commit to user 63 BAB III ANALISIS
A. Implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta
Berdasarkan penelitian lapangan oleh penulis, terdapat sejumlah aspek yang dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan dalam tahun pertama Program Percontohan Desa Saemaul. Berikut adalah sejumlah aspek tersebut:
a. Saemaul Leaders
Aspek pertama yang akan dilihat oleh penulis adalah keberadaan Saemaul Leaders. Saemaul Leaders memegang peran penting pada implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan, antusiasme dan kreativitas mereka menjadi kunci sukses implementasi.1 Partisipasi masyarakat yang berkelanjutan dalam implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan sangat bergantung pada dinamika kepemimpinan dalam masyarakat seperti kemampuan memimpin, pandangan ke depan, kontak dengan pemerintah, dan kemampuan untuk memahami individu dalam masyarakat.2 Terkait dengan Saemaul Leaders penulis melihat bahwa dalam implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan terdapat dua pihak yang berperan menjadi Saemaul Leaders. Kedua pihak tersebut adalah tokoh masyarakat dan volunter dari Saemaul Globalization Foundation.
commit to user 64
1. Tokoh Masyarakat Desa Bleberan sebagai Saemaul Leaders
Berdasarkan hasil penelitian penulis, terdapat dua tokoh masyarakat yang berpotensi untuk dapat mensosialisasikan kelanjutan dari implementasi Saemaul Undong di desa mereka, yaitu Kepala Desa Bleberan dan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Bleberan. Kedua tokoh masyarakat tersebut dinilai sudah mampu menerima hasil implementasi Saemaul Undong di desanya sejauh ini. Terlihat dari bagaimana mereka memahami langkah jangka panjang apa yang tepat untuk direncanakan dalam lingkup kerjasama dengan SGF. Mereka juga terlihat memiliki potensi keberhasilan menerima implementasi prinsip-prinsip Saemaul Undong, yaitu self-help, dilligence, dan cooperation karena mereka memahami bahwa masyarakat Indonesia pada dasarnya sudah memiliki dasar prinsip-prinsip tersebut yang terkandung dalam prinsip gotong royong.
a. Kepala Desa Bleberan
Pada implementasi di Korea Selatan, sosok seorang Saemaul Leaders dipilih dari lingkungan daerah atas dasar kemampuan mereka dalam memimpin dan bertindak tegas terhadap warga.3 Kepala Desa Bleberan terlihat mengetahui bagaimana kondisi dan potensi yang dimiliki desanya serta sektor apakah yang masih belum mendapatkan perhatian masyarakatnya dan patut untuk dijadikan fokus kedepannya, seperti sektor peternakan. Sebagai seorang pemimpin, Kepala Desa selalu menjadi panutan dan punya pengaruh dalam struktur masyarakat di Indonesia. Jika pemimpin dalam masyarakat cukup
commit to user 65
dominan dan berpengaruh maka mereka akan mampu untuk menarik lebih banyak partisipasi masyarakat dalam proses penentuan kebijakan.4 Pada implementasi tahun 1970-1971, peran kepemimpinan pada desa telah menjadi faktor sukses untuk menarik partisipasi masyarakat.5 Hal tersebut akan berpengaruh pada pengimplementasian salah satu prinsip Saemaul Undong yaitu cooperation dimana seorang Kepala Desa akan berperan penting dalam menciptakan kerjasama yang baik antar anggota masyarakat. Jika kita melihatnya dengan pandangan strukturalis, peran seorang Kepala Desa juga penting dalam mengatur distribusi pendapatan warganya terutama untuk menciptakan kesetaraan dalam masyarakat. Sehingga beliau berperan untuk memastikan bagaimana setiap warganya mendapatkan kesempatan yang sama dalam upaya pembangunan ekonomi yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan pendapatan masyarakat desa secara keseluruhan. Seperti halnya pada implementasi di Korea Selatan, keberhasilan suatu desa yang akan menjadi percontohan berawal dari kemampuan mereka menaikkan pendapatan, sehingga desa lainnya juga akan turut serta percaya pada keberhasilan implementasi konsep Saemaul Undong.6
Pradita Nurmaya, sekretaris Kantor Perwakilan Saemaul Globalization Foundation (SGF) untuk Indonesia, mengatakan bahwa sejak implementasi Saemaul Undong, kepala desa terlihat jauh lebih terbuka dan aktif dalam masyarakat.7 Hal tersebut menunjukkan bahwa Kepala Desa sudah mampu menerima prinsip dilligence dalam Saemaul Undong, yaitu upaya untuk melakukan yang terbaik dalam setiap kesempatan yang ada demi mewujudkan
commit to user 66
pembangunan di masyarakat (strong work ethics).8 Sehingga apabila nantinya beliau berperan sebagai seorang Saemaul Leader, beliau akan mampu untuk memberikan contoh kepemimpinan dan membantu masyarakat dalam merubah karakter mereka terkait upaya pembangunan desanya.
b. Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Seperti halnya dalam implementasi di Korea Selatan, preferensi terhadap sosok Saemaul Leaders lebih kepada seseorang yang mampu untuk membawa perubahan di masyarakat dengan membawa inovasi, open-minded, dan berpengalaman dalam organisasi yang modern.9 Ketua Gapoktan Desa Bleberan dinilai benar-benar memahami sektor pertanian desanya dan mengetahui permasalahan apa saja yang belum dibenahi di sektor tersebut.
Beliau memiliki pengaruh dalam peran suatu civil society di Desa Bleberan yang sudah berorientasi pada pembangunan di sektor pertanian. Diluar peran pemerintah, Ketua Gapoktan mampu untuk menggerakkan masyarakat supaya secara aktif berusaha untuk mencari solusi dan perubahan dalam sektor pertanian desa mereka. Terbukti dengan peran beliau sebagai pemilik Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya.10 Hal ini mengacu pada implementasi prinsip self-help dalam Saemaul Undong, dimana sudah ada keinginan masyarakat untuk secara mandiri memperjuangkan kepentingannya dan tidak bergantung pada pihak lain.11 Gapoktan sendiri sudah mewakili tiga lapisan masyarakat yaitu, Kelompok Wanita Tani yang terdiri dari ibu-ibu Desa Bleberan, Taruna Tani yang terdiri dari pemuda Desa Bleberan, dan Gapoktan itu sendiri
commit to user 67
yang terdiri dari para bapak-bapak dengan profesi sebagai petani.12 Sehingga pemerintah desa dapat lebih memaksimalkan peran Gapoktan sebagai civil society untuk mensosialisasikan nilai-nilai Saemaul Undong pada warga.
Secara pandangan strukturalis, Gapoktan sebagai suatu civil society dalam Desa Bleberan memegang peran penting untuk menjamin peran masyarakat dalam pembangunan ekonomi khususnya di sektor pertanian.
Kemudian keberadaan Gapoktan juga dapat membantu distribusi dana pembangunan desa untuk sektor pertanian agar tepat penggunaannya.
Mengingat berdasarkan UU Desa No. 6 Tahun 2014, pemerintah desa di Indonesia sudah memiliki kewenangan dan dana lebih untuk mengatur pembangunannya.13 Sehingga dapat tercipta peluang pemerataan ekonomi dan kesempatan lebih bagi masyarakat desa untuk membangun ekonominya.
Atas dasar kedua analisis tersebut, jika dilihat dari posisi dan peran mereka dalam masyarakat saat ini, kedua tokoh masyarakat tersebut cenderung berpotensi untuk berhasil menerima implementasi prinsip-prinsip Saemaul Undong dan melanjutkan dampaknya bagi masyarakat Desa Bleberan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mereka cenderung bisa menjadi seorang Saemaul Leaders dalam kelanjutan implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan.
commit to user 68
2. Volunter dari Saemaul Globalization Foundation (SGF) sebagai Saemaul Leaders
Volunter yang diturunkan langsung oleh SGF pada Program Desa Percontohan Saemaul merupakan volunter yang terpilih dari program Global Saemaul Leader Volunteer milik SGF.14 Mereka bertugas untuk menjalankan peran sebagai Saemaul Leaders di desa masing-masing. Secara umum, mereka merupakan pensiunan maupun para fresh graduate yang ingin melaksanakan pengabdian masyarakat. Program volunteering ini tidak memberikan sistem gaji tetapi SGF tetap menanggung biaya hidup volunter.15
Pada implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan, seorang Saemaul Leader harus melalui masa pelatihan selama dua minggu dan mampu menciptakan tiga karakter utama yaitu pengabdian pada Saemaul Undong, menekankan pentingnya pengabdian diri untuk masyarakat, dan memberi contoh positif dalam kepemimpinan.16 Berdasarkan hasil penelitian penulis, volunter dari SGF sejauh ini bertugas untuk mensosialisasikan program yang sudah disusun oleh SGF. Tetapi volunter ini terlihat masih belum menjalankan peran kepemimpinannya dalam masyarakat terutama untuk melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya mewujudkan pembangunan desa mereka.
