• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUS SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUS SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND "

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

i

PADA PT. PUTRA MULTI CIPTA TEKNIKINDO

Disusun oleh:

Kent Fitria RTZ 16.1021.004

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUS SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND

YOGYAKARTA

2020

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

“Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung”

(QS. Al-Imran: 173)

“Never Forget 3 types of people in your life: who helped you in your difficult times, who left you in your difficult times, and who put you in difficult time”

(@thegoodquote)

“There is no wine if grapes are not pressed, no perfume if flowers are not crushed. So, don’t be afraid if there are pressure in your life, it will bring the best

out of you”

(Anonim)

“Tidak semua orang harus jadi pemeran utama, sebuah pertunjukan drama tidak akan menarik jika semua menjadi pemeran utama. Bersyukur dan lakukanlah yang

terbaik dari dirimu sendiri”

(Keke)

“Tidak perlu memberi tahu kesulitan yang kau alami. Tidak semua orang peduli denganmu, beberapa hanya ingin tahu saja”

(Keke)

(7)

vii

1. Almarhum papah saya yang menjadikan saya termotivasi untuk membuktikan kepadanya, bahwa saya mampu menyelesaikan kuliah ini dan membuatnya bangga di alamnya sekarang, i’m missing you so bad pah.

Mamah saya yang menjadi motivasi utama dan sumber tenaga saya yang diberikan oleh Allah SWT. Keke sayang mamah sama papah.

2. Abang Alam dan Abang Kikih yang selalu percaya kalau saya bisa menyelesaikan semua ini. U’re still be my enemies haha...

3. Teman-teman dekat saya Kutyl-Kutyl Club, Nana, Alif dan yang tidak bisa disebutkan satu-satu dengan sangat amat membantu menjadi moodboster untuk segera menyelesaikan tugas.

4. Satrio yang selalu menjadi pelampiasan saya ketika mood swing dan menjadi pesaing berat saya dalam menggarap skripsi sehingga saya mampu melawan rasa mager.

(8)

viii

yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh pendidikan strata satu Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

& Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Amir Hamzah, M.T. selaku Rektor Institut Sains &

Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Toto Rusianto, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

3. Ibu Endang Widuri Asih, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

4. Ibu C. Indri Parwati, S.T., M.T. selaku dosen wali dan dosen pembimbing I saya yang telah memberikan ilmu, kesabaran, dan pengertian yang luar biasa selama saya bimbingan dan urusan perwalian.

5. Bapak Andrean Emaputra, S.T., M.Sc. selaku dosen wali dan dosen pembimbing II yang memberikan ilmu dan semangat untuk saya mengenyelesaikan skripsi ini dengan waktu yang tersisa.

6. Bapak Adi Wibowo selaku responden dan narasumber yang baik sekali mau bekerjasama dalam melakukan pengumpulan data di PT.

PMC Teknindo.

7. Segenap pimpinan dan karyawan PT. PMC Teknindo yang telah menerima saya dengan baik ketika melaksana penelitian skripsi.

(9)

ix

penulis telah melakukan semaksimal mungkin agar skripsi ini disusun sesuai penulisan pedoman yang berlaku. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak diharapkan penulis demi perbaikan laporan ini.

Demikian yang dapat penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak yang membaca.

Yogyakarta, Februari 2020

Penulis

(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT KETERANGAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISAR ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Asumsi ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tinjauan Pustaka... 7

B. Landasan Teori ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Objek Penelitian ... 38

B. Metode Pengumpulan Data ... 38

C. Tahapan Penelitian ... 39

D. Diagram Alir Penelitian ... 41

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 45

(11)

xi

3. Proses Produksi... 46

4. KPI GSCM di PT. PMC Teknindo ... 47

5. Penentuan Responden ... 50

6. Pencapaian Kinerja GSCM di PT. PMC Teknindo ... 50

B. PENGOLAHAN DATA ... 52

1. Plan ... 52

a. Mengidentifikasi Supply Chain PT. PMC Teknindo ... 52

b. Menentukan Narasumber ... 54

c. Mengidentifikasi KPI ... 54

2. Do ... 54

a. Wawancara dengan Narasumber ... 54

b. Validasi Pakar ... 55

c. Melakukan Pembobotan dengan Metode ANP ... 56

3. Check ... 72

a. Identifikasi Kriteria Produktivitas ... 72

b. Scoring System dengan OMAX dan TSL ... 78

4. Action ... 88

C. PEMBAHASAN ... 91

1. Plan ... 91

a. Identifikasi Supply Chain ... 91

b. Penentuan Narasumber ... 92

c. Identifikasi Key Performance Indicator (KPI) ... 92

2. Do ... 93

a. Wawancara kepada Narasumber ... 93

b. Validasi Pakar ... 94

c. Pembobotan dengan ANP ... 94

3. Check ... 100

a. Scoring System dengan OMAX ... 100

(12)

xii

2. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

xiii

Tabel 2.2 Skala Numerik ANP ... 27

Tabel 2.3 Nilai RI ... 30

Tabel 4.1 KPI GSCM PT. PMC Teknindo ... 48

Tabel 4.2 Penilaian Kinerja KPI di PT. PMC Teknindo ... 50

Tabel 4.3 Bobot Kriteria ... 69

Tabel 4.4 Bobot Subkriteria... 69

Tabel 4.5 Peringkat Prioritas Kriteria dan Subkriteria ... 71

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan OMAX Perspektif Green Procurement ... 82

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan OMAX Perspektif Green Manufacture ... 83

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan OMAX Perspektif Green Distribution ... 85

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan OMAX Perspektif Reverse Logistic ... 86

Tabel 4.10 Nilai Pencapaian Kinerja GSCM PT. PMC Teknindo ... 87

Tabel 5.1 Rekap Pencapaian KPI Perspektif Green Procurement ... 101

Tabel 5.2 Rekap Pencapaian KPI Perspektif Green Manufacture ... 102

Tabel 5.3 Rekap Pencapaian KPI Perspektif Green Distribution ... 102

Tabel 5.4 Rekap Pencapaian KPI Perspektif Reverse Logistic ... 103

Tabel 5.4 Pencapaian Kinerja GSCM PT. PMC Teknindo ... 103

(14)

xiv

Gambar 2.2 Simplifikasi Model Supply Chain ... 20

Gambar 2.3 Aktivitas pada Green Supply Chain Management (GSCM) ... 22

Gambar 2.4 Perbedaan Struktur AHP dan ANP ... 25

Gambar 2.5 Tabel Objective Matrix (OMAX) ... 33

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 41

Gambar 4.1 Supply Chain di PT. PMC Teknindo ... 46

Gambar 4.2 Struktur GSCMd dengan ANP PT. PMC Teknindo ... 58

Gambar 4.3 Hubungan Keterkaitan Antarkriteria ... 60

Gambar 4.4 Matriks Perbandingan Antar Cluster Perspektif ... 62

Gambar 4.5 Matriks Perbandingan Subkriteria Green Procurement ... 63

Gambar 4.6 Matriks Perbandingan Subkriteria Green Manufacture ... 63

Gambar 4.7 Matriks Perbandingan Subkriteria Green Distribution ... 63

Gambar 4.8 Matriks Perbandingan Subkriteria Reverse Logistic ... 64

Gambar 4.9 Rasio Konsisten Cluster Tujuan ... 64

Gambar 4.10 Rasio Konsisten Perspektif ... 65

Gambar 4.11 Rasio Konsisten Green Distribution ... 65

Gambar 4.12 Rasio Konsisten Green Manufacture... 65

Gambar 4.13 Rasio Konsisten Green Procurement ... 66

Gambar 4.14 Rasio Konsisten Green reverse Logistic... 66

Gambar 4.15 Unweight Supermatrix ... 67

Gambar 4.16 Weight Supermatrix ... 68

Gambar 4.17 Limit Supermatrix ... 68

Gambar 5.1 Supply Chain PT. PMC Teknindo ... 68

(15)

xv

A. Validasi Key Performance Indicator (KPI) ...

B. Matrik Berpasangan ...

Lampiran 2 Pengolahan OMAX dan TSL ...

