• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN TELKOMSEL FLASH DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN TELKOMSEL FLASH DI SURABAYA."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : Maya Purbasari 0712015018/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA MEREK

TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN

TELKOMSEL FLASH

DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh : Maya Purbasari 0712015018/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA MEREK

TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN

TELKOMSEL FLASH

DI SURABAYA

Yang diajukan

Maya Purbasari 0712015018/FE/EM

Disetujui untuk ujian skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Sugeng Purwanto, SE, MM. Tanggal : ...

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”

Jawa Timur

(4)

KATA PENGANTAR

Syaloom,

Segala puji syukur dan terima kasih kepada junjungan tertinggi, Tuhan

Yesus Kristus atas kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH

KUALITAS LAYANAN DAN CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI

KONSUMEN TELKOMSEL FLASH DI SURABAYA”.

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan

skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia untuk

memberikan bantuan dan dukungannya baik secara materiil maupun moril kepada

penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Sugeng Purwanto, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang

(5)

5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak, ibu dan saudara – saudaraku tercinta yang sudah mendukung penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini .

Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada

kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran serta masukan-masukan bagi peneliti yang lain di

masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, April 2011

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pemasaran ... 12

2.2.1.1. Pengertian Pemasaran ... 12

2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 13

2.2.1.3. Konsep Pemasaran ... 14

(7)

2.2.3. Tinjauan Jasa ... 15

2.2.3.1. Definisi Jasa ... 15

2.2.3.2. Karakteristik Jasa/Layanan ... 16

2.2.4. Kualitas Layanan (Service Quality) ... 18

2.2.4.1. Pengertian Kualitas Layanan... 18

2.2.4.2. Dimensi Kualitas Layanan ... 19

2.2.5. Citra Merek ... 20

2.2.6. Minat Beli ... 23

2.2.7. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Citra Merek ... 25

2.2.8. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Minat Beli ... 26

2.2.9. Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli ... 27

2.2.10.Pengaruh Kualitas Layanan Melalui Citra Merek Terhadap Minat Beli ... 29

2.3. Kerangka Konseptual ... 30

2.4. Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32

3.1.1. Definisi Operasional... 32

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 35

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 36

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37

(8)

3.3.2. Sumber Data ... 37

3.3.3. Pengumpulan Data ... 37

3.4. Teknik Analisis SEM dan Uji Hipotesis ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 45

4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 45

4.2. Karakteristik Responden ... 46

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

4.3.1. Deskripsi Variabel Kualitas Layanan (X) ... 49

4.3.2. Deskripsi Variabel Citra Merek (Y).. ... 54

4.3.3. Deskripsi Variabel Minat Beli (Z) ... 56

4.4. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 58

4.4.1. Evaluasi atas Outlier ... 58

4.4.2. Uji Reliabilitas ... 59

4.4.3. Uji Validitas ... 61

4.4.4. Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted ... 62

4.4.5. Uji Normalitas ... 63

4.4.6. Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 64

4.4.7. Structural Equation Modeling (SEM) dan Pengujian Hipotesis ... 64

4.4.7.1. Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 64

(9)

4.4.7.3. Analisis Unidimensi Second Order ... 68

4.4.7.4. Uji Hipotesis Kausalitas ... 68

4.5. Pembahasan ... 69

4.5.1. Kualitas Layanan Berpengaruh Positif Signifikan

Terhadap Citra Merek ... 70

4.5.2. Kualitas Layanan Berpengaruh Positif Signifikan

Terhadap Minat Beli ... 71

4.5.3. Citra Merek Berpengaruh Positif Signifikan

Terhadap Minat Beli ... 72

4.5.4. Kualitas Layanan Melalui Citra Merek Berpengaruh

Positif Terhadap Minat Beli... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Pengguna Internet Di Indonesia Tahun 2008-2010... 4

Tabel 1.2. Market Share Internet Broadband Services (%) ... 5

Tabel 1.3. Pernyataan Komplain ... 6

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices ... 44

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 46

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin ... 47

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasar Pendidikan ... 47

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasar Pekerjaan ... 48

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Tangible (X1) ... 49

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Reliability (X2). ... 50

Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden Untuk Responsiveness (X3) ... 51

Tabel 4.8. Hasil Jawaban Responden Untuk Assurance (X4) ... 52

Tabel 4.9. Hasil Jawaban Responden Untuk Emphaty (X5) ... 53

Tabel 4.10. Hasil Jawaban Responden Untuk Variabel Citra Merek(Y) ... 55

Tabel 4.11. Hasil Jawaban Responden UntukVariabel Minat Beli (Z)... 57

Tabel 4.12. Uji Outlier Multivariate ... 59

(11)

Tabel 4.14. Uji Validitas ... 61

Tabel 4.15. Construct Reliability & Variance Extracted ... 62

Tabel 4.16. Uji Normalitas ... 63

Tabel 4.17. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Base Model ... 66

Tabel 4.18. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi ... 67

Tabel 4.19. Unidimensi First Order ... 67

Tabel 4.20. Unidimensi Second Order ... 68

Tabel 4.21. Uji Hipotesis Kausalitas ... 68

(12)

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 30

Gambar 3.1. Contoh Model Pengukuran Dimensi Tangible ... 39

Gambar 3.2. Contoh Model Pengukuran Citra Merek ... 40

Gambar 3.3. Contoh Model Pengukuran Minat Beli ... 40

(13)

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Penyebaran Kuesioner

(14)

TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN

Masyarakat selalu membutuhkan informasi dalam berbagai kepentingan. Informasi - informasi yang didapatkan berhubungan dengan kepentingan yang berbeda pada setiap orang. Dan yang kian marak pada zaman sekarang alat mencari informasi yang sering digunakan pada masyarakat adalah internet broadband accsess. Namun disaat gencar – gencarnya produk internet access Broadband pada saat ini telkomsel flash mengalami masalah market share yang rendah di wilayah Surabaya tahun 2010 di mana mengindikasikan rendahnya minat beli yang disebabkan karena buruknya layanan telkomsel flash. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Kualitas Layanan Dan Citra Merek Terhadap Minat Beli Konsumen Telkomsel Flash Di Surabaya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen (masyarakat di Surabaya) yang mengetahui tentang produk internet broadband service Telkomsel

Flash serta berminat membeli Telkomsel Flash di Surabaya. Skala pengukuran menggunakan skala interval dan skala pembentukan menggunakan skala likert. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling dengan metode Purposive Sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 112 pelanggan. Data yang digunakan adalah data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada konsumen (masyarakat) berusia minimal 17 tahun, bertempat tinggal di wilayah Surabaya, dan masyarakat yang mengetahui dan mengerti tentang produk internet broadband service Telkomsel Flash serta berminat membeli Telkomsel Flash di Surabaya. Teknik analisis yang digunakan adalah

SEM (Structural Equation Modeling) untuk melihat hubungan kausalitas antar faktor.