Mengingat itulah peran utama dari seorang Saemaul Leaders. Masyarakat sejauh ini hanya menunjukkan perannya untuk ikut serta dalam kegiatan yang disusun oleh SGF. Sejauh ini belum terlihat adanya proses tukar pikiran atau
commit to user 69
bentuk kerjasama yang tercipta antara volunter dan masyarakat terkait permasalahan apa yang sebetulnya perlu menjadi perhatian desa mereka.
Jika kembali pada konsep Saemaul Undong, tugas seorang Saemaul Leaders ketika turun kedalam masyarakat bukan hanya untuk membantu mereka menjalankan program yang sudah tersusun bagi desanya. Mereka juga berperan penting dalam membantu masyarakat untuk memahami kondisi desanya secara lebih kompleks sehingga mereka akan mengetahui permasalahan apa saja yang seharusnya menjadi fokus bagi mereka. Itulah poin dimana masyarakat diberi kesempatan untuk menunjukkan perannya sebagai suatu civil society. Seperti yang ada pada konsep Saemaul Undong bahwa untuk mendapatkan kontribusi yang maksimum dari masyarakat dalam upaya pembangunan, maka mereka harus dilibatkan dalam proses penentuan kebijakan.17
Selain itu, peran dari volunter sebagai seorang Saemaul Leaders sangatlah penting, karena jika ingin terciptanya Saemaul Leaders dari pihak desa maka harus ada role model yang memberi gambaran seperti apa sosok Saemaul Leaders yang ada pada konsep Saemaul Undong. Menurut penelitian penulis, kurangnya peran volunter sebagai seorang Saemaul Leaders cenderung dipengaruhi oleh sejumlah faktor diantaranya keterbatasan kemampuan bahasa volunter, kurangnya komunikasi efektif antara volunter dan technical assistant yang berperan sebagai penerjemah, dan keterbatasan program masyarakat pada dua tema yaitu pertanian dan pemberdayaan perempuan.
commit to user 70
b. Tahapan Implementasi Saemaul Undong
Aspek kedua yang menjadi perhatian penulis adalah bagaimana tahap pelaksanaan implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan. Program Desa Percontohan Saemaul akan berjalan selama lima tahun.18 Pada tahun pertama ini, masih pada tahap penyesuaian dengan kondisi masyarakat dan mensosialisasikan sejumlah program sesuai tema mereka.19 Menurut Budi Susilo, selaku Wakil Ketua I Yayasan Penabulu, kurun waktu satu tahun dirasa sudah lebih dari cukup jika hanya untuk proses penyesuaian dengan masyarakat. Sehingga selaku pihak yang mengadakan kerjasama untuk program ini, Penabulu merasa kurang puas dengan pencapaian SGF di tahun ini.
Diharapkan bahwa dalam waktu satu tahun mereka akan mampu untuk mengadakan suatu program yang lebih nyata dan lebih dari sekedar sosialisasi.20
Menurut Kepala Desa Bleberan, pada tahap pertama implementasi Saemaul Undong, SGF langsung menetapkan tema dan mendukung pelaksanaan program desa yang sesuai tema tersebut.21 Tetapi jika dilihat kembali pada bagaimana implementasi awal dari Saemaul Undong di Korea Selatan, pemerintah fokus pada pembangunan landasan program Saemaul Undong dengan mengidentifikasi masalah atau kebutuhan utama yang harus dipenuhi masyarakat desa.22 Fokus tersebut diantaranya adalah bagaimana memperbaiki lingkungan hidup masyarakat, meningkatkan pendapatan, dan memperbaiki kebiasaan atau tingkah laku dalam bermasyarakat.23 Mungkin
commit to user 71
memang SGF tidak mampu mencakup program seluas itu mengingat posisinya sebagai pihak ketiga yang menjalankan program di desa tersebut. Tetapi tetap saja terlihat bahwa ada tahap penting yang dilewati dalam proses implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan, yaitu proses identifikasi masalah yang menjadi kebutuhan masyarakat. Jika kita melihatnya dari pandangan strukturalis, kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan peran dalam pembangunan menjadi sangat penting sehingga tidak akan ada ketimpangan yang disebabkan oleh kepentingan tertentu dan semua perencanaan pembangunan haruslah murni untuk kepentingan bersama.
c. Peran pemerintah
Aspek ketiga yang menjadi perhatian penulis dalam implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan adalah bagaimana peran pemerintah didalamnya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan ini tidak dilaksanakan langsung oleh pemerintah Indonesia maupun Korea Selatan melainkan melibatkan dua yayasan yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat yaitu SGF dan Penabulu, walaupun kerjasama ini masih terkait dengan kerjasama sister province DIY dan Gyeongsangbuk-do.24 Sehingga pemerintah tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan program maupun mengkaitkan kebijakan mereka dengan implementasi Saemaul Undong.25 Begitu pula dengan pemerintah pusat Indonesia dan Korea Selatan yang sama sekali tidak memiliki peran dalam pelaksanaan kerjasama.
commit to user 72
Jika melihat pada implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan, tentu pemerintah memiliki peran yang lebih besar, karena saat awal dicetuskan konsep Saemaul Undong memang ditujukan untuk membantu pemerintah Korea Selatan dalam mengatasi permasalahan pembangunan di negaranya.
Pemerintah Korea Selatan menunjukkan perannya dalam memfasilitasi urusan pendanaan dan institusional, hingga mendorong masyarakat agar memberikan komitmennya dalam pelaksanaan kebijakan.26 Namun peran pemerintah dalam pelaksanaan Saemaul Undong di Korea Selatan terus mengalami perbaikan sebagai evaluasi atas sistem pelaksanaan Saemaul Undong. Saat awal dicetuskan, setiap urusan terkait dengan kebijakan dan organisasi Saemaul Undong berada di bawah Kementerian Dalam Negeri Korea Selatan bersama sejumlah organisasi pemerintah lainnya.27 Namun sejak 1 Desember 1980, Korea Saemaul Undong Center diresmikan dan memulai dominasi pihak swasta dalam pelaksanaan Saemaul Undong. Secara perlahan-lahan peran Kementerian Dalam Negeri Korea dan organisasi pemerintah lainnya mulai berkurang.28
Sejak dicetuskan, setiap unit dalam pemerintahan, dari mulai pemerintah pusat, provinsi, hingga desa dan kota, membentuk kantor atau kepegawaian yang secara khusus menangani Saemaul Undong.29 Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah memiliki peran penting saat awal implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan.
commit to user 73
Berikut adalah bentuk susunan pemerintahan saat implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan dari pusat hingga daerah:
Tabel 3.1. The Governmental Saemaul Undong Organization.30
Kemudian berikut ini adalah bentuk sruktur desa saat implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan:
Tabel 3.2. Organizational Charts for Village Development Committee in ri and dong.31
commit to user 74
Jika pada implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan terdapat pembagian peran di setiap unit pemerintahan, maka berbeda dengan implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan. Program Desa Percontohan Saemaul merupakan suatu program yang dicetuskan oleh pihak ketiga atau pihak asing yang bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam pelaksanaannya. Sehingga dalam implementasinya pemerintah daerah maupun pusat memang tidak memberikan peran penuh sebagai pelaksana kegiatan.
