• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adopsi teknologi informasi dan komunikasi oleh guru dalam inovasi pembelajaran ekonomi Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Adopsi teknologi informasi dan komunikasi oleh guru dalam inovasi pembelajaran ekonomi Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta."

Copied!
479
0
0

Teks penuh

(1)

Harsoyo, Yohanes. 2014. Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Guru dalam Inovasi Pembelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Disertasi, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Wahjoedi, M.E., (II) Prof. Dr. Bambang Sugeng, M.A., M.M., (III) Dr. Bambang Pranowo, S.E., M.Pd., Ak.

Kata Kunci: adopsi, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), guru, inovasi pembelajaran ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dewasa ini adalah pertumbuhan ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi ini membutuhkan prasyarat peningkatan kualitas pendidikan terutama peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas termasuk pembelajaran ekonomi. Meskipun mata pelajaran ekonomi hanya merupakan satu mata pelajaran di antara belasan mata pelajaran di SMA, namun mata pelajaran ekonomi memiliki posisi strategis karena ekonomi telah mendesakkan dirinya menjadi ideologi yang menghegemoni. Pelajaran ekonomi perlu disampaikan secara kontekstual dengan mengakomodasikan konteks kehidupan peserta didik termasuk di dalamnya adalah perkembangan teknologi yang mewarnai hidup mereka sebagai generasi yang tumbuh bersama teknologi digital. Namun sayang ada sinyalemen yang menunjukkan bahwa rendahnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi, (2) mengetahui pengaruh variabel-variabel karakteristik inovasi terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi, (3) mengetahui pengaruh variabel-variabel lingkungan terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi, (4) mengetahui pengaruh variabel perasaan terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi, dan (5) mengetahui pengaruh variabel-variabel demografis terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi.

(2)

Hasil penelitian menunjukkan enam simpulan sebagai berikut. Pertama, sebagian besar guru sering menggunakan TIK dalam pembelajaran ekonomi. Program aplikasi yang dipakai secara luas adalah program aplikasi Microsoft Office terutama Power Point dan Microsoft Word. Selain itu ada program yang digunakan namun dalam frekuensi yang rendah yaitu (a) program aplikasi internet untuk keperluan

browsing, weblog, dan email, (b) program aplikasi spreadsheet khususnya Microsoft Excel, (c) program aplikasi Adobe Reader, dan (d) program aplikasi multimedia;

Kedua, model adopsi teknologi informasi dan komunikasi yang memuat kelompok variabel karakteristik inovasi, kelompok variabel lingkungan, variabel perasaan terhadap penggunaan, dan kelompok variabel demografis bekerja dengan baik dalam menjelaskan keragaan adopsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran ekonomi.

Ketiga, variabel-variabel dalam kelompok variabel karekateristik inovasi yang berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi informasi adalah variabel kesukarelaan, keunggulan relatif, keterlihatan hasil, dan kemudahan penggunaan. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah kesesuaian, citra, kemungkinan uji coba, dan visibilitas.

Keempat, semua variabel dalam kelompok variabel lingkungan yang terdiri dari pengaruh sosial dan kondisi yang memfasilitasi berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi teknologi informasi dalam pembelajaran ekonomi.

Kelima, variabel perasaan yang terdiri dari rasa senang dan rasa tertarik berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi.

Keenam, kelompok variabel demografis bukan prediktor yang baik berkaitan dengan adopsi teknologi informasi dalam pembelajaran ekonomi. Lima variabel demografis yang meliputi status sekolah, umur, jenis kelamin, pengalaman, dan durasi mengikuti pelatihan tidak satupun yang berpengaruh signifikan terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi.

Berkaitan dengan hasil penelitian ini, disampaikan saran kepada pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan sebagai berikut: (1) guru perlu diarahkan untuk menggunakan TIK yang lebih bervariasi, (2) anjuran dan dorongan dibutuhkan agar guru bersedia mengadopsi TIK, (3) guru perlu dibantu menyadari keunggulan relatif dari TIK, (4) suasana saling mengomunikasikan hasil penggunaan TIK perlu dikembangkan, (5) perlu dikembangkan TIK yang mudah bagi guru, (6) orang-orang yang berpengaruh terhadap guru seperti pimpinan dan teman sejawat perlu dilibatkan dalam usaha meningkatkan adopsi TIK, (7) perlu usaha untuk memberikan fasilitas yang memadai untuk mendorong penggunaan TIK, dan (8) perlu dikembangkan TIK yang menarik dan menyenangkan bagi guru.

Data-data kualitatif mengindikasikan adanya interaksi antar variabel maka,

penelitian lebih lanjut perlu mengembangkan model yang mampu

(3)

Harsoyo, Yohanes. 2014. Teachers’ Adoption of Information and CommunicationTechnology in Senior High School Economics Instruction in Yogyakarta Special Province. Dissertation for the Economics Education Study Program, Malang State University. Advisors: (I) Prof. Dr. Wahjoedi, M.E., (II) Prof. Dr. Bambang Sugeng, M.A., M.M., (III) Dr. Bambang Pranowo, S.E., M.Pd., Ak.

Keywords: adoption, information and communication technology (ICT), teachers, economics instruction innovation

At present economic growth is based on science and technology. These conditions require improvement of teachers’ quality, particularly in the classroom learning process quality, including that in economics instruction. Though economics is only one of the teens of senior high school subjects, it has a strategic position because economics has imposed itself as a hegemonic ideology. Economics instructions must be presented contextually by accommodating the contexts of the students’ life, including the development of technology which has colored their life as a generation which grows up along with digital technology. Unfortunately, there has been a suspicion of limited use of information and communication technology in instruction.

This research has been meant to (1) describe the adoption of ICT in economics instruction, (2) discover the influence of the characteristics of innovation variables to the adoption of ICT, (3) discover the influence of the environment variables to the adoption of ICT in economics instruction, (4) discover the influence of the affective variable to the adoption of ICT in economics instruction, and (5) discover the influence of the demographic variables to the adoption of ICT in economics instruction.

This research employed the combination of the quantitative and qualitative approaches known as the mixed method. This method starts with a quantitative approach, which is followed by a qualitative approach and is also commonly labeled as the sequential explanatory strategy. The population consisted of 349 economics teachers in Yogyakarta Special Province, who were teaching in the Province’s four regencies (Sleman, Bantul, Gunungkidul, and Kulonprogo) and one municipality (Yogyakarta). The needed sample consisted of 171 economic teachers, who had been selected through proportionate stratified random sampling. The quantitative data were analyzed with multiple regressions with the ordinary least square (OLS) estimate. The qualitative data were results of interviews with economics teachers, economics instruction supervisors, students, school principals, and on-service-teacher trainers. The qualitative data were analyzed qualitatively through the steps of data reduction, data presentation, and conclusion drawing.

(4)

weblog, and email purposes, (b) spreadsheet application programs, particularly Microsoft Excel, (c) Adobe Reader application programs, and (d) multimedia application programs.

Second, the ICT adoption models which contain the innovation characteristics variable, the environment variable, the affect-towards-use variable, and the demographic variable worked well in explaining the diversity of the adoption in economics instruction.

Third, the variables in the group of characteristics of innovation variable which had significant influence to the adoption of ICT were voluntariness, relative advantage, result demonstrability, and ease of use. Meanwhile, those which did not have significant influence were those of compatibility, image, trialability, and visibility.

Fourth, all variables in the group of environment variable which consisted of social influence facilitating conditions had significant influence to the adoption of ICT in economics instruction.

Fifth, the variable of affect toward use consisted of the feeling of liking and the feeling of interest had significant influence to the adoption of ICT in economics instruction.

Sixth, the group of demographic variable was not good predictors in relation to the adoption of ICT in economics instruction. None of the five sub-variables in the demographic variable, which consisted of school status, age, gender, experience and duration in training participation, had any significant influence in the adoption of ICT in economics instruction.