A. Pengolahan OMAX dan TSL Green Procurement...

B. Pengolahan OMAX dan TSL Green Manufacture ...

C. Pengolahan OMAX dan TSL Green Distribution ...

D. Pengolahan OMAX dan TSL Reverse Logistic ...

Lampiran 3 Hasil Supermatrix ...

A. Unweight Supermatrix ...

B. Weight Supermatrix ...

C. Limit Supermatrix ...

Lampiran 4 Dokumentasi ...

A. Pengisian Kuesioner ...

B. Tempat Produksi PT. PMC Teknindo ...

(16)

xvi

Dosen Pembimbing I : C. Indri Parwati, S.T., M.T.

Dosen Pembimbing II : Andrean Emaputra, S.T., M.Sc.

INTISARI

Dalam kegiatan sektor industri, proses pada rantai pasok (supply chain) melibatkan ektraksi dan ekploitasi sumber-sumber alam dan mungkin memiliki dampak negatif terhadap lingkungan(Susant et al, 2017).. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya pendekatan terhadap supply chain yang lebih ramah terhadap lingkungan. Green supply chain management (GSCM) merupakan suatu pengintegrasian pemikiran lingkungan ke dalam supply chain management, termasuk desain produk, bahan sumber dan seleksi, proses manufaktur, pengiriman akhir produk kepada konsumen, serta manajemen end-of-life produk setelah masa pemanfaatan akhir(Srivasta, 2007).

PT. Putra Multi Cipta (PMC) Teknikindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan barang dan jasa. Perdagangan barang dan jasa meliputi kompor batik, mesin produksi industri kecil, alat ukur dan deteksi skala industri dan laboratorium, workshop batik. Tujuan dari penelitian ini untuk menukur kinerja GSCM di PT. PMC Teknikindo. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kondisi kinerja perusahaan terhadap penerapan GSCM.

Perusahaan diharapkan responsif terhadap pengukuran kinerja ini, sehingga akan meningkatkan tingkat kinerja terhadap indikator terkait sehingga terjalin continous improvement.

Pengukuran kinerja GSCM menggunakan pendekatan Plan, Do, Check, Action (PDCA) dengan metode Analytical Network Process (ANP), Objective Matrix (OMAX), dan Traffic Light System (TSL). Hasil dari penelitian ini adalah nilai total KPI sebesar 4,867 yang berarti bahwa kinerja GSCM PT. PMC Teknindo di belum mencapai target. Hasil dari pengukuran kinerja indikator terdapat 26 KPI kategori kuning, 5 KPI kategori merah, dan belum ada KPI dalam kategori hijau.

Berdasarkan hasil tersebut maka, perlu adanya rekomendasi perbaikan terhadap indikator terkait untuk mengoptimalkan pencapaian.

Kata Kunci: pengukuran kinerja, gscm, omax, anp, TSL, kompor batik listrik

(17)

xvii

Lecture I : C. Indri Parwati, S.T., M.T.

Lecture II : Andrean Emaputra, S.T., M.Sc.

ABSTRACT

In industrial sector activities, supply chain processes involve the extraction and exploitation of natural resources and may have a negative impact on the environment(Susant et al, 2017). Based on this, an approach to supply chains that is more environmentally friendly is needed. Green supply chain management (GSCM) is an integration of environmental thinking into supply chain management, including product design, material sourcing and selection, manufacturing processes, final delivery of products to consumers, and end-of-life management of products after the final utilization period(Srivasta, 2007)..

PT. Putra Multi Cipta (PMC) Teknikindo is a company engaged in the trade of goods and services. Trade in goods and services includes batik stoves, small industrial production machines, industrial and laboratory scale measuring and detection equipment, batik workshops. The purpose of this study is to measure the performance of GSCM in PT. PMC Teknikindo. This research is expected to provide information on the company's performance conditions on the application of GSCM. The company is expected to be responsive to this performance measurement, so that it will increase the level of performance of related indicators so that there is continuous improvement.

GSCM performance measurement uses the Plan, Do, Check, Action (PDCA) approach with Analytical Network Process (ANP), Objective Matrix (OMAX), and Traffic Light System (TSL) methods. The results of this study are the total KPI value of 4,867 which means that the GSCM performance of PT. PMC Teknindo has not reach the target. The results of the performance measurement indicators contained 26 KPIs in the yellow category, 5 KPIs in the red category, and 1 KPI in the green category. Based on these results, it is necessary to recommend improvements to related indicators to optimize achievement.

Keyword: performance measurment, GSCM, OMAX, ANP, TSL, electric batik stove

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor industri manufaktur sangat erat dengan hubungan terhadap pengadaan material, proses produksi hingga penyaluran produk kepada konsumen dimana hal ini pasti akan memiliki dampak negatif yang dihasilkannya. Dalam kegiatan sektor industri, proses pada rantai pasok (supply chain) melibatkan ektraksi dan ekploitasi sumber-sumber alam dan mungkin memiliki dampak negatif terhadap lingkungan (Susanty et al., 2017). Berdasarkan hal tersebut perlu adanya pendekatan terhadap supply chain yang lebih ramah terhadap lingkungan.

Green supply chain management (GSCM) merupakan suatu pengintegrasian pemikiran lingkungan ke dalam supply chain management, termasuk desain produk, bahan sumber dan seleksi, proses manufaktur, pengiriman akhir produk kepada konsumen, serta manajemen end-of-life produk setelah masa pemanfaatan akhir (Srivastava, 2007). Jadi, GSCM merupakan metode atau pendekatan yang menggabungkan fungsi supply chain management dengan pengelolaan lingkungan.

Agar konsep GSCM dapat terus berkembang, maka dilakukan pengukuran kinerja terhadap evaluasi terhadap penerapan kegiatan tersebut.

Pengukuran kinerja sangat penting untuk sebuah perusahaan. Pengukuran kinerja berfungsi untuk mengetahui level posisi dari perusahaan tersebut atau mengetahui target-target yang sudah dicapai. Sehingga dari hasil

(19)

pengukuran tersebut perusahaan dapat mengetahui kebijakan yang akan diambil dalam proses bisnis.

Istilah green yang digunakan dalam penelitian ini tidak hanya bersifat ramah lingkungan, tetapi memiliki makna sifat efektif dan efisien dalam pelaksanaan kegiatan green tersebut. Suatu produk dapat dikatakan green, yaitu ketika dalam pengadaan, proses produksi, hingga distribusi ke konsumen bersifat efektif, efisien, dan sedikit atau kurang memiliki dampak pada lingkungan.

Dalam pengukuran kinerja GSCM diperlukan pendekatan dalam pengolahan data. Plan, Do, Check, Action (PDCA) merupakan pendekatan yang digunakan pada proses penelitian. GSCM digunakan sebagai penentuan perspektif, yaitu Green Procurement, Green Manufacture, Green Distribution, dan Reverse Logistic. Analytical Network Process digunakan sebagai pembobotan terhadap indikator yang akan diukur. OMAX dan TSL digunakan sebagai evaluasi dari hasil kinerja perusahaan untuk mengetahui posisi dari pengukuran yang dilakukan.

PT. Putra Multi Cipta Teknikindo (PMC Teknikindo) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan barang dan jasa.

Perdagangan barang dan jasa meliputi kompor batik, mesin produksi industri kecil, alat ukur dan deteksi skala industri dan laboratorium, workshop batik. Salah satu produk yang dijadikan brand dari PT. PMC Teknikindo kompor batik listrik Astoetik ramah lingkungan. Kompor batik

(20)

Astoetik dikomersilkan sejak tahun 2014, lolos uji laboratorium mutu produk dan mendapatkan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI).

