• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode tutor sebaya pada siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode tutor sebaya pada siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem."

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

Tieka Natasha Christy. 2015. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui dampak pendekatan tutor sebaya dalam

meningkatkan kemampuan siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem pada materi

Persamaan Linier Satu Variabel dan (2) mengetahui peningkatan kemampuan siswa yang

diajarkan menggunakan pendekatan tutor sebaya.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada

bulan September 2014 - Februari 2015 pada materi Persamaan Linier Satu Variabel (PLSV).

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem tahun pelajaran

2014/2015. Instrumen yang digunakan pada penelitian, meliputi instrumen pembelajaran

yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) serta

instrumen pengumpulan data yaitu lembar pengamatan keterlibatan siswa dan lembar tes

evaluasi.

Hasil penelitian sebagai berikut: (1) persentase ketuntasan belajar siswa meningkat

sebesar 17,5% - 27,5% dengan menggunakan metode tutor sebaya (2) rata-rata kemampuan

belajar siswa dengan metode tutor sebaya sebesar 71%.

Kata kunci : Kemampuan Siswa, Metode Tutor Sebaya, materi Persamaan Linier Satu

(2)

Tieka Natasha Christy. 2015. Improving Students Ability in Mathematics Learning by applying Peer Tutoring Method to the seventh graders Honest of Kanisius Junior High School Pakem Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was aimed to: (1) find out the effect of peer tutoring approach in

improving the seventh graders’ Honest of Kanisius Junior High School Pakem ability on the

topic of Linear Equations in One Variable and (2) find out the improvement of students’ ability being taught by the peer tutoring approach.

This research was done by applying classroom action research. The research was done

on September 2014 to February 2015 and the material taught was Linear Equations in One

Variable. The subject of the research was the seventh graders Honest of Kanisius Junior High

School Pakem 2014/2015. The instruments used for the research were including the learning

instrument , they are lesson plan and student worksheet and also the data collection

instrument that is the students’ involvement observation sheet and evaluation test sheet.

The results of this research were: (1) the students’ passing grade increased by 17,5% - 27,5% with peer tutoring method (2) average ability students' learning with peer tutoring method

by 71%.

(3)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA

KELAS VII HONEST SMP KANISIUS PAKEM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

TIEKA NATASHA CHRISTY NIM : 101414056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA

KELAS VII HONEST SMP KANISIUS PAKEM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

TIEKA NATASHA CHRISTY NIM : 101414056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“”

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh

iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

itu bukan hasil pekerjaanmu : jangan ada orang yang

memegahkan diri.

Efesus 2:8-9

Puji Tuhan..

Penuh ucapan syukur kepada Tuhan Yesus,

karya ini saya persembahkan untuk :

Papa dan Mama yang selalu mendoakan dan mendukung;

Adik-adik yang selalu menghibur di saat penat;

(8)
(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Tieka Natasha Christy. 2015. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui dampak pendekatan tutor

sebaya dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas VII Honest SMP Kanisius

Pakem pada materi Persamaan Linier Satu Variabel dan (2) mengetahui

peningkatan kemampuan siswa yang diajarkan menggunakan pendekatan tutor

sebaya.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian

dilaksanakan pada bulan September 2014 - Februari 2015 pada materi Persamaan

Linier Satu Variabel (PLSV). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII Honest

SMP Kanisius Pakem tahun pelajaran 2014/2015. Instrumen yang digunakan pada

penelitian, meliputi instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) serta instrumen

pengumpulan data yaitu lembar pengamatan keterlibatan siswa dan lembar tes

evaluasi.

Hasil penelitian sebagai berikut: (1) persentase ketuntasan belajar siswa

meningkat sebesar 17,5% - 27,5% dengan menggunakan metode tutor sebaya (2)

rata-rata kemampuan belajar siswa dengan metode tutor sebaya sebesar 71%.

Kata kunci : Kemampuan Siswa, Metode Tutor Sebaya, materi Persamaan Linier

(11)

viii

ABSTRACT

Tieka Natasha Christy. 2015. Improving Students Ability in Mathematics Learning by applying Peer Tutoring Method to the seventh graders Honest of Kanisius Junior High School Pakem Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

instruments used for the research were including the learning instrument , they are

lesson plan and student worksheet and also the data collection instrument that is the students’ involvement observation sheet and evaluation test sheet.

The results of this research were: (1) the students’ passing grade increased by 17,5% - 27,5% with peer tutoring method (2) average ability students' learning with peer tutoring method by 71%.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkat dan kasih yang Tuhan limpahkan sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak

pengalaman, hambatan dan rintangan. Namun doa, bantuan, dukungan dan

motivasi yang mengalir dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima

kasih kepada berbagai pihak yang membantu, diantaranya :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd,. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika.

3. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta telah

memberikan motivasi, saran dan kritik kepada peneliti selama penyusunan

skripsi ini.

5. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat JPMIPA atas segala pelayanan

kepada peneliti selama berkuliah di Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Indra Purnama, S.T., S.Pd., selaku Kepala SMP Kanisius Pakem atas

(13)

x

7. Ibu MG Sri Yuliwanti, S.Pd., selaku guru matematika yang meluangkan

waktu dan membimbing peneliti selama pelaksanaan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas VII Honest atas partisipasi dan kerjasama selama

pelaksanaan penelitian di SMP Kanisius Pakem.

9. Papa Ferdinand Christian, mama Eka Rahayuningsih, adikku Bella

Tesalonika dan Nabila Nuary Zevanya, atas doa, dukungan, semangat, dan

kasih sayang yang telah diberikan kepada peneliti sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10.Venta, Thea, Ellita, Bety, Nining, Rini, Lina dan sahabat-sahabat atas

bantuan, doa, semangat, kebersamaan kita dalam berjuang selama kuliah.

11.Teman-teman Prodi Pendidikan Matematika angkatan 2010 yang bersedia

menjadi teman berbagi ilmu selama peneliti kuliah.

12.Kornelius Eko Cahya Saputra yang telah memberi semangat dari awal kuliah

hingga peneliti dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 18 Februari 2015

(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

(15)

xii A. Belajar dan Pembelajaran ... 11

B. Pendekatan Tutor Sebaya ... 22

C. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 28

BAB IV PELAKSANAAN, ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 59

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 64

(16)

xiii

D. Kelemahan dalam Penelitian ……….. 72 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Kriteria Interprestasi Validitas ... 49

Tabel 3.2 Tabel Kriteria Interprestasi Reliabilitas Tes ... 51

Tabel 3.3 Tabel Kriteria Prestasi Belajar Siswa ... 52

Tabel 3.4 Tabel Kriteria Prestasi Belajar Siswa secara Keseluruhan ... 53

Tabel 4.1 Validitas Tiap Butir Soal Tes Evaluasi ... 65

Tabel 4.2 Hasil Analisis Pengerjaan LKS I ... 66

Tabel 4.3 Hasil Analisis Pengerjaan LKS II ... 66

Tabel 4.4 Hasil Tes Evaluasi ... 67

Tabel 4.5 Tingkat KemampuanSiswa ……….……. 68

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 44

Grafik 4.1 Perbandingan Ketuntasan Pembelajaran Konvensional

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A :RENCANA PEMBELAJARAN……….78

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……… 79

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………... 83

3. Pembagian Kelompok………... 87

LAMPIRAN B : LEMBAR KERJA SISWA………. 88

1. Lembar Kerja Siswa I………89

2. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa I………...92 3. Contoh Pengerjaan Lembar Kerja Siswa I………... .93

4. Lembar Kerja Siswa II………. 99

5. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa II………...103

6. Contoh Pengerjaan Lembar Kerja Siswa II……….105

LAMPIRAN C : TES EVALUASI SISWA……….114

1. Lembar Tes Evaluasi Siswa………..….. 115

2. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siswa……….117

3. Pedoman Penilaian Tes Evaluasi Siswa………...119

4. Contoh Pengerjaan Tes Evaluasi Siswa………...121

LAMPIRAN D : VALIDITAS dan RELIABILITAS TES………...127

1. Validitas Tes Evaluasi Siswa………...128

(20)

xvii

LAMPIRAN E : DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN………137

1. Foto Pelaksanaan Penelitian……….138

LAMPIRAN F : SURAT PELAKSANAAN PENELITIAN………...140

1. Surat Izin Pelaksanaan Penelitian………141

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini

cenderung pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih

mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini

dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu

didominasi oleh guru. Hal ini juga terlihat dalam observasi yang dilakukan

oleh peneliti di SMP Kanisius Pakem, di mana dalam penyampaian materi

guru menggunakan metode ceramah yang dalam pelaksanaannya siswa

hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru

dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana

pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah

absen dari kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar

anak didik. Masalah lain yang juga selalu guru gunakan adalah masalah

pendekatan pembelajaran. Hampir tidak pernah ditemukan dalam suatu

pembelajaran di kelas, seorang guru tidak melakukan pendekatan

pembelajaran tertentu terhadap semua anak didik. Karena guru menyadari

bahwa penggunaan dari suatu pendekatan pembelajaran dapat

mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar, maka guru tidak

(22)

tertentu. Bahan pelajaran yang satu mungkin cocok untuk suatu

pendekatan pembelajaran tertentu, tetapi untuk pelajaran yang lain lebih

pas digunakan pendekatan pembelajaran yang lain. Maka adalah penting

mengenal suatu materi agar dapat menemukan pendekatan pembelajaran

yang cocok dan sesuai.

Selain sistem pembelajaran yang monoton, berdasarkan observasi

awal yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa lokasi sekolah SMP

Kanisius Pakem kurang strategis. Letaknya yang tidak persis di pinggir

jalan raya membuat sekolah ini agak kurang dikenal oleh masyarakat

umum sehingga murid-murid yang masuk dan mendaftar di sekolah ini

adalah siswa-siswa tertentu saja. Di dekat SMP Kanisius Pakem pun

terdapat sekolah negeri sederajat yang lokasi sekolahnya lebih strategis

dengan berada di pinggir jalan raya, hal ini sepertinya membuat siswa

yang mempunyai kecerdasan lebih, lebih memilih sekolah negeri tersebut.

Tetapi tidak berarti di SMP Kanisius Pakem tidak ada siswa-siswi yang

mempunyai kecerdasan lebih, hanya saja setelah melakukan wawancara

awal dengan guru matematika, peneliti mengetahui bahwa kemampuan

siswa tidaklah merata. Ada yang benar-benar pintar, namun ada yang

benar-benar kurang.

Selain itu, ditemukan juga bahwa masih banyak siswa SMP

Kanisius Pakem yang mengalami kesulitan dalam memahami materi

matematika yang diajarkan oleh guru. Nilai ketuntasan yang didapat siswa

(23)

Linear Satu Variabel (PLSV) pada tahun-tahun sebelumnya, persentase

nilai siswa yang melewati nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk

materi ini hanya berkisar 60% hingga 70%. Hal ini disebabkan pada saat

siswa belajar di kelas kurang aktif dan enggan untuk bertanya walaupun

ada dari mereka yang belum mengerti. Adapun siswa yang aktif cuma

siswa-siswa yang itu-itu saja, sehingga suasana pembelajaran di kelas akan

semakin monoton. Selain itu juga terlihat bahwa banyak siswa yang lebih

senang untuk bertanya kepada temannya. Hal ini menyebabkan kegaduhan

di dalam kelas. Ada juga siswa yang lebih memilih bertanya pada teman

daripada bertanya pada guru dikarenakan siswa tersebut merasa malu dan

minder karena merasa belum mengerti dengan materi yang diajarkan oleh

guru.

Untuk menyelesaikan masalah di atas perlu dilihat dari penyebab

utama yang ada. Perlu strategi pembelajaran yang mampu meminimalisasi

permasalahan di atas. Suatu strategi diharapkan mampu menggerakkan

siswa untuk lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Strategi

yang juga mendorong siswa yang pandai untuk peduli kepada temannya,

sehinga terjadi proses belajar yang bersifat kolaboratif.

Alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa adalah dengan mengubah strategi pembelajaran saat

pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya perlu mengubah

strategi yang awalnya ceramah menjadi strategi yang dapat menciptakan

(24)

cara yang bisa digunakan adalah dengan menerapkan strategi tutor sebaya

atau mengajar teman sebaya.

Mengajar teman sebaya dapat dipahami sebagai berikut: siswa dari

tingkatan kelas yang sama yang pandai dan sudah memahami suatu materi,

kemudian saling membantu siswa lain yang belum memahami suatu

materi. Mengajar teman sebaya dapat juga dipahami sebagai suatu

program untuk membantu siswa yang membutuhkan bantuan akademik

dalam materi pelajaran tertentu. Siswa yang belum memahami materi

tersebut diajar dan dibina oleh teman-teman lain yang sudah memahami

materi tersebut.

Menurut Muhammad Yaumi (2012: 155), banyak hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa mengajar teman sebaya merupakan suatu

aktivitas pembelajaran yang sangat efektif dalam meningkatkan prestasi

belajar peserta didik. Masih menurut Muhammad Yaumi (2012: 155),

suatu organisasi yang bernama Center for Effective Collaboration and

Practice (2011) memperlihatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Debra Whorton dan Joseph Delquadri yang menemukan bahwa peserta

didik yang hanya mampu membaca 24 kata dengan benar meningkatkan

menjadi 48 kata yang benar setelah guru melaksanakan aktivitas

pembelajaran mengajar teman sebaya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengadakan

(25)

penelitian tindakan kelas dikarenakan penelitian tindakan kelas merupakan

salah satu penelitian yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang

dihadapi di kelas, dengan tujuan untuk mengatasi masalah tersebut tanpa

mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung serta peneliti ingin

agar kemampuan siswa-siswi di SMP Kanisius Pakem lebih merata.

Sehingga judul yang sesuai untuk penelitian ini adalah “meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode tutor

sebaya pada siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan

materi

2. Persentase nilai siswa yang lulus kriteria ketuntasan minimal siswa

hanya sekitar 60% hingga 70%

3. Siswa kurang aktif pada saat pembelajaran di kelas

4. Siswa enggan bertanya pada guru

5. Siswa gaduh pada saat bertanya

(26)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode

tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII

Honest SMP Kanisius Pakem semester ganjil tahun pelajaran

2014/2015

b. Materi yang diajarkan adalah Menyelesaikan Persamaan Linier

Satu Variabel (PLSV)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, dapat

dirumuskan masalah penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Apakah metode tutor sebaya dapat meningkatkan ketuntasan

belajar siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem dalam materi

Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) ?

2. Bagaimana kemampuan belajar siswa dalam materi Menyelesaikan

Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) dengan metode tutor

(27)

E. Batasan Istilah

1. Kemampuan

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu

yang harus ia lakukan.

2. Metode tutor sebaya

Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang berpusat

kepada siswa, dimana siswa yang lebih pandai dapat membantu dan

mengajari teman lain yang belum bisa atau belum paham terhadap

suatu materi.

3. Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika merupakan serangkaian aktivitas guru dalam

memberikan pengajaran terhadap siswa untuk membangun

konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri

melalui proses internalisasi, sehingga konsep atau prinsip itu terbangun

dengan metode atau pendekatan mengajar dan aplikasinya agar dapat

meningkatkan kompetensi dasar dan kemampuan siswa

Dari batasan masalah di atas, yang dimaksud judul adalah sebuah

penelitian yang berupaya melaksanakan suatu cara yang dilakukan

oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan beberapa

siswa yang pandai untuk membantu belajar siswa lainnya yang masih

(28)

dimaksud dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII Honest SMP

Kanisius Pakem dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan

Persamaan Linier Satu Variabel (PLSV).

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan tindakan kelas ini terdiri atas:

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperbaiki atau

meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini yaitu:

a) Untuk mengetahui berapa besar peningkatan ketuntasan belajar

siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem dalam materi

Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)

b) Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam materi

Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)

dengan metode tutor sebaya

G. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian penelitian ini, diharapkan dapat

(29)

1. Siswa

Dengan menggunakan metode tutor sebaya, siswa lebih mudah

menyerap materi yang diajarkan.

2. Guru

Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, guru

dapat sedikit demi sedikit mengetahui metode pembelajaran yang

dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di

kelas. Di samping itu dengan diberikan contoh penelitian

tindakan kelas guru akan terbiasa untuk melakukan penelitian

tindakan kelas dengan merancang model-model atau pendekatan

pembelajaran yang baru guna meningkatkan hasil belajar

siswanya.

3. Peneliti

Penelitian ini menambah pengalaman dan wawasan peneliti

terutama dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran

dengan metode tertentu.

Hasil penelitian ini dapat membantu peneliti sebagai calon guru

untuk menambah wawasan tentang salah satu pendekatan dalam

mengajar materi Menyelesaikan Persamaan Linier Satu Variabel

(30)

H. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini meliputi Pendahuluan, Landasan

Teori, Metodologi Penelitian, Hasil Penelitian, dan Penutup.

Bab I Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi

Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Istilah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori berisi Penjelasan Teori, Kerangka

Berfikir, Hipotesis Masalah serta materi yang akan digunakan pada

penelitian ini yaitu Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel

(PLSV).

Bab III Metode Penelitian berisi Jenis Penelitian, Subjek

Penelitian, Objek Penelitian, Bentuk Data, Metode Pengumpulan Data,

Instrumen, Metode Analisis Data serta Rancangan Penelitian.

Bab IV Deskripsi Pelaksanaan Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi Deskripsi Pelaksanaan Penelitian, Analisis Data dan

Pembahasan, Hambatan pada Saat Melakukan Penelitian serta Kelemahan

dalam Melaksanakan Penelitian.

(31)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penjelasan Teori

1. Belajar dan pembelajaran

Hasrat untuk belajar merupakan suatu hal yang bersifat

alamiah bagi manusia ini disebabkan adanya hasrat ingin tahu

manusia yang terus menerus terhadap dunia dengan segala isinya,

hasrat ingin tahu yang demikian terhadap dunia sekelilingnya

menjadikan penyebab seseorang senantiasa berusaha mencari

jawabannya, dalam proses mencari jawab inilah seseorang

mengalami aktivitas-aktivitas belajar.

Menurut Makmun Khairani (2013: 4), para pakar di bidang

ilmu tentang belajar mengemukakan berbagai variasi batasan

tentang belajar tentunya didasarkan pemahaman dan aliran ilmu

yang mereka anut. Beberapa pendapat para ahli tersebut yaitu:

a. Menurut Muhibbin

Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku

yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi

dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

b. Menurut Morgan

Dalam Introduction to Psychology, belajar adalah perubahan

yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai

(32)

c. Menurut Winkel

Belajar adalah proses mental yang mengarah pada penguasaan

pengetahuan, kecakapan skill, kebiasaan atau sikap yang

semuanya diperoleh, disimpan dan dilakukan sehingga

menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif.

Namun menurut Makmun Khairani (2013: 4), ada pula

yang merumuskan pengertian belajar yang menekankan pada

perubahan di antaranya yaitu:

a. Menurut Witherington

Belajar adalah perubahan dalam diri individu yang dapat

dinyatakan sebagai suatu kecakapan, kebiasaan, pengertian

dan apresiasi.

b. Menurut Irwanto

Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu

menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu

tertentu.

c. Menurut Mudzakir

Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan

mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup

perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

(33)

d. Menurut Garry dan Kingsley yang dikutip oleh Sudjana

(1989)

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang

orisinil melalui latihan-latihan dan pengalaman.

Belajar secara umum diartikan sebagai proses perubahan

perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan

adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap

organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti

mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar

mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk

dalam cakupan tanggung jawab dalam cakupan tanggungjawab

guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapatlah kita

simpulkan bahwa pada dasarnya belajar merupakan suatu proses

yang ditandai: (1) adanya perubahan tingkah laku pada diri

seseorang, (2) perilaku bersifat permanen, (3) perubahan tingkah

laku tersebut karena pengalaman sebagai akibat dari interaksi

antara individu dengan lingkungan. Adapun perubahan sebagai

hasil proses belajar dapat diindentifikasi berbagai bentuk seperti

(34)

keterampilan dan kemampuan, apresiasi, serta peran aspek lain

yang ada pada individu yang belajar.

Secara umum dalam belajar terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi proses hasil belajar. Muhibbin Syah (2003: 144)

menjelaskan bahwa secara global, faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam,

yakni:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni

keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi

lingkungan di sekitar siswa

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

mempelajari materi-materi pelajaran

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan

dan mempengaruhi satu sama lain.

1. Faktor internal siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri

meliputi dua aspek, yakni: aspek fisiologis (yang

bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat

(35)

a. Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)

yang menandai tingkat kebugaran organ-organ

tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apalagi jika

disertai pusing kepala berat misalnya, dapat

menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang

dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

b. Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang

dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas

perolehan belajar siswa. Namun, di antara

faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya

dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

1) tingkat kecerdasan/inteligensi siswa; 2) sikap

siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi

siswa.

2. Faktor eksternal siswa

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga

terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial

(36)

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para

staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

mempengaruhi semangat belajar siswa

b. Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial

ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat

tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat

belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang

digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut

menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa,

faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap

taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

Pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi

yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan

efisiensi proses pembelajaran suatu materi.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang

meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Menurut

Wikipedia, pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang

(37)

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang

berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai

sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat

memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan

(aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak,

yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran

menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem

atau proses membelajarkan peserta didik/pembelajar yang

direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara

sistematis agar peserta didik/pembelajar dapat mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Jika pembelajaran

dianggap sebagai suatu system, maka berarti pembelajaran terdiri

dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan

(38)

pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian

kelas,evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran.

Sebaliknya bila pembelajaran dianggap sebagai suatu proses, maka

pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru

dalam rangka membuat siswa belajar.

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk

menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa dapat

belajar secara aktif. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain

(2006:41), dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa

komponen pembelajaran yang meliputi:

a. Tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari

pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan memiliki jenjang dari

yang luas dan umum sampai dengan yang sempit/khusus.

Adanya tujuan yang tepat mempermudah pemilihan materi

pelajaran dan pembuatan alat evaluasi. Adanya tujuan yang

tepat dan diketahui siswa memberi arah yang jelas dalam

belajarnya.

b. Bahan pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan

disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan pelajaran

menurut Arikunto (2010) merupakan unsur inti yang ada

(39)

pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak

didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar

(pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk

tujuan pengajaran. Tanpa bahan pelajaran proses

pembelajaran tidak akan berjalan.

c. Kegiatan pembelajaran

Menurut Kusnandar (2007:252), kegiatan

pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan

pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang

telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam proses pembelajaran,

guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan

pelajaran sebagai medianya. Dalam interaksi tersebut siswa

lebih aktif dibanding guru. Guru hanya sebagai motivator

dan fasilitator.

d. Metode

Metode merupakan komponen pembelajaran yang

banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus

dapat memilih, mengkombinasikan serta mempraktekkan

berbagai cara penyampaian bahan yang disesuaikan dengan

(40)

e. Alat

Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam

rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi

yaitu sebagai perlengkapan, sebagai pembantu

mempermudah usaha pencapaian tujuan dan alat sebagai

tujuan.

f. Sumber pelajaran

Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

dipergunakan sebagai tempat dimana pengajaran terdapat

atau sumber belajar seseorang. Sedangkan sumber belajar

menurut Mulyasa adalah segala sesuatu yang dapat

memberikan kemudahan belajar sehingga diperoleh

sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan yang diperlukan.

g. Evaluasi

Evaluasi menurut Davies (dalam Dimyati dan

Mudjiono, 2006:190), adalah proses sederhana dalam

memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan,

kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan

masih banyak yang lain. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan

sebagai umpan balik dalam meningkatkan kualitas mengajar

(41)

Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang

tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Kokom Komalasari, 2010:

4). Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dalam

sebuah sistem, proses belajar dan pembelajaran memerlukan

masukan dasar yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam

proses belajar mengajar dengan harapan berubah menjadi keluaran

(output) dengan kompetisi tertentu.

Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun

pengaruh aktivitas pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih

sering menguntungkan dan biasanya lebih mudah diamati.

Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa

yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan

mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat

internal.

Jadi belajar dan pembelajaran memiliki hubungan yang

sangat erat dan keduanya tidak dapat dipisahkan dari dunia

pendidikan. Belajar merupakan proses yang dilakukan manusia

untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan

sikap. Sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk memfalitasi dan mendukung guna meningkatkan

(42)

2. Pendekatan tutor sebaya

Pengertian pendekatan dalam pembelajaran memiliki

kemiripan dengan strategi maupun metode, meskipun sebenarnya

berbeda. Wina Sanjaya (2006) mengatakan bahwa pendekatan

dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran. Roy Killen (1998) (dalam Wina Sanjaya,

2006) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu

pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches)

dan pendekatan yang berpusat pada siwa (student-centred

approaches). Pendekatan inilah yang melahirkan berbagai metode

ataupun strategi pembelajaran.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode

didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada

peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam

menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi, sehingga

pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.

Sedangkan dalam makna yang lebih kompleks

pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru

untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa

dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan

yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran

(43)

peserta didik, peserta didik dan peserta didik, serta peserta didik

dan pendidik. Serta interaksi dengan sumber belajar yang lain yang

dapat menunjang kelancaran dalam kegiatan pembelajaran. Di

mana dari interaksi itu akan mendapatkan tujuan pembelajaran

yang telah ditentukan.

Metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran tutor

sebaya dalam kelompok kecil. Metode tersebut merupakan

pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil dengan

seorang peserta didik yang prestasinya lebih tinggi dalam

kelompoknya itu memberi bantuan atau menjadi pendidik bagi

peserta didik yang lain yang sekelompok. Karena dengan bantuan

teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman

sebaya juga lebih mudah dipahami, dan di antara mereka tidak ada

rasa segan, rendah diri dan malu. Jadi proses belajarnya dapat

berjalan lebih efektif.

Kata sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

mempunyai arti sama umurnya (tuanya). Istilah tutor sebaya karena

yang menjadi tutor adalah siswa yang mempunyai umur atau usia

yang hampir sama atau sebaya. Tutor sebaya lebih menekankan

kerja sama, antarsiswa, kelas dibagi menjadi kelompok belajar

yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu

perencanaan kegiatan mengajar dengan tutor sebaya. Setiap

(44)

dengan yang lain dan bertanggungjawab kepada dirinya maupun

kepada anggota dalam satu kelompok. Tujuannya untuk membantu

memenuhi kebutuhan siswa dengan cara memberdayakan

kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi untuk melatih

teman-teman yang belum faham.

Ada banyak ahli yang mengemukakan pengertian tentang

tutor sebaya. Beberapa definisi tutor sebaya menurut para ahli,

diantaranya:

a) Bayu Mukti (2009) mengemukakan pengertian “tutor sebaya sebagai suatu pembelajaran yang jadi murid dan yang jadi guru

adalah teman sebaya juga, atau umurnya itu sebaya”. Pengajaran tutor sebaya yang pada dasarnya sama dengan

program bimbingan yang bertujuan memberikan bantuan dari

dan kepada siswa supaya dapat mencapai belajar secara

optimal.

b) Edward L. Dejnozken dan Daven E. Kopel dalam American

Education Engcyclopedia menyebutkan “tutor sebaya adalah

sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe satu

pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe dua

pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe lain

adalah pertukaran usia pengajar”.

(45)

rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan

anggota dalam memahami materi ajar”.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan

bahwa yang dimaksud dengan metode tutor sebaya dalam

penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran yang berpusat

kepada siswa, dimana siswa dengan tingkatan kelas yang sama

yang lebih pandai dari temannya membantu dan mengajari teman

lain yang belum bisa terhadap suatu materi.

Adapun persyaratan yang harus diperhatikan sebelum

menunjuk siswa menjadi seorang tutor menurut Soekartawi (1995:

22) syarat-syarat tersebut meliputi:

a) Menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan

b) Mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut

c) Memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan

menjunjung situasi tutoring

d) Siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pelajaran dengan

metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut lebih

mempunyai kepercayaan diri

Menurut Trianto (2009), pelaksanaan model pembelajaran

tutor sebaya yang diberikan kepada teman sekelasnya di sekolah,

(46)

1. Beberapa siswa yang pandai disuruh mempelajari suatu topik

2. Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan

dibahas

3. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri

dari 4-6 orang siswa dan diusahakan kelompok yang dibentuk

tersebut adalah kelompok yang heterogen

4. Siswa yang pandai (para tutor sebaya) disebar ke setiap

kelompok untuk memberikan bantuannya

5. Guru membimbing siswa yang perlu mendapatkan bimbingan

khusus

6. Jika ada masalah, siswa yang lebih paham memberi tahu

siswa yang kurang paham dan jika ada masalah yang tidak

dapat dipecahkan, siswa meminta bantuan kepada guru

7. Guru mengadakan evaluasi

Dalam kegiatan belajar di kelas sering guru merasa

kesulitan untuk menangani siswa yang mengalami kesulitan

belajar. Hal ini dimungkin rata-rata kelas yang ada adalah kelas

gemuk yaitu kelas dengan jumlah siswa rata-rata diatas 35 siswa.

Untuk mensiasati kondisi tesebut guru dapat meminta bantuan

kepada siswa yang semestinya memperoleh program pengayaan

untuk menjadi tutor sebaya. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain

(47)

a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang

mempunya perasaan takut atau enggan kepada guru.

b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat

memperkuat konsep yang sedang di bahas. Dengan

memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia

menelaah serta menghapalkannya lagi.

c. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri

memegang tanggung jawab dalam mengemban tugas dan

melatih kesabaran.

d. Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga

mempertebal perasaan sosial.

Namun setiap metode ataupun strategi pasti memiliki

kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan pendekatan tutor

sebaya. Kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan tutoring ini

diantaranya adalah :

1. Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena

hanya berhadapan dengan kawannya, sehingga hasilnya

kurang memuaskan

2. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena

(48)

3. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar

dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor

dengan siswa yang diberi program perbaikan

4. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang

tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus

dibimbing

5. Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu

belajarnya dapat mengerjakannya kembali kepada

kawan-kawannya

3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Zainal Aqib (2006: 13), penelitian tindakan kelas

pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika

yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin

inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti

Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt,

dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas di Indonesia baru

dikenal pada akhir dekade 80-an.

Ada beberapa rumusan definisi penelitian tindakan kelas

(PTK) yang perlu disiasati dan dipahami menurut Masnur Muslich

(2010: 8), yaitu:

a. Menurut Hopkins (1993)

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu kajian yang

(49)

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya

dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman

terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.

b. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1998)

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah studi yang dilakukan

untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri,

pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis,

terencana, dan dengan sikap mawas diri.

c. Menurut Rochman Natawijaya (1977)

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah pengkajian terhadap

permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual,

yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam

rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki

sesuatu.

d. Menurut Suyanto (1997)

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian

yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan

tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan

praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

e. Menurut PGSM (1999)

Penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai suatu bentuk kajian

yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan

(50)

mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman

terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki

kondisi di mana praktik pembelajaran itu dilakukan.

Menurut Zainal Aqib (2006: 21), ada beberapa model penelitian

tindakan kelas (PTK) yang sampai saat ini sering digunakan di dalam

dunia pendidikan,di antaranya:

1) Model Kurt Lewin

Kurt Lewin adalah ahli psikologi sosial Amerika dan yang

pertama menemukan desain penelitian tindakan kelas yang

dinamakan Model Kurt Lewin pada tahun 1946. Model Kurt

Lewin didesain dalam bentuk satu siklus yang terdiri dari empat

tahapan yaitu (1) perencanaan tindakan (planning), (2)

pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi/pengamatan

(observing), (4) refleksi (reflecting).

2) Model Kemmis dan Mc Taggart

Model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart

tampak masih begitu dekat dengan model yang diperkenalkan

oleh Kurt Lewin. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam

satu siklus terdiri dari empat komponen seperti halnya yang

dilaksanakan oleh Kurt Lewin sehingga belum tampak adanya

perubahan. Hanya saja dalam model Kemmis dan Mc Taggart,

sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya

(51)

perencanaan ulang yang dilaksanakan dengan beberapa kali

siklus.

3) Model John Elliot

Apabila dibandingkan dengan dua model yang telah dijelaskan

sebelumnya, PTK model John Elliot ini tampak lebih detail dan

rinci. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus

dimungkinkan terdiri atas tiga sampai lima tindakan. Sementara

setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah.

Di Indonesia, tahapan penelitian tindakan kelas yang banyak

digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart yaitu berupa

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Tahapan-tahapan ini dilakukan dalam satu siklus, kemudian dilanjutkan di siklus

berikutnya dengan tahapan yang sama setelah dilakukan refleksi di siklus

pertama. Berikut tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas menurut

Ameliasari Tauresia (2013: 33):

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan merupakan tindakan mempersiapkan semua

instrumen, sarana, dan semua yang diperlukan dalam penelitian

tindakan. Langkah-langkah perencanaan tindakan sebagai berikut:

1) Menetapkan indikator keberhasilan tindakan

2) Membuat skenario pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan

(52)

3) Menyiapkan instrumen pengumpulan data pelaksanaan

tindakan misalnya lembar observasi, skenario, foto, dan

sebagainya

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan

sesuai skenario pembelajaran yang tertuang dalam RPP

c. Pengamatan

Dalam pengamatan atau pengumpulan data, peneliti melaksanakan

pengumpulan data sesuai dengan instrumen yang direncanakan.

Apabila di dalam pelaksanaan ada hal-hal yang tidak muncul

namun belum termasuk ke dalam instrumen dan dianggap penting,

maka perlu dicatat.

d. Refleksi

Ini berupa refleksi atas pelaksanaan tindakan yang didasarkan

pada analisis data dan evaluasi pelaksanaan tindakan berdasarkan

indikator yang telah ditetapkan.

B. Kerangka berpikir

Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan

menimbulkan suasana yang membosankan dan tidak menarik, sehingga

siswa yang tadinya mau belajar akan menjadi malas dan tidak semangat.

Model pembelajaran yang monoton atau yang kita sebut konvensional

(53)

dapat ditanggulangi dengan cara mengganti atau mengubah model

pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas dengan model yang

lain, yang akan membuat siswa tertarik dan bersemangat serta menjadi

fokus dan konsentrasi terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Akibat dari

pemakaian model pembelajaran yang salah maka akan berdampak pula

terhadap perkembangan anak, hal ini dapat dilihat dari nilai prestasi siswa

yang dinilai kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi harapan. Oleh

karena itu, perlu adanya upaya untuk mencoba menanggulangi masalah

yang terjadi dengan cara menggunakan model pembelajaran jenis lain

yang dianggap lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan

model konvensional. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model

pembelajaran tutor sebaya.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang diungkapkan

di atas, penelitian ini dapat diajukan rumusan hipotesis tindakan yang

berbunyi “Kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya”

D. Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)

Menurut Wono (2007:171) dalam bukunya yang berjudul Matematika

untuk SMP Kelas VII Semester 1 menyatakan bahwa:

(54)

a. Pernyataan, Konstanta, Variabel, dan Kalimat Terbuka

1) Pernyataan

Kalimat adalah rangkaian lambang-lambang (kata

yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki arti yang

utuh. Kalimat dibagi menjadi dua, yaitu kalimat pernyataan

dan kalimat bukan pernyataan.

