• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Intensi Sebagai Mediator Antara Determinan-determinan Intensi dan Perilaku Makan Sehat pada Siswa-siswi SMA Swasta di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Intensi Sebagai Mediator Antara Determinan-determinan Intensi dan Perilaku Makan Sehat pada Siswa-siswi SMA Swasta di Kota Bandung."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

iii ABSTRACT

High School was the right time to start and carry out a healthy eating behavior. When they are hungry, adolescents are having an unpleasant condition, and they have to satisfy those condition by deciding whether to choose a healthy or unhealthy food, which covered the type, variety, portion, and eating schedule.

Currently, adolescents in Bandung still haven’t implemented a healthy eating behavior, while some of them already did. This research addressed to investigate what makes adolescents able or not able to eat healthy food. Theory of Planned Behavior is used to investigate the role of psychological aspects, which is the role of intention determinants towards healthy eating behavior.

The design used in this research is a Structural Equation Model (SEM), using LISREL 8.8. This research addressed the role of intention as a mediator between determinats of intention to eat healthy food on private high school adolescents in Bandung.

Research finds that H0 is accepted and empirical model fits the hypothetical model. There are five minor hypothesis. The first hypothesis is H1 accepted, which means that ATB contributed to the intention to eat healthy food. The second hypothesis also accepted H1, that states that SN contributed to the intention to eat healthy food. Third hypothesis accepted H1, which means that PBC contributed to the intention to eat healthy food. Fourth hypothesis accepted H1, which said that intention contributed to healthy eating behavior. The fifth hypothesis accepted the H0, which states that PBC doesn’t contribute to healthy eating behavior.

(2)

iv ABSTRAK

Siswa/i (remaja) SMA Swasta di Bandung merupakan usia yang yang tepat untuk memulai, dan menjalankan perilaku makan sehat Makanan Sehat atau tidak sehat meliputi jenis, variasi, porsi dan jadwal makannya. Saat ini remaja di Bandung, sebagian masih belum menjalankan perilaku makan sehat, dan sebagian lagi ada yang menjalankan perilaku makan sehat. Untuk itu perlu diketahui aspek psikologis apa saja yang berperan, yang membuat remaja mampu atau tidak mampu menjalankan perilaku makan sehat. Theory of Planned Behavior

memberikan cara untuk memahami peran dari aspek psikologis, yaitu peran determinan-determinan, Intensi untuk berperilaku makan sehat dan Perilaku makan sehat.

Rancangan penelitian ini adalah disain model dengan menggunakan persamaan struktural, disebut Structural Equation Modeling (SEM), melalui program computer LISREL versi 8.8. Penelitian ini untuk memahami peran intensi sebagai mediator antara determinan-determinan intensi dan perilaku makan sehat pada siswa/i SMA swasta di Bandung.

Hasil penelitian terhadap uji hipotesis utama, Ho diterima yaitu model hipotetik cocok/fit dengan data empirik. Ada lima hipotesis turunan (minor). Hipotesis pertama H1 diterima yaitu ATB berkontribusi terhadap intensi untuk berperilaku makan sehat. Hipotesis kedua H1 diterima yaitu SN berkontribusi terhadap intensi untuk berperilaku makan sehat. Hipotesis ketiga H1 diterima yaitu PBC berkontribusi terhadap intensi untuk berperilaku makan sehat. Hipotesis keempat H1 diterima yaitu Intensi berkontribusi terhadap perilaku makan sehat. Hipotesis ke lima Ho diterima, yaitu PBC tidak berkontribusi terhadap perilaku makan sehat.

Simpulannya Intensi untuk makan sehat berkontribusi tinggi sekali terhadap perilaku makan sehat. Saran untuk siswa SMA dan orangtuanya, rutinitas kesediaan membawa bekal kesekolah, perlu terus dipelihara dan orangtua agar selalu menyediakan makanan untuk bekal, agar perialku makan sehat dapat terpelihara terus hingga masa dewasa.

(3)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL………. i

LEMBAR PENGESAHAN ………. ii

ABSTRAK………. iii

KATA PENGANTAR ……….. v

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL………... xiv

DAFTAR BAGAN ………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

BAB I PENDAHULUAN……….... 1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH………... 1

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH………... 18

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN……... 18

1.3.1 MAKSUD PENELITIAN... 18

1.3.2 TUJUAN PENELITIAN... 19

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN………... 19

1.4.1 KEGUNAAN TEORITIS……… 19

1.4.2 KEGUNAAN PRAKTIS………. 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ………... 21

(4)

x

2.1.1. Dimensi Biologis Remaja………... 22

2.1.2. Dimensi Psikologis Remaja……….. 22

2.1.3. Remaja dan pemeliharaan Kesehatan……… 26

2.2. PERILAKU SEHAT……….. 28

2.2.1. Pengertian………... 28

2.3. PERILAKU MAKAN SEHAT……….. 29

2.3.1. Makanan Sehat………... 30

2.3.2. Basic Four Food Groups……….. 33

2.3.3. Ragam dari makanan sehat……….. 36

2.4. PERILAKU MAKAN SEHAT PADA REMAJA………. 38

2.4.1. Peran remaja dalam mengembangkan perilaku Makan - Sehat yang positif……… 38

2.4.2. Pola Makan Remaja……… 40

2.4.3. Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku makan remaja………... 42

2.5. THEORY OF PLANNED BEHAVIOR……….. 43

2.5.1. Pengertian………... 43

2.5.2. Determinan-determinan dari Intensi ………... 45

2.5.2.1. Determinan ATB……… 45

2.5.2.2. Determinan Subjective Norms ( SN )……… 46

2.5.2.3. Determinan Perceived behavior control ( PBC )... 47

2.5.3. Hubungan antar determinan-determinan Intensi………… 49

(5)

xi

2.5.5. Intensi……… 51

2.5.6. Dari Intensi menjadi perilaku yang spesifik……… 53

2.5.6.1. Pengantar ………. 53

2.5.6.2. Memprediksi Perilaku dari Intensi ………. 56

2.5.6.3. Dimensi Pengukuran perilaku ………... 58

2.6. KERANGKA PEMIKIRAN………... 58

2.7. PREMIS ……….. 71

2.8 HIPOTESIS PENELITIAN……….. 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN ……… 75

3.2. VARIABEL DAN DEFINIS OPERASIONAL………. 76

3.2.1. Independen Variabel………. 76

3.2.2. Dependen Variabel ……… 78

3.2.3. Mediator Variabel………. 79

3.3. ALAT UKUR ……… 79

3.3.1. Alat ukur determinan –determinan intensi dan intensi……… 79

3.3.2. Alat ukur perilaku makan sehat…………... 81

3.4. DATA PENUNJANG ………. 82

3.5. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR... 83

(6)

xii

3.5.2. Hasil analisis item, reliabilitas dan validitas alat ukur…... 84

3.6. SUBYEK PENELITIAN ………. 87

3.6.1. Karakteristik Subyek……… 87

3.6.2. Populasi Penelitian ……… 87

3.6.3. Sampel ………... 88

3.6.4. Teknik Penarikan Sampel……… 89

3.7. TEKNIK ANALISIS DATA………... 89

3.7.1. Pengujian hipotesis utama... 90

3.7.2. Pengujian hipotesis data penunjang... 100

3.7.3. Perumusan hipotesis statistik... 101

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 104

4.1. GAMBARAN RESPONDEN ……….... 104

4.2. HASIL PENELITIAN ………... . 104

4.2.1. Hasil Uji Hipotesis Utama... 105

4.2.2. Hasil analisis kontribusi dari aspek determinan intensi terhadap intensi untuk makan sehat dan pada perilaku makan sehat ... 108