Pengolahan material yang dilakukan oleh PT. PMC Teknikindo sehingga menjadi kompor batik listrik melalui kegiatan pengadaan bahan baku, produksi, distribusi dan reverse logistic. Setelah dilakukan peninjauan perlu adanya peningkatan efektivitas dan efisiensi terhadap indikator – indikator yang akan dilakukan pengukuran kinerja. Indikator yang akan diteliti berada pada pengadaan material dengan supplier masih belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan, kegiatan produksi yang masih kurang lengkap untuk prosedur di lantai produksi, kegiatan distribusi yang masih mengahasilkan peluang kerusakan pada pengiriman, dan kegiatan pengembalian produk yang masih ada karena faktor dari kegiatan pendistribusian yang tentu menjadi tanggung jawab tunggal bagi PT. PMC Teknikindo. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka Key Performance Indicator (KPI) digunakan sebagai acuan untuk pengukuran yang dapat mempengaruhi kegiatan GSCM.

Dalam hal ini, PT. PMC Teknikindo dijadikan tempat objek penelitian dikarenakan belum ada penelitian tentang pengukuruan kinerja green supply chain management (GSCM) di perusahaan tersebut. Hal ini diperlukan karena dalam menjalankan proses bisnis, perusahaan harus mempunyai target atau pencapaian yang sudah atau akan dicapai yang kemudian akan menjadi penilaian atau pertimbangan untuk strategi dalam mengambil keputusan untuk ke depan.

(21)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kondisi kinerja perusahaan terhadap penerapan GSCM. Perusahaan diharapkan responsif terhadap pengukuran kinerja ini, sehingga akan meningkatkan tingkat efisiensi terhadap indikator-indikator terkait yang akan menjadi suatu continous improvement. Sehingga PT. PMC Teknikindo dapat memiliki nilai lebih dibandingkan kompetitor lain.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengukuran kinerja Green Supply Chain Management dengan pendekatan PDCA dan pembobotan ANP pada PT. Putra Multi Cipta Teknikindo?”

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan menghindari permasalahan semakin melebar, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan pada bagian produk kompor batik listrik Astoetik.

2. Analisis dilakukan dengan metode Analitycal Network Process (ANP), OMAX, TSL dan PDCA.

(22)

D. Asumsi Penelitian

Asumsi pada penelitian ini adalah proses produksi berjalan lancar dan tidak ada kendala yang terjadi.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Menetukan KPI yang dapat mempengaruhi kinerja GSCM.

2. Mengukuran kinerja GSCM di PT. PMC Teknikindo.

3. Menengidentifikasi nilai pencapaian kinerja GSCM di PT. PMC Teknikindo.

4. Memberikan usulan perbaikan KPI GSCM di PT. PMC Teknikindo yang belum mencapai target.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Sebagai dasar pengambilan keputusan dalam meningkatkan indikator yang paling dominan berpengaruh terhadap GSCM.

2. Dapat menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan kegiatan bisnis atau produksi, memperbaiki, dan mengoptimal kinerja perusahaan PT. PMC Teknikindo berdasarkan hasil dari analisis dengan menggunakan metode GSCM.

3. Menentukan prioritas perbaikan atau peningkatan Key Performance Indicator (KPI) yang belum mencapai target nilai pencapaian kinerja.

(23)

4. Sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang harus diambil dalam penerapan GSCM pada PT. PMC Teknikindo.

(24)

7 A. Tinjauan Pustaka

Proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan harus memperhatikan kegiatan aliran supply chain. Hal ini akan berdampak baik bagi perusahaan, karena mengetahui strategi yang harus dilakukan dalam meningkatkan efektivitas dalam setiap unsur pendukung dari supply chain itu sendiri.

Green Supply Chain Management (GSCM) merupakan salah satu metode yang digunakan pada rantai pasok yang memperhatikan dampak lingkungan yang dihasilkan dari perusahaan, supplier, proses disribusi, dan reverse logistic. GSCM dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas dengan menggunakan beberapa pendekatan seperti Green SCOR, Analytical Hierarchy Process (AHP), Analytical Network Process (ANP), Balanced Scorecard (BSC), Objective Matrix (OMAX), Traffic Light System (TSL) dengan ditambah kriteria unuk diolah berupa Index Performance Analysis (IPA) dan Key Performance Indicator (KPI) (Tabel 2.1).

Pertama, metode yang digunakan sebagai penelitian pengukuran kinerja GSCM adalah Green SCOR. Geen SCOR digunakan sebagai alat atau metode untuk mengetahui aliran supply chain dan dalam mengkur dan mengevaluasi kinerja pada perusahaan berbasis lingkungan. Perspektif Plan, Source, Make, Deliver dan Run digunakan sebagai cakupan penelitian oleh Prasetyo dan Yuliawati 2018 dan Puryono et al 2016.

(25)

Kedua, metode AHP digunakan sebagai pembobotan pada pengukuran kinerja. Hasil penelitian diketahui bobot pada masing-masing perpektif pengukuran kinerja perusahaan berkisar 0,0004-0,873 atau 0,04 – 87,3%. Metode ini digunakan pada produk susu oleh Lazuardian 2016, Fortuna et al 2016 dan Mustaniroh et al 2019. Selain produk susu, metode ini digunakan pula pada produk tahu, batik, teh hitam, furniture kayu, dan gula secara berurutan oleh Novitasari 2018, Immawan dan Pratama 2016, Mukharromah et al 2017, Djunaidi et al 2018, dan Puryono et al 2016.

Dalam pengukuran kinerja perusahaan, metode AHP sudah sering digunakan dalam pembobotan, sehingga perlu adanya variasi dalam penggunaan pembobotan

Ketiga, ANP digunakan sebagai pembobotan dengan jaringan yang memungkinkan adanya hubungan inner depedence atau outter depedence.

Pembobtan pada dilakukan oleh Prasetyo dan Yuliawati, 2018 pada produk kertas menghasilkan pembobotan pada perspektif return, make, deliver, source, dan plan adalah 0,0975, 0,0641 0,1693, 0,3220, dan 0,3471.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani dan Suliantoro 2017 pada produk gula, sedangkan Dzulfikar 2018 pada produk furniture kayu menghasilkan pembobotan pada perspektif sebesar 0,05344 – 0,56015.

Keempat, metode yang digunakan adalah BSC sebagai metode pengukuran kinerja yang memiliki perspektif atau cakupan kinerja keuangan dan non-keuangan. Produk gula dilakukan oleh Nugrahani dan Suliantoro 2017, menghasilkan pencapaian kinerja perspektif pertumbuhan

(26)

dan pembelajaran adalah sebesar 76,152%, Pencapaian kinerja perspektif pelanggan adalah sebesar 75,624%, pencapaian kinerja perspektif proses bisnis internal adalah sebesar 74,240%, pencapaian kinerja perspektif finansial adalah sebesar 64,997% sedangkan pencapaian kinerja keseluruhan adalah sebesar 2,338%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dzulfikar 2015 pada produk sarung tangan sebesar 2,282%.

Kelima, metode OMAX digunakan untuk scoring system dan TSL untuk menganalisa hasil skor dari penilaian kinerja lingkungan yang diklasifikasikan berdasarkan warna. Penelitian yang dilakukan oleh Fortuna et al (2016) pada produk susu dari perhitungan OMAX dan TSL di dapatkan bahwa 16 KPI masuk dalam kategori hijau, 12 KPI masuk dalam kategori kuning dan 16 KPI masuk dalam kategori merah. Mustaniroh et al 2019 didapatkan hasil berupa 12 KPI berada di kategori hijau (sangat baik), 13 KPI berada dikategori kuning (cukup baik) dan 5 (lima) KPI berada di kategori merah (kurang baik) sehingga perlu adanya perbaikan. Hasil dari Lazuardian et al 2016 scoring system sebesar 16 KPI berkategori merah, 12 KPI yang masuk, dalam kategori kuning, dan 16, KPI yang berkategori hijau. Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari 2018 didapatkan hasil 15 KPI yang telah memenuhi target, 19 KPI yang belum atau mendekati target dan tiga KPI yang masih dibawah target.

