerintah Desa Tingkat Partisipasi

Masyarakat Teori Menurut Sherry R

Arnstein

1. Non Participation 2. Degrees Of

Tokenism 3. Degrees Of

Citizen Power

Meningkatkan Partisipasi Perempuan dalam Musrenbangdes

Faktor Pendukung 1. Kesadaran 2. Pendidikan 3. Pekerjaan

(44)

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian yang berpijak dari rumusan masalah adalah :

1. Tingkatan partisipasi Masyarakat dalam perencanaan Pembangunan melalui forum Musrembangdes di Desa Papanloe.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi perempuan dalam perencanaan pembangunan di Desa Papanloe.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Bentuk partisipasi perempuan dalam perencanaan pembangunan di Desa Papanloe dapat dilihat dari Musrenbangdes. Musrenbangdes adalah mekanisme perencanaan yang diselenggarakan Desa Papanloe untuk mempertemukan usulan/kebutuhan masyarakat dari Musyawarah ditingkat dusun, MUSDES dan Forum Anak dengan apa yang akan diprogramkan pemerintah desa.

1. Gambaran Tingkatan/Level partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa Papanloe.

a) Non Participation Meliputi (Manipulation, Therapy)

1) Manipulation, adalah dimana masyarakat Desa Papanloe hanya dijadikan sebagai subyek oleh pemerintah desa untuk diambil Namanya dalam kegiatan Musrenbang dan pemerintah desa Papanloe memanipulasi informasi tanpa melakukan partisipasi apapun diforum Musrenbang.

(45)

2) Therapy, adalah perilaku Pemerintah Desa Papanloe yang berpura-pura melibatkan masyarakat dalam forum Musrenbang yang tujuannya untuk mengubah pola pikir masyarakat daripada mendapatkan masukan dari masyarakat itu sendiri.

b) Degrees Of Tokenism Meliputi (Informing, Consultation, Placation)

1) Informing, adalah dimana Pemerintah Desa Papanloe hanya memberikan informasi terkait rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan tanpa memberikan kesempatan kepada masyarakatnya berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan desa.

2) Consultation, adalah masyarakat Desa Papanloe dilibat dalam forum Musrenbang. Masyarakat diundang untuk memberikan ide/gagasan, pendapat meskipun gagasan yang dikeluarkan meskipun belum tentu dapat diterima oleh pemerintah desa untuk dimasukkan dalam program desa.

3) Placation, adalah pemerintah desa atau Kepala Desa Papanloe menunjuk beberapa masyarakatnya yang memiliki pengaruhi untuk menjadi anggota badan politik, dimana mereka akan memberikan keputusan terkait yang dirumuskan.

(46)

c) Degrees Of Citizen Power Meliputi (Partnership, Delegated Power and Citizen Control)

1. Partnership, adalah Masyarakat Desa Papanloe berhak berunding dengan pengambilan keputusan Bersama pemerintah desa untuk kesepakatan Bersama. kekuasaan dibagi antara masyarakat dengan pemerintah.

2. Delegated power, adalah Pada tingkatan ini masyarakat Desa Papanloe diberi limpahan wewenang untuk membuat keputusan pada rencana tertentu untuk menyelesaikan permasalahan

3. Citizen control, adalah Masyarakat Desa Papanloe ikut berpartisipasi dalam mengendalikan seluruh proses

pengambilan keputusan. Pada tingkatan ini masyarakat desa Papanloe memiliki kekuatan untuk mengatur program yang berkaitan dengan kepentingannya.

2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Perempuan Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Papanloe.

a. Faktor Penghambat

1) Faktor Kesadaran adalah Kemauan seseorang berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dalam ha lini forum Musrenbang tanpa adanya paksaan dari pemerintah Desa Papanloe.Hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri.

(47)

2) Pendidikan adalah salah satu syarat masyarakat Desa Papanloe yang dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang dalam melakukan partisipasi diforum Musrenbang. Seseorang yang memliki Pendidikan dianggap lebih aktif memberikan saran dalam proses perencanaan pembangunan.

