PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA DEPOK
Ratna Puspita Sari, Adang
Program Studi Ekstensi Ilmu Administrasi Fiskal Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik [email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas tentang Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Depok. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan eksisting statistik, dan menggunakan desain deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah: penagihan pajak dengan surat paksa berpengaruh signifikan sebesar 65,6% terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Depok.
Kata Kunci: Penagihan Pajak, Surat Paksa,Kepatuhan Wajib Pajak
Abstract
This final assignment discusses the Effect Of The Tax Collection Action with A Forced Letter To Taxpayers Compliance In Tax Service Office Primary Of Depok.
The aim of the research is to determine how much the effect of the tax collection action with a forced letter to taxpayers compliance In Tax Service Office Primary Of Depok the method of this research was quantitative with existing statistic and using descriptive interpretative. The results of this study are: tax collection with a forced letter has a strong influence of 65,6% on the taxpayers compliance in Tax Service Office Primary Of Depok.
Keyword: Tax Collection, Force Letter, Taxpayers Compliance
1. PENDAHULUAN
Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak, dengan demikian pengkajian terhadap faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak sangat perlu menciptakan perhatian kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri salah satunya dinilai dengan ketaatannya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dari segi formal dan material. Hanya saja, apabila wajib pajak ternyata tidak membayar pajak, terhadapnya tentu perlu dilakukan tindakan tegas untuk dapat memaksa wajib pajak tersebut melunasi utang pajaknya, hal ini diwujudkan dalam bentuk penagihan pajak. Oleh karena itu, tindakan penagihan pajak merupakan hal yang sangat penting guna menunjang keberhasilan pemungutan pajak. Dalam prakteknya sering kali dijumpai adanya tunggakan pajak dari pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membayar pajak yang mengakibatkan tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya.
Adanya tunggakan pajak yang terus meningkat juga dialami oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Depok, hal ini dapat dilihat dari jumlah sisa tunggakan Pajak sampai dengan tahun 2011 secara keseluruhan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Depok mencapai Rp. 77.160.034.606 yang berasal dari 10.739 wajib pajak dan 38.598 produk hukum antara lain Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak (SKP), dll. (Seksi Penagihan KPP Depok).
Besarnya tunggakan pajak tersebut, menjadikan pertimbangan penulis untuk meneliti KPP Pratama Depok, karena pada hakikatnya tunggakan pajak muncul akibat adanya wajib pajak yang tidak melakukan pemenuhan kewajiban pembayaran pajak yang terutang sebagaimana mestinya, atau dikarenakan penambahan jumlah Wajib Pajak, dimana penambahan jumlah wajib pajak juga dapat mengakibatkan penambahan jumlah tunggakan pajak, karena terjadi peningkatan jumlah Wajib Pajak cenderung meningkatkan jumlah wajib pajak yang tidak melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa dan sejak 1 Januari 2001 penagihan pajak dilaksanakan dengan Undang-Undang No. 19 tahun 2000. Undang-undang penagihan pajak diharapkan dapat memberikan penekanan yang lebih pada aspek keadilannya berupa keseimbangan kepentingan antara masyarakat Wajib Pajak dan kepentingan negara.
Keseimbangan kepentingan itu berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak berat sebelah atau tidak memihak, adil dan selaras dalam wujud tata aturan yang jelas dan sederhana serta memberikan kepastian hukum (Purnawan, 2004:35).