Keenam, KPI dan IPA merupakan suatu indikator untuk mengukur kinerja perusahaan. KPI dan IPA ditentukan berdasarkan perspektif yang digunakan. Penelitian yang menggunakan KPI adalah Fortuna et al 2016,

(27)

Lazuardian 2016, Mustaniroh et al 2019, Novitasar 2018, Mukharromah et al 2017, Prasetyo dan Yuliawati 2018, dan Puryono et al 2016. IPA digunakan dalam penelitian Susanty et al 2017.

Ketujuh, metode yang digunakan untuk menganalisa kinerja keuangan adalah du pont ratio analysis. Metode ini digunakan oleh Puryono et al, 2016 dengan GSCM guna meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, kemudian diketahui hasil dari analisa bahwa keuntungan diperoleh 16,4%

atau dapat dikatakan untung sebesar Rp. 23.331.000.000,- dan pengembalian terhadap asset perusahaan melebihi 3,7%.

Kedelapan, penelitian skripsi ini tentang pengukuran kinerja GSCM perusahaan pada produk kompor batik listrik. Kompor batik listrik merupakan suatu inovasi pada industri batik, sehingga lebih efisien dan efektif dalam proses membatik. Penelitian ini dilakukan sebab perlu adanya pengukuran kinerja perusahan agar dapat mengetahui sejauh mana perusahaan telah mencapai target. Berdasarkan dari penelitian yang digunakan sebagai studi literatur pada skripsi ini, maka penulis menggunakan metode GSCM sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan yang menggunakan aspek lingkungan dan supply chain. Metode Plan, Do, Check, and Action (PDCA) sebagai metode pendekatan pada tahapan. KPI digunakan sebagai indikator yang akan diukur, kemudian akan dilakukan pembobotan menggunakan ANP. Setelah dilakukan pembobotan, tahap selanjutnya merupakan pengukuran produktivitas dan memantau kinerja perusahaan dengan menggunakan OMAX dan TSL.

(28)

11

Susu Tahu Batik Teh Hitam Kertas Restoran Furniture

Kayu Gula Sarung Tangan Kompor Batik Listrik

Finansial Rohdayatin

et al, 2018

Nugrahani dan Suliantoro, 2017;

Puryono et al, 2016

Dzufikar, 2015

GSCM

Fortuna et al, 2016;

Lazuardian, 2016;

Mustaniroh et al, 2019

Novitasari,

2018 Susanty et al, 2017 Mukharromah et al, 2017

Prasetyo dan Yuliawati,

2018 Djunaidi et al,

2018

Puryono et

al, 2016 Dzufikar, 2015 Area penelitian ini

GSCOR Prasetyo dan

Yuliawati, 2018

SCOR Immawan dan

Pratam, 2016

Puryono et al, 2016

KPI

Fortuna et al, 2016;

Lazuardian, 2016;

Mustaniroh et al, 2019

Novitasari, 2018

Mukharromah et

al, 2017

Prasetyo dan

Yuliawati, 2018 Puryono et

al, 2016 Area

penelitian ini

(29)

12 Tabel 2.1 State of The Art (Lanjutan)

Produk

Susu Tahu Batik Teh Hitam Kertas Restoran Furniture

Kayu Gula Sarung Tangan Kompor

Batik Listrik

IPA Susanty et al,

2017

AHP

Fortuna et al, 2016;

Lazuardian, 2016;

Mustaniroh et al, 2019

Novitasari, 2018 Immawan dan Pratam, 2016;

Mukharromah

et al, 2017 Djunaidi et al,

2018

Puryono et al,

2016

ANP Prasetyo dan

Yuliawati, 2018

Nugrahani dan Suliantoro, 2017

Dzufikar, 2015 Area penelitian ini

BSC

Nugrahani dan Suliantoro, 2017

Dzufikar, 2015

PDCA

Area penelitian ini

(30)

13 Produk

Susu Tahu Batik Teh Hitam Kertas Restoran Furniture

Kayu Gula Sarung

Tangan

Kompor Batik Listrik

OMAX

Fortuna et al, Lazuardian, 2016;

Mustaniroh et al, 2019;

Mukharromah et al, 2017

Area penelitian ini

TSL

Lazuardian, 2016;

Mustaniroh et al, 2019

Novitasari, 2018 Mukharromah et

al, 2017 Area

penelitian ini

Du Pont Ratio Analysis

Puryono et al, 2016

(31)

B. Landasan Teori

1. Pengukuran Kinerja

Kinerja adalah keberhasilan dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik perusahaan dan sasaran strategik perusahaan ini merupakan hasil penerjemahan misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi perusahaan (Mulyadi, 2001).

Pengukuran kinerja merupakan suatu bagian dari proses manajemen strategi yang dapat memberikan informasi strategi yang menyeluruh bagi para pembuat keputusan (Putri, 2017).

Suatu bentuk pengukuran kinerja sangat penting bagi suatu organisasi untuk mengetahui sejauh mana sasaran./tujuan yang akan dicapai telah telah dinyatakan berhasil, baik jangka pendek atau panjang. Diperlukan suatu pengukuran kinerja yang merupakan alat bagi manajemen untuk mengevaluasi kinerjan organisasi (Kaplan dan Norton, 2000).

2. PDCA (Plan, Do, Check, Action)

PDCA atau siklus deming dikembangkan untuk menguhubungkan antara operasi dengan kebutuhan konsumen dan memfokuskan sumber daya semua bagian dalam perusahaan (riset, desain, operasi, dan pemasaran secara terpadu dan sinergi untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Muliyawati, 2015).

(32)

Gambar 2.1 Siklus PDCA

Adapun penjelasan dari setiap siklus PDCA adalah sebagai berikut (Delliani, 2015):

a. Mengembangkan rencana perbaikan (plan)

Ini merupakan langkah setelah dilakukan pengujian ide perbaikan masalah. Rencana perbaikan disusun berdasarkan prinsip 5 W (what, why, who, when, dan where) dan 1 H (how), yang dibuat secara jelas dan terinci serta menetapkan sasaran dan target yang harus dicapai. Dalam menetapkan sasaran dan target harus dengan memerhatikan prinsip SMART (specific, measurable, attainable, reasonable, dan time).

b. Melakasanakan rencana (do)

Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil yang pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan setiap personil. Selama dalam melaksanakan rencana harus dilakukan pengendalian, yaitu

(33)

mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan dengan sebaik mungkin sasaran dapat dicapai.

c. Memeriksa atau meniliti hasil yang dicapai (check)

Memeriksa atau meneliti hasil merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Alat atau piranti yang dapat digunkan dalam memeriksa adalah pareto diagram, histogram, dan diagram kontrol.

d. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action)

Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.

Siklus tersebut akan terus berputar dan berkesinambung setelah diadakannya penerapan pada metode tersebut. Dalam penerapannya pasti akan ada tahap penyesuaian, sehingga diperlukan adanya standarisasi prosedur baru guna menetapkan target capaian dan menghindari timbulnya masalah.

3. Key Performance Indicator (KPI)

Dalam melakukan pengukuran kinerja dibutuhkannya suatu ukuran/standar yang telah ditetapkan untuk mengetahui tingkat keberhasila atau sasaran dari yang ingin dicapai suatu organisasi (perusahaan). Salah satu yang dapat digunakan dalam melakukan

(34)

pengukuran kinerja adalah Key Performance Indicator (KPI).