Meskipun pemerintah tidak secara langsung melaksanakan perannya dalam Program Percontohan Desa Saemaul, tetapi tetap ada peran mereka dalam hal administratif, pendanaan, maupun sebagai pihak pembina. Bentuk peran tersebut dapat kita lihat melalui tiga pihak pemerintah, yaitu:
1. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Gyeongsangbuk-Do
Seperti halnya implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan, pemerintah Gyeongsangbuk-do berperan untuk memfasilitasi SGF dalam urusan pendanaan dan administratif, begitu pula dengan sistem yang dijalankan yayasan mereka. Mengingat SGF merupakan yayasan yang dibentuk oleh Gyeongsangbuk-do untuk mengupayakan globalisasi Saemaul Undong seperti yang mereka harapkan.32 Namun mereka tidak secara langsung melaksanakan peran pembangunan di masyarakat karena itu menjadi tugas bagi SGF di setiap Desa Program Percontohan Saemaul.
commit to user 75
Sama halnya dengan pemerintah Gyeongsangbuk-do, pemerintah DIY tidak memberikan peran langsung dalam implementasi di Desa Bleberan tapi tetap memiliki peran sebagai pihak yang memberikan pembinaan atau pendampingan bagi kedua pihak pelaksana kerjasama. Terutama dalam hal pemberdayaan masyarakat dan wanita, yakni melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM).
2. Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul
Pemerintah Gunung Kidul memberikan kontribusi melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan Keluarga Berencana (BPMPKB), selaku badan yang mengurusi pemberdayaan masyarakat dan perempuan di tingkat kabupaten. Sesuai penelitian penulis saat mengunjungi kantor BPMPKB, mereka menyatakan bahwa tidak ada agreement yang melibatkan pemerintah di tingkat kabupaten dengan SGF. Meski demikian, pada tahun pertama ini BPMPKB juga berkontribusi dalam program SGF di Desa Bleberan yaitu dengan memberikan Pelatihan dan Kampanye Desa Ramah Anak dan Perempuan.33 Selain itu, berdasarkan penelitian penulis, beberapa pihak pemerintah kabupaten juga diundang untuk hadir dalam agenda SGF dan menjadi narasumber, seperti Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Gunung Kidul, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Gunung Kidul, dan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Gunung Kidul.
commit to user 76 3. Pemerintah Desa Bleberan
Pemerintah Desa Bleberan merupakan pihak pemerintah yang paling berperan dalam pelaksanaan kerjasama. Pemerintah Desa Bleberan tentunya berperan dalam setiap urusan adminisratif terkait pelaksanaan kerjasama di desanya. Kemudian Pemerintah Desa Bleberan juga berperan dalam penentuan program dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) yang sesuai dengan tema dari SGF, sharing dana untuk program, dan peran yang sangat penting dalam menarik partisipasi masyarakat dalam kegiatan.34 Namun Pemerintah Desa Bleberan tidak secara langsung terlibat dalam implementasi Saemaul Undong, penentuan tema program, dan penentuan sistem atau jadwal pelaksanaan kegiatan.35 Hal tersebut menjadi bagian dari peran SGF dan Penabulu selaku pelaksana kegiatan. Selain itu, pemerintah desa juga tidak memiliki dokumentasi kegiatan, laporan kegiatan dan dana, maupun perencanaan program, yang menggambarkan kurangnya koordinasi pihak SGF dengan pemerintah desa.
Setelah mengetahui peran ketiga pihak pemerintah tersebut, terlihat bahwa pemerintah cenderung tidak memiliki peran langsung dalam implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan. Menurut Budi Susilo, pihak SGF memang cenderung tidak ingin terlalu melibatkan pemerintah dalam program ini dikarenakan kekhawatiran akan ada kepentingan tertentu dari pihak pemerintah.36 Apabila kita melihatnya dengan pandangan strukturalis, Saemaul Undong berusaha untuk memberikan kesempatan yang sama bagi
commit to user 77
setiap lapisan masyarakat desa untuk bekerjasama membangun perekonomian desanya. Dalam hal ini, pemerintah memiliki peran untuk memastikan warganya punya peran dalam setiap upaya pembangunan. Sehingga pembangunan memang ditujukan untuk kesejahteraan bersama. Peran yang baik dari pemerintah juga akan menjamin keberlanjutan implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan setelah berakhirnya Program Desa Percontohan Saemaul ini.
Oleh karena itu, pada implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan, peran dari pemerintah dapat dimaksimalkan kembali, seperti contohnya adalah:
a) Pemerintah Desa
Peran pemerintah yang paling penting dalam implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan adalah peran dari pemerintah Desa Bleberan itu sendiri. Pemerintah desa terjun langsung dalam kegiatan implementasi Saemaul Undong, sehingga peran mereka dalam hal ini bukan sebatas memfasilitasi keperluan administratif ataupun institusional, tetapi peran mereka sangat dibutuhkan dalam upaya membangun suatu struktur masyarakat yang siap untuk melaksanakan pembangunan terutama untuk mencapai suatu pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, selaku pihak yang paling memahami kondisi desanya, mereka dapat berperan untuk membantu pihak SGF dalam menentukan program yang sesuai untuk mengatasi permasalahan di Desa Bleberan. Oleh karena itu, pada akhir implementasi di tahun pertama ini pemerintah desa sudah terlihat mulai melibatkan masyarakat dalam mengajukan proposal program yang tepat untuk desanya dan sesuai dengan
commit to user 78
tema dari SGF. Sehingga dapat ditemukan suatu kesepakatan dalam penyusunan program yang berkelanjutan. Pemerintah desa juga menjadi pihak yang akan terus berkoordinasi secara langsung dengan volunter selaku Saemaul Leaders bagi desanya dalam proses pelaksanaan program. Sehingga dibandingkan dengan pihak pemerintah lainnya, mereka cenderung punya peluang lebih besar untuk menentukan bagaimana arah kerjasama ini kedepannya serta agar program ini dapat memberikan suatu solusi bagi permasalahan di Desa Bleberan.
b) Pemerintah Kabupaten
Pemerintah tingkat kabupaten juga memiliki peran dalam proses pelaksanaan Saemaul Undong di lapangan terutama dalam hal penentuan program atau kebijakan hasil implementasi Saemaul Undong. Pemerintah di tingkat kabupaten akan cenderung lebih siap dalam menentukan arah pembangunan untuk setiap daerahnya, dalam hal ini adalah desa, sehingga implementasi Saemaul Undong bisa benar-benar memberikan solusi dalam pembangunan desa dan tepat sasaran sesuai kebutuhan desa. Selain itu, partisipasi masyarakat yang terus berkelanjutan dalam penentuan kebijakan juga tergantung pada tingkat pendidikan masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan mereka maka akan memberikan respon terhadap aktivitas yang membangun.37 Sehingga peran pemerintah di tingkat kabupaten akan cenderung membantu masyarakat desa dalam memahami permasalahan di daerahnya dan mendorong partisipasi mereka.
commit to user 79 d. Saemaul Projects
Pada implementasi Saemaul Undong, peran masyarakat, pemerintah, dan Saemaul Leaders sangat penting dalam proses penyusunan maupun pelaksanaan program. Terutama dalam proses penentuan kebijakan yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Pada implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan di tahun pertama sudah terlaksana sejumlah program yang terbagi dalam tiga triwulan, meliputi:
1. Bulan Desember 2015 - Februari 2016:
Pada triwulan pertama ini dilaksanakan program pertama implementasi Saemaul Undong untuk ketiga Desa Percontohan Saemaul. Yaitu Pelatihan Perencanaan Program Desa Partisipatif, dengan pemberian materi mengenai Saemaul Undong dan wujud desa partisipatif oleh Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, serta perwakilan Yayasan Penabulu. Pesertanya berasal dari tiga desa Program Percontohan Saemaul, termasuk Desa Bleberan.
