• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENAFSIRAN MAKNA UNSUR TINDAK PIDANA DAN KOSA KATA PENENTU REGISTER. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) ditemukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB VI PENAFSIRAN MAKNA UNSUR TINDAK PIDANA DAN KOSA KATA PENENTU REGISTER. Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) ditemukan"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

PENAFSIRAN MAKNA UNSUR TINDAK PIDANA DAN KOSA KATA PENENTU REGISTER

Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) ditemukan beberapa kosa kata tindak pidana atau kejahatan yang dapat dikategorikan melanggar kepentingan seseorang yang dilindungi hukum (rechtbelangen).

Kepentingan-kepentingan itu dapat dikelompokkan menjadi: kepentingan individu, kepentingan masyarakat, dan kepentingan negara.

Setiap tindak pidana menggambarkan bagaimana praktisi hukum (hakim, jaksa, dan penasihat hukum) memberikan penafsiran (analisis) atas tindak pidana yang ditujukan kepada terdakwa. Melalui analisis unsur tindak pidana, hasil penafsiran makna yang diciptakan dan disepakati bersama oleh para praktisi hukum akan dapat diidentifikasi dan diketahui dengan jelas.

6.1 Penafsiran Makna Unsur Tindak Pidana 6.1.1 Tindak Pidana Pencurian

Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tindak pidana pencurian dicantumkan pada pasal 362 sampai dengan pasal 367. Tindak pidana pencurian dapat dikategorikan atas: pencurian biasa, pencurian berat, dan pencurian ringan. Dikategorikan pencurian biasa jika pencurian tersebut memenuhi unsur (1) tindakan mengambil, (2) yang diambil barang, (3) status barang itu sebagian atau seluruhnya menjadi milik orang lain, dan (4) tujuan perbuatan itu dengan maksud untuk memiliki barang itu secara melawan hukum (melawan hak). Dikatakan pencurian berat kalau pencurian itu disertai dengan

(2)

keadaan: (1) barang yang dicuri itu hewan, (2) dilakukan pada waktu terjadi bencana, (3) terjadi pada waktu malam di dalam rumah atau pekarangan tertutup, (4) dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama, (5) dengan jalan membongkar, memecah, memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian palsu. Disebut pencurian ringan kalau ditandai dengan adanya pencurian biasa dengan harga barang tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah, pencurian biasa yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama dan barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah, pencurian dengan cara membongkar, memecah dan barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah, serta tidak berada dalam rumah atau pekarangan tertutup.

Berikut ini merupakan data-data pendukung yang berkaitan dengan tindak pidana pencurian.

(6-1) SUPARNO (PENCURIAN DALAM KEADAAN MEMBERATKAN) SURAT TUNTUTAN No.Reg.Per.36/SKRTA/Bp.1/02/2005.

Rabu tanggal 23 Maret 2005.

KUHP 363 (1) ke-3,5 KUHP.

Barang Siapa. setiap orang/ pelaku tindak Pidana yang mampu bertanggung jawab menurut hukum, jadi unsur barang siapa menunjukkan orang yang melakukan perbuatan tersebut, dalam hal ini adalah terdakwa : SUPARNO al WIDODO

Dengan sengaja mengambil sesuatu barang.

Pada hari Senin tanggal 13 Desember 2004 di Jl.Dr.Radjiman Solo sekitar jam 09.00, terdakwa telah mengambil 7 buah Play Stasion dengan cara merusak pintu dan grendel dan dibawa pergi untuk dijual.

Di dalam pasal di atas tindak pidana pencurian akan dikategorikan menjadi dua unsur, yaitu : (1) unsur barang siapa dan (2) dengan sengaja mengambil sesuatu barang.

(3)

1) Barang siapa ditafsirkan sebagai ‘setiap orang/pelaku tindak pidana yang mampu bertanggung jawab menurut hukum, jadi unsur barang siapa menunjukkan orang yang melakukan tindak pidana tersebut, dalam hal ini adalah terdakwa: SUPARNO al WIDODO’

Penafsiran dilakukan dengan cara menentukan secara referensial pelaku tindak pidana/terdakwa/nama diri (SUPARNO).

2) Dengan sengaja mengambil sesuatu barang ditafsirkan sebagai ‘pada hari Senin tanggal 13 Desember 2004 di Jl.Dr.Radjiman Solo sekitar jam 09.00, terdakwa telah mengambil 7 buah Play Stasion dengan cara merusak pintu dan grendel dan dibawa pergi untuk dijual’.

Penafsiran dilakukan dengan cara menentukan (1) waktu (pada hari Senin tanggal 13 Desember 2004 jam 09.00), (2) tempat (di Jl.Dr.Radjiman Solo), (4) pelaku (terdakwa), (5) tindakan (telah mengambil 7 buah play station), (6) cara (dengan cara merusak pintu dan grendel, (7) tujuan tindakan (dibawa pergi untuk dijual)

Kalau ditinjau dari sudut kebahasaan barang siapa dapat dikategorikan sebagai frasa yang bermakna umum (general) yang berkaitan dengan konsep orang sebagai pelaku. Karena pelaku sebagai subjek hukum akan mengacu secara leksikal kepada kata “terdakwa” yang bermakna ‘orang yang didakwa’. Dari kata terdakwa akan mengacu kepada nama diri, yaitu SUPARNO al WIDODO.

Frasa dengan sengaja di dalam hukum akan dimaknai sebagai ‘tindakan yang dikehendaki dan disadari oleh pelaku akan akibatnya’. Dalam hal ini akan berkaitan dengan cara melakukan pencurian, yaitu merusak pintu dan grendel. Di

(4)

dalam kajian kebahasaan kalau sudah menyatakan verba aktif (mengambil) otomatis bisa ditafsirkan sebagai tindakan disengaja (tanpa harus menyertakan frasa dengan sengaja).

Frasa mengambil sesuatu barang ditafsirkan mengambil 7 buah Play Stasion. Verba mengambil tidak ditafsirkan; barang yang memiliki arti umum ditafsirkan secara referensial dengan mengacu secara leksikal yang memiliki makna tertentu (7 buah Play Stasion). Di dalam penafsiran ditemukan penambahan unsur waktu dan tempat dilakukannya tindak pidana, yaitu: Pada hari Senin tanggal 13 Desember 2004 di Jl.Dr.Radjiman Solo sekitar jam 09.00

Secara kebahasaan frasa barang siapa memiliki arti ‘siapa saja; setiap orang’; verba mengambil memiliki makna ‘memegang sesuatu lalu dibawa, diangkat, dipergunakan, dan disimpan, dan sebagainya’; kata sesuatu bermakna

‘barang yang belum tentu’; dan barang bermakna ‘benda umum; perabot rumah;

atau perhiasan;’

(6-2) PRIYANTO (PENCURIAN DENGAN KEKERASAN) Surakarta No. 60/Pid.B/2005/PN.Ska Senin, 14-3-2005 Pasal 365 ayat (1)

Pasal 365 ayat (1) ke-2e KUHP Pasal 365 ayat (2) ke-3e KUHP:

Pasal 365 ayat (2) ke-4e KUHP

Pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri itu tetap ada ditangannya

Unsur ini dapat dibuktikan berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan menurut keterangan saksi-saksi yang satu sama lainnya saling bersesuaian dikaitkan dengan barang bukti dan telah dibenarkan oleh terdakwa bahwa pada hari Senin tanggal 12 Juli 2004 sekitar pukul 18.00 WIB di Jl. Gajah Mada No.6 Timuran Banjarsari Surakarta telah melakukan pencurian dengan kekerasan dan berhasil mengambil barang berbentuk handphone dan dua buah jam tangan dan terdakwa kepergok saksi BAMBANG SOEMANTRI selanjutnya terkdakwa dengan menggunakan alat berbentuk sepotong besi kecil dipukulkan ke kepala saksi BAMBANG SOEMANTRI berulang kali

(5)

Pencurian yang dilakukan pada waktu malam didalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya”

pada hari Senin tanggal 12 Juli 2004 sekitar pukul 18.00 WIB terdakwa telah melakukan pencurian didalam rumah saksi BAMBANG SOEMANTRI Jl. Gajah Mada No.86 Timuran Banjarsari.

pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya itu dengan jalan membongkar atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu

terdakwa masuk kedalam rumah saksi BAMBANG SOEMANTRI dengan jalan memanjat tembok dan kemudian masuk melalui jendela yang tidak dikunci.