Moeheriono mengatakan bahwa, Key Performance Indicator (KPI) merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh strategi yang telah dilakukan dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan (Bintarti, 2012).

Perusahaan menggunakan KPI sebagai acuan atau standar yang akan digunakan dalam kegiatan berbisnis di pasaran. Hal ini pastilah sangat membantu bagaimana kondisi kinerja perusahaan dan dapat melakukan tindakan yang perlu dilakukan guna mempertahankan/meningkatan eksistensi perusahaan terhadap kompetitor lainnya. Pengukuran KPI juga dapat meyakinkan tentang posisi persaingan perusahaan/organisasi (Rangkuti, 2010).

Peran KPI sebagai ukuran keberhasilan dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Moeheriono, 2012):

a. Sebagai indikator bagi karyawan untuk mengetahui dimana area karyawan tersebut harus bekerja dan menghasilkan output sesuai dengan target.

b. Sebagai alat komunikasi atasan dengan bawahan ataupun perusahaan ke seluruh lini organisasi.

c. Sebagai media yang secara eksplisit menyatakan kemampuan proses yang harus dicapai, sehingga target perusahaan juga tercapai.

Setiawan mengatakan bahwa, dalam membuat atau mendesain KPI harus sebagai berikut (Putri, 2017):

(35)

a. Relevan dengan sasaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah alat ukur (KPI) memiliki keterkaitan dengan sasaran atau target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Alat ukur tersebut tidak sesuai dengan sasaran atau target maka alat ukur tersebut tidak dapat digunakan.

b. Mudah dikontrol. Alat ukur yang dibuat haruslah mudah dikontrol.

Jadi, apabila membuat KPI tetapi tidak ada data atau dokumen maka KPI tidak dibuat karena tidak memiliki hal yang harus diolah.

c. Dapat dilakukan tindak lanjut. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah untuk mencapai KPI tersebut masih dapat dilakukan aktivitas improvement atau perbaiakan terhadap proses. Akan tetapi apabila KPI telah dibuat tapi tidak dapat dicapai, maka tidak dapat digunakan lagi sebagai alat ukur.

d. Simple. KPI harus mudah untuk dijelaskan atau dimengerti oleh setiap tim yang akan diukur kinerjanya. Apabila KPI tersebut dapat menimbulkan persepsi yang berbeda maka KPI tersebut tidak dapat dipergunakan.

e. Kredibel. KPI yang disusun, haruslah tidak mudah untuk dimanipulasi dan bisa tetap dilakukan kontrol atau cross check sehingga diyakinkan kebenerannya terhadap hasil penilaian tersebut. jika KPI mudah dimanupulasi dan tidak dapat dikontrol lebih baik tidak digunakan.

(36)

4. Supply Chain

Handfield dan Nicholas Jr 2002 mengatakan bahwa, supply chain adalah seluruh jaringan (mulai dari pemasok hingga pengguna akhir) yang memiliki aktivitas terkait dengan aliran dan transformasi dari barang, produk, informasi serta uang (Mustaniroh et al., 2019).

Supply Chain adalah jaringan seluruh organisasi mulai dari pemasok sampai ke pengguna akhir, yang didalamnya terdapat aliran dan transformasi material, informasi dan uang (Pujawan, 2005).

Berdasarkan pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa, supply chain merupakan suatu jaringan perusahaan yang bekerja bersama-sama melakukan aktivitas terkait aliran dan tranformasi barang, informasi, dan uang dari hulu ke hilir (mulai dari supplier hingga konsumen akhir).

Pada suatu supply chain biasanya ada 3 (tiga) macam yang dikelola sebagai berikut:

a. Aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Salah satu contoh adalah bahan baku yang dikirm supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, kemudian dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir.

b. Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream).

(37)

c. Aliran informasi yang biasa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.

Dapat dilihat pada Gambar 2.2 ada 3 (tiga) macam aliran yang dikelola pada supply chain.

Gambar 2.2 Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 (Tiga) Macam Aliran yang Dikelola (Pujawan dan Mahendrawathi, 2017)

5. Green Supply Chain Management (GSCM)

Dheeraj dan Vishal 2012 mengatakan bahwa, GSCM merupakan suatu inovasi dalam penerapan strategi supply chain yang didasarkan pada konteks lingkungan meliputi beberapa aktivitas seperti reduce, recycle, reuse dan penggantian material (Mustaniroh et al, 2019).

Jain dan Sharma 2014 mengatakan bahwa konsep GSCM adalah mengintegrasikan pengelolaan rantai pasok dengan pemikiran penyelamatan lingkungan, yang meliputi proses perancangan dan pengembangan produk, seleksi pemasok dan proses pengaadaan (procurment), proses manufaktur dengan teknologi bersih, distribusi

(38)

produk akhir kepada konsumen, sampai dengan daur ulang (recycle) pada masa akhir hidup produk (Djunaidi et al, 2018).

GSCM merupakan suatu kegiatan yang berkisar dari green purchasing sampai dengan supply chain yang terintegrasi yang dimulai dari supplier, manufacturing, sampai dengan konsumen dan reverse logistic yang secara keseluruhan akan membentuk suatu cloosing the loop (Zhu dan Sarkis, 2014).

Dapat ditarik kesimpulan dari para ahli, GSCM merupakan suatu kegiatan pengintegrasian dari supply chain yang lebih memperhatikan dampak terhadap lingkungan, yang mencakup kegiatan dimulai dari pemilihan supplier, manufacturing, distribusi dan reverse logistic.

Konsep GSCM hadir sebagai pengembangan dari supply chain yang lebih ramah lingkungan dan menjadi indikator keberhasilan dari penerapan industrial ecosystem dan industrial ecology. Maka oleh itu ditambahkan komponen green, sehingga GSCM dapat diartikan sebagai berikut (Ninlawan et al, 2010):

a. Green Procurement

Green Procurement merupakan lingkup pengadaan terdiri dari keterlibatan dalam termasuk kegiatan pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang material dalam proses pembelian.

b. Green Manufacturing

Green manufacturing merupakan proses produksi yang menggunakan input dengan dampak lingkungan yang relatif

(39)

rendah, sangat efisien, dan menghasilkan sedikit/tidak sama sekali waste.

c. Green Distribution

Green distribution terdiri dari kemasan ligistik ramah lingkungan.

Karakteristik pengemesan seperti ukuran, bentuk dan bahan berdampak pada distribusi karena mempengaruhi karakteristik/jenis untuk transportasi produk.

d. Reverse Logistic

Reverse logistic adalah proses pengambilan produk dari konsumen akhir untuk tujuan menangkap nilai atau pembuangan yang tepat.

Kegiatan termasuk pengumpulan, gabungan inspeksi / seleksi / penyortiran, pemrosesan ulang / pemulihan langsung, redistribusi, dan pembuangan.

Gambar 2.3 Aktivitas pada Green Supply Chain Management (Ninlawan et al, 2010)

(40)

6. Analytical Process Network (ANP)

Pengambilan keptusan diperlukan dalam melakukan analisa kebijakan yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Dalam proses analisis keputusan membutuhkan suatu kriteria sebelum memutuskan pilihan berbagai alternatif yang ada (Rusydiana dan Devi, 2013). Dalam perkembangan analisis keputusan, terdapat beberapa teknik salah satunya adalah ANP.

a. Pengertian ANP

Metode Analytic Network Process (ANP) merupakan pengembangan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Metode ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif (Saaty, 1999).

Pada metode ANP diketahui adanya keterhubungan 2 (dua) jenis, yaitu keterhubungan inner dependence dan outer dependence.

