• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penurunan curah jantung yang diakibatkan oleh sindrom koroner akut meru- pakan salah satu topik yang kegawatdaruratan jantung dengan manifestasi klinis berupa nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada disertai gejala-gejala lain akibat iskemia miokard (Andrianto, 2020). Hal tersebut dikarenakan adanya penyempitan pembuluh darah sehingga aliran darah koroner berkurang secara mendadak yang menyebabkan angka kematian tinggi dan meningkat setiap tahunnya akibat ketid- akseimbangan antara kebutuhan oksigen pada jantung dan aliran darah (Irman, 2020). Hal tersebut dibuktikan dengan data yang disebutkan dalam WHO bah- wasannya prevalensi di dunia pada tahun 2015 sebesar 75% kematian disebabkan karena penyakit tidak menular, dimana 45%-nya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (Dwiputra, 2019). Secara garis besar kematian penduduk di dunia disebabkan karena adanya penyakit tidak menular (Dwiputra, 2019). Sejak tahun 2013 penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama di Indo- nesia dengan date rate 37% dan hingga 2030 telah diprediksi akan tetap menjadi penyebab utama kematian di dunia (Dwiputra, 2019).

Jumlah penduduk di Indonesia yang ter-diagnosis penyakit jantung sebanyak 1.017.290 jiwa, dimana tahun 2018 data terbaru yang menunjukkan prev- alensi penyakit jantung berdasakan diagnosis dokter di Indonesia sebanyak 2,2 % provinsi Kalimantan Utara dengan prevalensi tertinggi, selanjutnya DIY 2%, dan Gorontalo 2% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Berdasarkan jumlah terbanyak terdapat pada provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 186.809 jiwa (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Prevalensi kejadian tertinggi kedua penyakit jantung ada di provinsi Jawa Timur disebutkan bahwa terdapat 1,5

% penderita yang tercatat 151.878 jiwa (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Berdasarkan karakteristik usia, pada rentang usia 25-34 tahun tercatat 0,8 % dengan jumlah 159.708 jiwa (Kementerian Kesehatan Republik

(2)

Indonesia, 2018). Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular utama karena menyebabkan angka perawatan dan kematian yang tinggi di rumah sakit (Irmalita, 2015).

SKA sendiri dibagi menjadi 3 yakni unstable angina (UA), non-ST elevation myocardial infaction (NSTEMI), dan ST elevation myocardial infaction (Andrianto, 2020). Sindrom koroner akut tanpa elevasi segmen ST merupakan sin- drom klinis dimana pasien mengalami nyeri dada akut tetapi tidak ada elevasi seg- men ST yang menetap pada alat EKG/elektrokardiogram (Shi et al., 2020). Spek- trum klinis menunjukkan mulai dari tidak adanya gejala hingga iskemia persisten, ketidakstabilan elektrofisiologi atau hemodinamik, atau henti jantung (Shi et al., 2020). NSTEACS (Non-ST Elevation Acute Coronary Syndrome) atau NSTEMI didefinisikan sebagai depresi segmen ST, inversi gelombang T atau kombinasi keduanya, dan mewakili hingga 25% dari semua infark miokard akut (Curtis &

Ramsden, 2016).

NSTEACS terjadi ketika ada trombosis tidak lengkap, seperti pada angina tidak stabil atau ketika lisis awal trombus terjadi (Curtis & Ramsden, 2016). Pada 80% pasien, trombogenesis NSTEACS terjadi pada tempat plak 'lunak' rentan, yang ditentukan oleh kumpulan lipid dengan ukuran besar dan tutup fibrosis yang melemah (Curtis & Ramsden, 2016). Hal ini menyebabkan nekrosis minimal jarin- gan miokard di wilayah yang disuplai oleh arteri koroner dan peningkatan kadar troponin darah tanpa elevasi segmen ST pada EKG 12 sadapan (Curtis & Ramsden, 2016). Sekitar seper-empat pasien dengan UAP (Unstable Angina Pectoris) atau NSTEACS berada pada risiko yang nantinya akan berkembang menjadi STEMI, dengan NSTEACS berisiko memiliki tingkat kematian 1 tahun yang sama dengan STEMI (Curtis & Ramsden, 2016). Pada NSTEMI terjadi infark sub-endokardium, dimana infark miokardium yang terbatas sepertiga bagian dalam myocardium, se- hingga seringkali tidak menunjukkan elevasi segmen ST atau gelombang Q pada EKG (Ham & Saraswari, 2020). Regio sub-endokardium merupakan area yang pal- ing rentan terhadap hipoperfusi dan hipoksia (Ham & Saraswari, 2020). Dengan demikian pada kondisi penyakit arteri koroner berat terjadi penurunan suplai oksi- gen sementara (misalnya akibat hipotensi, anemia atau pneumonia) atau pening- katan kebutuhan oksigen sementara (akibat takikardia atau

(3)

hipertensi) dapat menyebabkan cedera iskemik sub-endokardium (Ham &

Saraswari, 2020).