Related to the results of this study, the researcher suggests several suggestions to policy maker in education field, as follows: (1) the teachers should be directed to employ more varied ICT, (2) advice and encouragement is needed for teachers and therefore they are willing to adopt ICT, (3) teachers should be helped in realizing the relative advantages of ICT, (4) the atmosphere in communicating the results of ICT should be improved, (5) develop the simple ICT, (6) people who affect the teacher namely, principle and colleagues should be involved in increasing the adoption of ICT, (7) need concentrated effort to provide adequate facilities to encourage the use of ICT, and (8) develop an ICT which is interesting and entertaining for teacher.

The qualitative data indicates that there is an interaction among variables. It is therefore recommended that future research would better to develop a model which can accommodate the interaction among variables. Furthermore, the future research would better to develop research instruments which can comprehend the adoption of ICT whether using quantitative or qualitative.

(5)

ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI OLEH GURU DALAM INOVASI

PEMBELAJARAN EKONOMI SEKOLAH

MENENGAH ATAS DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

DISERTASI

OLEH

YOHANES HARSOYO

NIM 110431608015

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PASCASARJANA

(6)

ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI OLEH GURU DALAM INOVASI

PEMBELAJARAN EKONOMI SEKOLAH

MENENGAH ATAS DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

DISERTASI

Diajukan kepada

Universitas Negeri Malang

untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program Doktor

OLEH

Yohanes Harsoyo

NIM 110431608015

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PASCASARJANA

(7)
(8)
(9)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yohanes Harsoyo

NIM : 110431608015

Program Studi : S3 Pendidikan Ekonomi

Fakultas/Program : Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa disertasi yang saya tulis ini benar-benar tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa disertasi ini hasil plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 16 Juli 2014 Yang membuat pernyataan

(10)

Harsoyo, Yohanes. 2014. Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Guru dalam Inovasi Pembelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Disertasi, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Wahjoedi, M.E., (II) Prof. Dr. Bambang Sugeng, M.A., M.M., (III) Dr. Bambang Pranowo, S.E., M.Pd., Ak.

Kata Kunci: adopsi, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), guru, inovasi pembelajaran ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dewasa ini adalah pertumbuhan ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi ini membutuhkan prasyarat peningkatan kualitas pendidikan terutama peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas termasuk pembelajaran ekonomi. Meskipun mata pelajaran ekonomi hanya merupakan satu mata pelajaran di antara belasan mata pelajaran di SMA, namun mata pelajaran ekonomi memiliki posisi strategis karena ekonomi telah mendesakkan dirinya menjadi ideologi yang menghegemoni. Pelajaran ekonomi perlu disampaikan secara kontekstual dengan mengakomodasikan konteks kehidupan peserta didik termasuk di dalamnya adalah perkembangan teknologi yang mewarnai hidup mereka sebagai generasi yang tumbuh bersama teknologi digital. Namun sayang ada sinyalemen yang menunjukkan bahwa rendahnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi, (2) mengetahui pengaruh variabel-variabel karakteristik inovasi terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi, (3) mengetahui pengaruh variabel-variabel lingkungan terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi, (4) mengetahui pengaruh variabel perasaan terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi, dan (5) mengetahui pengaruh variabel-variabel demografis terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi.

(11)

Hasil penelitian menunjukkan enam simpulan sebagai berikut. Pertama, sebagian besar guru sering menggunakan TIK dalam pembelajaran ekonomi. Program aplikasi yang dipakai secara luas adalah program aplikasi Microsoft Office terutama Power Point dan Microsoft Word. Selain itu ada program yang digunakan namun dalam frekuensi yang rendah yaitu (a) program aplikasi internet untuk keperluan

browsing, weblog, dan email, (b) program aplikasi spreadsheet khususnya Microsoft Excel, (c) program aplikasi Adobe Reader, dan (d) program aplikasi multimedia;

Kedua, model adopsi teknologi informasi dan komunikasi yang memuat kelompok variabel karakteristik inovasi, kelompok variabel lingkungan, variabel perasaan terhadap penggunaan, dan kelompok variabel demografis bekerja dengan baik dalam menjelaskan keragaan adopsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran ekonomi.

Ketiga, variabel-variabel dalam kelompok variabel karekateristik inovasi yang berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi informasi adalah variabel kesukarelaan, keunggulan relatif, keterlihatan hasil, dan kemudahan penggunaan. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah kesesuaian, citra, kemungkinan uji coba, dan visibilitas.

Keempat, semua variabel dalam kelompok variabel lingkungan yang terdiri dari pengaruh sosial dan kondisi yang memfasilitasi berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi teknologi informasi dalam pembelajaran ekonomi.

Kelima, variabel perasaan yang terdiri dari rasa senang dan rasa tertarik berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi.

Keenam, kelompok variabel demografis bukan prediktor yang baik berkaitan dengan adopsi teknologi informasi dalam pembelajaran ekonomi. Lima variabel demografis yang meliputi status sekolah, umur, jenis kelamin, pengalaman, dan durasi mengikuti pelatihan tidak satupun yang berpengaruh signifikan terhadap adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi.

Berkaitan dengan hasil penelitian ini, disampaikan saran kepada pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan sebagai berikut: (1) guru perlu diarahkan untuk menggunakan TIK yang lebih bervariasi, (2) anjuran dan dorongan dibutuhkan agar guru bersedia mengadopsi TIK, (3) guru perlu dibantu menyadari keunggulan relatif dari TIK, (4) suasana saling mengomunikasikan hasil penggunaan TIK perlu dikembangkan, (5) perlu dikembangkan TIK yang mudah bagi guru, (6) orang-orang yang berpengaruh terhadap guru seperti pimpinan dan teman sejawat perlu dilibatkan dalam usaha meningkatkan adopsi TIK, (7) perlu usaha untuk memberikan fasilitas yang memadai untuk mendorong penggunaan TIK, dan (8) perlu dikembangkan TIK yang menarik dan menyenangkan bagi guru.

Data-data kualitatif mengindikasikan adanya interaksi antar variabel maka,

penelitian lebih lanjut perlu mengembangkan model yang mampu

(12)

Harsoyo, Yohanes. 2014. Teachers’ Adoption of Information and CommunicationTechnology in Senior High School Economics Instruction in Yogyakarta Special Province. Dissertation for the Economics Education Study Program, Malang State University. Advisors: (I) Prof. Dr. Wahjoedi, M.E., (II) Prof. Dr. Bambang Sugeng, M.A., M.M., (III) Dr. Bambang Pranowo, S.E., M.Pd., Ak.

Keywords: adoption, information and communication technology (ICT), teachers, economics instruction innovation

At present economic growth is based on science and technology. These

conditions require improvement of teachers’ quality, particularly in the classroom

learning process quality, including that in economics instruction. Though economics is only one of the teens of senior high school subjects, it has a strategic position because economics has imposed itself as a hegemonic ideology. Economics instructions must be presented contextually by accommodating the contexts of the

students’ life, including the development of technology which has colored their life as a generation which grows up along with digital technology. Unfortunately, there has been a suspicion of limited use of information and communication technology in instruction.

This research has been meant to (1) describe the adoption of ICT in economics instruction, (2) discover the influence of the characteristics of innovation variables to the adoption of ICT, (3) discover the influence of the environment variables to the adoption of ICT in economics instruction, (4) discover the influence of the affective variable to the adoption of ICT in economics instruction, and (5) discover the influence of the demographic variables to the adoption of ICT in economics instruction.

This research employed the combination of the quantitative and qualitative approaches known as the mixed method. This method starts with a quantitative approach, which is followed by a qualitative approach and is also commonly labeled as the sequential explanatory strategy. The population consisted of 349 economics teachers in Yogyakarta Special Province, who were teaching in the Province’s four regencies (Sleman, Bantul, Gunungkidul, and Kulonprogo) and one municipality (Yogyakarta). The needed sample consisted of 171 economic teachers, who had been selected through proportionate stratified random sampling. The quantitative data were analyzed with multiple regressions with the ordinary least square (OLS) estimate. The qualitative data were results of interviews with economics teachers, economics instruction supervisors, students, school principals, and on-service-teacher trainers. The qualitative data were analyzed qualitatively through the steps of data reduction, data presentation, and conclusion drawing.