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa (SP), mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Kurniawan dan Pamungkas, 2006:1)
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dilakukan apabila sebelumnya Wajib Pajak telah menerima Surat Teguran terlebih dahulu, dimana setelah jangka waktu yang ditentukan Wajib Pajak belum juga membayarkan tunggakan pajaknya maka akan diterbitkan Surat Paksa oleh pihak KPP Pratama Depok. Berdasarkan data yang diperoleh dari seksi penagihan KPP Pratama Depok terjadi peningkatan jumlah Surat Paksa yang diberikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
Tabel 1.1
Jumlah Surat Paksa yang Diterbitkan dan Dibayar KPP Pratama Depok
Periode tahun 2009 s/d 2011
Tahun Bulan Surat Paksa Diterbitkan
Surat Paksa Dilunasi
Sisa %
2009 Januari 0 0 0
18%
Februari 28 5 23
Maret 43 9 35
April 41 7 34
Mei 0 0 0
Juni 24 4 20
Juli 57 10 47
Agustus 0 0 0
September 33 6 27
Oktober 22 4 18
November 0 0 0
Desember 0 0 0
Jumlah 248 45 203
2010 Januari 0 0 0
19%
Februari 18 3 15
Maret 36 7 29
April 10 2 8
Mei 0 0 0
Juni 18 3 15
Juli 0 0 0
Agustus 39 8 31
September 0 0 0
Oktober 33 6 27
November 0 0 0
Desember 0 0 0
Jumlah 154 29 125
2011 Januari 33 8 25
21%
Februari 0 0 0
Maret 102 21 81
April 125 26 99
Mei 0 0 0
Juni 119 25 94
Juli 45 10 35
Agustus 102 21 81
September 27 6 21
Oktober 6 1 5
November 27 6 21
Desember 0 0 0
Jumlah 586 124 462
Sumber: Seksi Penagihan KPP Depok
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, terjadi peningkatan penerbitan surat paksa selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, pada tahun 2009 jumlah Surat Paksa yang diterbitkan ke Wajib Pajak 248 lembar, tahun 2010 sebanyak 154 lembar, dan pada tahun 2011 sebanyak 586 lembar. Pelunasan atas Surat Paksa pada tahun 2009 sebanyak 45 lembar, pada tahun 2010 sebanyak 29, dan pada tahun 2011 sebanyak 124 surat paksa.
Penagihan pajak dengan surat paksa merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendorong rakyat agar bertanggung jawab dan ikut berperan dalam pembangunan ekonomi. Pelaksanaan penagihan pajak yang
tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap pemenuhan kewajiban Wajib Pajak dalam membayarkan hutang pajaknya yang juga diharapkan memberikan dampak positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak karena dipenuhi atau tidaknya kewajiban wajib pajak merupakan salah satu indikator kepatuhan wajib pajak.
1.1 Rumusan Masalah
Pada hakikatnya tunggakan pajak merupakan utang pajak yang belum dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada negara, baik merupakan sisa tagihan yang belum dilunasi maupun yang belum dibayarkan secara keseluruhan. Perkembangan jumlah tunggakan pembayaran pajak dari waktu ke waktu menunjukkan jumlah yang semakin besar, adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang Pajak sehingga memerlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa, merupakan pertimbangan khusus tentang keluarnya Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Selain itu meningkatnya tunggakan pajak tersebut menunjukkan betapa masih kurangnya tingkat kepatuhan masyarakat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Depok?
2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa di KPP Pratama Depok?
3. Upaya apa yang dilakukan pemungut pajak untuk mengatasi hambatan yang ada di KPP Pratama Depok?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan penulisan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulisan skripsi ini mempunyai tujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa di KPP Pratama Depok.
3. Menganalisis upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa di KPP Pratama Depok
2. TINJAUAN TEORITIS
Peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap dua penelitian terdahulu.
Penelitian pertama yang juga membahas tentang penagihan pajak dengan surat paksa pernah dilakukan oleh Nova Eliza Yuliana yang merupakan skripsi pada tahun 2001 tentang “Mekanisme Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Sebagai Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing III Jakarta”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menggambarkan dan menguraikan mengenai mekanisme pelaksanaan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak PMA III terhadap wajib pajak, serta menggambarkan dan menganalisis kesiapan dan tindakan yang dilakukan oleh oleh Kantor Pelayanan Pajak PMA III untuk menunjang peningkatan dan kelancaran penerimaan pajak.