3) Pekerjaan Masyarakat Desa Papanloe merupakan sesuatu yang akan menentukan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, Jika seseorang bekerja dalam waktu yang padat maka seseorang tidak memiliki waktu yang cukup untuk berpartisipasi.

b. Faktor Pendukung

Tingkat partisipasi masyarakat Desa Papanloe juga dapat dilihat dari adanya dukungan dari Pemerintah Desa. Kepala Desa merupakan Pemimpin rakyat dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa dalam hal ini partisipasi diforum Musrenbang. Dukungan dari masyarakat, baik dari tokoh masyarakat maupun warga secara umum. Partisipasi tokoh masyarakat turut membantu dalam mengawasi dan memberikan arahan kepada masyarakat yang kurang memahami tentang pembangunan desa serta berperan sebagai kontrol sosial di tengah masyarakat.

(48)

33

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama kurang lebih 2 (dua) bulan yaitu pada 22 November sampai 22 Januari. Penelitian ini dilakukan di Desa Papanloe Kec. Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng. Alasan peneliti yaitu karna desa ini adalah salah satu Desa yang memiliki program yang melibatkan khusus kaum perempuan dalam perencanaan pembangunan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah, melalui prosedur yang telah ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan berasal dari hasil wawancara, observasi secara langsung, catatan lapangan, dokumen pribadi dan catatan resmi lainnya.

Tipe penelitian bersifat deskriktif kualitatif yaitu memberikan gambaran dan melukiskan keadaan dilokasi penelitian berdasarkan fakta yang ada dilokasi penelitian. Penelitian ini akan menjelaskan tentang Partisipasi Perempuan dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

(49)

C. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peniliti dalam penelitian ini yaitu :

1. Data primer, yaitu data empiris yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relavan yang ada dilapangan.

2. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti yang sumbernya dari data-data yang sudah diolah sebelumnya menjadi perangkat informasi dalam bentuk dokumen, laporan-laporan, dan informasi tertulis lainnya yang berkaitan dengan objek penelitia.

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan memberikan informasi kepada paneliti atau yang akan menjadi informan penelitian yaitu :

Tabel 3.1 Informan Penelitian

Informan

No. Nama Jabatan Inisial

1. Ahmad Muhajir

Sekdes Papanloe AM

2. Muh. Ramli Ketua BPD RM

3. Hj. Dewi Ketua PKK H.D

4. Suerayah Ketua KWT Lestri SR

5. Nur Afrida Ketua KWT

Rumah Rempah NA

6. Hj. Suryanti Tokoh Masyarakat H.S

7. Syamsidar Tokoh Masyarakat SS

(50)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Menurut Sugiyono (2007:209) bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini teknik pegumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan tiga metode yaitu :

1. Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan dengan mengamati kondisi yang relavan dengan objek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara dilakuakan kepada informan kunci serta informan- informan yang berkaitan dengan dengan judul penelitian tersebut. Menurut Harsono, wawancara merupakan proses pengumpulan data yang langsung memperoleh informasi dari sumbernya.

3. Studi pustaka (library research)

Dalam studi pustaka ini penulis menelaah berbagi bahan bacaan/pustaka berupa buku-buku, media online, surat kabar, undang-undang, peraturan pemerintah serta dokumen-dokumen lainnya yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar inventaris yang diperoleh terkait dengan penelitian yang dilakukan.

(51)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data ini dimaksudkan untuk menyusun atau mengelolah data untuk ditafsirkan, dimaknai dengan sebenarnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan menggunakan model interaktif (interactive model), seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Dalam Sugiyono 2014).

Gambar : 3.1

Dalam model interktif ini terdapat empat komponen analisis utama yaitu komponen pengumpulan data (Data Collection), reduksi data (Data Reduction), penyajian data (Data Display), dan penarikan kesimpulan (Conclusioan Drawing and Verification).

