• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN KARTU BILANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN KARTU BILANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

PENGGUNAAN KARTU BILANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

A. Media Pembelajaran Kartu Bilangan 1. Pengertian Media

Melalui media dan alat peraga yang menyenangkan bisa membawa siswa masuk dalam dunia matematika yang bersifat abstrak dapat menjadi konkret. Berdasarkan pendapat para ahli psikologi dikemukakan bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh kongkret dengan mempraktekan sendiri.

Alat peraga merupakan bagian dari media, media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud sebagai perangkat lunak, maupun perangkat keras, istilah media perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat peraga, di bawah ini beberapa pengertian menurut para ahli:

1. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiyah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟ (Azhar Arsyad, 2011:3). Gagne‟ dan Briggs (1975) dalam (Azhar Arsyad, 2011:4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

2. Menurut (Muhammad Ali, 2004: 89) Media pengajaran juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar lebih kongkrit.

3. Menurut R.Ibrahim dan Nana Syaodih S (2003:12) media pembelajaean diatikan sebagai salah satu yang dapat dihunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,

(2)

11

perasaan perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapatmendorong proses belajar mengajar.

4. Menurut Asnawir dan M. Basyiruddin Usman (2002:11) secara harfiah kata media memiliki arti „perantara‟ atau „pengantar‟.

Association foe Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.

Sedangakan Education Association (NEA) mendefinisikan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik delam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.

Dari pengertian media yang dikemukakan beberapa ahli di atas dapat dipahami bahwa pengertian media adalah alat yang digunakan oleh guru untuk memotivasi dan mempermudah pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar karena media pembelajaran didisain menjadi menarik yang bertujuan tuntuk menghilngkan rasa bosan siswa dalam belajar.

People (1988) dalam (Zainal Aqib) seluruh pengetahuan yang kita peroleh, 75 % diperoleh dari melihat, 13 % diperoleh dari mendengar, 12 % diperoleh dari mengecap, mencium dan meraba.

Artinya 75 % pengetahuan kita diperoleh dari melihat yaitu belajar dengan menggunakan alat peraga yang dapat dilihat oleh peserta didik dan diharapkan mencapai hasil yang maksimal. Untuk mengatasi permasalahan di atas, langkah yang perlu dilaksanakan adalah dengan menggunakan Alat Peraga.

Menurut R. Ibrahim dan Nana Saodih.S (2003:112) Gegne dan Briggs (1979)menekankan pentingnya media sebagai alat untuk merangsang proses belajar mengajar.

Trianto (2010:235) menjelaskan keuntungan media pembelajaran antara lain: (1) gairah belajar meningkat. (2) siswa berkembang menurut minat dan kecepatannya; (3) interaksi langsung dengan lingkungan; (4) memberikan rangsangan dan mempersamaakn pengalaman; dan (5) menimbulkan persepsi akan sebuah konsep yang sama.

10

(3)

12

Media sangat penting untuk menjalankan proses belajar mengajar, tanpa adanya media proses belajar mengajar yang berlangsung akan kurang baik, tujuan pendidikan tidak akan terwujud seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, jangan dilihat dari kepala sekolah yang handal saja namun jika tidak didukung oleh para guru- gurunya yang profesional dalam menjalankan kewajibannya sebagai guru, maka kegiatan belajar mengajarpun tidak akan berjalan dengan baik.

Menurut pendapat para ahli di atas mengenai fungsi media penulis menyimpulkan bahwa fungsi media adalah untuk membantu dan mempermudah guru menyampaikan pelajaran kepada siswa, dan memberika motivasi yang tinggi pada siswa untuk belajar, media pembelajaran juga dapat memperjelas penyajian pembelajaran sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

B. Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.

Dalam pencapaian tujuan pembelajaran peranan alat bantu atau alat peraga memegag pereranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efesien.

Menurut Muhamad Idris (2011: 18) yang dikutip dalam skripsinnya yang berjudul „‟ Penggunaan Alat Peraga Kartu Bilangan Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatus Shibyan Kecomberan Talun Cirebon’’. Ada beberapa pengertian alat peraga dari berbagai pendapat para ahli, sebagai berikut :

1. Menurut Nasution (1985) “alat peraga adalah alat bantu dalam mengajar agar efektif”.

2. Sumadi (1972), menjelaskan bahwa alat peraga adalah alat untuk

(4)

13

memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera.