4.2.3. Hasil Uji Hipotesis Turunan... 113

4.2.4. Kontribusi intensi untuk makan sehat terhadap Perilaku makan sehat ……….. 114

4.2.5. Korelasi antara determinan-determinan intensi... 115

(7)

xiii

4.2.7. Hasil kategorisasi setiap variabel penelitian... 117

4.2.8. Analisis data penunjang... 118

4.3. PEMBAHASAN ………... 121

4.3.1. Hipotesis utama... ... 121

4.3.2. Hasil pengujian hipotetis turunan... 124

4.3.3. Kontribusi aspek-aspek determinan intensi terhadap intensi untuk makan sehat dan pada perilaku makan sehat... 131

4.3.4. Korelasi multiple antara determinan-determinan intensi makan sehat terhadap Intensi makan sehat... 133

4.3.4. Faktor-faktor yang memengaruhi ATB, SN dan PBC untuk makan sehat... 135

4.4. DISKUSI ………. 137

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... ... 139

5.1. SIMPULAN ………. 139

5.2. SARAN ……… 141

5.2.1. SARAN TEORITIS ………. 141

5.2.2. SARAN GUNA LAKSANA ………... 142

DAFTAR PUSTAKA ……….. 144

DAFTAR RUJUKAN ………. 149

(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kondisi Tubuh Remaja... 9

Tabel 1.2. Makanan Berlemak………... 16

Tabel 1.3. Makanan Digemari... 16

Tabel 1.4. Makanan Berserat...……... 16

Tabel 2.1. PusLitBang Ekologi & Kesehatan, di Pulau Jawa, 2009 …… 40

Tabel 2.2. Klasifikasi nilai IMT , Dep.Kes RI, 2010 ……….... 43

Tabel 3.1. Skor pilihan jawaban Alat Ukur Determian-determinan Intensi, Dan perilaku makan sehat... 80

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Alat Ukur Intensi dan Determinan Intensi... 80

Tabel 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Makan Sehat... 81

Tabel 3.4. Kisi-kisi Data Penunjang... 82

Tabel 3.5. Hasil Analisis Alat Ukur... 85

Tabel 3.6. Analisis Item... 85

Tabel 3.7. Reliabilitas... 86

Tabel 3.8. Validitas... 87

Tabel 4.1. Asal SMA... 104

Tabel 4.2. Jenis Kelamin... 104

Tabel 4.3. Kontribusi tiga aspek ATB terhadap intensi makan sehat…….109

Tabel 4.4. Kontribusi dua aspek SN terhadap intensi makan sehat………109

Tabel 4.5. Kontribusi dua aspek PBC terhadap intensi makan sehat……. 110

(9)

xv

Tabel 4.7 Hasil kontribusi aspek determinan Intensi terhadap Intensi untuk

makan sehat pada perilaku makan sehat……… 112

Tabel 4.8. Hasil pengujian hipotesis turunan………... 113

Tabel 4.9. Korelasi antar determinan ………. 115

Tabel 4.10. Korelasi ATB +SN+PBC terhadap intensi ………115

Tabel 4.11. Karelasi ATB + SN terhadap intensi makan sehat……….116

Tabel 4.12. Korelasi ATB + PBC terhadap intensi makan sehat …………..116

Tabel 4.13. Korelasi SN + PBC terhadap intensi makan sehat ……… 116

Tabel 4.14. Kategorisasi ATB terhadap perilaku makan sehat ……… 117

Tabel 4.15. Kategorisasi SN terhadap perilaku makan sehat …………. 117

Tabel 4.16. Kategorisasi PBC terhadap perilaku makan sehat …………. 117

Tabel 4.17. Kategorisasi Intensi untuk makan sehat ……….. 118

Tabel 4.18. Kategorisasi Perilaku makan sehat ………... 118

Tabel 4.19. Uji pengaruh jenis kelamin terhadap ATB,SN dan PBC………119

Tabel 4.20. Uji pengaruh uang saku terhadap ATB,SN dan PBC………… 120

(10)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Theory of Planned Behavior………... 44

Bagan 2.2. Intensi dan Determinan Intensi……….. 51

Bagan 2.3. Kerangka Pikir ………... 71

Bagan 2.4. Bagan Hipotesis………... 73

Bagan 3.1. Rancangan Penelitian... 76

Bagan 3.2. Model Hipotetik... 94

Bagan 4.1. Model Hipotetik Peran Intensi untuk berperilaku makan sehat sebagai mediator antara determinan Intensi dan Perilaku Makan Sehat pada Siswa/i ... 106

Bagan 4.2. Kontribusi variabel aspek-aspek ATB ……….. 109

Bagan 4.3. Kontribusi variabel aspek-aspek SN ……….. 109

Bagan 4.4. Kontribusi variabel aspek-aspek PBC ……….. 110

Bagan 4.5. Variabel Intensi makan sehat ke perilaku makan sehat…….111

(11)

xvii

DAFTAR G A M B A R

(12)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN

2. ALAT UKUR DETERMINAN-DETERMINAN INTENSI, INTENSI DAN PERILAKU MAKAN SEHAT SERTA DATA PENUNJANG

3. KISI-KISI ALAT UKUR DETERMINAN INTENSI, INTENSI 4. KISI-KISI ALAT UKUR PERILAKU MAKAN SEHAT

5. KISI-KISI DATA PENUNJANG 6. ANGKET DATA PENUNJANG 7. HASIL PENGOLAHAN STATISTIK

7.1.UJI ALAT UKUR DETERMINAN-DETERMINAN INTENSI, INTENSI DAN PERILAKU MAKAN SEHAT

7.2.UJI HIPOTESIS UTAMA DAN TURUNAN

7.3.UJI KORELASI ANTAR DETERMINAN DAN INTENSI 7.4.UJI INDIRECT EFFECT

7.5.KORELASI DATA PENUNJANG DAN DATA UTAMA 8. HASIL DATA PENUNJANG :

