• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Terhadap Legalitas Paten Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Terhadap Legalitas Paten Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia di Indonesia"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Hukum (S.H) Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Oleh:

KHOLID AMINULLAH NIM: S20152059

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

NOVEMBER 2022

(2)
(3)
(4)

































Artinya: Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang di pegang.

Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain , hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Baqoroh : 282)

(5)

kehidupan penulis. Dalam mengarungi pendidikan di UIN KHAS Jember, suka duka kehidupan kampus hamper semua penulis sudah rasakan. Seakan kering sudah keringat dan air mata. Dengan rasa syukur yang mendalam.

Kupersembahkan bagi mereka yang tetap berada di ruang dan waktu kehidupan penulis. Khususnya teruntuk :

1. Kedua orang tua yang tidak pernah berhenti mendoakan dan mendidik sejak dalam kandungan hingga sekarang, Bapak Thoha dan (Alm) Ibu Jamilah;

2. Luluk Irfani adik sekaligus saudara kandung yang senantiasa selalu mendoakan dan menjadi penyemangat;

3. Keluarga besar dan saudara-saudara yang telah memotivasi dan men support penulis dalam jenjang pendidikan sarjana di UIN KHAS Jember;

4. Para guru, dosen, baik di internal maupun eksternal instansi kampus. Mereka yang telah berjasa memberi cahaya-cahaya keilmuan kepada penulis;

5. Semua rekan-rekan seperjuangan di Muamalah 02 (MU-02), canda tawa kalian akan selalu penulis kenang

(6)

kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam pengawasan pemilik benda, dalam ketentuan undang-undang fidusia saat ini hak paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia, apabila di tengah perjalanan proses kredit yang menggunakan hak paten sebagai jaminan fidusia wanprestasi, bagaimanakah eksekusi paten tersebut yang dijadikan objek jaminan fidusia.

Fokus kajian ini adalah 1. Apakah hak paten dapat dijadikan objek jaminan fidusia ? 2) Bagaimana pengaturan pendaftaran hak paten sebagai objek jaminan fidusia? 2. Bagaimana eksekusi hak paten sebagai objek jaminan fidusia?

Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk menganalisis hak paten yang dijadikan objek jaminan fidusia 2. Untuk menganalisis pengaturan pendaftaran hak paten sebagai objek jaminan Fidusia. 2. Untuk menganalisis eksekusi hak paten sebagai objek jaminan fidusia.

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian normative.penelitian normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka dan menggunakan teknik triangulasi, Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Undang-Undang, pendekatan kasus dan pendekatan konseptual.

Hasil penelitian 1) Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak. Berkaitan dengan hal tersebut apabila dikaitkan dengan hak paten yang merupakan salah satu bagian dari ruang lingkup hak kekayaan intelektual yang merupakan benda bergerak yang tidak berwujud sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 59 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016, maka hak paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia. 2) Pendaftaran paten secara singkat ialah: permohonan paten, pengumuman permohonan paten yang telah memenuhi syarat dan ketentuan oleh pemerintah, pemeriksaan substantif oleh pemeriksa, persetujuan atau penolakan permohonan, keputusan persetujuan atau penolakan permohonan, pemberian sertifikat paten. Sertifikat paten merupakan bukti atas hak paten. Perlindungan paten dibuktikan dengan dikeluarkannya sertifikat paten.

Oleh karena itu sertifikat paten memiliki perlindungan hukum yang diberikan oleh negara kepada pemegangnya. 3) Eksekusi hak paten sebagai jaminan fidusia saat debitur wanprestasi melaksanakan kewajibannya yaitu melalui pengalihan hak paten secara perjanjian tertulis. Pengalihan dengan perjanjian tertulis tersebut sebaiknya dituangkan dalam bentuk akta notaris, karena begitu luasnya aspek yang dibuka oleh undang-undang yang perlu pengaturannya secara rinci misalnya kepemilikan paten karena pembubaran badan hukum yang semula Pemegang Paten.

(7)

satu syarat menyelesaikan program sarjana dapat terselesaikan dengan lancar.

Shalawat dan salam semoga tetap mengalir kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa seluruh agama untuk menyempurnakan akhlak manusia dan rahmatan lil „alamin.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari akan keterbatasan pengalaman. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena banyak mengalami hambatan yang sangat berarti. Tetapi semua itu peneliti katakan adalah suatu proses menuju kesempurnaan yang lebih baik. Oleh sebab itu, segala kesalahan dan kekeliruan semua atas tanggung jawab peneliti.

Peneliti bersyukur karena mendapat dukungan dari banyak pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, sudah selayaknya peneliti menyampaikan terimakasih kepada:

1. Keluarga tercinta, teruntuk kedua orang tua saya, yakni bapak Thoha dan Alm ibu Jamilah, yang menjadi motivasi terbesar dalam hidup, segala pengorbanan, nasihat dan do‟a baik yang tidak pernah putus, keringat dan semangat yang tak ternilai, semoga ini dapat menjadi langkah awal untuk membuat bapak dan ibuk bahagia, terimakasih untuk kasih sayangmu yang tak terhingga.

2. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Shiddiq Jember.

(8)

Syariah UIN KHAS Jember.

5. Dengan penuh kesabaran, menyelesaikan Skripsi jelas bukanlah momen yang mudah untuk dapat saya saya lalui. Kepada Bapak Abdul Jabbar, S.H.,M.H, selaku dosen pembimbing, saya ucapkan banyak terima kasih atas segala arahan, kritikan, nasehat yang bermanfaat, waktu luang yang telah diberikan.

6. Skripsi ini saya persembahkan kepada Almamater saya Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri KH Ahmad Shiddiq Jember

7. Skripsi ini saya persembahkan juga untuk keluarga besar, teman dan sahabat dekat yang berpartisipasi dalam memberikan inspirasi, dorongan, dan dukungan, yang selalu mengantar saya kemanapun untuk kepentingan Skripsi. Terima kasih sudah menjadi teman baikku.

Jember, 01 Januari 2022

Penulis

(9)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Kajian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... . 6

D. Manfaat Penelitian ... . 6

E. Definisi Istilah. ... . 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 20

1. Tinjaun Umum Tentang Jaminan Fidusia ... 20

a. Sifat Jaminan Fidusia ... 20

b. Ruang Lingkup Jaminan ... 22

(10)

g. Fidusia Ulang ... 34

h. Perlindungan Terhadap Pihak Ketiga ... 35

i. Pengalihan dan Hapusnya Jaminan Fidusia ... 36

j. Eksekusi Jaminan Fidusia ... 40

2. Pandangan Umum Tentang Paten ... 45

a. Definisi Paten ... 45

b. Syarat-Syarat Paten ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Pendekatan Penelitian ... 52

C. Sumber Bahan Hukum ... 53

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 54

E. Analisis Bahan Hukum ... 54

F. Keabsahan Bahan Hukum ... 55

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 56

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... .. 58

A. Hak Paten Yang Dijadikan Objek Jaminan Fidusia ... .. 58

B. Pengaturan Pendaftaran Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Fidusia ... .. 64

C. Eksekusi Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Fidusia ... 68

(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi maka membuat kehidupan masyarakat turut berkembang. Terdapat beberapa faktor yang dinilai berkembang kehidupan masyarakat seperti bidang sosial, budaya dan ekonomi.

Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat maka akan semakin bertambah pula kebutuhan atas barang dan jasa. Untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 maka diperlukan suatu pembangunan ekonomi sebagai dari pembangunan nasional.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhann manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari maka akan meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan. Untuk meningkatkan taraf kesejahtraan, meningkatkan roda perekonomian serta meningkatkan meningkatkan kegiatan pembangunan ekonomi, maka keperlua akan dana tersebut sangat dibutuhkan. Dalam kegiatan ekonomi masyarakat, kebutuhan terhadap pendanaan sebagian besar dana tersebut diproleh dengan melalui kegiatan pinjam meminjam.1

Antara kegiatan usaha dengan kegiatan ekonomi memiliki hubungan yang erat dengan perkreditan. Baik perorangan maupun perusahaan sering kali mengalami kesulitan modal atau dana dalam melaksanakan usahanya yang membutuhkan biaya yang cukup besar. Dalam memperoleh dana tersebut terdapat berbagai macam cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat, salah

1 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha,( Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 66

(13)

satunya dengan cara kegiatan pinjam-meminjam dalam bentuk penjaminan barang guna mendapatkan pembiayaan diantaranya yaitu melalui jaminan fidusia. Jaminan fidusia merupakan produk pembiayaan yang sedang berkembang pesat saat ini di kehidupan masyarakat.

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.2 Sedangkan Jaminan Fidusia adala hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebgaiman yang dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. 3

Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi. Bentuk jaminan ini digunakan secara luas dalam atraksi pinjam-meminjam karena proses pembebanannya dianggap sederhana,mudah, dan cepat. Lembaga jaminan fidusia memungkinkan kepada para pemberi fidusia untuk menguasai brnda yang dijaminkan, untuk melakukan kegiatan usaha yang di biayai dari pinjaman dengan menggunakan jaminan fidusia.4

2 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

3 Setneg RI, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.

(14)

Pada awalanya, benda yang menjadi objek jaminan fidusia terbatas pada kekayaan benda bergerak yang berwujud dalam bentuk benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan (Inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesi, dan kendaraan bermotor.5 Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, tidak hanya benda bergerak saja yang dapat dijadikan objek jaminan fidusia, benda bergerak yang tak berwujud, maupun benda tak bergerak saat ini dapat menjadi objek jaminan fidusia.

Benda bergerak tidak berwujud yang dapat dijadikan sebagai jaminan, salah satunya ialah hak paten yang terdapat dalam ruang lingkup Hak Kekayaan Intelektual. Hak Paten saat ini tidak dapat dijadikan sebagai agunan kredit, karena belum ada peraturan hukum yang mengaturnya. Namun mulai terdapat jalan keluar, sejak munculnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten sebagaimana undang-undang ini merupaka perubahan dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001.

Penggantian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten menjadi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 merupakan suatu upaya pemerintah untuk mewujudkan kemandiriran ekonomi dengan menggerakkan sektor ekonomi. Paten merupaka hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang tekhnologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut untuk memberikan persetujuan

5 Guse Prayudi, Jaminan Dalam Perjanjian Utang Piutang, (Yogyakarta:Merkid Press, 2008), 68.

(15)

kepada pihak lain untuk melaksanakannya.6 Ruang lingkup perlindungan paten adalah tekhnologi yang dapat diterapkan dalam proses perindustrian.

Paten memiliki jangka waktu tertentu dalam perlindungannnya, hal ini agar pemegang paten atau inventor mendapat manfaat ekonomi yang layak atas hasil invensinya. Sebagai gantinya pemegang paten harus mempublikasikan invensinya saat berakhirnya perlindungan paten agar invensinya tersebut dapat diketahui khalayak umum. Berkaitan dengan manfaat ekonomi tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa hak paten atas paten dapat menjadi objek jaminan.

Mengenai tinggi rendahnya nilai ekonomi dari hak paten, hal itu di pengaruhi ole penegakan hukum hak paten dalam suatu negara dan ketetapan perlindungan hak paten dalam suatu negara.

Berkaitan dengan hak atas paten yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia tentunya memiiki nilai ekonomis. Hal ini merupakan karakteristik suatu benda yang digunakan sebagai objek jaminan utang adalah benda yang mempunyai nilai ekonomis dalam artian apabila suatu saat debitur tidak dapat melunasi hutangnya maka benda tersebut dapat menutup utang.

Lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang memungkinkan dibebankan pada hak atas paten sebagai objek jaminan utang karena objek fidusia adalah benda bergerak. Namun dilain pihak akan terdapat perbedaan yang pada mulanya objek jaminan fidusia adalah benda bergerak berwujud, sedangkan hak atas paten adalah benda bergerak tidak berwujud.

(16)

Hak paten juga memiliki jangka waktu tertentu dalam pemberian perlindungannya. Hak paten diberikan jangka waktu perlindungan hanya selama dua puluh tahun terhitung selama sejak tanggal penerimaan. Apabila hak paten tersebut dijadikan sebagai objek jaminan fidusia, maka akan terdapat permasalahan hukum yang menyertainya, diantaranya adalah apakah di Indonesia secara legalitas hak paten benar-benar dapat dijadikan objek jaminan fidusia seperti jaminan yang lain, lalu bagaimana pendaftarannya serta masalah hukum terakhir adalah bagaimana apabila terjadi wanprestasi dari kreditur pemegang hak paten, bagaimana eksekusi jaminan hak paten tersebut.

Permasalahan hukum tersebut merupakan kegelisahan akademik peneliti yang hendak dijawab dalam bentuk naskah akademik yang berbentuk skripsi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul “Analisis Terhadap Legalitas Paten Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia Di Indonesia”.

B. Fokus Kajian

Dari uraian latar belakang di atas. Permasalahan yang akan diteliti agar menjadi lebih jelas dan mencapai tujuan yang diinginkan. Maka perlu disusun fokus kajian. Fokus kajian harus disusun secara singkat, jelas dan tegas, Spesifik dan operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. 7 Adapun hal-hal yang menjadi fokus kajian antara lain:

7 Tim penyusun Institut Agama Islam Negeri Jember. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember:

UIN KHAS Jember Press. 2021). 51.

