NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN
PENYULUHAN TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
VIDEO DI SMP NEGERI 2 KARTASURA
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun Oleh :
DIAN LUTHFI HANIFAH
J 310 100 013
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN GIZI SEIMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO DI SMP
NEGERI 2 KARTASURA DIAN LUTHFI HANIFAH
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
Background: Level of knowledge among teenagers influnce attitude and behaviour in food preferences.Giving a nutrient education about how to eat balanced nutrient in order to get a good nutrient status so that the quality of life will be better is one of good way.
Purpose: The aims of study is to investigate the differences between knowledge of nutrition before and after educated using media video in SMP Negeri 2 Kartasura.
Method: Quasy experiment design with one group pretest-posttest plan was used in this study. Stratified random sampling used as technical sampling was in addition , this study used 66 students in grade VII as a sample. Level of nutrition knowledge was measured with questionnaire. T-test statistic approach was used to know the level of differences between two variabels.
Result: The study shows that the proportion of students who had good nutrition knowledge were 33,3%, while students who had bad nutrition knowledge were 66,7% before educated However, the percentage rose significantly after giving education which is the proportion of student who had a good nutrition knowledge were 84,8%, while, the student who had bad knowledge only 15,2%. The paired-sample T test obtained value p=0,000.
Conclusion: Overall, there are any differences of knowledge before and after educated with video media.
Key word : Nutrient knowledge, Well-balanced nutrient educated Refference : 38 (2002-2013)
PENDAHULUAN
Remaja merupakan individu baik pria
atau wanita yang berada pada masa atau usia
antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik
pada masa remaja akan mempengaruhi status
kesehatan dan gizi remaja tersebut
(Sulistyoningsih, 2012). Remaja
dikategorikan rentan terhadap masalah gizi
sehingga berisiko terhadap kesehatan. Pada
usia remaja percepatan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh memerlukan energi
lebih banyak selain itu, pada remaja terjadi
perubahan gaya hidup dan kebiasaan yang
suka mencoba-coba makanan sehingga terjadi
ketidaksesuaian asupan energi dan zat gizi
lainnya (Marmi, 2013).
Permasalahan gizi banyak dijumpai
pada usia remaja, diantaranya gizi lebih,
obesitas, gizi kurang, anemia, pola makan
yang salah dan sebagainya. Berdasarkan data
riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2010)
menyatakan prevalensi gizi kurang pada
remaja usia 13-15 sebesar 10,1% terdiri dari
2,7% sangat kurus dan 7,4% kurus dan
prevalensi gizi lebih sebesar 2,5%. Di
provinsi Jawa Tengah prevalensi gizi kurang
mencapai 9,9% serta gizi lebih diatas
Masalah gizi lainnya pada anak usia sekolah
khususnya remaja adalah masih rendahnya
konsumsi energi dan protein dibawah
kebutuhan minimal yaitu sebesar 44,4% dan
30,6% (Depkes, 2010). Menurut penelitian
Arimurti (2012), menyatakan prevalensi
kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur
pada usia remaja masih tergolong tinggi yaitu
sebanyak 93,6% dan aktifitas fisik pada remaja
masih tergolong rendah sebesar 66,9%. Pada
usia remaja lebih suka mengkonsumsi jajanan
fastfood dengan frekuensi lebih dari 7 kali per minggu (Oktaviani, 2012). Kristianti dkk
(2009), menyatakan pada remaja di Surakarta
dari keseluruhan sampel yang diteliti sebanyak
75 responden lebih banyak mengkonsumsi
jajanan fastfood sebesar 54,7%.
Tingkat pengetahuan pada remaja
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam memilih makanan disekolah maupun
dirumah yang menentukan mudah tidaknya
seseorang memahami manfaat kandungan gizi
dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan
gizi yang baik dapat mempengaruhi konsumsi
makanan yang baik sehingga mencapai status
gizi yang baik. Penyuluhan gizi sangat penting
untuk menambah pengetahuan gizi remaja
sehingga perlu diberikan penyuluhan gizi agar
dapat merubah kebiasaan makan yang salah
dan tidak menimbulkan masalah gizi
(Sediaoetama, 2000).
