DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
Cellinia Tuter
0812010178/FE/EM
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh :
Cellinia Tuter
0812010178/FE/EM
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan Skripsi ini.
Pada kesempatan yag berbahagia ini, penulis sangat berterima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan
sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih
khususnya penulis sampaikan kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., selaku Ketua Progam Studi
Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
6.
Kedua orang tuaku yang telah memberikan doa, kasih sayang,
dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah
diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis
menyelesaikan studinya.
7.
Keluarga, Sahabat-sahabatku serta semua pihak yang telah membantu,
memberikan doa, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar
harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI………... iii
DAFTAR TABEL ……….. vii
DAFTAR LAMPIRAN...……… viii
ABSTRAKSI ………... ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang………... ..
1
1.2.
Perumusan Masalah………... 11
1.3.
Tujuan Penelitian………... 12
1.4.
Manfaat Penelitian ………. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu………... 13
2.2. Landasan Teori………... 15
2.2.1. Pasar Modal………... 15
2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal……… 15
2.2.1.2. Peranan Pasar Modal……… 16
2.2.1.3. Jenis Pasar Modal………... 18
2.2.2.
Investasi………... 21
2.2.2.1. Pengertian Investasi………... 21
2.2.2.2. Klasifikasi Investasi………... 21
2.2.2.3. Tujuan Investasi………... 22
2.2.3.2. Jenis-Jenis Saham………... 26
2.2.3.3. Keuntungan Pembelian Saham………. 27
2.2.4. Laporan Keuangan………... 29
2.2.4.1. Pengertian Laporan Keuangan………... 29
2.2.4.2. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan..……… 30
2.2.4.3. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap
Laporan Keuangan ..…... 32
2.2.5. Rasio Likuiditas………... 34
2.2.5.1. Pengertian Likuiditas……… 34
2.2.5.2. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas……... 35
2.2.6.
Suku
Bunga………. 37
2.2.6.1. Pengertian Suku Bunga.……… 37
2.2.6.2. Fungsi Suku Bunga………... 38
2.2.6.3. Macam-Macam Suku Bunga.………... 39
2.2.7.
Harga
Saham………... 41
2.2.8.
Risiko Dan Return
Saham………... 44
2.2.8.1. Risiko Saham……… 44
2.2.8.2. Return Saham………... 49
2.2.9.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Investasi
Saham……….. 51
2.2.9.1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap
Risiko Investasi Saham………... 51
2.2.9.2. Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap
Risiko Investasi Saham..………. 52
2.3.
Kerangka Konseptual….……… ………... 54
2.4.
Hipotesis.……… ………... 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Definisi Operasional Dan Pengukuran
Variabel……… 55
………… 58
3.3.1. Jenis Data…..……….. 59
3.3.2. Sumber Data.……….. 59
3.3.3. Pengumpulan Data.……… 60
3.4.
Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis.…………
……….. 60
3.4.1. Teknik Analisis.………. 60
3.4.2. Pengujian Hipotesis.……….. 61
3.4.3. Uji Asumsi Klasik………. 62
3.4.3.1. Autokorelasi………... 62
3.4.3.2. Multikoliniearitas………... 64
3.4.3.3. Heteroskedastisitas………... 65
3.4.4. Uji Normalitas………... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian……….. 68
4.1.1. Sejarah Singkat BEI...……… 68
4.1.2. Gambaran Umum JII..……… 70
4.1.3. Gambaran Umum Perusahaan..………. 72
4.1.3.1. PT. Aneka Tambang Tbk..……….. 72
4.1.3.2. PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk………….. 72
4.1.3.3. PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk……… 73
4.1.3.4. PT. Kalbe Farma Tbk.……… 73
4.2.1. Tingkat Suku Bunga SBI (X
1) Yang Terdaftar
Di Bank Indonesia.………... 77
4.2.2. Tingkat Likuiditas (X
2) Perusahaan JII Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia……… 79
4.2.3. Risiko Investasi Saham (Y) Perusahaan JII Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia..……….. 81
4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis……. 82
4.3.1. Uji Normalitas……… 82
4.3.2. Uji Asumsi Klasik………... 83
4.3.2.1. Pengujian Autokorelasi.……….. 83
4.3.2.2. Pengujian Multikoliniearitas..………. 84
4.3.2.3. Pengujian Heteroskedastisitas……... 85
4.3.3. Analisis Regresi Linier Berganda…………... 86
4.3.4. Koefisien Determinasi……….. 89
4.3.5. Pengujian Hipotesis……….. 89
4.4. Pembahasan……… ………. 91
4.4.1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap
Risiko Investasi Saham Perusahaan JII Yang
Terdaftar di BEI………... 91
4.4.2. Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap
Risiko Investasi Saham Perusahaan JII Yang
Terdaftar di BEI ……….. 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……… 96
5.2. Saran……….. 96
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Tingkat Suku Bunga SBI ( X
1) yang terdaftar
Di Bank Indonesia………... 77
Tabel 4.2. Tingkat Likuiditas ( X
2) Perusahaan JII yang terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia.………... 79
Tabel 4.3. Risiko Investasi Saham ( Y ) Perusahaan JII yang
Tabel 4.9. Hasil R Square.………... 89
Tabel 4.10. Hasil Uji t Analisis Regresi………. 90
DAFTAR LAMPIRAN
PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK
INDONESIA DAN TINGKAT LIKUIDITAS TERHADAP RISIKO
INVESTASI SAHAM PADA PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC
INDEX YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
Cellinia Tuter
Dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan
secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu berapa tingkat
pengembalian yang diharapkannya, berapa besar risiko yang harus
ditanggungnya dan berapa kelikuiditasan investasi tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat suku
bunga SBI dan tingkat likuiditas terhadap risiko investasi saham pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari suku bunga SBI, harga saham, dan
laporan keuangan secara lengkap masing-masing perusahaan di Bursa
Efek Indonesia mulai periode 2006-2010. Metode pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Dari tujuh puluh perusahaan, hanya
diambil delapan perusahaan, karena memenuhi kriteria perusahaan yang
terdaftar pada Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia tahun
2006-2010 dan memiliki laporan keuangan secara lengkap tahun 2006-2006-2010.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa
variabel tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap risiko investasi
saham, dan variabel tingkat likuiditas tidak berpengaruh terhadap risiko
investasi saham.
