commit to user
LAPORAN TUGAS AKHIR
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TERHADAP
BAHAYA KEBAKARAN DI PT. PERTAMINA EP
REGION JAWA FIELD CEPU JAWA TENGAH
Toto Setyono R.0009097
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
commit to user
iv ABSTRAK
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU
JAWA TENGAH
Toto Setyono*), Henry Sulistyo ST*), Tutug Bolet Atmojo**)
Tujuan : Untuk mengetahui dan memahami tentang upaya pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran yang telah dilaksanakan oleh PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu. Upaya pencegahan dan pengendalian tersebut bertujuan untuk mengantisipasi secara dini terhadap bahaya kebakaran sehingga tercipta lingkungan kerja yang selamat, bersih, nyaman, dan bebas dari sumber sumber bahaya kebakaran.
Metode : Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran mengenai obyek penelitian. Data diperoleh secara langsung dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan pekerja serta dari buku-buku referensi yang berhubungan dengan pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran.
Hasil : Dari upaya-upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah menyediakan sarana untuk pemadam kebakaran seperti APAR,
hydrant, mobil pemadam kebakaran, tindakan darurat, tim pemadam dan
usaha-usaha lain seperti pemasangan penyalur petir, bak pasir, tanda peringatan dan fire blanket.
Simpulan : Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran antara lain dengan penyediaan sarana pemadam kebakaran seperti APAR, hydrant,mobil pemadam kebakaran, tindakan darurat, tim pemadam dan usaha-usaha lain seperti pemasangan penyalur petir, bak pasir dan papan peringatan sebagai antisipasi dini sebagai upaya terhadap bahaya kebakaran. Saran yang dapat diberikan adalah upaya perusahaan meningkatkan perawatan dan pengecekan sarana tersebut dengan baik agar siap pakai apabila terjadi kebakaran dan peningkatan pengawasaan terhadap upaya-upaya tersebut.
Kata Kunci : Pencegahan, Pengendalian Kebakaran
commit to user
ABSTRACT
PREVENTION AND CONTROL OF FIRE HAZARD IN PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU CENTRAL JAVA
Toto Setyono*), Henry Sulistyo, ST**), Tutug Bolet Atmojo, SKM**)
Objective : To know and understand about the prevention and control of fire hazards that have been carried out by PT. Pertamina EP Cepu Field Java Region. Prevention and control aims to anticipate an early stage of a fire hazard so as to prevention and control of fire hazards.
Result : Of the efforts that have been made for the prevention and control of fire hazards in the PT. Pertamina EP Cepu Field Region Java has provided a means for extinguishing fires such as the APAR, hydrant, fire trucks, emergency measures, fire teams and other efforts such as the installation of a lightning arrester, a sandbox, a warning sign and fire blanket.
Conclusion : The results can be concluded that the PT. Pertamina EP Cepu Field Java Region has implemented a fire prevention and control efforts include the
Keyword : Prevention, Fire Control
*Diploma III Students of Hiperkes dan KK FK UNS
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat melaksanakan magang di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dan menyusun laporan magang ini.
Laporan magang ini disusun berdasarkan orientasi-orientasi di berbagai unit khususnya mengenai Pencegahan dan Pengendalian Terhadap Bahaya Kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dengan ditunjang oleh data-data dari literatur dan petunjuk serta penjelasan dari pembimbing.
Atas terlaksananya Magang serta tersusunnya laporan Magang ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2011-2015. 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program D. III Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2011-2015 sekaligus penguji.
3. Bapak Henry Sulistyo, ST selaku pembimbing I yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Bapak Tutug Bolet Atmojo, SKM selaku pembimbing II yang telah memberi bimbingan dan arahan masukan kepada penulis.
5. Ibu Salamah, selaku Ka. Jasa HR PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu, yang telah menyetujui pengajuan Proposal Kerja Praktek penyusun dan memberikan ijin untuk melaksanakan Kerja Praktek di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
6. Bapak Sigit Isbiantoro, selaku Ka. HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
7. Bapak Rudiyono, selaku Pembimbing Lapangan Kerja Praktek di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu yang telah memberikan arahan dan memberikan ijin kepada penyusun untuk mendapatkan dan menganalisis data-data yang diperlukan.
8. Ibu Riska Perdani, selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan memberikan ijin kepada penyusun untuk melakukan praktek pengukuran faktor fisik di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
9. Segenap Tim di HSE yang tidak dapat dsebutkan satu persatu, terima kasih atas informasi yang diberikan.
10. Ibu, Bapak, Adik dan saudara-saudaraku semua, terima kasih atas semua dukungan moril.
11. Kekasih, Khairina Hidayati, terima kasih atas segala dukungan yang luar biasa kepada penyusun selama pelaksanakan kerja praktek di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
12. Teman-teman senasib sepenanggungan yang magang di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
commit to user
vi
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penyusun demi kesempurnaan Laporan Kerja Praktek ini. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan.
Surakarta, 12 Juli 2012 Penulis,
commit to user
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 25
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Segitiga Api ... 10
Gambar 2. Piramida Api ... 19
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran ... 24
Gambar 4. APAR 20 Dry Chemical ... 33
Gambar 5. Hydrant... 37
Gambar 6. Fire Jeep dan Fire Truck ... 41
Gambar 7. Papan Peringatan ... 48
Gambar 8. Bak Pasir ... 49
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Magang
Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Magang
Lampiran 3 : Daftar Presensi Mahasiswa Magang
Lampiran 4 : Kebijakan QHSE PT. Pertamina EP Field Cepu
Lampiran 5 : Diagram OPKD PT. Pertamina EP Field Cepu
Lampiran 6 : Struktur Organisasi PT. Pertamina EP
Lampiran 7 : Surat Ijin Kerja Aman
Lampiran 8 : Struktur Organisasi Tim OPKD
Lampiran 9 : Lay Out PPP PT. Pertamina EP Field Cepu
Lampiran 10 : Lay Out Hidrant PPP PT. Pertamina EP Field Cepu
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pengolahan minyak dan gas bumi, maka semakin besar pula resiko bahaya kebakaran dan kecelakaan yang mungkin timbul.
Di sini peranan K3LL sangat penting untuk menunjang keselamatan kerja, pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta pengendalian pencemaran lingkungan. Menurut keputusan menteri tenaga kerja No. Kep. 186/MEN/1999 penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja telah
mengantsipasi dalam hal mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
memberi jalan penyelamatan, penyelenggaraan latihan penanggulangan kebakaran
yang ditetapkan di setiap tempat kerja dari perencanaan sampai ada sanksi hukum
terhadap pelanggaran.
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu yang dalam kegiatan
commit to user
kebakaran. Hal ini sangat penting dan perlu mendapat perhatian dalam melindungi aset perusahaan demi lancarnya operasi pruduksi minyak mentah (crude oil).
Ada 3 jenis tingkatan istilah dalam bahaya kebakaran : 1. Bahaya Kebakaran Ringan
Adalah jenis kebakaran dengan hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, sehingga menjalarnya api rendah. Contohya : Tempat ibadah, rumah makan, sekolahan, kantor, dan rumah sakit.