8.a. Hasil Distribusi Frekuensi

8.b. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap ATB, SN dan PBC pada Tabel 4.19

8.c. Pengaruh Faktor Uang Saku terhadap ATB, SN dan PBC pada Tabel 4.20

(13)

xix

8.e. Cross Tab Minum dengan Jenis Kelamin pada Tabel 4.22 8.f. Cross Tab Pilihan Makanan Remaja di Restoran dengan Perilaku makan sehat pada Tabel 4.23

(14)

xx Bapa kami yang ada di surga dikuduskanlah namaMu, datanglah kerajaanMu jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga,

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sepanjang perkembangan kehidupan manusia sejak dalam kandungan hingga mencapai usia lanjut, faktor kesehatan memperoleh perhatian utama, khususnya faktor biologis yang merupakan dasar bagi pertumbuhan fisik. Keadaan kesehatan fisik dan mental seseorang tidaklah semata berasal dari aspek fisik, melainkan dalam perkembangannya merupakan hasil interaksi yang kompleks dengan faktor psikologis, sebagai upaya seseorang untuk memproteksi, meningkatkan dan memelihara kondisi kesehatan fisik dan psikologisnya. Faktor psikologis seseorang akan memotivasi, mendorong, mengarahkan pada tujuan agar fisiknya tetap sehat, yaitu pada bagaimana caranya seseorang berperilaku sehat.

(16)

2

perilaku sehat dalam kehidupan adalah terhindar dari kondisi sakit yang tidak menyenangkan, terhindar dari penderitaan dan dapat menghemat pengeluaran biaya kesehatan (Vita, Terry, Hubert, & Fries, 1988).

Individu yang berperilaku tidak sehat adalah yang menjalankan perilaku berisiko, yaitu perilaku yang dapat membahayakan kesehatan, meskipun ia memahami risikonya. Dalam hal ini regulasi diri berperan minimal. Perilaku berisiko terhadap kesehatan, antara lain ialah merokok, minum alkohol, tidur lewat tengah malam, penyalahgunaan obat, senang makan berlebihan, jarang berolah raga, mengonsumsi makanan lemak jenuh, tidak suka makan sayur, buah. Bilamana asupan makanan yang tidak sehat berlanjut terus, dapat terjadi penumpukan bahan-bahan tesebut dalam berbagai organ tubuh. Bila penumpukan ini berlangsung lama, dapat menyebabkan penyumbatan sirkulasi peredaran darah, peningkatan kekentalan darah, dan kerusakan sel-sel tubuh, serta gangguan fungsi organ tubuh. Kondisi ini menggambarkan perilaku yang tidak sehat (Nedley, 2003).

(17)

3

Remaja yang berperilaku sehat, akan lebih mengutamakan kesehatan bagi dirinya, yaiu dengan memilih jenis makanan yang bergizi (seperti cukup daging, cukup sayuran, cukup buah), dan rendah lemak dan kolesterol. Memiliki jadwal makan yang teratur, porsi makan yang proporsional, dan memahami bahwa asupan makanan yang sehat dan bergizi akan berdampak pada imunitas tubuh, dan berdampak pula pada kesehatan psikologisnya, yaitu daya konsentrasi dan daya tangkap yang baik, kondisi emosi yang lebih tenang yaitu mampu mengendalikan diri dan jarang mengantuk dikelas. (Barakat, Kumin Rathon, et al, 2003 ; Ramey, Ramey & Lanzi, 2006). Remaja yang tidak mementingkan kesehatan yaitu remaja yang tidak berperilaku sehat, yaitu tidak suka makan pagi, mengandalkan makanan ringan sebagai sumber makanan utama, sehari-hari makan makanan yang berlemak dan mengandung kolesterol tinggi, memilih porsi makan yang berlebihan, jadwal makan yang tidak teratur. (Consinean, Goldstein & Franco, 2005 ; Sakamaki, et al, 2005).

(18)

4

mampu menerapkan gaya hidup sehat dengan cara memilih makan dan minum yang terkendali, berdisiplin, dan membatasi makan dan minum yang tidak sehat, (Breslow, Bellock, Stallworth, dan Lennon, 2003). Pakar lain menyatakan perilaku sehat adalah tindakan orang sehat untuk meningkatkan dan memelihara kesehatannya, dengan mengonsumsi makan yang sehat dan bergizi (Taylor, Anne & Sears, 2009).

Penelitian ini diarahkan pada perilaku makan sehat pada remaja. Perilaku makan sehat remaja adalah perilaku memilih jenis makanan rendah lemak dan kolesterol, menyukai variasi makanan seperti sayur, buah, ikan, minum air putih dua liter/hari, porsi makan yang proporsional serta memiliki jadwal makan yang teratur. Untuk berperilaku makan sehat diperlukan usaha dan kendali diri untuk memeliharanya. Kota Bandung yang dikenal sebagai kota kuliner, memiliki aneka macam jajanan, sangat menarik bagi remaja untuk makan apa saja yang diinginkannya. Keadaan ini menyulitkan remaja untuk bertahan terhadap godaan memakan makanan tidak sehat. Oleh karena itu dibutuhkan usaha dan kendali diri yang kuat untuk memelihara perilaku makan sehat.

(19)

5

daya tampung perut sebenarnya terbatas, tetapi mereka seringkali memaksakan menjadi lebih besar, karena merasa sangat lapar dan tergoda oleh tampilan makanannya yang terlihat lezat-lezat. Remaja lain menyatakan menyukai makanan yang berlemak dan bersantan kental, hanya minum air putih maksimal 1 liter per hari, kurang menyukai sayur dan buah, dengan alasan makanan-makanan seperti itu lah yang tersedia di sekolah sementara waktu makan di sekolah terbatas dan mereka sering harus tergesa-gesa makan karena banyak tugas yang belum beres.

(20)

6

meningkatkan kapasitas daya ingat (James O Hill, Director Centre for Human Gizi di University of Colorado, Health Science Centre).

Perilaku makan sehat umumnya berkaitan dengan kebiasaan makan sejak usia dini. Salah satu peran orangtua yang penting adalah secara kontinyu melatihkan keteraturan dan disiplin dalam hal makanan, dimulai dari usia pra-sekolah hingga usia remaja, dengan memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, lauk, sayuran, buah-buahan, biji-bijian, minum air putih. Para pakar psikologi (Parke & Buriel, 1998, 2006) mengungkapkan bagaimana orangtua maupun teman-teman sebaya berkontribusi terhadap pembentukan perilaku makan sehat. Peran orangtua terlihat pada kebiasaan makan sehari-hari, misalnya dengan menyediakan sayuran dalam menu makanan harian, menyediakan buah-buahan untuk dimakan sehabis makan. Berbagai cara dilakukan orangtua dengan meminta dan membujuk anak dan remaja untuk memakan makanan sehat yang disediakan, juga minum air putih dalam jumlah yang cukup untuk memelihara kadar air dalam tubuh. Peran orangtua dalam memberikan bimbingan, perhatian, tuntunan melalui diskusi dan memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam memilih makanan sehat, maupun menjai teladan dalam hal makan sehat, dapat membantu remaja memiliki wawasan tentang makanan sehat dan menumbuhkan kesadaran diri untuk memutuskan pilihan dalam hal makan.