Dari pengertian diatas peneliti menyimpulkan alat peraga pengajaran yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas, materi pengajaran yang diberikan kepada siswa dan juga dapat dijadikan motivasi siswa agar senang dan tertarik didalam melaksanakan proses belajar. Dengan menggunakan alat peraga berarti memberikan pengalaman konkrit kepada siswa sehingga akan lebih mempermudah memahami serta mengingatkan materi yang di pelajari.

Alat peraga juga merupakan salah satu dari media pendidikan alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif.

2. Fungsi dan Nilai Alat Peraga

Menurut (Nana Sujana, 2011: 100) ada enam pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah:

a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunya fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi be;ajar mengajae yang efektif.

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari kedeluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.

c. Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.

d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunkan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempuyai nilai tinggi.

Di samping enam fungsi diatas peggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai seperti dibawah ini:

a. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadiya verbalisme.

(5)

14

b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.

c. Dengan peragaan dapat memperbesar dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.

d. Memberikan pengalaman yang nyada dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.

f. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.

g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman yang lebih sempurna.

Menurut (Nasution, 2012: 98)Alat-alat peraga sebagai alat pembantu dalam mengajar agar efektif, dalam garis besarnya memiliki faedah atau nilai sebagai berikut:

1) Menambah kegiatan belajar murid 2) Menghemat waktu belajar (ekonomis)

3) Menyebabkan agar hasil belajar lebih permanen atau mantap 4) Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajarannya

5) Memberikan alasan yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat perhatian (motivasi) dan aktivitas, pada murid

6) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.

Dari uraian-uraian diatas penulis menyimpulkan fungsi dan nilai alat peraga adalah untuk mengurangi kebosanan siswa dalam belajar, untuk dapat memperbesar perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga siswa dapat dengan mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru.

3. Jenis-jenis Alat Peraga

Alat peraga dalam proses belajar mengajar kita bedakan menjadi alat peraga dua dimensi dan alat peraga yang diproyeksi.

a. Alat Peraga dua dan tiga dimensi

Menurut (Nana Sujana, 2011: 101) alat peraga dua dimensi artinya alat yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangakan alat peraga tiga dimensi di samping mempunyai ukuran panjang dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi.

Alat peraga dua dan tiga dimensi ini antara ;ain adalah:

1) Bagan

Bagan adalah gambaran dari sesuatu yang dibuat dari garis dan gambar.

2) Grafik

(6)

15

Grafik adalah penggambaran data berangka, bertitik, bergaris, bergambar yang memperlihatkan hubungan timbal balik informasi secara statistik.

3) Poster

Poster merupakan penggambaran yang ditunjukkan sebagai pemberitahuan, peringatan, maupun penggugah selera yang biasanya berisi gambar-gambar.

4) Gambar Mati

Gambar mati adalah sejumlah gambar, foto, lukisan baik dari majalah, buku, koran atau dari sumber lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu pengajaran.

5) Peta Datar

Peta datar adalah gambaran rata suatu permukaan bumi yang mewujudkan ukuran dan kedudukan yang kecil dilakukan dalam garis, titik dan lambang.

6) Peta Timbul

Peta timbul adalah peta yang dibuat dari tanah list atau bubur kertas yang penggunaannya sama dengan peta datar.

7) Globe

Globe merupakan model penampang bumi yang dilakukan dalam bentuk benda bulat. Globe adalah alat peraga yang tepat untuk menunjukkan negara-negara di dunia.

8) Papan Tulis

Alat ini merupakan alat klasik yang tak pernah dilupakan orang dalam proses belajar mengajar.

b. Alat-alat peraga yang diproyeksi

Menurut (Nana Sujana, 2011: 102) alat peraga yang diproyeksi adalah alat peraga yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada layar.

Alat peraga yang diproyeksi antara lain:

1) Film

Film pada hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi dalam belajar mengajar yang mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang sama.