Pada pelatihan tersebut, peserta diminta untuk menentukan skala prioritas pembangunan untuk melibatkan peserta secara langsung dalam penentuan kebijakan desa. Kemudian pada triwulan ini juga dilaksanakan Sosialisasi tentang Globalisasi Saemaul Undong yang juga melibatkan perwakilan Desa Bleberan sebagai peserta. Selain itu, ada dua program spesifik untuk Desa Bleberan yaitu Bersih Sungai Dusun Tanjung serta Pelatihan dan Kampanye Desa Ramah Anak dan Perempuan.38
commit to user 80 2. Bulan Maret – Mei 2016:
Kemudian pada triwulan kedua, terdapat dua pelatihan yang diadakan untuk Desa Bleberan, yaitu Pelatihan Penguatan Kapasitas Gapoktan dan Pengenalan Pertanian Organik serta Pelatihan Pemanfaatan Barang Bekas dan Bagi PKK dan Guru PAUD.39
3. Bulan Mei-September 2016:
Pada triwulan terakhir, program untuk Desa Bleberan berupa Pelatihan Pembuatan Pakan Ternak dan Sosialisasi Pembuatan Pupuk Organik serta Kegiatan Sosial Relawan Mahasiswa di Desa Percontohan Saemaul.40
Berdasarkan penelitian penulis terkait program-program yang dijalankan pada tahun pertama implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan, terlihat bahwa program yang disusun untuk Desa Bleberan cenderung masih belum mencakup permasalahan yang dibutuhkan solusinya oleh masyarakat. Mungkin pada program Pelatihan Pembuatan Pakan Ternak dan Sosialisasi Pembuatan Pupuk Organik memang sudah mencakup permasalahan petani saat musim kemarau, tetapi mayoritas program terlihat dihasilkan bukan atas suatu proses diskusi langsung dengan masyarakat untuk memahami masalah pembangunan desa. Sehingga kurang tepat sasaran dalam mengatasi permasalahan di desa, baik dari segi pemilihan program maupun tema. Hal ini disebabkan oleh kurangnya peran masyarakat dalam proses penentuan program. Meskipun program sudah berasal dari agenda desa,
commit to user 81
program-program tersebut tidak tergolong sebagai suatu solusi dalam upaya pembangunan Desa Bleberan. Hal ini juga terkait dengan tema yang sudah ditentukan bukan merupakan sektor yang sedang menjadi fokus masalah di desa. Sehingga terlihat bahwa ada ketidaksesuaian dengan implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan, terutama bahwa setiap Saemaul Projets harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Program harus memenuhi kebutuhan warga dan daerah.
2. Program harus menyesuaikan kondisi daerah dan mengacu pada potensi pembangunan daerah.
3. Program harus melayani seluruh warga di wilayah implementasi dengan mengutamakan kenyamanan dan kepentingan seluruh warga.
4. Dampak dari program harus berkelanjutan, jangka panjang, dan cukup besar untuk mencakup seluruh bahan dan tenaga kerja yang tersedia.
Serta efektif dalam penggunaan dana, tenaga kerja, dan waktu.41
Kemudian berikut ini adalah contoh program utama Saemaul Undong pada satu dekade implementasi, meliputi:
Tabel 3.3. Major Saemaul Projects.42
commit to user 82
Peran masyarakat dalam proses penentuan program implementasi Saemaul Undong sangatlah penting untuk mengupayakan pembangunan yang berkelanjutan sebagai bagian dari kesuksesan implementasi Saemaul Undong di suatu desa. Apabila posisi masyarakat sebagai suatu civil society dapat dimaksimalkan, tentu mereka akan mampu melanjutkan setiap upaya pembangunan kedepannya.
B. Hasil dan Dampak Implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta a. Hasil Implementasi Tahun Ke-1 (Desember 2015 - September 2016)
Pada pembahasan Saemaul Undong secara global tentu diperlukan analisis mengenai hasil dari upaya tersebut. Secara umum, untuk implementasi Saemaul Undong bagi Desa Bleberan, SGF memiliki target berupa pembentukan unit Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di bidang pertanian atau pemberdayaan perempuan dan turut membantu pengembangan BUMDes Pengadaan Air Bersih yang sudah ada. Ditambah dengan pembangunan gedung yang bisa digunakan sebagai tempat usaha (workshop), kantor BUMDes, dan tempat pameran produk hasil karya warga desa.43
Implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan akan berlangsung selama lima tahun. Pada implementasi di setiap tahunnya telah ditentukan sejumlah tahap, meliputi:
Tahun pertama: menangani keperluan administrasi dan mengadakan sejumlah pelatihan untuk mengetahui potensi desa. Pelatihan berupa
commit to user 83
peningkatan kapasitas dan perubahan pola pikir masyarakat.
Kemudian menyusun perencanaan usaha desa di akhir tahun.
Tahun kedua: realisasi rencana usaha desa dan melanjutkan program pelatihan.
Tahun ketiga: pelaksanaan operasional rencana usaha dan pelatihan teknis pengembangan produk usaha desa, manajemen usaha, hingga pemasaran produk. Intensitas pelatihan untuk peningkatan kapasitas dan perubahan pola pikir masyarakat mulai dikurangi.
Tahun keempat: SGF akan mulai mengurangi perannya dan diharapkan dapat menunjukkan kontribusi yang lebih besar.
Tahun kelima: pada tahun kelima SGF akan semakin mengurangi perannya sehingga diharapkan SDM lokal seperti Pemerintah daerah (pemerintah desa, kabupaten, propinsi), yayasan (Penabulu),dan praktisi akademisi (UGM, UII) dapat memberikan peran penuh untuk keberlanjutan program Desa Percontohan Saemaul. Khususnya peran pemerintah daerah dalam memberikan bantuan finansial.
Seperti yang tercantum diatas bahwa implementasi tahun pertama ditargetkan berupa penanganan keperluan administratif dan pelatihan untuk masyarakat. Sesuai dengan hasil penelitian penulis bahwa pada tahun pertama ini kegiatan implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan berupa pelatihan untuk setiap lapisan masyarakat, baik pemuda, ibu-ibu, hingga bapak-bapak.
Berikut ini merupakan pernyataan dari keempat perwakilan masyarakat terkait
commit to user 84
perkembangan implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan pada tahun pertama:
1. Bapak Supraptono (Kepala Desa Bleberan).44
Berdasarkan pernyataan dari bapak Supraptono, selaku Kepala Desa Bleberan, pada tahun pertama ini kegiatan memang masih pada tahap peningkatan kapasitas petani, PKK, kelompok wanita tani, dan kelompok usaha produktif. Sehingga belum ada kegiatan fisik, baru akan dilaksanakan pada tahun kedua. Kemudian beliau juga mengatakan bahwa di akhir program tahun pertama ini pihak desa menyusun perencanaan kegiatan untuk tahun kedua.
Dimana salah satunya pihak desa mengajukan proposal untuk peternakan sapi.
Tetapi sementara sifatnya masih sebagai proposal pengajuan hingga nantinya dapat disetujui oleh SGF sebagai program jangka panjang yang akan dilaksanakan bersama.
Selaku Kepala Desa, beliau menilai bahwa respon warga cukup positif dimana warga cukup antusias dalam kegiatan, khususnya petani dan pihak BUMDes. Beliau juga menilai bahwa pada tahun pertama ini pihak desa belum bisa memberikan evaluasi terkait hasil, mungkin hasil baru akan terlihat pada tahun-tahun berikutnya. Hanya saja selaku Kepala Desa, beliau menyayangkan pemilihan tema program yang dirasa kurang signifikan mengingat isu pertanian dan pemberdayaan perempuan sudah ada di desa sebelum kehadiran SGF. Desa juga tidak bisa untuk langsung fokus pada dua isu itu saja mengingat ada sektor lain yang perlu menjadi perhatian seperti infrastruktur.
commit to user 85
Atas dasar pernyataan-pernyataan tersebut, terlihat bahwa di tahun pertama ini Kepala Desa baru dapat melihat hasil implementasi Saemaul Undong pada partisipasi masyarakat, terlihat dalam respon positif mereka untuk terlibat langsung dalam kegiatan. Kemudian pemilihan tema yang dirasa belum memberikan solusi yang tepat untuk pembangunan desa mengingat kedua isu tersebut bukan merupakan masalah yang menjadi priotitas desa.
2. Bapak Sumari Citrowibowo (Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Bleberan).45
Menurut Bapak Sumari, selaku Ketua Gapoktan Desa Bleberan, pada tahun pertama ini ada satu kegiatan yang melibatkan bapak-bapak Desa Bleberan, yaitu pelatihan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak.
Pelatihan ini mentargetkan para bapak-bapak mengingat mayoritas berprofesi sebagai petani dan menjadi anggota Gapoktan. Selain itu karena di daerah Gunung Kidul juga masih sering mengalami masalah kekurangan bahan pakan ternak saat kemarau. Terkait rencana kedepannya pihak Gapoktan bersama desa sudah mengajukan proposal usaha budidaya sapi. Selaku Ketua Gapoktan, beliau juga mengharapkan adanya pembangunan sarana agrobisnis untuk masyarakat berupa warung tani dan kios dagang di daerah wisata Air Terjun Sri Gethuk. Hal ini juga terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan.