(15)

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat selalu membutuhkan informasi dalam berbagai

kepentingan. Informasi-informasi yang didapatkan berhubungan dengan

kepentingan yang berbeda pada setiap orang. Ragam dari informasi ini

berbeda sesuai dengan pekerjaan, status dan lainnya. Informasi sebagai

bentuk kebutuhan ini ternyata disikapi oleh pelaku bisnis dengan

menyediakan berbagai akses untuk mendapatkan informasi. Media-media

yang sudah umum digunakan masyarakat untuk mendapatkan informasi ini

adalah media elektronik (radio, telivisi, internet, dan lainnya) dan media

cetak (koran, majalah, dan lainnya).

Selain itu, media internet juga tidak hanya bisa digunakan untuk

memenuhi kebutuhan informasi, namun juga bisa digunakan untuk

melakukan transfer data pada berbagai keperluan. Seseorang bisa membuat

e-mail sebagai salah satu media untuk bisa melakukan pengiriman data

kepada pihak lainnya. Selain itu, media Yahoo Messangger juga

merupakan salah satu media untuk bisa saling berinteraksi dengan lainnya.

Melihat begitu pentingnya informasi bagi masyarakat juga mendorong

berbagai telepon seluler untuk menempatkan layanan internet service

provider sebagai salah satu feature yang bisa menarik pembelian

(16)

informasi yang sering digunakan pada masyarakat adalah internet

broadband accsess. Dalam perkembangannya teknologi internet

broadband sangat cepat sehingga menyebabkan sebagian para pengguna

mengganti berbagai merek akses internet broadband untuk mengikuti

perkembangan tersebut.

Beberapa waktu lalu, beberapa operator telekomunikasi akhirnya

mendapatkan lisensi untuk penyelenggaraan layanan 3G di Indonesia.

Dengan demikian Indonesia mulai memasuki era 3G, menyusul 97 negara

lain di dunia yang telah mendahului, dengan lebih dari 200 operator. 3G

adalah teknologi generasi ketiga selular. Generasi 1 diwakili oleh

teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System) yang berkembang di

Amerika Serikat dan TACS (Total Access Communication Service) di

Eropa. Teknologinya yang menggunakan sistem analog ini baru bisa

melayani komunikasi suara.

Generasi 2, inilah mulainya era GSM (Global System for Mobile

Communication), telah menggunakan teknologi digital dan bisa melayani

komunikasi SMS (short message service). Kecepatan transfer datanya

9600 bps (bit per second). Generasi 2.5, dengan kemampuan transfer data

lebih besar, memperkenalkan layanan GPRS (General Packet Radio

Service) dan EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution). Generasi

3 dengan sistem UMTS (Universal Mobile Telecommunication System)

dan WCDMA (Wideband - Coded Division Multiple Access) sudah bisa

(17)

kemampuan transfer datanya bisa mencapai 2 Mbps. Hal paling menarik

dari generasi ketiga ini adalah kemampuannya dalam transfer data yang

sangat kencang. Karena itulah, 3G pun dapat digolongkan sebagai

teknologi akses pita lebar (broadband access).

Akuisisi pasar 3G untuk layanan akses internet harus dibarengi

dengan penyediaan kemudahan di sisi konsumen, misalnya pengadaan

modem 3G dengan berbagai pilihan slot PCMCIA atau USB atau ethernet

untuk akses melalui laptop secara mobile. Penyediaan paket-paket layanan

khusus harus dibarengi dengan penyediaan device khusus, seperti misalnya

kamera 3G untuk monitoring keamanan rumah, telepon umum 3G untuk

daerah pedesaan, dan sebagainya.

Untuk itu, dengan sendirinya aplikasi di satu sisi juga perlu

disediakan. Jadi, dua hal yang perlu disiapkan secara simultan adalah

kesiapan terminal/device dan aplikasi khusus. 3G mungkin tidak akan

cukup efektif bersaing pada area konsumen broadband lainnya. Karena

itu, personalisasi layanan adalah salah satu kunci utama agar 3G bisa

bertahan lebih lama. Karena, dalam hal ketersediaan bandwidth, 3G tidak

bisa cukup bersaing di masa depan yang sudah terbayangkan. Begitu pula

dalam hal kecepatan transmisi, 3G sudah kalah cepat dibanding teknologi

broadband wireless access lainnya yang jauh lebih kencang dan sedang

bergerak menuju kemampuan mobilitas yang lebih baik.

Pengguna internet di Indonesia meningkat dari tahun 2008-2010.

(18)

Tabel 1.1. Pengguna Internet Di Indonesia Tahun 2008-2010

Tahun Jumlah Pengguna

2008 20 Juta

2009 25 Juta

2010 34 Juta

Sumber : (www.PCInstaller.com)

Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama

dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Semakin

tingginya tingkat persaingan di bisnis lokal maupun global dan kondisi

ketidakpastian memaksa perusahaan mencapai keunggulan bersaing

(competitive advantage) agar mampu memenangkan persaingan di bisnis

global. Untuk mencapai hal itu, para pemasar harus menerapkan konsep

pemasaran modern yang berorientasi pasar atau konsumen karena mereka

merupakan ujung tombak keberhasilan pemasaran (Kotler, 2003) dalam

Yoestini dan Rahma (2007:262).

Dewasa ini persaingan perusahaan untuk memperebutkan

konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk seperti

kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu

memberikan citra khusus bagi pemakainya, dengan kata lain peranan

merek mengalami pergeseran (Aaker, 1991) dalam Yoestini dan Rahma

(2007:262). Pada tingkat persaingan yang rendah, merek hanya sekedar

membedakan antara satu produk dengan produk lainnya atau merek

sekedar nama (just a name). Sedangkan pada tingkat persaingan yang

tinggi, merek memberikan kontribusi dalam menciptakan dan menjaga

(19)

perkembangannya, perusahaan semakin menyadari merek sebagai aset

perusahaan yang paling bernilai.

Light (1994) dalam Yoestini dan Rahma (2007:262) mengatakan

bahwa perang pemasaran akan menjadi perang antar merek, suatu

persaingan dengan dominasi merek, berbagai perusahaan dan investor

akan menyadari merek sebagai aset perusahaan yang paling bernilai. Ini

merupakan konsep yang amat penting. Sekaligus merupakan visi

mengenai bagaimana mengembangkan, memperkuat dan mengelola suatu

perusahaan. Satu-satunya cara untuk menguasai pasar adalah memiliki

merek yang dominan. Pada umumnya konsumen bersedia untuk membeli

apabila produk selalu disesuaikan dengan harapan yang dimiliki, ketika

akan mengkonsumsinya.