(13)

weblog, and email purposes, (b) spreadsheet application programs, particularly Microsoft Excel, (c) Adobe Reader application programs, and (d) multimedia application programs.

Second, the ICT adoption models which contain the innovation characteristics variable, the environment variable, the affect-towards-use variable, and the demographic variable worked well in explaining the diversity of the adoption in economics instruction.

Third, the variables in the group of characteristics of innovation variable which had significant influence to the adoption of ICT were voluntariness, relative advantage, result demonstrability, and ease of use. Meanwhile, those which did not have significant influence were those of compatibility, image, trialability, and visibility.

Fourth, all variables in the group of environment variable which consisted of social influence facilitating conditions had significant influence to the adoption of ICT in economics instruction.

Fifth, the variable of affect toward use consisted of the feeling of liking and the feeling of interest had significant influence to the adoption of ICT in economics instruction.

Sixth, the group of demographic variable was not good predictors in relation to the adoption of ICT in economics instruction. None of the five sub-variables in the demographic variable, which consisted of school status, age, gender, experience and duration in training participation, had any significant influence in the adoption of ICT in economics instruction.

Related to the results of this study, the researcher suggests several suggestions to policy maker in education field, as follows: (1) the teachers should be directed to employ more varied ICT, (2) advice and encouragement is needed for teachers and therefore they are willing to adopt ICT, (3) teachers should be helped in realizing the relative advantages of ICT, (4) the atmosphere in communicating the results of ICT should be improved, (5) develop the simple ICT, (6) people who affect the teacher namely, principle and colleagues should be involved in increasing the adoption of ICT, (7) need concentrated effort to provide adequate facilities to encourage the use of ICT, and (8) develop an ICT which is interesting and entertaining for teacher.

The qualitative data indicates that there is an interaction among variables. It is therefore recommended that future research would better to develop a model which can accommodate the interaction among variables. Furthermore, the future research would better to develop research instruments which can comprehend the adoption of ICT whether using quantitative or qualitative.

(14)

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Berbelas Kasih

atas penyelanggaraan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan disertasi ini. Disertasi

ini disusun dalam rangka untuk memperoleh gelar Doktor dalam bidang Pendidikan

Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Penyusunan disertasi ini

memberi pengalaman pembelajaran yang sangat kaya melalui proses yang cukup

panjang dan menggairahkan.

Proses panjang ini tidak akan berhasil tanpa bantuan oleh pihak-pihak yang

telah membantu dengan sepenuh hati. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Wahjoedi, M.E. sebagai Promotor I yang telah dengan sabar dan teliti

disela-sela kesibukan rutin sebagai Wakil Direktur II Pascasarjana UM masih

bersedia membimbing dan memberi kesempatan untuk ikut berbagai aktivitas

ilmiah yang sangat bermanfaat.

2. Prof. Dr. Bambang Sugeng, M.A., M.M. sebagai Promotor II yang dengan teliti

membimbing dan mengarahkan agar disertasi menjadi lebih bermakna dan sesuai

dengan kaidah-kaidah penulisan disertasi yang baik.

3. Dr. Bambang Pranowo, S.E., M.Pd., Ak. (R.I.P.) sebagai Promotor III yang selalu

mengarahkan dengan sabar dan selalu memberi semangat.

4. Prof. Dr. Suparno. selaku Rektor UM yang telah memberikan kesempatan untuk

(15)

yang telah memberi kesempatan untuk belajar pada lembaga yang dipimpinya.

6. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberi beasiswa BPPS yang

sangat berarti dalam membantu menyelesaikan studi.

7. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. Selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah

memberi ijin dan mendukung dalam berbagai hal untuk memperlancar studi.

8. Para dosen Universitas Negeri Malang terutama Dr. Hari Wahyono, M.Pd., Prof.

Dr. Ery Tri Djatmiko R.W.W.,M.A.,M.Si., dan Prof. Dr. Agus Suman,

S.E.,D.E.A. yang telah memberi masukan untuk perbaikan naskah disertasi.

9. Istri, anak-anak, orang tua, dan saudara-saudara yang selalu membawa suasana

gembira dan menghibur yang sangat saya butuhkan untuk menumbuhkan

semangat.

10.Semua teman-teman seangkatan yang selalu saling memberi semangat dan

menghibur dikala sedang suntuk berfikir.

11.Semua teman-teman Prodi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang

selalu bersikap hangat ketika saya mampir di kampus, yang membuat saya merasa

kampus sebagai rumah kedua saya.

Saya menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari sempurna, masih ada

kekurangan baik dari sisi metodologi, isi, maupun penyajian maka saya sangat

berharap ada orang yang sempat membaca mendiskusikannya dan memunculkan

ide-ide penelitian sehingga menjadi lebih bermakna.

Malang, Juli 2014

(16)

Hal

ABSTRAK i

ABSTRACT iii

KATA PENGANTAR ……….. v

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiv

BAB I. PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian ………... 11

C. Kegunaan Penelitian ………... 13

D. Definisi Istilah ………... 14

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….………... 18

A. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran 18 B. Teori Adopsi Teknologi Informasi ……….. 25

C. Penelitian-penelitian yang Relevan ………. 39

D. Variabel-variabel Penentu Adopsi Teknologi ... 45

E. Hipotesis ... 63

BAB III. METODE PENELITIAN ………... 65

A. Rancangan Penelitian ………... 65

B. Populasi dan Sampel ………... 67

C. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data ………... 69

D. Analisis Data ………... 74

E. Pengecekan Keabsahan Data ………... 84

(17)

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ………... 99

B. Hasil Pengujian Hipotesis ………... 116

C. Hasil Wawancara dengan Informan ………... 127

BAB V. PEMBAHASAN ………... 163

terhadap Adopsi TIK dalam Pembelajaran Ekonomi ………..

170

D. Pengaruh Kesesuaian (Compatibility) dari TIK terhadap Adopsi TIK

dalam Pembelajaran Ekonomi ………..

terhadap Adopsi TIK dalam Pembelajaran Ekonomi ………...

179

G. Pengaruh Visibilitas (Visibility) dari TIK terhadap Adopsi TIK dalam

Pembelajaran Ekonomi ………...

182

H. Pengaruh Kemungkinan Uji Coba (Trialibility) dari TIK terhadap

Adopsi TIK dalam Pembelajaran Ekonomi ………..

185

I. Pengaruh Kemudahan Penggunaan (Ease of Use) dari TIK terhadap

Adopsi TIK dalam Pembelajaran Ekonomi ………...

188

J. Pengaruh Sosial (Social Influence) terhadap Adopsi TIK dalam

Pembelajaran Ekonomi ………..

191

K. Pengaruh Kondisi yang Memfasilitasi (Facilitating Conditions)

terhadap Adopsi TIK dalam Pembelajaran Ekonomi ………...

193

L. Pengaruh Perasaan terhadap Penggunaan (Affect Toward Use)

terhadap Adopsi TIK dalam Pembelajaran Ekonomi ………...

197

M. Pengaruh Status Sekolah terhadap Adopsi TIK dalam Pembelajaran

Ekonomi ………...

(18)

N. Pengaruh Umur Guru Ekonomi terhadap Adopsi TIK dalam

Pembelajaran Ekonomi ………..

200

0. Pengaruh Jenis Kelamin Guru Ekonomi terhadap Adopsi TIK dalam

Pembelajaran Ekonomi ………..

203

P. Pengaruh Pengalaman Guru Ekonomi terhadap Adopsi TIK dalam

Pembelajaran Ekonomi ………..

204

Q. Pengaruh Durasi Mengikuti Pelatihan TIK terhadap Adopsi TIK

dalam Pembelajaran Ekonomi ………...