2) Slide dan Filmstrip

Slide dan Filmstrip adalah gambar yang diproyeksikan yang dapat dilihat dengan mudah oleh siswa di dalam kelas. Slide dan Filmstrip merupakan gambar seri yang diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor

Variabel yang dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah kartu bilangan yaitu salah satu jenis alat peraga yang termasuk alat peraga dua dan tiga dimensi yang Menurut (Nana Sujana, 2011: 101) ada delapan jenis alat peraga dua dan tiga

(7)

16

dimensi dan penulis mengambil kesimpulan bahwa alat perada kartu bilangan adalah jenis alat peraga dua dan tiga dimensi yang termasuk jenis Gambar mati yaitu sejumlah gambar, foto, lukisan baik dari majalah, buku, koran atau dari sumber lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu pengajaran.

4. Alat Peraga Kartu Bilangan

a. Pengertian Kartu Bilangan

Kartu menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kertas tebal, berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dng karcis).

Bilangan menurut bahasa adalah Mat ide yg bersifat abstrak yg bukan simbol atau lambang, yg memberikan keterangan mengenai banyaknya anggota himpunan.

Alat peraga kartu bilangan ini termasuk alat peraga jenis gambar garis yang diterapkan pada flashcard (kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu).

Menurut (azhar arsyad,2011:120) Flashcard biasanya berukuran 8 X 12cm atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi . Flashcard yang berbentuk kartu bilangan ini berukuran 6 X 6 cm yang didalamnya bergambarkan simbol positif (+) dan Negatif (-). Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respons yang diinginkan.

b. Fungsi Alat :

Alat ini di gunakan untuk menghitung penjumlahan bilangan bulat c. Alat dan Bahan :

a. Alat

1. Gunting 2. Pisau 3. Penggaris 4. sepidol / pulpen

(8)

17 b. Bahan

1. kertas manila warna merah 2 buah 2. kertas manila kuning 2 buah 3. kaleng trasparan 1 buah d. Perinsip Kerja Alat Adalah

Kartu bilangan bulat ini adalah alat Bantu untuk menjumlahkan bilangan bulat positip dan negatip. contoh penjumlahan bilangan( -6+8=… )dengan menggunakan alat yang sederhana ini siswa tidak terlalu banyak berfikir akan cepat mendapatkan jawaban. Seperti soal di atas kartu yang mempunnyai tanda negatip di masukakn kekaleng sejumlah 6 buah. Dan 8 kartu bilangan pisitip dimaasukan ke kaleng juga. Setelah masuk kemudian kita ambil berpasangan anara poisitip dan negatip dalam satu kali ambil satu pasang, satu pasang sampai habis dan sisanya tidak mempunyai pasangan lagi, apa itu kartu positip maupun kartu negatip itulah nanti merupakan hasilnya. Kemudian kita hitung yang tidak mempunnyai pasangan satu persatu itulah hasilnya e. Cara membuat

I. Langlah pertama

Ambil kertas manila kita buat bentuk persegi ukuran 5 cm dan kita garis-sehingga bentuknya

II. Langkah Kedua

Kertas manila tadi kita beri tanda positip maupun negatip dengan sepidol

III. Lagkah ke tiga

Ambil gunting untuk memotong kartu positip dan negatip tadi lihat gambar

f. Cara mengunakan alat.

Dalam peroses belajar mengajar dengan media yang sederhana ini hendaknya didemontrasikan dilakukan oleh siswa dan guru pembibing dan menjelaskan konsep yang perlu dipahami oleh siswa dengan bantuan alat ini ada 2 peranan penting yaitu 1. Agar siswa terampil menggunakan suatu alat atau media yang

ada diligkungan agar bisa memanfaatkan kekayaan alam yang ada disekitarnya untuk bisa membantu memecahkan masalah sehari-hari.