(21)

7

kebiasaan, dan lain-lain dari kelompoknya. Relasi dengan teman sebaya dapat memberikan pengaruh yang bersifat positif atau negatif terhadap dirinya. Pengaruh teman sebaya yang bersifat positif dalam hal kebiasaan makan makanan sehat ialah ketika remaja mengamati minat dan sudut pandang temannya yang memilih makan makanan sehat. Remaja mampu mengintegrasikan minat dan sudut pandang temannya dengan minat dan sudut pandangnya sendiri dalam aktifitas bersama temannya, terlebih bila di keluarga ia telah terbiasa untuk makan sehat, kesesuaian dalam interaksi tersebut akan semakin memperkuat dan memperteguh dirinya untuk berperilaku makan sehat.

(22)

8

seperti untuk daya konsentrasi, daya tangkap dan memelihara kesehatan fisik siswa.

(23)

9

dalam jenis, variasi, porsi maupun jadwalnya, menunjukkan bahwa ia mengembangkan perilaku makan tidak sehat.

Data dari Puslitbang Ekologi dan status kesehatan remaja di Indonesia (2009) menyampaikan kondisi tubuh remaja yang berkaitan dengan perilaku makannya, yaitu :

Tabel 1.1 Kondisi Tubuh Remaja

Kategori I.M.T ( Kg/M2) Status Gizi Persentase

Sangat Kurus < 17,0 Gizi kurang 24,3%

Kurus 17,0 – 18,5 Gizi kurang 16,5%

Overweight 25,0 – 27,0 Gizi berlebihan 4,4%

Obesitas > 27,0 Gizi berlebihan 1,3%

Data di atas menggambarkan bahwa kondisi remaja, hampir lima puluh persen memiliki gizi kurang dan berlebihan, yang mencerminkan asupan makanan yang dikonsumsi remaja jauh dari segi kecukupan dan keseimbangan dalam hal jenis, variasi, porsi dan jadwal makan. Untuk itu perilaku makan sehat pada remaja perlu mendapatkan perhatian khusus.

Aspek kedua adalah perkembangan kognitif remaja, yang ditandai oleh kualitas pemikiran abstrak, idealistik, logis, kritis, meningkatnya kapasitas pemrosesan informasi, luasnya cakupan isi pengetahuan, mampu melakukan kombinasi-kombinasi baru, yang dapat dipakai untuk mengkaji setiap situasi yang dihadapinya. Hasil wawancara prasurvei pada siswa-siswi SMA menyatakan bahwa mereka memiliki beragam informasi mengenai makanan sehat dan memahami bagaimana asupan makanan dapat berdampak terhadap kesehatan saat ini hingga ke masa selanjutnya.

(24)

10

perilaku, termasuk perilaku makan. Hasil wawancara prasurvei pada dua puluh siswa-siswi SMA, menunjukkan bahwa bila makan bersama teman-temannya di kantin sekolah atau di restoran, mereka seringkali makan lebih banyak dari porsi yang biasa dimakan di rumah, karena merasa gembira dan bersemangat. Unsur emosi/perasaan remaja di kala sedih, kecewa, marah, berdampak pula pada perilaku makannya, yaitu porsi makan menjadi minim atau berlebihan, kurang memperhatikan jenis dan variasinya, juga jadwal makannya menjadi tidak teratur. Sebaliknya saat remaja merasa sangat gembira, sangat antusias, perilaku remaja saat makan juga terpengaruh, antara lain porsi makan berlebih atau kurang memperhatikan jenis, variasi serta jadwal makannya.

(25)

11

saji di restoran, dilakukan bersama teman-temanya, dengan alasan bersama banyak teman lebih menyenangkan, dapat berbincang, bercanda bebas, tidak terasa makan cepat habis, daripada makan seorang diri atau bersama keluarga merasa tidak bebas (Wagner, 2009 )

Memilih makanan merupakan hal yang mendapatkan perhatian bagi banyak orang terutama bagi mereka yang peduli dengan gizi dan kesehatan tubuhnya. Saat ini relatif sedikit yang diketahui tentang bagaimana dan mengapa orang memilih makananan yang sehat atau tentang bagaimana pilihan mereka dapat dipengaruhi secara efektif, karena kompleksnya perilaku manusia dalam melakukan pilihan makanan yang sehat. Perilaku makan sehat dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah dari Theory of Planned Behavior

dari Icek Ajzen, yang menurut peneliti dapat digunakan untuk menelisik Intensi sampai ke perilaku makan sehat pada remaja. Menurut Ajzen (1991, 2005), intensi siswa-siswi SMA untuk makan makanan sehat, ditentukan oleh determinan sikap terhadap perilaku makan sehat (Attitude toward the behavior - ATB); persepsi individu tentang tuntutan sosial dari orang yang signifikan untuk berperilaku makan sehat (Subjective Norms - SN), dan persepsi individu mengenai kemampuannya untuk berperilaku makan sehat (Perceived Behavioral Control - PBC). Ketiga determinan tersebut, dengan mediator intensi, dapat secara langsung memprediksikan perilaku makan sehat.

(26)

12

kandungan karbohidrat, lauk, sayur, buah, minum air putih sesuai ketentuan kecukupan dan keseimbangan untuk dikonsumsi). Mereka menyadari pentingnya memakan makanan sehat di usia remaja, yang berperan besar untuk melakukan beragam akitifitas di sekolah maupun di luar sekolah.

Siswa-siswi SMA dari segi perkembangan kognitifnya memiliki kemampuan mempertimbangkan setiap informasi yang diterima, juga memiliki kemampuan berpikir hipotetis seperti misalnya, ‘jika saya makan A, akibatnya akan X; dan jika saya makan B, dampaknya buat kesehatan saya adalah Z” (Santrock, 2007). Melalui peranan faktor kognitif tersebut, selanjutnys remaja mampu membuat keputusan untuk memilih dan mempertimbangkan untuk makan sehat ataukah mengabaikannya, (Santrock, 2007). Faktor kognitif pada siswa-siswi merupakan salah satu bagian yang berperan dalam menghasilkan sikap terhadap perilaku makan sehat. Sikap terhadap perilaku makan sehat menurut teori

planned behavior ditentukan oleh beliefs mengenai konsekuensi-konsekuensi perilaku makan, yaitu setiap behavioral belief dapat menghubungkan perilaku makan dengan outcome tertentu, seperti menguntungkan atau merugikan sebagai konsekuensi bila melakukan perilaku makan sehat atau perilaku makan tidak sehat. siswa-siswi SMA yang memberikan evaluasi positif atau negatif terhadap perilaku makannya, akan memiliki sikap yang favorable atau unfavorable dalam menampilakn perilaku makan sehatnya, disebut sebagai Attitude toward the behavior (ATB).

(27)

13

di restoran), akan memersepsi harapan tersebut dan dalam dirinya akan muncul derajat kesediaan untuk mematuhi harapan orangtuanya tersebut. Bila remaja bersedia memenuhi harapan orangtuanya untuk memilih makanan sehat setiap kali makan (“orangtua saya akan senang bila saya selalu memilih makanan sehat, dan saya ingin menyenangkan mereka“), berarti remaja yakin bahwa sebagian besar orang yang ingin dipatuhinya menyetujui untuk memilih makanan sehat setiap kali makan. Sebaliknya remaja yang memiliki pandangan bahwa orangtuanya tidak mengharuskan atau memberikan kebebasan untuk makan apa saja baik di rumah atau di luar rumah, berarti ia yakin bahwa sebagian besar orang yang ingin dipatuhinya tidak menyetujui untuk memilih makanan sehat setiap kali makan. Kondisi ini disebut Subjective Norm (SN). Hasil wawancara prasurvei kepada lima belas siswa-siswi SMA menunjukkan bahwa ada orangtua yang menuntut dan mengharuskan anak-anaknya (siswa-siswi SMA) untuk makan makanan sehat setiap kali makan. Cara yang dilakukan orangtua adalah mereka memberikan contoh makan sehat ketika makan bersama keluarga, menghindari atau meminimalisasi makanan tidak sehat. siswa-siswi ini mengetahui dengan jelas harapan orangtuanya tersebut, dengan membatasi makan di restoran cepat saji, bila akan makan di restoran tersebut, anak akan meminta izin kepada orangtua.

(28)

14

minuman, remaja yang memiliki informasi makanan sehat dan manfaat bagi kesehatan tubuhnya, tetap mampu mengendalikan pilihan makanan, dengan memilih makanan sehat. Remaja menyatakan: “Saya yakin dapat memilih makanan sehat, karena saya orangnya memegang komitmen dan disiplin dalam hal makanan.” Remaja lain ketika menghadiri pesta temannya, saat disedikan aneka ragam makanan dan minuman, meskipun memahami tentang makanan sehat dan manfaatnya bagi kesehatan tubuh, sulit berkomitmen dan berdisiplin untuk memilih makanan sehat, cenderung melonggarkan pengendalian makannya, dengan menyatakan: “Sekali ini saja saya makan yang lezat-lezat, karena jarang menemukan kesempatan yang menyenangkan ini.”

Ketiga determinan ATB, SN dan PBC dalam diri remaja saling berkontribusi menghasilkan suatu Intensi untuk makan sehat. Intensi menurut Ajzen (1991), adalah seberapa kuat seseorang berusaha, berkomitmen dan seberapa besar niat dan tekad yang direncanakan akan dilakukan, dengan tujuan untuk memunculkan perilaku sesuai target dan tindakan yang diiginkannya. Intensi suatu perilaku hanya dapat muncul jika individu dapat memutuskan keinginannya untuk memunculkan atau tidak memunculkan suatu perilaku.

(29)

15

gorengan, daging dan ayam berlemak, kerupuk kulit ayam, remaja yang memiliki intensi kuat, tidak akan memilih menu jajanan tersebut, mereka tetap akan memilih makanan yang sehat. Namun bila tidak tersedia makanan sehat, mereka terpaksa memilih makanan dengan lemak yang minimal dan disertai sedikit sayuran. Sedangkan remaja yang memiliki intensi cenderung lemah, saat jajan di kantin sekolah atau restoran, dengan banyaknya sajian berlemak tinggi, mereka tidak mau dipusingkan dengan pilih-pilih makanan, yang ada itu lah yang akan dipilihnya.

Jurnal penelitian pada remaja (usia 12-19 tahun) di pedesaaan di Amerika menyatakan bahwa mereka mengonsumsi sayuran, buah-buahan, kurang dari 1 kali per hari. Intensi dan perilaku makan untuk remaja laki-laki paling diprediksi oleh SN. Untuk membentuk intensi dan perilaku makan sehat remaja, perlu diarahkan pada kerjasama dengan pihak keluarga untuk membuat makanan sehat lebih menarik bagi kaum muda. Intensi dan perilaku makan sehat untuk remaja perempuan, paling diprediksi oleh PBC, yaitu remaja perempuan memiliki kemampuan dan keyakinan untuk melakukan kendali dalam berperilaku makan sehat (Stefanie, Fila, & Smith, 2010).

(30)

16

siswa-siswi SMA menyatakan bahwa sebagian besar waktu mereka setiap hari berada di sekolah; sebagian remaja menyatakan tetap berusaha untuk berdisiplin dan berkomitmen untuk berperilaku makan sehat, meskipun waktu jajan di sekolah sangat terbatas, dan pilihan jajanan banyak yang tidak sehat. Sebagian remaja lain menyatakan sulit berdisiplin dan berkomitmen untuk berperilaku makan sehat, karena waktu jajan di sekolah terbatas, menyulitkan untuk pilih-pilih jajanan.

[image:30.595.149.478.361.612.2]

Hasil prasurvei pada enam puluh enam siswa-siswi SMA swasta di Bandung menunjukkan data sebagai berikut :

Tabel 1.2. Makanan Berlemak

Makanan berlemak Persentase

Hampir Setiap hari 58,8 %

Seminggu sekali 41,2 %

Tabel 1.3. Makanan Yang Digemari

Makanan yang digemari Persentase

Makanan manis 62,9 %

[image:30.595.159.464.521.593.2]

Makanan berpenyedap 80,3 %

Tabel 1.4. Makanan Berserat

Makanan berserat (Sayur dan Buah) Persentase

Seminggu sekali 63,3 %

Setiap hari 17,6 %

Tidak menentu 52,9 %

(31)

17

Jurnal penelitian pada remaja dan pemuda di Amerika tentang perilaku makan sayuran dan buah-buahan, hasilnya adalah mereka makan sayuran dan buah < 4,5 cangkir per hari; ada yang < 4 cangkir per hari. Data tersebut memberikan gambaran mengenai rendahnya perilaku makan sayur dan buah atau dapat dikatakan perilaku makan remaja ini tidak sehat, karena diharapkan orang mengonsumsi sayur dan buah 6-7 cangkir per hari (Goodman, Blank, et al., 2007). Jurnal lain mengenai perilaku makan sehat pada remaja Denmark dengan menggunakan Theory Planned Behavior, ditemukan bahwa PBC dan ATB merupakan faktor paling penting dalam memprediksi Intensi. Kelompok remaja perempuan yang memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) normal, cenderung memiliki intensi yang lebih kuat untuk berperilaku makan sehat dibandingkan remaja laki-laki dengan IMT yang sama. Remaja perempuan memersepsi perilaku makan sehat sebagai sesuatu yang menguntungkan dan berguna (Gonhoj, Larsen, Chan, & Tsang, 2012).

(32)

18

kecocokannya dengan data empiris. Untuk pengujian ini dilakukan beberapa langkah metodologis sebagaimana yang diuraikan di Bab III.

1.2 Identifikasi Masalah

Melalui penelitian ini ingin diketahui bagaimana peran intensi sebagai mediator antara determinan-determinan intensi dan perilaku makan pada siswa-siswi SMA swasta di Bandung, melalui uji persamaan/model struktural. Setiap persamaan menjelaskan bagaimana hubungan kausal variabel independen (Attitude towards the behavior, subjective norms, perceived behavior control) terhadap intensi sebagai mediator dan variabel dependen yaitu perilaku makan sehat.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

1. Maksud penelitian ini adalah untuk menggambarkan peran intensi sebagai mediator determinan-determinan intensi dan perilaku makan sehat pada siswa-siswi SMA Swasta di Kota Bandung.

2. Mendapatkan gambaran determinan mana yang paling berkontribusi terhadap intensi, dan seberapa kuat intensi berkontribusi terhadap Perilaku makan sehat pada siswa-siswi SMA swasta di Kota Bandung

(33)

19

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Menguji model teoretis dan hubungan struktural dari determinan

atttitude toward the behavior(ATB), subjective norms (SN), perceived behavior control (PBC) dan intention sebagai mediator terhadap Perilaku Makan Sehat (PMS).

2. Untuk mengetahui determinan manakah yang memberikan kontribusi paling besar terhadap intensi untuk berperilaku makan sehat pada siswa-siswi SMA swasta di Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antar determinan.

4. Untuk mengetahui kontribusi langsung dari perceived behavioral control terhadap perilaku makan sehat.

5. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi intensi untuk memprediksikan perilaku makan sehat siswa-siswi SMA swasta di Kota Bandung.

1.4Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoretis

(34)

20

2. Memberikan gambaran bagi para peneliti bidang ilmu psikologi yang menggunakan Theory of Planned Behavior, mengenai seberapa besar peran determinan perceived behavior control yang berkontribusi langsung terhadap perilaku makan sehat.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Temuan penelitian ini dapat menjadi informasi bagi remaja, orangtua, guru, untuk memberi perhatian pada determinan-determinan yang menentukan intensi dan perilaku makan sehat.

2. Temuan penelitian mengenai seberapa besar peran intensi dapat memprediksikan perilaku makan sehat, merupakan informasi bagi remaja, orangtua, guru maupun para peneliti ilmu psikologi untuk mengkaji lebih dalam, agar dapat digunakan untuk membangun intensi yang kuat guna menghasilkan perilaku tertentu.

(35)

139 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa simpulan berikut ini:

1. Model hipotetik dan model empirik adalah cocok (fit), yaitu intensi memiliki peran kuat sebagai mediator antar determinan intensi dan perilaku makan sehat pada siswa-siswi SMA swasta di kota Bandung. Didukung oleh uji indirect effect yaitu determinan ATB, SN, PBC membutuhkan intensi untuk makan sehat yang menghantarnya pada perilaku makan sehat.

2. Ketiga determinan (ATB ,SN, PBC) memiliki daya prediktif secara akurat terhadap intensi untuk makan sehat, meskipun derajat kepentingan masing-masing determinan beragam terhadap intensi untuk makan sehat. Kepentingan relatif dari ATB,SN,PBC tersebut sangatlah bergantung pada intensi untuk makan sehat. Seseorang dapat memegang teguh salah satu determinan intensi yang menonjol bagi dirinya daripada determinan intensi lainnya.

(36)

140

terhadap intensi untuk makan sehat. Namun bila ketiga determinan ini bergabung menjadi satu (berfusi), maka perannya terhadap intensi untuk makan sehat menjadi kuat, dimana bila satu determinan lemah, dapat ditopang oleh determinan lainnya, sehingga gabungan determinan menjadi kuat perannya terhadap itensi untuk makan sehat.

4. Intensi memiliki kontribusi kuat sekali terhadap perilaku makan sehat siswa-siswi SMA swasta di kota Bandung

5. PBC tidak memiliki kontribusi terhadap perilaku makan sehat siswa-siswi SMA.

6. Faktor jenis kelamin berpengaruh pada determinan ATB dan SN, yaitu terdapat kecenderungan perempuan memiliki ATB positif dan SN kuat, sedikit lebih dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan pada determinan PBC peran jenis kelamin tidak berpengaruh.

7. Faktor IMT berpengaruh terhadap determinan ATB,SN,PBC, yaitu kategori tubuh normal dan underweight memiliki ATB positif, SN dan PBC kuat.

(37)

141

5.2 Saran

Berikut ini akan dipaparkan saran teoretis dan saran guna laksana penelitian ini:

5.2.1 Saran Teoretis

Berdasarkan temuan dari penelitian ini disarankan kepada peneliti yang berminat untuk meneliti lebih lanjut mengenai :

1. Model hipotetik dan model empirik yang hasilnya adalah cocok(fit) pada siswa-siswi SMA swasta di kota Bandung, dapat dilakukan pada periode perkembangan lainnya, seperti pada middle adolescent atau pada masa kanak-kanak akhir.

2. Perlu mempertimbangkan konstruksi faktor lain ( selain determinan ATB,SN dan PBC) yang berpengaruh terhadap intensi untuk makan sehat, seperti Jenis kelamin, Indeks masa tubuh, latar belakang budaya responden.

Selain itu, peneliti juga memberikan beberapa saran metodologis :

(38)

142

5.2.2 SARAN GUNA LAKSANA

Beberapa saran yang dapat ditindaklanjuti oleh beberapa pihak, berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi remaja untuk memelihara dan mempertahankan perilaku makan sehat, perlu meningkatkan PBC yang lemah dengan cara mengalami makan sehat dan merasakan kegunaan dari makan sehat, maka pengalaman ini akan dapat meningkatkan keyakinan yang tinggi, yqng selanjutnya akan meningkatkan kemampuannya untuk mengontrol perilaku.

2. Perilaku makan sehat siswa-siswi yang kuat dan didukung oleh rutinitas membawa bekal makan kesekolah, kebiasaan ini perlu terus dipelihara, agar membentuk dan mempertahankan perilaku makan sehat dapat terpelihara hingga ke masa dewasa.

3. Bagi Orangtua siswa-siswi yang putra/i nya bersedia membawa bekal makanan secara rutin kesekolah, perlu terus dipelihara, dengan selalu menyediakan makanan dan bila perlu mewajibkannya, agar perilaku makan sehatnya dapat terbina hingga ke udia dewasa.

(39)

143

(40)

144

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 2005. Constructing a TpB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations, New York : Psychology Press.

____________ 1991. The Theory of Planned Behavior. Amherst.: Academic Press Inc..

____________ 2005. Attitudes, Personality and behavior. England : Open University Press McGraw Hill Education..

Ajzen, Icek & C. Timco. 1986. Correspondence Between Health Attitudes and Behavior. Journal of Basic and Applied Social Psychology. University of Massachusetts, Amherst, Hampshire, Massachusetts. (People.umass.edu/aizen/tpb.html), diunduh tanggal 16 Januari 2013. Atkinson,Rita L,Richard C Atkinson, Edward E Smith,Daryl J Bem,Susan Nolen,

1996. Hilgard’s introduction to psychology,twelfth edition, Orlando : Harcourt Brace & Company bt Ernest R Hilgard.

Bazillier , Cecile, Jean Rancois Verlhiac, Pascal Mallet & Jacques Rouesse. 2011. Predictors of Intentions to Eat Healthily in 8 – 9 Year Old Children. Canc Educ , Vol 26 : 572-576. (Online). (www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed /21494816), diunduh tanggal 2 Juni 2013

Colleen Konicki Di Iorio, Jossey. 2005. Measurement in Health Behavior, Methods for Research & Education. San Fransisco : A Wiley Imprint. (Online). (www.josseybass.com), diunduh tanggal 27 Juli 2012.

Daniloski, M.Kimberly. 2011. Adolescence Food Choice : Developing and Evaluating a Model of Parental Influence. Blackburg Virginia : Polytechnic Institute and State University.

Doll J., & Icek Ajzen. 1992. Acessibility & stability of predictors in the theory of planned behavior. Journal of personality & social psychology. Volume 63. People.(Online). (umass.edu/aizen/tpb.html), diunduh tanggal 25 Februari 2013.

Elspeth, Bell. 2010. The Psychological side of healthier eating, Lockwood drive, Silver spring, Maryland. (Online).(www.behaviortherapycenter.com, diunduh tanggal 2 Pebruari 2013 ).

(41)

145

Fila A.Stefanie, Cherry Smith. 2006. Applying the Theory of Planned Behavior to Healthy Eating Behaviors in urban native American Youth. International journal of behavioral nutrition & physical activity. Volume 3. University of Minnesota. (Online). (csmith@umn.edu). Diunduh tanggal 16 April 2013

Francis, Jillian J., Martin P Eccles., Marie Johnston., Anne Walker., Jeremy Grimshaw., Robbie Foy., Eileen F S Kaner., Liz Smith., Debbie Bonetti. 2004. Constructing Questionnaires Based on The Theory of Planned-Behavior, A Manual for Health Services Researchers. United-Kingdom: Centre for Health Services Research University of Newcastle.

Frederick J Gravetter & Larry B. Wallnau. 2009. Statistics for the Behavioral Sciences. Eighth Edition. Belmont : Wadsworth Cengage Learning. Friedenberg, Lisa, 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use.

Needham Heights, Massachusetts : Allyn & Bacon.

Giles C. David. 2002. Advanced Research Methods in Psychology. USA & Canada : Chruch Road, East Sussex.

Gravetter, Frederick J., & Larry B Wallnau. 2009. Statistic for The Behavioral Sciences. United State of America: International Student Edition, Wadsworth Cengage Learning.

Greenhej A., Bach Larsen, K. Chan, L Tsang. 2012. Using theory of planned behavior to predict healthy eating among Danish Adolescence. Denmark : Emerald group publishing limited.

Goodman, Alyson B., Hedi M Blanck., Sohyun Park., Linda Nebeling & Amy L Yaroch. 2013. Behaviors and Attitudes Associated with Low Drinking Water Intake Among US Adults, Food Attitudes and Behaviors Survey,2007. Volume 10. Centers for disease control and prevention. (Online). (http:/dx.doi.org/10.5888/pcd10.120248). diunduh tanggal 19 Juni 2013.

H, Hjemeland., Akotia C S., Owens V., Knizek B L., Schroeder R., Kinyanda E. 2008. Self Reported Suicidal Behavior and Attitudes Toward Suicide and Suicide Prevention Among Psychology Students in Ghana, Uganda and Norway. Norwegian of Science Ntnu : Department of Social Work and Health Science and Health Science..

(42)

146

Har F Joseph, et al. 2006. Multivariate data analysis, sixth edition. New Jersey, Pearson Educational International.

Ian P Albery & Marcus Munafo. 2008. Key Concepts in Health psychology. L.A : Sage Publications.

Jones & Bartleitt. 2007. Applications of Health Psychology to Eating Behaviors : Improving health through nutritional changes. Publishers LLC.

Khul J., Beckman J. 1985. From intention to Actions : A Theory of planned behavior, Action control from cognition to behavior, New York: Springer.

Kieswicans, Kristine (committeer). 2002. Healthy Eating for Life, for Woman. Physicans Committee for Responsible Medicine. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Krech, Davud, Richards S Crutchfield & Egerton L Ballachey, 1962. Individual in society. Tokyo : Mc Graw Hill – Kogakusha ltd.

Kristine, Lisa & Samuel, Ph.D. Eating, health behaviors and cognitive style,

Walden University, 2010. (Online). (www.linkedin.com/pub/dr-lisa-samuel/26/800/1b9,diunduh tanggal 25 Juli 2013).

Kvarme, Lisbeth G., Kristin Haraldstad., Selvi Helseth., Ragnhild Serum., & Gerd K Natvig. 2007. Associations Between General Self Efficacy and Health-Related Quality of Life Among 12 – 13 Years Old School-Children: A Cross Sectional Survey. (Online). BioMed central Ltd . Volume 7. (http://www.hqlo.com/content), diunduh tanggal 7 Mei 2013

Lemeshow, S. & David W.H.Jr. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan). Yogyakarta : Gadjahmada University Press. Manuel, V. 2011. The Benefits of Organic Food – For Less.

En.(wikipedia.org/wiki/Manuel_V_Pangilinan, diunduh tanggal 19 Januari 2013) .

Marisson, Val., & Paul Bennet. 2006 . An Introduction to Health Psychology. U.K: Prentice Hall. (www.amazon.co.uk).

Melina, Vesanto., John Wiley & Sons, Inc. 2002. Healthy Eating for Life to Prevent and Treat Cancer. Physicans Committee for Responsible Medicine. New York.