Metode penelitian yang digunakan peneliti yaitu metode kualitatif melalui observasi langsung dan wawancara. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut antara lain terdapat beberapa masalah dalam melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa di KPP PMA III, baik itu dari sisi administrasi, maupun dari sisi wajib pajak, serta masalah dari sisi sarana., namun ada beberapa faktor yang mendukung tercapainya target penerimaan pajak di KPP PMA III antara lain pengawasan administrasi berkas Wajib Pajak dengan cara mengawasi pelaporan SPT Masa/SPT Tahunan secara kontinu, melakukan pemeriksaan SPT Tahunan terhadap SPT Lebih Bayar sesuai jadwal waktu yang ditentukan.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yogy Ruspita Netty berupa Tugas Karya Akhir pada tahun 2001 yang berjudul “Pencairan Tunggakan Pajak Melalui Tindakan Penagihan Dengan Surat Paksa Di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing
III”. Metode penelitian yang dilakukan Yogy sama dengan metode yang dilakukan Nova. Adapun hasil penelitian yogy antara lain mekanisme pencairan atas tunggakan pajak yang dilakukan oleh fiskus di KPP PMA III melalui tindakan penagihan dengan surat paksa telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pencairan tunggakan pajak yang dilakukan oleh KPP PMA III telah berhasil melampaui target yang ditentukan, yaitu 30% dari tunggakan awal triwulan, target pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2000 hampir tercapai seluruhmya. Pelaksanaan surat paksa yang ditargetkan sebanyak 12 lembar/bulan/jurusita telah terealisasikan sebanyak 46 lembar/bulan/jurusita.
3. METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti merupakan jenis pendekatan penelitian kuantitatif. Peneliti memilih pendekatan penelitian kuantitatif dengan existing statistic karena dalam kegiatan penelitian ini penulis melakukan pegumpulan data dan pengujian teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka (numerical) dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik yaitu menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) for windows 20.0.
untuk menguji hipotesis dan mengetahui ada atau tidaknya signifikansi hubungan antara variabel penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Depok. Selain itu juga peneliti melakukan melakukan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait.
Berdasarkan jenis penelitiannya, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif karena peneliti akan menggambarkan seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Depok, selain itu peneliti juga menggambarkan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa di KPP Depok (Tahun 2009- 2011) dan apa saja upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka mengatasi kendala penagihan pajak dengan surat paksa tersebut.
Dalam penelitian ini, Variabel bebasnya adalah surat paksa. Variabel ini diukur dari jumlah surat paksa yang diterbitkan oleh KPP Pratama Depok kepada
Wajib Pajak Orang pribadi. Sedangkan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Variabel kepatuhan pajak ini diukur salah satunya dengan melihat ada tidaknya tunggakan pajak, ada atau tidaknya surat paksa yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi
Populasi penelitian ini adalah Wajib Pajak baik Badan dan Orang Pribadi yang pernah menerima surat paksa di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Depok.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling dengan menggunakan pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling). Sampel yang diambil oleh peneliti adalah Wajib Pajak badan (tahun 2009-2011) yang pada tahun 2009 pernah menerima Surat Paksa dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Depok. Karena keterbatasan yang diberikan oleh pihak KPP Depok, jumlah sampel yang dapat diteliti oleh peneliti yaitu hanya sebanyak 24 Wajib Pajak Orang Pribadi yang sama selama 3 tahun, dimana identitasnya dirahasiakan. Sampel data yang di pergunakan diperoleh dari laporan seksi penagihan di KPP Depok.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu antara lain studi kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Antara lain analisis regresi sederhana dan analisis korelasi sederhana
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Untuk menjawab seberapa besar pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Depok, maka perlu dilakukan analisis data, analisis data dalam penelitian ini data dasar yang digunakan yaitu dengan jumlah surat paksa yang pernah diterima Waib Pajak Badan, jumlah tunggakan pajak dalam surat paksa tersebut serta pelunasan yang dilakukan oleh wajib pajak yang bersangkutan selama tahun 2009-2011 di wilayah KPP Depok selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Analisis data tersebut dilakukan dengan menggunakan perhitungan yang dibantu dengan program komputer yaitu
dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS 20.0 for windows. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
A. Statistik Deskriptif
Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Surat Paksa 24 1 24 4.79 5.657
Kepatuhan Wajib Pajak 24 .00 100.00 66.1905 43.06899
Valid N (listwise) 24
Sumber: Data Sekunder yang Diolah
Berdasarkan tabel 5.4 hasil uji statistik di atas menunjukkan bahwa jumlah sampel yang diambil peneliti adalah 24 sampel, yakni 24 Wajib Pajak Badan.