A. Keabsahan Data

Salah satu cara yang paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah dengan melakukan triangulasi menurut Sugiyono (2014), teknik pengumpulan data triagulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono ada tiga macam triangulasi yaitu :

(52)

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan dengan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. misalnya, membandingkan dengan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan antara apa yang dikatakan umum dengan apa yang dikatakana secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya, data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda- beda.

3. Tringulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data, data yang dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan

(53)

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triagulasi dapat di lakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

(54)

39

Pada Bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Papanloe terkait dengan Partisipasi Perempuan Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

Pada hasil penelitian ini juga menjelaskan tentang Profil Desa Papanloe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

1. Gambaran Umum Desa Papanloe a. Sejarah Singkat Desa Papanloe

Pentingnya mempelajari sejarah suatu wilayah merupakan suatu landasan awal mengapa sejarah Papanloe sangat penting untuk kita pelajari karena selain sejarah memberikan kepada kita suatu gambaran atas peradaban suatu wilayah juga menjadi satu bahan pembelajaran untuk kita menganalisis kejadian yang akan terjadi pada masa yang akan datang karena apa yang akan terjadi di masa depan itu dipengaruhi pada apa yang terjadi pada masa lampau dan masa kini.

Desa Papanloe pada awalnya bagian dari salah satu dusun dari Desa Borong Loe, kata Papanloe berasal dari kata Papoang, yang berarti kubangan kerbau, Loe berarti banyak , Papanloe berarti banyak kubanga kerbau, yang mana pada saat itu Kerbau salah satu ternak yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat, penduduk pada saat itu berasal dari Kaloling, Banyorang, Je’neponto Rumbia, dan Bulukumba. Dan sampai saat ini diantara mereka sudah banyak yang berkeluarga.

(55)

Kampung Papanloe mulai digarap pada Tahun 1965 dan ABRI melalui program Yonkarya I.

Pada tahun 1997 Desa Borong Loe dimekarkan dan Papanloe adalah salah satu dari Desa persiapan yang pada saat itu dijabat olehAbdullah Matatta, S.Sos yang ditunjuk dari pemerintah Kabupaten Bantaeng. Tahun 2001 Desa persiapan Papanloe menjadi Desa defenitif dilaksanakan pemilihan Kepala Desa yang di ikuti 2 (dua) calon kepala Desa yaitu : Abdullah Mattata. S.Sos, Surijati H Galla. Pada pelaksanaan pemilihan kepala Desa, Abdullah Mattata, S.Sos meraih suara terbanyak dan dilantik menjadi kepala Desa Defenitif periode 2001-2006. Nama- nama kepala Desa yang pernah menjabat adalah sebagai berikut : Abdullah Mattata, S.Sos (2001-2011), Sarifuddin, S.Sos (2011-2017), Kamaruddin, SH (2018-2023)

b. Letak Geografis dan Administrasi Gambar 4.1 Peta Desa Papanloe

Sumber : Pemetaan Partisipatif Desa Papan Loe 2021

(56)

Desa Papanloe adalah salah satu desa yang berada dikawasan Industri tepatnya di Kecamatan Pa’jukukang yang berada dibagian Timur Kabupaten Bantaeng dan berjarak kurang lebih 135 km dari kota Makassar, kurang lebih 15 km dari Ibukota Kabupaten Bantaeng dan sekitar 8 Km2 dari Desa Nipa-Nipa yang merupakan Ibukota Kecamatan Pa’jukukang. Wilayah Desa Papanloe ini memiliki luas kurang lebih 7,2 Km2 dengan batas-batas wilayah Administrasi Desa Papanloe yaitu sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Kaloling (Kecamatan Gantarangkeke) Sebelah Timur : Desa Layoa dan Desa Barua

Sebelah Selatan : Desa Baruga dan Laut Flores Sebelah Barat : Desa Borong Loe

Ditinjau dari segi luas Desa Papanloe merupakan wilayah kedua terluas dari Desa Borongloe di Kecamatan Pa’jukukang masing-masing dengan luas Desa Papanloe seluas 9,54 Ha sedangkan Desa Borongloe seluas 10,40 Ha. Secara kewilayaan Desa Papanloe terbagi dalan 7 dusun yaitu :