Kata kunci : Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Likuiditas, dan Risiko
Investasi Saham.
1.1Latar Belakang
Investasi merupakan komitmen sejumlah dana saat ini dengan
harapan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang
(Tandelilin, 2001:3). Banyak orang mengira berinvestasi itu membutuhkan
uang yang banyak dan mahal serta memiliki risiko yang cukup tinggi,
padahal sebenarnya apabila kita dapat memanfaatkan uang yang kita miliki
dengan baik maka kita dapat berinvestasi untuk jangka waktu yang
panjang. Seperti contoh yang sangat mudah kita lakukan yaitu berinvestasi
dalam bentuk menabung di celengan atau di bank, membeli emas,
membeli tanah, atau yang lainnya yang pada kemudian hari apabila kita
membutuhkan uang karena keadaan mendesak, dapat kembali kita jual
dengan harga yang mungkin lebih tinggi karena seiring dengan
perkembangan jaman yang semakin modern maka segala sesuatu akan
menjadi semakin mahal. Dengan cara tersebut akhirnya kita dapat
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang yang berguna untuk
kehidupan kita pada akhirnya. Selain dengan itu, investasi sudah
berkembang lebih pesat, yaitu dengan berinvestasi pada pasar modal.
Investasi saham pada pasar modal membutuhkan beberapa informasi untuk
modal memberikan jasanya yaitu dengan menjembatani hubungan antara
pemilik dana dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan
peminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan
yang go public). Bagi emiten, pasar modal merupakan lahan untuk
mendapatkan dana yang digunakan untuk modal investasi. Sementara bagi
investor, pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan dana atau
uangnya. Investasi tersebut dalam bentuk saham dimana investor dapat
menjual kembali saham yang dibelinya sewaktu-waktu.
Menurut Sunariyah (2003:25), perdagangan saham sebenarnya
merupakan perdagangan biasa sebagaimana jual-beli barang di pasar pada
umumnya. Ada pembeli, penjual, tawar-menawar, penyerahan barang dan
uang. Hanya saja bedanya bahwa di dalam perdagangan saham ini
seseorang yang ingin membeli atau menjual saham di bursa efek tidak
dapat secara langsung mengadakan transaksi jual-beli tersebut. Untuk
melakukan jual-beli investor harus melalui perusahaan efek (broker atau
pialang) yang anggota bursa yang selanjutnya akan bertindak sebagai
pembeli atau penjual.
Kemajuan bursa efek saat ini menunjukkan kemajuan yang pesat,
terutama perkembangan pasar modal syariah yang ditunjukkan pada
Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham
yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan saham syariah Islam.
Indeks saham yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia ini diterbitkan
Dengan prinsip syariah ini, membuat para investor terutama investor
muslim memilih menggunakan alternative pengelolaan dana pada saham
syariah. Hal ini disebabkan karena saham-saham syariah jauh dari usaha
yang haram menurut Islam. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk
digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu
investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan
dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan
investasi secara syariah (Sunariyah, 2003:127).
Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal
konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return dan
risiko yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada faktor
internal seperti manajemen, pemasaran, keadaan keuangan, kualitas
produk, dan kemampuan bersaing serta perbedaan pada faktor eksternal
seperti kebijakan pemerintah, pesaing, serta selera dan daya beli
masyarakat. Saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai
tingkat risiko yang tinggi. Risiko yang tinggi dapat terlihat dari adanya
suatu ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa yang
akan datang. Orang kadangkala mengibaratkan return dan risiko sebagai
dua sisi dalam mata uang dimana return yang tinggi akan menimbulkan
risiko yang tinggi, sedangkan sebaliknya return yang rendah akan
menimbulkan risiko yang rendah pula sehingga sebagai seorang investor
harus dapat memahami dalam berinvestasi terdapat suatu potensi yang
suatu potensi yang kadang akan mendatangkan suatu kerugian. Meskipun
memiliki risiko yang cukup tinggi dengan return yang tinggi pula, tetapi
banyak para investor yang menyukai hal tersebut karena setiap potensi
keuntungan tinggi yang mungkin diperoleh cenderung menyimpan potensi
kerugian yang tinggi pula. Konsep ini dikenal dengan istilah “High Return
High Risk, Low Return Low Risk”. Konsep ini menyatakan bahwa setiap
potensi keuntungan tinggi yang mungkin diperoleh cenderung menyimpan
potensi kerugian yang tinggi, sementara potensi return yang relative
normal akan memberikan tingkat risiko kerugian yang relative rendah
pula. Jika investor ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan
didapat maka mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di
saham tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi
saham adalah memperkecil risiko. Investasi di pasar modal mengandung
risiko investasi yang tinggi dibandingkan di aset yang lain. Investor yang
tidak menyukai risiko (risk averse) punya kecenderungan untuk tidak
berinvestasi di pasar modal. Namun sebenarnya risiko investasi di pasar
modal dapat dikurangi jika mereka mengerti mengenai risiko itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi risiko investasi saham,
salah satunya adalah perubahan tingkat suku bunga yang merupakan faktor
yang mempengaruhi risiko sistematis. Hal ini disebabkan karena adanya
fluktuasi risiko yang dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat
mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Selain adanya perubahan tingkat
yaitu masalah tingkat likuiditas perusahaan yang merupakan faktor yang
mempengaruhi risiko tidak sistematis. Hal ini disebabkan karena adanya
fluktuasi risiko yang dipengaruhi oleh faktor-faktor mikro dengan
menganekaragamkan bentuk investasi.