2. Untuk mengetahui tehnik penjumlahan bilangan bulat dengan media dengan konsep ini siswa bisa menemukan rumus sendiri.

g. Untuk Pengujian alat

Siswa bersama guru mendemontrasikan media yang sudah ada contoh dengan soal (-8 + 10 = …) siswa mengambil media kartu bilangan tersebut semua kartu bilang itu dikeluarkan dan seelah keluar baru kita masukkan sesuai dengan soal diatas yaitu ambil kartu bilangan negatip 8 buah lalu dimasukakn kedalam kaleng dan masukakn lagi bilangan positip 10 buah setelah itu ambil 1 pasang kartu bilang positp dan negatip . Sampai habis

(9)

18

tidak ada pasangannya setelah itu yang tidak ada pasangannya atau sisanya didalam kaleng itu diambil satu-persatu dan dihitung dan ternyata sisanya hanya dua ,dan tandanya positip jadi itulah jawaban dari soal -8 + 10 = 2.(diunduh pada tgl 04-06-2014 pkl 16.52)

5. Penerapan Alat Peraga dalam Pengajaran a. Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga

Menurut (Nana Sujana, 2011: 105) Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agap penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini adalah:

1. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan.

2. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan apakah penggunaan alat peraga itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan ank didik.

3. Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan alat peraga dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode waktu dan sarana yang ada.

4. Menempatkan atau memperhatikan alat peragaan pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar alat peraga digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama proses mengajar terus menerus memperihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan alat peraga.

b. Langkah yang harus ditempuh pada waktu menggunakan alat peraga

Menurut (Nana Sujana,2011: 105) ada enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu ia mengajar dengan menggunakan alat peraga.. Langkah-langkah itu ialah:

1. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga.

Pada langkah ini hendaknya guru merumuskan tujuan yang akan dicapai.

2. Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan alat peraga mana yang akan dipergunakan sekiranya tepat untuk mencapai tujuan.

3. Persiapan kelas. Siswa atau kelas harus mempunyai persiapan, sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan alat

(10)

19

peraga. Mereka harus dimotivasi agar dapat menilai, menganlisis, menghayati pelajaran dengan alat peraganya.

4. Langkah penyajian pelajaran dan peragaan. Penyajian pelajaran dengan menggunakan peragaan merupakan suatu keahlian guru yang bersangkutan. Dalam langkah ini perhatikan bahwa tujuan utama ialah pencapaian tujuan dengan baik, sedangkan alat peraga hanya sekedar alat pembantu. Jangan sampai alat peraga sebagai tujuan, dan tujuan menjadi alat.

5. Langkah kegiatan belajar. Pada langkah ini siswa hendaknya mengadakan kegiata belajar sehubungan dengan penggunaan alat peraga. Kegiatan ini dilakukan didalam atau diluar kelas.

6. Langkah evaluasi pelajaran dan keperagaan. Pada akhirnya kegiatan belajar haruslah dievaluasi sampai seberapa jauh tujuan itu tercapai, yang sekaligus dapat kita nilai sejauh mana pengaruh alat peraga sebagai alat pembantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan Langkah-langkah penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai berikut:

1. Menetepkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga, maksudnya sebelum mengajar hendaknya guru merumuskan tujuan yang dicapai yaitu dengan Merumuskan Indikator Standar Kompetensi (SK) / Kompetensi Dasar (KD) maksudnya sebelum melaksanakan proses belajar mengajar guru terlebih dahulu membuat perencanaan proses pembelajaran, sehingga dapat mencapai standar kompetensi (SK) atau kompetensi dasar (KD).

2. Sebelum memulai pembelajaran guru menyiapkan alat dan bahan. Maksudnya agar didalam proses belajar mengajar berjalan dengan baik.

3. Mempersiapkan kelas, seperti memberikan motivasi agar siswa merespon dengan baik dan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

4. Menjelaskan tujuan penggunaan alat peraga dalam proses belajar yang akan dilaksakan bagi siswa. maksudnya guru

(11)

20

memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa apa tujuan penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar agar siswa lebih mudah memahami apa yang akan diajarkan oleh guru. Dan yang paling penting adalah siswa mengetahui bahwa alat peraga bukan tujuan dari pembelajaran melainkan hanya membatu agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.

5. Langkah kegiatan belajar maksudnya melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam rencana pembelajarang yang sudah direncanakan oleh guru sehubungan dengan alat peraga tersebut.

