• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK HIDROKARBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK HIDROKARBON"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN

PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK HIDROKARBON

Oleh Rina Agustia

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 8

B. Keterampilan Proses Sains ... 12

C. Penguasaan Konsep ... 15

D. Kerangka Pemikiran.. ……… 16 E. Anggapan Dasar ... 17

(6)

III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Penentuan Populasi Dan Sampel Penelitian ... 19

B. Jenis dan Sumber Data ... 20

C. Rancangan Penelitian ... 20

D. Variabel Penelitian ... 21

E. Instrumen Penelitian... 21

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 24

G. Teknik Analisis Data ... 24

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 30

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Simpulan ... 41

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen ... 45

2. RPP Kelas Eksperimen ... 49

3. Lembar Kerja Siswa ... 73

(7)

6. Rubrik Penskoran Pretest ... 116

7. Kisi-kisi Postest ... 122

8. Soal Postest ... 124

9. Rubrik Penskoran Posttest ... 129

10. Data Nilai Pretest, Posttes, dan n-Gain Keterampilan Mengelompokkan 133 11. Data Nilai Pretest, Posttes, dan n-Gain Penguasaan Konsep ... 134

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia itu dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains antara lain mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan, menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan.

Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekan-kan pembentumenekan-kan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan meng-komunikasikan hasilnya. Penting bagi seorang guru melatihkan KPS

kepa-da siswa, karena kepa-dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu keterampilan dalam KPS adalah keterampilan mengelompokkan,

keteram-pilan mengelompokkan merupakan keteramketeram-pilan yang harus dimiliki siswa

dalam mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri,

mem-bandingkan dan mencari dasar penggolongan berdasarkan kesesuaian suatu

(9)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran

ki-mia di MA Negeri 1 Bandar Lampung kelas X. Proses pembelajaran yang paling sering dilakukan adalah menggunakan metode ceramah dan diskusi dua arah yang lebih terpusat pada guru. Pembelajaran kimia selama ini di-mulai dengan guru menyampaikan materi, kemudian siswa diberikan latihan soal atau PR untuk disampaikan jawabannya kedepan kelas, tetapi hanya 3-4 orang yang mau menjawab dan aktif dalam proses pembelajaran, yaitu siswa yang memiliki tingkat akademik tinggi, sedangkan sebagian siswa lain lebih banyak diam, belum berani mengungkapkan pendapatnya, kurang terlibat ak-tif, dan kurang termotivasi dalam membangun konsep materi hidrokarbon. Sedangkan untuk praktikum, jarang sekali dilakukan.

(10)

membentuk senyawa hidrokarbon, menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubunganya dengan sifat senyawa. Materi pembelajaran kimia yang sesuai dengan standar kompetensi dasar di atas adalah materi hidrokarbon.

Pada materi hidrokarbon, siswa banyak dikenalkan dengan senyawa penyu-sun benda-benda yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu sis-wa diajak untuk dapat membedakan jenis–jenis senyawa atau reaksi hidro-karbon yang berkaitan langsung dengan pengetahuan alam yang sering di-jumpai di lingkungan. Contohnya bensin, gas elpiji, pipa, lilin, plastik, eta-nol adalah benda-benda yang dihasilkan dari reaksi-reaksi senyawa hidro-karbon. Dengan demikian pembelajaran materi hidrokarbon dapat meng-eksplor KPS khususnya keterampilan mengelompokkan. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran maupun media pendukung yang menarik untuk membantu guru menjelaskan konsep hidrokarbon agar siswa lebih menguasai konsep tersebut. Guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat menitikberatkan pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa mem-bangun pengetahuannya sendiri. Selain itu, peran guru cukup membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga guru tidak harus menyampaikan materi

secara penuh kepada siswa, siswa tidak hanya mendengarkan uraian guru

tetapi lebih aktif dan mandiri dalam melakukan kegiatan belajar. Semakin

aktif siswa dalam belajar, maka siswa akan semakin mudah memahami

ma-teri belajar, dan pemahaman yang didapatkan siswa itu akan bertahan lama

(11)

Salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat

menemu-kan jawaban dari suatu permasalahan sendiri dengan cara mencari dan

me-nganalisis dibawah bimbingan guru adalah inkuiri terbimbing, model ini

diduga dapat meningkatkan keterampilan mengelompokkan. Model

pem-belajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model pempem-belajaran yang

meli-batkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

me-nyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri dibawah

bim-bingan intensif dari guru (Gulo dalam Suyanti, 2010).

Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengembangkan self concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar yang lebih

baik, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,

memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri sehingga suasana proses

belajar lebih terangsang. (Roestiyah, 1998)

Penelitian lain yang menggunakan model inkuiri terbimbing adalah Sari

(2010) yang melakukan eksperimen pada siswa kelas XI IPA SMA Al-Huda

Lampung Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model

pembelaja-ran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan

mengkomunikasi-kan dan penguasaan konsep.

Hasil penelitian lainnya oleh Diawati (2011) yang melakukan penelitian

un-tuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar

(12)

dasar kimia melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, dari penelitian ini

di-peroleh hasil bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan

penguasaan konsep siswa dari siklus ke siklus.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul :

Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan

Keterampilan Mengelompokkan dan Penguasaan Konsep Pada Materi

Pokok Hidrokarbon

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan

masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

meningkatkan keterampilan mengelompokkan pada materi pokok

hi-drokarbon?

2. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam

mening-katkan penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini

adalah untuk:

1. Mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran inkuiri terbimbing

da-lam meningkatkan keterampilan mengelompokkan pada materi pokok

(13)

2. Mengetahui efektifitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa

Siswa diharapkan akan lebih memahami konsep materi hidrokarbon dan kemampuan KPS khususnya keterampilan mengelompokkan de-ngan diterapkannya model inkuiri terbimbing.

2. Bagi guru

Dapat dijadikan alternatif pembelajaran sehingga diharapkan dapat

meningkatkan KPS khususnya keterampilan mengelompokkan dan

pemahaman konsep siswa pada materi pokok Hidrokarbon.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia

di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Materi pokok yang dibahas adalah hidrokarbon yang meliputi pengujian senyawa karbon, kekhasan atom karbon, tatanama hidrokarbon, sifat

fisik dan kimia serta keisomeran hidrokarbon.

(14)

pembelajarannya adalah (a) guru mengajukan pertanyaan atau permasa-lahan, (b) siswa merumuskan hipotesis atas pertanyaan atau solusi per-masalahan yang dapat diuji dengan olah data, (c) mengumpulkan data melalui praktikum atau telaah literatur dari tabel atau gambar. (d) tahap analisis data dimana siswa bertanggung jawab dengan menguji hipotesis yang telah dirumuskan dan menganalisis data yang telah diperoleh, (e) membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.

3. Keterampilan mengelompokkan adalah salah satu indikator dari

ke-mampuan proses sains yaitu untuk mencari perbedaan atau persamaan,

membandingkan dan mencari dasar penggolongan Pada penelitian ini, ditunjukkan dengan data hasil pretest serta posttest.

4. Penguasaan konsep berupa nilai siswa pada materi pokok hidrokarbon

yang diperoleh melalui pretest dan posttest.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek

yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi

(hubung-an timbal balik) (hubung-antara guru deng(hubung-an siswa. Guru memberik(hubung-an materi sementara siswa

tidak hanya sekedar menerima begitu saja melainkan ada interaksi diantara keduanya

sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu

pembe-lajaran seperti ini adalah model pembepembe-lajaran inkuiri.

Menurut Suyanti (2010), pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang

berpu-sat pada siswa yang memiliki peran untuk mencari dan menemukan sendiri materi

pe-lajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator untuk mendorong siswa dapat

me-ngembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan

per-tanyaan-pertanyaan.

Wena (2009) menuliskan bahwa pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh Richard

Suchman untuk mengajarkan peserta didik dalam memahami proses meneliti dan

me-nerangkan suatu kejadian. Menurut Suchman, kesadaran peserta didik terhadap proses

inkuiri perlu ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan dengan prosedur

pemeca-han masalah secara ilmiah. Selain itu, kepada para peserta didik juga dapat diajarkan

(16)

berbagai macam teori-teori baru. Oleh karena itu, para peserta didik harus disadarkan

dengan pernyataan bahwa pendapat orang lain dapat memperkaya pengetahuan yang

mereka miliki.

Trowbridge & Bybee dalam Asri (2007) mengemukakan “Inquiry is the process of

defining and investigating problems, formulating hypotheses, designing experiments,

gathering data, and drawing conculations about problems”. Menurut mereka inkuiri

adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan

hipote-sis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan

masa-lah-masalah tersebut. Lebih lanjut lagi, dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran

inkuiri adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada siswa

de-ngan memberikan bimbide-ngan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan

prin-sip-prinsip ilmiah.

Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi yang meliputi

kegiatan-kegi-atan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku-buku

dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau

in-vestigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau

eksperi-men dengan eksperi-menggunakan alat-alat untuk memperoleh data, eksperi-menganalisis dan eksperi-

meng-interpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya.

(Depdiknas, 1997).

Berdasarkan uraian para ahli di atas, pembelajaran inkuiri adalah sebuah

pembelaja-ran yang mempersiapkan peserta didik melakukan eksperimen sendiri, dapat

(17)

bertahan dan berkembang dalam perjalanan siswa sebagai pembelajar. Apabila cara

berfikir tersebut sudah dimiliki siswa, maka siswa akan menjadi pemikir yang kreatif,

mengembangkan kemampuan intelektual dalam berfikir induktif, dan pribadi yang

mampu memecahkan masalah. Inkuiri menempatakan peserta didik sebagai subyek

belajar yang aktif. Kendati siswa sebagai sebagai subyek dalam belajar yang harus

berperan aktif, namun peran guru tetap sangat penting sebagai komponen proses

be-lajar mengajar. Karena guru mempunyai kewajiban untuk mengarahkan siswa untuk

melakukan kegiatan, seperti melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan

saran kepada siswa.

Menurut Kindsvatter dalam Suparno (2007) pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi

dua macam, yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Perbedaan itu lebih ditandai

dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut.

Pembela-jaran inkuiri bebas, memposisikan guru sebagai teman dalam belajar. PembelaPembela-jaran

inkuiri terbimbing, guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa

mengung-kapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk

pe-nyelidikan lebih lanjut. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan

masalah.

Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan agar para siswa bebas mengembangkan

konsep yang mereka pelajari. Siswa diberi kesempatan untuk memecahkan masalah

yang mereka hadapi secara individu atau berkelompok, di dalam kelas mereka

di-ajarkan berinteraksi sosial dengan kawan sebayanya untuk saling bertukar informasi

antar kelompok. Pembelajaran inkuiri terbimbing ini selaras dengan pembelajaran

(18)

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri

terbimbing adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi per-masalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan de-ngan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk dapat menentukan langkah-langkah peng-umpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik. 4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumus-kan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah mem-peroleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses pembelajaran inkuiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesim-pulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Menurut Roestiyah (1998), inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi

proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka

(19)

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk

membantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.

3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka guru harus memiliki kreativitas yang tinggi

dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Guru harus lebih banyak

me-ngaitkan meteri pembelajaran dengan kehidupan sehari- hari yang sering dijumpai

sis-wa sehingga sissis-wa lebih mudah menemukan konsep pembelajaran itu sendiri.

Dari pendapat para ahli di atas, inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai salah satu metode pembelajaran berbasis inkuiri yang penyajian masalah, pertanyaan-pertanyaan dan materi atau bahan penunjang ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini dapat mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menentukan jawabannya. Ke-giatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang di-tentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, mem-buat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

B. Keterampilan Proses Sains

Menurut Rustaman (2005), keterampilan proses melibatkan

keterampilan-keterampi-lan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampiketerampilan-keterampi-lan kognitif atau

intelek-tual dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya,

keteram-pilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau

perakitan alat, keterampilan sosial dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses

(20)

Semiawan (1992) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah :

keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Menurut Mundilarto dalam Widayanto (2009) menyebutkan bahwa proses sains

ditu-runkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis ketika melakukan penelitian

ilmi-ah, langkah-langkah tersebut dinamakan keterampilan proses. Keterampilan proses

sains dapat juga diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan

suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip,

hu-kum maupun fakta atau bukti.

Jenis-jenis keterampilan proses sains menurut Rustaman(2005) adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan (observasi)

Menggunakan indera menglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba.

Menggu-nakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk

keteram-pilan proses mengamati.

2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi)

Mencatat setiap pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan dan menemukan pola

keteraturan dari satu seri pengamatan dan menyimpulkannya.

3) Mengelompokkan (klasifikasi)

Dalam proses pengelompokkan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan,

(21)

4) Meramalkan (prediksi)

Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan

perkira-an tentperkira-ang sesuatu yperkira-ang belum terjadi berdasarkperkira-an suatu kecenderungperkira-an atau pola

yang sudah ada.