2. Bahaya Kebakaran Sedang
Adalah jenis kebakaran dengan hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, sehingga menjalarnya api cukup berat. Contohnya : Bengkel mobil, pabrik ban dan lain-lain.
3. Bahaya Kebakaran Berat
Adalah jenis kebakaran dengan hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sangat tinggi, sehingga menjalarnya api sangat tinggi dan cepat. Contohnya : pabrik kimia dengan tingkat kemudahan terbakar tinggi, pabrik bahan peledak dan lain-lain.
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu termasuk dalam jenis kebakaran tingkat tinggi karena memproduksi bahan-bahan yang mudah meledak terutama pada bagian penampungan minyak mentah (crude oil).
Berdasarkan dari uraian di atas maka prektek kerja lapangan ini akan
membahas tentang Pencegahan dan Pengendalian Terhadap Bahaya Kebakaran di
commit to user
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka timbul rumusan permasalahan sebagai berikut:
“Bagaimana Pencegahan dan Pengendalian Terhadap Bahaya Kebakaran
di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu”.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sarana pemadam kebakaran yang tersedia di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
2. Mengetahui pemeriksaan sarana pemadam kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
3. Mengetahui sistem pemadaman kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
D. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini diharapkan tercapainya manfaat sebagai berikut :
1. Perusahaan
commit to user
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya
tentang pencegahan dan pengendalian bahaya kebakaran di tempat kerja.
b. Sebagai bentuk kerjasama antar institusi, yakni antara PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dengan Program Diploma III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja agar tercipta suatu penerapan ilmu yang sinkron dan
sesuai.
3. Penulis
a. Dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan bahaya-bahaya kebakaran serta usaha-usaha pencegahan dan pengendalian yang diterapkan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
b. Dapat mengetahui sarana atau alat untuk pemadaman kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
c. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan saat perkuliahan.
4. Pembaca
commit to user
5 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Definisi tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha, dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk didalamnya adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian yang berhubungan degan tempat kerja tersebut yang terdapat dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970. Oleh karena itu untuk menunjang tempat kerja yang aman harus selalu diperhatikan dalam pengaturan, tata letak dan desain semua peralatan, mesin dan bahan supaya tidak menimbulkan kecelakaan kerja.
Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan
bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada produk yang
dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkatkan kualitas produk dan jasa
yang dihasilkan ketimbang sebelum dilaksanakannya penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja (Rudi Suardi, 1996).
2. Sebab Terjadinya Kebakaran
Menurut Depnakertrans RI, 2002, penyebab kebakaran dan peledakan
commit to user
a. Faktor Manusia
Manusia sebagai faktor penyebab terjadinya kebakaran dan peledakan antara lain :
1) Pekerja
a) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan kebakaran dan peledakan.
b) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran dan peledakan.
c) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, atau melebihi kapasitas yang telah ditentukan.
d) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin. e) Adanya unsur-unsur kesengajaan.
2) Pengelola
a) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja. b) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja.
c) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutama dalam bidang kegiatan penentuan bahaya, penerangan bahaya dan lain-lain.
commit to user
e) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik.
b. Faktor Teknis
1) Melalui proses fisik atau mekanis dimana dua faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya panas akibat dari pengetasan benda-benda, maupun adanya api terbuka.
2) Melalui proses kimia yaitu terjadi sewaktu-waktu pengangkutan bahan-bahan kimia berbahaya, penyimpanan, dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada.
3) Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan arus pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan menyalakan atau membakar komponen yang lain.
c. Faktor Alam 1) Petir
2) Gunung Meletus 3. Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi potensi bahaya kebakaran ditinjau dari tempat kerja sesuai dengan Kepmenaker nomor 189 tahun 1999, yaitu:
a. Bahaya Kebakaran Ringan
commit to user
melepas panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat. Contoh : gedung pendidikan, museum, perkantoran, perhotelan, dan perpustakaan. b. Bahaya Kebakaran Sedang
1) Bahaya Kebakaran Sedang I
Bahaya kebakaran sedang kelompok I adalah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. Contoh : pabrik mobil, pabrik roti, pabrik elektronika, pabrik susu, dan pabrik barang gelas.
2) Bahaya Kebakaran Sedang II
Bahaya kebakaran sedang kelompok II adalah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. Contoh : pabrik kimia, pabrik tembakau, pabrik barang kulit, dan pabrik tekstil.
3) Bahaya Kebakaran Sedang III
commit to user
c. Bahaya Kebakaran Berat
Bahaya kebakaran berat adalah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas yang tinggi, penyimpanan cairan yang mudah terbakar, serat, atau bahan lain yang apabila terbakar apinya cepat membesar dengan melepaskan panas yang tinggi sehingga menjalarnya api menjadi cepat. Contoh : pabrik kimia, pabrik api, pabrik korek api, pabrik bahan peledak, penyulingan minyak bumi kembang.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04/Men/1980 kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu :
1) Kebakaran Kelas A
Kebakaran yang terjadi pada bahan padat kecuali logam, kelas inmempunyai ciri jenis kebakaran yang meninggalkan arang dan abu. Unsur bahayang terbakar biasanya mengandung karbon. Misalnya kayu, plastik, tekstil, dan karet.
2) Kebakaran Kelas B
Kebakaran yang terjadi pada bahan cair dan gas yang mudah terbakar. Kelas ini terdiri dari unsur bahan yang mengandung Hidrokarbon dari minyak bumi dan turunan kimianya. Misalnya : minyak, gas alam, dan bensin.
3) Kebakaran Kelas C
commit to user
4) Kebakaran Kelas D
Kebakaran yang terjadi pada bahan logam seperti titanium, magnesium, besi, dan baja.
4. Terjadinya Api
Api merupakan suatu reaksi kimia atau reaksi oksidasi yang bersifat eksotermis dan diikuti oleh evolusi atau pengeluaran cahaya dan panas serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Proses terjadinya api ini dimulai bila terdapat tiga unsur, yaitu bahan mudah terbakar, oksigen dan panas. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam kondisi yang seimbang atau dalam konsentrasi tertentu, timbullah reaksi oksidasi atau dikenal sebagai proses pembakaran. Bila api awal ini telah terjadi maka sebagian panas tersebut akan diserap bahan bakar atau benda disekelilingnya yang kemudian melepaskan uap dan gas yang dapat menyala berganti-ganti setelah bercampur dengan oksigen (diudara), proses ini disebut reaksi berantai (Suma’mur P.K, 1996).