Jika perbuatan itu menjadikan orang mendapat luka berat

pada waktu terdakwa melakukan pencurian tersebut diketahui oleh BAMBANG SOEMANTRI selanjutnya terdakwa langsung memukul BAMBANG SOEMANTRI dengan sepotong besi pada bagian kepala berulang kali yang mengakibatkan saksi BAMBANG SOEMANTRI mengalami luka dikepala dan mendapatkan jahitan sebanyak 42 jahitan.

Ditinjau dari kajian hukum, ditemukan penafsiran makna pada pasal di atas sebagai berikut.

1) Pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri itu tetap ada ditangannya ditafsirkan ’pada hari Senin tanggal 12 Juli 2004 sekitar pukul 18.00 WIB di Jl. Gajah Mada No.6 Timuran Banjarsari Surakarta telah melakukan pencurian dengan kekerasan dan berhasil mengambil barang berbentuk handphone dan dua buah jam tangan dan terdakwa kepergok saksi BAMBANG SOEMANTRI selanjutnya terdakwa dengan menggunakan alat berbentuk sepotong besi kecil dipukulkan ke kepala saksi BAMBANG SOEMANTRI berulang kali’.

(6)

Penafsiran unsur pidana dilakukan dengan menentukan (1) waktu (pada hari Senin tanggal 12 Juli 2004 sekitar pukul 18.00 WIB), (2) tempat (di Jl. Gajah Mada No.6 Timuran Banjarsari Surakarta), (3) tindakan (telah melakukan pencurian, berhasil mengambil barang berbentuk handphone dan dua buah jam tangan, dan dipukulkan), (4) unsur pelaku (terdakwa), (5) cara (dengan kekerasan), (6) alat (dengan menggunakan alat berbentuk sepotong besi kecil), (7) unsur tujuan tindakan (ke kepala saksi BAMBANG SOEMANTRI, (8) jumlah tindakan (berulang kali).

2) Pencurian yang dilakukan pada waktu malam didalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya ditafsirkan ’pukul 18.00 WIB terdakwa telah melakukan pencurian didalam rumah saksi BAMBANG SOEMANTRI Jl. Gajah Mada No.86 Timuran Banjarsari’.

Penafsiran unsur pidana dilakukan dengan cara menunjukkan (1) waktu (pukul 18.00 WIB), (2) pelaku (terdakwa), (3) tindakan (telah melakukan pencurian), (4) tempat (di dalam rumah saksi BAMBANG SOEMANTRI Jl.

Gajah Mada No.86 Timuran Banjarsari)

3) Masuk ketempat melakukan kejahatan itu dengan jalan membongkar atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu ditafsirkan ‘terdakwa masuk kedalam rumah saksi BAMBANG SOEMANTRI dengan jalan memanjat tembok dan kemudian masuk melalui jendela yang tidak dikunci’.

Penafsiran dilakukan dengan cara menentukan (1) tindakan (masuk ke tempat melakukan kejahatan itu), (2) cara (dengan jalan membongkar atau

(7)

memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu)

4) Jika perbuatan itu menjadikan orang mendapat luka berat ditafsirkan

’terdakwa langsung memukul BAMBANG SOEMANTRI dengan sepotong besi pada bagian kepala berulang kali yang mengakibatkan saksi BAMBANG SOEMANTRI mengalami luka dikepala dan mendapatkan jahitan sebanyak 42 jahitan’.

Penafsiran unsur pidana tersebut dilakukan dengan menentukan (1) pelaku (terdakwa), (2) tindakan (memukul), (3) pasien (BAMBANG SOEMANTRI), (4) cara (dengan sepotong besi), (5) jumlah (berulang kali) (6) akibat (yang mengakibatkan saksi BAMBANG SOEMANTRI mengalami luka di kepala dan mendapatkan jahitan sebanyak 42 jahitan)

Secara leksikal dapat ditemukan penentuan makna sebagai berikut.

pencurian ‘proses, perbuatan, cara mencuri’

didahului ‘dilakukan dengan diawali’

disertai ‘dilakukan dengan dibarengi’

diikuti ‘dilakukan dengan diiringi’

dengan kekerasan ‘dilakukan dengan tindakan yang menyebabkan cedera, mati, atau kerusakan fisik’

ancaman kekerasan ‘tindakan yang dalakukan untuk mencelakakan pihak lain’

akan menyiapkan ‘tindakan menyediakan sesuatu’

memudahkan pencurian ‘tindakan menjadikan lebih mudah cara mencuri’

tertangkap tangan ‘terpergoki melakukan tindak kejahatan’

(8)

ada kesempatan ‘ada waktu atau peluang’

bagi dirinya sendiri ‘untuk kepentingan diri seseorang’

akan melarikan diri ‘tindakam menyelamatkan nyawa (diri)’

barang yang dicuri ‘sesuatu (perkakas rumah atau perhiasan) yang dicuri’

tetap ada di tangannya ‘masih dipegang tangan atau dalam kekuasaannya’

pencurian yang dilakukan ‘tindakan mencuri’

pada waktu malam ‘waktu antara matahari terbenam hingga matahari terbit’

di dalam sebuah rumah ‘bangunan untuk tempat tinggal’

pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya ‘sebidang tanah yang ada bangunan atau rumahnya dan tidak tampak isinya (terkunci)’

dengan jalan membongkar ‘dengan cara membuka dengan paksa’

memanjat ‘menaiki dengan kaki dan tangan’

dengan jalan memakai kunci palsu ‘dengan menggunakan kunci tiruan’

perintah palsu ‘aturan dari pihak atasan yang tidak sah’

jabatan palsu ‘pekerjaan di organisasi (pemerintahan) yang tidak sah’

(3) WARSO SUKATMO AL. SUKIR (PENCURIAN)

Karanganyar No. 146/Pid.B/2005/PN. KRAY Rabu, 25-1-2006 Putusan

PUTUSAN PN Karanganyar No. 146/Pid.B/2005/PN Kray WARSO SUKATMO AL.

SUKIR

PENCURIAN pasal 362 KUHP

Barang siapa orang yang didakwa melakukan suatu tidak pidana, yakni terdakwa WARSO SUKATMO alias SUKIR

Mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain

Yang dimaksud dengan "mengambil" dalam hal ini adalah memindahkan sesuatu barang dari tempat semula ketempat lain

;

Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa serta dikaitkan dengan barang bukti dipersidangan, ternyata benar pada hari Minggu tanggal 16 Oktober 2005 kurang lebih jam 07.00 WIB di areal pabrik benang PT Mutu Gading Karanganyar, terdakwa telah mengambil kabel listrik yang terbuat dari tembaga warna kuning terbungkus karet warna hitam panjang 13 meter dengan cara Terdakwa masuk keteras

(9)

gudang bagian belakang PT.Mutu Gading lalu menarik kabel listrik tersebut keluar gudang, setelah kurang lebih 10 meter, terdakwa berhenti menarik kabel tersebut dan beristirahat.

Ketika itu datang dua orang Satpam PT. Mutu Gading dan kemudian menangkapnya ;

Berdasarkan keterangan saksi-saksi maupun terdakwa dipersidangan ternyata kabel listrik panjang 13 meter tersebut adalah kepunyaan PT. Mutu Gading atau setidak-tidaknya bukan kepunyaan terdakwa sendiri ;

untuk dimiliki secara melawan hukum

Terdakwa dalam hal mengambil kabel listrik panjang 13 meter tersebut ternyata tidak minta ijin/ pertimbangan kepada pemiliknya terlebih dahulu yaitu PT. Mutu Gading dan rencananya kabel listrik tersebut akan dijual kepada pedagang rongsok lalu uangnya akan dipergunakan kuntuk keperluan terdakwa ;

(a) Ditinjau dari kajian hukum, penafsiran makna pada pasal di atas adalah sebagai berikut.