Penilaian terhadap likuiditas sangat penting bagi pihak luar yang
ingin menilai laporan keuangan suatu perusahaan. Penilaian ini
dititikberatkan pada kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Tidak hanya bank dan para kreditor jangka pendek saja yang
tertarik, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengetahui
prospek kinerja perusahaan di masa yang akan datang, serta penting pula
bagi kreditor jangka panjang untuk mengetahui prospek dari dividen dan
pembayaran bunga di masa yang akan datang. Menurut Keyness, ia
mengembangkan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan suku bunga
untuk jangka pendek. Menurut Keyness, tingkat suku bunga adalah harga
yang di keluarkan debitur untuk mendorong seorang kreditur
memindahkan sumber daya langka (uang) mereka, akan tetapi, uang yang
dikeluarkan debitur mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa
risiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu. Sedangkan menurut
Riyanto (2001:24), masalah likuiditas berhubungan dengan masalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya
yang segera harus dipenuhi. Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek
Dalam kaitannya dengan risiko, seharusnya semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar tagihannya, sehingga semakin
kecil risiko bagi investor. Masalah likuiditas merupakan salah satu faktor
yang dapat memungkinkan kebangkrutan perusahaan. Aset perusahaan
yang bersifat lancar lebih tidak berisiko dibandingkan dengan aset tidak
lancar. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi likuiditas,
maka risiko investasi saham bagi investor yang memegang saham
perusahaan tersebut semakin kecil.
Bunga (interest) telah menimbulkan dampak buruk bagi
perekonomian banyak negara dan fakta itu terjadi dimana-mana. Menurut
Karvof (2004:79), mengungkapkan bahwa secara teoritis hubungan antara
tingkat suku bunga dengan kinerja pasar modal adalah negatif atau
berbanding terbalik. Kenaikan suku bunga pada umumnya akan membuat
harga saham turun karena akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi
dengan dua cara, yaitu :
1. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya modal (cost of capital)
dalam bentuk beban bunga yang harus ditanggung perusahaan,
sehingga labanya bisa terpangkas.
2. Ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan meningkat dan harga
produk akan semakin mahal sehingga konsumen mungkin menunda
pembeliannya dan menyimpan dananya di bank, yang berakibat
mengakibatkan laba juga menurun dan akan menekan harga saham
yang listing di bursa.
Bunga memainkan peranan penting dalam mengakibatkan
timbulnya krisis. Pada pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami
krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku
bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank Umum tercatat 23%, nilai ini
naik sekitar 36% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kelangkaan
dana yang dimiliki dunia perbankan memicu terjadinya “Perang” suku
bunga antar bank. Akibat krisis ekonomi pada tahun 1997, penjualan
saham mengalami sedikit kelesuan. Hal ini diakibatkan oleh tidak
menentunya kondisi ekonomi dan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat. Dengan terdepresiasinya kurs rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat menyebabkan pemerintah menempuh suatu
kebijakan untuk megurangi gejolak tersebut dengan menaikkan tingkat
suku bunga melalui instrument Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang
selanjutnya diikuti oleh kenaikan suku bunga bank komersial pemerintah
maupun swasta.
Return saham perusahaan-perusahaan Jakarta Islamic Index yang
tercatat dalam Bursa Efek Indonesia memang mengalami penurunan
karena belum mengalami peningkatan yang signifikan, terutama pada saat
maraknya berinvestasi pada saham syariah yang lebih menguntungkan
investor yang berinvestasi selalu ingin menghasilkan keuntungan yang
optimal dari investasi yang ditanamkannya.
Menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)
Indonesia sekaligus Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian
Keuangan Bambang P.S. Brojonegoro, keuangan syariah yang bebas dari
unsur-unsur derivatif atau produk-produk berbau spekulatif merupakan
keunggulan lembaga keuangan syariah di tengah ketidakstabilan ekonomi
global (www.kabarsaham.com).
Akan tetapi, perkembangan ekonomi syariah bukan tanpa
tantangan. Nilai transaksi pada keuangan syariah yang masih kecil
dibandingkan dengan transaksi pada keuangan konvensional menjadi
tantangan yang harus terus diupayakan untuk ditingkatkan. Untuk itu,
pengembangan sistem yang terpercaya, peningkatan daya saing, dan
dukungan regulasi menjadi kuncinya. Tidak bisa hanya semata
mengedepankan syariahnya.
Sebagaimana dipahami Pasar Modal merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek tersebut. Pasar Modal bertindak
sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun
institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka
Menurut Abdulfatah, keberadaan pasar modal syariah merupakan
fenomena yang menarik dalam industri pasar modal di tanah air. Seperti
Jakarta Islamic Index, pasar modal syariah didirikan berdasarkan pada
kenyataan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Dan di
antara jutaan muslim tersebut, ada yang mempunyai kelebihan dana
(surplus unit) dan mereka susah menginvestasikannya, dan salah satu
penyebabnya adalah mereka enggan investasi di pasar modal yang ada.
Muslim yang berkelebihan dana tersebut enggan berinvestasi di pasar
modal konvensional karena pasar modal yang ada tersebut hanya
merupakan tempat manipulasi pasar dan cenderung dipenuhi transaksi
spekulatif. Kegiatan utama dari pasar modal yang ada umumnya hanya
kegiatan dalam bentuk short selling, membeli saham di pagi hari untuk
kemudian menjualnya di sore hari bila memungkinkan mendapat capital
gain. Kegitan tersebut jauh sekali dari tujuan awal pendirian pasal modal
yaitu sebagai perantara penyediaan modal bagi perusahaan penerbit efek
yang kemudian digunakan untuk perluasan usaha. Ekspansi atau perluasan
usaha tersebut dapat menambah lapangan pekerjaan dan dalam jangka
panjang dapat menggerakan perekonomian. Dan kemudian pasar modal
syariah hadir untuk memenuhi fungsi utama dari pasar modal tersebut.
Kemudian yang menarik adalah bahwa banyak perusahaan besar
dengan kapitalisasi pasar yang besar pula, seperti astra international dan
indosat, masuk ke pasar modal syariah dan tercatat sebagai saham syariah
pasar modal syariah. JII menggambarkan pergerakan saham di pasar
modal syariah. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin semakin banyak
saham yang diperjualbelikan yang berarti semakin besar kapitalisasi
pasarnya (www.abdulfatah.wordpress.com).