Ny. S usia 30 tahun yang datang ke RSUD Kanjuruhan pada tanggal 30 Mei 2021 dengan keluhan sesak dirasakan mulai minggu lalu disertai dengan nyeri dada yang semakin terasa ketika berbaring terasa menjalar hingga punggung. Yang di- mana nyeri dada yang dirasakan merupakan salah satu tanda klinis dari Sindrom Koroner Akut, klien juga memiliki riwayat hipertensi tetapi disangkal, sehingga dari beberapa gejala klinis tersebut beliau didiagnosa NSTEMI berdasarkan hasil EKG pada tanggal 30 Mei 2021 menunjukkan Takikardia. Dari hasil observasi saat klien baru datang dan masuk ICU, klien mengatakan baru pertama kali masuk ru- mah sakit dan merasa cemas. Saat observasi TTV selalu didapatkan tekanan darah klien tinggi sekitar 135/77 mmHg, nadi 110 x/menit, MAP 96 mmHg, dan PP 58 mmHg. Untuk mengatasi masalah yang dialami oleh Ny. S, maka dilakukan ob- servasi pemeriksaan EKG setiap pagi hari dan pemberian terapi obat anti hipertensi yaitu diberikan bisoprolol.

Profesi yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh selama pendidikan dialah Perawat (Munir, 2020). Salah satu kewenangan perawat yaitu sebagai pelaksana kegawatdaruratan yang dimana dilaksanakan secara tim pada instalasi gawat da- rurat, dengan pemahaman tindakan gawat darurat yang sistematis dan profesional, cepat, dan tepat diberikan kepada pasien (Maria, 2019). Bentuk pelayanan profe- sional yang merupakan bagian integral dari pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan teori yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, adalah pelayanan keperawatan baik untuk sehat maupun sakit (Maria, 2019). Biasanya klien dari ruang gawat darurat atau IGD akan ditransfer ke ICU yang merupakan ruangan khusus yang disediakan rumah sakit untuk merawat pasien dengan penya- kit atau cidera khusus untuk membantu pemulihan kondisi klien yang dilengkapi dengan peralatan medis khusus (Rosyad, 2020). Saat berada dalam ruang ICU klien akan dipantau selama 24 jam penuh oleh dokter, perawat, dan staf khusus dari ru- mah sakit yang sudah kompeten, untuk klien yang di rawat di ICU tidak bisa di- prediksi hanya saja pada banyak kasus pasien yang dirujuk ke ruang ICU karena kondisinya tiba-tiba memburuk atau mengalami gangguan fungsi

(4)

organ tubuh (Rosyad, 2020). Dalam hal ini perawat di ICU terutama, men- jadi garda terdepan dalam memberikan asuhan yang profesional manajemen nyeri.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada Ny. S dengan penurunan curah jantung di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kepanjen, Malang ?

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis asuhan keperawatan pada pasien dengan penurunan cu- rah jantung di ruang ICU RSUDK Kanjuruhan Malang

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis pengkajian dan pemeriksaan penunjang kasus kel- olaan pada Ny. S dengan penurunan curah jantung

2. Menganalisis diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan penurunan curah jantung

3. Menganalisis Intervensi keperawatan pada Ny. S dengan penurunan curah jantung

4. Menganalisis terapi/intervensi lanjutan yang dapat dilakukan di RS dan Komunitas pada Ny. S dengan penurunan curah jantung 1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengatasi masalah nyeri dada pada kasus sindrom koroner akut, dengan fokus pada penurunan curah jantung antara lain :

1. Bagi pelayanan keperawatan dan Kesehatan

Dapat menjadi masukan di bidang keperawatan ruang ICU agar dapat men- erapkan menjadi tindakan utama untuk penanganan kasus penurunan curah jantung dengan gejala nyeri dada disertai hipertensi.

2. Manfaat keilmuan

Semoga laporan ini dapat dijadikan data dasar untuk pengembangan inter- vensi keperawatan dengan masalah nyeri dada dan tensi tinggi dalam

(5)

pendidikan. Dan juga dapat menjadi sumber informasi bagi sejawat agar dapat menerapkan intervensi yang telah dilakukan sebagai salah satu pemecahan masalah nyeri dada disertai darah tinggi. Bagi peneliti selanjut- nya diharapkan dapat menjadi masukan atau ide untuk meneliti lebih jauh manfaat pemberian intervensi relaksasi lainnya atau mengembangkan dengan mengcompare teknik yang sama dengan yang lain dalam pe- nanganan pada SKA dengan masalah nyeri dada.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (

v pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang  tidak mengurangi kemampuan generasi yang  akan datang untuk melakukan pembangunan,  tetapi dengan menjaga agar  

Pada babak Choir Competition ini peserta membawakan dua buah lagu yang terdiri atas satu lagu wajib yang disediakan oleh panitia dan satu lagu bebas pilihan peserta (akan diatur

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan baik dengan guru dan siswa dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartun sangat berpengaruh terhadap aktivitas siswa

Logo merupakan lambang yang dapat memasuki alam pikiran/suatu penerapan image yang secara tepat dipikiran pembaca ketika nama produk tersebut disebutkan (dibaca),

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk