• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia berperan penting dalam peningkatan kualitas pendidikan, terutama dalam mengembangkan peserta didik yang berkualitas. Dengan berjalannya waktu, perkembangan bidang pembelajaran Bahasa Indonesia semakin pesat dari tahun ke tahun, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia menuntut guru untuk lebih kreatif dalam mengembangkan perangkat pembelajaran guna meningkatkan kualitas pengajaran. Untuk mencapai proses pembelajaran yang tepat disarankan untuk menggunakan model dan materi pembelajaran yang berbeda dalam kegiatan pembelajaran sehingga tercapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.

Proses pembelajaran tidak terlepas dari perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah sarana penunjang pembelajaran yang berisi perencanaan pembelajaran dan menguraikan secara rinci tentang kompetensi yang akan dicapai peserta didik. Selain itu rancangan pembelajaran harus mengikuti sintak model pembelajaran tertentu, sebagai pedoman kegiatan bagi peserta didik dan alat untuk mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik (Suprihatinigsih et al., 2016). Tersedianya perangkat pembelajaran yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus membuat perangkat pembelajaran. Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011: 201) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang di perlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik

(2)

2

(LKPD), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta buku ajar peserta didik. Tapi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih ditemukan perangkat pembelajaran yang tidak sesuai. Hal ini terjadi karena masih banyak guru yang membuat perangkat pembelajaran hanya sebagai pedoman guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Berdasarkan observasi dengan beberapa guru dalam proses pembelajaran peserta didik cenderung menghafal setiap informasi yang diberikan tanpa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tinggi sangat dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Peserta didik tidak lagi dituntun untuk diberi tahu tetapi mencari tahu sendiri. Dalam mencari tahu dibutuhkan proses berpikir yang cerdas dan kreatif. Berpikir yang demikian menuntut peserta didik untuk diarahkan dari mengingat, memahami, bahkan sampai memecahkan permasalahan yang rumit. Keterampilan berpikir yang kompleks akan membuat peserta didik terbiasa menghadapi sesuatu yang sulit. Untuk menghadapi sesuatu yang sulit tersebut membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Keterampilan HOTS (Higher Order Thingking Skills) atau biasa dikenal dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang menuntut peserta didik untuk mengembangkan ide-ide dengan cara tertentu yang memberi mereka pemahaman dan implikasi baru. Berpikir tingkat tinggi melibatkan pemikiran kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran dan masing-masing mempunyai makna. Berpikir kritis dan kreatif saling bergantung, begitu pula kriteria dan nilai-nilai, akal dan emosi.

HOTS sangat penting diterapkan dalam pembelajaran era abad 21 untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu peserta didik menghadapi tantangan baru. Dengan demikian dalam hal ini, kemampuan peserta didik dalam mengadopsi suatu model dapat

(3)

3

mendorong sikap positif dalam bidang akademik sehingga mereka terlatih untuk berpikir kreatif sesuai dengan kebutuhan abad 21 (Han et al., 2016; Mu` Minah & Aripin, 2019). Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL).

Model pembelajaran PjBL merupakan sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek dalam kegiatan inti (Furi et al., 2018). Afriana, dkk (2016) menyatakan bahwa PjBL yakni model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Peserta didik dapat belajar baik melalui pengalaman atau menguasai konsep yang dibangun berdasarkan produk akhir yang dihasilkan. Produk yang dikembangkan dalam pendidikan salah satunya diintegrasi melalui High Order Thinking Skiils (HOTS).

Proses pembelajaran dapat dicapai dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara kontekstual seperti mengeksplorasi, merencanakan kegiatan pembelajaran, melakukan proyek kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan suatu produk.

Pembelajaran harus menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Menurut pasal 2 Permendikbud No. 103 untuk pembelajaran yang lebih bermakna dan positif, dapat diterapkan melalui model pembelajaran yang berbeda untuk menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh keterampilan tertentu.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan diperoleh informasi bahwa selama pelaksanaan pembelajaran, guru sulit untuk mengembangkan pembelajaran berbasis proyek dan tidak adanya penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran. Maka dalam hal ini peneliti akan mengembangkan terkait perangkat pembelajaran, adanya kegiatan pembelajaran sebenarnya

(4)

4

diawali dari pembuatan perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, bahan ajar dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran masih rendah.

Hal ini terlihat dalam contoh soal latihan peserta didik pada topik pembelajaran yang cenderung mengukur kemampuan dalam kategori LOTs-MODs. Penjelasann soal cenderung berfokus pada aspek kognitif peserta didik seperti hafalan, menyebutkan, melengkapi, dan penjelasan sederhana.

Dalam penelitian ini saya selaku peneliti, alasan saya memilih SMP Negeri Satu Atap 4 Tungkal Ulu sebagai subjek penelitian, berdasarkan informasi yang didapat bahwa SMP Negeri Satu Atap 4 Tungkal Ulu adalah salah satu sekolah yang belum menerapkan pembelajaran berbasis proyek dan menggunakan LKPD. Sekolah tersebut juga masih menerapkan kurikulum 2013. Selain itu di SMP Negeri Satu Atap 4 Tungkal Ulu belum pernah ada penelitian mengenai i menulis terutama menulis cerpen berdasarkan pengalaman dan gagasan. Dalam hal ini, pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis cerpen merupakan kegiatan yang sulit dilakukan apa lagi seusia anak sekolah menengah pertama dan belum diketahui kualitasnya.

Penetapan kelas IX sebagai objek penelitian ini antara lain karena pelajaran menulis cerpen terdapat dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia Kelas IX.