6. Langkah evaluasi pelajaran dan keperagaan seperti Menyediakan waktu yang cukup bagi siswa yang ingin bertanya atau Mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi siswa pada akhir pembelajaran

5. Kekurangan dan kelebihan Alat Peraga a. Kelebihan

Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik

Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya

Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan

Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.

b. Kelemahan

Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran alat peraga itu, antara lain terlalu menekankan bahan- bahan peraganya sendiri dengan tidak menghiraukan kegiatan- kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan,

(12)

21

produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan itu. Kelemahan lain adalah alat peraga dipandang sebagai‟alat Bantu‟semata-mata bagi guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat peraga tersebut diabaikan. Di samping itu terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangannya dan tetap memandang materi audiovisual sebagai alat Bantu guru dalam mengajar. Sedangkan ekurangan alat peraga yaitu:

Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru.

Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan Perlu kesediaan berkorban secara materil

C. Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (M.

Sobry Sutikno,2004:3).

Menurut Muhammad Ali (2004 : 14) Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat iteraksi individu dengan lingkungan.

Sedangkan menurrut R.Gagne (1989) dalam Ahmad Susanto (2013:1), belajar dapat didefinisikan sebagai sustu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman.

Kesimpulannya, belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah buku, alat peraga dan alam sekitar.

Menurut Nawawi dalam Ibrahim (2007 : 39) dalam (Ahmad Susanto, 2013 : 5) yang mengatakan hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran

(13)

22

di Sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Ahmad Susanto (2013 : 5) secara sedernaha, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Sujana (2013 : 3) mengungkapkan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognoitif, afektif dan psikomotor.

Menurut Sujana (2013 : 22) mengungkapkan hasih belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley dalam (nana Sujana, 2013 : 22) membagi tiga macam hadsil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni, (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris.

Menurut Reigeluth sebagaimana dikutip Keller dalam Rusmono (2012:7) hasil belajar adalah semua akibat yang dapat dijasikan sebagai indicator tentang nilai dari penggunaan sesuatu metode dibawah kondisi yang berbeda .

Penulis berpendapat hasil belajar adalah besar atau kecilnya pemahaman siswa setelah melakukan proses belajar mengajar.

2. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark dalam (Nana Sujana, 2011: 39) bahwa hasil belajar siswa

(14)

23

disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran.

Oleh karena itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar disekolah (Theory of school learning) dari Bloom) dalam (Nana Sujana,2011: 40) yang mengatakan ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah, yakni karakteristik individu, kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa. Sedangkan Carrol dalam (nana Sujana, 2011:40) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi lima faktor, yakni (a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e) kemampuan individu.

Wasliman (2007 : 158) dalam Ahmad Susanto (2013 : 12) berpendapat , hasilbelajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal , sebagai berikut:

1. Faktor Internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik , yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2. Faktor eksternal ; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Ruseffendi (1991 : 7) dalam Ahmad Susanto (2013 : 14) mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh macam, yaitu: kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, susana belajar, kompetensi guru dan kondisi masyarakat.

(15)

24 D. Pembelajaran Matematika di MI

1. Pengertian Matematika

Depdiknas (2001 : 7) dalam Ahmad Susanto (2013 : 184) kata metematika berasal dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut Wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.

Matematika,menurut Ruseffendi (1991) dalam Heruman (2013 : 1), adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif ; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak diidentifikasikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Sedangkan hakikat matematika menurut soedjadi (2000) dalam Heruman (2013 : 1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, pada pola pikir yang dedukatif.

Menurut Johnson dan myklebust (1967 : 244) dalam Esti Yuli Widyanti,dkk (2009) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan kekurangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkann berpikir. Metematika juga merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hungga SLTA dan bahkan juga di Perguruan tinggi.

Menurut A. Saepul Hamdani dkk (2008 : 1.7) tidak terdapat satu definisi yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika. Di bawah ini disajikan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika:

 Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik

 Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya

 Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan

 Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk

 Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis

 Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-pengaturan yang ketat.

Penulis berpendapat bahwa matematika adalah salah satu bidang studi yang terdapat pada semua jenjang pendidikan, muli dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, bahkan sudah dipelajari di taman kanak- kanak.

