• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tehnik Semilunar Flap Pada Perawatan Resesi Gusi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tehnik Semilunar Flap Pada Perawatan Resesi Gusi."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TEHNIK

SEMILUNAR FLAP

PADA PERAWATAN RESESI GUSI

Agus Susanto* Ina Hendiani **

*Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia FKG Universitas Padjadjaran ** Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Jl. Sekeloa Selatan No. 1 Bandung

ABSTRAK

Resesi gusi adalah terbukanya permukaan akar karena pergerakan tepi gusi ke arah apikal, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit periodontal, kesalahan menyikat gigi, tarikan frenulum, dehiscence tulang, malposisi gigi, restorasi dan pembentukan kalkulus subgingiva. Terbukanya permukaan akar karena resesi dapat menyebabkan hipersensitif, karies servikal dan mengganggu penampilan (estetik). Salah satu tehnik bedah dalam perawatan resesi gusi adalah tehnik semilunar flap. Laporan kasus ini melaporkan pasien laki-laki berumur 24 tahun dengan resesi gusi pada anteroir rahang atas sebesar 2 mm (kelas I Miller) yang dilakukan bedah semilunar flap. Satu minggu setelah perawatan terlihat gusi masih oedem, warna gusi merah terang dan terjadi perbaikan resesi gusi, setelah 4 minggu warna gusi merah muda dan tidak ada oedem. Tehnik semilunar flap dapat digunakan untuk memperbaiki resesi gusi pada anterior rahang atas.

(2)

PENDAHULUAN

Resesi gusi merupakan kasus yang sering ditemukan dalam praktek dokter gigi. Prevalensi dan keparahan resesi gusi meningkat dengan bertambahnya umur dan lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Secara klinis definisi resesi adalah terbukanya permukaan akar gigi karena pergerakan tepi gusi ke arah apikal.1,2 Resesi dapat terjadi secara lokal dan menyeluruh, juga dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Resesi yang bersifat fisiologis berhubungan dengan faktor usia sedangkan resesi gusi yang bersifat patologis berhubungan dengan penyakit periodontal atau malposisi gigi. Resesi gusi dapat disebabkan oleh trauma mekanis atau fisik akibat gerakan menyikat gigi yang salah, kesalahan prosedur perawatan gigi seperti tambalan overhang dan gigi tiruan yang desainnya kurang baik, selain itu dapat disebabkan karena perlekatan frenulum yang abnormal, periodontitis dan gingivitis, akumulasi plak dan kalkulus, malposisi gigi dan perawatan bedah periodontal.1,3

Gambaran klinis resesi gusi ditandai dengan bergesernya tepi gusi ke arah apikal menjauhi cementoenamel junction. Gusi berwarna merah dan terinflamasi atau berwarna merah muda dengan konsistensi keras tergantung ada tidaknya iritasi lokal. Gusi menjadi lebih tipis dengan sedikit atau tidak adanya gusi cekat. Resesi gusi menyebabkan akar terbuka sehingga akar menjadi sensitif terhadap suhu dingin dan makanan manis, selain itu menimbulkan masalah estetik terutama pada regio anterior dan dapat menyebabkan karies akar.4,5

(3)

tissue regeneration (GTR) dan semilunar coronally repositioned flap.4,5 Tehnik semilunar flap di perkenalkan oleh Tarnow pada tahun 1986, tehnik ini diindikasikan

untuk penutupan akar dengan resesi gusi 1-3 mm.4,7 Keuntungan tehnik ini relatif sederhana dengan kerusakan jaringan minimal, tidak ada pemendekan kedalaman vestibular, tidak mengganggu papila interproksimal dan tidak memerlukan penjahitan. Kekurangan tehnik ini tidak dapat dilakukan untuk resesi yang luas dan hanya dapat dilakukan pada rahang atas.7

(4)

LAPORAN KASUS

Pasien seorang laki-laki bermur 24 tahun datang ke klinik Periodonsia Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD dengan keluhan gigi terasa kasar dan kotor ingin dibersihkan. Terasa linu jika terkena air dingin, manis, udara (angin) pada beberapa gigi depan atas dibagian dekat gusinya. Selain itu pasien juga mengeluhkan rasa pegal pada rahang saat bangun tidur dan menurut keluarga dekat suka terdengar bunyi gemeretak gigi jika pasien sedang tidur.