Ketiga unsur tersebut dikenal dengan sebutan segitiga api :
Oksigen Bahan Bakar
Panas
Gambar 1. Segitiga Api
commit to user
a. Bahan Bakar
Pada umumnya semua bahan bakar dapat terbakar, yang menjadi perbedaan masing-masing bahan tersebut adalah titik nyala (flash point) yang dimiliki bahan, yaitu temperatur terendah dari suatu bahan untuk merubah bentuknya menjadi uap dan akan menyala sendiri apabila bersentuhan dengan api (Suma’mur P.K, 1996).
b. Oksigen
Udara disekitar kita dalam keadaan normal mengandung ± 21%, 78
% Nitrogen (N2) dan 1 % gas-gas lainnya. Maka 21% zat asam inilah yang
menunjang berlangsungnya proses pembakaran dan batas minimal untuk
memelihara terjadinya nyala api adalah 15%, sedangkan pada kadar kurang
dari 12 % pembakaran tidak berlangsung (PPT. Pusdiklat Migas Cepu).
c. Panas
Berdasarkan buku ”Keselamatan kerja dan Pencegahan Kecelakaan”
halaman 54 dikarang oleh Dr. Suma’mur P.K, M. Sc, menerangkan bahwa
tenaga kerja minimal sumber api adalah 0,1 mj (Suma’mur P.K, 1996).
5. Sumber Nyala Api a. Listrik
Instalasi listrik yang digunakan dapat mengakibatkan nyala api oleh karena faktor-faktor :
1). Instalasi tidak memakai sekring atau sekring diganti dengan kawat. 2). Pemasangan kabel-kabel yang tidak tepat sehingga terjadi hubungan
commit to user
3). Keadaan kabel-kabel, baik dalam instalasi listrik, maupun dalam peralatan listrik yang sudah usang atau rusak (Suma’mur P.K, 1996). b. Rokok
Merokok ditempat terlarang atau membuang puntung rokok (masih menyala) sembarangan ditempat kerja sehingga dapat menimbulkan kebakaran (Suma’mur P.K, 1996).
c. Pemanasan Berlebih
Pemanasan berlebih bisa timbul dari pengoperasian alat-alat yang tidak terkontrol dengan baik dan mesin mesin yang tak terawat, misalkan pengoprasian ketel uap yang tidak terkontrol air pengisinya (Suma’mur P.K, 1996).
d. Api Terbuka
Penggunaan api pada tempat-tempat yang terdapat bahan mudah terbakar, misalnya menyalakan api di tempat penimbunan bahan bakar (bensin) untuk penerangan (Suma’mur P.K, 1996).
e. Percikan Bara Pembakaran
Bunga api bisa berasal dari knalpot mesin diesel ataupun dari kendaraan angkutan, dari kegiatan pengelasan dan penggerindaan
(Suma’mur P.K, 1996).
f. Sambaran Petir
commit to user
yang penangkal petirnya tidak memenuhi syarat (PPT. Pusdiklat Migas Cepu).
g. Reaksi Kimia
Nyala api timbul dari reaksi bahan-bahan kimia tertentu yang menghasilkan cukup panas yang berakibat terjadinya kebakaran
(Suma’mur P.K, 1996).
6. Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pencegahan yaitu semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan kekayaan. Pencegahan kebakaran dan pengurangan korban tergantung dari lima prinsip pokok sebagai berikut :
a. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik. b. Pembuatan bangunan yang tahan api.
c. Pengawasan yang teratur dan berkala.
d. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamnya.
e. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat kebakaran dan tindakan pemadamnya (Suma’mur P.K, 1996).
Hal yang diperlukan proteksi pencegahan kebakaran : a. Sarana Pencegahan Bahaya Kebakaran
1) Poster Peringatan
commit to user
larangan tersebut tidak sepenuhnya ditaati, untuk itu perusahaan perlu menyediakan waktu dan tempat khusus untuk merokok dengan maksud untuk mengurangi keinginan merokok pada saat sedang kerja
(Suma’mur P.K, 1996).
2) Instalasi Penyalur Petir
Instalasi Penyalur Petir menurut peraturan menteri tenaga kerja No. PER/02/MEN/1989 ialah seluruh susunan sarana penyalur petir terdiri atas penerima (Air Terminal/Rod), penghantar (Down Conductor), elektroda bumi (Earth Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke bumi (Suma’mur P.K, 1996). b. Pelatihan Peadam Kebakaran
Petugas pemadam kebakaran tidak dipilih berdasarkan pengalaman saja, melainkan dibentuk dan dibina melalui program latihan yang meliputi pendidikan teori latihan jasmani, praktek dan pengalaman-pengalaman yang benar-benar didapat dari pelatihan pemadaman kebakaran (Suma’mur, 1996).
c. Surat Ijin Kerja
commit to user
7. Pengendalian Bahaya Kebakaran
a. Sarana Pengendalian Bahaya Kebakaran 1) APAR
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER-04/MEN/1980 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang mudah dibawa atau dipindahkan dan dapat dipakai oleh satu orang.
Secara umum jenis APAR ada 4 macam : a) Jenis busa (foam)
b) Jenis serbuk tepung kering (dry chemical) c) Jenis CO2
d) Jenis air
Panduan pemasangan APAR menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER-04/MEN/1980 adalah: Bab II pasal 4
(1) Setiap satu kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi
yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi pemberian tanda pemasangan.
commit to user
(3) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran
(4) Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
(5) Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
Bab II pasal 5
Dilarang memasang dan menggunakanalat pemadam api ringan yang didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat.
Bab II pasal 6
(1) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan kontruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
Bab II pasal 7
(1) Sengkang atau kontruksi penguat lainnya seperti pasal 6 ayat (1) tidak boleh dikunci atau digembok atau diikat mati.
Bab II pasal 8
commit to user
dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang dari 15 cm dari permukaan lantai. Bab II pasal 9
Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasng dalam ruangan atau tepat dimana suhu melebihi 49ºC atau turun sampai minus 44ºC kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas.
Bab III pasal 11
(1) Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu :
a. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan. b. Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan.
(2) Cacat pada perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu pemeriksaan harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacat.
Bab III pasal 14
Petunjuk cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat dibaca dengan jelas.
2) Hydrant
Hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran yang bekerja menggunakan air bertekanan. (BPP Semseter II, 2011)
commit to user
b) Pompa-pompa kebakaran c) Selang kebakaran
d) Kopling penyambung
e) Nozzle dan perlengkapan lain
Terdapat 2 (dua) penggolongan tipe hydrant, yaitu berdasarkan dari katupnya dan berdasarkan fungsinya :
a. Berdasarkan Letak Katupnya
Berdasarkan letak katupnya, fire hydrant terdiri atas : 1)Hydrant Sistem Basah (Wet Barrel Fire Hydrant) 2)Hydrant Sistem Kering (Dry Barrel Fire Hydrant) b. Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan letak fungsinya, fire hydrant terdiri atas : 1) Hydrant Pemadam
2) Hydrant Monitor (Fixed Water Monitor). (PPT. Migas Cepu)
3) Mobil Pemadam Kebakaran
Fire truck (mobil pemadam kebakaran) adalah merupakan suatu rangkaian dari beberapa unit sistem yang secara garis besar terdiri dari
a) Engine dan Chasis kendaraan b) Pompa dan PTO (Power Talk Olf)
Yang dirangkai melalui sistem mekanik, elektrik, konstruksi
commit to user
utuh dan dapat berfungsi sebagai kendaraan pemadam kebakaran dan media yang sesuai dengan kebutuhan (PPT Migas Cepu).
b. Teknik Pemadaman Kebakaran
Pemadaman kebakaran yang dilakukan harus diperhatikan tentang keefektifannya agar tidak membahayakan keselamatan sendiri. Karena seringkali jika pemadaman yang dilakukan tanpa perhitungan yang tepat, justru akan membahayakan petugas pemadam tersebut. Untuk itu agar pemadaman kebakaran dapat lebih efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal mengenai teknik pemadaman kebakaran.