Salah satu produk yang dilemparkan di pasar yang menarik

perhatian penulis adalah produk internet broadband accsess dengan merek

Telkomsel Flash. Dalam penguasaan pasar yang dikaji oleh MARS dan

majalah SWA digital menunjukkan rendahnya pangsa pasar terhadap

merek Telkomsel Flash dibanding merek lainnya. Dapat dilihat tabel 1.1. :

Tabel 1.2. Market Share Internet Broadband Services (%)

Brand Jakarta Bandung Semarang Surabaya Medan

Speedy 33,61 26,42 17,03 35,88 25,36

Telkomsel Flash 30,25 25,08 41,17 23,96 44,45

Indosat Net 6,72 20,35 11,13 20,63 5,02

Indo Net 3,14 0 0 5,59 2,6

Acces 2,82 1,38 4,45 5 0

Sumber : SWA Digital (internet) 2010

Dapat dilihat pada tabel di atas market share untuk internet

(20)

kota kecuali Surabaya sebesar 23,96% dibanding produk internet

broadband services lainnya yang selalu unggul di kota Surabaya. Di

samping itu kualitas layanan Telkomsel Flash masih belum optimal dan

minat beli terhadap produk internet broadband services Telkomsel Flash

di Surabaya masih rendah yang disebabkan karena banyaknya pesaing

merek-merek lain yang sudah dikenal masyarakat. Hal ini diperkuat oleh

pernyataan komplain oleh konsumen Telkomsel Flash di Surabaya yang

merasa kecewa dengan Telkomsel Flash. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.3. Pernyataan Komplain

No Sumber Pernyataan Komplain

1 Kompas.com/read/2010

1. Quota diturunkan dari 2GB menjadi 500MB. 2. Promo yang tidak sesuai dengan kualitas

telkomsel flash.

2 Komplain.org

1. Telkomsel Flash yangg menurunkan kuota menjadi 1GB tanpa pemberitahuan.

2. Kecepatan download hanya mancapai dibawah 5kb.

3. Browsing membuka facebook dan google pun sangat lama.

4. Menunggu berjam-jam untuk menonton video yg durasinya cuma 5 menit.

3 Widarta.com/read/2010

1. Quota diturunkan dari 1GB menjadi 500MB. 2. Meskipun quota nya 3GB saat transfer data

masih kedodoran

4 Detik.com

1. Biaya telkomsel flash semakin lama semakin naik yang tidak sesuai dengan promo yang diberikan.

2. Waktu pertama digunakan lancar-lancar saja tapi setelah pertengahan telkomsel flash atau

quotanya menurun sehingga lemot untuk digunakan.

Sumber : Internet (2010)

Meskipun Telkomsel menawarkan kebijakan baru untuk

mengembalikan kuota bandwith layanan broadband Telkomsel Flash

500MB menjadi 2GB, konsumen ternyata tidak mempan dengan rayuan

(21)

KB/s di bawah kecepatan download normal yaitu 30.00 KB/s. Dan dapat

dilihat juga untuk upload data yang juga sangat lambat pada kecepatan

0.31 KB/s di bawah rata-rata kecepatan upload data normal yaitu 15 KB/s.

Kalau kecepatan download kurang maka hentikan dulu penjualan. Kasihan

konsumen Telkomsel Flash harus susah payah bersabar diri, dari buruknya

layanan yang ada. Konsumen baru pun akan terakhir kalinya memakai

layanan anda. Setiap sen yang konsumen keluarkan berarti sebuah

tanggung jawab perusahaan Broadband Telkomsel Flash memberikan

layanan yang bagus.

Menurut Fandi Tjiptono (1999), reputasi perusahaan merupakan

bagian dari konsep citra perusahaan (corporate image) merupakan bagian

dari konsep kualitas total jasa. Zeithaml (1988:8) mengemukakan bahwa

kualitas yang dirasakan dari suatu produk atau jasa erat kaitannya dengan

reputasi yang diasosiasikan dengan nama merek. Kaitan antara citra merek

dengan minat beli dikemukakan Häubl (1996). Dikemukakan bahwa citra

merek akan berpengaruh langsung terhadap tingginya minat beli terhadap

suatu produk. Hal tersebut didukung oleh pendapat Gaeff (1996) yang

menyatakan bahwa perkembangan pasar yang demikian pesat mendorong

konsumen untuk lebih memperhatikan citra merek dibandingkan

karakteristik fisik suatu produk dalam memutuskan pembelian. Ruyter et

al (1996) mengemukakan tentang kaitan antara kualitas layanan dan minat

beli. Dalam penelitiannya, diungkapkan bahwa kualitas layanan yang baik

(22)

Berdasarkan fenomena tersebut diatas, maka penulis akan

mengangkat permasalahan yang ingin diteliti dengan judul adalah sebagai

berikut : “PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA

MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN TELKOMSEL

FLASH DI SURABAYA”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang

dikemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Apakah kualitas layanan mempunyai pengaruh terhadap citra merek

produk Telkomsel Flash di Surabaya?

b. Apakah kualitas layanan mempunyai pengaruh terhadap minat beli

produk Telkomsel Flash di Surabaya?

c. Apakah citra merek mempunyai pengaruh terhadap minat beli produk

Telkomsel Flash di Surabaya?

d. Apakah kualitas layanan melalui citra merek mempunyai pengaruh

positif terhadap minat beli produk Telkomsel Flash di Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah,

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan mempunyai pengaruh

(23)

b. Untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap minat beli

produk Telkomsel Flash di Surabaya.

c. Untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap minat beli produk

Telkomsel Flash di Surabaya.

d. Untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan melalui citra merek

terhadap minat beli produk Telkomsel Flash di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yang baik bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain :

1. Bagi Perusahaan

Memberikan sumbangan informasi bagi perusahaan akan kualitas

layanan dan citra merek internet broadband services sebagai sarana

komunikasi perusahaan.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya di

bidang manajemen periklanan dan sebagai referensi atas penelitian

lebih lanjut di waktu mendatang.

3. Bagi Peneliti

Sebagai wawasan untuk mengetahui tentang pemasaran, terutama

dibidang ekonomi dan dapat menerapkan ilmunya.

4. Bagi Peneliti Lain

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Acuan pembanding yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

penelitian yang dilakukan oleh Yoestini dan Rahma (2007) dengan judul

“Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Merek Terhadap Minat

Beli dan Dampaknya pada Keputusan Pembelian. (Studi Pada Pengguna

Telepon Seluler Merek Sony Ericson di Kota Semarang”. Penelitian ini

ditujukan untuk menguji pengaruh citra merek dan kualitas layanan

terhadap minat membeli dalam meningkatkan keputusan pembelian.

Sampel penelitian ini adalah pengguna handphone di kota

semarang, sejumlah 100 responden. Structural Equation Modeling (SEM)

yang dijalankan dengan perangkat lunak AMOS, digunakan untuk

menganalisis data, Hasil analisis menunjukkan bahwa citra merek dan

kualitas layanan berpengaruh terhadap minat membeli dalam

meningkatkan keputusan pembelian

Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa kualitas layanan

berpengaruh signifikan terhadap citra merek dengan nilai korelasi sebesar

0,34; citra merek berpengaruh signifikan terhadap minat membeli dengan

nilai korelasi sebesar 0,30, kualitas layanan berpengaruh signifikan

(25)

membeli berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan

nilai korelasi sebesar 0,60.

2. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kaihatu (2008) yang

berjudul “Analisa Kesenjangan Kualitas Layanan Dan Kepuasan

Konsumen Pengunjung Plaza Tunjungan Surabaya”. Penelitian yang

dilakukan adalah melihat kesenjangan antara jasa yang diharapakan

dengan jasa yang dirasakan oleh pengunjung Plaza Tunjungan Surabaya.

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

accidental sampling, di mana kuesioner sebagai alat utama dalam

pengumpulan data. Teknik analisis yang digunakan adalah diagram

kartesius dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dimensi tangible kemudahan dan kelengkapan penyediaan berbagai produk

(dimensi reliability/kehandalan), tanggung jawab atas kualitas dan

penetapan harga, serta tanggung jawab atas keamanan barang dan

keselamatan pengunjung maupun pembeli (dimensi assurance/jaminan)

merupakan faktor-faktor paling sesuai antara apa yang diharapkan dengan

(26)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pemasaran

2.2.1.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang

dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

berkembang dan mendapatkan laba. Inti kegiatan-kegiatan pemasaran

seperti pengembangan produk, penelitian komunikasi, distribusi,

penetapan harga, dan pelayanan. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan

dan keinginan melalui proses pertukaran.

Menurut Kotler (2005:10), pemasaran adalah suatu proses sosial

dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan

dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan

produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut

Stanton (1984:7), pemasaran adalah sistem dari kegiatan bisnis yang

dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, memproduksi, dan

mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memenuhi keinginan baik

konsumen saat ini maupun konsumen potensial.

Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pemasaran

adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan

dan keinginan konsumen. Jadi pemasaran sebenarnya mempunyai arti

menggabungkan beberapa kegiatan yang dirancang untuk memberi

pelayanan, memuaskan konsumen sambil mencapai tujuan organisasi.

(27)

memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan cara tertentu yang

disebut pertukaran. Jadi pemasaran merupakan suatu interaksi yang

bertujuan untuk memberikan kepuasan baik kepada penjual maupun

pembeli.

2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler (1997:13), manajemen pemasaran adalah proses

perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta

penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memuaskan tujuan individu dan organisasi.

Agar tujuan organisasi tercapai maka tergantung penawaran

organisasi dalam memenuhi kebutuhan pasar dengan menentukan harga,

mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberi tahu,

mendorong serta melayani pasar. Jadi manajemen pemasaran dirumuskan

sebagai suatu proses manajemen yang meliputi penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemasaran yang

dilakukan oleh perusahaan.

Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan,

baik yang menyangkut barang maupun jasa. Proses pertukaran baik yang

ditimbulkan oleh penjual maupun pembeli akan menguntungkan kedua

belah pihak, maka penentuan produk, harga, promosi dan tempat

(28)

perilaku konsumen dipengaruhi sehingga menjadi sesuai dengan

produk-produk perusahaan.

2.2.1.3. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan

organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam

memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan

kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

Konsep pemasaran bersandar pada empat pilar, yaitu pasar sasaran,

kebutuhan konsumen, pemasaran terpadu dan profitability. Keempat pilar

tersebut dimana mereka dibandingkan dengan orientasi penjualan.

Konsep menjual menganut pandangan dari dalam ke luar. Konsep ini

mulai dari pabrik, memusatkan perhatian pada produk perusahaan yang

ada dan menuntut penjualan dan promosi yang gencar untuk

menghasilkan penjualan yang mendatangkan laba (Kotler, 1997:18).

Dengan konsep pemasaran tersebut perusahaan menempatkan

konsumen sebagai raja, artinya menempatkan kebutuhan dan keinginan

konsumen sasaran sebagai pertimbangan utama dan memberikan

kepuasan kepada mereka. Jadi titik tolak konsep pemasaran diatas adalah

konsumen, sedangkan alatnya adalah program pemasaran yang

terorganisasi dan terintegrasi, dengan tujuan memperoleh laba dengan

kata lain keuntungan yang dicapai melalui upaya menciptakan dan

(29)

2.2.2. Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (2002:6), perilaku konsumen

didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan

proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan

pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.

Definisi yang lain menurut Louden dan Bitta (dalam Angipora,

2002:119), perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan

kegiatan fisik individu dalam upaya memperoleh dan menggunakan

barang dan jasa (evaluasi, memperoleh, menggunakan atau menentukan

barang atau jasa).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

mempelajari perilaku konsumen maka pemasar dapat mengetahui secara

jelas proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen dan

kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,

mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa serta pengaruh-pengaruh

yang dihadapi dalam usaha memperoleh barang dan jasa tersebut.

2.2.3. Tinjauan Jasa

2.2.3.1. Definisi Jasa

Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata

jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal

(personal service) sampai jasa sebagai produk. Menurut Kotler 1994

(30)

dan perbuatan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

dasarnya bersifat tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikkan

sesuatu, produksi jadi bisa berhubungan dengan dengan produk fisik

maupun tidak. Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang

ditawarkan untuk dijual.

Menurut Stanton dalam Buchari Alma (2004:243) jasa adalah

sesuatu yang dapat di identifikasikan secara terpisah dan tidak terwujud,

ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan

menggunakan benda-benda berwujud atau tidak.

Menurut Zeithaml dan Mary J Bitner dalam Buchari Alma

(2004:243) jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan

produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan

nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak

terwujud. Walau begitu, produksi jasa bisa berhubungan dengan produk

fisik maupun tidak. Dari pengertian jasa tersebut dapat disimpulkan

bahwa jasa tidak memiliki wujud dan konsumen yang membeli jasa tidak

akan memiliki jasa tersebut.

2.2.3.2. Karakteristik Jasa/Layanan

Jasa memiliki empat karakteristik pokok pada jasa yang

membedakannya dengan barang. Menurut Tjiptono (2005:18) ke empat

(31)

1. Intangibility : Jasa berbeda dengan barang, jika barang merupakan

suatu obyek, alat atau benda maka jasa adalah suatu perbuatan,

kinerja (performance). Jasa bersifat intangible artinya bahwa jasa

tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau didengar sebelum

dibeli.

2. Inseparability : Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu

dikonsumsi sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru

kemudian di produksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi

antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam

pemasaran jasa. Keduanya mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa

tersebut. Dalam hubungan penyediaan jasa dan pelanggan ini,

efektivitas individu yang menyampaikan jasa (contact personal)

merupakan unsur penting. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya

adalah pemberian perhatian khusus pada tingkat partisipasi dalam

tingkat keterlibatan proses jasa.

3. Variability : Jasa sangat bersifat variabel karena merupakan

nonstandardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan

jenis, tergantung pada siapa, kapan dan di mana jasa tersebut

dihasilkan.