Penyuluhan tentang gizi sembang
masih belum dikenal di kalangan masyarakat
luas khususnya remaja maka dari itu perlu
adanya sosialisasi dan penyampaian
pesan-pesan 13 pedoman umum gizi seimbang.
Metode penyuluhan kesehatan merupakan
salah satu pendekatan yang sering digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi
sehingga informasi yang diberikan dapat
diterima dan dipahami dengan baik oleh
audien. Berbagai media yang digunakan
sebagai penunjang dan alat bantu untuk
metode penyuluhan salah satunya adalah
media audiovisual yang dapat memberikan
stimulasi secara nyata berisi gambar gerak dan
unsur suara dengan durasi waktu relatif
pendek yang ditayangkan dalam bentuk video
(Notoatmodjo, 2007).
Video merupakan media perantara
yang materi dan penyerapannya melalui
pandangan dan pendengaran sehingga
membangun kondisi yang dapat membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan. Materi gizi seimbang dalam
video dikemas berupa efek gambar yang
bergerak dengan alur cerita yang menarik serta
suara sehingga memberikan gambaran yang
lebih nyata. Penelitian Erviana dkk (2012),
menyatakan bahwa responden yang diberikan
penyuluhan dengan video memiliki
pengetahuan baik karena informasi yang
disampaikan lebih mudah dipahami.
Penyuluhan menggunakan media video mulai
sering digunakan seiring dengan
perkembangan teknologi karena dinilai efektif
untuk penyampaian pesan kepada masyarakat
dibandingkan dengan penyuluhan kesehatan
tanpa media atau hanya dengan media
ceramah, seminar, diskusi, powert point yang sifatnya masih konvensional.
Hasil survey pendahuluan yang telah
dilakukan di SMP Negeri 2 Kartasura pada
gizi seimbang didapatkan 83% remaja masih
mempunyai pengetahuan gizi yang rendah
serta masih banyak ditemui jajanan fastfood disekitar sekolah yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak sehingga dapat
memicu pola makan tidak sehat. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
gizi seimbang pada remaja dengan
penyuluhan menggunakan media video.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah quasy experiment design (eksperimen semu) dengan rancangan one group pretest-postest. Pada rancangan diawali dengan
pretest kemudian diberikan perlakuan setelah selesai dilakukan pengukuran kembali atau
postest. Lokasi penelitian di SMP N 2 Kartasura dengan sampel sebanyak 66 yang
diambil dengan cara simple random sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebanyak
66 siswa dari seluruh siswa kelas VII di SMP
N 2 Kartasura.
1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur
Data karakteristik sampel berdasarkan
umur dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1
Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Umur
Tabel 1 menunjukkan presentase
terbanyak adalah kelompok umur 12
tahun yaitu sebesar 81,9 % (54 anak) dan
persentase yang paling sedikit adalah
kelompok umur 14 tahun yaitu sebesar 3%
(2 anak).
2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Sampel menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 2
Tabel 2
Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Tabel 2 menunjukkan bahwa
sebagian besar sampel berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebesar 53% ( 35 anak) dan
berjenis kelamin perempuan 47% ( 31
anak).
3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Pengetahuan
a. Distribusi Pengetahuan Sampel Sebelum Diberikan Penyuluhan Gizi
Sebelum dilakukan penyuluhan gizi
dengan menggunakan media video sampel
terlebih dahulu diberikan kuesioner dalam
kuesioner tersebut tidak diberikan pengertian
apapun tentang materi yang ada hanya
dijelaskan tentang prosedur pengisiannya. Hal
ini bertujuan supaya dapat diketahui
pengetahuan awal sampel sebelum diberikan
penyuluhan. Pengetahuan Sampel sebelum
diberikan penyuluhan gizi dapat dilihat pada
Tabel 3
Tabel 3
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Sebelum Diberikan Penyuluhan Gizi
Pengetahuan sebelum
Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik Tidak baik Jumlah
22 44 66
33,3% 66,7% 100
Berdasarkan Tabel 3 menunjukan
bahwa sebagian sampel memiliki
tingkat pengetahuan yang tidak baik
yaitu sebanyak 66,7%. Pertanyaan yang
tidak dapat dijawab oleh sampel
sebagian besar mengenai pengertian gizi
seimbang, sumber tri guna makanan dan
sumber zat besi. Hal tersebut karena
sebelumnya sampel belum pernah
mendapatkan penyuluhan kesehatan
tentang pengetahuan gizi seimbang
disekolah apalagi dengan menggunakan
media audivisual sehingga, informasi
tentang gizi seimbang masih sangat
kurang hanya diperoleh dari buku dan
penjelasan dari para pengajar namun
materi yang disampaikan masih secara
umum dan terbatas tidak tersaji secara
lengkap dan dikemas secara menarik
seperti pada video.