(17)

1. Apakah hak paten dapat dijadikan objek jaminan fidusia?

2. Bagaimana pengaturan pendaftaran hak paten sebagai objek jaminan fidusia?

3. Bagaimana eksekusi hak paten sebagai objek jaminan fidusia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu pada masalah- masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.8 Tujuan penelitian secara umum ialah untuk menemukan, untuk mengem bangkan, maupun koreksi terhadap atau menguji kebenaran ilmu pengetahuan yang telah ada.9 Sesuai dengan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini meliputi:

1. Untuk menganalisis hak paten yang di jadikan objek jaminan Fidusia;

2. Untuk menganalisis pengaturan pendaftaran hak paten sebagai objek jaminan fidusia;

3. Untuk menganalisis eksekusi hak paten sebagai objek jaminan fidusia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat, serta kegunaan penelitian harus realistis.10

8 Tim, Pedoman, 51.

9 Moh. Kasiram, Metode Penelitian; Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 8-10.

(18)

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dalam mengembangkan disiplin keilmuan hukum ekonomi syari‟ah, perihal aspek hukum legalitas hak paten sebagai objek jaminan fidusia;

b. Dapat bermanfaat dalam hal mengadakan penelitian yang sejenis berikutnya, disamping itu sebagai referensi penelitian lain sesuai dengan bidang penelitian peneliti.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran ataupun bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait, guna memberikan jawaban atas masalah yang dijadikan bahan penlitian.

a. Bagi Peneliti

1) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan baik secara praktis maupun teoritis dalam bidang hukum ekonomi syariah, lebih khusus dalam masalah legalitas hak paten sebagai objek jaminan fidusia;

2) Dapat menambah pengalaman tentang penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah sebagai bekal untuk mengadakan penelitian yang akan datang.

b. Bagi Lembaga UIN Jember

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan literature bagi lembaga UIN Jember, khususnya mahasiswa yang ingin mengembangkan kajian ilmu hukum ekonomi syari‟ah;

(19)

2) Menambah perbendaharaan hasil penelitian perpustakaan UIN Jember khususnya Fakultas Syariah, program studi hukum ekonomi syariah.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul peneliti. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpaaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.11 Dari judul penelitian-penelitian “Eksekusi Paten Sebagai Objek Jaminan Fidusia Perspektif Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten Dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia”, hal-hal yang perlu dijelaskan terlebih dahulu adalah sebagai berikut:

1. Paten

Hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.12 2. Fidusia

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda, berdasrkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan Fidusia. 13

11 Tim, Pedoman, 45.

12 Sentosa Sembiring, Hukum Dagang (Jakarta: PT Citra Aditya Bakti, 2015), 210.

(20)

3. Jaminan

Jaminan adalah suatu perikatan antara kreditur dengan debitur, dimana debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang si debitur.14 Jaminan adalah aset pihak peminjaman yang dijanjikan kepada pemberi pinjaman jika peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut.

Jaminan merupakan salah satu unsur dalam analisis pembiayaan.

4. Eksekusi

Eksekusi adalah upaya dari pihak yang dimenangkan dalam putusan guna mendapatkan yang menjadi haknya dengan bantuan kekuatan umum (polisi, milter) guna memaksa pihak yang di kalahkan untuk melaksanakan bunyi putusan. 15

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskriptif alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir atau yang kemudian dilanjutkan dengan bab I yang merupakan pendahuluan hingga sampai bab VI yang merupakan bagian penutup.16 Dalam skripsi, sistematika pembahasan merupakan gambaran singkat dan urutan antar bab dari penulisan skripsi yang dirumuskan secara berurutan dari bab per bab. Dengan tujuan agar pembaca dapat lebih mudah dan cepat dalam memahami skripsi ini.

14 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, 75.

15 Subekti, Hukum Acara, 128.

16 Tim, Pedoman, 48.

(21)

Bab I berisi tentang pendahuluan. Pada bab ini memberikan gambaran singkat mengenai keseluruhan pebahasan untuk dituangkan pada bab-bab selanjutnya. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, fokus kajian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II mendeskripsikan tentang penelitian terdahulu dan kajian teori yang digunakan untuk menganalisa masalah yang sedang diteliti, dalam hal ini tentang “Analisis Terhadap Legalitas Paten Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia Di Indonesia”. Dalam kajian teoori, aka dibahas secara sistematis dan komprehensif mengenai teori tentang paten dan jaminan fidusia.

Bab III memuat pembahasan metode penelitian, yang menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis seperti jenis penelitian, pendekatan,tekhnik pengumpulan data dan sumberr bahan hukum.

Bab IV memuat pembahasan hasil penelitian dan analisis yang peneliti telah lakukan tentang Analisis Terhadap Legalitas Paten Sebagai Objek Perjanjian Jaminan Fidusia Di Indonesia.

Bab V merupakan bagian akhir atau bab penutup dari penulisan karya ilmiah yang berisi kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan ini di Tarik dari keseluruhan pembahasan yang terkait dengan fokus dan tujuan penelitian.

Sedangkan sebagian akhir dari penelitian ini ditutup dengan rekomendasi- rekomendasi yang ditujukan kepada regulator sebagai bahan –bahan pertimbangan untuk memutuskan sebuah aturan yang berseumber dari temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan akhir hasil penelitian.

(22)

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tersebut bermaksud untuk mengetahui sejauh mana keaslian dan posisinya dengan perbandingan penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang diangkat oleh peneliti saat ini adalah:

1. Widy Mayunita (2017) dengan judul “Implementasi Pemberian Jaminan Fidusia Terhadap Debitur Kredit Macet pada PT Bank Mandiri, Tbk Area Kisaman Tangerang” 17. Berdasarkan penelitian tersebut, Widy menyimpulkan beberapa hal yang menjadi hasil penelitiannya yaitu: Widy Mayunita, implementasi Pemberian Jaminan Fidusia Tehadap Debitur Kredit Macet Pada PT Bank Mandiri, Tbk Area Kisamaun Tangerang Konsentrasi Hukum Bisnis Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019. Skripsi merupakan hasil penelitian yang menggambarka tentang bagaimana debitur telah melakukan pinjaman kredit kepada bank mandiri akan tetapi debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya/melunasi. Namun dipertengahan angsuran debitur mengelami kredit macet sehingga tidak bisa membayar hingga waktu yang di tentukan dan di sebabkan karena debitur telah di PHK, dengan alasan

17 Widy Mayunita, “Implementasi Pemberian Jaminan Fidusia Terhadap Debitur Kreditur Macet pada PT Bank Mandiri, Tbk Area Kisaman Tangerang” (Skripsi: Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta 2019)

(23)

tersebut bank melakukan upaya penyelesaian dengan cara restrukturisasi kredit. Bank mandiri memberikan kelonggaran waktu terhadap debitur untuk membayar hutangnya. Meskipun status debitur macet, tetapi tetap diberikan jaminan fidusia oleh pihak kreditur/bank. Peneliti ini menggunakan metode pendekatan undang-undang, dapat disebut juga statue approach. Dengan cara yuridis normatif. Penulis menggunakan pengumpulan data Riset kepustakaan (Library Research) yaitu tekhnik penelitian yang didasarkan pada bidang kepustakan, dengan memandang hukum sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat, yang kemudian didukung dengan data-data.

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpilannya bahwa pemberian kredit dengan jaminan fidusia kepada debitur yang bermasalah atau kredit macet dapat diberikan dengan dilakukan prosedur khusus menggunakan analisa dalam pemberian pinjaman kredit. Adapun permasalah yang terjadi dalam praktek dengan jaminan di bank mandiri sebagai berikut: pertama, telah berpindahnya objek jaminan fidusia kepada pihak lain; kedua, penyusutan kepada objek jaminan; ketiga, sulitnya mengeksekusi objek yang menjadi jaminan fidusia. Kreditur dan debitur memiliki hak dan kewajiban yang harus dijalankan pada saat Wanprestasi.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukakan peneliti, sama-sama membahas tentang jaminan fidusia, adapun perbedaannya adalah penelitian tersebut menjelaskan tentang debitur

(24)

kredit macet, sedangkan penelitian yang dilakukakn peneliti membahas tentang legalitas paten yang dijadikan objek jaminan fidusia

2. MAY LAYLATUL ISTIQOMAH (2020) dengan judul “Penyelesaian Sengketa Jaminan Fidusia Perspektif Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Di Pt.Bank Pembiyaan Rakyat Syariah Metro Madani Kota Metro”18. Berdasarakan penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan beberapa hal yang menjadi hasil penelitiannya yaitu: Menurut Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia ini disebut juga dengan istilah penyerahan hak milik secara kepercayaan, dari debitur kepada kreditur. Penyerahan hak milik secara kepercayaan dalam fidusia ini disebut dengan penyerahan dengan melanjutkan penguasaannya.