Prinsip dasar menanggulangi kebakaran adalah memadamkan api agar jangan membesar atau menjalar dengan memutuskan salah satu rangkaian dari segitiga api. Segitiga api disempurnakan dengan memperhitungkan reaksi kimia yang terdapat proses terjadinya api
(Depnakertrans RI, 2002).
Berikut gambar dari segitiga api yang disempurnakan dengan memperhitungkan reaksi kimia :
Oksigen Bahan Bakar
Reaksi Kimia
Panas
commit to user
Pada dasarnya didalam melakukan upaya pemadaman, prinsip yang harus diingat adalah dengan cara merusak keseimbangan unsur-unsur yang terlibat dalam bidang empat api :
Prinsip tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Starvation
Teknik pemadaman dengan metode starvation ini adalah dengan cara mengambil atau mengurangi bahan bakar yang terbakar sampai dibawah batas yang bisa terbakar dibagian bawah atau lower flammable limit (Depnakertrans RI, 2002).
2) Smothering
Smothering adalah teknik pemadaman yang dilakukan dengan cara memisahkan atau mengisolasi udara dengan bahan bakar yang terbakar pada proses pembakaran. Cara ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan bahan bakar dengan menggunakan selimut api atau fire blanket atau dengan menggunakan busa (Depnakertrans RI, 2002).
3) Dilution
commit to user
4) Cooling
Cooling merupakan teknik pemadaman kebakaran yang dilakukan dengan cara mengambil atau menurunkan temperatur bahan bakar yang terbakar sampai titik nyala terendah sehingga api padam. Teknik pemadaman ini dapat dilakukan, misalnya dengan menyemprotkan air pada tempat kebakaran pada kebakaran solid material (Depnakertrans RI, 2002).
5) Break Chain Reaction
Teknik pemadaman dengan metode Break Chain Reaction ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara fisis dan kimiawi. Secara fisis misalnya dengan cara peledakan atau dengan cara menebas api. Sedangkan dengan cara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan sejumlah media pemadam halon, misalnya dengan halon 1301 pada proses pemadaman (Depnakertrans RI, 2002).
c. Regu Penanggulangan Kebakaran
Menurut keputusan menteri tenaga kerja No. Kep. 186/MEN/1999 regu penanggulangan kebakaran adalah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional dibidang penganggulangan kebakaran.
1) Jumlah Anggota Regu
commit to user
a) Setiap regu berjumlah 4 sampai 5 orang, salah satunya sebagai komandan regu.
b) Dalam satu perusahaan harus ada regu penanggulangan kebakaran. c) 1 regu berasal dari satu ruangan.
2) Latihan
Petugas pemadam kebakaran tidak dipilih berdasarkan pengalaman saja, melainkan dibentuk dan dibina melalui program latihan yang meliputi pendidikan teori latihan jasmani, praktek dan pengalaman-pengalaman yang benar-benar didapat dari pelatihan pemadaman kebakaran (Suma’mur, 1996).
3) Kualifikasi
Tidak semua orang dapat dan mampu menjadi petugas pemadam kebakaran. Orang-orang yang memilih pekerjaan ini mesti memenuhi persyaratan fisik dan mental. Kualifikasi tersebut meliputi kegesitan mental, kesehatan fisik, kemampuan fisik dan tingkat kecekatan. Kesiapan mental diperoleh antara lain lewat pendidikan dan latihan, dengan demikian seorang pemadam petugas pemadam kebakaran memiliki kecepatan mengabil keputusan yang cepat,
kemampuan melakukan pengamatan, dan penilaian serta kesanggupan
menerima dan melaksanakan perintah dari pimpinan yang bersangkutan
commit to user
d. Tindakan Keadaan Darurat
Menurut Depnakertrans RI, 2002. Dalam kaitannya dengan terjadinya peristiwa kebakaran selain cara penanggulangan api yang diperlukan, maka upaya penyelamatan akibat terjadinya kebakaran merupakan langkah penting untuk menghindari terjadinya kerugian besar.
Upaya penyelamatan dimaksud tentunya sudah harus diterapkan sejak awal perencanaan suatu kegiatan sampai dengan kemungkinan terjadinya kebakaran.Upaya tersebut meliputi perencanaan keadaan darurat dan system evakuasi, yang meliputi :
1) Pengaturan rencana evakuasi. 2) Prosedur evakuasi.
3) Pemilihan rute evakuasi 4) Pengamatan rute evakuasi 5) Latihan evakuasi
6) Latihan menguasai asap 7) Pendidikan evakuasi 8) P3K
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Sumber : Gambar Penulis PERUSAHAAN
Proses Produksi
Potensi Bahaya
Korban
Kerugian
Kerugian Terkendali Tindakan Pencegahan
1. Sarana Pemadam Kebakaran a. Pasif
b. Aktif
commit to user
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah bersifat deskriptif yaitu menggambarkan tentang upaya pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran sebagai antisipasi dini terhadap bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
B. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu berlokasi di Jalan Gajah Mada, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
commit to user
D. Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, penulis mendapat data dari sumber data-data sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari melakukan observasi langsung ke tempat kerja/lapangan, wawancara tenaga kerja dan konsultasi dengan pembimbing lapangan selama melakukan praktek kerja lapangan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari dokumen perusahaan, buku referensi dan makalah mengenai kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian di HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu ini adalah :
1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yaitu sistem proteksi dan pencegahan kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu terutama di area PPP (Pusat Pengumpul Produksi).
commit to user
Jawa Field Cepu mengenai sarana pemadam kebakaran, tim pemadam kebakaran, training, surat ijin kerja dan para pihak yang berkompeten dalam menunjang upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran.
3. Studi Keputakaan, yaitu penulis dengan melakukan membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran, laporan-laporan penelitian yang sudah ada, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian baik dari perpustakaan AKAMIGAS Cepu yang dapat menunjang tentang higene perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja.
F. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terbagi dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah mengajukan proposal permohonon praktek kerja lapangan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu, disamping itu dalam tahap persiapan juga melakukan pembelajaran kepustakaan yang berhubungan dengan kebakaran.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penjelasan umum tentang latar belakang dan perkembangan PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
commit to user
c. Observasi awal dengan wawancara kepada tim pemadam kebakaran dan pembimbing lapangan.
d. Pengamatan langsung terhadap sistem pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
e. Pencarian data pelengkap melalui dokumen perusahaan dan buku referensi.
G. Analisis Data
commit to user
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah melakukan proses eksplorasi pengeboran untuk pengambilan minyak mentah (crude oil) dan penampungan minyak mentah di area PPP (Pusat Penampung Produksi). Didalam melakukan proses produksinya PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu tidak lepas dari bahaya kebakaran.