Pernyataan adalah kalimat yang memiliki nilai

kebenaran, benar atau salah saja tetapi tidak sekaligus

keduanya.

Contoh:

a) 5 + 6 = 11 (pernyataan benar)

b) -1  0 (pernyataan benar) c) enam habis dibagi tiga (pernyataan benar)

d) 0 : 5 = tidak didefinisikan (pernyataan salah)

e) dua bukan bilangan prima (pernyataan salah)

Kalimat yang tidak dapat ditentukan nilai

kebenarannya dinamakan bukan pernyataan.

Contoh:

1. Apakah 2 bilangan prima?

2. Hitunglah 12 + 7.

(55)

4. x – 1 = 6

Dengan demikian, kalimat yang bernilai benar

adalah suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta,

sedangkan kalimat yang bernilai salah adalah suatu

pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta.

2) Konstanta dan Variabel

Konstanta adalah lambang sebuah ide tertentu,

sedangkan variabel atau peubah adalah lambang

pengganti sebuah konstanta yang belum diketahui

dengan jelas.

Contoh:

a – 2 = 0

a) variabel : a

b) konstanta : 2

3) Kalimat terbuka

Kalimat terbuka adalah kalimat terbuka adalah

kalimat yang belum diketahui nilai kebenarannya

(benar atau salah). Bila suatu kalimat terbuka

mengandung suatu variabel atau peubah, maka kalimat

tersebut dapat diubah menjadi suatu pernyataan

(56)

Contoh:

a) Dia seorang ayah.

Nilai kebenaran kalimat ini tergantung pada

kata “dia”. b) x + 6 = 10

Nilai kebenaran kalimat ini tergantung pada

nilai variabel x.

b. PLSV

Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama

dengan (=). Persamaan dapat dinyatakan pula sebagai dua

bentuk aljabar yang dihubungkan dengan tanda “=”. Persamaan yang hanya memuat satu variabel dengan pangkat pada

variabelnya adalah satu disebut persamaan linear dengan satu

variabel.

Bilamana persamaan aljabar dengan variabel x, setelah

disederhanakan menghasilkan ax + b = 0 dengan a dan b adalah

bilangan real, maka persamaan itu dinamakan persamaan linear

satu variabel (PLSV). Secara ringkas persamaan linear satu

variabel (PLSV) dapat didefinisikan sebagai kalimat terbuka

yang dihubungkan tanda sama dengan (=) dan hanya

mempunyai satu variabel berpangkat satu. Bentuk ax + b = 0

(57)

Contoh:

Tulislah setiap kalimat terbuka berikut ini dalam bentuk PLSV.

1. Sebuah bilangan ditambah 8 sama dengan 10.

Misalnya bilangan itu = x, maka x + 8 = 10.

2. Sebuah pecahan memiliki pembilang 1. Jika

penyebutnya dikurangi 2, maka pecahan itu menjadi 1

6

Andaikan kita diminta untuk menghitung atau

menyelesaikan PLSV : x – 4 = 9, maka kita dapat menyelesaikannya menggunakan cara substitusi, yaitu dengan

mengganti variabel x dengan suatu nilai sehingga diperoleh

pernyataan yang benar. Dalam kasus ini kita memiliki x = 13

karena 13 – 4 = 9 adalah pernyataan yang benar. Jadi, penyelesaian PLSV itu adalah x = 13.

Di samping itu, kita juga dapat menyelesaikan PLSV itu

dengan memikirkan jawaban pertanyaan “Bilangan manakah bila dikurangi 4 menghasilkan 9?”. Tentu jawabannya adalah 13. Dengan demikian, penyelesaian PLSV itu adalah x = 13. Jadi

menyelesaikan PLSV adalah menentukan bilangan pengganti dari

variabel suatu kalimat tertutup menjadi suatu pernyataan yang

bernilai benar.

(58)

Nyatakan persamaan berikut ini dalam berikut ini dalam bentuk

baku PLSV, yaitu ax + b = 0.

a. 2(x 5) = 3x 4(x – 2) 2(x 5) = 3x 4(x – 2)

2x 10 = 3x 4x + 8

2x 10 = -x + 8 (kedua ruas ditambah x – 8)

2x 10 + x 8 = -x + 8 + x – 8

3x – 18 = 0 b.

+8= 9 dengan n  -8

+8= 9 (kedua ruas dikalikan n + 8)

+8 = 9 x (n + 8) = 9 x (n + 8)

n = 9n + 72 (kedua ruas ditambah n)

n n = 9n + 72 – n

0 = 8n + 72

8n + 72 = 0

Tentukan penyelesaian setiap persamaan berikut ini.

a. 15y 9 = 14y + 8

15y 14y = 9 + 8

y = 17

(59)

Masalah

Jadi, penyelesaiannya adalah a = −4

3 atau HP : { −4

3}

3. Penerapan Konsep PLSV dalam Kehidupan Sehari - hari

Untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang memerlukan

penggunaan matematika, langkah pertama adalah menyusun model

matematika dari masalah itu. Data yang ada diterjemahkan ke

dalam satu atau beberapa persamaan kemudian penyelesaian dari

persamaan itu digunakan untuk menentukan solusinya. Langkah

terakhir adalah memeriksa solusi itu dikaitkan dengan permintaan

soal. Dalam bentuk diagram dapat disajikan sebagai

(60)

a. Jumlah dua bilangan adalah 37. Apabila bilangan yang lebih

besar dibagi dengan bilangan yang lebih kecil, maka hasil

baginya adalah 3 dan sisanya 5. Carilah bilangan-bilangan itu!

Penyelesaian:

Misal :

bilangan yang kecil = x

bilangan yang besar = 37 – x

Maka :

bilangan yang besar bilangan yang kecil = 3 +

5

� � � � �

37 – = 3 + 5  37 – x = 3x + 5  -x – 3x = 5 – 37  -4x = -32  x = 8

Bilangan yang besar = 37 – x = 37 – 8 = 29

(61)

Cek:

37 – 8

8 ? 3 + 5 8

29

8 = 3 + 0,625

3,625 = 3,625 (jawaban benar)

b. Seorang ayah umurnya 24 tahun lebih tua dari umur anaknya.