Selain itu di dalam tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kepatuhan sebelum terbit surat paksa dari tahun 2009-2011 yaitu sebesar 66,1% dengan tingkat minimum 0% dan maksimum 100%. Rata-rata jumlah Surat Paksa yang diterbitkan adalah 4,79 dengan jumlah Surat Paksa minimal yaitu 1 dan maksimal 24 lembar serta standar deviasi sebesar 5.657. Hasil deskriptif statistik ini merupakan uji statistik awal dalam penelitian ini yang selanjutnya akan dilakukan uji statistik secara lebih dalam untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dan apabila ada, berapa besar pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Depok.
B. Analisis Korelasi Sederhana
Analisis korelasi merupakan metode statistik yang digunakan untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan antara penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak. Pengujian ada atau tidaknya hubungan antara penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment yang hasil nilai korelasi (r) dapat berkisar antara -1 hingga 1, dimana nilai korelasi -1 berarti bahwa hubungan antara penagihan pajak dengan surat paksa
terhadap kepatuhan wajib pajak adalah negatif sempurna, nilai korelasi 0 berarti tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut, sedangkan bila nilai korelasi 1, maka terdapat hubungan positif sempurna antara penagiham pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan peneliti menggunakan IBM SPSS 20.0 for windows maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.5
Hasil Uji Korelasi Sederhana
Correlations
Surat Paksa Kepatuhan Wajib Pajak
Surat Paksa
Pearson Correlation 1 .810**
Sig. (2-tailed) .000
N 24 24
Kepatuhan Wajib Pajak
Pearson Correlation .810** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 5.6 hasil uji korelasi sederhana diatas dapat dilihat bahwa korelasi antara Penagihan pajak dengan surat paksa (X) sebesar 0,810 dimana 0,810 < 1 yang artinya penagihan pajak dengan surat paksa memiliki hubungan korelasi yang cukup kuat.
C. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier adalah suatu metode analisis yang bertujuan untuk memperkirakan perubahan respons pada variabel terikat (X) terhadap variabel bebas (Y). Berikut bentuk model regresi sederhana dari penelitian ini berdasarkan table Coefficients adalah :
Tabel 5.6
Hasil Uji Regresi Sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.199 .686 -.290 .774
Surat Paksa .607 .094 .810 6.478 .000
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan tabel coefficients 5.6 di atas, koefisien regresi variabel penagihan pajak dengan surat paksa (X) sebesar 0,607. Artinya jika penagihan pajak dengan surat paksa mengalami penurunan sebanyak 1 lembar, maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 60,7%. Koefisien regresi variabel penagihan pajak dengan surat paksa ini bernilai positif yang memiliki arti terjadi pengaruh yang positif antara penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Depok.
5.2.2. Pengujian Hipotesis a. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis. Uji t dengan uji 2 sisi (two tailed test) dan dengan tingkat signifikansi 5%. Apabila thitung > ttabel memiliki tingkat signifikansi lebih kecil daripada 0,05 maka tu penagihan pajak dengan surat paksa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Tabel 5.7 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.199 .686 -.290 .774
Surat Paksa .607 .094 .810 6.478 .000
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan tabel uji t diatas, dapat dilihat bahwa thitung > ttabel (6,478 >
3,060) dan memiliki tingkat signifikansi 0,000 dimana tingkat signifikansi ini lebih kecil daripada 0,05 oleh karena itu hal ini membuktikan bahwa variabel X yaitu penagihan pajak dengan surat paksa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y yaitu kepatuhan wajib pajak.
b. Analisis pengambilan keputusan
Analisis pengambilan keputusan dari hasil penelitian pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ini akan menggunakan tabel ANOVA untuk melihat signifikansi yang dihasilkan dari uji statistik apakah lebih besar dari signifikansi yang ditetapkan (0,05) untuk H1 diterima atau lebih kecil dari signifikansi yang ditetapkan (0,05) untuk H0 diterima.
Tabel 5.8
Analisis Pengambilan Keputusan
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 270.939 1 270.939 41.971 .000b
Residual 142.020 22 6.455
Total 412.958 23
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak b. Predictors: (Constant), Surat Paksa
Pengambilan keputusan:
Jika F hitung < F tabel atau probabilitas >= 0,05 maka H1 diterima Jika F hitung > F tabel atau probabilitas < 0,05 maka H1 ditolak
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai F hitung yaitu 41,971 sedangkan nilai F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas (df) residual (sisa) yaitu 22 sebagai df penyebut dan df Regression (perlakuan) yaitu 1 sebagai df pembilang dengan taraf signifikansi 0,05 sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 61,882. Karena F hitung (41,971) < F tabel (61,882) maka H1 diterima, yang artinya terdapat pengaruh antara penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Depok.