206

BAB VI. PENUTUP ……….. 212

A. Kesimpulan ……….. 212

B. Implikasi Teoretik ………... 218

C. Saran ……….. 219

DAFTAR RUJUKAN ………... 223

(19)

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Model Lima Tahap Keputusan Inovasi …………... 33

Gambar 2.2. Hipotesis Distribusi Pengadopsi ………... 35

Gambar 2.3. Variabel-variabel Penentu Tingkat Adopsi Inovasi …... 36

Gambar 2.4. Model Difusi Umum ………... 38

Gambar 2.5. Variabel-variabel Penentu Tingkat Adopsi Teknologi

Menurut Moore & Benbasat ………... 43

Gambar 2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi TIK …... 47

Gambar 3.1. Strategi Eksplanatoris Sekuensial ………... 67

Gambar 3.2. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif 84

(20)

Tabel: Halaman

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 69

3.2 Variabel dan Instrumen Penelitian ………... 70

3.3. Usia Responden ………... 74

3.4. Deskripsi Masing-masing Variabel Penelitian ………... 75

3.5. Kode dalam Proses Koding ………... 80

3.6. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Adopsi TIK 87 3.7a. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kesukarelaan SR) ………... 87

3.7b. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kesukarelaan (SR) Setelah Direvisi ………... 88

3.8. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Keunggulan Relatif ………... 89

3.9. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kesesuaian 89 3.10. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Citra ………... 90

3.11 Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Keterlihatan Hasilnya ………... 90

3.12.a. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Visibilitas ………... 91

3.12.b. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Visibilitas Setelah Direvisi ………... 92

3.13.a. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Kemungkinan Uji Coba ………... 92

3.13.b. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Kemungkinan Uji Coba Setelah Direvisi ………... 93

(21)

Pengaruh Sosial ………... 94

3.15.b. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Pengaruh Sosial Setelah Direvisi ………... 95

3.16.a. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Kondisi yang Memfasilitasi ………... 96

3.16.b. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kondisi yang Memfasilitasi Setelah Direvisi ………... 97

3.17.a. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Perasaan Terhadap Penggunaan ………... 97

3.17.b. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Perasaan Terhadap Penggunaan Setelah Direvisi ………... 98

4.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Sekolah Tempat Bertugas 100 4.2. Deskripsi Umur Responden ………... 100

4.3. Deskripsi Jenis Kelamin Responden ………... 101

4.4. Deskripsi Pengalaman Mengajar Responden ………... 102

4.5. Deskripsi Lama Pelatihan TIK yang Pernah Diikuti Responden 103 4.6. Deskripsi Variabel Adopsi TIK ………... 104

4.7. Deskripsi Variabel Kesukarelaan ………... 105

4.8. Deskripsi Variabel Keunggulan Relatif ………... 106

4.9. Deskripsi Variabel Kesesuaian ………... 107

4.10. Deskripsi Variabel Citra ………... 108

4.11. Deskripsi Variabel Keterlihatan Hasil ………... 109

4.12. Deskripsi Variabel Visibilitas ………... 110

4.13. Deskripsi Variabel Kemungkinan Uji Coba ………... 111

4.14. Deskripsi Variabel Persepsi Kemudahan dalam Menggunakan 113 4.15. Deskripsi Variabel Pengaruh Sosial ………... 114

4.16. Deskripsi Variabel Kondisi yang Memfasilitasi ………... 115

(22)

4.19. Tabel Anova ………... 117

4.20. Tabel Koefisien Regresi ………... 118

4.21. Hasil Regresi Residual dengan Variabel-variabel Independen 120

(23)

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Kuantitatif ……… 231

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ………… 235

Lampiran 3. Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas ………… 260

Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas ………… 263

Lampiran 5. Uji Asumsi Klasik Normalitas ……… 269

Lampiran 6. Deskripsi Data Kuantitatif ……… 271

Lampiran 7. Analisis Data Model Regresi Berganda ………… 302

Lampiran 8. Daftar Sekolah Responden Penelitian ……… 305

Lampiran 9. Responden Data Kualitatif ……… 309

Lampiran 10. Transkrip Wawancara Guru Ekonomi 1 ………… 310

Lampiran 11. Transkrip Wawancara Guru Ekonomi 2 ………… 316

Lampiran 12. Transkrip Wawancara Guru Ekonomi 3 ………… 322

Lampiran 13. Transkrip Wawancara Guru Ekonomi 4 ………… 329

Lampiran14. Transkrip Wawancara Guru Ekonomi Sekaligus

Kepala Sekolah 1 ……… 335

Lampiran 15. Transkrip Wawancara Pengawas 1 ……… 341

Lampiran 16. Transkrip Wawancara Pengawas 2 ……… 348

Lampiran 17. Transkrip Wawancara dengan Pengawas 3 ………… 354

Lampiran 18. Transkrip Wawancara dengan Pengawas 4 ………… 360

Lampiran 19. Transkrip Wawancara dengan Pengawas 5 ………… 367

Lampiran 20. Transkrip Wawancara dengan Siswa 1 ………… 373

Lampiran 21. Transkrip Wawancara dengan Siswa 2 ………… 378

Lampiran 22. Transkrip Wawancara dengan Siswa 3 ………… 383

Lampiran 23. Transkrip Wawancara dengan Siswa 4 ………… 389

Lampiran 24. Transkrip Wawancara dengan Siswa 5 ………… 395

(24)

Lampiran 27. Transkrip Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah 3 414 Lampiran 28. Transkrip Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah 4 420

Lampiran 29. Transkrip Wawancara dengan Widyaiswara 1 426

Lampiran 30. Transkrip Wawancara dengan Widyaiswara 2 433

Lampiran 31. Data Kuantitatif ……… 439

Lampiran 32. Surat Izin Penelitian dari Program Pascasarjana

Universitas Negeri Malang ……… 453

Lampiran 33. Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Provinsi Jawa Timur 455 Lampiran 34. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Badan

Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta ………… 456

Lampiran 35. Surat Izin dari Sekretariat Daerah Pemerintah Daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta ……… 457

Lampiran 36. Surat Izin dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota

Yogyakarta ……… 458

Lampiran 37. Surat Izin dari Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman ………… 460

Lampiran 38. Surat Izin Penelitian dari Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Bantul 461

Lampiran 39. Surat Izin dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Terpadu Pemerintah Kapupaten Kulon Progo … 462

Lampiran 40. Surat Izin dari Kantor Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Pemerintah Kabupaten

Gunungkidul ……… 463

Lampiran 41. Surat Rekomendasi Izin Penelitian (perpanjangan) dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat 464 Lampiran 42. Surat Izin (perpanjangan) dari Dinas Perizinan

(25)

Pembangunan Daerah Pemerintah Pemerintah

Kabupaten Sleman ……… 467

Lampiran 44. Surat Izin Penelitian (perpanjangan) dari Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah

Kabupaten Bantul ……… 468

Lampiran 45. Surat Izin (perpanjangan) dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten

Kulon Progo ……… 469

Lampiran 46. Surat Izin (perpanjangan) dari Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Pemerintah Kabupaten

Gunungkidul ……… 470

Lampiran 47. Surat Izin Penelitian dari Pimpinan Pusat

Muhammadiyah ……… 471

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

United Nation Development Program (UNDP) melaporkan peringkat Human

Development Index (HDI) Indonesia pada tahun 2013 ada pada urutan 121 dari 185

negera yang disurvei. Peringkat ini mengalami sedikit kenaikan dibandingkan tahun

sebelumnya yaitu pada urutan 124 dari 187 negara. Dengan peringkat seperti saat ini

Indonesia berada pada kategori Medium Human Development. Kategori ini

sebenarnya sudah pernah kita sandang selama 11 tahun yaitu tahun 1999 - 2010. Pada

peringkat tersebut, kita juga masih berada di bawah negara-negara tetangga seperti

Brunei, Malaysia, Thailand, dan Philippina. China yang pada awal 1980-an berada

peringkat di bawah kita, saat ini sudah jauh meninggalkan kita yang berada pada

peringkat 101.