Dalam 8 tahun umur ayah menjadi dua kali umur anaknya.

Carilah umur mereka sekarang!

Penyelesaian:

Misal :

umur anaknya sekarang = x tahun

umur ayahnya = (x + 24) tahun

Maka :

(x + 24) + 8 = 2 (x + 8)

x + 32 = 2x + 16

(62)

-x = -16

 x = 16

Umur ayahnya = x + 24

= 16 + 24

= 40

Jadi, umur anak 16 tahun dan umur ayahnya 40 tahun.

Cek :

(16 + 24) + 8 ? 2(16 + 8)

40 + 8 = 2(24)

(63)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas. Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas,

guru dan peneliti dapat memilih sendiri strategi untuk meningkatkan

keberhasilan proses pembelajaran di kelas.

Menurut Kartika Budi dan Puji Purnama (2008), penelitian

tindakan kelas adalah ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks

kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah,

pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil

pembelajaran dan mencobakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran

demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.

Selain itu, penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan sebagai

suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki proses pembelajaran yang ada.

Menurut Suharsimi Arikunto (2008:16), penelitian tindakan kelas

dilakukan melalui proses berdaur atau siklus. Siklus tersebut secara umum

(64)

Gambar 3.1

Model Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam Suharsimi Arikunto (2007:16)

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar di atas menunjukkan model pelaksanaan penelitian

tindakan kelas yang terdiri atas empat langkah penting dalam pelaksanaan

penelitian tindakan. Empat langkah penting tersebut diuraikan Sukardi

(2003: 213) sebagai berikut.

1. Rencana tindakan

Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk

meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian

tindakan, rencana tindakan harus berorientasi ke depan. Di

samping itu, perencana harus menyadari sejak awal bahwa

Siklus I

Siklus II

(65)

tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan

mempunyai risiko. Oleh karena itu, perencanaan yang

dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh

yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang tersembunyi.

Perencanaan dalam penelitian sebaiknya lebih menekankan

pada hal-hal yang mampu menjawab tantangan yang muncul

dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang

sebenarnya.

2. Pelaksanaan tindakan

Tindakan yang dimaksud dalam penelitian tindakan adalah

tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang

merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Jadi

tindakan itu mengandung inovasi atau pembaharuan, betapapun

kecilnya, yang berbeda dengan yang biasa dilakukan

sebelumnya. Sehubungan dengan hal itu, praktik diakui sebagai

gagasan dalam tindakan dan tindakan itu digunakan sebagai

pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan berikutnya,

yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan

(Suwarsih Madya 2007: 61).

3. Observasi (pengamatan)

Menurut Susilo (2007: 22), kegiatan observasi atau pengamatan

dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui

(66)

perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari

tindakan (aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam

bentuk data. Atau bisa dikatakan sebagai kegiatan merekam

informasi dampak dari pelaksanaan tindakan baik dengan atau

tanpa alat bantu.

4. Refleksi

Masih menurut Susilo (2007: 23), refleksi dilakukan untuk

mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan dalam penelitian

tindakan kelas. Refleksi dilakukan terhadap berbagai masalah

yang muncul di kelas penelitian yang diperoleh dari analisis

data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah

dirancang. Pada kegiatan refleksi ini juga ditelaah aspek-aspek

mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang

dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna.

Berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada refleksi hasil

perlakuan tindakan pada siklus pertama, maka akan ditentukan

oleh peneliti apakah tindakan yang dilaksanakan sebagai

pemecahan masalah sudah mencapai tujuan atau belum.

Melalui refleksi inilah maka peneliti akan menentukan

keputusan untuk melakukan siklus lanjutan ataukah berhenti

(67)

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII Honest SMP

Kanisius Pakem yang terdiri dari 32 siswa. Peneliti memilih subjek

tersebut atas rekomendasi dari guru matematika kelas VII yang

menyebutkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan siswa yang menonjol

di dalam kelas tersebut.

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pencapaian hasil belajar siswa

dan seberapa besar peningkatan kemampuan siswa pada pokok bahasan

Persamaan Linear Satu Variabel di kelas VII Honest SMP Kanisius

Pakem.

D. Bentuk Data

Data prestasi belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes

evaluasi belajar yang berupa soal-soal uraian. Tes akan dilakukan di

akhir proses pembelajaran dengan pendekatan tutor sebaya. Hasil dari

tes tersebut akan dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang ada. Selain itu terdapat beberapa latihan soal/kuis pada

lembar kerja siswa (LKS) yang berguna untuk meningkatkan

kemampuan siswa menggunakan metode tutor sebaya dalam

mempelajari pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel di kelas

Gambar

Grafik 4.1 Perbandingan Ketuntasan Pembelajaran Konvensional
Gambar di atas menunjukkan model pelaksanaan penelitian
Tabel 3.1 Tabel Kriteria Interprestasi Validitas
Tabel 3.2 Tabel Kriteria Interprestasi Reliabilitas Tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan yang diperoleh adalah hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi segi empat dengan model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya

Rerata hasil belajar matematika melalui strategi pembelajaran kontekstual tidak lebih baik atau sama dengan tutor sebaya siswa SMP N 1 Jaten Karanganyar Kelas VIII semester

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika melalui strategi pembelajaran tutor sebaya pada siswa kelas IX SMP Darul Ihsan Muhammadiyah

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:(1) Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII C SMP Kanisius Gayam, (2) Kemampuan komunikasi matematis siswa dalam

Penggunaan Model Belajar Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Mengerjakan Matematika Dalam Bentuk Perkalian dan Pembagian Dengan Menggunakan Metode Tutor

Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika melalui strategi pembelajaran tutor sebaya pada siswa kelas IX SMP Darul Ihsan Muhammadiyah

Dari teori dan pemaparan tentang metode tutor sebaya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode belajar tutor sebaya adalah metode belajar dengan memanfaatkan siswa