4. Perishability : Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak

dapat disimpan. Dengan demikian bila suatu jasa tidak digunakan,

(32)

2.2.4. Kualitas Layanan

2.2.4.1. Pengertian Kualitas Layanan

Dalam bersaing, badan usaha yang sejenis pada dasarnya seringkali

terlihat sama dalam hal fasilitas atau jenis-jenis layanan yang diberikan

konsumen, tetapi hal tersebut dipersepsikan beda oleh konsumennya.

Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990:44) “Service quality is

the costumer perception’s of the priority of the services”. Maksudnya

kualitas layanan adalah persepsi konsumen terhadap keunggulan suatu

layanan. Pada dasarnya hanya konsumen yang menilai kualitas layanan

suatu badan usaha berkualitas baik atau tidak.

Kualitas layanan merupakan tingkatan di mana sekumpulan

dimensi dari layanan tersebut secara keseluruhan memuaskan pengguna

atau konsumennya. Sehingga setiap badan usaha dituntut untuk dapat

memberikan kualitas layanan yang sebaik-baiknya untuk membedakan

dengan badan usaha lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kotler

(1997:476) bahwa : one of the mayor ways to differentiate a service

firm is to deliver consistenly higher quality service than competitors ”.

Salah satu cara untuk membedakan dengan badan usaha jasa lainnya

adalah dengan memberikan kualitas layanan yang tinggi dari pesaingnya

(33)

2.2.4.2.Dimensi Kualitas Layanan

Dalam salah satu studi mengenai dimensi kualitas pelayanan

(SERVQUAL) oleh Parasuraman (1988) dapat disimpulkan bahwa

terdapat lima dimensi kualitas layanan (dalam Lupiyoadi, 2001 : 148)

antara lain :

a. Tangible

Yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya

kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan, sarana dan

prasarana fisik perusahaan serta keadaan lingkungan sekitarnya adalah

bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang

meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya),

perlengkapan dan peralatanyang dipergunakan serta penampilan

pegawainya.

b. Reliability

Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai

yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai

dengan harapan konsumen yang berarti ketepatan waktu, pelayanan

yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang

simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

c. Responsiveness

Yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan

yang cepat (responsif) dan tepat kepada konsumen dengan

(34)

tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang

negative dalam kualitas pelayanan.

d. Assurance

Yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai

perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada

perusahaan yang terdiri dari beberapa komponen antara lain

komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan

(security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).

e. Emphaty

Yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau

pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya untuk

memahami apa yang menjadi keinginan konsumen. Dimana suatu

perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang

konsumen, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta

memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi konsumen.

2.2.5. Citra Merek

Dolak (2004) mengatakan “a brand is an identifiable entity that

makes specific promises of value”. Merek merupakan hal yang sangat

penting bagi produsen maupun konsumen. Merek bukan hanya simbol

yang dipakai untuk mengidentifikasi produk atau perusahaan. Saat ini

peranan atau fungsi dari suatu merek (brand) bukan hanya sebagai

(35)

produsen yang lainnya, namun merek merupakan penentu dalam

menghasilkan suatu competitive advantages. Konsumen saat ini

memandang merek atau brand sebagai salah satu hal yang sangat penting

dalam melakukan keputusan pembelian, merek merupakan suatu nilai

tambah (value) bagi suatu produk.

Merek mengidentifikasi dan merepresentasikan produk, merek

bukan hanya sekedar nama. Merek merupakan persepsi yang direfleksikan

di dalam benak konsumen ketika mereka berpikir mengenai suatu produk.

Persepsi yang positif dari kepercayaan konsumen terhadap merek akan

menciptakan citra merek yang baik pula. Definisi Brand image menurut

beberapa ahli pemasaran, seperti Kotler dan Keller (2006:268) dalam,

yaitu ” Perceptions and beliefs held by consumer. As reflected in the

associations held in consumer memory”. Dolak (2004), yaitu “Brand

image is defined as consumer’s perception as reflected by the association

they hold in their minds when they think of your brand”. Wells, Burnett,

dan Moriarty (2000:163), yaitu ” A brand image is a mental image that

reflects the way consumers perceive the brand, including all the

identification elements, the product personality, and the emotions and

associations evoked in the mind consumers”. Aaker (1996:69), yaitu

Brand image is how customers and others perceive the brand”.

Brand image adalah segala sesuatu yang ada di benak seseorang,

yang secara total meliputi keseluruhan dari informasi yang mereka terima

(36)

orang-orang (word of mouth), iklan (advertising), kemasan (packaging),

pelayanan (service), dan lain sebagainya. Informasi-informasi tersebut

kemudian diolah dan dimodifikasi berdasarkan pendapat atau persepsi

selektif, kepercayaan-kepercayaan yang dianut, norma-norma sosial, dan

lain-lain (Randall, 2001:7).

Citra merek didefinisikan oleh Keller (2000), sebagai persepsi atau

kesan tentang suatu merek yang direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi

yang menghubungkan seseorang dengan merek dalam ingatannya.

Kapferer (2001) menyatakan bahwa seseorang membentuk citra melalui

sintesis dari semua sinyal atau asosiasi yang dihasilkan merek.

Serangkaian pencitraan merek bargantung kepada tipe personal

atau organisasi yang menjadi khalayak sasaran. Tipe personal atau

organisasi yang menjadi khalayak sasaran tersebut dapat diketahui pada

faktor demografi mereka, salah satunya adalah usia mereka (Keller,

2003:84). Citra merek (brand image) juga akan menentukan segmen pasar.

Identifikasi audiens sasaran dengan segmen yang sempit berdasarkan salah

satu faktor demografis yaitu usia target sasaran (Roman, Mass &

Nisenholtz, 2005).

Indikator Brand Image menurut Wiryawan dan Pratiwi (2009:246)

antara lain :

1. Corporate image (Citra Perusahaan)

2. User image (Citra pemakai)

(37)

2.2.6. Minat Beli

Minat beli (willingness to buy) dapat didefinisikan sebagai

kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk membeli produk (Doods,

Monroe, dan Grewal, 1991. Sedangkan menurut Sukarno (2005:140),

minat beli merupakan keinginan yang direncanakan sepenuhnya oleh

konsumen untuk melakukan pembelian secara nyata.

Menurut Keller (1998), minat beli konsumen adalah seberapa besar

kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar

kemungkinan konsumen berpindah dari satu merek ke merek lainnya.

Sedangkan menurut Rositter dan Percy (1987) dalam Sukarno (2005:140),

minat pembelian konsumen adalah “brand purchase the brand (or take

other relevant purchase-related action)”. Definisi tersebut mengandung

pengertian bahwa minat pembelian terhadap suatu merek adalah adalah

perintah seorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli sebuah

merek produk atau untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan

dengan pembelian.