Kehadiran pasar modal di Indonesia memberikan peluang investasi
yang semakin besar kepada para investor yang menganggap bahwa pasar
modal mampu memberikan manfaat sebagai sarana pengalokasian dana
yang produktif untuk jangka panjang dan ini diperlihatkan dengan kinerja
perdagangan di Jakarta Islamic Index yang juga menunjukkan hasil yang
positif, dengan maraknya investasi yang semakin memberikan peluang
tersebut akan menjadikan kebutuhan akan analisis sekuritas juga
meningkat. Hal ini disebabkan investor yang akan menginvestasikan
dananya dipasar modal semakin membutuhkan berbagai informasi tentang
sekuritas yang nantinya berhubungan erat dengan tingkat pengembalian
yang diharapkan dan risiko yang dihadapi.
Pengembalian dan risiko memiliki hubungan yang sangat erat
dimana semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan maka
semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi, jadi antara pengembalian
dan risiko tidak dapat dipisahkan. Adanya perbedaan dalam memandang
risiko ini maka perlu adanya pengelolaan kesempatan investasi, yaitu
dengan penciptaan berbagai pengelolaan investasi alternatif. Hal ini dapat
diinvestasikan pada masing – masing saham dengan tujuan menurunkan
risiko investasi saham (www.directory.umm.ac.id).
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, timbul
minat penulis untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh
Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Tingkat
Likuiditas terhadap Risiko Investasi Saham Pada Perusahaan Jakarta
Islamic Index yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh tingkat
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan tingkat likuiditas perusahaan
terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka lebih lanjut
penelitian ini akan meneliti pengaruh tingkat suku bunga SBI dan tingkat
likuiditas yang merupakan variabel independen terhadap risiko investasi
saham yang merupakan variabel dependen.
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka pertanyaan
penelitian (Reseach Question) yang diajukan adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
terhadap risiko investasi saham pada perusahaan Jakarta Islamic
b. Bagaimana pengaruh tingkat likuiditas terhadap risiko investasi
saham pada perusahaan Jakarta Islamic Index yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia ?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan latar
belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas adalah :
a. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia terhadap risiko investasi saham pada perusahaan Jakarta
Islamic Index yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Untuk menganalisis pengaruh tingkat likuiditas terhadap risiko
investasi saham pada perusahaan Jakarta Islamic Index yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak :
‐ Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk investasi saham di pasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini
adalah :
1. Makaryanawati dan Ulum (2009) dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku
Bunga dan Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi
Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index”.
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah pengaruh tingkat suku bunga dan tingkat likuiditas
perusahaan terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Jakarta
Islamic Index. Dalam penelitian tersebut, data yang digunakan adalah data
kuantitatif. Sumber data penelitian ini adalah sumber data sekunder berupa
suku bunga, harga saham, dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar
pada Jakarta Islamic Index. Data diperoleh melalui Indonesian Capital
Market Directory (ICMD), Bank Indonesia, dan website mengenai pasar
modal tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 yang diterbitkan oleh Jakarta
Islamic Index. Penentuan sampel menggunakan metode purposive
sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Untuk pengujian hipotesisnya menggunakan uji t. Hasil menunjukkan
bahwa tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi
dan tingkat likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko
investasi.
2. Auliyah dan Hamzah (2006) dengan judul “Analisa Karakteristik
Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta
Saham Syariah Di Bursa Efek Jakarta”.
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah menganalisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi
makro terhadap return dan beta saham syariah di Bursa Efek Jakarta.
Dalam penelitian tersebut, data yang digunakan adalah data kuantitatif.
Sumber data penelitian ini adalah sumber data sekunder berupa kurs mata
uang, harga saham, dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar pada
Bursa Efek Jakarta. Data diperoleh melalui Indonesian Capital Market
Directory (ICMD), Bank Indonesia, dan website mengenai pasar modal,
Pusat Data Pasar Modal di Fakultas Ekonomi, dan Biro Pusat Statistik.
Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan 30
perusahaan yang diobservasi memenuhi kriteria sampel. Analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Untuk pengujian
hipotesisnya menggunakan uji t dan uji F. Hasil pada uji F menunjukkan
bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi
tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah.
Sedangkan hasil pada uji t menunjukkan bahwa tidak ada satu pun
variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro
berpengaruh secara signifikan pada return saham syariah dan
variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap
beta saham syariah yang mempunyai pengaruh signifikan adalah
cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto (PDB).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pasar Modal
2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:01), Pasar modal adalah
pasar untuk berbagi instrument keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan baik dalam bentuk utang atau modal sendiri. Sedangkan
menurut Tandelilin (2001:14), pasar modal adalah pertemuan antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana
dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan
yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan
semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat
berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar
saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai
jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2003:4).
Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah
bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam
mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada
masyarakat.
2.2.1.2 Peranan Pasar Modal
Peranan pasar modal pada suatu negara tersebut dilihat dari lima segi
dalam hal memperlihatkan aspek mikro yang ditinjau dari sisi kepentingan
para pelaku pasar modal yaitu :
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang
diperjual-belikan. Dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam
melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan
transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual bertemu
secara tidak langsung)
b. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk
menentukan hasil (return) yang diharapkan. Pasar modal menciptakan
peluang bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan keinginan para
pemegang saham, kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas
c. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan
beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat
berharga yang dimiliki tersebut pada setiap saat.
d. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Bagi para pemodal, keputusan berinvestasi harus didasarkan pada
tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
Selain itu, pasar modal mempunyai peranan yang lebih luas
jangkauannya yang ditinjau secara makro ekonomi atau dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Sunariyah (2003:8), peranan pasar modal dalam suatu
perekonomian negara yaitu :
a. Berfungsi sebagai tabungan
Para penabung perlu memikirkan alternative menabung ke wilayah lain
yaitu investasi. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal
memberi jalan yang begitu murah dan mudah tanpa resiko untuk
menginvestasikan dana. Dana tersebut dapat digunakan untuk
memperbanyak jasa dan produk-produk di suatu perekonomian.
b. Berfungsi sebagai kekayaan
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam
jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut
c. Berfungsi sebagai likuiditas
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi
melalui pasar modal dengan resiko yang sangat minimal dibandingkan
dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya
relative murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah
ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang
surat berharga.
d. Berfungsi sebagai pinjaman
Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk dikonsumsi atau
investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal
bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan
pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.