Ketertinggalan ini masih terjadi pada akhir implementasi Rencana

Pembangunan Jangka Menengah RPJMN Tahun 2010 - 2014 yang ditujukan untuk

lebih memantapkan penataan Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk meningkatkan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Untuk

mengejar ketertinggalan tersebut dibutuhkan usaha-usaha peningkatan kualitas

sumber daya manusia (SDM) yang termasuk di dalamnya adalah peningkatan kualitas

(27)

Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD -

Organisation for Economic Co-operation and Development), mengungkapkan bahwa

pertumbuhan ekonomi dewasa ini adalah pertumbuhan berbasis ilmu pengetahuan

dan informasi. Hal inilah yang disebut dengan knowledge-based economy (ekonomi

yang berbasis ilmu pengetahuan) (OECD,1996:3). Dalam ekonomi yang bebasis ilmu

pengetahuan, kemakmuran diciptakan oleh kemampuan mengembangkan,

mendistribusikan, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan informasi.

Sebagai hasil dari ekonomi baru tersebut, akan lahir cara-cara produksi yang

lebih efisien dan canggih, cara-cara berkomunikasi dan gaya hidup yang lebih baik.

Keinginan yang terus-menerus untuk melakukan terobosan teknologi baru sejalan

dengan lahirnya internet dengan jaringan hampir tak terbatas. Perekonomian

mendorong dengan memberi insentif dan penghargaan bagi lahirnya berbagai

kegiatan usaha baru. Dengan demikian memberikan lapangan kerja baru, mendorong

kreativitas serta meningkatkan produktivitas. Monopoli dihindarkan dan mendorong

lahirnya dunia usaha yang kompetitif. Kondisi ini membutuhkan prasyarat

peningkatan jumlah tenaga profesional terdidik yang menuntut lembaga pendidikan

dan pelatihan yang bermutu (Tilaar, 2000: 258).

Jika pendidikan dipahami sebagai suatu sistem, maka penentu dari

keberhasilan sebuah proses pendidikan adalah komponen-komponen yang bersinergi

membangun sistem tersebut. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah guru,

kurikulum, sarana, manajemen, dan lain-lain. Guru memang hanya merupakan salah

(28)

utama dalam proses pendidikan karena guru akan menjadi ujung tombak kegiatan

pendidikan dan mengorganisir berbagai sumber daya belajar.

Kinerja guru menjadi indikator utama mutu pendidikan. Pendidikan yang baik

hanya terjadi jika setiap guru mampu mengoptimalkan capaian yang dapat dilakukan

oleh siswa dengan potensinya masing-masing. Usaha mengoptimalkan capaian sesuai

dengan potensi siswa membutuhkan usaha pembaharuan yang terus-menerus karena

lingkungan belajar yang terus berubah, setiap siswa yang bersifat unik, ilmu

pegetahuan terus berkembang, dan adanya tuntutan demokratisasi dalam proses

pembelajaran. Perkembangan atau perubahan tersebut menuntut guru untuk

melakukan penyesuaian dan inovasi sehingga pengalaman-pengalaman dari murid

dan sumber-sumber belajar baru dapat terus terintegrasi dalam proses pembelajaran

ekonomi.

Salah satu sumber belajar yang sangat berkembang saat ini adalah sumber

belajar yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Sesuai dengan tren saat

ini, peradaban manusia banyak ditentukan oleh perkembangan teknologi informasi,

komunikasi, dan transportasi. Dengan teknologi ini memungkinkan jauh lebih banyak

manusia mampu melihat semua fenomena yang saling berkaitan dan saling

mempengaruhi, dalam cakupan yang lebih dalam dan lebih luas, sebagai suatu

fenomena terintegrasi dengan seluruh bumi dan alam semesta. Alfin Tofler (1981:

127-130) menyebutnya sebagai peradaban gelombang ketiga yaitu berkembangnya

teknologi yang lebih mengutamakan pelipatgandaan kemampuan berpikir dan

(29)

Lampiran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007,

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025,

merespon perkembangan jaman dengan menegaskan bahwa perlu adanya integrasi

antara pendidikan dengan teknologi informasi serta sektor-sektor strategis lainnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah menegaskan prinsip pembelajaran dengan menerapkan

teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Berkaitan dengan hal tersebut, Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Standar Sarana Prasarana, memfasilitasi penggunaan TIK. Dalam Peraturan menteri

ini dijelaskan bahwa setiap sekolah perlu untuk memiliki ruang laboratorium

komputer yang berfungsi sebagai tempat mengembangkan keterampilan dalam

bidang teknologi informasi dan komunikasi. Karena pentingnya TIK dalam dunia

pendidikan, maka pemerintah meletakkan kemajuan TIK sebagai salah satu alasan

dalam pengembangan kurikulum baru 2013 (Uji Publik Kurikulum 2013).

Mata Pelajaran Ekonomi diberikan pertama kali dalam di jenjang Sekolah

Menengah Atas (SMA) yang merupakan bagian dari kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi. Meskipun mata pelajaran ekonomi hanya merupakan satu

mata pelajaran di antara belasan mata pelajaran di SMA, namun mata pelajaran

ekonomi merupakan mata pelajaran yang memiliki posisi strategis bagi siswa dalam

menghadapi kehidupan saat ini maupun di masa yang akan datang. Slavoj Zizek

(30)

dan kompetisi secara progresif telah mendesakkan dirinya sendiri menjadi ideologi yang menghegemoni”. Maka ekonomi akan dipahami sebagai dasar pertimbangan

-pertimbangan utama dan sekaligus indikator suatu bangsa. Sehingga menjadi tugas

penting memperkenalkan ilmu ekonomi secara formal di Sekolah Menegah Atas

(SMA).

Pembelajaran ekonomi perlu disampaikan secara kontekstual dengan

mengakomodasikan konteks kehidupan peserta didik termasuk di dalamnya adalah

perkembangan teknologi yang mewarnai hidup mereka. Mereka adalah suatu generasi

yang tumbuh bersama teknologi digital, memiliki akses yang cepat terhadap

informasi dari berbagai sumber, lebih menyukai berinteraksi via dunia maya. Don

Tapscott (2009: 16) memberi julukan The Net Generation pada bagi orang-orang

tersebut atau yang lahir dalam rentang tahun 1977-1997.

Perkembangan TIK saat ini sangat pesat dengan munculnya hardware dan

software baru yang menarik dan mempermudah pengguna dalam berbagai keperluan.

Penggunaan secara luas terjadi di dalam masyarakat termasuk para siswa dan guru

SMA, namun teknologi ini belum banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran

ekonomi. Di sisi lain pembelajaran ekonomi membutuhkan sarana TIK untuk

menjadikan pembelajaran ekonomi menjadi efektif. Pembelajaran ekonomi

membutuhkan informasi tentang kondisi perekonomian agar teori yang ada dalam

buku teks mendapatkan referensi dalam kehidupan nyata. Dengan adanya informasi

tentang kondisi perekonomin yang relevan maka pembelajaran ekonomi menjadi

(31)

pemikiran ekonomi yang cukup pesat perlu dipahami oleh para guru dan peserta

didik.

Berbagai bentuk difusi kebijakan pendidikan tidak akan banyak bermakna

kalau tidak diimbangi dengan tingkat penerimaan yang memadai. Dalam konteks ini

permasalahannya adalah para guru ekonomi tidak banyak memanfaatkan beragam

media berbasis TIK dalam pembelajaran. Perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi di SMA. Dengan

mengetahui faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan kebijakan yang efektif.