Kontruksi Fidusia adalah penyerahan hak milik atas barang-barang debitur kepda kreditur sedang penguasaan fisik atas barang-barang itu tetap pada debitur dengan syarat bahwa bilamana debitur melunasi hutangnya, maka kreditur harus mengembalikan hak milik atas barang-barang itu kepada debitor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam dan mengetahui Penyelesaian Sengketa Jaminan Fidusia Perspektif Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah di PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Metro Madani Kota Metro. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara (interview) terhadap Direktur dan Fund/Landing PT.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Metro Madani Kota Metro.

18 May Laylatul Istiqomah, “Penyelesaian Sengketa Jaminan Fidusia Perspektif Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Di PT.Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Metro Madani Kota Metro” (Skripsi:

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, Metro 2020)

(25)

Dokumentasi yang digunakan berupa dokumen yang berasal dari dokumentasi profil dan dokumen mengenai jaminan fidusia. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan cara berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan kongkrit kemudian dari fakta yang khusus dan kongkrit tersebut di tarik secara generalisasi yang mempunyai sifat umum. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa jaminan fidusia di PT.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Metro Madani Kota Metro memilih jalan penyelesaian sengketa melalui musyawarah mufakat. Pada praktiknya ketika debitur melakukan kredit macet, pihak PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Metro Madani Kota Metro dapat melaksanakan eksekusi atas dasar kesepakatan. Eksekusi yang dilakukan dengan cara: Pertama, dilakukan dengan somasi sebanyak tiga kali. Kedua, eksekusi langsung secara penjualan di bawah tangan atas benda yang menjadi obyek jaminan fidusia tanpa melalui gugatan ke Pengadilan Negeri. Ketiga, eksekusi langsung lewat pelelangan umum, dimana hasil pelelangan tersebut diambil untuk melunasi pembayaran piutang- piutangnya. Eksekusi langsung lewat pelelangan umum ini dapat dilakukan tanpa melibatkan pengadilan. Jika dengan cara penjualan di bawah tangan tersebut tercapai harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. Maka penyelesaian sengketa jaminan fidusia sudah relevan dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Adapun perbedaannya peneliti menjelaskan tentang penyelesaian sengketa jaminan fidusia sedang

(26)

penelitian yang dilakukan peneliti membahas tentang legalitas paten sebagai objek jaminan fidusia, penelitian ini sama sama membahas tentang jaminan fidusia.

3. Izmed Bayu Hastardi (2017) dengan judul “Pelaksanaan Pendaftaran Paten Oleh UMKM Di Dinas Koperasi, UM, Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Semarang”19. Berdasarkan penelitian tersebut, Izmed menyimpulkan beberapa hal yang menjadi hasil penelitiannya yaitu:

Sejauh ini terdapat beberapa UMKM yang menghasilkan temuan-temuan atau invensi yaitu dari Mitra Unit Pelayanan Logam Kabupaten Semarang, antara lain: Teguh Jaya Teknik, Megatama Teknik, UD. Aryani, Karya Hasta Teknik dan berhasil menghasilkan teknologi baik itu alat industri, alat pertanian maupun alat rumah tangga seperti Mesin Penggiling Kopi, Mesin Pemarut Kelapa, Mesin Pemeras Santan, Mesin Pelipat, Mesin Potong, dll. Dari sekian banyak temuan yang dihasilkan dari UMKM Mitra Unit Pelayanan Logam Kabupaten Semarang namun belum ada yang didaftarkan paten. Untuk itu dalam skripsi ini perlu dipahami bagaimana pelaksanaan pendaftaran paten oleh UMKM di Disperindag Kabupaten Semarang dan apa saja kendala yang dialami oleh UMKM? Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari kehidupan masyarakat dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

19 Izmed Bayu Hastardi, “Pelaksanaan Pendaftaran Paten Oleh UMKM di Dinas Koperasi, UM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang” (Universitas Negeri Semarang, Semarang 2017)

(27)

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui: (1) UMKM binaan dapat mengajukan permohonan patennya melalui Disperindag Kabupaten dahulu agar lebih mudah. Permohonan tersebut akan lebih mudah karena penemu dibantu dalam penyusunan permohonan. (2) Kendala yang dialami oleh UMKM dalam pelaksanaan pendaftaran paten dibagi menjadi 2, yaitu kendala dalam aspek peran pemerintah dan kendala dalam aspek masyarakat secara langsung. Kendala dari aspek pemerintah adalah belum adanya program kerja dan bantuan secara materil mengenai pendaftaran paten, kendala dari aspek masyarakat secara langsung yaitu pelaku usaha tidak memiliki inisiatif / tidak mau mendaftarkan temuannya. Simpulan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa: UMKM yang menjadi binaan Pemerintah Daerah dalam hal ini Disperindag Kabupaten Semarang, dalam mengajukan permohonan patennya dapat melalui 2 cara, yaitu non elektronik dan elektronik. Pengajuan permohonan melalui non-elektronik dapat dilakukan secara mandiri oleh inventor dan untuk UMKM binaan dapat dibantu oleh Pemerintah Kabupaten dahulu agar lebih mudah.

Namun dalam pelaksanaan pendaftaran paten terdapat kendala, yaitu kendala dalam aspek peran pemerintah dan kendala dalam aspek masyarakat secara langsung. Pemerintah sebaiknya membuat sebuah program kerja tahunan, baik melakukan sosialisasi, penyuluhan maupun pelatihan kepada para pelaku usaha terkait paten, dan memfasilitasi para inventor dan pelaku usaha sebaiknya berperan lebih aktif, lebih inisiatif untuk mendaftarkan penemuannya. Persamaan dari penelitian ini sama-

(28)

sama membahas tentang oaten adapun perbedaannya peneliti membahas tentang pelaksanaan pendaftaran paten oleh UMKM di Dinas Koperasi sedangkan peneliti meneliti tentang legalitas paten sebagai objek jaminan fidusia.