2.2.1.3 Jenis Pasar Modal
Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun
bentuk pasar modal, dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Menurut
Sunariyah (2003:13), jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa
a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang telah
ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder. Jadi, pengertian tersebut menunjukkan bahwa pasar perdana
merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau
sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran
umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di
pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go
public (emiten) berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang
bersangkutan. Dari uraian tersebut menegaskan bahwa pada pasar
perdana, saham yang bersangkutan untuk pertama kalinya diterbitkan
emiten dan dari hasil penjualan saham tersebut keseluruhannya masuk
sebagai modal perusahaan.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder
dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah
melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli
dan penjual. Perdagangan pasar sekunder, bila dibandingkan dengan
jauh lebih besar. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pasar sekunder
merupakan pasar yang memperdagangkan saham sesudah melewati
pasar perdana. Sehingga hasil penjualan saham disini biasanya tidak
lagi masuk modal perusahaan, melainkan masuk ke dalam kas para
pemegang saham yang bersangkutan.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain
diluar bursa (over the counter market). Di Indonesia, pasar ketiga ini
disebut sebagai bursa pararel. Bursa pararel merupakan suatu sistem
perdagangan efek yang terorganisasi diluar bursa efek resmi, dalam
bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Jadi, dalam pasar ketiga ini
tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading
(lantai bursa). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan
informasi yang disebut “trading information”. Informasi yang
diberikan dalam pasar ini meliputi : harga-harga saham, jumlah
transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang
bersangkutan.
d. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal
pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan
dalam jumlah besar (block sale).
2.2.2 Investasi
2.2.2.1 Pengertian Investasi
Menurut Jogiyanto (2003:5), Investasi adalah penundaan konsumsi
sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode
waktu yang tertentu. Sedangkan menurut Sunariyah (2003:4), Investasi
adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan
di masa yang akan datang.
Dari definisi tersebut maka investasi dapat diartikan sebagai
penundaan konsumsi sekarang yang digunakan untuk menempatkan dana
pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan
memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi.
2.2.2.2 Klasifikasi Investasi
Menurut Halim (2003:2), Investasi dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Investasi pada Financial Assets yaitu investasi yang dilakukan di pasar
uang, misalnya commercial papper, surat berharga di pasar uang, dan
lain sebagainya, atau dilakukan di pasar modal seperti saham, obligasi,
b. Investasi pada Real Assets yaitu investasi dalam bentuk pembelian
assets produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan,
pembukaan perkebunan, dan lain sebagainya.
Investasi keuangan dikategorikan dalam dua bentuk (Jogiyanto,
2003:7), yaitu :
a. Investasi langsung, merupakan investasi yang dapat dilakukan oleh
seorang investor dengan pembelian langsung aktiva keuangan dari
suatu perusahaan yang belikan atau yang tidak
diperjual-belikan.
b. Investasi tidak langsung, merupakan investasi yang dilakukan oleh
seorang investor dengan pembelian saham dari perusahaan investasi
yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan
lain.
2.2.2.3 Tujuan Investasi
Pada dasarnya, tujuan orang melakukan investasi adalah untuk
menghasilkan sejumlah uang. Tujuan investasi yang lebih luas adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Menurut Tandelilin (2001:5),
alasan seseorang melakukan investasi adalah :
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi.
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek
lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian
fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada
bidang-bidang usaha tertentu.
2.2.2.4 Proses Keputusan Investasi
Menurut Tandelilin (2001:8), proses keputusan investasi
merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (on going process).
Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu :
a. Penentuan tujuan investasi.
Tahap pertama dalam proses keputusan investasi adalah menentukan
tujuan investasi yang akan dilakukan. Tujuan investasi masing-masing
keputusan tersebut. Misalnya, bagi institusi penyimpan dana seperti
bank mempunyai tujuan untuk memperoleh return yang lebih tinggi di
atas biaya investasi yang dikeluarkan. Mereka biasanya lebih
menyukai investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan
ataupun pada penyaluran kredit yang lebih berisiko tetapi memberikan
harapan return yang tinggi.
b. Penentuan kebijakan investasi.
Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk
memenuhi tujuan investasi yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai
dengan penentuan keputusan alokasi aset (asset allocation decision).
Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada
berbagai klas-klas aset yang tersedia (saham, obligasi, real- estate
ataupun sekuritas luar negeri). Investor juga harus memperhatikan
berbagai batasan yang mempengaruhi kebijakan investasi seperti
seberapa besar dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana
tersebut serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung.
c. Pemilihan strategi portofolio.
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap
sebelumnya. Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu
strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio
aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan
yang lebih baik. Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas investasi
pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsi
strategi pasif ini adalah bahwa semua informasi yang tersedia akan
diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.
d. Pemilihan aset.
Tahap selanjutnya adalah pemilihan aset-aset yang akan dimasukkan
dalam portofolio. Tahap ini memerlukan pengevaluasian setiap
sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio. Tujuan tahap ini
adalah untuk mencari kombinasi portofolio yang efisien, yaitu
portofolio yang menawarkan return yang diharapkan yang tertinggi
dengan tingkat risiko tertentu atau sebaliknya menawarkan return
diharapkan tertentu dengan tingkat risiko terendah.
e. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
Tahap ini adalah tahap paling akhir dari proses keputusan investasi.