1) Barang siapa ‘orang yang didakwa melakukan suatu tidak pidana, yakni terdakwa WARSO SUKATMO alias SUKIR’

Penafsiran dilakukan dengan menentukan secara referensial terhadap orang sebagai pelaku tindak pidana/terdakwa/nama diri (WARSO SUKATMO).

Penentuan ini dilakukan dengan cara menentukan makna khusus dari makna umum, barang siapa à terdakwa ànama diri.

2) Mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain

‘Yang dimaksud dengan "mengambil" dalam hal ini adalah memindahkan sesuatu barang dari tempat semula ke tempat lain.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa serta dikaitkan dengan barang bukti dipersidangan, ternyata benar pada hari Minggu tanggal 16 Oktober 2005 kurang lebih jam 07.00 WIB di areal pabrik benang PT Mutu Gading Karanganyar, terdakwa telah mengambil kabel listrik yang terbuat dari

(10)

tembaga warna kuning terbungkus karet warna hitam panjang 13 meter dengan cara Terdakwa masuk keteras gudang bagian belakang PT.Mutu Gading lalu menarik kabel listrik tersebut keluar gudang, setelah kurang lebih 10 meter, terdakwa berhenti menarik kabel tersebut dan beristirahat. Ketika itu datang dua orang Satpam PT. Mutu Gading dan kemudian menangkapnya ;

Berdasarkan keterangan saksi-saksi maupun terdakwa dipersidangan ternyata kabel listrik panjang 13 meter tersebut adalah kepunyaan PT. Mutu Gading atau setidak-tidaknya bukan kepunyaan terdakwa sendiri.

Penentuan makna dilakukan dengan (1) mendefinisikan verba mengambil sebagai ‘memindahkan sesuatu barang dari tempat semula ke tempat lain’, (2) dasar pendakwaan (berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa serta dikaitkan dengan barang bukti di persidangan), (3) waktu (pada hari Minggu tanggal 16 Oktober 2005 kurang lebih jam 07.00 WIB), (4) tempat (di areal pabrik benang PT Mutu Gading Karanganyar), (5) pelaku (terdakwa), (6) tindakan (telah mengambil kabel listrik yang terbuat dari tembaga warna kuning terbungkus karet warna hitam panjang 13 meter), (7) cara (dengan cara Terdakwa masuk ke teras gudang bagian belakang PT.Mutu Gading lalu menarik kabel listrik tersebut keluar gudang, setelah kurang lebih 10 meter, terdakwa berhenti menarik kabel tersebut dan beristirahat), (8) akibat tindakan (ketika itu datang dua orang Satpam PT. Mutu Gading dan kemudian menangkapnya), (9) kepemilikan barang (Berdasarkan keterangan saksi-saksi maupun terdakwa dipersidangan ternyata kabel listrik panjang 13 meter tersebut adalah kepunyaan PT. Mutu Gading atau setidak-tidaknya bukan kepunyaan terdakwa sendiri).

(11)

3) Untuk dimiliki secara melawan hukum

‘Terdakwa dalam hal mengambil kabel listrik panjang 13 meter tersebut ternyata tidak minta ijin/pertimbangan kepada pemiliknya terlebih dahulu yaitu PT. Mutu Gading dan rencananya kabel listrik tersebut akan dijual kepada pedagang rongsok lalu uangnya akan dipergunakan kuntuk keperluan terdakwa’

Penafsiran dilakukan dengan cara (1) alasan melawan hukum (Terdakwa dalam hal mengambil kabel listrik panjang 13 meter tersebut ternyata tidak minta ijin/ pertimbangan kepada pemiliknya terlebih dahulu yaitu PT. Mutu Gading), (2) tujuan pengambilan (rencananya kabel listrik tersebut akan dijual kepada pedagang rongsok lalu uangnya akan dipergunakan untuk keperluan terdakwa) (b) Secara leksikal dapat ditemukan penentuan makna sebagai berikut.

barang siapa bermakana ‘siapa saja; setiap orang’

mengambil ‘memegang sesuatu lalu dibawa, diangkat, dipergunakan, dan disimpan, dan sebagainya’

sesuatu ‘barang yang kurang tentu’

barang ‘benda umum; perabot rumah; perhiasan’

seluruh ‘semua, sekalian, segenap’

sebagian ‘sepenggal dari sesuatu yang utuh’

milik orang lain ‘kepunyaan; hak orang lain’

orang lain ‘bukan diri sendiri atau kerabatnya’

untuk dimiliki ‘dengan tujuan mengambil secara tidak sah untuk dijadikan kepunyaannya’

secara ‘dengan cara’

(12)

melawan’menentang; menyalahi’

hukum ‘undang-undang atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah’

(6-4) WAGIMAN (PENCURIAN)

PUTUSAN Klaten No: 136/Pid. B/2005/PNKL Senin, 11-7-2005 KUHP Pasal 362, 363 ayat (1) ke.3,ke.4,ke.5

Barang siapa; setiap orang (person) atau badan humuk (rechtsperson) yang telah melakukan suatu perbuatan yang atas perbuatan mana kepada orang atau badan hukum tersebut dapat dikenakan pidana;

terdakwa-terdakwa W a g i m a n, Panut Darso Witoyono Als Supri, S e d i a w a n, S i s w a n t o dan Agus Nuryanto telah dihadapkan oleh Jaksa Penuntut Umum sebagai seorang yang telah melakukan suatu perbuatan pada hari Rabu tanggal 27 April 2005 sekitar jam 02.00 WIB dirumah saksi Boiman Dukuh Srebeg Cilik, Desa Truncuk, Kec Truncuk, Kab.Klaten yang atas perbuatan mana kepada terdakwa-terdakwa dapat dikenakan pidana

Mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain;

terdakwa-terdakwa telah mengangkat barang-barang berbentuk 1 (satu) buah TV berwarna 21 inc Merk Mitsukaya, 1 (satu) set Tape Deck Merk Seiko, 1 (satu) buah sepeda motor Suzuki RC 100 tahun 1988 Opol AD-4467-EV dari rumah saksi Boiman Dukuh Srebeg Cilik, Desa Trucuk, Kec.Trucuk, Kab.Klaten dan barang-barang tersebut telah dibawa sampai ke Trafficklight Bendogantungan Klaten, sedangkan sepeda motor tersebut telah dibawa ke Cangkringan Sleman;

barang-barang tersebut adalah milik Boniman Dengan maksud untuk (akan)

memiliki barang itu;

terdakwa-terdakwa telah mengangkat barang-barang berbentuk 1 (satu) buah TV berwarna 21 inc Merk Mitsukaya, 1 (satu) set Tape Deck Merk Seiko, 1 (satu) buah sepeda motor Suzuki RC 100 tahun 1988 Opol AD-4467-EV dari rumah saksi Boiman Dukuh Srebeg Cilik, Desa Trucuk, Kec.Trucuk, Kab.Klaten dan barang-barang tersebut telah dibawa sampai ke Trafficklight Bendogantungan Klaten, sedangkan sepeda motor tersebut telah dibawa ke Cangkringan Sleman;

barang-barang tersebut telah dibawah kekuasaan para terdakwa dan teman-temannya dan barang tersebut telah dibawa begitu jauh dan akan dipergunakan sebagaimana milik sendiri

Dengan melawan hukum (hak);

terdakwa-terdakwa telah mengangkat barang-barang berbentuk 1 (satu) buah TV berwarna 21 inc Merk Mitsukaya, 1 (satu) set Tape Deck Merk Seiko, 1 (satu) buah sepeda motor Suzuki RC 100 tahun 1988 Opol AD-4467-EV dari rumah saksi Boiman Dukuh Srebeg Cilik, Desa Trucuk, Kec.Trucuk, Kab.Klaten adalah tanpa seizing dari sdr.Boniman sebagai pemilik barang tersebu, dan perbuatan para terdakwa tersebut merugikan Sdr.