Hasil pemeriksaan intra oral, gusi oedem di seluruh regio rahang atas dan rahang bawah, warna gusi merah tua, esesi r gusi pada permukaan fasial gigi 11,21,22,31,32,33,34, dan 44, atrisi menyeluruh hampir pada semua gigi. Resesi pada permukaan fasial gigi 11,21 dan 22 sekitar 2mm (kelas I Miller), papila interdental tidak terlibat resesi dan dari gambaran radiografik tidak ada kehilangan tulang alveolar (Gambar 1).

(5)

Sebelum tindakan bedah pasien menerima informed consent. Tindakan bedah diawali dengan profilaksis dan antiseptik oral dan intra oral dengan betadine solution 10 %, kemudian tindakan anestesi lokal dengan infiltrasi pada regio 11,21, dan 22. Insisi dengan pisau bedah no 15 membentuk insisi semilunar mengikuti bentuk tepi gusi, insisi diperluas sampai mendekati papila interdental (Gambar 2). Insisi kedua pada sulkus gusi dengan partial thickness flap sampai ke insisi semilunar, dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari robeknya gusi (Gambar 3). Gusi yang telah diinsisi ditarik kearah koronal untuk menutupi permukaan akar yang terbuka (Gambar 4) dan difiksasi selama 5 menit. Daerah operasi kemudian ditutup dengan pembalut periodontal setelah daerah operasi dibersihka dengan NaCl fisiologis (Gambar 5).

(6)

Gambar 2. Insisi Semilunar mengikuti bentuk tepi gusi 2

(7)

Gambar 5. Penutupan daerah operasi dengan pembalut periodontal

A B

Gambar 6. A. Kontrol 1 minggu setelah operasi B. Kontrol 4 minggu setelah operasi

PEMBAHASAN

(8)

berlebih pada saat menyikat gigi merupakan asal dari trauma jaringan gusi yang kemudian seiring dengan waktu menjadi resesi gusi.8 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ahmed Khocht dkk pada tahun 1993 menyatakan bahwa kelompok yang menggunakan sikat gigi berbulu keras persentasi permukaan resesi meningkat sejalan dengan meningkatnya frekuensi menyikat gigi.9 Pada laporan kasus ini pasien mengalami resesi gusi lebih banyak pada regio anterior dan regio kiri, hal ini mungkin karena gusi anterior lebih tipis dan kekuatan penyikatan gigi lebih besar pada sisi kiri, pasien menggunakan tangan kanan dalam penyikatan gigi.

Klasifikasi resesi gusi menurut Miller pada tahun 1985 dibagi menjadi empat kelas, yaitu: kelas I resesi tidak meliputi papila interproksimal dan tidak sampai mucogingival junction, kelas II resesi mendekati atau sampai mucogingival junction

tetapi papila interproksimal tidak ikut terlibat, kelas III resesi meliputi mucogingival junction dan papila interproksimal telah mencapai sebagian akar, kelas IV resesi telah

mencapai hampir semua akar dan papila interproksimal hilang.4 Resesi gusi menyebabkan terbukanya permukaan akar yang mengganggu estetik terutama apabila terjadi pada gigi anterior, indikasi dari prosedur penutupan permukaan akar adalah kepentingan estetik dan penampilan, selain itu untuk menciptakan topografi atau bentuk gusi tepi yang memudahkan kontrol plak karena keadaan resisi gusi sering menjadi tempat retensi plak.1,4