5.2.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar peranan variabel bebas (independen) yaitu penagihan pajak dengan surat paksa secara bersama-sama menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel terikat (dependen) yaitu kepatuhan wajib pajak. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut:
Tabel 5.9 Tabel R Squere
Berdasarkan hasil uji statistika dalam tabel 5.9 R Squere diatas, dapat dilihat bahwa R Squere menunjukkan nilai sebesar 0.656 atau 65,6%. Besarnya angka tersebut menunjukkan 65,6% variasi kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh variasi dari variabel independent yaitu Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, sedangkan 34,4% sisanya adalah faktor-faktor lain diluar penelitian yang juga dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, antara lain:
1. Pengetahuan Perpajakan yang Dimiliki Oleh Wajib Pajak.
2. Tingkat Pendidikan Wajib Pajak 3. Kualitas Pelayanan
4. Persepsi Wajib Pajak Terhadap Sanksi Perpajakan.
Analisis yang dilakukan peneliti diatas bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya oleh peneliti. Hipotesis tersebut yaitu:
H0: Tidak ada pengaruh antara Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
H1: Ada pengaruh antara Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .810a .656 .640 2.54076
a. Predictors: (Constant), Surat Paksa
b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan pengolahan dan analisa data serta uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan sistem statistika pada komputer yaitu SPSS 20.0 for windows, didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (X) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Depok pada tahun 2009-2011. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai yang dihasilkan oleh koefisien determinasi yaitu sebesar 0.656 atau 65,6% Nilai tersebut menunjukkan bahwa 65,6% variasi kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independent yaitu penagihan pajak dengan surat paksa sedangkan nilai sebesar 34,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian. Antara lain berupa pemahaman terhadap sistem Self Assesment, kualitas pelayanan, tingkat penghasilan dimana penghasilan wajib pajak sebagai objek pajak sangat terkait dengan besarnya utang pajak, persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan, kualitas pelayanan, dll
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajak sebelum dilakukan penagihan pajak dengan surat paksa kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya. Hal itu dapat dilihat dari wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya yang harus dibayar ke Kantor Pelayanan Pajak tidak tepat waktu dari waktu yang telah ditetapkan, dikarenakan karena wajib pajak belum melakukan pembayaran atau karena sebab lain seperti merasa enggan untuk membayar pajak atau karena kondisi keuangan yang tidak mendukung, kurangnya pemahaman (perubahan Undang-undang Perpajakan), dan kurangnya kesadaran wajib pajak dalam hal membayar pajak sehingga dilakukan tindak penagihan pajak aktif. Karena pada saat dilakukan tindakan penagihan aktif, wajib pajak dihadapi sanksi-sanksi yang akan dikenakan kepada wajib pajak apabila tidak segera melunasi tunggakan pajaknya, contohnya apabila setelah dilakukan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Wajib Pajak tidak segera membayar dalam 2x24 jam, maka kepada wajib pajak akan diterbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) yang bisa menyebabkan disitanya harta wajib pajak ataupun diblokirnya rekening pajak wajib pajak yang bersangkutan, hal inilah yang menciptakan efek takut dan jera kepada setiap wajib pajak untuk tidak lalai dalam
melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian ini selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Silvani dalam Designig a Tax Administration Reform Strategy : Experiences and Guidelines, yang menurutnya untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam membayar kewajibannya, diperlukan suatu sistem sanksi dan hukuman yang jelas. Dimana sanksi yang diterapkan tersebut haruslah memiliki efek jera sehingga wajib pajak yang telah terkena sanksi tersebut tidak mengulangi perbuatannya dikemudian hari. Selain itu sesuai pula dengan teori yang diungkapkan oleh Faisal, yang menyatakan bahwa di samping bertujuan untuk mencairkan tunggakan pajak, tindakan penagihan pajak dengan surat paksa juga merupakan wujud law enforcement untuk meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis bagi wajib pajak.