Meskipun demikian, proses keputusan investasi merupakan proses
keputusan yang berkesinambungan dan terus-menerus. Artinya, jika
tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata
hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi dimulai lagi
dari tahap pertama, demikian seterusnya sampai dicapai keputusan
investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran dan evaluasi kinerja
ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan hasil
benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap
indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja
portofolio yang telah ditentukan disbanding kinerja portofolio lainnya
(portofolio pasar).
2.2.3 Saham
2.2.3.1 Pengertian Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:5), Saham merupakan
salah satu jenis sekuritas yang cukup popular diperjualbelikan di pasar
modal. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di dalam perusahaan tersebut. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berhargatersebut. Sedangkan menurut
Tandelilin (2001:18), Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan
atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa saham merupakan
sekuritas berupa surat tanda kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
diperjualbelikan di pasar modal.
2.2.3.2 Jenis-jenis Saham
Menurut Jogiyanto (2003:67), Jenis-jenis saham terdiri dari :
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
(hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi yang
membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan
hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam
hal likuidasi klaim pemegang obligasi.
2. Saham Biasa (Common stock)
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa. Pemegang saham adalah pemilik
dari perusahaan yang mewakilkan kepada masyarakat untuk
menjalankan operasi perusahaan.
3. Saham Treasuri
Saham treasuri merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar, yang kemudian dibeli kembali oleh
perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri.
2.2.3.3 Keuntungan Pembelian Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:8), Keuntungan yang
diperoleh seorang investor dalam pembelian saham, yaitu :
1. Dividen
Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
Dividen diberikan setelah mendapat pesetujuan dari pemegang saham
dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu
yang relatif lama, yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada
dalam periode di mana diakui sebagai pemegang saham yang berhak
mendapatkan dividen. Umumnya dividen merupakan salah satu daya
tarik bagi para pemegang saham dengan orientasi jangka panjang
seperti misalnya pemodal institusi atau dana pensiun.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yang
artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Atau dapat
pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang
saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang
dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut.
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek
mengejar keuntungan melalui capital gain. Misalnya seorang pemodal
membeli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya lagi pada
3. Saham Bonus
Di samping dua keuntungan di atas, pemegang saham juga
dimungkinkan untuk mendapatkan yang namanya saham bonus (jika
ada). Saham bonus merupakan saham yang dibagikan kepada para
pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah
selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada
saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
2.2.4 Laporan Keuangan
2.2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:2), Laporan Keuangan pada dasarnya
adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut.
Menurut Baridwan (1997:17), Laporan Keuangan merupakan
ringkasan dari suatu transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan, dibuat oleh manajemen dengan tujuan
untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
oleh para pemilik perusahaan dan juga untuk memenuhi tujuan-tujuan lain,
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan daftar yang berisi laporan utama yang memuat
tentang posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang disajikan pada
akhir periode akuntansi. Daftar tersebut sangat dibutuhkan baik oleh pihak
intern maupun ekstern perusahaan sebagai alat komunikasi antara data
keuangan dan aktivitas di kedua belah pihak.
2.2.4.2 Bentuk-bentuk Laporan Keuangan
Pada umumnya, Bentuk-bentuk Laporan Keuangan terdiri dari :
1. Neraca
Menurut Munawir (2010:13), neraca adalah laporan yang
sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu perusahaan
pada suatu saat tertentu.Menurut Husnan (1992:197), neraca
menunjukkan nilai kekayaan perusahaan (pada sisi aktiva), dan
“claims” atas kekayaan tersebut (nampak pada sisi pasiva), pada dua
saat yang berbeda.
Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu
perusahaanpada suatu tanggal tertentu,biasanya pada waktu dimana
buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal
2. Laporan Rugi Laba
Menurut Munawir (2010:26), laporan rugi laba merupakan suatu
laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang
diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Menurut
Tandelilin (2001:234), Laporan rugi laba (income statement) adalah
ringkasan profitabilitas perusahaan selama periode waktu tertentu,
misalnya satu tahun.
Laporan rugi laba ini menunjukkan penghasilan (revenues) yang
diperoleh selama satu periode, dan eleman-elemen lain pembentuk
laba. Laporan ini pada dasarnya mencerminkan perbedaan antara
penghasilan dan biaya perusahaan selama periode tertentu sehingga
menghasilkan keuntungan ataupun kerugian bersih perusahaan.
3. Laporan Laba Yang Ditahan
Menurut Husnan (1992:198), Laporan laba yang ditahan
merupakan laba yang mungkin dibayarkan kepada para pemilih saham,
atau ditahan dan diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Menurut
Munawir (2010:27), Laporan laba yang ditahan merupakan penentuan
hasil dari operasi normal periode itu.
Para pemegang saham tentu saja senang menerima dividen. Tetapi
apabila laba ditanamkan kembali ke dalam perusahaan, nilai saham
mungkin meningkat. Apabila seluruh laba ditahan, maka rekening laba
apabila sebagian ada yang dibagikan. Rekening laba yang ditahan pada
neraca semata-mata menunjukkan seberapa banyak keuntungan para
pemilik saham, selama beberapa tahun, telah diputuskan untuk ditahan
dalam perusahaan. Jadi, rekening laba yang ditahan menunjukkan
investasi tambahan dari para pemilik saham di atas investasi semula
mereka.
