Tieka Natasha Christy. 2015. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui dampak pendekatan tutor sebaya dalam
meningkatkan kemampuan siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem pada materi
Persamaan Linier Satu Variabel dan (2) mengetahui peningkatan kemampuan siswa yang
diajarkan menggunakan pendekatan tutor sebaya.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada
bulan September 2014 - Februari 2015 pada materi Persamaan Linier Satu Variabel (PLSV).
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem tahun pelajaran
2014/2015. Instrumen yang digunakan pada penelitian, meliputi instrumen pembelajaran
yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) serta
instrumen pengumpulan data yaitu lembar pengamatan keterlibatan siswa dan lembar tes
evaluasi.
Hasil penelitian sebagai berikut: (1) persentase ketuntasan belajar siswa meningkat
sebesar 17,5% - 27,5% dengan menggunakan metode tutor sebaya (2) rata-rata kemampuan
belajar siswa dengan metode tutor sebaya sebesar 71%.
Kata kunci : Kemampuan Siswa, Metode Tutor Sebaya, materi Persamaan Linier Satu
Tieka Natasha Christy. 2015. Improving Students Ability in Mathematics Learning by applying Peer Tutoring Method to the seventh graders Honest of Kanisius Junior High School Pakem Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research was aimed to: (1) find out the effect of peer tutoring approach in
improving the seventh graders’ Honest of Kanisius Junior High School Pakem ability on the
topic of Linear Equations in One Variable and (2) find out the improvement of students’ ability being taught by the peer tutoring approach.
This research was done by applying classroom action research. The research was done
on September 2014 to February 2015 and the material taught was Linear Equations in One
Variable. The subject of the research was the seventh graders Honest of Kanisius Junior High
School Pakem 2014/2015. The instruments used for the research were including the learning
instrument , they are lesson plan and student worksheet and also the data collection
instrument that is the students’ involvement observation sheet and evaluation test sheet.
The results of this research were: (1) the students’ passing grade increased by 17,5% - 27,5% with peer tutoring method (2) average ability students' learning with peer tutoring method
by 71%.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA
KELAS VII HONEST SMP KANISIUS PAKEM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
TIEKA NATASHA CHRISTY NIM : 101414056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA
KELAS VII HONEST SMP KANISIUS PAKEM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
TIEKA NATASHA CHRISTY NIM : 101414056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“”
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu : jangan ada orang yang
memegahkan diri.
”
Efesus 2:8-9
Puji Tuhan..
Penuh ucapan syukur kepada Tuhan Yesus,
karya ini saya persembahkan untuk :
Papa dan Mama yang selalu mendoakan dan mendukung;
Adik-adik yang selalu menghibur di saat penat;
vii
ABSTRAK
Tieka Natasha Christy. 2015. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui dampak pendekatan tutor
sebaya dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas VII Honest SMP Kanisius
Pakem pada materi Persamaan Linier Satu Variabel dan (2) mengetahui
peningkatan kemampuan siswa yang diajarkan menggunakan pendekatan tutor
sebaya.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian
dilaksanakan pada bulan September 2014 - Februari 2015 pada materi Persamaan
Linier Satu Variabel (PLSV). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII Honest
SMP Kanisius Pakem tahun pelajaran 2014/2015. Instrumen yang digunakan pada
penelitian, meliputi instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) serta instrumen
pengumpulan data yaitu lembar pengamatan keterlibatan siswa dan lembar tes
evaluasi.
Hasil penelitian sebagai berikut: (1) persentase ketuntasan belajar siswa
meningkat sebesar 17,5% - 27,5% dengan menggunakan metode tutor sebaya (2)
rata-rata kemampuan belajar siswa dengan metode tutor sebaya sebesar 71%.
Kata kunci : Kemampuan Siswa, Metode Tutor Sebaya, materi Persamaan Linier
viii
ABSTRACT
Tieka Natasha Christy. 2015. Improving Students Ability in Mathematics Learning by applying Peer Tutoring Method to the seventh graders Honest of Kanisius Junior High School Pakem Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
instruments used for the research were including the learning instrument , they are
lesson plan and student worksheet and also the data collection instrument that is the students’ involvement observation sheet and evaluation test sheet.
The results of this research were: (1) the students’ passing grade increased by 17,5% - 27,5% with peer tutoring method (2) average ability students' learning with peer tutoring method by 71%.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas berkat dan kasih yang Tuhan limpahkan sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak
pengalaman, hambatan dan rintangan. Namun doa, bantuan, dukungan dan
motivasi yang mengalir dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang membantu, diantaranya :
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd,. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika.
3. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta telah
memberikan motivasi, saran dan kritik kepada peneliti selama penyusunan
skripsi ini.
5. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat JPMIPA atas segala pelayanan
kepada peneliti selama berkuliah di Universitas Sanata Dharma.
6. Bapak Indra Purnama, S.T., S.Pd., selaku Kepala SMP Kanisius Pakem atas
x
7. Ibu MG Sri Yuliwanti, S.Pd., selaku guru matematika yang meluangkan
waktu dan membimbing peneliti selama pelaksanaan penelitian.
8. Siswa-siswi kelas VII Honest atas partisipasi dan kerjasama selama
pelaksanaan penelitian di SMP Kanisius Pakem.
9. Papa Ferdinand Christian, mama Eka Rahayuningsih, adikku Bella
Tesalonika dan Nabila Nuary Zevanya, atas doa, dukungan, semangat, dan
kasih sayang yang telah diberikan kepada peneliti sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10.Venta, Thea, Ellita, Bety, Nining, Rini, Lina dan sahabat-sahabat atas
bantuan, doa, semangat, kebersamaan kita dalam berjuang selama kuliah.