Kendala- Kendala dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa 1. Kendala Internal
Dalam lingkungan kerja KPP Depok, salah satu masalah yang dihadapi yaitu masalah Sumber Daya Manusia yaitu terbatasnya Jumlah Jurusita yakni hanya terdapat 3 orang jurusita yang bertugas melakukan tindakan penagihan dalam satu wilayah kota Depok yang terbilang tidak kecil, hal ini menyebabkan pelaksanaan penagihan terutama penagihan pajak dengan surat paksa tidak maksimal.
2. Kendala Eksternal
1. Wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas/bangkrut.
2. Wajib pajak tidak mau membayar hutang pajaknya walaupun sebenarnya dari segi kemampuan, wajib pajak tersebut mampu untuk membayarnya
3. Kerjasama penanggung pajak dan pihak ke tiga
4. Pengetahuan Wajib Pajak tentang perpajakan dan kewajiban perpajakannya Analisis Upaya Dalam Mengatasi Kendala Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Setelah diuraikan kendala yang menghambat penagihan pajak dengan surat paksa, maka dalam subbab ini akan diuraikan tentang upaya-upaya dalam mengatasi
kendala penagihan pajak dengan surat paksa, karena tanpa adanya upaya yang dilakukan oleh pihak KPP maka penagihan pajak dengan surat paksa akan terhambat. Berikut adalah upaya dalam mengatasi kendala penagihan pajak dengan surat paksa, antara lain:
1. Menambah serta meningkatkan kualitas serta kuantitas SDM terutama Jurusita pajak.
2. Melakukan peninjauan akan informasi alamat Wajib Pajak.
3. Menjalin kerjasama yang lebih baik dengan instansi pemerintah terkait atau pihak ketiga.
4. Meningkatkan penyuluhan kepada Wajib Pajak.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya maka diperoleh kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa (X) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Depok pada tahun 2009-2011 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak yaitu sebesar 65,6%, dan hubungan korelasi antara penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak cukup kuat.
2. Kendala yang dihadapi dalam penagihan pajak dengan surat paksa berasal dari lingkungan internal dan eksternal antara lain Sumber Daya Manusia yaitu terbatasnya Jumlah Jurusita, Likuiditas, Penghindaran, Kerjasama, Pengetahuan Wajib Pajak
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala penagihan pajak dengan surat paksa di KPP Depok antara lain menambah serta meningkatkan kualitas serta kuantitas SDM terutama Jurusita pajak, melakukan peninjauan akan informasi alamat Wajib Pajak, menjalin kerjasama yang lebih baik dengan instansi pemerintah terkait atau pihak ketiga, meningkatkan penyuluhan kepada Wajib Pajak.
6. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut:
1. Penagihan pajak dengan surat paksa perlu ditingkatkan salah satunya dengan dengan meningkatkan kualitas dan juga kuantitas Sumber Daya Manusia dalam hal ini yaitu jurusita pajak. Perlu dipertimbangkan beban kerja jurusita dan sumber daya lainnya apakah bebannya terlalu banyak untuk ruang lingkup wilayah KPP Pratama Depok yang dapat dibilang luas dengan jumlah wajib pajak terdaftar sebanyak 310.051 orang, namun dengan jumlah jurusita yang hanya 3 (tiga) orang saja, ataukan keterampilannya yang kurang memenuhi kebutuhan, meningkatkan kualitas dapat ditempuh dengan cara seleksi awal secara cermat serta pelatihan khusus untuk jurusita dengan mempertimbangkan beban kerja jurusita itu sendiri sehingga nantinya kegiatan penagihan pajak dapat dilaksanakan dengan semaksimal mungkin.
2. Upaya peningkatan kepatuhan terutama dalam membayar kewajiban pajaknya hendaknya terus ditingkatkan melalui penyuluhan dan sosialisasi secara terus menerus dan terintegrasi mengenai pentingnya pembayaran pajak bagi pembangunan nasional terhadap wajib pajak/ penanggung pajak atau masyarakat yang suatu saat berpotensi menjadi wajib pajak salah satu bentuk sosialisasinya yaitu dengan mengadakan seminar seminar perpajakan di kantor-kantor dan melakukan konseling secara langsung dengan wajib pajak. Sosialisasi kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban sehingga langkah utama mendorong wajib pajak menuju masyarakat yang sadar dan peduli pajak.