2.2.4.3 Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:2), Pihak-Pihak yang berkepentingan
terhadap Laporan Keuangan adalah :
a. Pemilik Perusahaan
Laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai
hasil yang telah dicapai, dan untuk menilai kemungkinan
hasil-hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang sehingga bisa
menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan
harga saham yang dimilikinya.
b. Manager atau Pimpinan Perusahaan
Laporan keuangan diperlukan manager sebagai alat untuk
mempertanggung-jawabkan kepada pemilik perusahaan atas
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Selain itu, laporan
kegiatan perusahaan, menentukan/mengukur efisiensi tiap-tiap bagian,
proses atau produksi, untuk menentukan derajad keuntungan yang
dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, untuk menilai dan
mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang
dan tanggung jawab, serta untuk menentukan perlu tidaknya digunakan
kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang
lebih baik.
c. Para Investor
Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman
modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik
dan akan diperoleh keuntungan atau “rate of return” yang cukup baik.
d. Kreditur Jangka Panjang
Laporan keuangan diperlukan kreditur jangka panjang untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang dan
beban-beban bunganya serta untuk mengetahui apakah kredit yang akan
diberikan itu cukup mendapat jaminan dari perusahaan tersebut, yang
digambarkan atau terlihat pada kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Laporan keuangan sangat berkepentingan untuk menentukan besarnya
pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan
oleh Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan pemerintah.
f. Buruh
Dengan melihat laporan keuangan di mana mereka bekerja, maka akan
mengetahui kemampuan perusahaan untuk memberikan upah dan
jaminan sosial yang lebih baik. Selain itu, para buruh dapat
menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan sehubungan
dengan kelangsungan kerjanya. Laporan keuangan akan lebih penting
lagi bagi buruh terutama untuk perusahaan yang biasa memberikan
bonus atau premi tiap-tiap akhir periode.
2.2.5 Rasio Likuiditas
2.2.5.1 Pengertian Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio likuiditas yang menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang
modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar (Harahap,
2001:301-302). Menurut Husnan (1992:204), rasio likuiditas yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial
Jadi, rasio likuiditas yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisa
dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat
membantu bagi management untuk mengecek efisiensi modal kerja yang
digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang
dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin
mengetahui prospek dari dividen dan pembayaran bunga di masa yang
akan datang (Munawir, 2010:71).
2.2.5.2Jenis-jenis Rasio Likuiditas
Menurut Sutrisno (2001:247), jenis-jenis rasio likuiditas yang sering
digunakan adalah :
1. Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Aktiva lancar pada umumnya terdiri dari kas, surat-surat
berharga, piutang dan persediaan. Hutang lancar terdiri dari hutang
dagang, hutang wesel jangka pendek, hutang jangka panjang yang akan
jatuh tempo pada tahun ini, hutang pajak, dan hutang-hutang lainnya
(terutama hutang gaji/upah). Current ratio merupakan ukuran yang
paling umum dari kelancaran (solvency) jangka pendek, karena rasio
tersebut menunjukkan seberapa jauh tagihan para kreditor jangka
menjadi kas dalam jangka waktu yang sama dengan tagihan tersebut
(Husnan, 1992:204).
Menurut Munawir (2010:72), ratio paling umum digunakan untuk
menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio
yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
Current ratio 200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu
perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung
pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat
ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya
merupakan kebiasaan (rule of thumb) dan akan digunakan sebagai titik
tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa lebih lanjut. Menurut
Munawir (2010:104), rumus yang digunakan adalah :
Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety)
kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio
yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang
perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari
aktiva lancar yang tidak meguntungkan. Current ratio yang terlalu
tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya
Aktiva Lancar
Current Ratio =
dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas
yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya (Munawir,
2010:72).
2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi
persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat
likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang
lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah
yakni menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas. Menurut
Munawir (2010:104), formulasi untuk menghitung quick ratio adalah :
3. Cash Ratio
Cash ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva
lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva
lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah surat berharga atau
efek. Dengan demikian, menurut Munawir (2010:104), rumus untuk
menghitung cash ratio adalah sebagai berikut :
Aktiva Lancar - Persediaan
Quick Ratio =
2.2.6 Suku Bunga
2.2.6.1Pengertian Suku Bunga
Menurut Boediono (1989:76), Bunga merupakan harga dari
penggunaan dana yang dipinjam. Sedangkan, menurut Puspopranoto
(2004:69), Suku bunga adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang
diterima si pemberi pinjaman (kreditor).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat bunga
merupakan suatu harga dari penggunaan sejumlah dana selama kurun
waktu tertentu. Tingkat bunga merupakan variabel penting karena
berpengaruh pada keputusan yang diambil.
2.2.6.2Fungsi Suku Bunga
Menurut Sunariyah (2003:62), tingkat suku bunga di pasar uang
mempunyai beberapa fungsi pada suatu perekonomian, antara lain :
a. Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, institusi
atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan. Dana berlebihan yang ada di tangan masyarakat
Kas + Efek
Cash Ratio =
tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan
suatu perekonomian.
b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi
pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada
sektor-sektor ekonomi. Dalam hal pemerintah memberi dukungan
kepada suatu sektor ekonomi, pemerintah membuat suatu
kebijakan tingkat bunga yang lebih rendah untuk sektor
ekonomi tersebut. Tujuannya, untuk mempercepat
pertumbuhan disektor ekonomi tersebut.
c. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam
rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang
beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah
mendukung pertumbuhan suatu sektor industri maka
perusahaan-perusahaan dari industri tersebut yang akan
meminjam dana diberi fasilitas. Maksudnya pemerintah
memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor
lain.
d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk
meningkatkan produksi, sebagai akibat tingkat bunga dapat
digunakan untuk mengkontrol tingkat inflasi. Ini berarti,
pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu
pemerintah diharuskan mendukung sektor industri dalam
negeri, maka pemerintah memberlakukan kebijakan tingkat
bunga yang lebih rendah. Kebijakan ini akan mendorong
produksi menjadi lebih tinggi. Dengan adanya peningkatan
produksi tersebut, diharapkan mampu menurunkan laju inflasi.
Pemerintah dapat mengendalikan permintaan dan penawaran
dengan menetapkan bunga dari bank (melalui Bank Indonesia).
Dalam hal ini bunga bisa disesuaikan (adjust) oleh pemerintah.
Pada saat permintaan uang terlalu tinggi, sirkulasi uang di
masyarakat terlalu besar, maka pemerintah dapat menaikkan
tingkat bunga, agar penawaran uang meningkat dan permintaan
uang turun.
2.2.6.3Macam-macam Suku Bunga
Menurut Kasmir (1999:121), suku bunga dalam dunia perbankan
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Suku bunga pinjaman
Suku bunga pinjaman adalah suku bunga yang besarnya ditentukan
oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang yang dipinjamkan
kepada pihak lain. Besarnya suku bunga pinjaman berbeda-beda sesuai
dengan penggunaan pinjaman.