5) Berkomunikasi

Membaca tabel, grafik atau diagram, menggambarkan data empiris dengan grafik,

ta-bel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan

secara sistematis dan jelas.

6) Berhipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan

pe-nyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan

masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkadang cara untuk mengujinya.

7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan

Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus,

tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan

dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan

va-riabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan vava-riabel kontrol

dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur dan ditulis, serta

menentu-kan cara dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentumenentu-kan cara

mengo-lah data untuk dapat disimpulkan, maka dapat merencanakan penyelidikanpun terlibat

kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.

8) Menerapkan konsep atau prinsip

Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan

(22)

9) Mengajukan pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa,

bagaima-na, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Dengan demikian jelaslah bahwa

berta-nya tidak sekedar bertaberta-nya tetapi melibatkan pikiran.

Menurut Nur (1998) dalam bukunya yang berjudul proses belajar mengajar dengan

metode pendekatan keterampilan proses sains mengungkapkan untuk memahami

se-jumlah besar benda, kejadian, masalah kehidupan di sekitar kita, maka penting untuk

menyusunnya berdasarkan pola tertentu. Penyusunan benda atau kejadian dilakukan

dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan mengelompokkan benda-benda

terse-but berdasarkan tujuan tertentu. Mengelompokkan benda-benda ini didasarkan dengan

kesesuain dan kegunaannya.

C. Penguasaan Konsep

Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek,

kejadian, kegiatan, hubungan yang mempuyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak

berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut

tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara

satu konsep dengan konsep yang lainnya.

(23)

gejala. Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala

lebih lanjut. Posner dalam Suparno (2007) menyatakan bahwa dalam proses belajar

terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Tahap asi-milasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhada-pan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

D. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang dalam

pelak-sanaanya siswa dituntut untuk mampu menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan

secara mandiri atau berkelompok, sedangkan guru sebagai fasilitator yang

menyedi-akan bahan dan pertanyaan yang dapat membimbing siswa dalam menganalisis suatu

permasalahan.

Pada materi hidrokarbon, siswa banyak dikenalkan dengan senyawa penyu-sun benda-benda yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa diajak untuk dapat membedakan jenis–jenis senyawa atau reaksi hidrokarbon yang berkaitan langsung dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan. Sehingga guru dapat melatihkan keterampilan mengelompokkkan kepada siswa sebagai salah satu

kompo-nen dalam Keterampilan Proses Sains (KPS).

Tahapan-tahapan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing dimulai dari tahap

per-tama yaitu siswa dihadapkan pada permasalahan dimana dari permasalahan tersebut,

siswa diminta untuk memberikan jawaban yang bersifat sementara. Tahap kedua yaitu

(24)

berbagai sumber. Tahap ketiga yaitu siswa menguji dan membuktikan hipotesisnya

dengan melakukan percobaan atau telaah literatur. Setelah itu, siswa menganalisis

hasil pengamatannya. Tahap keempat, siswa membuat laporan kegiatan

eksperimen-nya serta membuat kesimpulan dari hasil pengamataneksperimen-nya dan berdasarkan

informasi-informasi yang telah diperoleh. Tahap terakhir, siswa mempresentasikan hasil

pengamatannya.

Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran inkuiri terbimbing akan meningkatkan

kete-rampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep. Oleh karena itu, dilakukan

pene-litian efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan

mengelompokkan dan penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas X7 dan X8 semester genap MA Negeri 1 tahun pelajaran 2011-2012

yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam

penguasaan konsep hidrokarbon.

2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penguasaan konsep hidrokarbon kelas X

semester genap MA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012

diabaikan.

F. Hipotesis Umum

(25)

a. Pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon lebih efektif

dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan daripada pembelajaran

konvensional.

b. Pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon lebih efektif

(26)

III. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar

Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang tersebar dalam sepuluh kelas yang

ber-jumlah 448 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena

adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkatan kelas yang sama, yaitu kelas X

MA Negeri 1 Bandar Lampung.

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap.

c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan

kuriku-lum yang sama (KTSP), dan jumlah jam belajar yang sama (3 jam pelajaran

dalam setiap minggu).