4. Muhammad Zikri dengan judul “Perlindungan Hukum Hak Paten Terhadap Invensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten”20 berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan beberapa hal yang menjadi hasil penelitiannya yaitu: Kepemilikan hak paten khususnya untuk invensi yang dihasilkan oleh UMKM Indonesia, dapat membantu meningkatkan daya saing UMKM melalui riset dan pengembangan produk baru. Selain dalam rangka untuk peningkatan daya saing, penggunaan paten juga akan meningkatkan nilai jual serta secara tidak langsung berpotensi untuk mengembangkan produksi dari UMKM itu sendiri dan tetap kompetitif dalam pasar domestik serta pasar ekspor.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaturan hukum mengenai hak paten di Indonesia, bagaimana bentuk invensi UMKM sebagai subjek pemberian hak paten, bagaimana perlindungan hukum terhadap invensi UMKM Ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten. Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data dikumpulkan melalui studi pustaka

20 Muhammad Zikri, “Perlindungan Hukum Hak Paten Terhadap Invensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten”

(Skripsi: Universitas Sumatera Utara, Medan 2017)

(29)

(library research) dan penelitian lapangan (field research), serta dianalisis secara normatif-kualitatif. Perlindungan hukum terhadap invensi UMKM dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendaftarkan invensi tersebut untuk memperoleh kekuatan secara hukum. Dalam hal ini Dinas/Instansi/Organisasi Masyarakat membantu dengan memfasilitasi para UMKM dalam hal sosialisasi dan bantuan pendaftaran paten.

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 tentang Paten memberikan penyempurnakan undang-undang terdahulu terutama perihal upaya perlindungan secara preventif yaitu prosedur pendaftaran dan biaya pendaftaran. Sistem pendaftaran berbasis online (e-filing) sangat efektif dan efisien untuk meningkatkan jumlah permohonan dalam negeri dan meningkatkan perlindungan paten di tanah air mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan, dengan kondisi geografis yang luas dan terpencar. Selain itu biaya pendaftaran paten oleh inventor yang berasal dari UMKM ditetapkan lebih murah dibandingkan dengan pemohon dari kalangan umum sangat potensial bagi UMKM untuk mendaftarkan invensinya. Adapun perbedaannya peneliti membahas tentang perlindungan hukum, persamaan peneliti meneliti tentang hak paten.

5. Nur Annisa Syuaib (2018) dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Dala Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia

(30)

Dalam Hal Terjadi Pengalihan Objek Jaminan Tanpa Sepengetahuan Kreditor”21

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap kreditor dalam perjanjian kredit dengan aminan fidusia dalam hal terjadi pengalihan objek jaminan tanpa sepengetahuan kreditor apabila kreditor tidak melakukan pendaftaran jamian fidusia. Dalam upaya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap kreditor yang terjadi di Bank BNI Wilayah Makassar dalam hal pengalihan objek jaminan fidusia tanpa sepengetahuan kreditor maka metode pendekatan mengunakan pendekatan empiris yaitu dimana dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Makassar. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada, bahwa pelaksanaan perlindungan hukum terhadap kreditor dalam hal ini PT.

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Makassar tidak bisa terlaksana karena kreditor dalam hal ini PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Makassar tidak memiliki sertipikat jaminan fidusia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia.

Ketiadaan setipikat jaminan fidusia menggugurkan hak kreditor untuk memperoleh perlindungan hukum dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia ketika debitor melakukan wanpretasi dalam hal ini debitor melakukan

21 Nur Annisa Syuaib, “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Dalam Hal Terjadi Pengalihan Onjek Jaminan Tanpa Sepengetahuan Kreditor”

(Skripsi: Universitas Hasanuddin, 2018)

(31)

pengalihan jaminan fidusia. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Makassar dalam menyelesaikan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang dialihkan tanpa adanya sertifikat jaminan fidusia ketika debitor wanprestasi adalah melalui tindakan perdata, hal ini didasarkan karena perjanjian kredit dengan jaminan fidusia adalah perjanjian individu maka kreditor dalam hal ini PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Makassar melakukan proses eksekusi dengan cara mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri.

Adapun perbedaannya penelitian ini membahas tentang perlindungan hukum terhadap kreditor dalam perjanjian kredit, adapun persamaan dalam penelitian ini peneliti sama-sama membahas tentang jaminan fidusia.

B. Kajian Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Fidusia a. Sifat Jaminan Fidusia

Ketentuan Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang

(32)

tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.22

Ini berarti Undang-Undang Jaminan Fidusia secara tegas menyatakan Jaminan Fidusia adalah agunan atas kebendaan atau jamian kebendaan (zakelikje zekerheid, security right in em ) yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima Fidusia, yaitu hak yang didahulukan kepada kreditor lainnya. Hak ini tidak hapus karena adanya kepailitan dan atau likuidasi Pemberi Fidusia (Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Jaminan Fidusia).23

Dengan demikian tidak ada alas an untuk menyatakan bahwa Jaminan Fidusia hanya merupakan perjanjian obligator yang melahirkan hak yang bersifat persoonlijk (perorangan) bagi kreditor.

Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia juga secara tegas menyatakan bahwa Jaminan Fidusia merupakan perjanjian assesoir dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai dengan uang. Sebagai suatu perjanjian assesoir, perjanjian jaminan fidusia memiliki sifat sebgai berikut:

a.Sifat ketergantungan terhadap suatu pokok;

b.Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok;

22 D.Y. Witanto, Hukum Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen, Bandung : CV. Mandar Maju, 2015. 28

23 D.Y. Witanto, Hukum Jaminan, 30.

(33)

c.Sebagi perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang di syaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi.

b. Ruang Lingkup Fidusia 1) Hakikat Jaminan Fidusia

Dari definisi Fidusia yang diberikan Undang-Undang jaminan Fidusia dapat kita katakan bahwa dalam Jaminan Fidusia terjadi pengalihan hak kepemilikan. Pengalihan itu terjadi atas dasar kepercayaan dengan janji benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.24

Pengalihan hak kepemilikan tersebut dilakukan dengan cara constitutum possessorium (verklaring van houderschap. Ini berarti pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda dengan melanjutkan penguasaan atas benda tersebut dimaksud untuk kepentingan Penerima Fidusia. Bentuk pengalihan seperti ini sebenarnya sudah dikenal luas sejak abad pertengahan di Perancis.25

Apakah pengalihan seperti sama dengan pengalihan hak miliksebagaimana dimaksud Pasal 584 jo. Pasal 612 ayat 1 Kitab Indang-Uundang Perdata? Jika kita perhatikan bunyi pasal 584 jo pasal 612 ayat 1 Kitab Undang-Undang Perdata, jelas pengalihan

24 H. Martin Roestamy, Hukum Jaminan Fidusia, Jakarta : PT. Percetakan Penebar Swadaya, 2009. 40

(34)

secara constitutum possessorium tersebut berbeda. Pasal 584 Kitab Undang-Undang Perdata menyatakan bahwa:

“hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapa diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pendakuan (pemilikan, karena perlekatan, karena kadaluwarsa, karena pewarisan-pewarisan, baik menurut undang- undang, maupun menurut surat wasiat, dan karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.”

Sedangkan bunyi Pasal 62 ayat (1) adalah sebagai berikut:

“penyerahan kebendaan bergerak, tercekuali yang tak bertubuh dilakukan dengan oenyerahan yang nyataakan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan, dalam mana kebendaan itu berbeda”.