Boniman sebanyak Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah) Pada waktu malam dalam

sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya atau bertentangan dengan

pada hari Selasa pada hari selasa tanggal 26 April 2005 sekitar jam 21.00 Wib Sdr. Sarno masuk kedalam rumah dengan membuka jendela nako rumah sebelah kiri kemudian untuk melalui jendela dan membuka pintu depan kemudian masuk kedalam rumah dan saksi Sriyanto als Entho-Entho bertugas menjaga didepan kamar tidur korban, terdakwa II masuk kedalam rumah dan mengangkat TV dan VCD mengingat berat diterima

(13)

kemauannya orang yang berhak (atau yang punya);

oleh terdakwa IV dan terdakwa V yang saat itu bertugas mengawasi dijalan kampong dekat depan rumah, juga terdakwa III saat itu membantu ikut memasukkan barang-barang kedalam mobil seperti 1 (satu) buah TV berwarna 21 inc Merk Mitsukaya, 1 (satu) set Tape Deck Merk Seiko, 1 (satu) buah sepeda motor Suzuki RC 100 tahun 1988 Opol AD-4467-EV, hasilnya dimasukkan kedalam Mobil Mitssubhisi L-300 warna hitam Nopol : AD-7619-DD;

(a) Penafsiran tindak pidana tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut.

1) Barang siapa ditafsirkan dengan cara (1) konsep hukum tentang subjek hukum (orang atau badan hukum), (2) mengacu pada terdakwa-terdakwa (W a g i m a n, Panut Darso Witoyono Als Supri, S e d i a w a n, S i s w a n t o dan Agus Nuryanto ) yang diikuti waktu dan tempat melakukan tindak pidana. Frasa barang siapa bermakna umum (general) → setiap orang (person) atau badan hukum (rechtsperson) yang telah melakukan suatu perbuatan yang atas perbuatan mana kepada orang atau badan hukum tersebut dapat dikenakan pidana → terdakwa → nama diri (W a g i m a n, Panut Darso Witoyono Als Supri, S e d i a w a n, S i s w a n t o dan Agus Nuryanto).

2) Mengambil sesuatu barang ditafsirkan dengan mengulang verbanya ( mengangkat barang-barang berupa 1 (satu) buah TV berwarna 21 inc Merk Mitsukaya, 1 (satu) set Tape Deck Merk Seiko, 1 (satu) buah sepeda motor Suzuki RC 100 tahun 1988 Opol AD-4467-EV dari rumah saksi Boiman Dukuh Srebeg Cilik, Desa Trucuk, Kec.Trucuk, Kab.Klaten dan barang-barang tersebut telah dibawa sampai ke trafficklight Bendogantungan Klaten, sedangkan sepeda motor tersebut telah dibawa ke Cangkringan Sleman); yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain ditunjukkan dengan menyatakan barang-barang tersebut adalah milik Boniman.

(14)

3) Dengan maksud akan memiliki barang itu ditafsirkan dengan (1) menunjukkan keadaan dan status barang ((barang yang dicuri barang-barang tersebut telah di bawah kekuasaan para terdakwa dan teman-temannya dan barang tersebut telah dibawa begitu jauh), (2) menjelaskan tujuan barang itu dibawa (dan akan dipergunakan sebagaimana milik sendiri)

4) Dengan melawan hak ditafsirkan antara tindakan dan dengan keadaan hukum (tanpa seizin dari Sdr. Boniman sebagai pemilik barang tersebut, dan perbuatan para terdakwa tersebut merugikan Sdr. Boniman sebanyak Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah)

5) Pada waktu malam ditafsirkan secara referensial dengan waktu (pada hari Selasa tanggal 26 April 2005 sekitar jam 21.00)

6) Dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya ditafsirkan dengan menentukan (1) terdakwa (Sarno dan Sriyanto), (2) cara (masuk kedalam rumah dengan membuka jendela nako rumah sebelah kiri kemudian untuk melalui jendela dan membuka pintu depan kemudian masuk kedalam rumah) dan saksi Sriyanto als Entho-Entho bertugas menjaga didepan kamar tidur korban, terdakwa II masuk kedalam rumah dan mengangkat TV dan VCD mengingat berat diterima oleh terdakwa IV dan terdakwa V yang saat itu bertugas mengawasi dijalan kampong dekat depan rumah, juga terdakwa III saat itu membantu ikut memasukkan barang-barang kedalam mobil seperti 1 (satu) buah TV berwarna 21 inc Merk Mitsukaya, 1 (satu) set Tape Deck Merk Seiko, 1 (satu) buah sepeda motor Suzuki RC 100 tahun 1988 Opol AD-4467-EV, hasilnya dimasukkan kedalam Mobil Mitsubhisi L-300 warna hitam Nopol : AD-7619-DD

(15)

7) Dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya atau bertentangan dengan kemauannya orang yang berhak atau yang punya tidak ditafsirkan.

(b) Secara leksikal dapat ditemukan penentuan makna sebagai berikut:

barang siapa ‘siapa saja’

mengambil ‘memegang sesuatu lalu dibawa, diangkat, dipergunakan, dan disimpan, dan sebagainya’

sesuatu ‘barang yang kurang tentu’

barang ‘benda umum; perabot rumah, perhiasan’’

seluruh ‘semua, sekalian, segenap’

sebagian ‘sepenggal dari sesuatu yang utuh’

milik orang lain ‘kepunyaan; hak orang lain’

orang lain ‘bukan diri sendiri atau kerabatnya’

untuk dimiliki ‘dengan tujuan mengambil secara tidak sah untuk dijadikan kepunyaannya’

secara ‘dengan cara’

melawan ‘menentang; menyalahi’

hukum ‘undang-undang atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah’

pada waktu malam ‘waktu antara matahari terbenam hingga matahari terbit’

didalam sebuah rumah ‘bangunan untuk tempat tinggal’

pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya ‘sebidang tanah yang ada bangunan atau rumahnya dan tidak tampak isinya (terkunci)’

dilakukan ‘dikerjakan; dijadikan berlaku’

(16)

oleh orang yang ada disitu ‘orang yang menempati rumah’

tiada dengan setahunya ‘tidak diketahui oleh pemilik rumah’

bertentangan dengan kemauannya ‘berlawanan dengan keinginan pemilik rumah’

orang yang berhak atau yang punya ‘pemilik rumah’

6.1.1.2 Tindakan-tindakan dalam Kategori Tindak Pidana Pencurian 1) Mengambil Barang

Dasar yang dipakai adalah KUHP Pasal 362

Barangsiapa mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena mencuri dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah.

Pencurian pada pasal di atas akan memiliki makna: (1) tindakan ‘mengambil’, (2) yang diambil ‘barang’, (3) status barang ‘sebagian atau seluruhnya menjadi milik orang lain’, dan (4) tujuan perbuatan itu ‘dengan maksud untuk memiliki barang itu secara melawan hukum (melawan hak)’

Unsur pertama tindak pidana pencurian ialah tindakan "mengambil barang". Kata "mengambil" (wegnemen) dalam arti sempit berarti ‘menggerakkan tangan dan jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkannya ke lain tempat’.

Tindakan "mengambil" dalam pencurian tidak akan ada istilah penyerahan barang oleh pemilik (yang berhak) secara suka rela. Apabila terjadi penyerahan barang oleh pemilik yang disebabkan oleh pembujuk dengan tipu muslihat maka akan ditemukan istilah tindak pidana "penipuan”. Jika penyerahan barang

(17)

disebabkan adanya paksaan dengan kekerasan maka akan ada tindak pidana

"pemerasan" (afpersing); apabila paksaan itu berbentuk kekerasan berwujud paksaan dan ancaman akan membuka rahasia maka akan diistilahkan tindak pidana "pengancaman" (afdreiging).

2) Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah kediaman dan seterusnya

Di dalam hukum pidana unsur "waktu malam" akan digabungkan dengan tempat "rumah kediaman" atau "pekarangan tertutup yang ada pada rumah kediaman", ditambah dengan unsur "adanya pencuri di situ tanpa setahu atau bertentangan dengan kehendak yang berhak".

"Pekarangan tertutup" tidak memerlukan adanya pagar yang seluruhnya mengelilingi pekarangan, tetapi cukup apabila pekarangan yang bersangkutan tampak terpisah dari sekelilingnya.

Perlu diketahui juga bahwa tidak ada syarat beradanya si pencuri di situ.