Pada implementasi tahun pertama ini beliau menilai bahwa memang program-program dari SGF belum memberikan solusi tepat bagi permasalahan desa, mungkin baru akan terlihat pada jangka panjangnya. Sehingga beliau
commit to user 86
berharap di tahun-tahun berikutnya akan terus ada kelanjutan dari program implementasi Saemaul Undong secara signifikan supaya juga bisa menjadi contoh bagi desa-desa lainnya. Implementasi tersebut juga dirasa tidak cukup pada pelatihan saja, harus ada pendampingan pada praktek lanjutannya atau terus mendampingi perkembangan di lapangan.
Sebagai evaluasi, beliau menilai pemilihan tema yang dirasa kurang tepat bagi desa walaupun program untuk Gapoktan sudah cukup bagus.
Kemudian waktu implementasi yang kurang sesuai, seperti program peternakan sapi seharusnya sudah menjadi rencana sejak awal mengingat pada rentang akhir tahun biasanya harga ternak sedang murah.
Atas dasar pernyataan-pernyataan tersebut, terlihat bahwa Ketua Gapotan sudah merasakan cukup terbantu atas kegiatan yang dilaksanakan oleh SGF bagi Gapoktan. Sehingga dapat dilihat bahwa implementasi tahun pertama ini memang sudah cukup positif pada pemilihan kegiatan untuk tema pertanian. Hanya saja hasilnya memang belum dapat terlihat mengingat pada tahun pertama ini bentuk implementasi masih pada pelatihan untuk masyarakat dan belum ada bentuk praktek atau kegiatan pendampingan yang berkelanjutan. Selain itu, terlihat bahwa pihak SGF masih kurang melaksanakan koordinasi yang signifikan dengan warga terkait perencanaan kegiatan.
Sehingga ada kegiatan yang dinilai kurang tepat waktu implementasinya atau kegiatan yang kemungkinan sudah dapat dimulai implementasinya sejak tahun pertama.
commit to user 87
3. Bowo Sulistyo (Ketua Karang Taruna Desa Bleberan).46
Menurut Bowo Sulistyo, selaku Ketua Karang Taruna Desa Bleberan, pada tahun pertama ini pihak Karang Taruna hanya mendapatkan pelatihan bagi para Taruna Tani bersama dengan warga lainnya. Menurutnya, karena terpacu pada tema, mereka hanya mampu mengajukan sejumlah program seperti pelatihan untuk kapasitas manajemen Taruna Tani, cara penanaman padi, dan penanggulangan hama tanaman. Sedangkan program lain diluar tema tidak mendapatkan persetujuan seperti pelatihan membuat batik dan souvenir.
Kemudian kami juga turut membantu penyusunan rencana peternakan sapi bersama desa. Menurutnya di tahun pertama ini memang masih belum ada wujud praktek dari program untuk pemuda, sehingga diharapkan kedepannya akan lebih banyak perhatian terkait masalah di lapangan atau dalam prakteknya. Atas pernyataan tersebut, terlihat bahwa pada implementasi tahun pertama ini memang masih sulit menilai hasil serta masih kurangnya pemahaman tentang masalah yang dihadapi warga desa saat implementasi program. Oleh karena itu, diperlukan pendampingan pada praktek di lapangan dan bukan hanya sekedar pelatihan.
4. Bersama Tugiyah (Wakil Ketua I PKK Desa Bleberan).47
Menurut Ibu Tugiyah, selaku Wakil Ketua I PKK Desa Bleberan, pada tahun ini ibu-ibu PKK Desa Bleberan mendapatkan kegiatan sesuai tema dari SGF yaitu pertanian dan pemberdayaan wanita. Pada program pertanian melibatkan ibu-ibu PKK yang juga tergabung dalam Kelompok Wanita Tani.
commit to user 88
Beberapa kegiatan yang melibatkan mereka antara lain pelatihan kepemimpinan, pengolahan makanan dari bahan lokal, kampanye gerakan ramah anak dan perempuan, dan pembuatan souvenir dari sampah plastik.
Selama tahun pertama implementasi, Ibu Tugiyah menilai respon ibu-ibu PKK cukup positif, mereka mendapatkan banyak ilmu baru dan peningkatan kreatifitas. Terlihat dari sejumlah ibu-ibu yang sudah mulai aktif membetuk usaha kecil.
Terkait program, menurut beliau pada dasarnya program-program yang dilaksanakan ini sudah menjadi program desa. Begitu pula dengan program yang direncanakan tahun depan. Sejauh ini pihak PKK juga belum pernah mengajukan suatu program atau menyusun rencana jangka panjang bersama dengan SGF dan sifatnya masih akan melanjutkan program yang sudah didapatkan dari pelatihan. Harapannya adalah pada tahun kedua nanti pihak SGF dapat memaksimalkan program pada pemberdayaan perempuan. Atas dasar pernyataan tersebut, terlihat bahwa beliau merasakan implementasi pada tahun pertama ini memang masih belum maksimal karena hanya berpacu pada program yang memang sudah jadi agenda desa. Walaupun pada pelaksanaan kegiatan untuk pemberdayaan perempuan sifatnya cukup membantu bagi ibu-ibu Desa Bleberan.
Setelah mendengar pendapat dari keempat perwakilan masyarakat Desa Bleberan, maka kita dapat melihat seperti apa hasil dari perkembangan implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan. Poin terpenting yang dapat
commit to user 89
kita lihat dari hasil implementasi tersebut adalah adanya partisipasi masyarakat untuk terlibat langsung dalam pengimplementasian konsep Saemaul Undong di desa mereka. Namun pada aspek-aspek lain belum dapat terlihat hasilnya karena pada tahun pertama ini baru dilaksanakan sejumlah program pelatihan dan belum dilaksanakan pendampingan saat praktek langsung di lapangan.
Sesuai dengan target program ini untuk tahun pertama yaitu pelatihan peningkatan kapasitas dan perubahan pola pikir masyarakat.48 Sehingga tahun pertama ini memang difokuskan untuk melatih kapasitas masyarakat dan merubah pola pikir mereka tentang pembangunan agar masyarakat dapat memberikan respon positif pada kelanjutan pelaksanaan program ini. Maka jika mengacu pada target SGF untuk tahun pertama ini, pelaksanaan implementasi cenderung berhasil.
Berdasarkan buku karya Whang In Joung, Management of Rural Change in Korea: The Saemaul Undong, 1981, partisipasi masyarakat yang sangat besar pada implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan terbukti dari kontribusi mereka untuk Saemaul Undong dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, tanah, dan sebagainya.49 Bahkan kontribusi masyarakat tersebut telah menjadi sumber daya utama bagi Saemaul Undong. Pada tahun 1972, 77% dari partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga kerja. Hingga pada pertengahan tahun 1970an bentuk utama dari partisipasi masyarakat adalah uang tunai. Ini menunjukkan komitmen dan kontribusi konkrit masyarakat terhadap prinsip self-help dalam program pembangunan Saemaul Undong. Hal tersebut juga membuktikan peningkatan instensitas partisipasi masyarakat.
commit to user 90
Wujud partisipasi masyarakat yang sangat besar telah berhasil menjadi salah satu faktor kesuksesan Saemaul Undong pada awal kesuksesannya. Pada tahun pertama implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan, hasil yang paling terlihat adalah bentuk partisipasi masyarakat dengan menghadiri kegiatan-kegiatan implementasi Saemaul Undong. Antusiasme masyarakat Desa Bleberan tentunya dapat menjadi potensi untuk menciptakan partisipasi yang lebih konkrit lagi terhadap pembangunan desanya. Hal tersebut akan memaksimalkan peran mereka sebagai suatu civil society yang mengupayakan pembangunan desanya. Pada implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan, partisipasi masyarakat dipengaruhi sejumlah faktor, sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat Korea Selatan untuk Saemaul Undong sudah didasari oleh motivasi mereka yang muncul sebagai hasil keikusertaan mereka dalam program pelatihan. Kemudian motivasi tersebut berlanjut melalui Saemaul Training Program yang memotivasi para kepala desa dan masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik dan pengaruh partisipasi mereka dalam komunitas masyarakat. Sejumlah kegiatan ditempuh seperti grup diskusi, studi kasus, dan pemberian kisah-kisah sukses.
2. Komitmen kepemimpinan pada setiap unit untuk kesuksesan Saemaul Undong.
3. Peran pemerintah dalam memobilisasi masyarakat. Pada awal implementasi Saemaul Undong di Korea Selatan, partisipasi
commit to user 91
masyarakat memang tidak sepenuhnya dilakukan secara sukarela tetapi melalui dorongan dari pemerintah.50
Apabila kita melihat kembali hasil yang didapatkan dari implementasi Saemaul Undong di tahun pertama ini berdasarkan pandangan strukturalis, maka terlihat bahwa implementasi untuk tahun pertama ini masih belum menyentuh hingga struktur masyarakat Desa Bleberan itu sendiri. Sehingga masyarakat tidak dapat merasakan perubahan yang signifikan selama satu tahun pengimplementasian Saemaul Undong. Sekalipun itu berupa ilmu yang didapatkan melalui pelatihan, tetapi pada prakteknya di lingkungan masyarakat masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Seperti contohnya adalah terlihat masyarakat dari kelompok PKK mulai mencoba usaha kecil sebagai hasil pengimplementasian ilmu yang didapatkan dari pelatihan bersama SGF. Tetapi terlihat bahwa masih belum dipahami seperti apa permasalahan sesungguhnya saat mereka melaksanakan praktek usaha kecil itu di lapangan.
Hal ini tentunya cukup kontradiktif dengan bagaimana konsep Saemaul Undong di Korea itu sendiri dimana pemahaman tentang kondisi atau permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam upaya pembangunan desanya menjadi sangat penting.
Atas dasar analisis tersebut maka diharapkan pada implementasi di tahun-tahun berikutnya akan ada fokus pada pendampingan untuk masyarakat di lapangan sehingga bisa sama-sama memahami kekurangan dan kelebihan dari program untuk menjadi evaluasi bersama. Selain itu ketika
commit to user 92
pengimplementasian dilaksanakan dengan bersama-sama memahami proses dan permasalahan di lapangan maka potensi keberhasilan dari suatu program juga akan lebih besar. Sehingga dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada struktur masyarakat dalam menghadapi pembangunan. Misalnya pada upaya peningkatan usaha pengolahan bahan makanan, apabila masyarakat mengetahui potensi keberhasilan usaha cukup besar maka akan semakin banyak pula masyarakat yang mengimplementasikannya. Sehingga dapat terus berlanjut dan cenderung berpeluang untuk mencapai sustainable development.
b. Dampak Implementasi Tahun Ke-1 (Desember 2015 - September 2016)
Setelah menganalisis hasil dari tahun pertama implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan, selanjutnya kita dapat menganalisis seperti apa dampak yang telah ditimbulkan dari implementasi Saemaul Undong bagi masyarakat Desa Bleberan. Bentuk dari dampak tersebut dapat berupa dampak positif dan dampak negatif, berikut analisisnya:
1. Dampak Positif
Terkait dengan dampak positif yang ditimbulkan dari implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan, kita dapat melihat pada poin penting yang menjadi hasil dari implementasi tahun pertama, yaitu terlihat adanya partisipasi masyarakat yang cukup baik dalam setiap kegiatan. Hal tersebut terlihat sebagai suatu dampak positif khususnya bagi peran masyarakat sebagai suatu civil society. Sesuai dengan pernyataan Bapak Supraptono, selaku Kepala Desa Bleberan, respon warga cukup positif dimana warga cukup antusias dalam
commit to user 93
kegiatan, khususnya petani dan pihak BUMDes. Maka terlihat bahwa implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan sudah membantu masyarakat untuk menjadi lebih aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan yang tujuannya untuk membantu pembangunan di desa mereka. Apabila civil society di suatu desa berada dalam kondisi yang siap menerima inovasi dan perubahan maka juga akan berpengaruh baik pada kemajuan pembangunan desanya.
Pada implementasi jangka panjangnya dampak positif yang dapat muncul adalah terciptanya karakter kepemimpinan dalam diri masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip Saemaul Undong. Oleh karena itu, untuk jangka implementasi lima tahun, terdapat potensi terciptanya karakter kepemimpinan di beberapa tokoh masyarakat sehingga mereka dapat menjadi Saemaul Leaders bagi desanya. Seperti pembahasan penulis pada subbab sebelumnya.
Diharapkan respon positif mereka terhadap Saemaul Undong dapat berlanjut menjadi terciptanya seorang Saemaul Leaders yang mampu meneruskan penerapan nilai-nilai Saemaul Undong di masyarakat Desa Bleberan, walaupun Program Desa Percontohan Saemaul sudah selesai nantinya.
Selain berdampak positif pada peningkatan partisipasi masyarakat dan karakter kepemimpinan mereka, implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan juga terlihat berdampak pada sikap masyarakat yang menjadi lebih peduli pada pembangunan. seperti pada implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan, bahwa salah satu hasil paling signifikan dari implementasi di wilayah desa adalah peningkatan karakter masyarakat dan kepercayaan satu sama lain
commit to user 94
dalam pembangunan seperti yang tergambarkan dalam slogan yang digunakan dalam Saemaul Undong: “We Can Do It” atau Everything is Possible”.51 Melalui implementasi Saemaul Undong, masyarakat memiliki suatu sarana untuk menggerakkan pembangunan di lingkungannya. Terlihat dari bagaimana masyarakat mulai berusaha untuk menciptakan usaha kecil mereka dan berusaha untuk menyusun rencana pembangunan di sektor lain yang belum terlalu digali potensinya, yaitu peternakan. Apabila sudah terbentuk suatu struktur masyarakat yang bisa terus menjaga semangat pembangunan maka akan menciptakan potensi terwujudnya sustainable development.
2. Dampak Negatif
Selain dampak positif yang dapat ditimbulkan melalui implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan, tentu tetap ada sejumlah dampak negatif yang sudah mulai muncul sejak implementasi tahun pertama. Dampak negatif tersebut adalah bentuk pemanfaatan oleh masyarakat atas keberadaan SGF di desa mereka untuk sejumlah kepentingan tertentu. Seperti contohnya adalah masyarakat menilai kehadiran SGF merupakan peluang bagi mereka untuk mendapatkan sejumlah bantuan dana bagi kebutuhan desa mereka.
Terlihat dari pernyataan Kepala Desa Bleberan yang mengharapkan bantuan dana untuk mengganti teknologi pengelolaan air bersih desa yang memang membutuhkan biaya besar.52 Selain itu, saat mengajukan proposal budidaya sapi untuk sektor peternakan, masyarakat berharap agar pengelolaan ternak
commit to user 95
dapat dilakukan per dukuh, yang tentunya sangat rawan akan penyalahgunaan wewenang.53
Munculnya dampak negatif tersebut merupakan bentuk kesalahpahaman masyarakat tentang arti implementasi Saemaul Undong bagi desa mereka. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya mampu untuk menangkap prinsip-prinsip Saemaul Undong yang sedang diterapkan bagi desa mereka. Meskipun demikian, dampak tersebut juga cenderung disebabkan oleh sistem implementasi Saemaul Undong oleh SGF yang dirasa kurang tepat, dimana mereka tidak berusaha untuk menyusun tema dan program baru bersama dengan masyarakat desa melainkan hanya mendukung pelaksanaan program yang sudah menjadi rencana desa. Pihak SGF sendiri mensyaratkan agar kegiatan yang akan didanai oleh mereka harus tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa).54 Hal ini menyebabkan pihak desa hanya serta merta memilih setiap program yang dirasa sesuai dengan tema yang telah ditentukan agar dibantu pelaksanaannya oleh SGF, termasuk soal pendanaan. Jangka kedepannya pihak desa berencana menyusun kegiatan di RKPDes mereka lebih spesifik disesuaikan dengan apa yang dapat didanai oleh SGF. Sehingga mereka tidak perlu menggunakan terlalu banyak dana. Hanya perlu melakukan budget sharing untuk sejumlah program yang berskala besar. Selain itu, masyarakat juga cenderung mengajukan program yang sulit untuk didanai oleh desa, bukanlah program yang memang punya urgensi cukup tinggi terkait dengan pembangunan desa. Hal ini tentunya sangat kontras dengan prinsip-prinsip Saemaul Undong.
commit to user 96
Oleh karena itu, pihak SGF perlu untuk kembali mempertegas tujuan mereka untuk mengglobalkan Saemaul Undong bukan hanya sekedar memberikan bantuan bagi desa. Selain itu mereka juga perlu memperbaiki sistem penyusunan tema dan program agar bisa tepat sesuai dengan kebutuhan pembangunan desa yang sesungguhnya dan sebaiknya diluar program atau proyek yang memang sudah menjadi agenda desa sebelumnya.