Dalam Jaminan Fidusia pengalihan hak kepemilikan dimaksudkan semata-mata sebagai jaminan bagi pelunasan utang, bukan untuk seterusnya dimiliki oleh Penerima Fidusia. Ini merupakan inti dari pengertian Jminan Fidusia yang dimaksud dalam pasal 33 Undanu-Undang Jaminan Fidusia setiap janji yang memberikan kewenangan kepada penerima Fidusia untuk memiliki benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia, apabila debitor cidera janji, akan batal demi hukum.26

c. Pembebanan Jaminan Fidusia

Pembebanan kebendaan dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta

26 H. Martin Roestamy, Hukum, 47.

(35)

Jaminan Fidusia. (Pasal 5 ayat (1) UU Jaminan Fidusia). Dalam akta Jaminan Fidusia tersebut selain dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan mengenai waktu (jam) pembuatan akta tersebut. Akta Jaminan Fidusia sekurang-kurangnya memuat:

1) Identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia;

Identitas tersebut meliputi nama lengkap, agama, tempattinggal, atau tempat kedudukan dan tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, dan pekerjaan.

2) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia, yaitu mengenai macam perjanjian dan utang yang dijamin dengan fidusia.

3) Uraian mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia cukup dilakukan dengan mengidentifikasikan Benda tersebut, dan dijelaskan mengenai surat bukti kepemilikannya.

Dalam hal Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia merupkan benda dalam persediaan (inventori) yang selalu berubah-ubah dan atau tidak tetap, seperti sto bahan buku, barang jadi, atau portofolio perusahaan efek, maka dalam akta Jaminan Fidusia dicantumkan uraian mengenai jenis, merek, kualitas dan Benda tersebut.

4) nilai penjamin; dan

5) nilai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

Sebagai undang-undang yang baru di”introduksi” Undang- Undang Jaminan Fidusia memberikan kelonggaran dalam bentuk

(36)

beberapa pengecualian terhadap ketentuan tersebut, sebagai bagian dari ketentuan peralihan Undang-Undang Jaminan Fidusia terhadap perjanjian jaminan fidusia yang telah ada sebelum berlakuknya Undang-Undang Jaminan Fidusia ini.27

Sejalan dengan ketentuan yang mengatur mengenai hipotek dan Undang-Undang Hak Tanggungan, maka akta Jaminan Fidusia juga harus dibuat oleh dan atau dihadapan pejabat yang berwenang.

Pasal 1870 Kitab Undnag-Undang Perdata menyatakan bahwa akta notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang memuat didalamnya di antara para pihak beserta para ahli warisnya atau para pengganti haknya. Itulah mengapa sebabnya Undang-Undang Jaminan Fidusia menetapkan perjanjian fidusia harus dibuat dengan akta notaris. Apalagi mengingat objek Jaminan Fidusiapada umumnya adalah barang bergerakyang tidak terdaftar, maka sudah sewajarnya bentuk akta otentiklah yang dianggap paling dapat menjamin kepastian hukum berkenaan dengan objek Jaminan Fidusia.28

Mengenai besarnya biaya pembuatan akta Jaminan Fidusia ini masih harus menunggu peraturan pelaksanaanya berupa Peraturan Pemerintah. Utang yang pelunasannya dijamin dengan Jaminan Fidusia dapat berupa:

27 Munir Fuady, Jaminan Fidusia Revisi Kedua (Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti, 2003), 37

28 Munir Fuady, Jaminan, 40.

(37)

1) Utang yang telah ada;

2) Utang yang akan timbul di kemudin hari yang telah diperjanjikan dalam jumlah tertentu. Utang yang akan timbul dikemudian hari yang dikenal dengan istilah “kontinjen”, misalnya utang yang timbul dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditor untuk kepentingan debitor dalam rangka pelaksanaan garansi bank.

3) Utang yang pada saat eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi. Utang dimaksud adalah utang bunga atas pinjaman pokok dan biaya lainnya yang jumlahnya dapat ditentukan dikemudian hari.29

Pasal 8 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa Jaminan Fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima Fidusia atau kepada kuasa atau wakil dari penerima Fidusia tersebut.

Ketentuan ini dimaksud sebagai pemberi fidusia kepada lebih satu Penerima Fidusia dalam rangka pembiayaan kredit konsorium. Yang dimaksud dengan “kuasa” dalam ketentuan ini adalah orang yang mendapat kuasa khusus dari Penerima Fidusiauntuk mewakili kepentingannya dalam penerimaan Jaminan Fidusia dari pemberi Fidusia. Sedangkan yang dimaksud dengan “wakil” adalah orang yang secara hukum dianggap mewakili Penerimaaan Fidusia dalam

(38)

penerimaan Jaminan Fidusia, misalnya, Wali Amanat dalam mewakili kepentingan pemegang obligasi.30

Ketentuan pasal 9 UU Jaminan Fidusia menetapkan bahwa Jaminan Fidusiadapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis Benda, termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. Ini berarti benda tersebutdemi hukum akan dibebani dengan Jaminan Fidusia pada saat Benda dimaksud menjadi milik Pemberi Fidusia. Pembebanan Jaminan Fidusia tersebut tidak perlu dilakukan dengan perjanjian jaminan tersendiri. Hal ini karena atas benda tersebut sudah dilakukan pengalihan hak kepemilikan “sekarang untuk nantinya”

Ketentuan yang menetapkan bahwa Benda yang diperoleh kemudian hari dapat dibebabani dengan Jaminan Fidusia ini penting dipandang dari segi komersial. Hal ini menunjukkan undang-undang ini menjamin fleksibilitas yang berkenaan denga hal ihwal Benda yang dapat dibebani Jaminan Fidusia bagi pelunasan utang.31

Khusus mengenai hasil atau ikutan dari kebendaan yang menjadi objek Jaminan Fidusia, pasal 10 UU Jaminan Fidusia menyatakan bahwa kecuali diperjanjikan lain:

1) Jaminan Fidusia meliputi hasil dari Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia, yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari Benda yang dibebani Jaminan Fidusia.

30 Rahmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan (Sinar Grafika, Jakarta, 2008), 32

31 Rahmadi Usman, Hukum Jaminan, 34.

(39)

2) Jaminan Fidusia meliputi klaim asuransi, dalam hal Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia asuransikan. Dengan demikian apabila Benda itu diasuransikan, maka klaim asuransi tersebut merupakan hak Penerima Fidusia. Bahkan Pasal 25 ayat (2) UU Jaminan Fidusia menetapkan bahwa musnahnya Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi tersebut. Klaim asuransi tersebut akan menjadi pengganti objek Jaminan Fidusia tersebut.32

d. Pendaftaran Jaminan Fidusia 1) Kantor Pendaftaran Fidusia

Untuk pemberian kepastian hukum Pasal 11 Undang- Undang Jaminan Fidusia mewajibkan Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia didaftarkan pada kantor Pendaftaran Fidusia yang terletak di Indonesia. Kewajiban ini bahkan tetap berlaku meskipun kebendaan yang dibebani dengan Jaminan Fidusia benda di luar wilayah negara Republik Indonesia.

Pendaftaran Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan Pemberi Fidusia, dan pendaftarannya mencakup Benda, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah negara Republik Indonesia untuk memenuhi asas publisitas, sekaligus merupakan jaminan

32 H. Martin Roestamy, Hukum Jaminan Fidusia (Jakarta : PT. Percetakan Penebar Swadaya,

(40)

kepastian terhadap kreditor lainnya mengenai Benda yang telah dibebani Jaminan Fidusia.