"tanpa persetujuan yang berhak". Jadi harus ada kehendak yang berhak yang terang menentang adanya si pencuri di situ. Oleh sebab itu, apabila ada seorang masuk rumah itu, mungkin orang itu dipersilahkan sebagai tamu yang akan diterima. Baru apabila yang berhak menandakan tidak setuju dengan hadirnya orang itu, dapat dinamakan orang itu ada di situ bertentangan dengan kehendak yang berhak.

Sebaliknya apabila seorang tamu sudah diperbolehkan masuk rumah itu, seperti misalnya anaknya sendiri dari yang berhak, namun jika si anak itu masuk

(18)

di situ pada waktu malam "tanpa setahu" yang berhak maka dipenuhilah syarat dari tambahnya hukuman ini.

3) Pencurian oleh dua orang atau lebih bersama-sama

Pencurian dikategorikan dilakukan bersama-sama apabila ada dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam melakukan tindak pidana pencurian, seperti misalnya mereka bersama-sama mengambil barang-barang dengan kehendak bersama. Tidak perlu ada rancangan bersama yang mendahului pencurian, tetapi tidak cukup apabila mereka secara kebetulan pada waktu yang sama mengambil barang-barang.

Di dalam tindak pidana pencurian dipakai kata “dilakukan” (gepleegd), bukan kata “diadakan” (begaan). Dengan pilihan itu maka pasal pencurian hanya berlaku apabila ada dua orang atau lebih yang masuk istilah medeplegen (turut melakukan) pada pasal 55 ayat 1 nomor 1 KUHP dan juga memenuhi syarat

"bekerja sama". Jadi pasal 363 ayat 1 nomor 4 KUHP tidak berlaku apabila hanya ada seorang pelaku"(dader) dan ada seorang pembantu (medeplichtige) dari pasal 55 ayat 1 nomor 2 KUHP.

4) Pencurian dengan jalan membongkar, merusak, dan sebagainya

Pembongkaran (braak) terjadi apabila, misalnya, dibuat lubang dalam suatu tembok-dinding suatu rumah, dan perusakan (verbreking) terjadi apabila, misalnya, hanya satu rantai yang mengikat pintu diputuskan, atau kunci dari suatu peti dirusak.

Menurut pasal 99 KUHP arti "memanjat" diperluas sampai meliputi membuat lubang di dalam tanah di bawah tembok dan masuk rumah lewat lubang

(19)

itu ("menggangsir" seperti tindakan seekor gangsir), dan meliputi pula melalui selokan atau parit yang ditujukan untuk membatasi suatu pekarangan, yang dengan demikian dianggap "tertutup"(besloten erf).

Menurut pasal 100 KUHP arti "anak kunci palsu" diperluas sampai meliputi semua perkakas berwujud apa saja yang digunakan untuk membuka kunci seperti, misalnya, sepotong kawat.

Dengan disebutkannya hal-hal yang kini memberatkan hukuman, maka apabila orang baru melakukan pembongkaran, perusakan, atau pemanjatan, dan pada waktu itu diketahui pelaku lari, orang itu sudah dapat dipersalahkan melakukan percobaan melakukan pencurian (poging tot diefstal) karena tindakan pembongkaran dan lain-lain tadi dapat dianggap masuk tahap

"menjalankan"(uitvoering) dari pasal 53 KUHP) tindak pidana "pencurian khusus" (gequalificeerde diefstal) ini, tidak lagi jadi dalam tahap "persiapan"

(voorbereiding) untuk melakukan tindak pidana.

5) Pencurian dengan kekerasan

Pasal 365 KUHP membahas masalah pencurian dengan kekerasan. Perlu dicatat bahwa "tertangkap basah" harus benar-benar terjadi. Tidak cukup apabila hanya pelaku ada kekhawatiran akan tertangkap basah. Dari istilah "tertangkap basah" ada suatu definisi yang dinyatakan dalam pasal 57 Herziene Indonesische Reglement atau HIR. Menurut pasal ini "tertangkap basah" (ontdekking of heter daad) terjadi apabila kejahatan atau pelanggaran diketahui sedang dilakukan atau dengan segera diketahui setelah dilakukan, atau apabila seseorang sesudah itu

(20)

dengan segera diserukan suara orang banyak sebagai pelaku, atau apabila padanya ditemukan barang-barang, senjata-senjata, alat-alat, atau surat-surat yang menunjukkan bahwa dialah pelakunya (orang yang berbuat) atau pembantunya.

6.1.1.3 Penafsiran Kosa Kata Khusus Tindak Pidana Pencurian Tindak pidana pencurian harus ada unsur sebagai berikut.

1. tindakan ‘mengambil’

2. yang diambil ‘barang’,

3. status barang ‘sebagian atau seluruhnya menjadi milik orang lain’, dan

4. tujuan perbuatan itu ‘dengan maksud untuk memiliki barang itu secara melawan hukum (melawan hak).

Barang ialah semua benda yang berwujud seperti: uang, baju, perhiasan dan sebagainya,; binatang; benda yang berwujud, misalnya aliran listrik atau gas yang disalurkan melalui pipa.

Pencurian berat adalah pencurian biasa yang disertai dengan salah satu unsur seperti berikut:

1. Barang yang dicuri adalah hewan (memamah biak, berkuku satu, dan babi)

2. Pencurian dilakukan pada saat terjadi bermacam-macam bencana.

3. Pencurian dilakukan pada waktu malam.

4. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama.

5. Pencurian dilakukan dengan jalan membongkar tembok, pintu, jendela, dan sebagainya.

Hewan ‘semua jenis binatang memamah biak, berkuku satu, dan babi’

(21)

Waktu malam ‘waktu antara matahri terbenam dan terbit kembali’

Rumah ‘bangunan yang digunakan tempat tinggal siang dan malam’

Pekarangan tertutup ‘dataran tanah yang dikelilingi pagar dan tanda lain yang dapat dianggap sebagai pembatas’

Memecah ialah membuat kerusakan yang agak ringan, misalnya merusak kaca jendela.

Memanjat ‘membawa diri ke suatu ketinggian tertentu dwengan menggunakan atau tidak menggunakan alat (tangga, tali). Arti memanjat termasuk memasuki suatu rumah melewati lubang yang ada untuk jalan masuk atau keluar, lubang yang sengaja digali, melalui selokan atau parit yang berfungsi sebagai penutup jalan.

Anak kunci palsu ‘segala macam anak kunci yang tidak difungsikan untuk membuka kunci; kunci duplikat yang digunakan oleh orang yang tidak berhak’

Perintah palsu ‘perintah yang dibuat sedemikian rupa seakan-akan perintah asli yang dibuat oleh pihak yang berwajib’

Pakaian palsu ‘pakaian yang dikenakan oleh orang yang tidak berhak’

Pencurian ringan ialah:

1. Pencurian biasa dengan harga barang tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah

2. Pencurian dilakukan oleh dua orng atau lebih secara bersama-sama, tetapi harga barang tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah.

(22)

3. Pencurian yang dilakukan dengan jalan membongkar, memecah ‘ dan sebagainya dengan hartga barang tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah dan tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau rumah d engan pekarangan tertutup.

Melakukan kekerasan ‘menggunakan tenaga atau kekuatan jasmani sekuat mungkin secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau senjata, menyepak, menendang yang menyebabkan orang merasa sangat sakit atau membuat orang pingsan atau tidak berdaya’

Pingsan ‘hilang ingatan atau tidak sadar akan dirinya’

Tidak berdaya ‘tidak mempunyai kekuatan atau tenaga sama sekali sehingga tidak mampu melakukan perlawanan sedikit pun’

Luka berat ’

1. Penyakit atau luka yang tidak dapat sembuh dengan sempurna atau dapat menyebabkan mati

2. tidak cakap melakukan pekerjaan sebagai mata pencariannya 3. tidak mampu lagi memakai salah satu panca inderanya 4. menadapat cacat besar

5. kelumpuhan

6. akal tidak sempurna lebih dari empat minggu 7. gugurnya kandungan seorang perempuan

Jalan umum ‘dataran tanah yang digunakan lalu lintas umum’

Pencurian berat ‘ pencurian yang disertai salah satu dari:

1. Dilakukan pada waktu malam

(23)

2. Dilakukaan oleh dua orang atau lebih seccara bersama-sama

3. Dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian palsu.’

6.1.2 Tindak Pidana Penadahan

Di dalam KUHP ditemukan Pasal 480 yang berbunyi:

Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya enam puluh rupiah:

Ke-1: karena melakukan penadahan (heling) barang siapa membeli, menyewa, menukari, menerima gadai, menerima sebagai hadiah, atau, dengan maksud mendapat untung, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan suatu barang, yang diketahuinya atau pantas harus disangkanya, bahwa barang itu diperoleh dengan jalan kejahatan,

Ke-2: barang siapa mengambil untung dari hasil suatu barang yang diketahuinya atau pantas harus disangkanya bahwa barang itu diperoleh dengan jalan kejahatan.