11.Teman-teman Prodi Pendidikan Matematika angkatan 2010 yang bersedia
menjadi teman berbagi ilmu selama peneliti kuliah.
12.Kornelius Eko Cahya Saputra yang telah memberi semangat dari awal kuliah
hingga peneliti dapat menyelesaikan studi dengan baik.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 18 Februari 2015
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
xii A. Belajar dan Pembelajaran ... 11
B. Pendekatan Tutor Sebaya ... 22
C. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 28
BAB IV PELAKSANAAN, ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 59
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 64
xiii
D. Kelemahan dalam Penelitian ……….. 72 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Kriteria Interprestasi Validitas ... 49
Tabel 3.2 Tabel Kriteria Interprestasi Reliabilitas Tes ... 51
Tabel 3.3 Tabel Kriteria Prestasi Belajar Siswa ... 52
Tabel 3.4 Tabel Kriteria Prestasi Belajar Siswa secara Keseluruhan ... 53
Tabel 4.1 Validitas Tiap Butir Soal Tes Evaluasi ... 65
Tabel 4.2 Hasil Analisis Pengerjaan LKS I ... 66
Tabel 4.3 Hasil Analisis Pengerjaan LKS II ... 66
Tabel 4.4 Hasil Tes Evaluasi ... 67
Tabel 4.5 Tingkat KemampuanSiswa ……….……. 68
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 44
Grafik 4.1 Perbandingan Ketuntasan Pembelajaran Konvensional
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A :RENCANA PEMBELAJARAN……….78
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……… 79
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………... 83
3. Pembagian Kelompok………... 87
LAMPIRAN B : LEMBAR KERJA SISWA………. 88
1. Lembar Kerja Siswa I………89
2. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa I………...92 3. Contoh Pengerjaan Lembar Kerja Siswa I………... .93
4. Lembar Kerja Siswa II………. 99
5. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa II………...103
6. Contoh Pengerjaan Lembar Kerja Siswa II……….105
LAMPIRAN C : TES EVALUASI SISWA……….114
1. Lembar Tes Evaluasi Siswa………..….. 115
2. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siswa……….117
3. Pedoman Penilaian Tes Evaluasi Siswa………...119
4. Contoh Pengerjaan Tes Evaluasi Siswa………...121
LAMPIRAN D : VALIDITAS dan RELIABILITAS TES………...127
1. Validitas Tes Evaluasi Siswa………...128
xvii
LAMPIRAN E : DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN………137
1. Foto Pelaksanaan Penelitian……….138
LAMPIRAN F : SURAT PELAKSANAAN PENELITIAN………...140
1. Surat Izin Pelaksanaan Penelitian………141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini
cenderung pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih
mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu
didominasi oleh guru. Hal ini juga terlihat dalam observasi yang dilakukan
oleh peneliti di SMP Kanisius Pakem, di mana dalam penyampaian materi
guru menggunakan metode ceramah yang dalam pelaksanaannya siswa
hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru
dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah
absen dari kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar
anak didik. Masalah lain yang juga selalu guru gunakan adalah masalah
pendekatan pembelajaran. Hampir tidak pernah ditemukan dalam suatu
pembelajaran di kelas, seorang guru tidak melakukan pendekatan
pembelajaran tertentu terhadap semua anak didik. Karena guru menyadari
bahwa penggunaan dari suatu pendekatan pembelajaran dapat
mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar, maka guru tidak
tertentu. Bahan pelajaran yang satu mungkin cocok untuk suatu
pendekatan pembelajaran tertentu, tetapi untuk pelajaran yang lain lebih
pas digunakan pendekatan pembelajaran yang lain. Maka adalah penting
mengenal suatu materi agar dapat menemukan pendekatan pembelajaran
yang cocok dan sesuai.
Selain sistem pembelajaran yang monoton, berdasarkan observasi
awal yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa lokasi sekolah SMP
Kanisius Pakem kurang strategis. Letaknya yang tidak persis di pinggir
jalan raya membuat sekolah ini agak kurang dikenal oleh masyarakat
umum sehingga murid-murid yang masuk dan mendaftar di sekolah ini
adalah siswa-siswa tertentu saja. Di dekat SMP Kanisius Pakem pun
terdapat sekolah negeri sederajat yang lokasi sekolahnya lebih strategis
dengan berada di pinggir jalan raya, hal ini sepertinya membuat siswa
yang mempunyai kecerdasan lebih, lebih memilih sekolah negeri tersebut.
Tetapi tidak berarti di SMP Kanisius Pakem tidak ada siswa-siswi yang
mempunyai kecerdasan lebih, hanya saja setelah melakukan wawancara
awal dengan guru matematika, peneliti mengetahui bahwa kemampuan
siswa tidaklah merata. Ada yang benar-benar pintar, namun ada yang
benar-benar kurang.
Selain itu, ditemukan juga bahwa masih banyak siswa SMP
Kanisius Pakem yang mengalami kesulitan dalam memahami materi
matematika yang diajarkan oleh guru. Nilai ketuntasan yang didapat siswa
Linear Satu Variabel (PLSV) pada tahun-tahun sebelumnya, persentase
nilai siswa yang melewati nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk
materi ini hanya berkisar 60% hingga 70%. Hal ini disebabkan pada saat
siswa belajar di kelas kurang aktif dan enggan untuk bertanya walaupun
ada dari mereka yang belum mengerti. Adapun siswa yang aktif cuma
siswa-siswa yang itu-itu saja, sehingga suasana pembelajaran di kelas akan
semakin monoton. Selain itu juga terlihat bahwa banyak siswa yang lebih
senang untuk bertanya kepada temannya. Hal ini menyebabkan kegaduhan
di dalam kelas. Ada juga siswa yang lebih memilih bertanya pada teman
daripada bertanya pada guru dikarenakan siswa tersebut merasa malu dan
minder karena merasa belum mengerti dengan materi yang diajarkan oleh
guru.