Beberapa ahli mengungkapkan berbagai teori adopsi atau difusi inovasi,

namun Surry & Ely (2002: 185) mengungkapkan bahwa teori difusi inovasi dari

Rogers (1995) merupakan teori yang paling banyak dirujuk. Hal ini sejalan dengan

pengalaman penelitian tentang teknologi pendidikan yang dilakukan oleh Ricradson

(2009: 167) mengungkapkan bahwa (Innovation Diffusion Theory atau IDT) efektif

dalam mengungkap adopsi TIK. Determinan penting adopsi teknologi menurut teori

ini adalah variabel-variabel yang disebut dengan persepsi atribut inovasi (perceived

attributes innovation) atau juga disebut dengan karakteristik innovasi (innovation

characteristics) (Agarwal & Prasad 1997: 565; Moore & Benbasat, 1991: 194;

Rogers, 2003: 222; Askarany, 2009: 2051). Atribut atau karakteristik tersebut adalah

keunggulan relatif (relative advantage), kesesuaian (compatibility), kemungkinan uji

coba (trialability), keterlihatan hasilnya (result demonstrability), persepsi kemudahan

dalam penggunaan (ease of use), dan visibilitas (visibility). Namun bila dicermati

(32)

komprehensif karena teori difusi inovasi belum melihat dari sisi pengguna inovasi,

sementara dalam proses adopsi inovasi, faktor pengguna perlu dikaji dalam kaitannya

dengan faktor-faktor yang ada pada pengguna yang mempengaruhi adopsi inovasi.

Richardson (2009: 160) mengusulkan variabel demografis sebagai

determinan adopsi teknologi informasi. Variabel tersebut meliputi jenis kelamin

(gender), umur (age) dan pengalaman kerja (experience). Sehingga dalam penelitian

Richardson (2009) ini menempatkan dua kelompok variabel sebagai determinan

adopsi teknologi TIK dalam pembelajaran yaitu karakteristik inovasi dan faktor

demografis. Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa kelompok variabel

karakteristik inovasi merupakan prediktor yang baik bagi adopsi TIK, namun variabel

demografis bukan prediktor yang baik. Dalam kaitanya dengan hasil penelitian

tersebut, perlu kajian lebih lanjut karena kedua kelompok variabel tersebut

merupakan variabel-variabel penting. Dalam hal ini karakteristik inovasi merupakan

variabel yang menggambarkan TIK yang akan diadopsi sedangkan variabel

demografis merupakan variabel yang mengambarkan para pengguna inovasi.

Faktor lingkungan guru merupakan faktor penting dari adopsi TIK dalam

pembelajaran ekonomi. Lingkungan tersebut dapat berupa kondisi yang memfasilitasi

maupun pengaruh sosial. Kondisi yang memfasilitasi menjadi sangat relevan dalam

penelitian di negara-negara berkembang karena ada kecenderungan fasilitas-fasilitas

TIK yang dimiliki sekolah-sekolah memiliki keragaman yang tinggi. Pengaruh sosial

juga menjadi sangat relevan ketika guru-guru menjalin interaksi yang intens dengan

(33)

lain yang relevan. Faktor lain yang sangat penting adalah faktor perasaan terhadap

penggunaan. Faktor ini menjadi sangat penting dalam konteks penggunaan TIK yang

bersifat sukarela atau guru masih dapat melakukan pembelajaran tanpa menggunakan

TIK. Dalam konteks penggunaan sukarela semacam ini, faktor perasaan senang dan

tidak senang akan mempengaruhi keputusan guru dalam mengadopsi TIK dalam

pembelajaran. Maka model adopsi inovasi perlu dilengkapi dengan variabel

lingkungan dan variabel perasaan terhadap penggunaan.

Secara metodologis, penelitian-penelitian pada bidang ini sampai saat ini

adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil-hasil penelitian

kuantitatif belum dijelaskan secara kualitatif. Maka penelitian ini akan menggunakan

metode campuran (mixed methods), dimana hasil penelitian kuantitatif akan

dijelaskan secara kualitatif.

Penelitian akan dilakukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Provinsi DIY merupakan salah satu provinsi yang mencoba untuk mempertahankan

dan semakin meningkatkan kualitas pendidikan dari waktu ke waktu. Hal tersebut muncul dalam visi pemeritah DIY yang berbunyi “Pemerintah Daerah yang

katalistik dan masyarakat mandiri yang berbasis keunggulan daerah serta sumberdaya manusia yang berkualitas unggul dan beretika”. Dari rumusan visi tersebut nampak

bahwa sumber daya manusia dijadikan basis keunggulan masyarakat DIY (RPJMD

DIY Tahun 2009-2013, hal 93-94). Berkaitan dengan visi tersebut dirumuskan

(34)

humanis, dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung”. Misi

tersebut dijabarkan dalam delapan sasaran dan lima diantaranya adalah sebagai

berikut (RPJMD DIY Tahun 2009-2013, hal: 95) :

1. Terwujudnya peningkatan kualitas lulusan di semua jenjang dan jalur

pendidikan.

2. Terwujudnya peningkatan aksesibilitas pelayanan pendidikan kepada seluruh

masyarakat dalam lingkungan yang kondusif.

3. Berkembangnya pendidikan yang berbasis multikultur untuk meningkatkan

wawasan, keterbukaan dan toleransi.

4. Terwujudnya peningkatan budaya baca masyarakat.

5. Terwujudnya peningkatan kapasitas pemuda, prestasi dan sarana olahraga.

Namun amat disayangkan sekitar 70 persen guru di DIY belum melek

komputer (Kompas, 26 November 2010). Ada sinyalemen dalam pembelajaran, guru

kurang mampu untuk menyesuaikan dengan konteks kehidupan peserta didik dalam

proses pembelajaran. Beberapa fenomena menunjukkan bahwa pendidikan di DIY

kurang menunjukkan prestasi. Beberapa fenomena dapat ditunjukkan sebagai berikut:

1. Hasil Ujian Nasional (UN) untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada

tahun ajaran 2009/2010 mengalami penurunan cukup tinggi dibandingkan

hasil UN tahun ajaran 2008/2009. Jumlah siswa SMA/MA/SMK DIY yang

tidak lulus tahun 2010 mencapai 23,7 persen dari total peserta 39.938 siswa

(terdiri dari 19.443 siswa SMA/MA dan 20.495 siswa SMK). Dengan

(35)

76,3 persen, (http://edukasi.kompas.com, 25 April 2010). Pada tahun 2012

terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak lulus menjadi 0,71 persen atau 134

orang. Namun, jumlah kululusan siswa SMA ini masih kalah dibandingkan

dengan provinsi lain di Pulau Jawa. Sebagai perbandingan persentase paling

bagus ketidaklulusan dicapai Jawa Timur sebesar 0,07 persen disusul Jawa

Barat 0,10 persen, Jawa Tengah 0,22 persen, DKI Jakarta 0,38 persen, dan

Banten 0,52 persen (http://www.harianjogja.com, 25 Mei 2012).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewan Pendidikan Kabupaten Sleman DIY

tahun 2009 menunjukkan bahwa komparasi keprofesionalan antara perilaku

awal dan perilaku akhir tidak menunjukkan peningkatan dengan adanya

stimulus program sertifikasi. Justru ada kecenderungan perilaku

keprofesionalan tersebut menurun (Djohar, 2009: 26).

Hal yang senada diungkapkan oleh Mendiknas, guru-guru yang sudah lolos

sertifikasi umumnya tidak menunjukkan kemajuan, baik dari sisi pedagogis,

kepribadian, profesional, maupun sosial. Guru hanya aktif menjelang sertifikasi,

tetapi setelah dinyatakan lolos, kualitas mereka justru semakin menurun. Dalam

kajian implementasi sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2009, kemampuan

pedagogis guru sertifikasi portofolio sebagian tidak meningkat dan sebagian lainnya

malah menurun. Hanya segelintir guru sertifikasi portofolio yang mengalami

peningkatan. Di kemampuan sosial, profesional, ataupun kepribadian, tetap saja

bagian terbesar adalah mereka yang stagnan kualitasnya, bahkan menurun

(36)

Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas maka peneliti mengajukan judul penelitian “Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh Guru Dalam

Pembelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Dengan melihat paparan di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut :

1. Sejauhmana adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi?

2. Apakah kesukarelaan (voluntariness) dari TIK secara signifikan mempengaruhi

adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi?