Hal tersebut menyebabkan metode ANP memiliki kompleksitas lebih dibandingkan dengan AHP.

b. Fungsi ANP

Menurut Tanjung dan Devi, ANP mempunyai 3 (tiga) fungsi utama sebagai berikut (Sari, 2017):

1) Membuat sturktur kompleksitas

Masalah yang kompleks akan lebih sulit jika tidak dibuat struktur yang baik. Dalam menggunakan metode ANP maka

(41)

masalah yang kompleks ini akan membantu menstruktur masalah.

2) Mengukur dalam skala rasio

Memerlukan pengukuran ke dalam skala rasio guna menunjukkan adanya proporsi. Harus selalu digunakan skala rasio elemen di atas level terendah hirarki untuk tiap metode dengan susunan hirarki. Pentingnya hal ini karena prioritas (bobot) dari elemen levek ditentukan dengan mengalikan prioritas dari elemen pada induknya, sebab hasil perkalian dari 2 (dua) pengukuran level interval tidak memiliki arti secara matematis.

3) Sintetis

Menyatukan semua bagian menjadi satu kesatuan disebut sintesis. Keadaan yang kompleks, keadaan keputusan yang penting, alokasi sumber daya sering melibatkan banyak dimensi untuk manusia dalam melaksanakan sintesus secara intuitif.

Fungsi yang lebh penting dari ANP, yaitu memiliki kemampuan membantu pengambilan keputusan dalam menjalankan pengukuran dan sintesis faktor-faktor dalam hirarki juga jaringan.

c. Struktur ANP

ANP merupakan pengembangan dari metode AHP, sehingga ada perbedaan dalam sturtur hirarki pada kedua metode tersebut.

(42)

Struktur AHP yang dimiliki berupa cluster-cluster dengan urutan level tertinggi dari tujuan, kemudian kriteria, dan level terendah subkriteria dimana tidak ada feedback/umpan balik pada cluster tersebut (Handayani, 2010). Akan tetapi pada metode ANP dikembangkan pada strukturnya dengan adanya ketergantungan/hubungan satu elemen dengan elemen lain, sehingga pada metode ANP lebih menggambarkan kondisi nyata.

Dapat dilihat dari Gambar 2.4 dimana bagian sebelah kiri merupakan struktur dari metode AHP dan bagian sebelah kanan struktur dari ANP.

Gambar 2.4 Perbedaan Struktur AHP dan ANP (Handayani, 2010)

Dalam ANP terdapat beberapa bentuk jaringan sebagai berikut (Ukhrowi, 2017):

(43)

1) Jaringan Hirarki

Jaringan yang paling sederhana ini membentuk jaringan AHP.

Struktur berbentuk hirarki linier dan memiliki cluster-cluster dengan level tertinggi berupa tujuan, lalu kriteria, dan alternatif sebagai cluster terendah, bentuk ini tidak terdapat feedback atau terjadi hubungan dua arah antarelemen.

2) Jaringan Holarki

Jaringan ini menunjukkan bahwa elemen tertinggi memiliki hubungan terhadap elemen terendah, sehingga terdapat garis hubungan antara kedua cluster tersebut.

3) Jaringan BOCR (Benefit-Opportunity-Cost-Risk)

Jaringan berbentuk sederhana ini adalah jaringan pengaruh.

Jaringan pengaruh memiliki dua jaringan terpisah untuk pengaruh positif dan negatif.

4) Jaringan Umum

Jaringan umum adalah jaringan yang tidak memiliki bentuk khusus. Bentuk jaringan ini terdiri dari beberapa cluster yang di dalam jaringan terdiri dari beberapa elemen. Hubungan yang terjadi pada cluster terjadi karena ada hubungan antarelemen.

Elemen-elemen yang homogen dikelompokkan ke dalam cluster yang sama.

(44)

d. Langkah-langkah Pembuatan ANP

Langkah-langkah pembobotan Menurut Rusydiana dan Devi untuk membuat ANP dalam mengambil keputan harus melalui langkah-langkah adalah sebagai berikut (Riyadi, 2018):

1) Mengkonstruksikan model

Konstruksi model dibuat berdasarkan masalah yang ada, sehingga perlu dilakukan suatu deskripsi secar jelas, dan membentuk ke dalam jaringan.

2) Membuat matriks perbandingan berpasangan vektor prioritas

Tabel 2.2 Skala Numerik ANP (Riyadi, 2018)

3) Menentukan hubungan perbandingan berpasangan antarsubkriteria.

Tingkat

Kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama penting Kedua elemen mempunyai

pengaruh yang sama

3 Sedikit lebih penting

Pengalaman dan penilaian sedikit memihak satu elemen dibanding pasangannya

5 Lebih penting

Pengalaman dan penilaian dengan kuat memihak satu elemen dibanding pasangannya

7 Sangat penting

Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya terlihat

9 Mutlak sangat penting

Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya

2,4,6,8 Nilai tengah

Digunakan untuk

mengkompromikan nilai-nilai diantara nilai di atas

(45)

Cara menghitung antarsubkriteria pada Persamaan 1 sebagai berikut:

Q = N/2 ... (1) Dengan:

Q = nilai tengah dari jumlah responden N = Jumlah responden

Vij = jumlah responden yang memilih adanya hubungan antarkriteria

Vij = jumlah responden yang memilih adanya hubungan antarkriteria

Jika Vij ≤ Q maka tidak ada hubungan antarkriteria Jika Vij ≥ Q maka ada hubungan antarkriteria

Perbandingan berpasangan dilakukan dengan menggunakan skala ANP 1-9 seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Terdadapat dua pendekatan yang dapat dipilih untuk digunakan saat membuat pertanyaan untuk perbandingan berpasangan, yaitu:

Jika terdapat satu parent element A dan B yang akan diperbandingkan terhadapanya, maka elemen mana yang paling dipengaruhi parent element? Jika perbandingan berpasangan telag dilaksanakan seluruhnya, selanjutnya vektor prioritas w (yang disebut eigenvector) dihitung dengan Persamaan 3.

(46)

Eigenvector =

Σ 𝑊𝑖𝑗 𝑊𝑗

𝑛 ... (3) Dengan:

Σ 𝑊𝑖𝑗 = nilai sel kolom dalam satu baris Σ 𝑊𝑗 = jumlah total kolom

N = jumlah matriks yang dibandingkan 4) Menghitung rasio konsisten

Rasio konsisten adalah rasio yang menyatakan apakah penilaian yang diberikan ole para expertise konsisten atau tidak.

Indeks konsisten (Consistency Index-CI) suatu matriks perbandingan dapat dihitung dengan Persamaan 4.

CI = 𝜆𝑚𝑎𝑥−𝑛

𝑛−1 ... (4) Dengan:

n = jumlah item yang diperbandingkan

𝜆𝑚𝑎𝑥 − 𝑛 = eigenvector terbesar dari matriks perbandingan berpasangan n x n

Rasio konsisten diperoleh dengan membandingkan indeks konsisten dengan nilai dari bilangan konsistensi acak (random consistency index/RI) seperti Persamaan 5.