(43)

147

Provey, Rachel., Mark Conner., Paul Sparks., Rhiannon James., and Richard Shepherd. 2000. The Theory of Planned Behavior and Health Eating: Examining Additive and Moderating Effects of Social Influence Variables. United Kingdom: University of Leed, Institue of Food Research, Early Gate.

Redding, Colleen, Joseph S. Rossi, et al. 2000. Health Models. The International Electronics Journal of Health Education. Vol 3 (Special issue) . (Online). (http://ww.iejhe.siu.edu). diunduhtanggal 18 Mei 2013

Riduwan, & Engkos Achmad Kuncoro. 2011 Path Analysis (Analisis Jalur), Edisi ke-3. Bandung: Alfa Beta.

Santrock, John W. 2007. Adolescence, 7th edition. Dubuque Iowa : The McGraw Hill.

Shaughnessy, John J., Eugene B Zehmeister., Jeanne S Zeicmeister. 2010.

Research Methods in Psychology. Singapore : McGraw Hill International Edition.

Shepherd,R, P. Sparks, C.A Guthrie. 1995. The application of the theory of planned behavior to consumer food choice, European advances in consumer research. Flemming Hansen, Provo : Springville.

Shield, Jodie., Marry Catharine Mullen. 2002 The American Dietic Association Guide to Healthy Eating for Kids. New York: John Wiley & Sons, Inc. Siregar, Juke R., 2003. Diri pribadi (Self) dan kaitannya dengan penyesuaian diri,

telaah mengenai pengaruh antar komponen diri pribadi dan kaitannya dengan upaya menghadapi kehidupan sosial di abad 21 pada mahasiswa UNPAD, Disertasi Program Pasca Srjana UI.

Snedecor GW & Cochran WG. 1967. Statistical Methods . 6th ed. Ames, IA: Iowa State University Press.

Stallworth, Joana & Jeffrey L Lennon. 2003. An Interview with Dr Lester Breslow. Public Health, PMCID: PMC 1448054.

Taylor, Shelley E. 2006. Health Psychology, Sixth Edition. Los Angeles : McGraw Hill International Edition.

(44)

148

Turner, R.E & Ross.D. 2007. Applications of health psychology to eating behaviors : Improving health through nutritional changes, Burlington, Massachusetts : Jones & Bartlett Publishers. (Online). (www.jblearning.com).

(45)

149

DAFTAR RUJUKAN

Agung DSP. 2008. Survei trend dan perilaku remaja, snack makanan kegemaran remaja. (agungdsp.wordpress.com, diunduh tanggal 10 Maret 2013) Badan Libang Kesehatan Departermen Kesehatan Indonesia, 2001. Status Gizi

Remaja dan factor-faktor yang mempengaruhi.

(grey.litbang.depkes.go.id/gdl.php, diunduh tanggal 19 Maret 2012) Committee in Health & Behavior . 2001. Research practice & policy board on

Neuroscience & Behavioral Health : Health & Behavior, The Interplay of biological, Behavioral and Societal Influences. Washington D.C.:

National Academy Press.

detikFood-Detik.com, 2011. Manfaat buah-buahan dan sayuran. (food.detik.com, diunduh tanggal 26 Maret 2012).

detikFood-Detik.com 2011. Konsumsi lemak yang tepat dan jumlahnya penting untuk kesehatan. (food.detik.com, diunduh tanggal 28 Maret 2012). Globe Journal. 2011. Manfaat pola makan sehat menjadi lebih bugar. (Online).

(theglobejournal.com , diunduh tanggal 20 April 2012).

Mark Conner, Siobhan Hugh, Jones & Christine Berg. 2011. Using the two factor Theory of Planned Behavior to predict adolescent breakfast choice.The british Psychological Society, Medhealth (Online). (leeds.ac.uk/profile/1300/452/professor_mark_/publications, diunduh tanggal 26 juni 2012).

Paschal, Sheeran, Sarah Milne, Thomas L.Webb, Peter M.Callwitzeer. 2002.

Implementation intentions and Health behavior. NYU Psychology. (Online). (www.psych.nyu.edu, diunduh tanggal 25 Januari 2013).

Salehudin, Imam., and Bagus Adi Luthfi. 2010. Marketing Impact of Halal Labeling Towards Indonesian Muslim Consumer’s Behavioral Intention Based on Ajzen’s Planned Behavior Theory: Policy Capturing Studies on Five Different Product Categories. University of Indonesia, Asean Marketing Journal. Vol.3 No. 1, June 2011, Presented partially in the 5th International Conference on Business and management Research, Social Science Research Networks, SSRN Blog,Management University of Indonesia, http//ssm.com/abstract=1682342, diunduh tanggal 27 Maret 2013).

Sulistyowati, Ning. 2001. Status Kesehatan Remaja di Indonesia, Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan, Dep. Kes. (Online). (grey.litbang.depkes.go.id/gdl.php., diunduh tanggal 20 Maret 2012 ).

(46)

150

Siti Madanijah. “ 84,30 % Kantin Sekolah tidak layak,” Dosen Departemen Gizi dan masyarakat fakultas Ekologi Manusia, IPB, 2013, (health.kompas.com/…/2013, diunduh tanggal 21 Juli 2013)

Gambar

Tabel 1.1 Kondisi Tubuh Remaja I.M.T ( Kg/M2)
Tabel 1.2. Makanan Berlemak Makanan berlemak

Referensi

Dokumen terkait

Penekanan dari perumusan model ini telah di diatur untuk mendapatkan persamaan gerakan yang akurat yang menunjukkan aspek-aspek yang paling berpengaruh dalam kopling, khususnya

Berdasarkan hasil uji hippotesis analisis regresi linier sederhana, diperoleh hasil nilai signifikansi yang kuat yaitu 0,000 ≤ 0,01 yang berarti terdapat pengaruh

Ordinal Pemeriksaan ronsen foto bitewing Terlihat adanya radiolusen pada tulang alveolar secara mendatar. Pola kerusakan tulang vertikal Kondisi patologis yang terjadi pada

Setelah sarapan pagi di Hotel, peserta berkumpul untuk persiapan fullday tour mengunjungi dataran tinggi Minahasa,Kita awali dengan wisata ke kawasan citra land di mana

Terdapat 14 siswa diantaranya hanya dapat menjelaskan pengertian unsur dengan benar tetapi masih salah dalam mengelompokkan contoh dari unsur.. Hal ini menunjukkan bahwa

Merupakan formula / rumus excel yang berfungsi untuk mengolah data berupa teks/ analisis data teks.. Formula Excel Fungsi Date

Dengan karakteristik sistem pembelajaran jarak jauh, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Terbuka (FMIPA-UT) dapat mengambil peran yang strategis berkaitan