6.1.2.1 Hal-hal yang Berkaitan dengan Tindak Pidana Penadahan 1) Barang yang diperoleh dengan kejahatan

Ada dua jenis barang yang diperoleh dengan kejahatan, yaitu:

Ke-1: barang sebagai hasil kejahatan terhadap kekayaan, yaitu pencurian, pemerasan, penggelapan, penipuan atau pemerasan.

Ke-2: barang sebagai hasil kejahatan pemalsuan seperti uang palsu, cap palsu, atau surat palsu.

Perbedaan antara barang ke-1 dan barang ke-2 ialah, barang ke-2 akan tetap merupakan barang yang diperoleh dengan kejahatan, sedangkan barang ke-1

(24)

ada kemungkinan tidak dinamakan barang yang diperoleh dengan kejahatan, yaitu apabila, misalnya, barang yang dicuri atau digelapkan dengan pertolongan polisi sudah kembali ke tangan si korban pencurian atau penggelapan.

2) Kesengajaan atau culpa

Unsur kesengajaan atau culpa ini secara alternatif disebutkan terhadap unsur lain, yaitu bahwa barangnya diperoleh dengan kejahatan. Tidak perlu penadah tahu atau patut harus dapat menyangka dengan kejahatan apa barangnya itu diperoleh, yaitu apakah dengan pencurian, penggelapan, pemerasan, pengancaman, atau penipuan.

Ini merupakan unsur yang bersifat subjektif atau perorangan, yaitu mengenai jalan pikiran atau jalan perasaan pelaku. Tetapi ada unsur objektif yang tidak tergantung kepada jalan pikiran atau jalan perasaan pelaku, yaitu bahwa barang itu harus benar-benar merupakan hasil suatu kejahatan tertentu. Maka harus terbukti ada dan terjadi, misalnya, pencurian tertentu, dan ada barang tertentu yang diperoleh dengan pencurian itu.

Dalam praktik, yang biasanya dapat dianggap terbukti ialah unsur culpa, yaitu bahwa pelaku penadahan dapat dianggap patut disangka mengetahui asalnya barang dari kejahatan. Jarang dapat dibuktikan bahwa si penadah mengetahui benar hal ini.

3) Kebiasaan menadah (gewoonte-heling)

Pasal 481 KUHP memenyatakan adanya tindak pidana penadahan dengan maksimum hukuman tujuh tahun penjara apabila seseorang terbukti biasa melakukan tindak pidana penadahan. Dengan pembiasaan ini kejahatan-kejahatan

(25)

yang bersangkutan betul-betul dapat dikatakan dipermudah atau ditolong karena para penjahat sebelumnya sudah tahu kepada siapa mereka dapat menyalurkan barang-barang hasil kejahatan mereka secara aman. Bahkan sudah pantas bahwa mereka dihukum lebih berat daripada orang-orang yang melakukan pencurian, penggelapan atau penipuan, dan sebagainya.

Tindak pidana penadahan (heling) yang dilakukan setelah selesai suatu tindak pidana terhadap kekayaan seseorang, yaitu mengenai barang yang diperoleh dengan jalan kejahatan, dapat dikatakan dapat memudahkan atau menolong kejahatan itu, sekadar pelaku kejahatan dapat mengharapkan bahwa barang yang telah dicuri, dirampas, atau digelapkan, atau diperoleh dengan penipuan, akan ditampung oleh seorang penadah; hal tersebut akan mempersulit pengusutan kejahatan yang bersangkutan.

Data-data yang berkaitan dengan penadahan adalah sebagai berikut.

(1) LILIK SUPARMAN ALIAS KELIK BUTO

PUTUSAN PN Klaten No: 113/Pid. B/2005/PN.Klt. Selasa, 5-7-2005

Barang siapa ‘subyek hukum yang cakap melakukan perbuatan pidana, dan mampu bertanggung jawab atas perbuatan itu maka dalam konteks perkara ini sudah jelas orang yang diajukan sebagai terdakwa adalah Lilik Suparman al. Lilik Buto’

membeli, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu benda, yang diketahui, atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan

pada hari Senin tanggal 10 Mei 2004 sekitar Jam 06.00 WIB terdakwa Lilik Suparman al. Kelik Buto telah membeli barang -barang berbentuk Satu buah mesin ketik merek Royal dengan harga Rp 100.000,-, satu buah Amplifier dengan harga Rp 100.000,- satu buah monitor Computer dengan harga Rp 150.000,- sehingga jumlah keseluruhan Rp 350.000,-. Dari Budi Purnomo al. Asep, bahwa terdakwa sepatutnya menduga barang barang tersebut berasal dari hasil pencurian, namun terdakwa tetap membelinya;

(a) Ditinjau dari segi hukum, ditemukan penafsiran makna sebagai berikut.

(26)

barangsiapa ditafsirkan sebagai ‘subyek hukum yang cakap melakukan perbuatan pidana, dan mampu bertanggung jawab atas perbuatan itu maka dalam konteks perkara ini sudah jelas orang yang diajukan sebagai terdakwa adalah Lilik Suparman al. Lilik Buto’

Di dalam hukum pidana frasa barang siapa menunjuk pada subjek hukum yang bisa berarti orang atau badan hukum. Di dalam pasal ini barangsiapa memiliki padanan kata dengan frasa setiap orang atau siapa saja yang melakukan tindak pidana. Frasa barang siapa sebenarnya memiliki referen (acuan) kepada terdakwa yang meiliki referen pada nama diri (Lilik Suparman alias Kelik Buto) sebagai pelaku tindak pidana penadahan.

membeli, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu benda, yang diketahui, atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan ditafsirkan

‘membeli barang -barang berupa Satu buah mesin ketik merek Royal dengan harga Rp 100.000,-, satu buah Amplifier dengan harga Rp 100.000,- satu buah monitor Computer dengan harga Rp 150.000,- sehingga jumlah keseluruhan Rp 350.000,-. Dari Budi Purnomo al. Asep, bahwa terdakwa sepatutnya menduga barang barang tersebut berasal dari hasil pencurian’

(a) Berdasar pada penafsiran unsur pidana tersebut dapat diidentifikasi pemaknaan sebagai berikut.

1) Dari ketiga verba tersebut (membeli, menyimpan, atau menyembunyikan) hanya dipilih salah satu yaitu verba membeli yang berarti ‘memperoleh sesuatu dengan membayar dengan uang”

(27)

2) Sesuatu benda dimaknai secara referensial dengan ‘mesin ketik, amplifier, dan monitor’

3) Yang diketahui, atau sepatutnya diduga bahwa diperoleh dari kejahatan ditafsirkan dengan memilih salah satu yaitu sepatutnya harus diduga yang diartikan dengan cara mencari padan katanya ‘patut dilakukan dugaan /sangkaan/ perkiraan akan terjadinya sesuatu’

4) Diperoleh ditafsirkan dengan padan katanya, yaitu ‘berasal dari atau bersumber dari’.

5) Kejahatan ditafsirkan berdasarkan makna bawahannya (ko-hiponimnya), yaitu ‘pencurian’.

Tindak pidana penadahan dalam pasal tersebut dilakukan hanya karena melakukan tindakan membeli; barang yang dibeli berupa mesin ketik merek Royal dengan harga Rp 100.000,-, satu buah Amplifier dengan harga Rp 100.000,- satu buah monitor Computer dengan harga Rp 150.000,- dari Budi Purnomo al. Asep.

Verba menyimpan atau menyembunyikan tidak dijelaskan di dalam penafsiran.