3. Apakah keunggulan relatif (relative advantage) dari TIK secara signifikan

mempengaruhi adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi?

4. Apakah kesesuaian (compatibility) dari TIK secara signifikan mempengaruhi

adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi?

5. Apakah citra (image) dari penggunaan TIK mempengaruhi adopsi TIK dalam

pembelajaran ekonomi?

6. Apakah keterlihatan hasil (result demonstrability) dari TIK secara signifikan

mempengaruhi Adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi?

7. Apakah visibilitas (visibility) dari TIK secara signifikan mempengaruhi adopsi

TIK dalam pembelajaran ekonomi?

8. Apakah kemungkinan uji coba (trialibility) dari TIK secara signifikan

(37)

9. Apakah kemudahan penggunaan (ease of use) dari TIK secara signifikan

mempengaruhi adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi?

10.Apakah pengaruh sosial (social influence) secara signifikan mempengaruhi

adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi?

11.Apakah kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions) secara signifikan

mempengaruhi adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi?

12.Apakah perasaan terhadap penggunaan (affect toward use) secara signifikan

mempengaruhi adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi?

13.Apakah status sekolah secara signifikan mempengaruhi adopsi TIK dalam

pembelajaran ekonomi?

14.Apakah umur guru ekonomi secara signifikan mempengaruhi adopsi TIK dalam

pembelajaran ekonomi?

15.Apakah jenis kelamin guru ekonomi secara signifikan mempengaruhi adopsi TIK

dalam pembelajaran ekonomi?

16.Apakah pengalaman guru ekonomi secara signifikan mempengaruhi adopsi TIK

dalam pembelajaran ekonomi?

17.Apakah durasi mengikuti pelatihan TIK secara signifikan mempengaruhi adopsi

TIK dalam pembelajaran ekonomi?

Rumusan permasalahan di atas merupakan rumusan permasalahan yang

akan dipecahkan dengan pendekatan kuantitatif. Jawaban-jawaban rumusan masalah

di atas akan didalami secara kualitatif dengan fokus pada; ” bagaimana faktor-faktor

(38)

C. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoretis

Penelitian ini juga ingin memberikan sumbang sih terhadap perkembangan

ilmu terutama dalam teori adopsi inovasi yang terkait dengan media pembelajaran

ekonomi dengan menguji variabel-variabel yang menentukan adopsi TIK dalam

pembelajaran ekonomi dalam cakupan yang lebih luas tidak hanya atribut inovasi

tetapi juga variabel demografis, variabel pengaruh sosial, variabel kondisi yang

memfasilitasi, dan variabel perasaan terhadap penggunaan. Penelitian-penelitian

tentang adopsi teknologi informasi sampai sejauh ini menggunakan pedekatan

kuantitatif dengan model yang sederhana sampai pada model-model yang cukup

kompleks. Hasil-hasil penelitian tersebut belum dijelaskan secara kualitatif sehingga

membutuhkan penelitian yang komprehensif dengan menggunakan pendekatan mixed

methods dalam hal ini pendekatan kuantitatif yang dilengkapi dengan pendekatan

kualitatif.

2. Secara Praktis

Penelitian ini bermanfaat bagi para pengambil kebijakan yang bertanggung

jawab atas peningkatan mutu pembelajaran khususnya dalam penggunaan TIK baik di

tingkat satuan pendidikan maupun dalam level yang lebih tinggi. Penelitian ini akan

memberi masukan sejauhmana adopsi TIK telah dilakukan oleh para guru ekonomi

dan memberi informasi variabel-variabel apakah yang paling mempengaruhi dalam

(39)

D. Definisi Istilah

1. Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Guru dalam Inovasi

Pembelajaran Ekonomi

Adopsi teknologi informasi dan komunikasi dalam Inovasi pembelajaran ekonomi

merupakan proses memasukkan suatu inovasi penggunaan satuan perangkat keras

dan lunak yang berkaitan dengan akses dan pengelolaan informasi dan komunikasi

untuk mendukung pembelajaran ekonomi oleh guru.

2. Kesukarelaan dalam Penggunaan (Voluntariness of Use)

Kesukarelaan adalah tingkat sejauh mana penggunaan inovasi yang berwujud

penggunaan TIK dianggap sebagai sukarela, atau kehendak bebas dari guru

ekonomi.

3. Keunggulan Relatif (Relative Advantage)

Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi yang berwujud

penggunaan TIK dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya

oleh guru ekonomi.

4. Kesesuaian (Compability)

Kesesuaian adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan

nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan guru ekonomi

sebagai pengadopsi.

5. Citra (Image)

Citra merupakan tingkat dimana penggunaan suatu inovasi dianggap meningkatkan

(40)

6. Keterlihatan Hasil (Result Demonstrability)

Keterlihatan hasil merupakan kemampuan untuk dirasakan hasil menggunakan

TIK oleh guru ekonomi termasuk di dalamnya adalah keteramatan (observability)

dan keterkomunikasian (communicability).

7. Visibilitas (Visibility)

Visibilitas adalah tingkat dimana guru ekonomi dapat melihat orang lain

menggunakan TIK dalam lingkungan sekolah.

8. Kemungkinan Uji Coba (Trialability)

Kemungkinan untuk diujicobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dalam

bentuk penggunaan TIK dapat diuji-coba batas tertentu oleh guru ekonomi.

9. Persepsi Kemudahan dalam Penggunaan (Ease of Use)

Kemudahan dalam penggunaan merupakan derajat dimana inovasi dalam bentuk

penggunaan TIK dianggap sebagai sesuatu yang mudah untuk dipahami dan

digunakan oleh guru ekonomi.

10. Pengaruh Sosial (Social Influence)

Pengaruh sosial didefinisikan sebagai sejauh mana seorang guru ekonomi

mempersepsikan kepentingan yang dipercaya oleh orang-orang lain yang akan

mempengaruhinya menggunakan TIK dalam pembelajaran ekonomi.

11. Kondisi yang Memfasilitasi (Facilitating Conditions)

Kondisi yang memfasilitasi didefinisikan sebagai sejauh mana guru ekonomi

percaya bahwa infrastruktur organisasional dan teknikal tersedia untuk

(41)

12. Perasaan terhadap Penggunaan (Affect Towards Use)

Perasaan terhadap penggunaan adalah perasaan-perasaan gembira, riang, senang,

atau depresi, jijik, tidak senang, atau benci yang dirasakan guru ekonomi

berkaitan dengan penggunaan TIK dalam pembelajaran ekonomi.

13. Status Sekolah (School Status)

Status sekolah adalah keadaan sekolah berkaitan dengan kepemilikan dan

pengelolaannya yang dalam hal ini dibedakan menjadi dua yaitu sekolah negeri

dan sekolah swasta. Sekolah swasta adalah sekolah yang dimiliki dan dikelola

oleh masyarakat, sedangkan sekolah negeri adalah sekolah yang dimiliki negara

dan dikelola oleh pemerintah.

14. Umur (Age)

Umur atau usia guru yang dihitung dari mengurangi tanggal penelitian dengan

tanggal kelahiran guru ekonomi dalam satuan tahun.

15. Jenis Kelamin (Gender)

Jenis kelamin guru ekonomi ekonomi responden dibedakan menjadi dua yaitu

laki-laki dan perempuan.

16. Pengalaman Mengajar (Teaching Experience)

Pengalaman mengajar merupakan lama seorang guru ekonomi menjalankan

profesinya sebagai guru yang dihitung dari mengurangi tanggal penelitian

(42)

17. Durasi Mengikuti Pelatihan (Training)

Durasi mengikuti pelatihan merupakan jumlah jam pelatihan TIK yang pernah

(43)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran

Peradaban umat manusia saat ini menjadi sangat dinamis dan mengglobal.