Minat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh konsumen sebelum mengadakan pembelian atas produk

yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Ferdinand

(2006:242) menyatakan bahwa ada tiga indikator dalam proses

pengambilan keputusan untuk membeli yang umum dilakukan oleh

seseorang, antara lain yaitu :

(38)

b. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau memiliki

produk

c. Keinginan prefensial, produk tertentu inilah yang diinginkan dan

bersedia mengabaikan lainnya

Kebutuhan konsumen mungkin muncul karena menerima informasi

baru tentang suatu produk, kondisi ekonomi, periklanan, atau karena

kebetulan. Selain itu, gaya hidup seseorang, kondisi demografis, dan

karakteristik pribadi dapat pula mempengaruhi keputusan pembelian

seseorang.

Proses informasi konsumen meliputi pencarian sumber-sumber

informasi oleh konsumen. Proses informasi dilakukan secara selektif,

konsumen memilih informasi yang paling relevan bagi benefit yang dicari

dan sesuai dengan keyakinan dan sikap mereka. Memproses informasi

meliputi aktivitas mencari, memperhatikan, memahami, menyimpan dalam

ingatan dan mencari tambahan informasi.

Konsumen akan mengevaluasi karakteristik dan berbagai produk

atau merek yang mungkin paling memenuhi benefit yang diinginkannya.

Dalam pembelian, beberapa aktivitas lain diperlukan, seperti pemilihan

toko, Penentuan kapan akan membeli dan memungkinkan finansialnya.

Setelah ia menemukan tempat yang sesuai waktu yang tepat, dan dengan

didukung oleh daya beli, maka kegiatan pembelian dilakukan. Sekali

(39)

Jika kinerja produk sesuai dengan harapan konsumen, konsumen akan

puas. Jika tidak, kemungkinan pembelian akan berkurang.

2.2.7. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Citra Merek

Menurut Fandi Tjiptono (1999) dalam Yoestini dan Rahma

(2007:266), reputasi perusahaan merupakan bagian dari konsep citra

perusahaan (corporate image) merupakan bagian dari konsep kualitas total

jasa. Zeithaml (1988:8) mengemukakan bahwa kualitas yang dirasakan

dari suatu produk atau jasa erat kaitannya dengan reputasi yang

diasosiasikan dengan nama merek.

Dalam kondisi tertentu, pelanggan hanya akan mengasosiasikan

suatu produk atau jasa dengan mereknya. Selain itu juga dikatakan bahwa

kualitas yang diterima dari sebuah produk atau layanan (perceived quality)

adalah berhubungan dengan reputasi yang dihubungkan dengan brand

name. Dalam industri jasa dan bisnis lainnya, merek seringkali dikaitkan

dengan reputasi perusahaan daripada produk atau layanan itu sendiri

(Selnes, 1993:20). Oleh Sullivan (1998:155), dibuktikan bahwa reputasi

dari perusahaan dalam sudut pandang pelanggan dapat dijadikan jaminan

bagi pelanggan untuk menilai kualitas produk atau jasa. Menurut Lau dan

Lee (1999), menganggap reputasi perusahaan sebagai salah satu faktor

terpenting dari karakteristik perusahaan yang dapat membentuk

(40)

Reputasi perusahaan sangat penting dari sudut pandang pelanggan

untuk memberikan gambaran terhadap kualitas produk atau jasa yang

dihasilkan, sebagaimana dikemukakan oleh Brown dan Dacin (1997).

Sedangkan menurut Dick, Chakravanty and Biehal (1990), melalui

penelitiannya megemukakan bukti bahwa reputasi perusahaan secara

langsung membentuk kepercayaan pelanggan terhadap produk atau jasa

dari perusahaan sehingga akan mempengaruhi pertimbangan pelanggan

dalam menentukan pilihan.

Keller (2003) mengemukakan bahwa penciptaan persepsi pelanggan

bahwa perusahaan membuat produk maupun layanan yang berkualitas

tinggi akan berpengaruh terhadap persepsi pelanggan terhadap corporate

image, demikian juga sebaliknya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa reputasi

perusahaan (bagian dari corporate image) lekat dengan reputasi merek,

dan berdasarkan temuan Selnes (1993:30) yang mengatakan bahwa

kualitas pelayanan ternyata berpengaruh terhadap reputasi perusahaan,

yang merupakan bagian dari corporate image atau citra perusahaan.

Sehingga kualitas layanan berpengaruh positif terhadap citra merek.

2.2.8. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Minat Beli

Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas

keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara

(41)

proses evaluasi menyeluruh pelanggan mengenai kesempurnaan kinerja

layanan (Mowen, 1995:512). Kualitas pelayanan terutama untuk sekor jasa

selalu diidentikkan dengan mutu usaha itu sendiri. Semakin baik dan

memuaskan tingkat pelayanannya maka akan semakin bermutu usaha

tersebut begitu pula sebaliknya. Sehingga usaha untuk meningkatkan

pelayanan selalu dilakukan agar dapat memaksimalkan kualitas jasa.

Dalam pada itu Ruyter et al (1996) mengemukakan tentang kaitan

antara kualitas layanan dan minat beli. Dalam penelitiannya, diungkapkan

bahwa kualitas layanan yang baik akan mendorong minat beli konsumen.

Dari uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa dengan kualitas layanan

yang diberikan baik maka akan timbul keinginan untuk membeli, sehingga

kualitas layanan berpengaruh positif terhadap minat beli.

2.2.9. Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli

Zeithaml (1988) melakukan penelitian mengenai persepsi

konsumen dengan mengadopsi model yang diajukan Dodd, Monroe dan

Grewal (1991). Dalam model tersebut digunakan konsep harga, kualitas

dan nilai sebagai indikatornya. Dari ketiga indikator diatas dirangkum

dalam suatu penelitian means-end hubungan harga, kualitas dan nilai.

Ketiga indikator tersebut ternyata mempunyai hubungan yang positif

dengan persepsi konsumen.

Penelitian yang dilakukan Rao dan Monroe (1989), secara khusus

(42)

toko pada persepsi pembeli tentang kualitas produk. Pada penelitian ini

indikator harga, citra merek dan nama toko, ditelaah pengaruhnya baik

sebagai indikator tunggal ataupun secara bersama-sama sebagai atribut

gabungan (multi atribut) pada persepsi pembeli tentang kualitas. Hanya

saja dalam penelitian ini tidak menelaah lebih lanjut pengaruhnya pada

variabel nilai yang dirasakan dan keinginan membeli.

Penelitian lain yang hampir sama dengan Rao dan Monroe (1989)

dilakukan oleh Dood, Monroe dan Grewal (1991) dengan model dari

Monroe (1989) dan Krishnan (1985) yang menggunakan konseptualisasi

Monroe’s (1979) sama-sama mengembangkan model berkaitan dengan

harga, kualitas yang dirasakan, pengorbanan yang dirasakan, citra merek

dan keinginan untuk membeli.