Untuk menyelesaikan masalah di atas perlu dilihat dari penyebab
utama yang ada. Perlu strategi pembelajaran yang mampu meminimalisasi
permasalahan di atas. Suatu strategi diharapkan mampu menggerakkan
siswa untuk lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Strategi
yang juga mendorong siswa yang pandai untuk peduli kepada temannya,
sehinga terjadi proses belajar yang bersifat kolaboratif.
Alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa adalah dengan mengubah strategi pembelajaran saat
pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya perlu mengubah
strategi yang awalnya ceramah menjadi strategi yang dapat menciptakan
cara yang bisa digunakan adalah dengan menerapkan strategi tutor sebaya
atau mengajar teman sebaya.
Mengajar teman sebaya dapat dipahami sebagai berikut: siswa dari
tingkatan kelas yang sama yang pandai dan sudah memahami suatu materi,
kemudian saling membantu siswa lain yang belum memahami suatu
materi. Mengajar teman sebaya dapat juga dipahami sebagai suatu
program untuk membantu siswa yang membutuhkan bantuan akademik
dalam materi pelajaran tertentu. Siswa yang belum memahami materi
tersebut diajar dan dibina oleh teman-teman lain yang sudah memahami
materi tersebut.
Menurut Muhammad Yaumi (2012: 155), banyak hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa mengajar teman sebaya merupakan suatu
aktivitas pembelajaran yang sangat efektif dalam meningkatkan prestasi
belajar peserta didik. Masih menurut Muhammad Yaumi (2012: 155),
suatu organisasi yang bernama Center for Effective Collaboration and
Practice (2011) memperlihatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Debra Whorton dan Joseph Delquadri yang menemukan bahwa peserta
didik yang hanya mampu membaca 24 kata dengan benar meningkatkan
menjadi 48 kata yang benar setelah guru melaksanakan aktivitas
pembelajaran mengajar teman sebaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengadakan
penelitian tindakan kelas dikarenakan penelitian tindakan kelas merupakan
salah satu penelitian yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang
dihadapi di kelas, dengan tujuan untuk mengatasi masalah tersebut tanpa
mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung serta peneliti ingin
agar kemampuan siswa-siswi di SMP Kanisius Pakem lebih merata.
Sehingga judul yang sesuai untuk penelitian ini adalah “meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode tutor
sebaya pada siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan
materi
2. Persentase nilai siswa yang lulus kriteria ketuntasan minimal siswa
hanya sekitar 60% hingga 70%
3. Siswa kurang aktif pada saat pembelajaran di kelas
4. Siswa enggan bertanya pada guru
5. Siswa gaduh pada saat bertanya
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII
Honest SMP Kanisius Pakem semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015
b. Materi yang diajarkan adalah Menyelesaikan Persamaan Linier
Satu Variabel (PLSV)
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, dapat
dirumuskan masalah penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1. Apakah metode tutor sebaya dapat meningkatkan ketuntasan
belajar siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem dalam materi
Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) ?
2. Bagaimana kemampuan belajar siswa dalam materi Menyelesaikan
Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) dengan metode tutor
E. Batasan Istilah
1. Kemampuan
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.
Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu
yang harus ia lakukan.
2. Metode tutor sebaya
Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang berpusat
kepada siswa, dimana siswa yang lebih pandai dapat membantu dan
mengajari teman lain yang belum bisa atau belum paham terhadap
suatu materi.
3. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika merupakan serangkaian aktivitas guru dalam
memberikan pengajaran terhadap siswa untuk membangun
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri
melalui proses internalisasi, sehingga konsep atau prinsip itu terbangun
dengan metode atau pendekatan mengajar dan aplikasinya agar dapat
meningkatkan kompetensi dasar dan kemampuan siswa
Dari batasan masalah di atas, yang dimaksud judul adalah sebuah
penelitian yang berupaya melaksanakan suatu cara yang dilakukan
oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan beberapa
siswa yang pandai untuk membantu belajar siswa lainnya yang masih
dimaksud dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII Honest SMP
Kanisius Pakem dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan
Persamaan Linier Satu Variabel (PLSV).
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan tindakan kelas ini terdiri atas:
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini yaitu:
a) Untuk mengetahui berapa besar peningkatan ketuntasan belajar
siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem dalam materi
Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
b) Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam materi
Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
dengan metode tutor sebaya
G. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian penelitian ini, diharapkan dapat
1. Siswa
Dengan menggunakan metode tutor sebaya, siswa lebih mudah
menyerap materi yang diajarkan.
2. Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, guru
dapat sedikit demi sedikit mengetahui metode pembelajaran yang
dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di
kelas. Di samping itu dengan diberikan contoh penelitian
tindakan kelas guru akan terbiasa untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan merancang model-model atau pendekatan
pembelajaran yang baru guna meningkatkan hasil belajar
siswanya.
3. Peneliti
Penelitian ini menambah pengalaman dan wawasan peneliti
terutama dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
dengan metode tertentu.
Hasil penelitian ini dapat membantu peneliti sebagai calon guru
untuk menambah wawasan tentang salah satu pendekatan dalam
mengajar materi Menyelesaikan Persamaan Linier Satu Variabel
H. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan skripsi ini meliputi Pendahuluan, Landasan
Teori, Metodologi Penelitian, Hasil Penelitian, dan Penutup.