Penafsiran itu dapat dikatakan sebagai penjabaran secara lebih khusus terhadap verba dan nomina.

Di dalam kalimat pasal 480 KUHP dijelaskan oleh Sugandhi (1981:492) bahwa yang dapat dikategorikan menadah ialah (1) tindakan megambil untung dari hasil suatu barang (2) barang itu diketahui atau patut disangka diperoleh karena kejahatan. Untuk mengetahui barang dari kejahatan dapat diketahui melalui asal mula barang, cara bagaimana berpindah tangan, dan harga penjualan barang.

(28)

Frasa barangsiapa dalam hukum pidana menunjuk pada subjek hukum yang bisa berarti orang atau badan hukum. Di dalam pasal ini barangsiapa memiliki padanan kata dengan frasa setiap orang, siapa saja yang melakukan tindak pidana.

Frasa barang siapa sebenarnya memiliki referen (acuan) kepada nama diri (Lilik Suparman alias Kelik Buto sebagai pelaku tindak pidana penadahan.

Tindak pidana penadahan dalam pasal tersebut di atas dilakukan hanya karena melakukan tindakan membeli; barang yang dibeli berbentuk mesin ketik merek Royal dengan harga Rp 100.000,-, satu buah Amplifier dengan harga Rp 100.000,- satu buah monitor komputer dengan harga Rp 150.000,- dari Budi Purnomo al. Asep. Verba menyimpan atau menyembunyikan tidak dijelaskan di dalam penafsiran. Penafsiran itu dapat dikatakan sebagai penjabaran secara lebih khusus terhadap verba dan nomina.

Di dalam kalimat pasal 480 KUHP dijelaskan oleh Sugandhi (1981:492) bahwa yang dapat dikategorikan menadah ialah (1) tindakan megambil untung dari hasil suatu barang (2) barang itu diketahui atau patut disangka diperoleh karena kejahatan. Untuk mengetahui barang dari kejahatan dapat diketahui melalui asal mula barang, cara bagaimana berpindah tangan, dan harga penjualan barang.

(b) Ditinjau dari leksikon dapat diidentifikasi penentuan makna sebagai berikut.

barangsiapa ‘siapa saja’

membeli ‘memperoleh sesuatu dengan membayar dengan uang’

menyimpan ‘menaruh sesuatu di tempat yang aman supaya tidak rusak atau hilang’

(29)

menyembunyikan ‘menyimpan supaya tidak kelihatan’

sesuatu ‘barang yang tidak tentu’

benda ‘barang berharga;harta;

yang diketahui ‘disaksikan; dimaklumi’

sepatutnya ‘sepantasnya; selayaknya’

harus diduga ‘diperkirakan’

diperoleh ‘didapatkan sesuatu dari usaha’

dari kejahatan ‘tindakan yang bertentangan dengan hukum’

(2) SLAMET BAMBANG HARYANTO

TUNTUTAN PIDANA NO.REGISTER.PERK.PDM-109/BYL/EP.1/11/2004 Pasal 480 ke 1 KUHP

Barang siapa Terdakwa SLAMET BAMBANG RIYANTO sebagai subyek

hukum mampu bertanggung jawab atas tindak pidana yang dilakukan dimana sesuai dengan dakwaan yang telah dibacakan pada sidang pertama dan selama dalam persidangan tidak diketemukan alasan pembenar maupun pemaaf atas tindak pidana yang dilakukan.

Dengan sengaja melakukan persekongkolan jahat

Dengan sengaja melakukan persekongkolan jahat dengan menerima, menyimpan atau menyembunyikan dan mengambil untung dari sesuatu barang yang diketahui atau patut dapat disidangkan bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi SUTARMAN terdakwa pernah pesan kepada saksi Sutardi untuk mencarikan mobil L 300 atau Colt. T dimana kalau sudah dapat onderdilnya yang cocok dipasangkan di Mobil Terdakwa dan onderdil lainnya di jual di Magelang dan kemudian pada tanggal 9 Oktober 2004 saksi SUTARMAN berhasil mencuri mobil L 300 warna putih langsung dibawa kerumah Terdakwa dan bertemu dengan terdakwa dan Saksi SUTARMAN mengatakan bahwa mobil tersebut hasil curian dari Kecamatan Selo kemudian TERDAKWA menyuruh saksi SUTARMAN untuk dicopoti jok/ tempat duduk bak belakang dan bemper serta plat nomor mobil

Menyimpan atau menyembunyikan dan mengambil untung dari suatu

Berdasarkan keterangan saksi SUTARMAN setelah mobil dibawa kerumah terdakwa dan dibongkar jok/ tempat duduk bak belakang kemudian disimpan disembunyikan dirumah

(30)

barang yang diduga dari hasil kejahatan

saksi RUSIDI di DUKUH/ DESA NGARGOLOKA KECAMATAN AMPEL supaya tidak diketahui oleh petugas karena tempatnya jauh dari perkotaan, setelah disembunyikan di rumah saksi RUSIDI terdakwa menawarkan 2 buah ban/

beserta pelknya kepada saksi Rusidi dengan tukar tambah dan Terdakwa meneriman tambahan uang sebesar Rp.100.000,- maka unsur tersebut terpenuhi

(a) Ditinjau dari segi hukum penafsiran maknanya dapat diidentifikasi sebagai berikut.

barang siapa bermakna ‘ terdakwa à nama diri (SLAMET BAMBANG RIYANTO )à subjek hukum‘

dengan sengaja melakukan persekongkolan jahat ‘menerima, menyimpan atau menyembunyikan dan mengambil untung dari sesuatu barang yang diketahui atau patut diduga bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan’

Frasa dengan sengaja tidak ditafsirkan. Tafsiran dengan sengaja adalah apabila perbuatan itu dilakukan karena ada kemauan dan kesadaran melakukan perbuatan itu.

melakukan persekongkolan jahat ditafsirkan dengan menunjuk pada ‘tindakan terdakwa menyuruh saksi Sutarman (sebagai pencuri mobil) untuk melepas jok mobil, bemper, dan plat nomor mobil curian)’

menyimpan atau menyembunyikan dan mengambil untung dari suatu barang yang diduga dari hasil kejahatan ‘setelah mobil dibawa kerumah terdakwa dan dibongkar jok/ tempat duduk bak belakang kemudian disimpan disembunyikan dirumah saksi RUSIDI di DUKUH/ DESA NGARGOLOKA KECAMATAN AMPEL supaya tidak diketahui oleh petugas karena tempatnya jauh dari perkotaan, setelah disembunyikan di

(31)

rumah saksi RUSIDI terdakwa menawarkan 2 buah ban/ beserta pelknya kepada saksi Rusidi dengan tukar tambah dan Terdakwa menerima tambahan uang sebesar Rp.100.000,-‘

menyimpan atau menyembunyikan ditafsirkan secara referensial dengan tindakan yang dinyatakan dengan verba pasif disimpan yang berarti ‘ditaruh ditempat aman supaya aman’ dan disembunyikan yang berarti ‘disimpan agar tidak kelihatan’

mengambil untung dari suatu barang yang diduga dari hasil kejahatan ditafsirkan secara referensial dengan tindakan terdakwa menukartambahkan ban dan velk dengan mendapat uang

(b) Secara leksikal tindak pidana penadahan dapat diidentifikasi maknanya sebagai berikut.

barang siapa ‘siapa saja’

dengan sengaja ‘dimaksudkan; direncanakan’

melakukan ‘mengerjakan sesuatu’

persekongkolan ‘permufakatan berbuat jahat; komplotan’

jahat ‘sangat jelek; buruk’

menyimpan ‘menaruh sesuatu di tempat yang aman supaya tidak rusak atau hilang’

menyembunyikan ‘menyimpan supaya tidak kelihatan’

mengambil ‘memegang sesuatu lalu dibawa, diangkat, dipergunakan, dan disimpan, dan sebagainya’

untung ‘laba dari hasil berdagang’;

(32)

suatu barang ‘barang yang tidak tentu’

diduga ‘diperkirakan’

hasil kejahatan ‘tindakan yang bertentangan dengan hukum’

6.1.2.2 Penafsiran Kosa Kata Khusus Tindak Pidana Penadahan

Berdasarkan Pasal 480-485, penafsiran kosa kata khusus penadahan/

pemudahan dapat disajikan sebagai berikut.