(16)

25 2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Ahmad Susanto (2013 : 188) secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan nalar dalam penerapan matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah dasar, yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonse, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasandengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menhargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memeiliki kemampuan sebagai berikut, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika , menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberika tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan dan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari‟ (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihginakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan

(17)

26

kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika

Suwangsih dan Tiurlina (2006) menyatakan ciri-ciri pembelajaran matematika SD yaitu:

1. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan di mana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya, topik sebelumnya merupakan prasyarat untuk topik baru, topik baru merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Konsep yang diberikan dimulai dengan benda- benda konkret kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika.

2. Pembelajaran matematika bertahap

Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit, selain pembelajaran matematika dimuali dari yang konkret, ke semi konkret, dan akhirnya kepada konsep abstrak.

3. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap perkembangan siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.

4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya. Meskipun di SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang selanjutnya generalisasi suatu konsep harus secara deduktif.

5. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran matematika secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan. Dalam belajar bermakna aturan-aturan, dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-aturan, dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD, kemudian dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.

(18)

27

4. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika

Guru harus mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru dituntut untuk menyajikan pembelajaran yang menerik, efektif dan efesien, sesuai dengan kurikulum dan kemampuan siswa.

Haeruman (2013:2) mengatakan bahwa konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Untuk memperoleh hasil pembelajarannya tentunya melalui langkah-langkah yang benar dan sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa.

Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika menurut Haeruman (2013 : 3):

1. Penanaman Konsep Dasar (penanaman konsep dasar), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari kurikulum, yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang kongkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2. Pemahaman Konsep, pembalajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari pengalaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

3. Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan.

Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan oemahaman konsep.

(19)

28

Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

E. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang relevan dan telah menunjukkan pengaruh penggunaan alat peraga kartu bilangan dalam pembelajaran matematika. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Skirpsi Saudara Muhamad Idris NIM 07480017. Mahasiswa Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2011, dengan judul : „‟Penggunaan Alat Peraga Kartu Bilangan Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatus Shibyan Kecomberan Talun Cirebon’’

Penelitian saudara Muhamad Idris di atas juga memiliki focus yang berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan kali ini. Meskipun sama- sama membahas tentang alat peraga, namun memiliki focus yang berbeda.

Pada penelitian yang akan dilaksanakan lebih terfokus pada pengaruh penggunaan kartu bilangan terhadap hasil belajar siswa matematika materi bilangan bulat kelas IV B MI Hidayatus Shibyan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.

2. Skirpsi Saudari Nunung Nurbaeti NIM 505470052. Mahasiswi Jurusan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2010, dengan judul : ‘’ Efektifitas Penggunaan Media Kartu Soal Terhadap Pemahaman Bilangan Bulat Siswa pada Mata Pelajaran Matematika (Studi Eksperimen di Kelas VII MTs. Nurul Huda Desa Timbang Kecamatan Cigandamekar Kabupaten Kuningan)’’

Penelitian Saudari Nunung Nurbaeti di atas juga memiliki focus yang berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan kali ini. Meskipun sama-sama membahas tentang Media alat peraga pada materi bilangan bulat namun memiliki focus yang berbeda. Pada penelitian yang akan dilaksanakan ini lebih focus pda pengaruh penggunaan alat peraga kartu

(20)

29

bilangan di MI sedangkan penelitian saudari Nunung Nurbaeti ini terfocus pada siswa MTs.

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya media terkelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi (ilmu pengetahuan), dan media yang sekaligus merupakan alat untuk

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah(a)Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kartu bilangan (b)Untuk mengetahui peningkatan

Media pembelajaran adalah alat atau yang digunakan untuk membantu menyampaikan pesan-pesan pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru untuk menambah pengetahuan dan

Guru harus mampu memilih dengan cermat media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar matematika agar sesuai dengan materi, tujuan, dan

Guru harus mampu memilih dengan cermat media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar matematika agar sesuai dengan materi, tujuan, dan

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang digunakan oleh guru untuk

Dari hasil penelitian pada materi operasi hitung bilangan dengan media kartu bilangan pada siklus I Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), hasil

Kiranya akan lebih mudah untuk diterima siswa jika guru menjelaskan dengan menggunakan alat bantu yaitu peta yang dapat mempertinggi hasil belajar siswa.7 Dapat dipahami bahwa