Bab I Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Istilah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
Bab II Landasan Teori berisi Penjelasan Teori, Kerangka
Berfikir, Hipotesis Masalah serta materi yang akan digunakan pada
penelitian ini yaitu Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel
(PLSV).
Bab III Metode Penelitian berisi Jenis Penelitian, Subjek
Penelitian, Objek Penelitian, Bentuk Data, Metode Pengumpulan Data,
Instrumen, Metode Analisis Data serta Rancangan Penelitian.
Bab IV Deskripsi Pelaksanaan Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi Deskripsi Pelaksanaan Penelitian, Analisis Data dan
Pembahasan, Hambatan pada Saat Melakukan Penelitian serta Kelemahan
dalam Melaksanakan Penelitian.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penjelasan Teori
1. Belajar dan pembelajaran
Hasrat untuk belajar merupakan suatu hal yang bersifat
alamiah bagi manusia ini disebabkan adanya hasrat ingin tahu
manusia yang terus menerus terhadap dunia dengan segala isinya,
hasrat ingin tahu yang demikian terhadap dunia sekelilingnya
menjadikan penyebab seseorang senantiasa berusaha mencari
jawabannya, dalam proses mencari jawab inilah seseorang
mengalami aktivitas-aktivitas belajar.
Menurut Makmun Khairani (2013: 4), para pakar di bidang
ilmu tentang belajar mengemukakan berbagai variasi batasan
tentang belajar tentunya didasarkan pemahaman dan aliran ilmu
yang mereka anut. Beberapa pendapat para ahli tersebut yaitu:
a. Menurut Muhibbin
Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
b. Menurut Morgan
Dalam Introduction to Psychology, belajar adalah perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
c. Menurut Winkel
Belajar adalah proses mental yang mengarah pada penguasaan
pengetahuan, kecakapan skill, kebiasaan atau sikap yang
semuanya diperoleh, disimpan dan dilakukan sehingga
menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif.
Namun menurut Makmun Khairani (2013: 4), ada pula
yang merumuskan pengertian belajar yang menekankan pada
perubahan di antaranya yaitu:
a. Menurut Witherington
Belajar adalah perubahan dalam diri individu yang dapat
dinyatakan sebagai suatu kecakapan, kebiasaan, pengertian
dan apresiasi.
b. Menurut Irwanto
Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu
menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu
tertentu.
c. Menurut Mudzakir
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan
mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
d. Menurut Garry dan Kingsley yang dikutip oleh Sudjana
(1989)
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
orisinil melalui latihan-latihan dan pengalaman.
Belajar secara umum diartikan sebagai proses perubahan
perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan
adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap
organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti
mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar
mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk
dalam cakupan tanggung jawab dalam cakupan tanggungjawab
guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapatlah kita
simpulkan bahwa pada dasarnya belajar merupakan suatu proses
yang ditandai: (1) adanya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang, (2) perilaku bersifat permanen, (3) perubahan tingkah
laku tersebut karena pengalaman sebagai akibat dari interaksi
antara individu dengan lingkungan. Adapun perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat diindentifikasi berbagai bentuk seperti
keterampilan dan kemampuan, apresiasi, serta peran aspek lain
yang ada pada individu yang belajar.
Secara umum dalam belajar terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi proses hasil belajar. Muhibbin Syah (2003: 144)
menjelaskan bahwa secara global, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yakni:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni
keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa
c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan
dan mempengaruhi satu sama lain.
1. Faktor internal siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
meliputi dua aspek, yakni: aspek fisiologis (yang
bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat
a. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apalagi jika
disertai pusing kepala berat misalnya, dapat
menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan belajar siswa. Namun, di antara
faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
1) tingkat kecerdasan/inteligensi siswa; 2) sikap
siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi
siswa.
2. Faktor eksternal siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga
terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para
staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa
b. Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial
ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat
belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa,
faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap
taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
Pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi
yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan
efisiensi proses pembelajaran suatu materi.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang
meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Menurut
Wikipedia, pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan
sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan
(aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak,
yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran
menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
atau proses membelajarkan peserta didik/pembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar peserta didik/pembelajar dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Jika pembelajaran
dianggap sebagai suatu system, maka berarti pembelajaran terdiri
dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan
pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian
kelas,evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran.
Sebaliknya bila pembelajaran dianggap sebagai suatu proses, maka
pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangka membuat siswa belajar.
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk
menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa dapat
belajar secara aktif. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain
(2006:41), dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa
komponen pembelajaran yang meliputi:
a. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan memiliki jenjang dari
yang luas dan umum sampai dengan yang sempit/khusus.
Adanya tujuan yang tepat mempermudah pemilihan materi
pelajaran dan pembuatan alat evaluasi. Adanya tujuan yang
tepat dan diketahui siswa memberi arah yang jelas dalam
belajarnya.
b. Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan
disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan pelajaran
menurut Arikunto (2010) merupakan unsur inti yang ada
pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak
didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar
(pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk
tujuan pengajaran. Tanpa bahan pelajaran proses
pembelajaran tidak akan berjalan.
c. Kegiatan pembelajaran
Menurut Kusnandar (2007:252), kegiatan
pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan
pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam proses pembelajaran,
guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan
pelajaran sebagai medianya. Dalam interaksi tersebut siswa
lebih aktif dibanding guru. Guru hanya sebagai motivator
dan fasilitator.
d. Metode
Metode merupakan komponen pembelajaran yang
banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus
dapat memilih, mengkombinasikan serta mempraktekkan
berbagai cara penyampaian bahan yang disesuaikan dengan
e. Alat
Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi
yaitu sebagai perlengkapan, sebagai pembantu
mempermudah usaha pencapaian tujuan dan alat sebagai
tujuan.