1. Sumber Potensi Kebakaran a. Oksigen
Kadar oksigen yang ada di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sangat banyak sumbernya yang tersebar di seluruh area tempat kerja yang berpotensi dan mendukung terjadinya kebakaran di tempat kerja, karena oksigen adalah suatu gas pembakar, maka keberadaan oksigen akan sangat menentukan keaktifan pembakaran.
b. Panas
commit to user
1) Sinar matahari
Potensi bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu yang ditimbulkan dari sinar matahari khususnya pada siang hari yang menghasilkan energi panas yang bisa menjadikan ancaman serius penyebab terjadinya kebakaran.
2) Panas mesin
Panas dapat menaikkan suhu atau temperatur suatu zat sampai titik nyala api. Titik nyala ini yang nantinya menjadi penentu sebesar apa nyala api yang timbul. Panas dapat berasal dari tekanan panas kimia, mekanik maupun listrik. Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sumber panas yang dapat menimbulkan potensi bahaya kebakaran dapat berasal dari mesin pompa.
3) Listrik
Arus pendek yang sering terjadi juga bisa menyebabkan konsletng listrik. Konsleting listrik ini kemudian menimbulkan percikan api dan bisa menyebabkan kebakaran yang dimungkinkan bisa menyebar ke area sekitarnya.
4) Api terbuka
commit to user
seperti di area penampungan minyak mentah (crude oil) jelas sebagai upaya pecegahan nyata.
5) Petir
Sambaran petir di daerah PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dan sekitarnya memiliki intensitas yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan posisi Cepu yang didalam tanahnya memiliki kandungan minyak bumi dan posisinya yang dekat dengan laut jawa sehingga sering memunculkan loncatan listrik. Sebagai tindakan antisipasi di beberapa di area PPP (Pusat Penampung Produksi) dipasang sistem penangkal petir.
c. Bahan
1) Bahan Padat a) Kertas
commit to user
b)Sampah
Setiap hari sampah yang sebagian besar berasal dari daun-daun kering yang berada di bak penampungan sampah. Selain sampah dari daun kering, terdapat juga sampah dari bungkus makanan yang terbuat dari plastik yang mudah tersulut api. Sampah-sampah ini bisa menjadi sumber potensi bahaya kebakaran yang sederhana tapi menimbulkan bencana apabila hanya dipandang sebelah mata.
c) Kayu
Sebagian besar pembatas atau sekat di ruang kantor terbuat dari kayu dan dipasang triplek yang rentan tersambar api yang bisa menyebabkan kebakaran. Pertimbangan pemasangan triplek ini karena triplek lebih kedap suara, lebih murah, dan mudah dibongkar pasang apabila ada perbaikan ruangan. Akan tetapi perlu diwaspadai mengingat menjadi bahan yang menyebabkan api semakin membesar apabila terjadi kebakaran.
d)Kabel
commit to user
2) Bahan Gas
Sumber potensi kebakaran yang ditimbulkan dari gas adalah terdapatnya gas H2S yang ada di penampungan minyak, serta dari gas LPG yang digunakan di dapur kantor yang berpotensi menyebabkan kebakaran.
3) Bahan Cair
a) Minyak Mentah (crude oil)
Minyak mentah (crude oil) merupakan produksi utama dari PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu. Minyak mentah seperti halnya jenis minyak yang lain memiliki berat jenis yang lebih ringan dari pada air. Kebanyakan zat cair yang mudah terbakar terapung diatas permukaan air. Hal ini tentu menjadi indikasi kuat bahwa minyak mentah memiliki sifat bahaya kebakaran bagi industry minyak dan gas bumi. Selain itu komposisi yang menyusun minyak bumi terutama tersusun oleh hidrokarbon dan alkana yang sangat reaktif dengan api.
b)Solar
commit to user
2. Sarana Pemadam Kebakaran a. Aktif
1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR yang tersedia di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu jenisnya adalah foam, dry chemical, CO2, dan halotron. Jumlah APAR yang tersedia berdasarkan data pemeriksaan yang ada adalah sebagai berikut :
a) Foam sebanyak 8 unit b) Dry Chemical sebanyak 188 unit c) CO2 sebanyak 30 unit d) Halotron sebanyak 9 unit
Gambar 4. APAR 20 Dry Chemical
Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
Jadi jumlah APAR yang tersedia di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sebanyak 235 unit.
commit to user
Ambil APAR dari tiang lokasi kebakaran dengan cara di panggul dan ditenteng.
a) Cabut segel/tarik pin.
b) Arahkan nozzle ke sumber api. c) Tekan pengatupnya.
Sedangkan petunjuk pemakaian alat pemadam api tipe besar atau trolly adalah :
a) Ambil trolly ke tempat terjadi kebakaran dengan cara didorong. b) Putar segel.
c) Arahkan nozzle ke sumber api. d) Tekan pengatupnya.
Adapun pemasangan APAR adalah sebagai berikut :
a) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan dapat diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
b) APAR dipasang pada posisi yang mudah dilihat, dicapai, dan di ambil dengan mudah.
c) Jarak pemasangan APAR tidak lebih dari 15 meter antara APAR satu dengan APAR yang lainnya.
commit to user
e) APAR dipasang menggantung pada dinding dengan penguat dan ada juga yang diletakkan di bawah ataupun rak yang terbuat dari besi.
f) Penempatan mudah di jangkau dan suhu penempatan yang ditentukan adalah tidak kurang dari -4° C dan tidak lebuh dari 49°C.
g) APAR yang tersedia di lengkapi dengan pemberian tanda yaitu : (1) : Tanda pada tiang dimana terdapat APAR. (2) : Tanda pada tembok dimana terdapat
APAR.
h) Pin pengaman sebagai segel masih dalam keadaan baik.
i) Dilengkapi dengan label jaminan dan stiker yang berisi identitas APAR.
Check sheet pemeriksaan APAR meliputi : a) Tabung APAR atau body.
b) Pin pengaman atau segel, harus dalam keadaan masih terikat. c) Pressure gauge, harus menunjukan pada warna hijau.
d) Blangko, yang berisi : (1) Nama seksi (2) Lokasi
(3) Nomer tabung
commit to user
f) Serbuk beku atau tidak jika jenisnya dry chemical, jika jenisnya CO2 maka harus ditimbang untuk mengetahui volumenya.
g) Tanda merah pada dinding atau tiang untuk mengetahui keberadaan APAR.
Dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pembimbing lapangan, APAR yang tersedia di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu berjumlah 235 unit yang terdiri dari jenis
foam, dry chemical, CO2, dan halotron. Dalam pemasangannya APAR dipasang dengan tinggi 125 cm dan jarak APAR satu dengan yang lainnya 15 meter, pada penempatan APAR diatas diberi tanda garis merah tebal pada tiang dan tanda segitiga pada dinding, dan semua tabung APAR bewarna merah. Dalam penempatannya ada yang digantung dan ada yang di tempatkan dalam rak yang terbuat dari besi dan adapula diletakkan di lantai. Pemeriksaan APAR dilakukan setiap 6 bulan sekali. Dari hasil tersebut maka pemasangan APAR sudah cukup dan sesuai untuk pemadaman saat terjadi kebakaran yang mudah dilihat dan mudah untuk dijangkau.