Penadahan ‘1. membela, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima sebagai hadiah, sesuatu barang yang diketahuinya atau patut disangka barang itu diperoleh karena kejahatan atau karena mau mendapat uang; 2.menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu barang yang diketahuinya atau patut disangkanya, barang itu diperoleh karena kejahatan’

Penadahan ringan ‘penadahan dengan barang tadahan dari kejahatan ringan, seperti: pencurian ringan, penggelapan ringan, dan penipuan ringan’

Barang yang berasal dari kejahatan ‘barang dari hasil pencurian, penggelapan, penipuan, atau pemerasan; barang yang terjadi karena kejahatan seperti:

mata uang atau uang kertas palsu, ijazah palsu’

Membuat kebiasaan ‘melakukan perbuatan lebih dari satu kali’

6.1.3 Tindak Pidana Penggelapan

Tindak pidana penggelapan hampir sama dengan tindak pidana pencurian biasa. Perbedaannya kalau dalam pencurian barang yang diambil

(33)

untuk dimiliki belum berada di tangan pelaku, sedang dalam tindak pidana penggelapan barang yang diambil untuk dimiliki sudah berada di tangan pelaku dan tidak dengan jalan kejahatan atau karena barang tersebut sudah dipercayakan kepadanya.

Perumusan tindak pidana penggelapan terdapat pada pasal 372 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri (zich toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam, karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.

Berdasarkan pasal tersebut dapat ditemukan rumusan tentang Barang di bawah kekuasaan pelaku.

Unsur barang di bawah kekuasaan pelaku merupakan unsur pokok tindak pidana "penggelapan barang" yang membedakan dari tindak-tindak pidana lain mengenai kekayaan orang.

Dalam pasal 372 KUHP tersebut ditambahkan pula bahwa barang harus ada di bawah kekuasan pelaku dengan cara lain daripada dengan melakukan kejahatan. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa barang itu oleh pemilik dipercayakan atau dapat dianggap dipercayakan kepada pelaku. Intinya dalam tindakan "penggelapan" pelaku tidak memenuhi kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh pemilik barang.

Data-data berikut merupakan penjelas adanya tindak pidana penggelapan.

(1) YULI PUJI LESTARI KARANGANYAR

(34)

Surat Tuntutan No Reg Perkara : PDM 56/KNYAR/Ep.1/0905 pasal 372 KUHP jo pasal 5 ayat (1) KUHP

Barang siapa yang dimaksud disini adalah siapa yang menjadi subyek didalam tindak pidana;

YULI PUJI LESTARI yang dihadapkan dimuka persidangan adalah pelaku atau subyek dari tindak pidana yang didakwakan

dengan sengaja mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu

terdakwa menyewa satu unit mobil merk Daihatzu Espas warna merah metalik Nomor Polisi N 2884 CT milik RS ANIYAH dengan uang sewa perhari sebesar Rp 125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah) dan pembayarannya sampai bulan Oktober 2004 berjalan lancar, setelah barang berbentuk mobil tersebut berada dalam kekuasaannya terdakwa memperlakukan barang tersebut sebagai miliknya sendiri pada tanggal 26 Pebruari 2005 terdakwa mwnggadaikan mobil tersebut kepada orang lain sebesar Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) tanpa sepengetahuan dan seijin pemiliknya.

Barang disini harus ditafsirkan sebagai sesuatu yang mempunyai nilai di dalam kehidupan ekonomi seseorang. Barang disini juga harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain sebab barang yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi obyek tindak pidana

Yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain

satu unit mobil merk Daihatsu Espas warna merah metalik Nomor Polisi N 2884 CT yang berada pada terdakwa adalah milik saksi korban RS ANIYAH bukan milik terdakwa Yang berada padanya bukan

karena kejahatan

kata ”yang ada padanya” itu menunjukkan keharusan adanya hubungan langsung yang sifatnya nyata antara pelaku dengan suatu benda yakni agar perbuatannya menguasai secara melawan hukum atas benda tersebut dapat dipandang sebagai suatu tindak pidana penggelapan dan bukan sebagai tindak pidana pencurian.

Yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

terdakwa YULI PUJI LESTARI kebingungan karena mendapat tagihan dari bank, kemudian terdakwa timbul ide untuk menggadaikan mobil Daihatsiu Espas Nomor Polisi N 2884 CT milik RS Aniyah., selanjutnya terdakwa bersama- sama dengan MUHAMAD GOFIR (DPO) pada 26 Pebruari 2005 sekira pukul 10.00 WUIB pergi kerumah saksi SADINEM alias TOMBLOK untuk minta tolong mencarikan pinjaman uang sebesar RP 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) dengan jaminan mobil tersebut.

(a) Penafsiran dari segi hukum terhadap kosa kata khusus tindak penggelapan adalah, sebagai berikut.

(35)

barang siapa ditafsirkan sebagai seseorang yang menjadi subjek tindak pidana.

Penentuan maknanya bersifat referensial, yaitu ‘terdakwa à nama diri pelaku tindak pidana, Yuli Puji Lestari’.

dengan sengaja tidak diberikan tafsiran maknanya. Dengan sengaja (opzet) dalam hukum pidana berati ‘tindakan yang dikehendaki dan disadari akan adanya akibat dari tindakan’.

mengaku sebagai milik sendiri memiliki tafsiran makna ‘mobil sewaan merk Daihatsu Espass diakui sebagai milik sendiri dan disertai tindakan menggadaikan mobil tersebut’.

barang sesuatu memiliki makna referensial ‘mobil merk Daihatsu Espass’.

barang dalam hukum dimaknai ‘semua benda yang berwujud, seperti: uang, baju, perhiasan, dan sebagainya, termasuk binatang dan benda yang tak berwujud, seperti: aliran listrik yang disalurkan lewat kawat serta gas yang disalurkan melalui pipa’.

yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain ditafsiri secara referensial memiliki makna ‘mobil merk Daihatsu Espass bukan milik terdakwa tetapi milik saksi korban R.S. Aniyah’

yang berada padanya bukan karena kejahatan menunjuk dan memiliki makna ‘mobil Daihatsu Espass tidak dicuri tetapi disewa (diamanatkan kepadanya)’

yang dilakukan oleh dua orang atau lebih memiliki makna referensial

‘tindakan menggadaikan itu dilakukan terdakwa dan Muhamad Gofir”

(36)

(b) Ditinjau secara leksikal akan diidentifikasi maknanya sebagai berikut.

barang siapa ‘siapa saja’

dengan sengaja ‘dimaksudkan; direncanakan’

mengaku sebagai ‘menganggap sebagai’

milik sendiri ‘kepunyaan dari yang disebut (yang bersangkutan)’

barang ‘benda umum; perabot rumah, perhiasan’

sesuatu ‘barang yang kurang tentu’

yang seluruhnya ‘semuanya’

sebagian ‘sepenggal dari sesuatu yang utuh’

kepunyaan orang lain ‘milik orang lain (bukan diri sendiri)’

yang berada padanya ‘ada pada diri pembawa’

bukan karena kejahatan ‘bukan dari tindakan yang bertentangan dengan hukum’

yang dilakukan ‘dikerjakan’

oleh dua orang atau lebih ‘orang yang berjumlah dua atau lebih’

(2) MARJOKO KARANGANYAR

Putusan PN Karanganyar No. 145/Pid/B/2005/PN Kray Kamis,19-1-2006 Pasal 372 KUHP

Barangsiapa Barangsiapa yang dimaksud disini adalah siapa yang menjadi subyek didalam tindak pidana.

Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki

Yang dimaksud dengan unsur memiliki adalah setiap perbuatan atas barang atau lebih tegas lagi setiap tindakan yang mewujudkan suatu kehendak untuk melakukan kekuasaan nyata dan mutlak atas barang tersebut, hingga tindakan itu merupakan perbuatan sebagai pemilik atas barang itu. Sedangkan maksud dengan sengaja yaitu pelaku harus mengetahui dan sadar, hingga Ia dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya. Kemudlian yang dinlaksud dengan melawan hukum yaitu pelaku tidak

Referensi

Dokumen terkait