f. Sumber pelajaran
Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat dimana pengajaran terdapat
atau sumber belajar seseorang. Sedangkan sumber belajar
menurut Mulyasa adalah segala sesuatu yang dapat
memberikan kemudahan belajar sehingga diperoleh
sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang diperlukan.
g. Evaluasi
Evaluasi menurut Davies (dalam Dimyati dan
Mudjiono, 2006:190), adalah proses sederhana dalam
memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan,
kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan
masih banyak yang lain. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan
sebagai umpan balik dalam meningkatkan kualitas mengajar
Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Kokom Komalasari, 2010:
4). Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dalam
sebuah sistem, proses belajar dan pembelajaran memerlukan
masukan dasar yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam
proses belajar mengajar dengan harapan berubah menjadi keluaran
(output) dengan kompetisi tertentu.
Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun
pengaruh aktivitas pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih
sering menguntungkan dan biasanya lebih mudah diamati.
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa
yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan
mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal.
Jadi belajar dan pembelajaran memiliki hubungan yang
sangat erat dan keduanya tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Belajar merupakan proses yang dilakukan manusia
untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan
sikap. Sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memfalitasi dan mendukung guna meningkatkan
2. Pendekatan tutor sebaya
Pengertian pendekatan dalam pembelajaran memiliki
kemiripan dengan strategi maupun metode, meskipun sebenarnya
berbeda. Wina Sanjaya (2006) mengatakan bahwa pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Roy Killen (1998) (dalam Wina Sanjaya,
2006) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches)
dan pendekatan yang berpusat pada siwa (student-centred
approaches). Pendekatan inilah yang melahirkan berbagai metode
ataupun strategi pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode
didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada
peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam
menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi, sehingga
pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.
Sedangkan dalam makna yang lebih kompleks
pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran
peserta didik, peserta didik dan peserta didik, serta peserta didik
dan pendidik. Serta interaksi dengan sumber belajar yang lain yang
dapat menunjang kelancaran dalam kegiatan pembelajaran. Di
mana dari interaksi itu akan mendapatkan tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan.
Metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran tutor
sebaya dalam kelompok kecil. Metode tersebut merupakan
pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil dengan
seorang peserta didik yang prestasinya lebih tinggi dalam
kelompoknya itu memberi bantuan atau menjadi pendidik bagi
peserta didik yang lain yang sekelompok. Karena dengan bantuan
teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman
sebaya juga lebih mudah dipahami, dan di antara mereka tidak ada
rasa segan, rendah diri dan malu. Jadi proses belajarnya dapat
berjalan lebih efektif.
Kata sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mempunyai arti sama umurnya (tuanya). Istilah tutor sebaya karena
yang menjadi tutor adalah siswa yang mempunyai umur atau usia
yang hampir sama atau sebaya. Tutor sebaya lebih menekankan
kerja sama, antarsiswa, kelas dibagi menjadi kelompok belajar
yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu
perencanaan kegiatan mengajar dengan tutor sebaya. Setiap
dengan yang lain dan bertanggungjawab kepada dirinya maupun
kepada anggota dalam satu kelompok. Tujuannya untuk membantu
memenuhi kebutuhan siswa dengan cara memberdayakan
kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi untuk melatih
teman-teman yang belum faham.
Ada banyak ahli yang mengemukakan pengertian tentang
tutor sebaya. Beberapa definisi tutor sebaya menurut para ahli,
diantaranya:
a) Bayu Mukti (2009) mengemukakan pengertian “tutor sebaya sebagai suatu pembelajaran yang jadi murid dan yang jadi guru
adalah teman sebaya juga, atau umurnya itu sebaya”. Pengajaran tutor sebaya yang pada dasarnya sama dengan
program bimbingan yang bertujuan memberikan bantuan dari
dan kepada siswa supaya dapat mencapai belajar secara
optimal.
b) Edward L. Dejnozken dan Daven E. Kopel dalam American
Education Engcyclopedia menyebutkan “tutor sebaya adalah
sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe satu
pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe dua
pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe lain
adalah pertukaran usia pengajar”.
rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan
anggota dalam memahami materi ajar”.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan
bahwa yang dimaksud dengan metode tutor sebaya dalam
penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran yang berpusat
kepada siswa, dimana siswa dengan tingkatan kelas yang sama
yang lebih pandai dari temannya membantu dan mengajari teman
lain yang belum bisa terhadap suatu materi.
Adapun persyaratan yang harus diperhatikan sebelum
menunjuk siswa menjadi seorang tutor menurut Soekartawi (1995:
22) syarat-syarat tersebut meliputi:
a) Menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan
b) Mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut
c) Memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan
menjunjung situasi tutoring
d) Siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pelajaran dengan
metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut lebih
mempunyai kepercayaan diri
Menurut Trianto (2009), pelaksanaan model pembelajaran
tutor sebaya yang diberikan kepada teman sekelasnya di sekolah,
1. Beberapa siswa yang pandai disuruh mempelajari suatu topik
2. Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan
dibahas
3. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang siswa dan diusahakan kelompok yang dibentuk
tersebut adalah kelompok yang heterogen
4. Siswa yang pandai (para tutor sebaya) disebar ke setiap
kelompok untuk memberikan bantuannya
5. Guru membimbing siswa yang perlu mendapatkan bimbingan
khusus
6. Jika ada masalah, siswa yang lebih paham memberi tahu
siswa yang kurang paham dan jika ada masalah yang tidak
dapat dipecahkan, siswa meminta bantuan kepada guru
7. Guru mengadakan evaluasi
Dalam kegiatan belajar di kelas sering guru merasa
kesulitan untuk menangani siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Hal ini dimungkin rata-rata kelas yang ada adalah kelas
gemuk yaitu kelas dengan jumlah siswa rata-rata diatas 35 siswa.