Pemeriksaan APAR terakhir terhitung pada bulan februari sampai agustus 2012.
2) Hydrant
commit to user
siap untuk memadamkan kebakaran. Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu terdapat 39 titik pilar hydrant dengan rincian : a) PPP Menggung sebanyak 11 unit
b) Distrik I Kawengan sebanyak 10 unit c) Distrik II Nglobo – Ledok sebanyak 8 unit d) Kantor Mentul sebanyak 10 unit
Gambar 5. Hydrant
Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu Pada setiap perangkat hydrant dilengkapi dengan :
a) Nozzle
b) Selang.
c) Kopling penyambung. d) Valve atau keran pembuka. e) Pressure gauge.
f) Pagar pengaman bercat merah.
commit to user
a) Lebih cocok untuk memadamkan jenis kebakaran benda padat atau bangunan.
b) Dilakukan oleh 5 orang.
c) Pembagian tugas dalam pemakaian hydrant adalah sebagai berikut :
(1) 3 orang didepan yaitu 1 orang sebagai leader, 1 orang sebagai pembantu sebelah kanan, 1 orang sebagai pembantu sebelah kiri.
(2) 1orang meluruskan hose atau selang. (3) 1 orang membuka valve atau kran.
d) Setelah selesai pemadam, keringkan selang dengan cara mengeringkan air yang ada dalam selang dengan mengangkat selang dari ujung ke ujung.
e) Setelah itu gulung selang dengan memberi lubang pada awal gulungan untuk disimpan pada tempatnya.
Pemeriksaan Hydrant terakhir terhitung pada bulan september 2011 sampai maret 2012.
Check sheet hydrant meliputi : a) Nozzle
b) Valve
c) Hose
commit to user
f) Pressure gauge
Sistim persediaan air yang dipakai berasal dari air yang ditampung di tangki, dengan air berasal dari sungai bengawan solo yang sebelumnya sudah di olah oleh Pusdiklat Migas dan untuk penggeraknya menggunakan pompa diesel dengan tekanan 500 pps. Tetapi kapasitas penampungan air untuk penanggulangan kebakaran apabila terjadi kebakaran pada tangki penampungan minyak mentah (crude oil) belum bisa mencukupi untuk menanggulangi kebekaran tersebut. Hydrant yang ada sudah dilakukan pemeriksaan setiap 6 bulan sekali oleh petugas.
3) Fire Box
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu juga telah menyediakan sarana pemadam api yaitu fire box. Fire box
merupakan alat pemadam api yang di tempatkan di setiap area. Dalam penyediaan fire box ini sudah dilakukan pemeriksaan peralatan yang ada didalamnya agar selalu siap pakai dalam kondisi bagus.
Fire box di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu berjumlah 19 unit, dengan rincian yaitu :
commit to user
Adapun isi dari fire box :
Tabel 1. Daftar Peralatan Fire Box
No Nama Alat Jumlah Keterangan
Dalam upaya penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang berada di area penampungan minyak mentah (crude oil), PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu berupaya untuk penanggulangan terhadap bahaya kebakaran dengan melakukan pemasangan foam chamber disetiap tangki penampungan minyak mentah (crude oil). Foam chamber merupakan suatu alat pemadam api yang terpasang pada tangki-tangki penampung minyak mentah (crude oil) yang apabila terjadi kebakaran maka kaca foam chamber
commit to user
5) Water Grencing
Dalam upaya penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang berada di area penampungan minyak mentah (crude oil), PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu berupaya untuk penanggulangan terhadap bahaya kebakaran dengan melakukan pemasangan Water Grencing disetiap tangki penampungan minyak mentah (crude oil). Water Grencing merupakan alat pemadam api yang dipasang pada tangki-tangki yang apabila terjadi kebakaran maka saluran hydrant dibuka dan water grencing akan terbuka dan memancarkan air ke bagian atas tangki penampungan minyak mentah (crude oil). Water grencing bekerja secara penyelimutan, yaitu menyelimuti seluruh lapisan tangki dengan air. Dan seperti di area PPP (Pusat Penampung Produksi) yang terdapat 6 tangki penampungan, apabila ada 1 tangki mengalami kebakaran dan dilakukan upaya coolant dari foam chamber dan water grencing
maka untuk tangki yang lain juga dilakukan coolant untuk mencegah panas yang menjalar.
6) Mobil Pemadam Kebakaran
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu mempunyai 4 mobil pemadam kebakaran yaitu 1 fire jeep dan 3 fire truck yang mempunyai kapasitas tangki air sebesar 6000 liter, kapisitas tangki
commit to user
pemadam jenis fire truck yang mempunyai media air dan foam untuk pemadaman.
Gambar 6. a) Fire Jeep ; b) Fire Truck
Sumber : DokumentasiPT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu Di bawah ini adalah data daftar peralatan di mobil pemadam kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu :
a) Fire Truck
Tabel 2. Daftar Peralatan Mobil Pemadam Fire Truck
commit to user
secara shift siang dan malam, untuk setiap shift baik siang maupun malam tim pemadam kebakaran yang berjaga 1 kelompok dengan jumlah anggota 3 orang.
Adapun tugas dari tim pemadam kebakaran adalah :
a) Memadamkan api disetiap seksinya dan di seksi terdekatnya serta melokalisir kebakaran yang terjadi.
b) Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor bahaya yang dapat menimbulkan kebakaran.
c) Menyelamatkan korban dari tempat kejadian.
d) Memelihara semua peralatan pemadam kebakaran agar selalu siap pakai.
b. Pasif
1) Fire Alarm System
Untuk saat ini fire alarm system di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu masih menggunakan sistem manual dalam pengoperasiannya. Sistem manual yang dimaksudkan adalah apabila terjadi kebakaran tidak ada alat pendeteksinya yang bekerja secara otomatis, melainkan dengan isyarat sebagai tanda bahaya dengan membunyikan bel, seperti :
a) ●●●●● : Bunyi 1 kali panjang terus-menerus
mengisyaratkan adanya bahaya kebakaran.
b) ●● ●● ●● ●● : Bunyi 2 kali pendek terus menerus
commit to user
Bunyi isyarat tanda bahaya tersebut berada di kantor yang dibunyikan apabila terjadi bahaya seperti kebakaran dan gempa bumi. Untuk di sekitar lokasi penampungan minyak mentah (crude oil) isyarat tanda bahaya dengan membunyikan lonceng yang terbuat dari besi yang digantung di setiap pos jaga (security). Apabila isyarat tanda bahaya baik dari bel maupun lonceng berbunyi maka untuk semua pekerja diwajibkan melakukan tindakan yang aman dan selamat dengan berkumpul di muster point untuk menunggu tim evakuasi melakukan evakuasi di sekitar tempat kejadian. Semua pekerja diharuskan untuk berkumpul di muster point guna untuk mempermudah tim evakuasi melakukan evakuasi..