2. Sampel

Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertentu (Margono, 2010). Dalam hal ini pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan

(27)

dikan sampel adalah guru kimia kelas X yang mengajar di MA Negeri 1 Bandar

Lampung. Berdasarkan pertimbangan dari peneliti dan guru mitra maka diambil

kelas X7 dan X8 , karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan akademik

yang tergolong sama. Setelah diperoleh dua kelas sampel maka ditentukan kelas

eksperimen dan kelas kontrol, yang pada akhirnya ditentukan kelas X7 sebagai

kelas eksperimen dan kelas X8 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat

kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil

tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Sumber data dibagi menjadi

dua kelompok yaitu :

(1) data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen

(2) data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Non Equivalent Control Group Design yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. (Sugiyono, 2010)

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Keterangan :

O1: Pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan

O2 : Posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan

(28)

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

Seba-gai variabel bebas adalah pembelajaran yang menggunakan model inkuiri

terbim-bing dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah

keterampi-lan mengelompokkan dan penguasaan konsep siswa

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrument yang digunakan adalah soal-soal pretest dan

post-test yang masing-masing terdiri dari dua bagian, yaitu soal-soal penguasaan

kon-sep yang berupa pilihan jamak dan soal-soal keterampilan mengelompokkan

da-lam bentuk soal uraian.

Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang

sama. Soal pretest adalah soal materi pokok reaksi oksidasi reduksi yang terdiri

dari 15 butir soal pilihan jamak dan 5 soal uraian yang mengandung keterampilan

proses sains ( 2 soal mengandung keterampilan mengelompokkan). Sedangkan

soal posttest adalah materi pokok hidrokarbon yang terdiri dari 15 butir soal

pili-han jamak dan 5 butir soal uraian yang mengandung keterampilan proses sains (2

soal mengandung keterampilan mengelompokkan).

Untuk mengetahui instrumen yang digunakan valid atau tidak, maka dilakukan

pengukuran validitas instrumen. Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjuk-kan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatamenunjuk-kan valid apabila mampu

(29)

di-dengan cara judgment (penilaian). Oleh karena itu diperlukan ketelitian dan

ke-ahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini

dilakukan oleh dosen pembimbing.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:

1. Observasi Pendahuluan

a. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti.

b. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan

instrumen tes.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas di kelas,

yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dan

kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Adapun prosedur

pelaksa-naan penelitiannya sebagai berikut:

(1) melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas control

(2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi hidrokarbon sesuai

(30)

pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing di kelas eksperimen yaitu

kelas X7 dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol yaitu kelas X8

(3) melakukan posttes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas control

(4) melakukan tabulasi dan analisis data

(5) penarikan kesimpulan

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian Mempersiapkan instrumen

Menentukan Populasi dan Sampel Observasi Pendahuluan

Analisis Data

Kesimpulan

Penulisan Laporan Penelitian

Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol

Posttest Pembelajaran konvensional Pembelajaran

inkuiri terbimbing

(31)

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti

yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,

tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai pretest dan

posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa =

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung n-Gain yang

selan-jutnya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians.

1. Perhitungan n-Gain ternormalisasi

Untuk mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan

keteram-pilan mengelompokkan dan penguasaan konsep, maka dilakukan analisis nilai

gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

nilai pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus n-Gain ditentukan sebagai

berikut :

n-Gain

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi dari Hake seperti terdapat pada tabel berikut:

Tabel 3. Klasifikasi n-Gain

Besarnya g Interpretasi

g > 0.7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

(32)

Data n-Gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya

kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Uji normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :

Ho = data berdistribusi normal

H1 = data berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

2

= uji Chi- kuadrat

fo = frekuensi observasi

fe = frekuensi harapan

Kriteria : Terima H0 jika 2 hitung  2 tabel

3. Uji homogenitas

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas dua

varians ini, rumusan hipotesisnya adalah :

Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah:

H0 : σ12= σ22 (sampel memiliki varians yang homogen).

(33)

Untuk uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua

varians, dengan rumusan statistik :

dan tolak jika sebaliknya. (Sudjana, 2005)

4. Pengujian hipotesis statistik

Pengujian hipotesis disini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

a. Keterampilan mengelompokkan

H0 :µ1x≤µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan yang

diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau

sama dengan pembelajaran konvensional.