Untuk mensiasati kondisi tesebut guru dapat meminta bantuan
kepada siswa yang semestinya memperoleh program pengayaan
untuk menjadi tutor sebaya. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain
a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang
mempunya perasaan takut atau enggan kepada guru.
b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat
memperkuat konsep yang sedang di bahas. Dengan
memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia
menelaah serta menghapalkannya lagi.
c. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri
memegang tanggung jawab dalam mengemban tugas dan
melatih kesabaran.
d. Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga
mempertebal perasaan sosial.
Namun setiap metode ataupun strategi pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan pendekatan tutor
sebaya. Kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan tutoring ini
diantaranya adalah :
1. Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena
hanya berhadapan dengan kawannya, sehingga hasilnya
kurang memuaskan
2. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena
3. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar
dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor
dengan siswa yang diberi program perbaikan
4. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang
tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus
dibimbing
5. Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu
belajarnya dapat mengerjakannya kembali kepada
kawan-kawannya
3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Zainal Aqib (2006: 13), penelitian tindakan kelas
pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika
yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin
inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti
Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt,
dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas di Indonesia baru
dikenal pada akhir dekade 80-an.
Ada beberapa rumusan definisi penelitian tindakan kelas
(PTK) yang perlu disiasati dan dipahami menurut Masnur Muslich
(2010: 8), yaitu:
a. Menurut Hopkins (1993)
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu kajian yang
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya
dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman
terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
b. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1998)
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah studi yang dilakukan
untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri,
pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis,
terencana, dan dengan sikap mawas diri.
c. Menurut Rochman Natawijaya (1977)
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah pengkajian terhadap
permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual,
yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam
rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki
sesuatu.
d. Menurut Suyanto (1997)
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian
yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
e. Menurut PGSM (1999)
Penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki
kondisi di mana praktik pembelajaran itu dilakukan.
Menurut Zainal Aqib (2006: 21), ada beberapa model penelitian
tindakan kelas (PTK) yang sampai saat ini sering digunakan di dalam
dunia pendidikan,di antaranya:
1) Model Kurt Lewin
Kurt Lewin adalah ahli psikologi sosial Amerika dan yang
pertama menemukan desain penelitian tindakan kelas yang
dinamakan Model Kurt Lewin pada tahun 1946. Model Kurt
Lewin didesain dalam bentuk satu siklus yang terdiri dari empat
tahapan yaitu (1) perencanaan tindakan (planning), (2)
pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi/pengamatan
(observing), (4) refleksi (reflecting).
2) Model Kemmis dan Mc Taggart
Model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart
tampak masih begitu dekat dengan model yang diperkenalkan
oleh Kurt Lewin. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam
satu siklus terdiri dari empat komponen seperti halnya yang
dilaksanakan oleh Kurt Lewin sehingga belum tampak adanya
perubahan. Hanya saja dalam model Kemmis dan Mc Taggart,
sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya
perencanaan ulang yang dilaksanakan dengan beberapa kali
siklus.
3) Model John Elliot
Apabila dibandingkan dengan dua model yang telah dijelaskan
sebelumnya, PTK model John Elliot ini tampak lebih detail dan
rinci. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus
dimungkinkan terdiri atas tiga sampai lima tindakan. Sementara
setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah.
Di Indonesia, tahapan penelitian tindakan kelas yang banyak
digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart yaitu berupa
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Tahapan-tahapan ini dilakukan dalam satu siklus, kemudian dilanjutkan di siklus
berikutnya dengan tahapan yang sama setelah dilakukan refleksi di siklus
pertama. Berikut tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas menurut
Ameliasari Tauresia (2013: 33):
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan merupakan tindakan mempersiapkan semua
instrumen, sarana, dan semua yang diperlukan dalam penelitian
tindakan. Langkah-langkah perencanaan tindakan sebagai berikut:
1) Menetapkan indikator keberhasilan tindakan
2) Membuat skenario pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan
3) Menyiapkan instrumen pengumpulan data pelaksanaan
tindakan misalnya lembar observasi, skenario, foto, dan
sebagainya
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan
sesuai skenario pembelajaran yang tertuang dalam RPP
c. Pengamatan
Dalam pengamatan atau pengumpulan data, peneliti melaksanakan
pengumpulan data sesuai dengan instrumen yang direncanakan.
Apabila di dalam pelaksanaan ada hal-hal yang tidak muncul
namun belum termasuk ke dalam instrumen dan dianggap penting,
maka perlu dicatat.
d. Refleksi
Ini berupa refleksi atas pelaksanaan tindakan yang didasarkan
pada analisis data dan evaluasi pelaksanaan tindakan berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan.
B. Kerangka berpikir
Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
menimbulkan suasana yang membosankan dan tidak menarik, sehingga
siswa yang tadinya mau belajar akan menjadi malas dan tidak semangat.