Perkembangan peradaban ini terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi

transportasi, komunikasi, dan informasi yang memungkinkan jauh lebih banyak

manusia mampu melihat semua fenomena yang saling berkaitan dan saling

mempengaruhi, dalam cakupan yang lebih dalam dan lebih luas, sebagai suatu

fenomena terintegrasi dengan seluruh bumi dan alam semesta. Perdaban manusia saat

ini ditopang oleh teknologi yang memungkinkan terjadinya pelipatgandaan

kemampuan berpikir. Toffler (1981: 127-130) menyebutnya sebagai peradaban

gelombang ketiga.

Setiap peradaban menghasilkan generasi yang terbentuk dari peradaban tersebut

dengan ciri yang cukup khas. Tapscott (2009: 16) membagi empat babak generasi

yang lahir setelah tahun 1946 sampai saat ini. Meskipun pembabakan ini lebih

menggambarkan penduduk Amerika Serikat namun masih cukup relevan untuk

menjelaskan fenomena di Indonesia pada umumnya. Pembagian tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Generasi Baby Boom

Generasi yang lahir dalam rentang Januari 1946 – Desember 1964. Generasi

ini adalah generasi yang tumbuh setelah perang dunia kedua. Pada masa ini tingkat

(44)

saat itu adalah suasana optimis menuju kemakmuran. Pada masa ini juga terjadi

migrasi penduduk yang besar menuju pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Karena

pada umumnya pada masa ini terjadi pertumbuhan ekonomi maka generasi ini

disebut juga sebagai “Generasi Pertumbuhan Ekonomi”. Generasi ini merupakan

generasi yang menikmati perkembangan awal televisi dan radio.

2. Generasi X (The Baby Bust Generation)

Generasi ini lahir dalam rentang Januari 1965 – Desember 1976, pada masa

ini merupakan masa terjadinya penurunan tingkat kelahiran secara tajam. Nama

Generasi X terinspirasi pada sebuah novel karya Douglas Coupland untuk

menjelaskan sebuah kelompok yang merasa dikucilkan dari masyarakat. Generasi X

adalah segmen tertua dari populasi yang menguasai penggunaan komputer dan

internet yang memiliki perilaku yang hampir mirip dengan Generasi Net. Generasi X

mengalami perkembangan yang pesat dari teknologi informasi seperti radio, televisi,

film, dan internet sehingga generasi ini dapat disebut juga sebagai komunikator

agresif yang menguasai berbagai jenis media.

3. Generasi Net (The Net Generation)

Generasi ini lahir dalam rentang Januari 1977 – Desember 1997 merupakan

generasi yang memiliki periode terpanjang dibandingkan dengan genarsi-generasi

sebelumnya dan pada umumnya merupakan anak-anak dari generasi baby-boom,

maka sering juga disebut sebagai The Echo of Baby Boom atau disebut sebagai

generasi milenium atau juga disebut dengan Generasi Y. Salah satu alasan utama

(45)

puluhan. Relatif sedikit boomer menjadi orang tua di awal tahun dua puluhan, usia

khas untuk memulai menikah dan membesarkan anak. Generasi baby-boom banyak

menghabiskan waktu untuk pendidikan dan berbagai kegiatan sosial sebagai dampak

dari masa pertumbuhan ekonomi. Generasi Net ini terbentuk oleh berbagai peristiwa

unik seperti Perang Teluk, Perang Irak, merebaknya kasus AIDS, dan kampanye

melawan pemanasan global dan perlindungan lingkungan. Di tingkat nasional

generasi ini mengalami dua iklim politik yang berbeda yaitu jaman Orde Baru dan

Orde Lama. Jika kita melihat kembali 20 tahun terakhir, jelas perubahan yang paling

signifikan mempengaruhi pemuda adalah komputer, internet, iPod, ponsel,

menangkap koordinat GPS, akrab dengan situs jejaring sosial yang dapat memantau

pergerakan teman mereka, dan teknologi digital lainnya. Generasi ini merupakan

generasi pertama yang “bermandikan” teknologi digital.

4. Generasi Z (Generation Next)

Generasi yang lahir dalam rentang Januari 1998 – saat ini. Generasi ini juga

disebut dengan generasi Z. Generasi ini adalah generasi yang sedang tumbuh dan

belum memasuki dalam pasar kerja. Generasi ini juga disebut sebagai Digital Natives

(komunitas asli digital) karena mereka dilahirkan dan dibesarkan dalam era digital,

sehingga generasi ini menerima pengaruh dunia digital yang sangat kuat seperti

generasi net. Generasi ini umumnya merasa nyaman dan bahkan tergantung pada

teknologi dan mampu mengerjakan beberapa hal dengan teknologi digital dalam

waktu yang bersamaan. Umumnya mereka selalu terhubung dengan berbagai alat

(46)

mereka lebih cerdas, fleksibel, dan lebih toleran terhadap keragaman budaya.

Di satu sisi teknologi telah menjadi bagian dari kebutuhan dan kebudayaan di

sisi yang lain investasi di bidang pendidikan sains, teknologi, dan inovasi telah

menjadi salah satu sumber yang paling penting dari transformasi ekonomi di

negara-negara industri baru. Investasi tersebut harus menjadi bagian dari kerangka yang lebih

besar untuk membangun kapasitas di seluruh dunia. Unsur yang umum dari kisah

sukses negara-negara industri baru adalah tingkat komitmen yang tinggi terhadap

pendidikan dan integrasi ekonomi di dalam negara. Strategi mengutamakan

pendidikan dan pengembangan teknologi merupakan pintu masuk untuk menjadi

masyarakat pengetahuan (knowledge societies) (Juma, 2005: 88). Maka berbagai

teknologi perlu diperkenalkan dalam dunia pendidikan dan didukung oleh

program-program pemerintah untuk mengadopsi berbagai jenis inovasi ini.

TIK sebagai salah satu dari berbagai teknologi yang ada dalam dunia

pendidikan. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasaran TIK diberi batasan sebagai

satuan perangkat keras dan lunak yang berkaitan dengan akses dan pengelolaan

informasi dan komunikasi untuk mendukung pembelajaran. TIK masuk dalam dunia

pendidikan melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama TIK masuk melalui

program pendidikan yang dikembangkan di sekolah melalui

intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Jaklur kedua TIK masuk melalui

budaya terutama budaya yang tumbuh di kalangan kaum muda. Maka lingkungan

Gambar

Gambar 2.1. Model Lima Tahap Keputusan Inovasi
Gambar 2.2. Hipotesis Distribusi Pengadopsi
Gambar 2.3. Variabel-variabel Penentu Tingkat Adopsi Inovasi Sumber : Rogers, 2003: 222
Gambar 2.4. Model Difusi Umum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 19 diatas menunjukkan hubungan antara pendidikan formal dengan tingkat adopsi inovasi teknologi budidaya tanaman jarak pagar pada tahap penanaman

bagi peneliti, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Musi Palembang yang. menerapkan teknologi informasi dan bagi perkembangan ilmu

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik informasi, telah dimanfaatkan pada bidang pemetaan dengan menggunakan computer sebagai bagian untuk menyajikan data dan

Salah satu teori yang membahas terkait dengan penyebab kenakalan dari sisi status sosial ekonomi keluarga, dikemukakan oleh Robert Merton (1938) melalui teori

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bagian dari kontribusi terhadap perkembangan teori keperilakuan sistem informasi terutama yang berhubungan dengan penerimaan

Inovasi  pelayanan  publik  di  Bali  dengan  mengelaborasi  perkembangan  Teknologi  Informasi  dan  Kemunikasi  dengan  nilai‐nilai  kearifan  lokal  akan 

Kemudian dilanjutkan dengan bab II yang membahas mengenai landasan teori terkait kajian penelitian yang dilakukan, yaitu: manajemen pemasaran pendidikan inklusif

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui besar kontribusi peran guru Ekonomi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI di Sekolah