Karena jika kembali pada pandangan strukturalis, pembangunan harus didasarkan atas kepentingan bersama bukan pihak tertentu saja. Selain itu, sangat penting untuk merubah karakter masyarakat sehingga terus tercipta struktur masyarakat yang peduli akan pentingnya pembangunan bagi desa mereka.
C. Refleksi Implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Setelah mengetahui bagaimana implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan pada tahun pertama, kemudian bagaimana hasil dan dampak yang ditimbulkan, selanjutnya kita dapat mengetahui sejumlah poin penting yang dapat menjadi evaluasi atas implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan untuk tahun pertama ini, yaitu sebagai berikut:
1. Penentuan Tema dan Program
Seperti telah tercantum dalam pembahasan sebelumnya, kedua tema yang saat ini diterapkan dalam implementasi Saemaul Undong untuk Desa Bleberan meliputi pertanian dan pemberdayaan perempuan. Kedua tema
commit to user 97
tersebut akan menentukan arah kebijakan atau program yang akan menjadi bentuk implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan.
Menurut Kepala Desa Bleberan, kedua tema tersebut sudah ditentukan oleh pihak Saemaul Globalization Foundation (SGF). Kemudian desa hanya perlu mengajukan program yang sudah tersusun dalam RKP Desa dan tergolong dalam dua tema tersebut. Hal ini dikarenakan SGF mensyaratkan program yang akan dilaksanakan dalam kerjasama harus tercantum dalam RKPDes.55 Sehingga tidak ada program baru yang menjadi hasil diskusi bersama untuk tahun pertama ini dan hanya mengimplementasikan program-program yang sebenarnya sudah menjadi program desa. Dalam hal ini SGF sifatnya hanya membantu implementasi program-program tersebut.
Atas dasar tersebut, Kepala Desa Bleberan menilai bahwa pemilihan tema program dirasa kurang signifikan mengingat isu pertanian dan pemberdayaan perempuan memang sudah ada di desa sebelum kehadiran SGF.
Desa juga tidak bisa untuk langsung fokus pada dua isu itu saja mengingat ada sektor lain yang perlu menjadi perhatian seperti infrastruktur. Hal yang sama juga diutarakan oleh Ibu Tugiyah, selaku perwakilan PKK Desa Bleberan, beliau menilai pada dasarnya program-program yang diterapkan oleh SGF adalah program yang sudah menjadi agenda desa.
Menurut Pradita Nurmaya, selaku Sekretaris Kantor Perwakilan SGF untuk Indonesia, pemilihan tema pertanian dan pemberdayaan perempuan didasarkan atas fokus Saemaul Undong di Korea Selatan yang juga di pertanian
commit to user 98
dan pemberdayaan perempuan. Menurutnya, pertanian adalah faktor pendukung perekonomian yang paling utama di desa. Selain itu, kebanyakan perempuan di desa hanya mengurus keperluan rumah sehingga perlu diberdayakan supaya perempuan juga bisa mandiri dan membantu perekonomian keluarga.56
Atas dasar tersebut, terlihat bahwa sebenarnya pemilihan tema untuk implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan tidak didasarkan atas hasil diskusi dengan masyarakat atau pemahaman terhadap masalah pembangunan di desa tersebut. Dalam hal ini terlihat bahwa tidak tercipta upaya untuk membangun peran yang lebih besar dari civil society dalam desa, yaitu masyarakat. Selain itu, pemilihan program yang akan dilaksanakan dalam proses implementasi juga merupakan program yang sudah ada dalam rencana desa, sehingga tidak memberikan suatu inovasi baru dalam upaya pembangunan desa tersebut. Seperti halnya pada pengimplementasian Saemaul Undong, seharusnya masyarakat dibantu untuk memahami permasalahan atau kondisi desanya dan dituntut untuk menjadi lebih inovatif dalam menciptakan pembangunan di sektor yang menjadi fokus permasalahan.
Saat pertama kali Saemaul Undong dicetuskan, pemerintah Korea Selatan tidak sepenuhnya bisa menyediakan bantuan secara finansial bagi seluruh desa.
Meskipun demikian masyarakat tetap berusaha untuk menggunakan sumber daya apapun yang tersedia untuk membangun desanya. Salah satu bantuan yang pertama kali diberikan oleh pemerintah saat itu adalah pengadaan besi dan semen sebagai material untuk membangun desa. Hal tersebut sempat
commit to user 99
menimbulkan kesulitan dalam masyarakat dimana selama 2-3 minggu mereka berusaha untuk mendiskusikan kebijakan atau program apa yang tepat untuk memanfaatkan bantuan pemerintah. Namun proses tersebut berhasil memunculkan partisipasi nyata dari masyarakat untuk terlibat langsung dalam pembangunan desanya.57
Salah satu manfaat yang seharusnya didapatkan oleh suatu desa dalam penerimaan bantuan atau intervensi pembangunan oleh pihak ketiga adalah perubahan atau bentuk-bentuk pembangunan yang diluar kemampuan perencanaan mereka. Sehingga akan tercipta suatu solusi nyata dari hasil intervensi tersebut.
2. Penentuan Desa
Pada pelaksanaan program Desa Percontohan Saemaul di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pihak SGF bekerjasama dengan Yayasan Penabulu.
Salah satu dasar kerjasama tersebut adalah Yayasan Penabulu dianggap memiliki program yang konsepnya hampir sama dengan prinsip pembangunan Saemaul Undong, yaitu program Desa Lestari. Sehingga dalam pelaksanaannya desa yang menjadi lokasi implementasi Saemaul Undong adalah desa yang menjadi pelaksanaan program Desa Lestari.
Menurut Budi Susilo, Desa Bleberan termasuk desa yang cukup banyak disentuh oleh banyak pihak sejak tahun 2000an. Pihak Yayasan Penabulu melihat bahwa Bleberan cukup siap, dari pemerintah desa, masyarakat, dan organisasi masyarakat (karang taruna, PKK, gapoktan) sudah cukup terbuka.
commit to user 100
Selain itu desa sudah memiliki potensi yang cukup baik di sektor pertanian dan pariwisata, serta memiliki akses ke kabupaten dan pihak asing yang cukup bagus.58 Bapak Supraptono, selaku Kepala Desa Bleberan juga menyatakan bahwa desanya memang dipilih atas dasar keunggulan mereka di sektor wisata dan pertanian yang sudah mencapai standar nasional.59
Sedangkan menurut Pradita Nurmaya, selaku Sekretaris Kantor Perwakilan SGF untuk Indonesia, pemilihan desa sudah dari Yayasan Penabulu, yaitu Desa Bleberan dan Pojong di Kabupaten Gunung Kidul serta Desa Sumbermulyo di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tetapi tetap saja kegiatan kami berada diluar agenda Desa Lestari, jadi hanya bekerjasama dengan Yayasan Penabulu untuk implementasi di ketiga desa tersebut. Pada dasarnya SGF mencari desa yang sudah punya BUMDes, dan tiga desa pilihan Yayasan Penabulu BUMDes nya dianggap cukup aktif dibanding desa lainnya.
Sedangkan Bleberan BUMDesnya paling maju dari tiga desa tersebut, bahkan sudah jadi percontohan banyak desa. Sesuai dengan pernyataan dari perwakilan SGF tersebut, Kepala Desa Bleberan juga menyatakan bahwa desanya dipilih karena memiliki BUMDes yang sudah cukup maju dan potensi di sektor wisata serta pertanian.60
Atas dasar pernyataan tersebut, terlihat bahwa pemilihan desa cenderung masih belum tepat dalam upaya pengimplementasian Saemaul Undong. Jika melihat kembali pada Saemaul Undong, ada suatu proses pembangunan yang terkonsep untuk membantu desa dalam mengatasi
commit to user 101
masalah pembangunannya dan menemukan potensi daerah mereka. Oleh karena itu, konsep Saemaul Undong akan menjadi tepat apabila diimplementasikan pada desa yang berada dalam kondisi tertinggal atau masih kesulitan dalam menemukan potensi pembangunannya. Selain itu pemilihan tema dan desa juga terlihat tidak tepat dikarenakan sektor wisata dan pertanian memang sudah menjadi potensi di Desa Bleberan dan akan tetap berjalan program pengembangannya tanpa bantuan pihak ketiga. Seharusnya pemilihan tema tersebut ditujukan pada suatu desa yang kesulitan membangun sektor pertanian ataupun belum menemukan potensi wisata di desanya.