Model pembelajaran yang monoton atau yang kita sebut konvensional
dapat ditanggulangi dengan cara mengganti atau mengubah model
pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas dengan model yang
lain, yang akan membuat siswa tertarik dan bersemangat serta menjadi
fokus dan konsentrasi terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Akibat dari
pemakaian model pembelajaran yang salah maka akan berdampak pula
terhadap perkembangan anak, hal ini dapat dilihat dari nilai prestasi siswa
yang dinilai kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi harapan. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya untuk mencoba menanggulangi masalah
yang terjadi dengan cara menggunakan model pembelajaran jenis lain
yang dianggap lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan
model konvensional. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model
pembelajaran tutor sebaya.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang diungkapkan
di atas, penelitian ini dapat diajukan rumusan hipotesis tindakan yang
berbunyi “Kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya”
D. Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
Menurut Wono (2007:171) dalam bukunya yang berjudul Matematika
untuk SMP Kelas VII Semester 1 menyatakan bahwa:
a. Pernyataan, Konstanta, Variabel, dan Kalimat Terbuka
1) Pernyataan
Kalimat adalah rangkaian lambang-lambang (kata
yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki arti yang
utuh. Kalimat dibagi menjadi dua, yaitu kalimat pernyataan
dan kalimat bukan pernyataan.
Pernyataan adalah kalimat yang memiliki nilai
kebenaran, benar atau salah saja tetapi tidak sekaligus
keduanya.
Contoh:
a) 5 + 6 = 11 (pernyataan benar)
b) -1 0 (pernyataan benar) c) enam habis dibagi tiga (pernyataan benar)
d) 0 : 5 = tidak didefinisikan (pernyataan salah)
e) dua bukan bilangan prima (pernyataan salah)
Kalimat yang tidak dapat ditentukan nilai
kebenarannya dinamakan bukan pernyataan.
Contoh:
1. Apakah 2 bilangan prima?
2. Hitunglah 12 + 7.
4. x – 1 = 6
Dengan demikian, kalimat yang bernilai benar
adalah suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta,
sedangkan kalimat yang bernilai salah adalah suatu
pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta.
2) Konstanta dan Variabel
Konstanta adalah lambang sebuah ide tertentu,
sedangkan variabel atau peubah adalah lambang
pengganti sebuah konstanta yang belum diketahui
dengan jelas.
Contoh:
a – 2 = 0
a) variabel : a
b) konstanta : 2
3) Kalimat terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat terbuka adalah
kalimat yang belum diketahui nilai kebenarannya
(benar atau salah). Bila suatu kalimat terbuka
mengandung suatu variabel atau peubah, maka kalimat
tersebut dapat diubah menjadi suatu pernyataan
Contoh:
a) Dia seorang ayah.
Nilai kebenaran kalimat ini tergantung pada
kata “dia”. b) x + 6 = 10
Nilai kebenaran kalimat ini tergantung pada
nilai variabel x.
b. PLSV
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama
dengan (=). Persamaan dapat dinyatakan pula sebagai dua
bentuk aljabar yang dihubungkan dengan tanda “=”. Persamaan yang hanya memuat satu variabel dengan pangkat pada
variabelnya adalah satu disebut persamaan linear dengan satu
variabel.
Bilamana persamaan aljabar dengan variabel x, setelah
disederhanakan menghasilkan ax + b = 0 dengan a dan b adalah
bilangan real, maka persamaan itu dinamakan persamaan linear
satu variabel (PLSV). Secara ringkas persamaan linear satu
variabel (PLSV) dapat didefinisikan sebagai kalimat terbuka
yang dihubungkan tanda sama dengan (=) dan hanya
mempunyai satu variabel berpangkat satu. Bentuk ax + b = 0
Contoh:
Tulislah setiap kalimat terbuka berikut ini dalam bentuk PLSV.
1. Sebuah bilangan ditambah 8 sama dengan 10.
Misalnya bilangan itu = x, maka x + 8 = 10.
2. Sebuah pecahan memiliki pembilang 1. Jika
penyebutnya dikurangi 2, maka pecahan itu menjadi 1
6
Andaikan kita diminta untuk menghitung atau
menyelesaikan PLSV : x – 4 = 9, maka kita dapat menyelesaikannya menggunakan cara substitusi, yaitu dengan
mengganti variabel x dengan suatu nilai sehingga diperoleh
pernyataan yang benar. Dalam kasus ini kita memiliki x = 13
karena 13 – 4 = 9 adalah pernyataan yang benar. Jadi, penyelesaian PLSV itu adalah x = 13.
Di samping itu, kita juga dapat menyelesaikan PLSV itu
dengan memikirkan jawaban pertanyaan “Bilangan manakah bila dikurangi 4 menghasilkan 9?”. Tentu jawabannya adalah 13. Dengan demikian, penyelesaian PLSV itu adalah x = 13. Jadi
menyelesaikan PLSV adalah menentukan bilangan pengganti dari
variabel suatu kalimat tertutup menjadi suatu pernyataan yang
bernilai benar.
Nyatakan persamaan berikut ini dalam berikut ini dalam bentuk
baku PLSV, yaitu ax + b = 0.
a. 2(x – 5) = 3x – 4(x – 2) 2(x – 5) = 3x – 4(x – 2)
2x – 10 = 3x – 4x + 8
2x – 10 = -x + 8 (kedua ruas ditambah x – 8)
2x – 10 + x – 8 = -x + 8 + x – 8
3x – 18 = 0 b.
+8= 9 dengan n -8
+8= 9 (kedua ruas dikalikan n + 8)
+8 = 9 x (n + 8) = 9 x (n + 8)
n = 9n + 72 (kedua ruas ditambah –n)
n – n = 9n + 72 – n
0 = 8n + 72
8n + 72 = 0
Tentukan penyelesaian setiap persamaan berikut ini.
a. 15y – 9 = 14y + 8
15y – 14y = 9 + 8
y = 17
Masalah
Jadi, penyelesaiannya adalah a = −4
3 atau HP : { −4
3}
3. Penerapan Konsep PLSV dalam Kehidupan Sehari - hari
Untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang memerlukan
penggunaan matematika, langkah pertama adalah menyusun model
matematika dari masalah itu. Data yang ada diterjemahkan ke
dalam satu atau beberapa persamaan kemudian penyelesaian dari
persamaan itu digunakan untuk menentukan solusinya. Langkah
terakhir adalah memeriksa solusi itu dikaitkan dengan permintaan
soal. Dalam bentuk diagram dapat disajikan sebagai
a. Jumlah dua bilangan adalah 37. Apabila bilangan yang lebih
besar dibagi dengan bilangan yang lebih kecil, maka hasil
baginya adalah 3 dan sisanya 5. Carilah bilangan-bilangan itu!