Berdasarkan analisis kebutuhan peserta didik dan guru di lapangan,, ditemukan bahwa peserta didik dan guru membutuhkan perangkat pembelajaran berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran Menulis Cerita Pendek. Peneliti bermaksud untuk mengembangkan produk mengenai “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Proyek dan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik Kelas IX SMP”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi masalah-masalah

(5)

5 sebagai berikut:

1. Guru merasa kesulitan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi.

2. Kumpulan soal-soal latihan masih pada kategori menghafal dan menyampaikan informasi.

3. Peserta didik kesulitan dalam memahami materi pembelajaran pada pada materi menulis cerpen.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pengembangan perangkat pembelajaran menulis cerpen berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas IX SMP?

2. Bagaimanakah kelayakan dan keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menulis cerpen berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas IX SMP?

3. Bagaimanakah kelayakan dan keefektifan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) menulis cerpen berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas IX SMP?

1.4 Tujuan Pelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian adalah untuk :

1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran menulis cerpen berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas IX SMP.

(6)

6

2. Melihat tingkat kelayakan dan keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menulis cerpen berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas IX SMP.

3. Melihat tingkat kelayakan dan keefektifan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) menulis cerpen berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas IX SMP.

1. 5 Manfaat Hasil Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis

Kepentingan teoretis hasil penelitian ini diharapkan bisa berguna:

1. Menambah wawasan ilmu dan referensi tentang Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam materi teks cerpen.

2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat digunakan sebagai bahan ajar.

3. Menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Kepentingan praktis hasil penelitian ini diharapkan bisa berguna:

1. Bagi sekolah, sebagai evaluasi terhadap kebijakan kegiatan pembelajaran yang selama ini diterapkan.

2. Bagi guru, sebagai implikasi lebih lanjut dalam memberikan informasi guna menciptakan peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang mengarah kepada kondisi peserta didik.

3. Bagi peserta didik, sebagai pengalaman baru dan bermakna dalam kegiatan pembelajaran di luar lingkungan sekolah.

4. Bagi Peneliti, sebagai pengetahuan dan wawasan mengenai perangkatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan.

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran menulis

(7)

7

cerpen berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas IX SMP. Komponen- komponen perangkat pembelajaran yang dikembangkan yakni sebagai berikut:

1. Rencana pelaksanaan pembelajaran difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek terintegrasi berpikir tingkat tinggi yang disesuaikan dengan kompetensi inti, kompetensi dasar dan mata pelajaran Bahasa Indonesia materi ajar Menulis Cerita Pendek.

2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) difokuskan pada Menulis Cerita Pendek kelas IX Sekolah Menengah Pertama yang dikemas berbasis berpikir tingkat tinggi.

1.7 Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka peneliti sangat perlu untuk menjelaskan terlebih dahulu yang dimaksud dengan judul penelitian “Pengembangan Perangkat Pembelajaran menulis cerpen berbasis proyek dan berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas IX SMP”. Adapun penjelasan sekaligus pembatasan istilah untuk masing-masing variable tersebut adalah:

1. Penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan rancangan produk baru, menguji keefektifan produk yang telah ada, serta mengembangkan dan menciptakan produk baru.

2. Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk model dan memvalidasi produk model yang dihasilkan.

3. Perangkat pembelajaran adalah suatu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum mereka melakukan proses pembelajaran.

4. Berbasis Proyek adalah sebuah bentuk pembelajaran kepada peserta didik yang berkontribusi pada hasil bersama dan menutut peserta didik untuk membuat proyek yang

(8)

8

menghasilkan produk. Model pembelajaran berbasis proyek ini juga biasa disebut dengan Project Based Learning (PjBL).

5. Berpikir tingkat tinggi adalah aktivitas berpikir yang tidak sekedar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang telah diketahui tetapi aktivitas berpikir yang mampu mengkonstruksi, memahami, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk dipergunakan dalam menentukan keputusan dan memecahkan suatu permasalahan pada situasi baru.

6. Kemampuan menulis adalah kesanggupan untuk melahirkan ide-ide baru dan menyajikannya dalam bentuk tulisan secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga ide-ide itu mudah dipahami oleh orang lain.

7. Kemampuan menulis cerpen adalah suatu kegiatan kreatif yang bertujuan untuk mengungkapkan gagasan atau ide dan pengalaman hidup ke dalam sebuah cerita dengan memperhatikan kebahasaan dan unsur-unsur cerita.

Referensi

Dokumen terkait

• Percepatan pembangunan yang berorientasi dan berwawasan kependudukan merupakan sarat mutlak yang harus dilakukan, khususnya berbagai perbaikan di bidang pendidikan

untuk Pembunuhan Massal terhadap kaum komunis Indonesia demi satu tujuan tertentu. Karena, jika Jenderal Soeharto mudah memerintahkan bawahannya untuk “membereskan”

Ketiga, penggunaan bahasa indonesia sesuaikan dengan pedoman EYD yang baik agar semua orang baik anak-anak yang belum mengerti, orang tua yang bermain media sosial

Pihak sekolah menganggap bahwa layanan kesehatan mental bagi anak berkebutuhan khusus sangat penting diselenggarakan di sekolah dan perlu adanya suatu perencanaan

Hubungan antara masa kerja dengan fungsi pendengaran pekerja yang didapatkan dari penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa masa kerja mempengaruhi fungsi

1 Sistem dapat digunakan untuk menyimpan Tinggi U.01 Use Halaman Utama (H.2) pengetahuan yang berasal tulisan auditor,. karangan orang lain maupun artikel majalah dan internet yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar passing bawah bola voli mini melalui pendekatan bermain boardball berdampak positif, hal ini terlihat pada hasil ketuntasan

Setelah Tujuan instruksional khusus dirumuskan, langkag selanjutnya adalah mengembangkan tes yang berfungsi untuk menilai sampai dimana siswa telah menguasai