Kaitan antara citra merek dengan minat beli dikemukakan Häubl

(1996). Dikemukakan bahwa citra merek akan berpengaruh langsung

terhadap tingginya minat beli terhadap suatu produk. Hal tersebut

didukung oleh pendapat Gaeff (1996) yang menyatakan bahwa

perkembangan pasar yang demikian pesat mendorong konsumen untuk

lebih memperhatikan citra merek dibandingkan karakteristik fisik suatu

produk dalam memutuskan pembelian. Hal tersebut menjustifikasi

pengaruh citra merek terhadap minat beli. Sehingga citra merek

(43)

2.2.10. Pengaruh Kualitas Layanan Melalui Citra Merek Terhadap Minat

Beli

Reputasi perusahaan sangat penting dari sudut pandang pelanggan

untuk memberikan gambaran terhadap kualitas produk atau jasa yang

dihasilkan, sebagaimana dikemukakan oleh Brown dan Dacin (1997).

Sedangkan menurut Dick, Chakravanty and Biehal (1990), melalui

penelitiannya megemukakan bukti bahwa reputasi perusahaan secara

langsung membentuk kepercayaan pelanggan terhadap produk atau jasa

dari perusahaan sehingga akan mempengaruhi pertimbangan pelanggan

dalam menentukan pilihan.

Penelitian lain yang hampir sama dengan Rao dan Monroe (1989)

dilakukan oleh Dood, Monroe dan Grewal (1991) dengan model dari

Monroe (1989) dan Krishnan (1985) yang menggunakan konseptualisasi

Monroe’s (1979) sama-sama mengembangkan model berkaitan dengan

harga, kualitas yang dirasakan, pengorbanan yang dirasakan, citra merek

dan keinginan untuk membeli.

Dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan melalui citra merek

(44)

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kualitas Layanan

(X)

Citra Merek (Y)

Tangible

(X1)

Reliability

(X2)

Responsiveness

(X3)

Assurrance

(X4)

Emphaty

(X5)

Minat Beli

(45)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan

diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga kualitas layanan mempunyai pengaruh positif terhadap citra

merek produk Telkomsel Flash di Surabaya.

2. Diduga kualitas layanan mempunyai pengaruh positif terhadap minat

beli produk Telkomsel Flash di Surabaya.

3. Diduga citra merek mempunyai pengaruh positif terhadap minat beli

(46)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Definisi Operasional

Agar variabel yang digunakan dapat diukur serta menghilangkan dan

menghindari penafsiran makna, maka perlu adanya definisi yang jelas

mengenai variabel yang akan diteliti, variabel tersebut sebagai berikut :

1. Kualitas Layanan (X)

Kualitas layanan adalah persepsi pelanggan terhadap keunggulan

suatu layanan. Dalam hal ini kualitas layanan yang akan diberikan

Telkomsel Flash kepada konsumen. Menurut Parasuraman (1988)

dalam Lupiyoadi (2001:148) dapat disimpulkan bahwa terdapat lima

dimensi kualitas layanan antara lain :

a. Tangible (X1)

Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya

kepada pihak eksternal. Indikator dalam penelitian ini adalah :

1. Bentuk Fisik(X1.1)

2. Menyediakan counter(X1.2)

b. Reliability (X2)

Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan

(47)

1. Layanan download cepat (X2.1)

2. Tersedianya layanan operator(X2.2)

c. Responsiveness (X3)

Kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat

(responsif) dan tepat kepada konsumen dengan penyampaian informasi

yang jelas. Indikator dalam penelitian ini adalah :

1. Membantu memecahkan masalah konsumen dalam mentransfer

data (X3.1)

2. Memberikan layanan yang tepat untuk konsumen dalam mengakses

internet (X3.2)

d. Assurance (X4)

Kemampuan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki Telkomsel Flash.

Indikator dalam penelitian ini adalah :

1. Sinyal yang kuat(X4.1)

2. Tarif yang murah(X4.2)

e. Emphaty (X5)

Kemudahan melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian

pribadi dan memahami kebutuhan konsumen. Indikator dalam

penelitian ini adalah :

1. Memahami kebutuhan konsumen akan internet (X5.1)

(48)

2. Citra Merek (Y)

Citra merek adalah persepsi atau kesan tentang suatu merek yang

direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi yang menghubungkan

seseorang dengan merek dalam ingatannya. Menurut Wiryawan dan

Pratiwi (2009:246), indikator dari citra merek adalah :

1. Corporate image (Y1)

Merupakan citra perusahaan PT. Telkomsel sebagai produsen

produk internet broadband service Telkomsel Flash.

2. User image (Y2)

Merupakan citra dari pemakai bila memakai produk internet

broadband service Telkomsel Flash.

3. Product image (Y3)

Merupakan citra produk internet broadband service Telkomsel

Flash.

3. Minat Beli (Z)

Minat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh konsumen sebelum mengadakan pembelian atas produk

yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut.

Ferdinand (2006:242) menyatakan bahwa ada tiga tahap dalam proses

pengambilan keputusan untuk membeli yang umum dilakukan oleh

seseorang, yaitu :

(49)

Merupakan minat yang menggambarkan prilaku seseorang yang

selalu mencari informasi mengenai Telkomsel Flash untuk

mendukung sifat-sifat positif dari Telkomsel Flash yang akan

dibelinya.

b. Keinginan segera membeli (Z2)

Merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan pembelian

Telkomsel Flash.

c. Keinginan prefensial (Z3)

Merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang

memiliki preferensi utama atau pilihan utama pada Telkomsel

Flash.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel menggunakan skala interval yaitu skala

yang mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut (Umar, 2000:134).

Adapun teknik pengukuran sikap menggunakan skala likert yaitu metode

pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang

berada dalam rentang dua sisi (Umar, 2000:137). Digunakan jenjang 1-7

dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut, misalnya :

Skala tersebut disusun dalam suatu garis kontinu dengan jawaban

sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat negatifnya

terletak di sebelah kiri, atau sebaliknya.

Sangat tidak setuju Sangat setuju

(50)

3.2 Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi :

Adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

konsumen (masyarakat di Surabaya) yang mengetahui tentang produk

internet broadband service Telkomsel Flash serta berminat membeli

Telkomsel Flash di Surabaya.

b. Sampel :

Metode penentuan sampel menggunakan teknik non probability

sampling, dimana semua elemen populasi belum tentu memiliki

peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,

1999:77). Teknik sampling dengan menggunakan Purposive Sampling

yaitu pengambilan sampel menurut kriteria atau pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 1999:78). Kriteria yang akan dijadikan sampel adalah :

konsumen (masyarakat) berusia minimal 17 tahun, bertempat tinggal di

wilayah Surabaya, dan masyarakat yang mengetahui dan mengerti

tentang produk internet broadband service Telkomsel Flash serta

berminat membeli Telkomsel Flash di Surabaya.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100-200

(51)

Modeling (SEM), pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand

(2002:48) adalah :

a. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum like hood estimation

b. Tergantung pada jumlah parameter yang estimasi pedomannya

adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi

c. Tergantung pada jumlah indikator dikali 5 – 10. Bila terdapat 16

indikator, maka besarnya sampel adalah 90 - 160 yaitu 7 x 16

indikator = 112 responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Data Primer : Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang disebarkan

kepada konsumen (masyarakat di Surabaya) yang mengetahui tentang

produk internet broadband service Telkomsel Flash serta berminat

membeli Telkomsel Flash di Surabaya.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :

Jawaban responden melalui kuesioner

3.3.3 Pengumpulan Data

1. Wawancara

(52)

broadband service Telkomsel Flash serta berminat membeli

Telkomsel Flash di Surabaya untuk memperoleh informasi yang

diperlukan untuk kebutuhan penelitian.

2. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada konsumen (masyarakat di Surabaya) yang

mengetahui tentang produk internet broadband service Telkomsel

Flash serta berminat membeli Telkomsel Flash di Surabaya.

3.4 Teknik Analisis SEM dan Uji Hipotesis

Structural Equation Modeling (SEM) adalah sekumpulan teknik – teknik

statistical yang memungkinkan pengukuran sebuah rangkaian hubungan

yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut

dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau

beberapa variabel independen. Metode ini bukan untuk menghasilkan teori

melainkan “mengkonfirmasi” teori.

Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan

contoh dimensi tangible dari variabel kualitas layanan dilakukan sebagai

berikut :

Persamaan Dimensi Tangible:

X11 = λ1 Tangible + er_1

(53)

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk

diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka

model pengukuran dengan contoh dimensi tangible dari variabel kualitas

layananakan nampak sebagai berikut :

Gambar 3.1. Contoh Model Pengukuran Dimensi Tangible

Keterangan :

X11 = Bentuk fisik

X12 = Menyediakan counter

Demikian juga dimensi lain dari variabel kualitas layanan yang

dipakai dalam penelitian ini yaitu dimensi reliability, responsiveness,

assurance, dan emphaty sesuai dengan indikator yang dipakai dalam tiap

dimensi.

Untuk variabel citra merek dilakukan sebagai berikut :

Persamaan Variabel Citra Merek :

Y1 = λ1 Citra Merek + er_11

Y2 = λ2 Citra Merek + er_12

Y3 = λ3 Citra Merek + er_13

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model

untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis,

maka model pengukuran dengan contoh variabel citra merek akan nampak

sebagai berikut :

Tangible

X11 er_1

(54)

Gambar 3.2. Contoh Model Pengukuran Citra Merek

Keterangan :

Y1 = Corporate image

Y2 = User image

Y3 = Product image

Untuk variabel minat beli dilakukan sebagai berikut :

Persamaan Variabel Minat Beli :

Z1 = λ1 Minat Beli + er_14

Z2 = λ2 Minat Beli + er_15

Z3 = λ3 Minat Beli + er_16

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model

untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis,

maka model pengukuran dengan contoh variabel minat beli akan nampak

sebagai berikut :

Gambar 3.3. Contoh Model Pengukuran Minat Beli Citra Merek

Y1 er_11

Y2 er_12

Y2 er_13

Minat Beli

Z1 er_14

Z2 er_15

(55)

Keterangan :

Z1 = Intensitas pencarian informasi

Z2 = Keinginan segera membeli

Z3 = Keinginan prefensial

1. Asumsi Model [Structural Equation Modeling]

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data

atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi

koefisien sampel dengan standard errornya dan skewness value

yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai

statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value.

Pada tingkat signifikansi 1% jika nilai Z lebih besar dari nilai

kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tindak

normal.

3) Normal Probability plot

4) Linieritas denagn mengamati scatterplots dari data yaitu

dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya

untuk menduga ada tidaknya Linieritas.

b. Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier.

2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis

(56)

df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila

Mahalanobis> dari nilai χ adalah multivariate outlier.

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik

unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi- observasi

lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah

variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair et. al., 1998).

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant Matriks Covarians. Dengan

ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0

[kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick

& Fidell, 1996).

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas

apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran

mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah

konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing

indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent

variable construct akan diuji dengan melihat loading factor dari

hubungan antara setiap observed variable dan latent variable.

(57)

variance-extracted. Construct reliability dan variance-extracted

dihitung dengan rumus berikut:

Construct Reliability = [ ∑ Standardize Loading

[ ∑ Standartdize Loading ]² + ∑Єj ]

Variance Extracted = ∑ [ Standartdize Loading² ]

∑ [ Standartdize Loading²]+∑Єj

Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj=1 – [Standardize

Loading]. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat

diterima adalah ≥ 0.7 dan Variance Extracted ≥ 0.5 (Hair et.al,

1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS

4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap Construct Standardize

Regression weighty terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi

terstandar dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR/Critical

Ratio/ p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung

lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3. Evaluasi Model

Hair et. al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory

menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas

hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data

empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data,

maka model dianggap sebagai model yang diperkuat. Sebaliknya,

(58)

suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “good

fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting

dalam penggunaan structural equation modeling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai

kriteria Goodness of Fit yakni Chi-square, Probability, RMSEA, GFI,

TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan

data maka model dikembangkan dengan two step approachto SEM.

Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices

GOODNESS

Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan covariance sample

[apakah model sesuai dengan data].

Diharapakan Kecil, 1 s.d 5, atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks

covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square

pada Sampel.

≤ 0,08

GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang dijelasakan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda]

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan dalam DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model. ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model.

≥ 0.95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitif tehadap besarnya sampel dan kerumitan model

≥ 0,94

Gambar

Tabel 4.19. Unidimensi First Order ..................................................................
Gambar 2.1.  Kerangka Konseptual  ................................................................
Tabel 1.1. Pengguna Internet Di Indonesia Tahun 2008-2010
Tabel 1.3. Pernyataan Komplain
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel kualitas layanan dalam pengujian hipotesis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen ditunjukkan dengan nilai thitung yang lebih dari besar

Apakah terdapat pengaruh kualitas layanan terhadap minat beli. konsumen pada produk smartphone

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh citra merek, promosi, kualitas produk secara simultan terhadap minat beli ulang konsumen, 2) pengaruh citra merek

Analisis Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Kualitas Layanan terhadap Minat Beli Konsumen pada Brand Bakso Alex (Studi pada Konsumen Bakso Alex Surakarta).. Analisa pengaruh

Konsumen tidak memilih citra merek sebagai variabel yang mendukung minat beli karena konsumen lebih mempercayai konsumen lain tentang keunggulan dan kehandalan yang

1, April 2017, menghasilkan kesimpulan bahwa bahwa citra merek dan kepercayaan merek secara parsial berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen sedangkan

Dengan citra merek Telkomsel yang selama ini telah dibangun dan dipertahankan oleh Telkomsel apakah mampu mempengaruhi niat beli para konsumen, apakah kualitas yang

Konsumen tidak memilih citra merek sebagai variabel yang mendukung minat beli karena konsumen lebih mempercayai konsumen lain tentang keunggulan dan kehandalan yang