Penyelesaian:
Misal :
bilangan yang kecil = x
bilangan yang besar = 37 – x
Maka :
bilangan yang besar bilangan yang kecil = 3 +
5
� � � � �
37 – = 3 + 5 37 – x = 3x + 5 -x – 3x = 5 – 37 -4x = -32 x = 8
Bilangan yang besar = 37 – x = 37 – 8 = 29
Cek:
37 – 8
8 ? 3 + 5 8
29
8 = 3 + 0,625
3,625 = 3,625 (jawaban benar)
b. Seorang ayah umurnya 24 tahun lebih tua dari umur anaknya.
Dalam 8 tahun umur ayah menjadi dua kali umur anaknya.
Carilah umur mereka sekarang!
Penyelesaian:
Misal :
umur anaknya sekarang = x tahun
umur ayahnya = (x + 24) tahun
Maka :
(x + 24) + 8 = 2 (x + 8)
x + 32 = 2x + 16
-x = -16
x = 16
Umur ayahnya = x + 24
= 16 + 24
= 40
Jadi, umur anak 16 tahun dan umur ayahnya 40 tahun.
Cek :
(16 + 24) + 8 ? 2(16 + 8)
40 + 8 = 2(24)
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas. Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas,
guru dan peneliti dapat memilih sendiri strategi untuk meningkatkan
keberhasilan proses pembelajaran di kelas.
Menurut Kartika Budi dan Puji Purnama (2008), penelitian
tindakan kelas adalah ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks
kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah,
pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil
pembelajaran dan mencobakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran
demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
Selain itu, penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan sebagai
suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki proses pembelajaran yang ada.
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:16), penelitian tindakan kelas
dilakukan melalui proses berdaur atau siklus. Siklus tersebut secara umum
Gambar 3.1
Model Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam Suharsimi Arikunto (2007:16)
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar di atas menunjukkan model pelaksanaan penelitian
tindakan kelas yang terdiri atas empat langkah penting dalam pelaksanaan
penelitian tindakan. Empat langkah penting tersebut diuraikan Sukardi
(2003: 213) sebagai berikut.
1. Rencana tindakan
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk
meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian
tindakan, rencana tindakan harus berorientasi ke depan. Di
samping itu, perencana harus menyadari sejak awal bahwa
Siklus I
Siklus II
tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan
mempunyai risiko. Oleh karena itu, perencanaan yang
dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh
yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang tersembunyi.
Perencanaan dalam penelitian sebaiknya lebih menekankan
pada hal-hal yang mampu menjawab tantangan yang muncul
dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang
sebenarnya.
2. Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dimaksud dalam penelitian tindakan adalah
tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang
merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Jadi
tindakan itu mengandung inovasi atau pembaharuan, betapapun
kecilnya, yang berbeda dengan yang biasa dilakukan
sebelumnya. Sehubungan dengan hal itu, praktik diakui sebagai
gagasan dalam tindakan dan tindakan itu digunakan sebagai
pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan berikutnya,
yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan
(Suwarsih Madya 2007: 61).
3. Observasi (pengamatan)
Menurut Susilo (2007: 22), kegiatan observasi atau pengamatan
dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui
perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari
tindakan (aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam
bentuk data. Atau bisa dikatakan sebagai kegiatan merekam
informasi dampak dari pelaksanaan tindakan baik dengan atau
tanpa alat bantu.
4. Refleksi
Masih menurut Susilo (2007: 23), refleksi dilakukan untuk
mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan dalam penelitian
tindakan kelas. Refleksi dilakukan terhadap berbagai masalah
yang muncul di kelas penelitian yang diperoleh dari analisis
data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah
dirancang. Pada kegiatan refleksi ini juga ditelaah aspek-aspek
mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang
dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna.
Berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada refleksi hasil
perlakuan tindakan pada siklus pertama, maka akan ditentukan
oleh peneliti apakah tindakan yang dilaksanakan sebagai
pemecahan masalah sudah mencapai tujuan atau belum.
Melalui refleksi inilah maka peneliti akan menentukan
keputusan untuk melakukan siklus lanjutan ataukah berhenti
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII Honest SMP
Kanisius Pakem yang terdiri dari 32 siswa. Peneliti memilih subjek
tersebut atas rekomendasi dari guru matematika kelas VII yang
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan siswa yang menonjol
di dalam kelas tersebut.
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pencapaian hasil belajar siswa
dan seberapa besar peningkatan kemampuan siswa pada pokok bahasan
Persamaan Linear Satu Variabel di kelas VII Honest SMP Kanisius
Pakem.
D. Bentuk Data
Data prestasi belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes
evaluasi belajar yang berupa soal-soal uraian. Tes akan dilakukan di
akhir proses pembelajaran dengan pendekatan tutor sebaya. Hasil dari
tes tersebut akan dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang ada. Selain itu terdapat beberapa latihan soal/kuis pada
lembar kerja siswa (LKS) yang berguna untuk meningkatkan
kemampuan siswa menggunakan metode tutor sebaya dalam
mempelajari pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel di kelas