2) Emergency Respons Plan
Untuk menghadapi keadaan darurat yang terjadi di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah membentuk tim untuk menangani keadaan darurat, yaitu tim OPKD (Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat). Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tim OPKD maka dari perusahaan memberikan pelatihan dan simulasi untuk menghadapi keadaan darurat.
commit to user
Field Cepu telah menyiapkan beberapa program yaitu pembentukan personil yang bertanggungjawab melaksanakan tugas, fasilitas dan sarana penunjang pelatihan, kerjasama tim, respon awal, serta simulasi.
3) Assembly Point
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah menyediakan tempat berkumpul sementara atau assembly point yang letaknya sudah diperuntukkan untuk tempat yang aman bagi karyawan yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan keadaan darurat dengan pemasangan tanda yang jelas bertuliskan
muster point. 4) Tanda Peringatan
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah memasang tanda peringatan mengenai keselamatan kerja yang diletakkan di seluruh area tempat kerja terutama di tempat-tempat yang mudah terlihat oleh tenaga kerja. Tanda peringatan ini dibuat dan dipasang sebagai pemberitahuan, pengarahan, perhatian dan larangan bagi setiap pekerja dan orang lain yang berada di tempat kerja guna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
3. Pelatihan
commit to user
mengikuti training atau pelatihan. Training untuk pekerja di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dilakukan setiap 1 bulan 2 sekali yang di latih oleh Tim Pemadam Kebakaran. Sedangkan untuk Tim Pemadam Kebakaran itu sendiri melakukan pelatihan pemadam kebakaran setiap 1 bulan sekali. Training atau pelatihan ini dilakukan bertujuan agar apabila terjadi kebakaran semua pekerja tidak panik dan bisa menenggulangi kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api yang telah ada.
4. Tindakan Penyelamatan
Untuk tindakan kadaan darurat PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sudah menyediakan jalur atau pintu darurat khususnya dikantor, apabila ada bahaya kebakaran maka suara sirine akan berbunyi untuk menandakan kalau ada kebakaran. Untuk pekerja yang berada pada tempat terjadinya kebakaran agar melakukan upaya penyelamatan diri dengan menjauh dari sumber kebakaran keluar melalui pintu darurat yang ada dengan mengikuti arah dan mendekat atau berkumpul di Muster Point. Setelah itu akan ada Tim Penanggulangan Keadaan Darurat datang untuk mengevakuasi dan membawa semua pekerja ke Muster Area.
5. Surat Ijin Kerja Aman
commit to user
terbatas, ijin kerja listrik, ijin kerja galian. Berikut adalah penjelasan dan masing-masing ijin kerja :
a. Ijin Kerja Panas
Ijin kerja yang digunakan apabila akan melaksanakan kegiatan yang menggunakan atau yang dapat menimbulkan sumber penyalaan yang dapat mengakibatkan timbulnya penyalaan/kebakaran seperti :
1) Pekerjaan memakai las listrik/las potong.
2) Pekerjaan dengan mesin gerinda atau alat potong. 3) Pekerjaan hot tapping equipment.
4) Sand blasting.
5) Menyalakan burner pada furnace. b. Ijin Kerja Dingin
Ijin kerja yang digunakan apabila melaksanakan suatu kegiatan yang tidak meggunakan atau yang tidak dapat menimbulkan sumber penyalaan kebakaran seperti :
1) Mencabut sorotan pada pipa, melepas flange atau baut dan sebagainya.
2) Membuka peralatan proses baik yang digerakkan oleh penggeraknya atau tidak, termasuk juga as, coupling, dan pemasangan gland packing dan sebagainya.
3) Membuka semua jenis vessel, tower, drum, heat exchanger,
commit to user
c. Ijin Kerja Masuk Ruang Terbatas
Ijin masuk yang dapat digunakan apabila seseorang pekerjaan atau lebih akan melakukan suatu kegiatan didalam ruangan baik itu
vessel, tanki, column, oil sump, ataupun lubang galian yang mencapai kedalaman lebih dari 1, 3 meter ataupun tempat-tempat lain yang memungkinkan terdapat gas, debu, fume, yang berbahaya dan dapat merusak pernapasan / kesehatan.
d. Ijin Penggalian
Setiap akan diadakan kegiatan penggalian, tanpa dilihat dari kedalamannya harus melengkapi Izin Kerja Penggalian sebelum pekerjaan dimulai. Pada saat akan memulai pengajuan izin, juga dilengkapi dengan denah dan lokasi yang akan digali yang bertujuan agar dapat diketahui yang sebenarnya, apakah jalur yang akan digali terdapat jalur pipa, jalur listrik telepon ataupun jalur yang bebahaya. 6. Usaha Lain
a. Listrik
commit to user
b. Penyalur Petir
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu juga telah memasang instalasi penyalur petir di bangunan kantor dan di tangki penampungan minyak mentah (crude oil) dalam usaha pencegahan kebakaran.
c. Papan Peringatan
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu juga telah terpasang tanda peringatan untuk bahaya api atau kebakaran, antara lain : 1) Dilarang merokok
2) Dilarang membawa korek api 3) Dilarang membuat api
4) Dilarang membawa senjata api
Gambar 7. Papan Peringatan
Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu d. Bak Pasir
commit to user
kebakaran skala kecil selain menggunakan APAR. Penyediaan bak pasir terdapat di setiap stasiun pengumpul (SP) minyak mentah (crude oil).
Gambar 8. Bak Pasir
Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
e. Fire Blanket
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah menyediakan
fire blanket yang merupakan alat yang berbentuk selembar kain yang penggunaannya dibasahi dengan air terlebih dahulu yang berfungsi untuk pemadaman kebakaran yang berskala kecil dan mencegah kebakaran bertambah besar.
Gambar 9. a) Fire Blanket ; b) Pelatihan Penggunaan Fire Blanket
commit to user
B. Pembahasan
Dari hasil yang telah diuraikan sebelumnya mengenai tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan sebagai usaha pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu, maka penulis akan membahas hasil penelitian tersebut sebagai berikut :
1. Sarana Pemadam Kebakaran a. Sarana kebakaran aktif
Sarana pemadam kebakaran yang ada di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu meliputi Alat Pemadam Api Ringan, hydrant,
fire box, foam chamber, water grencing, mobil pemadam kebakaran, dan tim pemadam kebakaran. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker No.Kep. 186/MEN/1999 Pasal 2 (b) dan (d) yaitu, ”Kewajiban
mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang meliputi; penyediaan sarana deteksi, alarm sistem, pemadam kebakaran, sarana evakuasi, dan pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja”.
Untuk pemasangan APAR telah sesuai dengan Permenakertrans No.Per-04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR BAB II Pasal 4 yang menyatakan bahwa “Tinggi
commit to user
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
b. Sarana kebakaran pasif 1) Alarm kebakaran
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu terdapat jenis alarm kebakaran manual.