CR = 𝐶𝐼

𝑅𝐼 ... (5)

Dengan:

CI = Consistency index

(47)

CR = Random consistency index

Nilai untuk RI tegantung pada banyaknya item yang diperbandingkan (n). Jika nilai CR kurang dari 0,1 maka dapat dinilai bahwa penilaian yang diberikan para expertise sudah konsisten. Di bawah ini Tabel 2.2 untuk mengetahui nilai RI:

Tabel 2.3 Nilai RI (Akmaludin, 2015)

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

RI 0 0 0,52 0,89 1,11 1,23 1,35 1,4 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59

5) Membentuk supermatriks

Supermatriks adalah matriks yang terdiri sub sub matriks yang disusun dari suatu set hubungan antara dua level yang terdapat dalam model. Eigenvector yang diperoleh melalui perbandingan berpasangan ditempatkan pada kolom supermatriks yang menunjukan pengaruh dengan mempertimbangkan kriteria kontrol dari elemen suatu komponen pada elemen tunggal dari komponen yang sama atauberbeda yang terdapat di bagian atas supermatriks. Terdapat tiga tahapan supermatriks yang harus diselesaikan pada model ANP, yaitu:

a) Unweight Supermatrix

Supermatriks ini berisi eigenvector yang dihasilkan dari keseluruhan matriks perbandingan berpasangan dalam jaringan.Setiap kolom dalam unweight supermatriks berisi

(48)

eigenvector yang berjumlah satu pada setiap clusternya, sehingga secara total,satu kolom akan memiliki penjumlahan eigenvector lebih darisatu.

b) Weight Supermatrix

Supermatriks ini diperoleh dari mengalikan seluruh eigenvector dalam unweigtht supermatrix dengan bobot clusternya masing-masing.

c) Limit Matrix

Limit matrix adalah supermatriks yang berisi bobot prioritas global dalam weigtht supermatrix yang telah konvergen dan stabil. Nilai ini diperoleh dari memangkatkan weigtht supermatrix.

6) Pemilihan alternatif terbaik

Setelah memperoleh nilai setiap elemen pada limit matriks, langkah selanjtnya adalah melakukan perhitungan terhadap nilai elemen-elemen tersebut sesuai dengan model ANP yang dibuat.

Alternatif dengan prioritas global tertinggi adalah alternatif yang terbaik.

a. Kelebihan dan Kekurangan ANP

Sebagai suatu teknik pembobotan, ANP memiliki kelebihan dan kekurang (Britania, 2011). Berikut ini beberapa kelebihan yang dimiliki ANP:

(49)

1) ANP dapat memperhitungkan kriteria yang bersifat tangible dan intangible.

2) ANP dapat memodelkan suatu hubungan yang lebih kompleks antarlevel keputusan dan kriteria.

3) ANP mengizinkan adanya hubungan saling bergantung antarelemen.

4) ANP sangat berguna untuk mempertimbangkan kriteria yang bersifat kualitatif dan kuntitatif serta hubungan antarkriteria yang bersifat nonlinier.

Berikut ini kekurangan dari ANP:

1) Untuk menyelesaikan ANP memerlukan waktu yang cukup lama dan harus dikerjakan secara intensif.

2) ANP memerlukan perbandingan berpasangan yang lebih banyak dari AHP.

3) Keakuratan perbandingan berpasangan hanya bergantung pada penilaian expertise, sehingga memungkinkan hasil yang tidak valid ketika penilai terlalu bersifat subjektif.

7. Objective Matrix (OMAX)

Objective Matrix(OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas di suatu perusahaan atau di tiap bagian dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (Nasution, 2005).

(50)

Model ini diciptakan oleh Prof. James L. Riggs, seorang ahli produktivitas dari Amerika Serikat. Matriks ini berasal dari usaha- usaha beliau untuk mengkualifikasikan perawatan yang dilandasi kasih sayang (Tender Loving Care) dalam studi produktivitas rumah sakit pada tahun 1975, yaitu suatu skema multi dimensional untuk menyertakan TLC dalam pengukuran kinerja (Suryadi, 2014).

Gambar 2.5 Tabel Objective Max (OMAX) (Suryadi, 2014)

(51)

Keterangan pada Gambar 2.5 sebagai berikut (Suryadi, 2014):

a. Productivity Criteria dapat merupakan bagian dari elemen efisiensi, efektivitas, kualitas, dan elemen-elemen lainnya dan penentuan kriteria produktivitas dilakukan oleh pihak manajemen.

b. Performance merupakan nilai aktual dari kinerja perusahaan pada periode tertentu.

c. Skor merupakan baris dimana konversi dari nilai aktual kinerja ke skor OMAX diletakkan.

d. Weight adalah nilai bobot dari kriteria produktivitas yang ditentukan oleh manajemen.

e. Value adalah perkalian dari nilai skor dan nilai bobot.

f. Index merupakan hasil penjumlahan dari nilai Value untuk setiap kriteria produktivitas.

Pengukuran produktivitas yang dilakukan dengan menggunakan pengukuran model OMAX, pada dasarnya merupakan perpaduan dari beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai derajat kepentingan masing-masing ukuran atau kriteria itu di dalam perusahaan. Dengan demikian model ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang amat berpengaruh dan yang kurang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas (Dania et al., 2012).

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam pengukuran jinerja dengan menggunakan metode OMAX:

(52)

a. Menentukan kriteria produktivitas Key Performance Indicator (KPI), langkah pertama ini adalah mengidentifikasi kriteria produktivitas yang sesuai.

b. Menjelaskan data, setelah kriteria produktivitas teridentifikasi dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan kriteria tersebut secara lebih terperinci.

c. Penilaian pencapaian mula-mula (skor 3), diletakkan pada skor 3 dari skala 1 sampai 10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan daripada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya diletakkan pada tingkat yang lebih rendah lagi agar memungkinkan terjadinya pertukaran dan memberi kelonggaran apabila sekali-sekali terjadi kemunduran.

d. Menetapkan nilai optimis dan pesimis (skor 10 dan skor 0), skor 10 berkenaan dengan sasaran yang ingin kita capai dalam dua atau tiga tahun mendatang sesuai dengan lamanya pengukuran ini akan dilakukan dan karenanya harus berkesan optimis tetapi juga realistis, sedangkan skor 0 merupakan pencapaian terburuk yang mungkin dicapai.

e. Menetapkan sasaran jangka pendek, pengisian skala skor yang tersisa lainnya dari matriks dilakukan langsung setelah butir skala 0 (nol), 3 (tiga), dan 10 telah terisi. Butir yang tersisa diisi dengan jarak antar skor adalah sama pada Persamaan 6.

∆𝑋𝐿−𝐻= 𝑌𝐻−𝑌𝐿

𝑋𝐻−𝑋𝐿... (6)

(53)

Dengan:

∆𝑋𝐿−𝐻 = interval angka level high dan low 𝑋𝐻 = level high

𝑋𝐿 = level low

𝑌𝐻 = angka pada level high 𝑌𝐿 = angka pada level low

f. Menentukan derajat kepentingan (bobot), semua kriteria tidaklah memiliki pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat kepentingannya tiap kriteria harus diberi bobot. Pembobotan biasanya dilakukan Oleh pihak pengambil keputusan dan dapat pula dilakukan oleh orang-orang yang terpilih karena dianggap paham akan kondisi unit kerja yang akan diukur.

g. Pengoperasian Matriks baru dapat dilakukan apabila semua butir diatas telah dipenuhi (Gambar 2.5).

8. Traffic Light System (TSL)

TSL berhubungan erat dengan scoring system. TSL berfungsi sebagai tanda apakah score dari suatu indikator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Indikator TSL ini direpresentasikan dengan tiga warna yaitu hijau, kuning dan merah (Cahyawati et al, 2013).

Indikator TSL ini dibedakan menjadi 3 (tiga) warna yaitu:

(54)

a. Warna merah (interval skor 1) Pencapaian atau prestasi dari suatu indikator kinerja benar – benar dibawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera.

b. Warna kuning (interval skor 2) Pencapaian atau prestasi dari suatu indikator kinerja belum tercapai meskipun nilainya sudah mendekati target yang telah ditetapkan, jadi pihak manajemen harus berhati – hati dengan berbagai macam kemungkinan.

c. Warna hijau (interval skor 3) Pencapaian atau prestasi dari suatu indikator kinerja sudah mencapai target yang telah ditetapkan.

(55)

38 A. Objek Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Putra Multi Cipta Teknikindo (PMC Teknikindo), terletak di Jalan Lestari Jeblog RT 02, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, dengan objek yang diteliti berupa penerapan Green Supply Chain Management (GSCM) dan subjek penelitian adalah departemen atau bagian yang memahami proses dari hulu ke hilir pada produk kompor batik listrik Astoetik.