Suku bunga simpanan adalah suku bunga yang besarnya ditentukan
oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang nasabah yang
disimpan di bank yang bersangkutan. Besarnya prosentase suku bunga
simpanan berbeda-beda, diantaranya ditentukan oleh unsur jangka
waktu.
Menurut UU RI Tentang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 pasal 6
bahwa salah satu bentuk usaha perbankan di Indonesia adalah
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa :
a. Giro adalah simpanan yang dapat dilakukan sebagai alat
pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan cara pemindah bukuan.
b. Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu menurut perjanjian antara penyimpan
dengan bank yang bersangkutan.
c. Sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti
simpanannya dapat diperdagangkan.
d. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat bunga adalah
tingkat bunga deposito berjangka 12 bulan atau tingkat suku bunga
deposito tahunan bank pemerintah yang diterbitkan oleh BI. Tingkat suku
bunga SBI ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Σ Suku Bunga SBI (bulanan) selama 1 tahun
Suku Bunga =
12
2.2.7 Harga Saham
Di dalam pasar modal terjadi tawar-menawar harga atas suatu efek,
maka harga yang terjadi di pasar disebut harga pasar saham atau kurs
saham. Harga pasar saham yang terjadi selalu berfluktuasi dari hari ke
hari. Hal ini terjadi terus menerus selama saham tersebut terdaftar di bursa.
Menurut Widhoatmojo (2000:45), mengemukakan harga saham
diantaranya :
a. Harga Nominal
Harga ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten, untuk menilai
setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Besar harga nominal ini
b. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga sebelum saham dicatat di bursa efek.
Setelah negoisasi dengan penjamin emisi (underwriter) akan diketahui
berapa saham perusahaan emiten itu akan dijual kepada masyarakat.
Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten
dan penjamin emisi. Untuk menentukan harga perdana ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan antara lain kondisi pasar, prospek
perusahaan, dan lain-lain. Jadi tidak ada patokan khusus mengenai
penentuan harga perdana.
c. Harga Pasar
Harga ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan yang
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan
di bursa.
d. Harga Pembukaan
Merupakan harga yang diminta oleh penjual dan pembeli saham pada
saat jam bursa dibuka.
e. Harga Penutupan
Merupakan harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat
akhir hari bursa.
Merupakan harga tertinggi yang terjadi dalam satu hari.
g. Harga Terendah
Harga ini merupakan lawan dari harga tertinggi yaitu harga yang
terjadi di bursa, pada suatu saham mencapai harga yang terendah.
h. Harga Rata-rata
Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan terendah.
Harga ini juga bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan, atau
tahunan.
Mengetahui ketiga harga ini (harga tertinggi, terendah, dan
rata-rata) cukup penting, sebab disini dapat diketahui seberapa jauh kekuatan
dan kelemahan suatu saham dalam satu hari bursa, satu bulan, atau satu
tahun bursa.
Dalam penelitian ini yang dimaksud harga saham adalah harga
saham penutupan, karena harga saham pada penutupan merupakan harga
akhir yang mejadi kesepakatan antara penjual dan pembeli, sehingga
investor yang membeli dan menjual saham suatu perusahaan sebesar harga
penutupannya.
2.2.8 Risiko dan Return Saham
Menurut Halim (2003:38), risiko saham merupakan besarnya
penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected
return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual
return). Sementara itu menurut Tandelilin (2001:48), risiko saham
merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima
dengan return yang diharapkan. Menurut Tandelilin (2010:55), risiko
investasi saham dapat dirumuskan sebagai berikut :
Standar Deviasi (σ) = Σ (Rij – E (Ri))2
n – 1
Keterangan :
Rij = Tingkat keuntungan yang terjadi pada kondisi j
E (Ri) = Tingkat keuntungan yang diharapkan
Risiko dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Risiko Sistematis
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya
ada perubahan tingkat bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah, dan
b. Risiko Tidak Sistematis
Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan.
Risiko ini juga dikenal dengan risiko spesifik, adalah risiko yang tidak
terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.
Ada beberapa jenis risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko
suatu saham, antara lain :
1. Risiko Tingkat Bunga
Merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang
berlaku di pasar. Biasanya risiko ini berjalan berlawanan dengan
harga-harga instrument pasar modal. Artinya, jika suku bunga
meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya,
jika suku bunga menurun, maka harga saham akan naik.
2. Risiko Pasar
Merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara
yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian
lain. Risiko pasar disebut juga risiko sistematis, karena fluktuasi pasar
biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara
keseluruhan. Risiko pasar berhubungan erat degan perubahan harga
saham jenis tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap
risiko ini dapat digunakan dengan beta yang menjelaskan return saham
yang diharapkan (Suharli, 2005:100).
3. Risiko Inflasi
Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat
inflasi, dimana perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya
beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari
investasi.
4. Risiko Bisnis
Merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas
perusahaan emiten.
5. Risiko Finansial
Merupakan risiko yang berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk
menggunakan utang dalam pembiayaan modelnya.
6. Risiko Likuiditas
Merupakan risiko yang berkaitan dengan kemampuan saham yang
bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami
kerugian yang berarti.
7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar
dikenal sebagai risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar
(exchange rate risk). Menurut Keown, dkk (2000:896), risiko nilai
tukar atas aset yang tetap dapat diukur paling baik dengan efek
perubahan kurs terhadap arus pendapatan masa depan perusahaan,
yaitu menjadikan risiko ekonomis. Dimana risiko ekonomis adalah
dampak keseluruhan dari perubahan kurs terhadap nilai perusahaan
dan meliputi tak hanya
dampak strategis perubahan dalam hubungan yang muncul dari
perubahan kurs, tapi juga dampak ekonomi risiko transaksi dan jika
ada, risiko translasi.
8. Risiko Negara
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, kare