Pengukuran Pengetahuan sesudah
penyuluhan dilakukan dengan cara
pemberian kuesioner kembali setelah
diputarkan video yang berisi tentang
materi gizi seimbang ditampilkan secara
menarik serta diberikan penjelasan bagi
sampel yang ingin bertanya ataupun
kurang memahami isi video tersebut
sehingga, diharapkan penyampaian
informasi dapat diserap lebih mudah
dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi. Pengetahuan sampel sesudah
diberikan penyuluhan gizi dapat dilihat
pada Tabel 4
Tabel 4
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
Pengetahuan sesudah Frekuensi (n) Persentase (%) Baik
Tidak baik Jumlah
56 10 66
84,8% 15,2% 100
Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa
pengetahuan siswa sesudah diberikan
penyuluhan gizi sebagain besar
berpengetahuan baik dengan presentase
84,8%. Pengetahuan sampel sesudah diberikan
penyuluhan terjadi peningkatan yang
signifikan dari sebelumnya, hal ini disebabkan
informasi yang diterima responden tentang
pengetahuan gizi seimbang dapat dipahami
dan diserap dengan baik sehingga pertanyaan
pada kuesioner dapat terjawab dengan benar
tetapi ada beberapa pertanyaan yang belum
dapat dijawab dengan benar oleh siswa yaitu
pada pertanyaan no 1 dan 2 tentang pengertian
gizi seimbang dan tri guna makanan siswa
belum mengerti sehingga banyak yang masih
menjawab salah.
c. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
Perbedaan pengetahuan sampel
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
gizi dengan media video di SMP N 2
Tabel 5
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
Pengetahuan Rata-rata
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan
bahwa pengetahuan sampel tentang gizi
seimbang sebelum diberikan penyuluhan
nilai rata-ratanya adalah 72,06 dengan
nilai minimum 52 dan nilai maksimum 92,
sedangkan nilai rata-rata sesudah
diberikan penyuluhan adalah 86,30 dengan
nilai minimum 72 dan nilai maksimum
100. Data tersebut menunjukan bahwa
nilai rata-rata pengetahuan sampel setelah
diberikan penyuluhan terjadi peningkatan
sebesar 14,242 point. Hasil uji statistik
menunjukan nilai p 0,000 yang berati <
0,05 maka Ho ditolak sehingga ada
perbedaan pengaruh pengetahuan tentang
gizi seimbang sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan dengan media video.
Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan
adalah suatu domain dari hal yang dapat
membentuk perilaku. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan terjadi
setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu sebagian
besar pengetahuan diperoleh melalui mata
dan telinga
Pengetahuan sampel meningkat
setelah mendapatkan penyuluhan gizi
sehingga dengan adanya penyuluhan gizi
dapat mengubah perilaku konsumsi makan
remaja yang lebih baik sesuai dengan 13
pesan pedoman umum gizi seimbang yang
didalamnya terdapat konsep susunan
makanan yang dianjurkan untuk menjamin
keseimbangan zat-zat gizi supaya dapat
melengkapi dalam zat gizi yang
dikandungnya (Almatsier, 2004).
Penggunaan media video dalam
penyuluhan sekarang ini mulai sering
digunakan seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahun dan tekhnologi karena
sangat membantu keefektifan dalam
proses pembelajaran dan penyampaian
pesan hal ini sesuai dengan penelitian
dilakukan Kapti (2010), mengenai
efektifitas audivisual sebagai media
penyuluhan kesehatan terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap ibu
dalam tata laksana balita dengan diare
menyatakan bahwa pemilihan audivisual
sebagai media penyuluhan kesehatan dapat
diterima dengan baik oleh responden yang
menunjukan peningkatan pengetahuan
sebesar 38%.