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan riset kepustakan.

1. Metode Observasi

Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data mengenai segala hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti pada bagian supply chain.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara langsung dengan pihak-pihak yang kompeten memahai mengenai supply chain di PT. PMC Teknindo. Narasumber yang memahami aliran supply chain adalah Bapak Adi Wibowo Selaku VP Sales & Marketing dan Bapak Eryan selaku kepala bagian produksi.

Wawancara dilakukan mengenai perbandingan berpasangan mengenai

(56)

indikator GSCM yang akan diukur.

3. Riset Kepustakaan

Riset kepustakaan dilakukan untuk mempelajari dan mengumpulkan teori-teori serta data-data yang relevan untuk mendukung penyusunan penelitian ini.

4. Dokumentasi Perusahaan

Dokumentasi perusahaan berupa catatan atau dokumen yang diarsipkan oleh perusahaan yang akan digunakan sebagai penunjang atau pelengkap dalam penelitian ini.

C. Tahapan Penelitian

Tahapan yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal dengan

melakukan observasi dan wawancara untuk dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data umum PT. PMC Teknikindo.

b. Supply Chain PT. PMC Teknikindo.

c. Proses produksi.

(57)

d. Key Performance Indicator GSCM.

e. Hasil wawancara oleh responden.

f. Data pencapaian kinerja KPI.

3. Pengolahan Data

Setelah data yang dibutuhkan cukup maka selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan metode PDCA yang akan terdapat pada tahapan berikut ini:

1) Plan

a) Mengidentifikasi SCM pada PT. Teknikindo.

b) Menentukan narasumber yang mengetahui atau ahli dalam penerapan SCM pada PT. Teknikindo.

c) Mengidentifikasi Key Performance Indicator (KPI).

2) Do

a) Wawancara terhadap KPI oleh narasumber b) Melakukan validasi terhadap KPI.

c) Pembobotan KPI yang telah tervalidasi dengan metode ANP.

3) Check

Mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan metode OMAX dan TSLdari data hasil pembobotan ANP.

4) Action

Menentukan usulan perbaikan untuk PT. PMC Teknindo.

(58)

4. Pembahasan

Data yang diolah kemudian akan dianalisa untuk mengetahui dasar indikator GSCM dan prioritas masalah serta usulan perbaikan yang perlu dilakukan agar dapat dijadikan pertimbangan oleh PT.

PMC Teknikindo guna melakukan perbaikan terhadap penerapan GSCM yang telah/belum dilakukan.

5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan adalah rangkuman dari keseluruhan hasil pembahasan dari sebuah penelitian. Saran merupakan usulan dari hasil penelitian terkait permasalahan yang menjadi objek penelitian atau kemungkinan untuk penelitian selanjutnya.

D. Diagram Alir Penelitian

Mulai i

Studi Pendahuluan

Studi Literatur

1. Al Wafdah Lazuardian, 2016, dengan judul: Implementasi Sistem Pengukuran Kinerja Aktivitas Green Supply Chain Management (GSCM) Studi Kasus di KUD “DAU”.

A

(59)

-

Studi Literatur

2. Al Wafdah Lazuardian, 2016, dengan judul: Implementasi Sistem Pengukuran Kinerja Aktivitas Green Supply Chain Management (GSCM) Studi Kasus di KUD “DAU”.

3. Dzulfikar, Muhammad 2015, dengan judul Pengukuran Performansi Green Supply Chain dengan Menggunakan Balanced Scorecard dan Analytic Network Process di PT. Adi Satria Abadi.

4. Susanty, dkk, 2017, dengan judul: Penilaian Implementasi Green Supply Chain Management di UKM Batik Pekalongan dengan Pendekatan GreenSCOR.

5. Rohdayatin, dkk, 2018, dengan judul: Green Supply Chain: Studi Keterkaitannya dengan Kinerja Lingkungan dan Kinerja Finansial.

6. Djunaidi, dkk, 2018, dengan judul: Identifikasi Faktor Penerapan Green Supply Chain Management pada Industri Furniture Kayu.

7. N. Novitasari, 2018, dengan judul: Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Aktivitas Green Supply Chain Management (GSCM) Studi Kasus Kelompok Industri Tahu Ngudi Lestari.

8. Mukharromah, dkk, 2017, dengan judul: Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode Green Supply Chain Management (GSCM) di Unit Bisnis Teh Hitam.

9. Fortuna, dkk, 2018, dengan judul: Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Aktivitas Green Supply Chain Management (GSCM) di KUD

“Batu”.

10. Mustaniroh, dkk, 2019, dengan judul: Evaluasi Kinerja pada Green Supply Chain Management Susu Pasteurisasi di Koperasi Agro Niaga Jabung.

11. T. Immawan dan C. Y. Pratama, 2016, dengan judul: Pengukuran Performansi Rantai Pasok pada Industri Batik Tipe Produksi Make-to- Stock dengan Menggunakan Model SCOR 11.0 dan Pembobotan AHP Studi Kasus Batik Gunawan Setiawan Surakarta.

B A

(60)

11. Nugrahani dan Suliantoro, 2015, dengan judul Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Supply Chain dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard-Analytical Network Process (BSC-ANP) di PT. Madubaru Yogyakarta.

12. Prasetyo dan Yuliawati, 2018, dengan judul Analisis Performansi Supply Chain dengan Pendekatan Green SCOR dan ANP.

13. Puryono, et al, 2016, dengan judul Penerapan Green Supply Chain Management untuk Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan.

14.

Pengolahan Data 1. Plan

a. Mengidentifikasi SCM pada PT. Teknikindo.

b. Menentukan narasumber yang mengetahui/ahli dalam penerapan SCM pada PT. Teknikindo.

c. Mengidentifikasi Key Performance Indicator (KPI).

Pengumpulan Data 1. Data umum PT. PMC Teknikindo.

2. Supply Chain PT. PMC Teknikindo.

3. Proses produksi.

4. KPI GSCM

5. Hasil wawancara oleh responden 6. Pencapaian kinerja KPI

B

C

(61)

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Analisis Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

C

2. Do

a. Melakukan wawancara mengenai KPI oleh responden.

b. Melakukan validasi terhadap Key Performance Indicator (KPI).

c. Pembobotan KPI yang telah tervalidasi dengan metode ANP.

3. Check

Mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan metode OMAX dan TSLdari data hasil pembobotan ANP.

4. Action

Menentukan usulan perbaikan untuk PT. PMC Teknindo

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

49 Kecamatan Tangen 1 SIKENES ( Sistem Koordinasi Administrasi Keuangan Desa ) 32 33 36 45 40 31 2 Kecamatan Karangmalang 2 Kecamatan Gondang 47 Kecamatan Sukodono Kecamatan

(0,0084) lebih kecil dari 0,01, jadi terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara jumlah tanda positif dan negatif dengan kecenderungan negatif, artinya; tingkat

2000 dilaksanakan lagi pembangunan 36 los yang dikhususkan bagi para pedagang ikan dan daging. Pasar Siteba sebagai pasar wilayah bagi Kota Padang dengan harga

Penulisan nama mencakup nama penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka, nama yang lebih dari satu, nama dengan garis penghubung, nama yang diikuti

[r]

Perputaran motor pada mesin arus bolak balik ditimbulkan oleh adanya medan putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur optimum yang digunakan pada pengukuran methanil yellow adalah pada 35 0 C dengan harga Nernst sebesar

1) Penyebab kerusakan mesin carding yaitu, Cylinder yang penuh dengan waste, menumpuknya waste pada permukaan Cylinder, Adanya tonjolan pada sliver yang masuk pada Coiler,