(57)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Dusun Desa Papanloe

Sumber Survei Demografi Desa Papan Loe 2020

c. Sumber Daya Alam (SDA) Desa Papanloe

Dari sekian banyak pemasukan atau penyumbang pendapatan yang paling besar dari sektor kelautan dan sektor pertanian karena secara umum Desa Papanloe dibagi menjadi dua daerah, yaitu : daerah pesisir pantai yang terdiri dari Dusun Kayu Loe, daerah Agraris yang terdiri dari Dusun Mawang, Papanloe, Bungung Rua, Bungung Pandang, Balla Tinggi, dan Sapamayo. Dengan curah hujan 23 Mm, suhu rata-rata harian 25℃ dan tinggi dari permukaan 1-5 mdl.

1) Sektor Kelautan

Budidaya rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan pada lima tahun terakhir yang dikembangkan di Desa Papanloe, usaha ini

No Nama Dusun Luas

1 Bungung Rua 126. Ha

2 Bungung Pandang 92. Ha

3 Sapamayo 124. Ha

4 Papanloe 227. Ha

5 Balla Tinggia 94. Ha

6 Mawang 206. Ha

7 Kayu Loe 67. Ha

Total 9,54 Ha

(58)

awalnya hanya merupakan mata pencaharian tambahan selain sebagai nelayan penangkap ikan di laut. Namun karena belakangan ini budidaya rumput laut lebih menguntungkan daripada usaha penangkapan ikan, merekapun beramai-ramai serius menggeluti dan menjadikan usaha ini sebagai pekerjaan utama dan menjadikan usaha nelayan sebagai usaha sampingan. Usaha ini ditekuni karena sistem pemeliharaannya yang tidak terlalu sulit jenis rumput laut yang banyak diusahakan adalah jenis Euscheuma akan tetapi dengan lajunya perkembangan usaha rumput laut di lain sisi masyarakat terkendala pada proses pengeringan rumput laut, di karenakan tidak adanya fasilitas penjemuran yang memadai ditambah kurangnya bibit unggul yang bisa dikembangkan oleh masyarakat dan kurangnya alat budidaya rumput laut.

2) Sektor Pertanian

Tanaman pertanian yang dibudidayakan di Desa Papanloe berjenis tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang tanah,cabe dan tomat. Hal ini terkait kondisi lahan yang kurang memungkinkan karena mayoritas lahan tidak ada hujan, tanaman pangan juga tergantung musim hujan untuk itu para petani berharap untuk memajukan hasil pertanian yang optimal dibutuhkan sarana pengairan yang memadai melalui pembuatan saluran irigasi dan pengadaan bibit yang memadai.

Referensi

Dokumen terkait

Berjudul “Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Tunas Sejahtera di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar” skripsi ini

Temuan penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap delapan responden yang mewakili kaum perempuan di kecamatan Kao Utara untuk mengukur seberapa besar

Ada beberapa lembaga lain yang dibentuk di tingkat kecamatan melalui musyawarah antar desa juga melibatkan perempuan, seperti Tim Pengelola Inovasi Desa

Pemberdayaan melalui Kelompok Wanita Tani Indah Lestari ini diharapkan dapat membantu perempuan ataupun ibu rumah tangga yang berada di lingkungan desa Cibiru Wetan yang

Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melalui Kegiatan Pemberian Nilai Tambah Olahan Jagung ( Zea mays L.) (Suatu Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Cipta Lestari Di Desa Haurgeulis

Adanya partisipasi ini bisa dilihat dengan indikator yang disebutkan dalam hasil wawancara, yakni bahwa kaum perempuan turut terlibat dengan mengikuti pelatihan dari

Pada penelitian ini faktor pendorong partisipasi perempuan dalam perencanaan pembangunan di Desa Pulai Gading, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin adalanya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bentuk partisipasi sosial perempuan dalam pembangunan desa lasiai yaitu melalui tiga tahap yang Pertama yaitu tahap perencanaan adalah