Seperti telah disebutkan diatas, pendaftaran Jaminan Fidusia ini dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Untuk pertama kalinya, Kantor Pendaftaran Fidusia didirikan di Jakarta dengan wilayah kerja mencakup seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Secara bertahap, sesuai keperluan, di ibukota propinsi meliputi seluruh daerah Tingkat II yang berada di lingkungan wilayahnya. Pendirian kantor Pendaftaran Fidusia di daerah Tingkat II yang berada di lingkungan wilayahnya.

Pendirian Kantor Pendaftaran Fidusia di derah Tingkat II, dapat di sesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Keberadaan Kantor Pendaftaran Fidusia ini berada dalam lingkup tugas Departemen Kehakiman dan bukan institusi yang mandiri atau unit pelaksana teknis. Sebagai pelaksana ketentuan ini akan dikeluarkan keputusan Presiden tentang pembentukan Kantor Pendafran Fidusia untuk daerah lalin dan penetapan wilayah kerjanya. Segala keterangan mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang ada pada Kantor Pendaftaran Fidusia terbuka untuk umum (Pasal 18 Undang- Undang Jaminan Fidusia).33

33 Munir Fuady, Jaminan Fidusia Revisi Kedua (Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti, 2003), 41.

(41)

2) Permohonan Pendaftaran Jaminan Fidusia

Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan oleh Penerima Jaminan Fidusia dilakukan oleh Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftran Jaminan Fidusia, yang memuat:

a) Identitas pihak Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia;

b) Tanggal, nomor akta Jaminan Fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta Jaminan Fidusia;

c) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;

d) Uraian mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;

e) Nilai penjaminan; dan

f) Nilai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

Selanjutnya Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerima permohonan pendaftaran.

Ketentuan ini dimaksud agar Kantor Pendaftaran Fidusia tidak melakukan penilaian terhadap kebenaran yang dicantumkandalam pernyataan Pendaftaran Jaminan Fidusia, akan tetapi hanya melakukan pengecekan dua data yang dimuat dalam pernyataan pendaftaran fidusia. Tanggal pencatatan jaminan fidusia Dalam Buku Daftar Fidusia ini dianggap sebagai saat lahirnya jaminan fidusia. Hal ini berlainan dengan FEO

(42)

dengan cessi jaminan yang lahir pada waktu perjanjiannya dibuat diantara debitor dan kreditor.34

Dengan demikian pendaftaran jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia merupakan pembuatan konstitutif yang melahirkan Jaminan Fidusia. Penegasan lebih lanjut dapat kita lihat dalam ketentuan pasal 28 UU Jaminan Fidusia yang menyatakan apabila atas Benda yang sama menjadi objek Jaminan Fidusia lebih dari 1 (satu) perjanjian Jaminan Fidusia, maka kreditor yang lebih dahulu mendaftarkannya adalah Penerima Jaminan Fidusia. Hal ini penting diperhatikan oleh kreditor yang menjadi pihak dalam perjanjian Jaminan Fidusia, karena hanya Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya yang boleh melakukan Pendaftaran Jaminan Fidusia. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran Jaminan Fidusia dan biaya pendaftaran akan diatur dengan Peraturan Pemerintah.35

Sebagai bukti bagi kreditor bahwa ia sebagai pemegang Jaminan Fidusia yang diterbitkan Kantor Pendaftaran Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan Pendaftaran Jaminan Fidusia. Penyerahan Sertifikat ini kepada Penerima Fidusia juga dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftran. Sertifikat Jaminan Fidusia ini sebenarnya merupakan salinan dari Buku Daftar

34 Munir Fuady, Jaminan Fidusia,43.

35 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, 45.

(43)

Fidusia yang memuat catatan tentang hal-hal yang sama dengan data dan keterangan yang ada saat pernyataan pendaftaran.36

Ketentuan tentang adanya kewajiban pendaftaran Jaminan Fidusia dapat dikatan merupakan terobosan yang penting mengingat bahwa pada umumnya Objek Jaminan Fidusia adalah benda bergerak yang tidak terdaftar sehingga sulit menegetahui siapa pemiliknya. Terobosan ini akan lebih bermakna jika kita kaitkan dengan pasal 1977 Kitab Undang-Undang Perdata yang menyatakan bahwa barang siapa yang menguasai benda bergerak maka ia akan dianggap sebagai pemiliknya (bezit geldt als volkomen titel).37

Itulah sebabnya mengapa FEO dan cessi Jminan kurang memberi perlindungan bagi kreditor pemegangnya yaitu karena tidak adanya pendaftaran seperti lembaga jaminan fidusia. Denha demikian Jaminan Fidusia memenuhi atas publisitas sebagai salah satu asa yang sangat penting dalam hukum jaminan kebendaan.38

e. Sertifikat Jaminan Fidusia

Dalam Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dicantumkan kata-kata “DEMI KEADILAN

36 Prajitno, Andi, Hukum Fidusia: Problematika Yuridis Pemberlakuan Undang-Undang No. 42 tahun 1999 (Bayumedia Publishing: Malang, 2011), 36.

37 Prajitno, Andi, Hukum Fidusia, 36.

(44)

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Serifikat ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang dipersamakan dengan putusan pengadilan yang telah mmeperolehkekuatan hukum yang tetap. Artinya adalah bahwa Sertifikat Jaminan Fidusia ini dapat langsung dapat dieksekusi/dilaksanakan tanpa melalui proses persidangan dan pemeriksaan melalui pengadilan, dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksakan putusan tersebut.39

Apabila debitor cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjual Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaannya sendiri. Ini merupakan salah satu ciri jaminan kebendaan yaitu adanya kemudahan dalam pelaksanaa eksekusinya yaitu apabila pihak Pemberi Fidusia cidera janji. Oleh karena itu, dalam Undnag-Undang Jaminan Fidusia diatur secara khusus tetang eksekusi Jaminan Fidusia ini melalui pranata parate eksekusi.40

f. Permohonan Perubahan

Apabila terjadi perubahan mengenai hal-hal yang tercantum dalam Sertifikat Jaminan Fidusia, penerima Fidusia wajib mengajukan permohonan pendaftaran atas perubahan tersebut kepada Kantor Pendaftaran Fidusia.

Perubahan mengenai hal-hal yang tercantum dalam Sertifikat Jaminan Fidusia itu harus diberitahukan kepada para pihak. Namun demikian Undang-Undang Jaminan Fidusia menetapkan bahwa

39 Mariam Darus Badrulzaman, Buku II Kompilasi Hukum Jaminan (Mandar Maju, Bandung, 2004), 80-81.

40 Mariam Darus Badrulzaman, Buku II, 81.

(45)

perubahan ini tidak perlu dilakukan dengan akta notaris dalam rangka efisiensi untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha.