Menurut Pradita Nurmaya, selaku Sekretaris Kantor Perwakilan SGF untuk Indonesia, programnya memang bersifat ingin mendorong pembangunan maka dipilih desa yang dianggap sudah cukup siap untuk maju.
Hal tersebut yang membedakan program mereka dengan yayasan lain yang biasanya membantu desa tertinggal atau memberikan bantuan dana.61 Namun kembali lagi pada konsep Saemaul Undong bahwa tujuannya adalah membantu masyarakat memahami kondisi desa dan membantu mereka merevolusi karakter mereka dalam pembangunan. Sehingga seharusnya tidak menjadi masalah apabila memang memilih desa yang belum memahami potensinya atau belum siap maju untuk didorong pembangunannya dengan Saemaul Undong.
Seuai dengan perspektif strukturalis, pembangunan seharusnya tidak hanya pada sektor yang sudah mengalami kemajuan tetapi secara keseluruhan dari mulai membangun struktur masyarakatnya hingga memaksimalkan sektor yang masih belum muncul potensinya.
commit to user 102
3. Keberhasilan Implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan
Setelah melakukan analisis terhadap implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan dari mulai penentuan desa, penentuan tema, hingga pelaksanaan program, kita dapat melihat bahwa bentuk implementasi Saemaul Undong oleh SGF masih berupa penerapan semangat Saemaul Undong atau hanya berupa pengenalan terhadap prinsip semangat pembangunan seperti yang ada pada Saemaul Undong. Sedangkan dalam implementasi tersebut masih belum terlihat bahwa SGF menerapkan Saemaul Undong sebagai suatu konsep untuk membangun Desa Bleberan. Hal tersebut terlihat dari bagaimana mereka hanya bersifat mendorong desa yang sudah siap untuk melaksanakan kemajuan pembangunan dengan mendukung pelaksanaan program yang sudah menjadi potensi mereka. Sehingga belum terlihat adanya upaya untuk membantu masyarakat menemukan masalah yang timbul dalam pembangunan desa mereka selama ini. Menurut Budi Susilo, selaku Wakil Ketua I Yayasan Penabulu, permasalahan yang dialami Desa Bleberan pada umumnya pada kelompok usaha dan pengelolaan keuangan. Sehingga terlihat bahwa desa tersebut sudah cukup baik dalam perencanaan pembangunan mereka dan hanya perlu pendampingan saat praktek di lapangan.62
Pada implementasi tahun pertama ini pihak SGF memang berhasil dalam pelaksanaan programnya jika kita melihat pada dua tema implementasi yaitu pertanian dan pemberdayaan perempuan. Menurut Bapak Sumari Citrowibowo selaku Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Bleberan, walaupun pada tahun
commit to user 103
pertama ini masih belum terlihat adanya hasil dari implementasi Saemaul Undong, tetapi kegiatan yang dipilih untuk para anggota Gapoktan dengan tema pertanian memang sudah cukup positif. Diantaranya pelatihan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak.63 Hal yang sama diungkapkan Ibu Tugiyah, selaku perwakilan PKK Desa Bleberan, bahwa kegiatan dari SGF mendapatkan respon positif dari anggota PKK dan membantu mereka mendapatkan ilmu baru serta sudah banyak yang aktif memulai usaha kecil.64 Sehingga terlihat bahwa kegiatan SGF pada tema pemberdayaan perempuan cukup berhasil membantu warga desa.
Pada implementasi tahun pertama ini, SGF memang berhasil melaksanakan kegiatannya dalam dua tema tersebut, tapi sekali lagi kedua tema tersebut bukan merupakan sektor yang memiliki urgensi tinggi untuk dijadikan fokus pembangunan bagi Desa Bleberan. Seperti contohnya adalah pemilihan tema pertanian yang terlihat tidak tepat mengingat kondisi pertanian di Desa Bleberan sudah mencapai standar nasional. Tentu tidak bisa disamakan dengan pemilihan tema pertanian di Korea Selatan yang memang menjadi sektor penting bagi mereka untuk segera dibangun. Sehingga implementasi pada sektor tersebut dapat menunjukkan hasil yang sangat signifikan di satu dekade implementasi, seperti yang tergambarkan pada tabel berikut:
Tabel 3.4. Farming Household Income.65
commit to user 104
Pelaksanaan program implementasi Saemaul Undong di Desa Bleberan sebagian besar masih dilakukan oleh pihak perwakilan pemerintah daerah secara umum. Seperti contohnya sebagai berikut:
a. Perwakilan Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Gunung Kidul dalam kegiatan Pelatihan dan Kampanye Desa Ramah Anak dan Perempuan.66 b. Perwakilan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Gunung
Kidul dan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Gunung Kidul dalam kegiatan Pelatihan Penguatan Kapasitas Gapoktan dan Pengenalan Pertanian Organik.67
c. Perwakilan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) dalam kegiatan Pelatihan Pembuatan Pakan Ternak dan Pelatihan Pembuatan Makanan Berbahan Dasar Lokal.68
Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya pihak pemerintah daerah juga sudah mampu untuk membantu warganya dalam upaya pembangunan tanpa menggunakan sosok Saemaul Leader atau prinsip Saemaul Undong.
Terlebih lagi program-program tersebut sebenarnya juga sudah menjadi agenda desa yang akan tetap terlaksana tanpa kehadiran Saemaul Undong di dalamnya.
Mengenai prinsip Saemaul Undong, warga selalu beranggapan bahwa sebenarnya prinsip tersebut sudah ada dalam masyarakatnya. Mereka beranggapan bahwa Saemaul Undong memiliki arti yang hampir sama dengan
commit to user 105
semangat gotong royong milik Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya SGF masih belum berhasil menanamkan prinsip-prinsip Saemaul Undong yang sebenarnya. Menurut Pradita Nurmaya, selaku Sekretaris Kantor Perwakilan SGF untuk Indonesia, SGF berusaha tetap menanamkan nilai-nilai yang sudah ada di masyrakat dan tidak serta merta mengajarkan Saemaul Undong seperti di Korea secara utuh. Oleh karena itu, mungkin belum akan terlihat suatu perubahan yang signifikan dari adanya implementasi ini karena masih mengacu pada prinsip-prinsip yang sudah ada di masyarakat.
Pembahasan-pembahasan tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat dan pemerintah daerah di Indonesia khususnya Desa Bleberan masih mampu untuk menentukan pembangunannya secara mandiri tanpa bantuan pihak asing.
4. Peran Saemaul Undong di Dunia Internasional
Saemaul Undong telah berhasil menandai kesuksesan Korea Selatan dalam melakukan pembangunan daerah dan nasional. Meskipun Saemaul Undong sendiri tetap menimbulkan suatu dampak negatif seperti dependensi pada pemerintah saat awal implementasi dan penurunan daya konsumsi masyarakat.69 Selain berhasil menandai kesuksesan pembangunan Korea Selatan, konsep dari Saemaul Undong terbukti berhasil untuk diterapkan secara global. Seperti telah dijelaskan penulis pada bab sebelumnya, bahwa Saemaul Undong memang telah diimplementasikan di sejumlah negara sebagai suatu model pembangunan. Implementasi tersebut dilakukan oleh berbagai pihak
commit to user 106
baik swasta maupun sebagai kerjasama antar pemerintah. Namun meskipun demikian setiap implementasi tetap mengacu pada prinsip-prinsip Saemaul Undong dengan tiga pilar utamanya yaitu self-help, dilligence, dan cooperation.
Maka terlihat bahwa prinsip-prinsip Saemaul Undong pada dasarnya sesuai untuk diterapkan di berbagai negara sebagai suatu model pembangunan dengan tetap melihat kondisi dari negara tersebut. Seperti menurut pendapat Whang In Joung dalam bukunya Management of Rural Change in Korea: The Saemaul Undong, 1981, potensi Saemaul Undong sebagai suatu model pembangunan hanya akan signifikan bagi daerah dan nasional apabila disesuaikan dengan perubahan kebutuhan saat itu.70