7. KEPUSTAKAAN Buku:
Adriani, P.J.A., 2005, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Jakarta, PT. Gramedia
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:
Rineka Cipta
Brotodiharjo, Santoso. (1993). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT.
ERESCO
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. (2006). Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Faisal, Gatot S.M. (2009). How To Be a Smart Taxpayer. Jakarta: Grasindo
Fred N. Kerlinger. (1995). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diterjemahkan oleh Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Gunadi, (2004). Reformasi Administrasi Perpajakan Dalam Rangka Kontribusi Menuju „Good Governance‟, Pidato Pengukuhan Guru Besar Luar Biasa Dalam Bidang Perpajakan pada FISIP UI, Jakarta.
______, (2004). Bunga Rampai Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak, PT.
Multi Utama Indojasa, Jakarta,
______, (2009). Akuntansi Pajak: Edisi Revisi 2009. Jakarta: PT Grasindo.
Hasan, Iqbal. (2002). Pokok – Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Infrensif). Jakarta : Bumi Aksara.
Iswahyudi, Tedy (2005). Seputar Penagihan dan Pembayaran Utang Pajak. Jurnal Perpajakan Indonesia
Kurniawan, Panca, dan Bagus Pamungkas. (2006) Penagihan Pajak di Indonesia.
Malang: Bayumedia
Kuncoro, Mudrajad. (2001). Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 1. Yogyakarta : AMP YPKN
Mardiasmo, (2011). Perpajakan. Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi Publisher
Nasucha, Chaizi. (2004). Reformasi Administrasi Publik Teori dan Praktik. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nurmantu, Safri, (2003) Pengantar Perpajakan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, ________, Safri. (2003). Pengantar Perpajakan, edisi 2, Jakarta: Granit
Prasetya, Adinur dkk. (2006). The Indonesian Tax Brief. Jakarta: Koperasi Pegawai Kantor. Pusat Direktorat Jenderal Pajak
Purnawan, Amin, (2004), Pelaksanaan Tindakan Penagihan Pajak Kaitannya Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Aspek Keadilannya, Jurnal Hukum, Vol 14 No. 1 Hal 33-51, Jakarta
Resmi, Siti. (2003), Sistem pemungutan pajak dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus” : Jakarta
Rosdiana, Haula dan Rasin Tarigan. (2005). Perpajakan teori dan aplikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rusdji, Muhammad. (2005). PSPP Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Indeks.
Jakarta
Sarwono, Jonathan. (2006). Analisis Data Penelitian. Yogyakarta : Andi Offset Sidik, Machfud, (2000) Tax Reform Indonesia dalam Perspektif Ekonomi Global dan
Pengaruhnya terhadap Dunia Bisnis, Kuliah Umum Perpajakan FISIP UI, Silvani, Carlos A. (1992). Improving Tax Compliance, in Improving Tax
Administration In Developing Countries, eds. Richard. M Bird and Milka Casanegra de Jantscher International Monetary Fund, Washington DC.
______, Carlos. (1997). Designing a Tax Administration Reform Strategy:
Experiences and Guideline. Washington D.C: International Monetary Fund Soemitro, Rochmat dan Dewi Kania Sugiharti, (2004). Asas dan Dasar Perpajakan 1,
Edisi Revisi, Refika Aditama, Bandung.
________, Rochmat, (1998). Asas dan Dasar Perpajakan 2, Edisi Revisi, Refika Aditama, Bandung.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Metodologi Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Suandy, early. 2005. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
______, Erly, 2006. Perpajakan, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta . Bandung.
Tjahjono, Achmad dan Muhammad Fakhri Husein., 1999. Perpajakan, Edisi kedua Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta.
Zain, Mohammad, 2003, Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta.
Karya Ilmiah
Wijoyanti, Mayang. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Mampang Prapatan. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional.
Jakarta: 2010
Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia, Undang-undang no.19 tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
Lain-lain
Tunggakan Pajak Dorong KPK Surati SBY. 14 November 2011 http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=223579:
tunggakan-pajak-dorong-kpk-surati sby&catid=59:kriminal-a- hukum&Itemid=91)
Masih Ada Rp 80 triliun Pajak yang belum diterima negara. 21 Juli 2011 http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=11230,
Wajib Pajak Patuh, http://www.pajak.net/info/wajib_pajak_patuh.htm, 9 April 2012