Penelitian Kumboyono (2011)
tentang perbedaan efek penyuluhan
kesehatan menggunakan media cetak
dengan media audiovisual terhadap
peningkatan pengetahuan pasien
tuberkulosis hasil analis menunjukan
bahwa media video mampu meningkatkan
pengetahuan dan partisipasi lebih tinggi
dibandingkan dengan media cetak. Hal ini
juga sependapat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saraswati (2011)
menyatakan bahwa penyuluhan dengan
media video mampu meningkatkan
pengetahuan dan partisipasi lebih tinggi
terhadap pengetahuan tentang kanker
serviks di wilayah surakarta.
Menurut Contento (2007)
menyatakan bahwa video yang
ditambahkan dalam pesen verbal dapat
meningkatkan motivasi untuk menerima
pesan dan mengingatnya dengan lebih baik
karena media video menawarkan
penyuluhan yang lebih menarik dan tidak
menoton dengan menampilkan gerak,
gambar dan suara sehingga remaja
mempunyai keingintahuan terhadap isi
video yang diharapkan dapat menyerap
informasi dan mengimplementasikannya
dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari
yang sesuai dengan 13 pesan gizi
seimbang untuk meningkatkan status gizi
dan pola hidup sehat di masa mendatang.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Tingkat Pengetahuan gizi sebelum
dilakukan penyuluhan tentang gizi
seimbang menggunakan media video
yang berpengetahuan baik sebesar
33,3% dan pengetahuan tidak baik
66,7%
2. Tingkat Pengetahuan gizi sesudah
dilakukan tentang gizi seimbang
menggunakan media video mengalami
mempunyai pengetahuan baik sebesar
84,8% dan pengetahuan tidak baik
hanya 15,2%
3. Ada perbedaan pengetahuan gizi
seimbang pada remaja sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan dengan
media video. B. Saran
1. Bagi Pihak Sekolah SMP N 2
kartasura
Pihak sekolah diharapkan
dapat memberikan pengetahuan gizi
dengan cara bekerjasama dengan
pihak Puskesmas atau Dinas
Kesehatan untuk mengadakan
penyuluhan mengenai gizi seimbang
sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan siswa akan pentingnya
gizi serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat melakukan
penelitian tentang pendidikan gizi
dengan media yang lebih menarik dan
bervariatif.
3. Bagi remaja
Penelitian ini menunjukan
bahwa media video dapat
meningkatkan pengetahuan remaja
tentang gizi seimbang sehingga
diharapkan media ini mampu diterima
sebagai salah satu media pembelajaran
baru yang sesuai dengan
perkembangan ilmu teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan II. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Arimukti. 2012. Pengaruh Pemberian Komik Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Kelas v SDN Sokasari 4 Tanggerang. Skripsi. Program Studi Gizi. Universitas Indonesia.
Contento, I.R. 2007. Nutrition Education : Linking reasech, Theory, and practice. Sudbury : Jones and Bartlett Publishers.
Depkes. (2010). Kesehatan Remaja dan Problem Solusinya. Salemba Medika. Erviana, W., Mansur, H., Yudianti, K. 2012. Efektifitas Penyuluhan Menggunakan
Kapti. 2010. Efektifitas Audiovisual Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Tatalaksana Balita dengan Diare di Dua Rumah Sakit Kota Malang. Thesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister keperawatan. Universitas Indonesia Depok.
Kristanti, N., Sarbini, D., Mutalazimah. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Suakarta. Jurnal Kesehatan , Volume 2, Nomor 1. : Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Kumboyono. 2011. Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Jurnal Ilmu Kesehatan Keperawatan volume 5 No 3 : Fakultas kesehatan Universitas Brawijaya.
Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Rineka Cipta :
Jakarta
Octaviani, WD., Saraswati, LD., Rahfiludin, MZ. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja Dan Orang Tua Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2010. Laporan Provinsi Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Saraswati. 2011. Pengaruh Promosi Kesehatan Kerhadap Pengetahuan dan
Partisipasi Wanita Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks. Tesis. Pasca sarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu Gizi. Jilid I Cetakan Keempat. Dian Rakyat : Jakarta Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Iimu :