H1

:

μ 1x > μ 2x : Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan yang

diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok hidrokarbon siswa pada kelas

(34)

µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok hidrokarbon siswa pada kelas

dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan mengelompokkan

Dalam penelitian ini digunakan uji-t’, yakni uji perbedaan dua rata–rata. Karena

Sampel mempunyai varians yang tidak homogen, maka rumus statistik yang

digunakan adalah:

Keterangan:

t’ = Koefisien t

= Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan yang diterapkan

pembe-lajaran model inkuiri terbimbing.

= Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan yang diterapkan

pembe-lajaran konvensional.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang diterapkan model pembelajaran inkuiri

ter-bimbing.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(35)

dengan :

b. Penguasaan konsep

H0 : μ1y ≤ μ 2y : Rata-rata penguasaan konsep hidrokarbon yang diterapkan

pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama

dengan penguasaan konsep yang diterapkan pembelajaran

konvensional.

H1

:

μ 1y> μ 2y : Rata-rata penguasaan konsep hidrokarbon yang diterapkan

pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan

dengan penguasaan konsep yang diterapkan pembelajaran

konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok hidrokarbon siswa pada kelas

yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok hidrokarbon siswa pada kelas

dengan pembelajaran konvensional

y : penguasaan konsep

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata–rata. Karena

sampel mempunyai varians yang homogen maka, Rumus statistik yang digunakan

(36)

dengan

Keterangan:

= Rata-rata n-Gain penguasaan konsep hidrokarbon yang diterapkan

pem-belajaran model inkuiri terbimbing.

= Rata-rata n-Gain penguasaan konsep hidrokarbon yang diterapkan

pem-belajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang diterapkan model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji : Tolak H0 jika dan terima H0 jika

(37)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrokarbon efektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrokarbon dapat me-ningkatkan keterampilan mengelompokkan, terutama pada tahap analisis data. Siswa menganalisis data dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disa-jikan, dari analisis ini siswa dapat melatihkan keterampilan mengelompokkan. 3. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrokarbon efektif dalam

meningkatkan penguasaan konsep.

B. Saran

1. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing, terdapat kendala pada tahapan membuat hipotesis, sehingga dalam penggunaan model pembelajaran ini, guru harus lebih optimal dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam membuat hipotesis. 2. Agar penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan maksimal, guru

harus lebih memperhatikan pengelolaan waktu sehingga semua tahap dalam pembelajaran inkuiri dapat terlaksana dengan baik.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W. 1998. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 1997. Rambu – Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.

Diawati, C. 2010. Meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandarlampung pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia melalui pembelajaran inkuiri terbimbing. Prosinding Seminar Nasional Pendidikan III, Lembaga Penelitian dari FKIP. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Johari, R. 2006. Kimia SMA dan MA Kelas X. Esis. Jakarta.

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nur, M. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengn Metode Pendekatan Keterampilan

Proses. SIC. Surabaya.

Purba, M. 2006. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Rustaman, N. 2005. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains.

FPMIPA.UPI.http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02. tanggal akses 13-04-2012

Sari, S. P. 2010. Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Mengkomunikasikan Skripsi. Tidak dipublikasikan. Semiawan,C. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Gramedia. Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

(39)

Sutresna, N. 2004. Kimia SMA Kelas X. Grafindo Media Pratama. Bandung. Suyanti, R. D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Trianto. 2010. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kontemporer-Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Bumi Aksara. Jakarta

Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X melalui Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Ind Volume 5 Nomor 1 Januari. Jakarta

Gambar

Tabel 2. Desain penelitian
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian
Tabel 3. Klasifikasi n-Gain

Referensi

Dokumen terkait

[r]

K : Edith mengajukan pertanyaan dengan emosi yang disimbolkan dengan tanda seru (!), serta dari mimik mukanya yang terlihat tidak suka. N : Pertanyaan yang

Eucheuma cottonii di Teluk Tamiang Kabupaten Kotabaru secara optimal dan berkelanjutan 2) Mendapatkan kebijakan dan strategi pengelolaan untuk pengembangan kegiatan budidaya

Bekas dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi Sebagai Alternatif. Bahan Bakar Mesin

High Gain Active Microstrip Antena for 60-GHz.

Kromosfer adalah lapisan terbawah dari atmosfer Matahari dan mengeluarkan cahaya merah lemah. Cahayanya berbentuk gelang merah dari gas-gas hidrogen. Apabila terjadi

Dalam rangka mengatasi permasalahan penyelenggaraan pemilu terkait dengan ketidaksempurnaan rekapitulasi daftar pemilih tetap secara nasional dan pemberian tanda lebih

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;.. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009