Kantor Pendaftaran Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan perubahan, melakukan pencatatan perubahan tersebut dalam Buku Daftar Fidusia dan menerbitkan Pernyataan Perubahan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Sertifikat Jaminan Fidusia.

g. Fidusia Ulang

Pemberi Fidusia dilarang melakukan Fidusia ulang terhadap Benda yang menjadi Objek Jaminan Fidusia yang sudah terdaftar (Pasal 17 Undang-Undang Jaminan Fidusia). Fidusia ulang oleh Pemberi Fidusia, baik debitor maupun penjamin pihak ketiga, tidak dimungkinkan atas Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia karena hak kepemilikan atas Benda tersebut telah beralih kepada Penerima Fidusia. Sedangkan syarat Bagi sahnya Jaminan Fidusia adalah bahwa pemberi Fidusia mempunyai hak kepemilikan atas benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia pada waktu ia memberi Jaminan Fidusia. Hal ini karena hak kepemilikan atas Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia sudah beralih kepada Penerima Fidusia.41

(46)

h. Perlindungan Terhadap Pihak Ketiga

Yang dimaksud dengan pihak ketiga disini adalah pihak ketiga yang mempunyai hak medahulu, seperti penjual (hak istimewa), ekspeditur (hak mendahulu), dan pemegang gadai. Mengenai hal ini dapat kita simak yurisprudensi yang pernah ada misalnya keputusan Hoge Road mwngwnai Sio Arrest tanggal 22 Mei 1953. Terhadap pihak ketiga penjual dan ekspeditur, Hoge Road pernah mempertimbangkan bahwa penyerahan hak milik secara fidusia hanya diakui jika tidak menyangkut kepentingan pihak ketiga.

Meskipun dalam perkara Sio Arrest itu pihak ketiganya adalah pemegang fidusia yang lain (terjadi fidusia ulang), akan tetapi dapat jua diterapkan untuk pihak ketiga yang lain, seperti penjual dan ekspeditur.42

Selanjutnya pada tahun 1970 Hoge Road dengan Arrest 6 Maret 1970 (Pluviur Arrest) jga memutuskan bahwa hak istimewa dari penjual lebih tinggi tingkatnya dari hak mendahului seorang pemegang fidusia, khusus terhadap barang-barang yang masuk kekayaan debitor melalui perantaraan ekspeditur tersebut.43

Melihat penjelasan diatas dapat kita simpilkan bahwa sebelum adanya Undang-Undang Jaminan Fidusia kedudukan penerima fidusia dalam hubungannnya dengan pihak ketiga yang mempunyai hak mendahulu adalah lemah dan tidak pasti. Bagaimana hal ini diatur

42 Hemat Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia (Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2004), 23.

43 Hemat Salim, Perkembangan Hukum, 23.

(47)

dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia? Jika kita perhatikan dalam pasal 3 Undang-Undnag Jaminan Fidusia. Ditetapkan bahwa UU Jaminan Fidusia ini tidak berlaku terhadap:

1) Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepnajang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas benda-benda tersebut wajib didaftar.

Namun demikian bangunan diatas milik orang lain yang tidak dapat dibebani hak tanggungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hakn Tanggungan, dapat dijadikan objek Jaminan Fidusia.

2) Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 (dua puluh) M3 atau lebih;

3) Hipotek atas pesawat terbang; dan 4) Gadai

Dengan demikian antara fidusia dan tangungan, hipotek gadai tidak akan berbenturan karena sudah memiliki kaplingnya sendiri-sendiri.44 i. Pengalihan dan Hapusnya Jaminan Fidusia

1) Pengalihan Jaminan Fidusia

Pasal 19 Undang-Undang Jaminan Fidusia menetapkan bahwa pengalihan hak atas piutang yang dijamin dengan Jaminan Fidusia mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban penerima Fidusia kepada kreditor baru. Peralihan itu

(48)

didaftarkan oleh kreditor baru kepada kantor Pendaftaran Fidusia.45

Dalam ilmu hukum, “Pengalihan hak atas piutang” seperti yang diatur dalam pasal 19 Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut dikenal dengan istilah cessie yaitu pengalihan piutang yang dilakukan dengan akta otentik atau akta di bawah tangan.

Dengan adanya cessie terhadap perjanjian dasar yang menerbitkan utang-piutang tersebut, maka Jaminan Fidusia sebagai perjanjian assesoir, demi hukum juga beralih kepada penerima hak cessie dalam pengalihan perjanjian dasar. Ini berarti pula, segala hak dan kewajiban kreditor (sebagai Penerima Fidusia) lama beralih kepada kreditor (sebagai Penerima Fidusia) baru.

2) Hapusnya Jaminan Fidusia

Seperti telah kita bahas beberapa kali pada awal buku ini, dan sesuai dengan pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia, Jaminan Fidusia ini merupakan perjanjian assesoir dari perjanjian dasar yang menerbitkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Sebagai suatu perjanjian assesoir, Jaminan Fidusia ini, demi hukum hapus, bila utang pada perjanjian pokok, yang menjadi sumber lahirnya perjanjian penjaminan fidusia atau utang yang dijamin dengan Jaminan Fidusia hapus. Disamping itu Pasal

45 Setneg RI, Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia.

(49)

25 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan secara tegas bahwa Jaminan Fidusia hapus karena:

a) Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia

b) Pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh penerima Fidusia;

atau

c) Musnahnya Benda yang menjadi objek jaminan fidusia.46 Jadi sesuai dengan sifat ikutan dari Jaminan Fidusia, maka adanya Jaminan Fidusia tergantung padaadanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila piutang tersebut hapus karena hapusnya utang atau karena pelepasan, maka dengan sendirinya Jaminan Fidusia yang bersangkutan menjadi hapus. “hapusnya utang” Ini anatara lain dibuktikan dengan bukti pelunasan atau bukti hapusnya utang berupa keterangan yang dibuat kreditor.

Musnahnya Benda yang menjadi objek Jaminana Fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi, tidak diperjanjikan lain. Jadi jika Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia musnah dan Benda tersebut diasuransikan maka klaim asuransi aka menjadi pengganti objek Jaminan Fidusia tersebut.

Timbul pertanyaan, apakah dengan Hapusnya Jaminan Fidusia dalam hal hapusnya utang yang dijamin, perlu dilakukan pengalihan kembali (retro-overdracht) atas hak kepemilikan oleh penerima fidusia kepada pemberi fidusia? Fred B.G. Tumbuan

46 Moch Isnaeni, Pengantar Hukum Jaminan Kebendaan (Surabaya: Revka Petra Media, 2016),

Referensi

Dokumen terkait

Obligasi adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan hutang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta

14 Turimas mintyje probleminis epistolinio žanro statusas: „[...] kalbėti apie laiško semiologiją arba gra - matiką (kaip buvo galima kalbėti apie pasakojimo gra -

Apabila dikaitkan dengan hak cipta sebagai jaminan fidusia, obyek jaminan fidusia yang telah dialihkan wajib diganti dengan obyek yang setara, dan pemberi fidusia

mengurangi perilaku membolos peserta didik dilihat dari tahap perencanaan adalah Guru BK harus bisa memberikan layanan informasi sesuai dengan apa yang telah

Tujuan pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) adalah untuk mengukur daya pemahaman dan kemampuan mengekspresikan kembali pemahaman mahasiswa mengenai materi perkuliahan yang

Teknik ini akan peneliti tempuh dengan melakukan wawancara secara hati-hati dan mendalam (indept interview) berdasarkan instrument yang telah dipersiapkan dan bersifat

Berdasarkan hasil penelitian dalam hal pemanfaatan klinik sanitasi di puskesmas Limba B dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan didapatkan hasil bahwa

Item yang terakhir sekali iaitu item 20 menyatakan nilai-nilai positif dalam era globalisasi tidak harus disemai dalam kalangan guru-guru lain dengan peratusan