(9)

kerusakan atau invasi jaringan sangat minimal, tetapi hanya dapat dilakukan pada rahang atas dengan terbukanya permukaan akar 1-3 mm.4,10 Tehnik ini dapat dijadikan alternatif pilihan karena cukup mudah dan memerlukan peralatan yang sederhana. Pemilihan kasus yang tepat dalam arti sesuai indikasinya dan prosedur dilakukan dengan hati-hati dapat menghasilkan hasil akhir yang baik dengan menggunakan tehnik ini. Keberhasilan bedah tehnik semilunar flap diperlukan kerja sama antara dokter gigi dan pasien, diperlukan kontrol secara periodik sehingga dapat memelihara kondisi kesehatan gusi.

KESIMPULAN

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Fiorellini JP, David MK, Satoshi OI. Clinical feature of gingivitis. In: Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. Philadelphia: WB Saunder Company; 2006.p.362-72

2. Wennstrom J, Giovan PP. Mucogingival therapy. In: Clinical Periodontology and Impalnt Dentistry. 4th ed. Munkssgaard: Blackwell; 2003.p.592-613

3. Takei H, Robert RA, Thomas JH. Periodontal plastic and esthetic surgery. In: Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. Philadelphia: WB Saunder Company; 2006.p.1005-29

4. Cohen ES. Atlas Cosmetics & Reconstructive Periodontal Surgery. 2th ed. United Sates: Lea & Febiger; 1994.p.214-27

5. Jahangirnezhad M. Semilunar coronally repositioned flap for the threatment of gingival recession with and without tissue adhesive. Journal of Dentistry Teheran 2006;3(1):36-9

6. Popova Christina. Two-step surgical procedure for root coverage (free gingival graft and coronally positioned flap). Journal of IMAB 2007;2:21-4

7. Tarnow DP. Semilunar coronally repositioned flap. J Clin Periodontol 1986;13:182-5

8. Nasr, HF. The Semilunar flap technique for root coverage. (cited June 30,2009) Available from: www.find-health-articles.com

9. Van der Weijden, MF Timmerman, PA Versteeg, M Piscaer, Van der Velden. High and low brushing in relation to efficiacy and gingival abration. J Clin Periodontol 2004;31:620-4

10.Ahmed Khocht, Gary Simon, Philip Person, Joseph L.Denepita. Gingival recession in relation to history of hard toothbrush use. J Periodontol 1993;64:900-5

Gambar

Gambar 1. Gambaran klinis sebelum perawatan, tampak resesi pada gigi 11,21,22
Gambar 4. Gusi direposisi ke koronal sehingga menutupi daerah akar yang terbuka
Gambar 5. Penutupan daerah operasi dengan pembalut periodontal

Referensi

Dokumen terkait

3HUHQFDQDDQ7DWD*XQD

Anda mungkin pernah membaca sesuatu tentang kesepian di antara orang-orang tua di masyarakat Barat, atau kesepian di antara orang muda yang terhubung secara online tetapi

selama 5 jam, rendemen minyak biji mangga diperoleh maksimal pada rasio bahan dan pelarut 1:4, baik pada pelarut n-heksan maupun pada etanol, jika jumlah

Terlepas dari kekurangan yang ada dalam penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini mampu menjadi referensi pada penelitian yang sejenis dan berguna untuk menyadarkan

Drug Resistance in Isolated Bacteria from Milk of Sheep and Goats with Subclinical Mastitis in Shahrekord District.. Iranian Journal of

The objective of this research is to find the effects of inflation, interest rates, money supply and exchange rates on LQ 45 and Jakarta Islamic Index in Indonesia

Berbeda dengan penggunaan bahasa, sikap basa alus cenderung sangat positif, dan basa biasa cukup positif pada kelompok triwangsa. Sedangkan, pada kelompok jaba

dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri.. Standar Kompetensi Kompetensi Dasarb. 1.4