Hal ini belum sesuai dengan Kepmenaker No. Kep. 186/MEN/1999 Pasal 2 (b) yaitu, ”Kewajiban mencegah,
mengurangi, dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang meliputi; penyediaan sarana deteksi, alarm sistem, pemadam kebakaran, sarana evakuasi, dan pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja”.
2) Emergency respons plan
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah membentuk tim untuk menangani keadaan darurat, yaitu tim OPKD (Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat) yang bertanggungjawab melaksanakan tugas, fasilitas dan sarana penunjang pelatihan, kerjasama tim, respon awal, serta simulasi.
Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker RI No.Kep- 186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja (BAB II Pasal 5) yang menyatakan bahwa “Unit
commit to user
koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis”.
3) Assembly point
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah menyediakan tempat berkumpul sementara atau assembly point yang letaknya sudah diperuntukkan untuk tempat yang aman bagi pekerja yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan keadaan darurat dengan pemasangan tanda yang jelas bertuliskan assembly point.
Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 ayat 1 poin d yang menyatakan “Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian yang berbahaya”. 4) Tanda peringatan
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah memasang tanda peringatan mengenai keselamatan kerja yang diletakkan di seluruh area tempat kerja terutama di tempat-tempat yang mudah terlihat oleh tenaga kerja.
Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 14 point b yang menyatakan bahwa “Pengurus diwajibkan memasang dalam tempat kerja yang
commit to user
dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
2. Pelatihan
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu menyelenggarakan kegiatan pelatihan pemadam kebakaran atau biasa disebut penyegaran yang ditujukan kepada tenaga kerja baru dan karyawan lama yang harus mengikuti training atau pelatihan. Pelatihan untuk pekerja di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dilakukan hampir setiap 1 bulan 2 sekali yang di latih oleh Tim Pemadam Kebakaran. Sedangkan untuk Tim Pemadam Kebakaran itu sendiri melakukan pelatihan pemadam kebakaran setiap 1 bulan sekali.
Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja yaitu pasal 2 ayat
1 yang menyebutkan ”Pengurus ataun pengusaha wajib mencegah,
mengurangi, dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja”.
3. Tindakan Penyelamatan
commit to user
menjauh dari sumber kebakaran keluar melalui pintu darurat yang ada dengan mengikuti arah dan mendekat atau berkumpul di Muster Point.
Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pada
pasal 3 ayat (1) point (d) menyebutkan “syarat-syarat keselamatan kerja
untuk memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya”.
4. Surat Ijin Kerja Aman
Pemberian ijin kerja diberikan sebelum melaksanakan pekerjaan baik yang tidak berpotensi menimbulkan api maupun yang berpotensi menimbulkan api. Ijin kerja ini telah dilakukan oleh PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu seperti ijin kerja panas, ijin kerja dingin, ijin kerja masuk ruang terbatas, ijin kerja penggalian. Ijin kerja ini dilakukan untuk menciptakan situasi dan cara kerja yang aman bagi para pekerja.
Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lampiran II bagian 6 “Bahwa petugas yang berkompeten
mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja, atau terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem ijin kerja untuk tugas yang berisiko tinggi”.
5. Usaha Lain
commit to user
memasang instalasi penyalur petir di bangunan kantor dan di tangki penampungan minyak mentah (crude oil).
Hal di atas telah sesuai menurut Permenaker No. PER.02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi penyalur petir pasal 2 ayat 1 yang berbunyi “Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat,
dipasang, dan dipelihara sesuai dengan ketentuan dalam peraturan menteri ini dan atau standar yang diakui.
Usaha lain yang dilakukan PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dalam upayanya untuk pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran yaitu dengan penyediaan sarana seperti papan peringatan, bak pasir, dan fire blanket. Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (b) yang berisi mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
Untuk instalasi kelistrikan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah dilengkapi dengan pengaman listrik berupa sakelar dan sekering. Sistem perkabelannya sudah tersusun cukup rapi tetapi belum pernah dilakukan inspeksi atau pemeriksaan.
Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 point (q) yang menyatakan bahwa
“Syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah terkena aliran listrik
commit to user
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Sarana Pemadam Kebakaran a. Aktif
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sudah tersedia sarana pemadam kebakaran aktif meliputi APAR, hydrant, fire box, foam chamber, water grencing, mobil pemadam kebakaran, dan tim pemadam kebakaran dan sudah sesuai dengan Kepmenaker No.Kep. 186/MEN/1999 Pasal 2 (b) dan (d).
b. Pasif
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sudah tersedia sarana pemadam kebakaran pasif meliputi :
1) Alarm kebakaran dan belum sesuai dengan Kepmenaker No. Kep. 186/MEN/1999 Pasal 2 (b).
2) Emergency respons plan dan telah sesuai dengan Kepmenaker RI No.Kep- 186/MEN/1999 BAB II Pasal 5.
3) Assembly point dan telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 poin d.
commit to user
2. Pemeriksaan
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dalam upaya proteksi terhadap bahaya kebakaran telah melakukan pemeriksaan terhadap peralatan atau sarana pemadam kebakaran yang ada seperti APAR, hydrant,
fire box, foam chamber, water grencing, mobil pemadam kebakaran.
3. Sistem pemadaman kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu terdiri dari :
a. Pelatihan
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah melakukan pelatihan hampir setiap 1 bulan 2 sekali yang di latih oleh Tim Pemadam Kebakaran sesuai dengan Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999 pasal 2 ayat 1.
b. Tindakan Penyelamatan
Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sudah menyediakan jalur darurat dengan arah yang jelas menuju Muster Point dan telah sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pada pasal 3 ayat (1) point (d).
c. Surat Ijin Kerja Aman
commit to user
d. Usaha Lain
Selain penyediaan sarana pemadam adapun usaha-usaha lain yang dilakukan sebagai upaya pencegahan kebakaran yaitu
1) Kelistrikan telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 point (q).
2) Penyalur petir telah sesuai menurut Permenaker No. PER.02/MEN/1989 pasal 2 ayat 1.
3) Papan peringatan, bak pasir, fire blanket dan telah sesuai dengan Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (b).
B. Saran
1. Untuk pemasangan dan penempatan poster atau papan peringatan sebaiknya diperhatikan lagi untuk kondisi dan kejelasan tulisan pada papan peringatan agar siapapun yang berada ditempat tersebut bisa mengetahui, memahami, dan jelas untuk membacanya.
2. Untuk instalasi kelistrikan sebaiknya dilakukan pemeriksaan mengenai kondisinya seperti jenis kabel yang dipakai, arus listrik, sistem instalasi dan kerapian perkabelan dalam penempatan dalam posisi yang aman agar terhindar dari konsleting listrik dan kondisi kabel yang tetap bagus dan rapi. 3. Sebaiknya dilakukan pemasangan alat pendeteksi dini dari bahaya kebakaran seperti alat pendeteksi panas, pendeteksi asap, dan pemasangan
commit to user
4. Sebaiknya lebih ditingkatkan lagi pengawasan dan ketegasan terhadap peraturan-peraturan yang ada saat memasuki lokasi tempat kerja seperti peraturan larangan merokok, larangan membawa atau mengaktifkan
handphone, larangan membawa pemantik api.